Anda di halaman 1dari 20

MENIMBANG HERMENEUTIKA SEBAGAI METODE TAFSIR TEKS IffiAGAMAAN

Oleh: A.H. Hasanuddin"



Abstraksi

Stagnasi pemikiran yang dial ami umat Islam saat ini, salah satu faktor penyebabnya adalah sulitnya mendialogkan realitas teks keagamaan yang mereka warisi dengan realitas kehidupan yang mereka hadapi. Ada kesenjangan yang lebar antara keduanya. Islam yang diyakini secara normatif sebagai rahmatan li al-alamin, dalam realitas empirisnya ternyata jauh dari apa yang diidealkan itu, Hal inilah yang mendorong parasarjana muslim kontemporer melakukan perenungan kembali khazanah intelektual yang mereka warisi dari ulama klasik (at-turots ).

Dalam proses perenungan dan pembacaan ulang atas at-turots itu, eli Barat berkernbaug dengan pesat metode pemahaman teks yang jitu disebut hermeneutika. Metode ini pun menarik perhatian sarjana muslim kontemporer untuk diaplikasikan dalam membaca, memahami, dan menafsirkan at-turots. Sebagai metode bar~ yang asing bagi umat Islam, metode ini mendapatkan reaksi yang berbeda-beda, ada yang agresif memaksakan aplikasi metode ini secara total, sebaliknya banyak kelompok yang menolak mentah-mentah aplikasi metode ini, dan ketiga ada kelompok yang menerima mengoperasionalkan metode ini dengan penuh hati-hati dan pertimbangan.

Tulisan singkat ini tidak. dipretensikan mengurai metode hermeneutika seeara luas dan rnendalam, serta kelompok-kelompok pendukung dan penolaknya, tetapi hanya rnenimbang-nimbang implikasi positif dan negatif yang diakibatkan aplikasi herrneneutika terhadap teks-teks keagamaan.

Keywords i: Hermeneutika, teks keagamaan, pemahaman dan penafsiran.

I. Pendahuluan

Salah satu karakteristik agama Islam bersifat universal. Universalitas Islam melampaui suku, bangsa, budaya, . dan bahasa Juga waktu . Ia tidak hanya berlaku untuk suku Quraisy, bangsa Arab, dan budaya Badui, tetapi berlaku untuk seluruh manusia, sebagaimana tidak hanya berlaku untuk abad ke-7,

tetapi ia berlaku sampai akhir masa. Huwa Sholihun likulli zaman in wa makanin ,coeok dan layak untuk segala ruang dan waktu, Universalitas Islam seperti ini merupakan salah satu keirnanan mendasar bagi seorang muslim, yang juga menjadi konsensus umat Islam.

abbitt, Vol 2 No 1 Januari-Jull 2008

247

MemahatTIi karakteristik Islam seperti di atas, tidaklah heran pada masa awal kemunculannya ia melakukan ekspansi ke wilayah-wilayah yang sangat jauh dari pusat kemunculannya, untuk ikhrojun an nas min azhulumati ita an-nur. Terjadinya dialektika, interaksi, dialog, dan penetrasi antara Islam dan budaya lokal adalah sebuah keniscayaan. Dalam rentang waktu yang panjang, proses interaksi, dialog, dan penetrasi melahirkan corak dan warna pemahaman Islam yang bersifat inklusif, membuka diri untuk take and give bagi kebudayaan dan peradaban lain. Ketika Islam melakukan proses dialogis antarbudaya dan peradaban, ia mempunyai filter yang mampu menyeleksi yang bisa diadopsi dan yang harus ditclak: Pcrjump aan tradisi intelektual umat Islam klasik dengan tradisi Hellenisme pada abad pertengahan adalah pengalaman yang sangat berharga yang harus kita ambil

hikmahnya.' '

Sejak abad ke-18 masehi, dunia Islam telah jatuh ke tangan kolonialis Barat, urn at Islam telah terhegemoni oleh kolonial! Barat secara politisekonornis. Sehinggakontak intelektual tak rnungkin bisa dihindarkan dan bersinggungan dengan intelektual Barat modern. U mat ;Islam dalam mensikapi persinggungan ini terpecah menjadi tiga kelornpok, kelompok yang ekstrirn proBarat, kelornpok yang .ekstrim antiBarat dan kelompok moderat yang tidak sepenuhnya menedma dan menolak Barat. Ketiga kelompok ini se1alu

muncul di hadapan kita, meskipun intensitas masing-masing kelompok berbeda-beda.

Sejak paruh kedua abad ke-20, urn at Islam men genal dan bersinggungan dengan metodologi tafsir yang disebut hermeneutika. Metode ini menggiurkan banyak sarjana muslim, karen a menawarkan solusi kreatif rasional atas kebuntuan berpikir umat Islam yang telah lama mengalami stagnasi. Wac ana dekonstruksi, rekonstruksi, dan rasionalisasi dan semacamnya atas teks keagamaan menjadi tren yang digernari sebagai pisau tajam, hermeneutika digunakan untuk menyembelih, mcnguliti, dan mencincang teks keagamaan yang selama ini disakralkan oleh umat Islam. Respon balik yang anti hermeneutik tak kalah gencarnya. Para pengguna herrneneutika dianggap sebagai pendangkal aqidah, perusak syariat, penghujat kitab suci bahkan ada yang dianggap murtad yang halal darahnya.

Dalam tulisan ini dicoba mengenali lebih jauh substansi meta de hermeneutika, implikasi dan aplikasi met ode ini terhadap teks keagamaan dan mencoba menggali metode yang serupa dalam khazanah intelektual umat Islam sendiri, kemudian menimbang-nimbang relevansinya dalam studi keislaman,

II. Asal-usul Hermeneutika dan Pengertiannya.

Kata 'hermeneutika' dari bahasa Inggris hermeneutics yang bersumber dari bahasa Yunani hermeneuien yang

248

Abbl11. Vol 2 No 1 Januari Juni 2008

berarti menafsirkan dan dari kat a hermeneuien ini dapat ditarik menjadi kata benda :hermeneuia yang berarti " penafsiran" atau " interpretasi "dan kata hermeneutes yang berarti interpreter atau penefsir (Sumaryono, 1999:23). Dalam mitologi Yunani, kosa kata ini dikaitkan dengan tokoh yang bernama Hermes. Menurut mites itu, Hermes bertugas menyampaikau pesan dewa kepada manusia. Hermes digambarkan sebagai seseorang yang mempunyai kaki bersayap dan populer dengan sebutan Mercurius dalam bahasa Latin. Tugas

. hermes adalah menginterpretasikan pesan dari dew a di Gunung Olympus ke dalam bahasa yang dapat dimengerti oleh manusia. Fungsi. hermes dalain ranah interpretasi sangat signifikan, sebab bila 'terjadi kesalahpahaman tentang pes;:ll1 dewa, konsekuensinya akan fatal bagi manusiajfiumaryono, 1999:24). Peran hermes dalam tradisi Islam disejajarkan dengan Nabi atau Rasul yaitu seorang mediator yang menjembatani antara Tuhan dengan manusia.

