Anda di halaman 1dari 18

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Nikah, menurut bahasa: al jamu dan al-dhamu yang artinya
kumpul. Makna nikah (zawaj) bisa diartikan dengan aqdu al-zawaj
yang artinya akad nikah. Juga bisa diartikan (wathu al-zawaj)
bermakna menyetubuhi istri. Beberapa penulis juga terkadang
menyebut pernikahan dengan kata perkawinan. Dalam bahasa
Indonesia perkawinan berasal dari kata kawin yang menurut
bahasa berarti membentuk keluarga dengan lawan jenis,
melakukan hubungan kelamin atau bersetubuh. Istilah kawin
digunakan secara umum untuk tumbuhan, hewan, manusia dan
menunjukan proses generative secara alami. Berbeda dengan
itu, nikah hanya digunakan pada manusia karena memgandung
keabsahan secara hukum nasional, adat istiadat dan terutama
menurut agama

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa pengertian dari Pernikahan?
2. Apa dasar hukum pernikahan?
3. Apa macam macam nikah?

1
DAFTAR ISI :
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ....................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah .................................................................................. 1
BAB II PEMBAHASAN ................................................................................ 3
2.1 Pengertian Pernikah............................................................................... 3
2.2 Dasar hukum pernikahan ..................................................................... 4
2.3 Tujuan Pernikah..................................................................................... 5
2.4 Hikmah Pengertian............................................................................... 7
2.5 Macam-macam nikah ......................................................................... 8
BAB III PENUTUP........................................................................................ 15
1. Kesimpulan ............................................................................................ 15
Daftar Pustaka ................................................................................................ 16

2
BAB 2

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Pernikahan

Nikah, menurut bahasa: al jamu dan al-dhamu yang artinya


kumpul. Makna nikah (zawaj) bisa diartikan dengan aqdu al-zawaj
yang artinya akad nikah. Juga bisa diartikan (wathu al-zawaj)
bermakna menyetubuhi istri. Beberapa penulis juga terkadang
menyebut pernikahan dengan kata perkawinan. Dalam bahasa
Indonesia perkawinan berasal dari kata kawin yang menurut bahasa
berarti membentuk keluarga dengan lawan jenis, melakukan
hubungan kelamin atau bersetubuh. Istilah kawin digunakan secara
umum untuk tumbuhan, hewan, manusia dan menunjukan proses
generative secara alami. Berbeda dengan itu, nikah hanya digunakan
pada manusia karena memgandung keabsahan secara hukum
nasional, adat istiadat dan terutama menurut agama.

Adapun menurut syarak: nikah adalah akad serah terima antara


laki-laki dan perempuan dengan tujuan untuk saling memuaskan satu
sama lainya dan untuk membrentuk sebuah bahtera rumah tangga
yang sakinah serta masyarakat yang sejahtera. Para ahli fiqih
berkata, zawwaj atau nikah adalah akad yang secara keseluruhan
didalamnya mengandung kata1 inkah atau tazwij. Hal ini sesuai
dengan ungkapan yang ditulis Zakiah Darajat dkk yang memberikan
definisi perkawinan sebagai berikut: akad yang mengandung
ketentuan hukum kebolehan hubungan kelamin dengan lafaz nikah
atau tazwij atau yang semakna dengan keduanya.

Dalam Undang-Undang No. 1 Tahun 1974 Bab 1 pasal 1


disebutkan bahwa: perkawinan adalah ikatan lahir batin antara
seorang pria dengan seorang wanita sebagai suami istri dengan
tujuan membentuk keluarga yang bahagia dan kekal berdasarkan
Ketuhanan Yang Maha Esa.

1 Tihami dan Sohari Sahrani, Fikih Munakahat, (Jakarta:PT. RajaGrafindo


Persada, 2010)

3
Pendapat Syafiiyah yang paling shahih mengenai pengertian
nikah secara syarI adalah bahwa kata itu dari sisi denotatif bermakna
akad sedang dari segi konotatif bermakna hubungan intim
sebagaimana disinggung al-Quran maupun as-sunnah kata nikah
dalam firman Allah sebelum dia menikah dengan suami yang lain
(QS. Al-Baqarah:230) maksudnya adalah akad sedangkan makna
hubungan intim diambil dari hadits al-Bukhari dan muslim, sebelum
engkau mengecap madunya

2.2 Dasar Hukum Nikah

Perkawinan adalah sunatullah, hukum alam di dunia. Perkawinan


dilakukan oleh manusia, hewan,bahkan oleh tumbuh-tumbuhan.
Bahwa segala sesuatu di dunia ini terdiri dari dua pasangan. Misalnya,
air yang kita minum terdiri dari oksigen dan hydrogen, listrik ada
positif dan negative dan lain sebagainya. Sesuai dengan firman Allah
dalam surat Adz Dzariyat ayat 49 sebagai berikut:

Artinya: dan segala sesuatu Kami ciptakan berpasang-pasangan


supaya kamu mengingat kebesaran Allah. ( QS. Adz Dzariyat Ayat 49)

Pada dasarnya pernikahan itu diperintahkan oleh syara.


