A. Pendahuluan
Alquran merupakan sumber utama dalam prosedur untuk melakukan istinbat (penetapan) hukum.
Tanpa Alquran, tidak mungkin dipahami ajaran Islam secara keseluruhan dan hukum Islam secara
partikular. Pembahasan tentang Alquran sebagai sumber utama hukum Islam adalah sesuatu yang
seragam di dalam kitab-kitab usul fikih. Namun keseragaman ini menjadi sirna manakala
pembahasan mulai memasuki persoalan-persoalan yang lebih detail, misalnya mengenai kedilalahan
ayat-ayat Alquran sebagai hujjah di dalam kerangka istinbat hukum. Salah satu persoalan yang
cukup rumit dan variatif adalah terkait dengan permasalahan pengkategorian ayat-ayat Alquran ke
dalam qat’i dan zanni.
Secara umum pengkategorian ini menjadi sangat penting di dalam menjadikan satu ayat sebagai
dalil hukum. Hal ini terkait dengan persoalan penggunaan rasionalitas di dalam hukum. Apabila satu
ayat dikategorikan qat’i, maka tingkat rasionalitasnya menjadi rendah. Sedangkan bila
dikategorikan zanni, maka tingkat spekulatifnya menjadi tinggi.
Apabila diteliti dengan seksama, maka terlihat bahwa persoalan qat’i dan zanni ini merupakan
persoalan pelik yang memerlukan pembahasan yang cukup panjang dan rumit. Ada kesan seolah-
olah pengkategorian ini telah baku dan tidak berubah.
Makalah ini akan mencoba menguraikan pembahasan tentang qat’i dan zanni, dan beberapa
pembahasan terkait dengan keduanya.
F. Penutup
Qat’i dan Zanni pada dasarnya merupakan term ilmu usul fikih. Karena itu, konsep qat’i dan zanni
pada dasarnya disediakan oleh ilmu tersebut. Qat’i berarti sebuah tunjukan pemahaman yang tidak
boleh/mungkin ada arti atau makna lain yang berbeda dari sebuah nash. Sedangkan zanni adalah
sebuah tunjukan yang mungkin ada beberapa pemahaman terhadap sebuah nash.
Karena itu, ayat-ayat qat’i dalam Alquran bisa didifenisikan sebagai ayat yang mempunyai tunjukan
yang jelas, hingga tidak mungkin ada pemahaman lain yang berbeda terhadap ayat tersebut.
Sedangkan ayat zanni adalah ayat yang mempunyai tunjukan yang mungkin atau bisa menghasilkan
pemahaman berbeda.
Qat’i sendiri merupakan akumulasi dari zanni. Artinya bahwa berbagai penjelasan dari ayat-ayat
zanni menghasilkan sebuah pemahaman terhadap sebuah ayat menjadi qat’i. Karena itu,
kemungkinan perubahan pada ayat zanni sangat berpengaruh pada ayat-ayat qat’i dalam
menafsirkan Alquran.
Belum penulis temukan asal-usul lahirnya konsep qat’i dan zanni, baik tentang latar-belakang dan
perumusnya dengan lengkap. Akan tetapi dapat penulis simpulkan bahwa konsep ini lahir pada masa
bervariasinya paham hukum Islam yakni pada abad 2 Hijriyah, hingga dibutuhkan sebuah
pembatasan di mana tidak semua ayat dapat ditafsirkan dengan berbeda. Konsep tersebut
dipergunakan untuk menjaga kejelasan dan keseragaman dasar-dasar agama.
Daftar Pustaka
Abu al-‘Ainin, Abu al-‘Ainin Badran. Ushul Fiqh al-Islamy. tp., t.t.
Abu Zahrah, Muhammad. Ushul al-Fiqh. Kairo : Dār al-Fikr al-‘Arabi, 1958.
Gazali, Muhammad. Al-Mustashfa min ‘Ilm al-Ushul. Beirut: Dar Al-Arqom bin Abi Al-Arqom, t.t.
Ibn al-Atsir. an-Nihayah, Juz. II. Mesir: Dar al-Hayah al-Kutub al-‘Araby, t.t.
Khallaf, Abdul Wahhab. ‘Ilm Ushul Fiqh. Kuwait: Dar al-Qalam 1978.
Ma’luf, Louis. al-Munjid fi al-Lugah wa al-A’lam. Beirut: Dar Masyriq, 1987.
Syafe’i, Rachmat. Ilmu Ushul Fiqih. Bandung: CV Pustaka Setia, 2007.
Syatibi, Abu Ishak. al-Muwafaqat. Beirut: Dar al-Ma’rifah, 1994.
Tawilah, Abd al-Wahhab ‘Abd al-Salām. Mengungkap Berita Besar Dalam Kitab Suci, terj. Medan:
Tiga Serangkai, 2005.
Thowil, Taufiq. Ususu al-Falsafah. Kairo: Daru al-Nahdhah Al-‘Arabiah, 1979.
Zarqa. Al-Madkhal al-Fiqh al-‘Am, Jil. 1. Damsyiq: Dar al-Fikr, 1968.
Zuhdi, Masjfuk. Pengantar Hukum Syariah. Jakarta: DV Mas Agung, 1987.