Menurut Sayyid Hossein Nashr, hermes tak lain adalah Nabi Idris yang disebutkarr.dalam Al-Qur'an yaitu orang yang pertama kali mengenal tulisan, teknik, dan kedokteran. Di kalangan M~sir kuno, hermes dikenal sebagai tbot, sernentara di kalangan Yahudi dikenal sebagai unnukh dan di kalangan masyarakat Persi kuno dikenal sebagai Hushang (1989:64)~ Hila kita

. tel us uri dalarn tradisi kefilsafatan Yunani, . terrninclogi hermeneuties

dapat ditemui pada sebuah treates Aristoteles yang berjudul Puri Hermeneios dan karya Plato yang berjudul Politlkos, Definitione dan Timeus. Dalam Definitione, Plato secara tegas menyatakan bahwa hermeneutika artinya "menunjukkan sesuatu "yang tidak terbatas pada pernyataan, tapi meliputi pembicaraan linguistik secara universal, penerjemahan, interpretasi, dan retorika. Sedangkan dalam Timeus, Plato mengaitkan hermeneutika dengan pemegang otoritas kebenaran yaitu kebenaran yang· dapat dipahami oleh Nabi. Nabi di sini maksudnya adalah mediator antara para dewa dengan manusia,

Aristoteles ketika menggunakan kata hermeneios tidak menggunakannya dengan konotasi istilah, seperti yang berkembang pada saat ini. Hermeneios yang dikemukakannya menyusul karyanya Categorios, hanya untuk membahas fungsi ungkapan dalam memahami pemikiran serta pernbahasan

. tentang satuan bahasa seperti kata benda (noun,), kata kerja (verb),kalimat (s e n ten c e), u n g k a pan (proposition) dan lain-lain yang berkaitan dengan gramatika. Ketika membicarakan hermeneios, Aristoteles tidak mempersoalkan teks ataupun mengkritik teks, Yang rnenjadi

. pembahasan Aristoteles adalah interpretasi itu sendiri, tanpa mempersoalkan teks yang diinterpretasikan. Oleh karena itu, AIParabi (w.339/950 M) ketika menerjemahkan dan memberi

abbftt. Vol 2 No 1 Januari-Juli 2008

249

komentar atas karya Aristoteles tersebut lee dalam bahasa Arab memberinya judul Pi al-Ibarab . Secara harfiyah, terjemahan al-Farabi lebih pas ketika bermeneuios diterjernahkan dengan ibarah yang berkonotasi ungkapan yang menunjukkan makna tertentu. Inilah barangkali, makna harfiyah hermeneutika yang lebih tepat (Abdurrahman, 2003: 32). Perubahan makna hermcneutika dad makna etimologis ( bahasa ) ke dalam makna terminologis ( istilah ) pada dasarnya merupakan perkembangan pemaknaan . sejak para teolog Yahudi dan Kristen berusaha meugevaluasi kembali teks dalam kitab suci mereka. Adalah Philo Alexandria ( 20 SM - 50 M ) seorang Yahudi yaug mengembangkan hermeneutika sebagai ilmu interpretasi alegoris, yaitu metode memahami teks dengan eara mencari makna yang lebih dalam dari sekedar pengertian literal. Oleh karena it u Philo Alexandria dianggap sebagai Bapak Alegoris. Metode alegoris ini kemudian ditransmisikan dalam teologi Kristen. Namun pentrasmisian ini ditentang oleh madzhab literal yang berpusat di Antioch. Menyadari perbedaan dua madzhab, - madzhab Alexandria yang alegoris dan madzhab Antioch yang literal is - seorang teolog dan filosof Kristen Augustine .( 354 - 430 M) mencoba mengompromikan keduanya . dengan mengambil jalan tengah yakni dengan mernberi makna baru pada hermeneutika dengan memperkenalkan teori tentang simbol (semiotik). Teori

ini diproyeksikan untuk mengantisipasi munculnya kesewenang-wenangan interpretasi alegoris terhadap teks Bible dan pemahaman terlalu literal (Zarkasyi,2004:3.5)·

Hermeneutika terus berkembang dalam teologi Kristen, terutama pada masa penggabungan filsafat Aristoteles dengan doktrin kristiani yang dilakukan oleh Thomas Aquinas (1225 - 1274 M). Van A. Harvey, sebagairnana dikutip oleh Parni Zarkasyi menegaskan " karena pendekatan dalam soal hermeneutika inilah akhirnya mengakibatkan timbulnya dua kelompok, Pr ot esta n Liberal dan Kristen Ortodoks"{Zarkasyi, 2004:11). Perkembangan selanjutnya adalah beralihnya hermeneutika dari metode dan aturan yang dapat memandu penafsiran kitab Injil (wilayah teologis) menjadi hermeneutika umum oleh filosof dan teolog Protestan Jerman, Freidrich Daniel Ernst Schleirmaeher (1768-1834 M). Schleirmacher telah menyulap hermeneutika menjadi bidang kajian kefilsafatan, dengan mengangkatnya dari kajian yang secara spesifik hanya membahas bidang yang berkaitan dengan agama menjadi kajian yang mempunyai perhatian lebih tinggi terhadap filsafat umum tentang bahasa dan pemahamannya(Sugiharto, 2007). Oleh karena itu Schleirmacher dianggap sebagai " Bapak Hermeneutika Modern ". Setelah Schleirmaeher berhasil merubah hermeneutika menjadi bidang kajian kefilsafatan, lahirlah berbagai madzhab pemildran dan berbagai

250

Abbft1, Vol 2 No 1 Januari Juni 2008

definisi teritang herrneneutika. Carl Broaten - sebagaimana dikutip Farid Esack - mendefinisikan hermeneutika " As the science of reflecting on. how a word or on event in a past time and culture may be understood and become existentially meaningful in our present situation"(Esachk, 1997:51). Rudolf Bultmann rnenjelaskan secara umum, tugas hermeneutika "the term hermeneutics is generally used to discribe the attempt to span the gap between past and present "(Ferguson, 1978:7), untuk rnenjembatani jurang antara masa lalu dan masa kini. Sementara Zygmunt Bauman mendefinisikan hermeneutika sebagaiupaya menjelaskan dan menelusuri pesan dan pengertian dasar dari sebuah ucapan at au tulisan yang tidak jelas, kabur, remang-remang dan kontradiktif yang menimbulkan kebingungan bagi pendengar at au pembaca (Baumann, 1978:7).

III. Madzhab-madzhab Hermeneutika

Sejak abad ke-18, tepatnya sejak Schleimacher melahirkan kembali hermeneutika dan merubah menjadi bidang kefilsafatan sampai sekarang, telah lahir ' berbagai aliran pemikiran hermeneutika Di bawah ini dipaparkan beberapa ~adzhab hermeneutika.

A. Hermeneutika Romantik Schleirrnacher

Freidrich Daniel Ernst

Schleirmacher lahir di Jerman pada tanggal 21·,November1768 dan wafat

pada tanggal12 Pebruari 1834. Seorang pendeta Kristen Protestan dan seorang filosof yang mengajar filsafat dan teologi di Universitas Halle dan Universitas Berlin(poespoprojo,2004:15). Pokok pikiran hermeneutika Sehleirmacher dapat disebutkan sebagai berikut (a). Semua jenis teks adalah sama memakai bahasa dan tata bahasanya yang dapat dipakai untuk menemukan arti suatu kalimat. Arti adalah interaksi antara pikiran dan struktur tata bahasa yang sudah menjadi perjanjian. Dengan demikian Kitab suei tidak boleh dipandang lagi sebagai buku wahyu yang khas. Ia adalah dokumen, di samping 'dokumen lainnya, (b). Obyek hermeneutika tidak hanya teks. Semua hal yang tidak lagi secara langsung terbilang pada hidup kini harus ditafsirkan, Kesenian, hukum, agama, filsafat dari masa laiu yang masih hadir pada zaman kita dan masih bicara pada kita, harus ditafsirkan agar diperoleh kembali artinya yang orisinal, (e).Tugas hermeneutika adalah memahami teks "sebaik atau lebih baik daripada pengarangnya sendiri" dan" memahami pengarang teks lebih baik dari memahami diri sendiri " , (d). U ntuk meneapai hasil yang optimal-dati tugas herrneneutikadi atas ada dua metode yang dioperasionalkan. Pertama metode

. gramatikal (menyoroti segi objektif), sedangkan yang kedua metode teknikal/ psikologikal (menyoroti segi subjektif). Metodegramatikal diperlukan karena teks merupakan ekspresi perangkat linguistik yang mentransformasikan ide

abbh1, Vol 2: No 1 Januari-Juli 2008

,

251

pengarang kepada pembaca. Sedangkan metode teknikal/psikologikal untuk berusaha memahami individualitas pengucap ungkapan, bagaimana cara merumuskan pengalaman dan pikirannya ke dalam bahasa. Dengan demikian, untuk memahami diperlukan pengalaman kembali at as apa yang dial ami oleh pengarang atau penutur dan tidak melihat pernyataan terlepas dari pengarangllya, (e). Di samping concern pada dua rnetode, gramatikal dan psikologikal, . perlu adanya rekonstruksi historis dan interpretasi kornporatif. Rekonstruksi histories dimaksudkan agar penafsir memperhatikan konteks sosio-kultural dan politik scr ta ekonorni yang menyebabkan teks berbunyi seperti itu.

. Sedangkan interpretasi kornporatif, dimaksudkan agar penafsir mempertimbangkan teks-teks lain yang terkait, (f) Secara sederhana ada patokan ernpat pertanyaan yang diajukan, sebagai pedoman hermeneutika: bagaimana memahami teks dan kondisi apa saja yang mungkin melingkupinya?, bagaimana ilmu kultural itu berbeda dalam metode . ' maupun bentuknya dad' ilmu naturals, kondisi apa sajakahyang memungkinkan munculn ya satu pemahaman tertentui

. .' I

bagaimana kita'bisa menjelaskan konsep

tertentu yang ruwet apabila dikaitkan dengan konsep seperti pemahaman dan makna, dan bagaimana penjelasan tersebut bisa 'rnembantukita untuk . memahami yang harus dilakukan dalam penafsiran? (fakhruddin, 2003:281).

B. Hermeneutika Historikal Wilhelm Dilthey.

WilhelmDiltheyadalah seorang pemikir berasal dari Biebricham Rhein Jerman yang lahir tahun 1833 dan meninggal tahun 1911. Ia pengagum berat karya F.D.E. Schleirmacher dan penulis biografi'nya. Secara garis besar pemikiran Dilthey, berpijak pada pernikiran Schlcirmacher kemudian mengembangkannya. Berikut pokokpokok pikiran hermeneutika Dilthey (a) memahami adalah mengetahui yang dialami orang lain lewat suatu tiruan pengalamannya. J adi ia menghidupkan kembali atau mewujudkan kembali pengalaman orang lain dalam diri penafsir. Pemahaman yang baik perlu disertai rasa penuh pengertian terhadap ekspresi yang dihadapi, sehingga ditekankan pentingnya rasa simpati dalam proses pemahaman . Penafsir harus mengerti arti grarnatikal kalimatkalimatnya, kaitan logisnya, implikasi dari apa yang dikatakan dan apa yang tidak dikatakan tetapi dimaksudkan serta aroma emosional pada keseluruhannya. Proses permahanan seperti ini dikenal dengan istilah transposisi atau disebut Dilthey dengan reexperiencing, reliving and recreating, . (b) sebuah teks tidak pernah bebas dari pasang surutnya sejarah. Teks atau pernyataan tunggal dapat mempunyai makna yang bermacam tergantung pada konteks historis di mana teks at au pertanyaan itu muncul. Arti suatu kata di dalam. kesempatan tertentu ditentukan ani fungsionalnya oleh suatu

252

abbln, Vol 2 No 1 Januari Juni 2008

konteks (Sufnaryonoj1999:51), (c) tugas herrneneutika adalah melengkapi pembuktian validitas . universal interpretasi agar mutu sejarah aman dari penyelundupan-penyelu~dupan pandangan yang tidak dapat dipertanggungjawabkan (Poespoprojo, 2004: 14) karena ia adalah "teknik yang digunakan untuk memaharni ekspresiekspresi kehidupan yang tersusun dalam bentuk tertulis" , (d) proses pemahaman atas satu per isriwa sejarah dapat disebutkan sebagai berikut: memahami sudut pandang atau gagasan para pelaku asli, mernahami arti atau makna kegiatan-kegiatan mereka yang secara langsung berhubungan dengan peristiwa sejarah, menilai peristiwa tersebut berdasarkan gagasan yang berlaku pada saat sejarawan yang bersangkutan hidup.

C. Hermeneutika Dialektika

Spekulatif Gadamer .

Hans.Georg Gadarner lahirpada tahun 1900;M di Morburg Jerman. Ia adalah mahaguru di Universitas Heidelberg. Pemikirannyatentang hermeneutika adalah inspirasi dan reaksi terhadap pernikiran Dilthey yang dipadukannya bersama· Schleirmacher dan para pengikut aliran hermeneutika romantik, .memikirkan fenomena " memahami" dalam koriteks filsafat identitas idealistik zaman romantik. Pokok pikiran hermeneutika Gadamer

. dapat diringkas sebagai berikut (a) Tak ada satu metode mutlak untuk mencapai kebenarani. Metode-metode yang

,

dianggap sudah final dan valid untuk mencapai kebenaran itu pada gilirannya akan menjadi suatu penjara dalam dunia pencarian kebenaran itu sendiri, (b) Hermeneutika tidak hanya mengaitkan dengan pemahaman historis secara filosofis, namun juga membawanya pada wilayah linguistic, karena hermeneutika berhubungan dengan sesuatu itu melalui bahasa. " Being can be understood is language"(c). Dalam·memahami teks tertulis, horizon yang terlibat tidak boleh dibatasi hanya pada apa yang dimaksud oleh pengarang atau penulisnya saja atau hanya kepada audience yang dituju oleh tulisan itu saja, tetapi hams melibatkan empat hal yaitu bildung yaitu pembentukan jalan pikiran, sensus komunis yaitu pertimbangan praktis yang baik, pertimbangan, yaitu menggolongkan hal-hal yang khusus atas dasar pandangan tentang yang universal, selera yaitu keseimbangan antara instink panca indera· dengan kebebasan intelektual, (d) Dala~ memahami teks atau tradisi masa lampau digunakan teori " effective history " yaitu teori yang melihat adanya tiga kerangka waktu yang menjadi .wilayah teks, (e) Masalampau di mana teks itu dilahirkan atau dipublikasikan, Dari teks masa lampau ini teks bukan milik si penyusun lagi, melainkan milik setiap orang. Mereka bebas menginterpretasikannya, (f) Masa kini yang didalamnya ada para penafsir dengan prejudice (persangkaan masing-masing. Prasangka-prasangka tersebut pada akhirnya akan berdialog

a'b'bl». Vol 2 No 1 Januari-Jull 2008 .

253

dengan masa sebelumnya sehingga akan muncul satu penafsiran yang' sesuai dengan konteks sang periafsir, (g) Masa depan, di mana di dalamnya terdapat nuansa yang baru yang produktif. Dalam masa depan inilah terkandung " effective history", (h) Dalam kerangka effective history: akan terjadi "Fusion of horizons" at au "percampuran antarhorizon", dalam proses memahami dan menafsirkan harus melibatkan struktur triadik (triodic structure) yaitu : horizon of author (horizon pengarang) dengan segala horison yang melingkupinya, horizon of text (horizon teks) dengan segala horison yang melingkup inya, dan terakhir horizon of reader (horison pembaca / penafsir) dan horison lain seperti dalam lingkungan tertentu, negara tertentu at au kondisi psikologis tertentu, dan (i) U ntuk dapat memahami teks, penafsir' harus membuang jauh -jauh prakonsepsi dengan maksud supaya teksteks terse but : membuka cakrawala maknanya lebar-lebar (Sumaryoto,

1999: 78). .

D. Hermeneutika Paul Ricoeur

Paul RiJoeur lahir di Valence

. tahun 1913, seo rang filosofyang produktif. menulis berbagai studi penting tentang hermeneutika, psikoanalisis, hubungan Iinguistik dan strukturalisme ,serta berbagai masalah kernasyarakatan lainnya (Poespoprojo, 2004: 109). Pikiran hermeneutika Ricoeur secara singkat dapat diuraikan sehagai berikut (a). Herrneneutika .

adalah teori mengenai aturan penafsiran yaitu penafsiran terhadap teks tertentu .atau sekumpulan tanda atau simbol yang dianggap sebagai teks (Soemaryono, 1999:100), (b). Tujuan hermeneutika adalah menghilangkan misteri yang terdapat dalam sehuah simbol dengan cara membuka selubung- selubungnya yang menutupinya. Hermeneutika membuka makna yang sesungguhnya sehingga dapat rnengurangi keanekaan makna dari simbol-simbol, (c). Langkah yang ditempuh untuk mendapatkan pemaharnan atas simbol ada tiga, langkah simbolik atau pemahaman dari simbol ke simbol, pemberian makna oleh simbol serra penggalian yang cermat atas makna, langkah filosofis, berpikir menggunakan simbol sebagai titik telaknya, (d) Dalam proses pemahaman seorang penafsir harus membehaskan diri dari konteks masa lalu (dekontekstualisasi) dan masuk kembali ke dalam konteks masa kini (rekontekstualisasi). Dalam tatanan ini, tugas penafsir melakukan dekontekstualisasi baik dari sudut pandang sosiologis maupun psikologis serta melakukan rekontekstualisasi. Dengan bahasa lain, penafsir harus membaca " dari dalam " sebuah teks tanpa masuk dan memposisikan diri dalam teks tersebut dan mencocokkan pada kondisi-kondisi social baru, (e) Otonomi teks dapat diklasifikasikan menjadi tiga macam :intensi atau maksud pengarang, situasi kultural dan kcndisi so sial yang mengiringi terbentuknya teks tersebut, untuk siapa

254

abbitt, Vol 2 No 1 Januari Junl 2008

teks itu dimaksudkan oleh pengarang.

Klasifikasi otonomi teks itu, arti dekonstruksi dapat dijabarkan yakni materi teks melepaskan diri dari caluawala intensi yang terbatas dari pengarangllya. Sedangkan makna rekontekstualisasi adalah teks tersebut membuka diri .terhadap kemungkinan ditafsiri secara luas oleh penafsir yang berbeda-beda.

IV. Menitnbang Relevansi ..

Hermeneutika

Setelah menguraikan asal-usul hermeneutika dan madzhab-madzhab yang ada di dalamnya, dapat kita katakan bahwa hermeneutika sebagai sebuah disiplin ilmu yang mengalami perkembangan sangat dinamis dan memunculkan varian pemikiran yang pelik dan jlimet., terutama setelah hermeneutika masuk dalam wilayah filsafat, Dariberbagai varian pemikiran hermerieutika, secara umum, dapat disirnpulkan bahwa herrneneutika adalah sebuah teori penafsiran, balk obyek yang ditafsirkan adalah teks, simbol, ujaran atau apa saja yang diperlakukan sebagaimana teks. Dengan demikian ia mempunyai spektrum yang sangat luas, yang memasuki ranah semua jenis ilmu humaniora atau cultural studies. Pembacaan.vpemahaman, dan penafsiran terhadapteks atau apa saja yang diperlakukan sebagaimana teks,

. bagaimana pun bentukdan macam pembacaanv .". pemahaman dan penafsirannya, aktifitas tersebut dapat disebut sebagai hermeneutika. Oleh

karena itu Carl Braother mendefinisikan herrneneutika sebagai:ilmu yang merefleksikan bagaimana satu kata atau satu peristiwa di masa dan kondisi yang lalu bisa dipahami dan menjadi bermakna secara nyata di masa kini, di dalamnya sekaligus terkandung aturanaturan metodologis untuk diaplikasikan dalam penafsiran dan asumsi-asumsi metodologis dari aktifitas pemahaman " (palmer, 1969:33).

Sejarah peradaban Islam, kegiatan pemahaman, dan penafsiran bukanlah hal asing, meskipun tidak secara eksplisit disebut hermeneutika. Istilah yang hampir sepadan dengan hermeneutika misalnya tafsir, taJwil, syarah, bayan dan ta'liqot adalah ilmu yang mendekati hermeneutika, meskipun tidak persis sama . Bila hermeneuti ka muncul berbagai madzhab, di dalam Ushul Fiqh juga muncul berbagai madzhab seperti

. madzhab Al-Fuqo ha", madzhab alMutakallimin, madzhab ahlu adzDzahir dan sebagainya, Namun satu hal yang membedakan antara hermeneutika dan ilmu ushul fiqh atau ilmu tafsir adalah yang pertama berpijak pada pure rationing analiticial-tablilvl-aqliy almahdlu), sernentara yang kedua berpijak pada revelation analitie ( al· tahtil al.wahyi al-ilahi-y ). Yang pertama berasumsi menundukkan yang kedua, sementara yang kedua berasumsi menuridukkan yang pertama. Maka ttmbullah ketegangan antara aplikator hermeneutika (sering disebut hermeneut ) dan aplikator ilmu ushul fiqh.

abb'". Vol 2 No 1·Januarl-Juli 2008

255

Sebagaimana disebutkan dalam pendahuluan, Islam yang bersifat universal, keniscayaan berinteraksi dan bergesekan dengan berbagai budaya dan . pemikiran adalah hal yang tak bisa

terelakkan. Sebagai ummatanwasathon dan syuhada' ala an-nas, adalahtidaklah arif bila menolak mentah-mentahapa saja yang datang dari luar, sebagaimana juga tidak arif menerirna total apa saja yang datang dari luar. Al-hikmah Dlollatu al-mu'min anna wajadaha fahuwa ahaqqu biha, kata sebuah hadits. Pepatah Arab ~'](hudzma Shofa wada' ma kadar ", relevan dalam mensikapi hermeneutika.

Hermeneutika sebagai produk Barat, tidak serta merta bertentangan dengan prinsip Islam. Pemikiran positif para tokoh . hermeneutika, perlu diapresiasi, sebab khazanah intelekrual yang kita warisi tel ah disikapi berlebihan oleh umat Islam. Warisan intelektual ulama terdahulu, disulap sebagai warisan suei . (at-turots almuqoddas) yang tidak boleh diganggu gugat, padahal warisan itu adalah refleksi paraulama terhadap situasi dan kondisi pad;izamannya, dalam

I

mendialogkan 'prinsip agama dengan

realitas yang mereka hadapi, Proses.

. dialektikaantara prinsip ajaran dan realitas aktual it~lah yang menghasilkan warisan . yang kita warisi. Di titik ini.: konsep hermeneutika Gadamer yang bertumpu padateori " effective history " menemukan relevansinya, .demikian . juga herrneneutika Dilthey menekankan proses re-experiencing, relioing atau

recreating.

Sebelum lebih jauh menimbang relevansi herrneneutika dalam studi keislaman, perlu memetakan terlebih dahulu objek yang mungkin dimasuki oleh hermeneutika dalam kaitannya dengan Islam dan umat Islam. Sebab hermeneutika sangatlah luas cakupannya, sebagaimana yang telah disinggung di atas. Hal ini perlu disampaikan karena hila orang membicarakan Islam, maka yang rnereka pahami adalah segala aspek yang berkaitan dengan Islam, mulai sumber ajarannya, ajaran-ajarannya, tafsiran ajar annya, sejarah umatnya dalarn berbagai 'bidang sampai pada kritik terhadapnya dan musuhnya. Semua b idang ini dapat dianalisis dengan kacamat a herrneneutika, karena semuanya adalah peristiwa dan teks. U ntuk mernudahkan pemetaan, maka tulisan ini difokuskan pada teks-teks keagamaan dalam Islam.

Teks keagamaan dalam Islam biasanya dibedakan dalam tiga kategori. Pertama adalah teks-teks primer yang berwujud mushaf Al-Qur'an, kedua adalah teks sekunder yan,g herwujud himpunan Al-Hadits: dan ketiga adalah teks-teks terrier yang berbentuk kitab yang ditulis oleh para .ularna dan cendikiawan muslim sepanjang sejarah umat Islam dalam herbagai bidang disiplin ilmu, Teks-teks keagamaan ini tentu tidak mempunyaistatus yang sama . Masing-rnasing mempunyai kedudukaIi dalam pandangan umat Isl am." 'Sejauhmana konsep

256

abbItt, Vol 2 No 1 Januari Juni 2008

hermeneutika bisa diterima dan dioperasionalkan ke dalam teks-teks . keagamaan Islam di at as ?

Hermeneutika dan teks-teks keagamaan primer

Teks .keagamaan Islam primer yang berwujud dalam mushaf AIQur'an, secara meyakinkan adalah wahyu yang diturunkan Allah SWT kepada Nab! Muhammad SAW melalui malaikat jibril, Keotentikan kitab suci ini, juga tidak diragukan lagi. Mukjizatmukjizat yang ada di dalamnya, dari masa ke masa semakin meyakinkan bahwa AI-Qur'an bukanlah teks biasa. Ia sendiri berkali-kali rnenyatakan bahwa ia berasal dari Tuhan yang Maha Bijak dan Maha Mengetahui, bahkan berkali-kali 'pula ia menantang jin dan manusia untuk mendatangkan yang serupa dengannya, tapi sampai detik ini belumada satupun yang bisa. Hal ini

. sangat berbeda dengan teks-teks kitab suei lainnya, seperti Bible (Kitab Perjanjian lama dan Perjanjian Baru ) yang mempunyai banyak problem baik dari segi o riginalitasnya maupun kontennya. 'Hermeneutika yang pada awalnya merupakan kegiatan eksegesis terhadap Bible yang penuh dengan problem di kalangan Kristen Protestan - tentu saj~ tidak serta mertarelevan untuk diaplikasikan terhadap AIQur'an, Ucapan Johan August Ernerti ( 1761 )" Pemahaman secara verbal terhadap kitab suci harus tunduk di bawah aturan yang sama dengan yang dilakukan terhadap teks lain "(palmer,

1969:38) merupakan refleksi atas kondisi kitab Bible yang dalam banyak temp at menunjukkan hal-hal yang irrasional, sehingga . perlu rasionalisasi atau menurut istilah Rudolf Bultmann - Demitologisasi, Meskipun tidak semua konsep hermeneutika harus dijauhkan dad Al-Qur'an, tetapi ada poin-poin hermeneutika yang harus dipikirkan seeara serius, sebelum mengaplikasikannya, Beberapa poin itu antara lain

(a). Hermeneutika - sebagaimana disinggung di atas - memandang semua teks, termasuk kitab suci adalah sarna. Teks adalah prcduk budaya (manusia), maka ia harus tunduk pada aturan-aturan budaya. Sifat-sifat trasendental yang melekat pada sebuah teks harus dilepas dan diabaikan. Pandangan seperti ini, bila dihadapkan dengan Al-Qur'an tentu akan berdampak serius, sebab

. akan terjadi desakralisasi terhadap AI-Qur'an. Akibatnya AI-Qur'an tidak lagi dianggap sebagai hudan li

. annas, memberi petunjuk kepada manusia tetapi justru sebaliknya. Contoh-eontoh kasus berikut sebagai akibat aplikasi hermeneutika secara total ,adalah kasus-kasus yang sangat menyedihkan dan memilukan. Adalah Sumanto AIQurtuby - Koordinatos Program Lakpesdarn NU J awa T'engah, Alumnus Pasea Sarjana Sosiologi UKSW - dengan berani dan sombong seeara vulgar menganggap bahwa kesucian Al-Qur'an adalah

abbf». Vol 2 No 1 Januari-Juli 2008

257

I

palsu dan berpegang dengan AI-

Qur' an sama dengan berpegangan dengan barang rongsokan. Ia menulis : 'f Dalam konteks ini , anggapan bahwa Al-Qur'an itu sud adalah keliru. Kesucian yang dilekatkan pada AI-Qur'anGuga kitab lain) adalah " kesueian palsu " - pseudo sacra . Tidak ada teks yang seeara ontologis itu suci " ... Setiap teks memiliki keterbatasan sejarah.

. .

Karena itu, setiap generasi selalu

muncul " agen-agen sejarah "yang merestorasi sebuah teks. Musa, Yesus, Muhammad, Sidharta, Lao Tze, Konfusius, Zarasthutra, Martin Luther dan lainnya adalah sebagian kecil dari contoh agen-agen sejarah yang melakukan restorasi teks. T api produk restorasi teks yang mereka lakukan bukanlah sebuah " resep universal ': yang sholib u kulli zamanin wa makanin (kompatibel di setiap waktu dan ruang). Mereka tidak hadir di ruang hampa, mereka datang di tengah-tengah kehidupan manusia yang beragam dengan cita rasa yang berlainan pula. Jika mereka sudah melakukan restorasi teks atas teks sebelumnya, maka generasi pasca mereka mestinya melakukan hal yang sama dengan apa yang telah mereka lakukan : restorasi teks. Berpegang teguh secara utuh terhadap sebuah teks sama saja dengan berpegangan barang rongsokan yang sudah usang (2005:67-71)~

. Menganggap palsu atas kesucian AI~

Qur' an dan menganggapnya sebagai barang rongsokan merupakan penghujatan dan pelecehan yang tentu akan berdampak serius bagi perontokan fondasi prinsip agama Islam. Aplikasi ekstrem hermeneutika seperti ini, tentu tak bisa diterima oleh siapapun yang masih ada di dalam hatinya seberat

dzarrah pun keimanan.

Implikasinya tentu akan

mempermainkan Al-Qur'an sesuai selera, sebagaimana yang dilakukan oleh Aksin Wijaya, alumni Pan-Pes An-Nuqoyyah Guluk-guluk Madura dan alumni pasca sarjana UIN Yogyakarta. Dalarn thesis masternya, ia menulis : "Tanpa menegasikan besarnya peran yang dimainkan mushaf Utsmani dalam mentransformasikan pesan Tuhan, kit a terlebih dalu menempatkan mushaf Utsmarii itu setara teks-teks lain. Dengan kata lain, Mushaf itu tidak sacral dan absolute, melainkan profandan fleksibel. Yang sacral dan absolut hanyalah pesan Tuhan yang terdapat di dalamnya, yang masih dalam proses pencarian. Karena itu kini kit a diperkenankan bermainmain dengan Mushaf terse but , tanpa ada beban sedikitpun, beban sakralitas yang melingkupi perasaan dan pikiran kita "(Aksin, 2004).

AI-Qur'an-sebagaimana disepakati oleh umat Islam sepanjang sejarahnyaadalah sumber pertama dan utama dalam mencari kebenaran dan petunjuk Tuhan. Bila ia dianggap

258

abbitt. Vol 2 No 1 Januari Juni 2008

I'

. palsu, barang rongsokan yang boleh diperrnainkan sesuai selera nafsu, lantas ke manakah manusia akan meridapatkan kebenaran ? AIQur' an bukanlah teks biasa . Maurice Bucaille, seorang sarjana Perancis dalam bukunya La Bible Le Coran Et La Science, membuat konklosi setelah membandingkan antara isyarat ilmiah Bible dan AlQur'an serta kesesuaiannya dengan sainsmodern dengan tulus mengakui : " Orang tidak dapat menggambarkan bahwa banyak pernyataan Al-Qur'an yang mernpunyai aspek ilmiah itu adalah karya manusia I karena keadaan pengetahuan pada zaman Muhammad tidak memungkinkan hal tersebut. Oleh karen a itu adalah wajar, bukan saja untuk mengatakan bahwa Al-Qur'an itu ekspresi suatu wahyu, akan tetapi juga untuk memberikan kedudukan yang istimewa kepada wahyu Al-Qur'an berhubung dengan jaminan autensitasnya dan berhubung dengart terdapatnya pernyataanpernyataan ilmiah yang setelah diteliti pada zaman sekarang kita ini,

. ternyata sebagai satu tantangan kepada penjelasan yang berasal dari

. "

manUSla ..

(b). Menurut Schieirm~cher , tugas herrneneutika adalah memahami teks sebaik atau lebih baik dari pada pengarangnya sendiri dan memahami pengarang teks lebih baik dari pada memahami diri

sendiri. Proyeksi Schleirmacher ini, bila dihadapkan kepada AI-Qur'an dan Rasul Muhammad SAW sebagai pener ima wahyu, maka akan menimbulkan pertanyaan, " mungkinkah seorang penafsir AIQur'an akan bisa memahami AIQur'an sebaik atau Iebih baik dari pada Allah SWT atau Rasulullah SA W ? ", apalagi sampai memahami psikologis Allah SWT Iebih baik dari pada memahami did penafsir sendiri, Adalah sebuah keangkuhan dan kesombongan ,orang-orang

. yang dengan lancang mengklaim bisa memahami Al-Qur'an sebaik atau lebih balk dad Rasulullah SA W. Meskipun tidak sacara eksplisit mengklaim demikian, banyak para hermeneut yang berpikiran dan bersikap demikian. Luthfi Asy-Syaukani - alumnus Jordan University, Amman aktifis JIL - dalam sebuah artikel yang berjudul " Sapere Aude " rnenulis :

. " Beranikah kita menggunakan hasil pemahamanlcitasendiriberhadapan dengan pandangan-pandangan di luar kita -. Misalnya berhadapan dengan Sayyid Quthb, Al-Banna, Qordowi, Nabhani, Rasyid Ridla, Muhammad bin Abdul Wahhab, Ibnu Taimiyyah, AI-Ghazaly, Imam Syafi'I, AI-Bukhari, para sahabat dan bahkan bisa juga Nabi Muhammad sendiri "(Husaini, 2006:50). Ulil Absher Abdalla - koordinator JIL - dalam tulisannya di Kompas 18 November 2002 yang

a1>1>ft1, Vol 2 No 1 Januarl-Juli 2008

259

menghebohkan menulis: Menurut saya, Rasul Muhammad SA W adalah tokoh historis yang harus

. dikaji dengan kristis, sehingga tidak hany menjadi rnitos yang dikagumi saja, tanpa-memandang aspek-aspek beliau sebagai manusia yang banyak kekurannya." Fatwa Ulil bahwa : semua agama adalah benar, pernikahan seorang muslimah dengan non muslim adalah halal, tak ada hukum Tuhan, terjemahan dari ayat IT Inna ad dina 'inda Allahi al Islam. JJ QS. 3: 19 adalah:

" Sesungguhnya jalan religiositas yang benar adalah proses yang tak pernah se1esai menujuketundukan (kepada Yang Maha Benar)"(Ulil, 2002:10) dan menganggap salah besar bila tugas pokok manusia adalah " menyembah " Tuhan, tapi yang tepat adalah menjalin .hubungan.' Allah - manusia dalam proses dialogal yang kreatif{Ulil,2005:19). Semua fatwa ini adalah, aplikasi hermeneutika yang mernproyeksi-kan memahami teks (Al-Qur'an) sebaik atau lebih baik dati pengarangnya/ penerimanya (Allah. SWT / Ras~lullah SAW). Pada titik ini, herrneneutika . per lu ditinjau

relevansinya. .

(c). Menurut Gadamer, sekali teks dilempar ke ruang public, ia telah hidup dengan nafasnya sendiri , tidak ada, kaki referensial yang

menopang, bahkan oleh

pengarangnya sendiripun.

Hermeneutika tidak lagi diproyeksikan untuk menguak makna asli teks seperti yang dikehendaki pengarang, namun diarahkan untuk memproduksi makna teks yang hanya tergantung kepada pembaca atau penafsir. Konsep hermeneutika seperti ini bila diaplikasikan ke dalam AIQur'an, tentu akan menghasilkan pemahaman yang plural dan tidak menentu. Makna yang dikandung oleh Al-Quran akan sangat bervariasi tergantung si penafsir dan akan memuneulkan makna yang mungkin sangat jauh, bahkan bertolak be1akang dad yang dipahami oleh penerimanya, Rasulullah SAW. Kebenaran kemudian menjadi relatif dan tidak mungkin dicapai oleh manusia. Bila hal ini diterima, maka yang muneul adalah interpretasicircle (lingkaran setan penafsiran) yang tidak berujung dan tidak bertitik temu. Sikap skeptis terhadap kebertaran agama akan menyeruak dan tak ada lagi para meter baik dan buruk, semuanya adalah subyektif, relatif, remang-remang dan kabur. Sejarah

. pun kemudian akan kembali mundur ke masa Yunani kuno, saat munculnya banyak kelompok sofis yang mengatakan bahwa tidak seorang pun yang telah atau akan . sampai pada kebenaran yang pasti

tentang Tuhan dan para dewa. Dari aplikasi teori hermeneutika seperti inilah munculnya pluralisme agama

260

Abbitt, Vol 2 No 1 Januari Juni 2008

yang sangat mengacaukan. Pada tataran 'ini kami kira hermeneutika harus disikapi dengan hati-hati.

Hermeneutika danteks-teks keagamaan sekunder

Rasulullah SAW diperintahkan oleh Allah SWT untuk menyampaikan kepada manusia : " Katakanlah, " Aku tidak berk~asa menarik kemanfaatan bagi diriku dan tidak pula menolak kemudlorotan kecuali yang dikehendaki Allah. Dan sekiranya aku mengetahui yang ghaib, tentulah aku membuat kebajikan sebanyak-banyaknya dan aku tidak akan ditimpa kemudlorotan. Aku tidak lain hanyalah pemberi peringatan dan pembawa berita gembira bagi orangorangyangberiman"(Q.s 7:188}. Dalam temp at yang lain juga diperintahkan:" Katakanlah : "Sesungguhnya aku ini hanya seorang manusia seperti kamu, yang diwahyukan kepadaku: bahwa sesungguhnya Tuhan kamu itu adalah Tuhan Y~ng Esa "(Q.s 18:110). Rasulullah Muhammad SAW adalah seorang manusia yang kemunculanannya ill jazirah Arab pada abad ke-7 yang lalu, tidak dalam ruang hampa. Tradisi, budaya dan bentuk-bentuk pemikiran yang telahl ada, tentu sedikit banyak berpengaruh terhadap pribadi dan tingkah_1akunya. Beliau setelah diangkat menjadi seorang Nabi dan Rasul, peran yang diembannya kemudian semakin komplek, Beliau di samping seorang Rasul juga seorang manusia yang

, mernpunyai kepribadian, karakter, hobi dan kecenderungan sendiri layaknya

manusia urnumnya, juga seorang kepala rumah tangga, seorang pemimpin masyarakat , seorang kepala negara ,

, hakim, panglima perang dan mufti keagamaan. Peran-peran yang demikian komplek, tentu saja tidak serta merta mempunyai kedudukan hukum yang sama, yang semuanya harus ditiru dan dijiplak. Kondisi sosial, ekonomi dan psikologis Rasul disamping perannya saat menyabdakan suatu sabda atau melakukan sebuah tindakan sangatlah perlu untuk dipertimbangkan. Mengatakan kita hams mengikuti semua sabda dan tindakan Rasul, tanpa mempertimbangkan situasi dan kondisi di atas adalah tidak tepat dan menghambat proses Islamisasi. Islam sebagai agama universal yang akan bergesekan dengan tradisi dan budaya

. lokal, akan sulit diterima bila tindakantindakan Rasul dan juga sahabat-sahabat beliau dengan seluruh tradisi dan budayanya dipaksakan untuk diaplikasikan 'ke seluruh tempat dan masa.

Ulama ushul fiqh dengan penuh ketelitian dan kehati-hatian telah memforrnulasikan, bagaimana kita seharusnya mensikapi ucapan dan tindakan Rasul itu, Imam AI-Qurofi ( 684 H) dalam kitabnya " Al Ihkam " ,

.: secara gamblang menerangkan hal ini yang kemudian dielaborasi secara detail oleh SulaimanAI-Asyqor dalam disertasi doktornya berjudul « Af' al ArRasul wa dalalatuha 'al al-ahkarn ". AIQorofimengld~sifikasikan tindakantindakan Rasul dalam empat kelompok,

abbJ". Vol 2 No 1 Januarl-Jull 2008

261

pertama, kelompok yang disepakati bahwa sebuah tindakan 'Rasul dilakukannya dalam kapasitasnya sebagai imam, seperti mengirim tentara perang, melaksanakan hukuman tindak pidana, mendistribusikan baitul mal dan lain-lain. Ti'ndakan Rasul seperti kelompok ini, tidak boleh seseorang untuk mengikutinya, keeuali seizin pejabat yang berwenang, kedua, tindakan-tindakan yang dilakukan Rasul dalam kapasitas beliau sebagai hakim seperti menetapkan putusauuntuk membayar hutang, menyerahkan barang-barang dagangan , keharusan membayar kontan, memfasakh nikah karena terjadinya perselisihan suami istri dan lai~-Iain. Tindakan Rasul kelompok kedua ini sama seperti kelompok pertam~,ketiga, tindakantindakan Rasul yang disepakati bahwa tindakan-tindakan itu dilakukan dalam kapasitas beliau sebagai seorangmufti, seperti aturan-aturan shalat, tata cara haji dan sebagainya .. Kelompok ini yang wajib diikuti oleh semua umat sampai akhir masa, keempat.tindakan-tindakan Rasul yang tidak jelas, masuk dalam salah satu kategori diatas. Kelompok ini, terbuka lebar bagi mujtahid untuk menganalisanya . (Qorofi, 1995: 1(6). Hermeneutika sebagai metodologi tafsir teks atau yang diperlakukan seperti teks, dalam ban yak. hal menemukan relevansinya dalam wilayah' ini, meskipun kita musti pandai-pandai memilah, mana teks yang bersifat abadi dan mana teks yang bersifattemporer. Pada titik ini, saya kira kita semua

sepakat dengan Ulil Abshor Abdalla ketika mengatakan di Media Indonesia, 4 Maret 2004 : " Yang tidak saya sepakati adalah jika seluruh kebijakan Nabi di Madinah saat itu harus diikuti 100 %,

. pada masa sekarang. Bagaimanapun, contoh Nabi di Madinah sangat dikondisikan oleh konteks sosial dan sejarah yang spesifik pada saat itu, Model Madinah bisa menjadi inspirasi dan ilham untuk meneari bentuk pengelolaan kehidupan modern sekarang ini bagi umat Islam, tetapi model itu bukanlah juklak yang harus ditiru setindak demi setindak. U mat Islam harus merumuskan sendiri model baru yang sesuai dengan tantangan saat ini."(Ulil, 2005:98).

; Hermeneutika dan teks-teks keagamaan tersier

Salah satu fakta yang tak dapat dipungkiri, bahwa AI-Qur'an dan Hadits dalam sepanjang sejarah umat Islam telah mampu menggerakkan umat Islam untuk membaea, mengamati dan menganalisa sehingga membentuk . sebuah peradaban khas yang berbeda dengan peradaban-peradaban dunia

lainnya. Dari Al-Qur'an dan Hadits te1ah muneul beribu-ribu bahkan berjuta-juta judul kitab dan buku yang ditulis oleh umat Islam. Kitab -kitab

. tafsir al-Qur'an, ulumul Qur'an, kitabkitab Hadits, syuruhul hadits dan ulumul hadits telah. memenuhi perpustakaan dunia. Di samping ilmuilmu yang dihasilkan dari pemaharnanpemahanian terhadap al-Qur'an dan

262

abbltt. Vol 2 No 1 Januari Juni 2008

Hadits, seperti buku-buku tentang aqidah/ ilmu kalam denganaliran-aliran yang bervariasi , fiqh - ushul fiqh dengan berbagai madzhabnya dan ilmu akhlaq / tasawwuf dengan bermacammacam alirannya. Semua itu adalah khazanah intelektual umat Islam yang bersumber dari AI-Qur'an dan Hadits. Khazanah intelektual itu merupakan warisan yang tak ternilai harganya bagi kesinambunga umat Islam khususnya dan umat manusia pada umumnya. Namun sesuatu yang harus disadari, bahwa kitab-kirab dan buku-buku klasik yang agung itu merupakan hasil refleksi dan intelektual interpretatif para ulama terhadap pesan-pesan Al-Qur'an dan Hadits. Sebagai hasil refleksi dalam mendialogkan pesan-pesan Al-Qur.an dan Hadits dengan realitas yang dihadapi oleh umat Islam pada masanya. Dekonstruksi dan Rekonstruksi terhadap war isan intelektual itu merupakan .keharusan. Terpaku pada teks-teks kitab klasik hanya akan rnenimbulkan ambivalensi atau bahkan apatisrne. Pr6blematika sosial, ekonomi dan budaya tak henti-hentinya berrnunculan, yang tak bisa dibendung. Sernua itu membutuhkan solusi dan tentu saja ~gama terpanggil untuk masuk di dalamnya. Solusi-solusi yang tersedia dalam kitabklasik sudah tidak mernadai, karena kesenjangan antara realitas social dan tealitas teks.

Fenomena di atas, mendorong , para ulama dan sarjana muslim untuk berijtihad dalam rangka reformulasi: dan reaktualisasi pesan-pesan Islam agar

benar-benar membumi. Berbagai alternatif solusi telah bermunculan, mulai dari yang tradisionalis-konservatif sampai yang modernis-liberalis, Untuk mendapatkan hasil optimal dari usaha ini, menelaah ulang berbagai piranti ijtihad yang kita warisi sangatlah mendesak tanpa harus membuang dan meninggalkannya. Yusuf Al-Qordowi dalam berbagai bukunya, menawarkan tiga alternatif benruk : ijtihad kontemporer. Pertama, ijtihad intiqo'i yakni ijtihad dalam bentuk penyeleksian atau penyulihan terhadap pendapat ulama klasik yang dipandang relevan untuk realitas kekinian dan otentik dari sudut pandangannya; Kedua, ijtihad insya'i yakni ijtihad dengan cara mengambil konklusi bam dalam masalah kontemporer , di mana permasalahan tersebut belum pernah dikaji oleh ularna klasik; Ketiga , kombinasi ijtihad intiqo'i dan insya'i yakni menyeleksi komentar ulama klasik yang lebih coeok dengan

, problernatika aktual dan yang lebih kuat, kemudian ditambahkan pada pendapat itu berupa unsur-unsur ijtihad baru. Ketiga bentuk alternatif ijtihad terse but dapat dilakukan seeara personal (ijtihad fardi) maupun kolektif (ijtihad jama'i) (Qaradhawi, 1989: 114).

Hermeneutika sebagai sebuah met ode penafsiran dapat dijadikan alternatif dalam wilayah ini. Teka-teks yang terhimpun dalam lampiranlampiran kitab-kitab klasik dari berbagai disiplin ilmu, perlu dieari relevansinya pada masa kontemporer.

abbifl, Vol 2 No 1 Januari-Juli 2008

263

Konsep hermeneutika Wilhelm Dilthey, yang; ia sebut re-experiencing, reliving atau recreating sangat relevan untuk diaplikasikan, sebab konsep ini menuntut pembaca dan penafsir untuk bisa membayangkan situasi dan kondisi saat teks itu muncul, seakan-akan menjadi kawan semasa dengan author. Demikian juga konsep hermeneutika Gadamer dengan teo ri "effective history" nya .. Teori ini mengajak kita untuk melihat masa lampau saat teks dilahirkan dan dipublikasikan, masa kini untuk mendialogkan teks masa lampau dengan konteks pembaca dan penafsir sekarang, sehingga akan muncul satu penafsiran yang sesuai dengan konteks kekinian dan kedisinian, juga masa depan yang akan melahirkan nuansa baru: lebih produktif. Bila hermeneutika Wilhelm Dilthey . dan Gadamer kita .jadikan alternatif dalam memahami warisan intelektual kita dengan menggabungkan tawaran Yusuf, Al-Qordowi cli atas, stagnasi pemikiran yang menimpa umat Islam saat ini akan segera bergerak kembali. . Adalah sebuah kesalahan , bila sesuatu yang profan disakralkan, sebagaimana . salah menganggap yang sakral dianggap

profan. '. .

;

"

V. PENUTUP

Dalam memahami agama Islam ada tiga sumher yang dapat digunakan yaitu : AI-Qur'an sebagai sumber primer, Al-Hadits sebagai sumber sekurider yangmenjelaskan maksud sumbe'r primer dan ijtihad para

ulama dan sarjana umat Islam dalam menangkap dan mengoperasionalkan pesan-pesan Al-Qur'an .dan AI-Hadits. Ketiga sumber ini tak henti-hentinya dikaji oleh umat Islam untuk mendapatkan petunjuk dan mencari solusi atas problematika umat dari waktu ke waktu. Kajian ketiga sumber ini, dalam waktu yang panjang men gal ami pasang surut dan timbul tenggelam, sesuai dengan situasi dan kondisi yang mempengaruhi umat Islam.

Sejak paruh kedua abad 20 yang baru berlalu, umat Islam mengenal metodologi hermeneutika yang lahir dad peradaban barat. Sebagian umat Islam yang tertarik dengan metodologi ini, mengadopsinya dan diterapkan dalam studi keislaman. Sebagai metode baru, yang sebelumnya tidak dikenal oleh umat Islam, maka wajar bila mereka menanggapinya· dengan penuh rasa curiga, bahkan menolak mentahmentah. Tuduhan bahwa, hermeneutika adalah jalan pelican pemurtadan umat secara sistema tis dan akademis, lamas dilekatkan kepada met ode ini. Layaknya sesuatu yang baru, pro dan kontra tak dapat dielakkan seperti yang pernah dialami umat Islam klasik kerika bersentuhan dengan filsafat Yunani. Sejarah mencatat, filsafat Yunani setelah berdialektika dengan pemikiranpemikiran Islam dapat diterima. Bukti penerimaan filsafat Yunani oleh umat Islam adalah diterimanya teologi atau ilmu kalam Asy-'ariyyahMaturidiyyah, yang tak bisa disangkal

264

Abbit'l. Vol 2 No 1 Januari Juni 2008

prernis-premisnya adalah pengaruh filsafat Yunani. Hal yang sarna juga nampak pada ilmu ushul fiqh.

Herrneneutika sebagai bagian ilrnu filsafat, lambat laun akan diterima oleh umat Islam; setelah mengalami proses dialogis dan penyaringan-

penyaringan. Bila kita sering mendengar kaidah " Al-muhaJadzatu al-alqodim alsholih wa al·akhdzu hi al-jadidi al-ashlah" maka kaidah ini yang saya kira tepat untuk mensikapi metodologi hermeneutika dalam studi ilmu-ilmu keislaman. Wa Allahu al·muwaffiq.

DAFTAR· puSTAKA

Adian Husaini, Hegemoni Kristen - Barat dalam studi Islam di Perguruan Tinggi, Genu Insani Press, Jakarta: 2006, Cet. I

Al-Qorofi, Al-Ihkam fi Tamyiz alfatawi mi al-ahkam, Maktab al-Mathbuat alIsIa~yah, Halb : 1995

Aksin Wijaya, Menggugat Otentisitas Wahyu Tuhan, Y ogyakarta : Safitria Insania Press,2004

Depag Republik Indonesia,.AI-Qur'an dan Terjemahannya, Jakarta: Tahun 1984/ 1985

Duncan S. Fergusson, Biblical Hermeneutic: A n introduction, London: SCM Press. E. Sumaryono, Hermeneutika, Sebuah Metode FilsaJat, Y ogyakarta : Kanisius, 1999 Farid Esack, Qur'an Libenuionand Plaralism, Oxford One World, 1997. Fakhruddin Faiz, Hermeneutika Qur'aniA ntara Teks, Konteks dan Kontekstualisasi,

Yogyakarta : Qola.tn, 2003, Get. m

Hamid Fahini Zarkasyi, Hermeneutika Sehagai Produk Pandangan Hidup, Makalah dalacl WorkshopPemikiran Islam dan Barat di IKAHA, 3 ~ 5 Juni 2004.

Hafidh .Abdurraman, Kebrobokan Tafsir Hermeneutika, Bulletin AI-Wa'ie , November 2003, Edisi NO. 39 Th. IV

I .

Josef Bleicher, Contemporary Hermeneutics. London, Boston and Henley:

Routledhge and Kegan Paul, 1980.

Maurice Bucaille ; Bible, AI-Qur'an dan Sains Modern, Jakarta: Bulan Bintang,

1997 .

Muhammad 'AtaAl Sid) Sejarah Kalam Tuban , Teraju .

Muhammad Sulaiman Al-Asyqor, A/al ar·Rasul wa Dalalatuha ala ctl-ahkam as-

AbbfH, Vol 2 No 1 Januar!-Julf2008

. .

265

syariya~, Beirut: Muassah Ar-Risalah ,1988, Get. II

Mustafid. Ed. iKontekstualuasi T~r4ts, Telaah Regresif dan Progresif , Kediri :Purna Siswa Aliyah 2005 Maclrasah Hidayatul Mubtadiin Lirboyo

Richard E. Palmer, Hermeneutics: Interpretation Theory In Schleimacher, Diltbey . and Gadamer, Evanston: Northwestern University Press, 1969.

Sayyid Hossein Nasr, IslamicStudies: Essai on Low and Society, New York State University Press, 1989.

Sumanto Al-Qurthubi, Lubang Hitam Agama, Y ogyakarta : llham Institut Rumah Kata, 2005.

Ugi Suharto, Makalah, dipresentasikan dalam Seminar Nasional di UMY tanggal

10 April 2003-01-08 . .

Ulil Abshor Abdalla , MenjadiMuslim Liberal, Jakarta: Nalar, Oktober. 2005 _______ , ljtihad Islam Liberal, Abdul Muqshid Ghozali( Penyuning), Jakarta: [aringan Islam Liberal, J uni 2005.

Van A. Harvey, "Hermeneutic" dalam Mircea Eliade The Enciclopedia 0/ Religion Vol. VI,: New York: Macmillan Publising Co, T. Th

W. Poespoprojo, Dr. ,Hermeneutika, Bandung : Pustaka Setia, Mei 2004.

Yusuf Al-Qordowi,AI-Ijtihadfi Syari'ah·al-Islamiyah, Kuwait: Darn! Qolam, 1989, Get. II

______ , Syari'at af.Islam Khuluduha wa Sholahiyyatuha li at- Tatbiq fi Kulli zarnanin wa mahan, Beirut: Muassasah Ar-Risalah , 1988 , Get. I.

abbh1. Vol 2 No 1 Januarl Juni 2008

266

Anda mungkin juga menyukai