Sebagaimana ditegaskan dalam firman Allah SWT QS An-Nisa Ayat 3

Artinya :

Dan jika kamu takut tidak akan dapat Berlaku adil terhadap (hak-hak)
perempuan yang yatim (bilamana kamu mengawininya), Maka
kawinilah wanita-wanita (lain) yang kamu senangi : dua, tiga atau
empat. kemudian jika kamu takut tidak akan dapat Berlaku adil, Maka
(kawinilah) seorang saja, atau budak-budak yang kamu miliki. yang

4
demikian itu adalah lebih dekat kepada tidak berbuat aniaya. ( QS An
Nisa ayat 3)

Rasulullah Saw bersabda:

:
:

ibnu masud r.a berkata : Rasulullah Saw bersabda kepada kami:


Hai para pemuda, apabila diantara kamu mampu untuk kawin,
hendaklah ia kawin, sebab kawin itu lebih kuasa untuk menjaga mata
dan kemaluan, dan barang siapa tidak mampumaka hendaklah ia
berpuasa sebab puasa itu menjadi penjaga baginya .(HR. Bukhari-
muslim)

Perkawinan pada dasarnya adalah mubah tergantung pada


tingkat maslahatnya. Meskipun asal hukumnya adalah mubah, namun
dapat berubah menurut ahkamal khamsah (hukum yang lima)
menurut perubahan2.

1. Nikah wajib, nikah diwajibkan bagi orang yang telah mampu


yang akan menambah takwa. Nikah juga wajib bagi orang yang telah
mampu, yang akan menjaga jiwa dan menyelamatkannya dari
perbuatan haram.

2. Nikah haram, nikah diharamkan bagi orang yang tahu bahwa


dirinya tidak mampu melaksanakan hidup berumah tangga
melaksanakan kewajiban lahir seperti memberi nafkah, pakaian,
tempat tinggal dan kewajiban batin seperti mencampuri istri atau
berniat untuk menyakiti perempuan yang dinikahi.

3. Nikah sunnah, nikah disunnahkan bagi orang yang sudah


mampu tetapi ia masih sanggup mengendalikan dirinya dari
perbuatan haram.

4. Nikah mubah, yaitu bagi orang yang tidak berhalangan dan


dorongan unuk nikah belum membahayakan dirinya, ia belum wajib
nikah dan tidak haram bila tidak nikah.

2 Moh saifulloh al Aziz, Fiqih Islam Lengkap, (Surabaya: Terbit Terang, 2005), 473

5
5. Nikah makruh yaitu bagi orang yang tidak bisa memberi
nafkah.

2.3 Tujuan Pernikahan

Kompilasi hukum islam merumuskan bahwa tujuan pernikahan


adalah untuk mewujudkan kehidupan rumah tangga yang sakinah
mawadah warahmah yaitu rumah tangga yang tentram, penuh kasih
sayang serta bahagia lahir dan batin. Hal tersebut sesuai dengan
firman Allah SWT dalam QS. Ar-ruum ayat 21 yang artinya:











Artinya: dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia


menciptakan untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu
cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya
diantaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang
demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang
berfikir (QS Ar Rum Ayat 21)

Tujuan pernikahan tidak hanya terbatas pada hal-hal yang


bersifat biologis yang menghalalkan hubungan seksual antara kedua
belah pihak, tetapi lebih luas meliputi segala aspek kehidupan rumah
tangga, baik lahiriah maupun batiniah. Sesungguhnya pernikahan itu
ikatan yang mulia dan penuh barakah. Allah SWT mensyariatkan
untuk keselamatan hambanya dan kemanfaatan bagi manusia agar
tercapai maksud dan tujuan yang baik.3

Zakiyah Darajat dkk mengemukakan lima tujuan dalam


pernikahan yaitu:

1. Mendapatkan dan melangsungkan keturunan

2. Memenuhi hajat manusia menyalurkan syhwatnya dan


menumpahkan kasih sayangnya.

3. Memenuhi panggilan agama, memelihara diri dari kejahatan


dan kerusakan
3 http://hariswandi.wordpress.com/2011/10/20/tujuan-dan-hikmah-
pernikahan/

6
4. Menumbuhkan kesungguhan untuk bertanggung jawab

5. Membangun rumah tangga untuk membentuk masyarakat


yang tentram atas dasar cinta dan kasih sayang.

Pernikahan juga bertujuan untuk menata keluarga sebagai subjek


untuk membiasakan pengalaman-pengalaman ajaran agama. Fungsi
keluarga adalah menjadi pelaksana pendidikan yang paling
menentukan. Sebab keluarga merupakan salah satu diantara lembaga
pendidikan informal, ibu bapak yang dikenal pertama oleh putra
putrinya dengan segala perlakuan yang diterima dan yang
dirasakannya, dapat menjadi dasar pertumbuhan pribadi/kepribadian
putra putri itu sendiri.

Sebagaimana sabda nabi muhammad Saw:

tiada bayi yang dilahirkan melainkan lahir diatas fitrah maka


ayah dan ibundanya yang menjadikan ia yahudi nasrani atau majusi.
(HR. Bukhari dari Abu Hurairah)

Sulaiman al-Mufarraj dalam bukunya bekal pernikahan


menjelaskan bahwa ada 15 tujuan pernikahan yaitu:

1. Sebagai ibadah dan mendekatkan diri pada Allah SWT.

2. Untuk iffah (menjauhkan diri dari hal-hal yang dilarang)

3. Memperbanyak umat Muhammad Saw.

4. Menyempurnakan agama

5. Menikah termasu sunnahnya para utusan Allah

6. Melahirkan anak yang dapat memintakan pertolongan Allah


untuk ayah dan ibu mereka saat masuk surga

7. Menjaga masyarakat dari keburukan, runtuhnya moral,


perzinaan dan lain sebagainya.

8. Legalitas untuk melakukan hubungan intim, menciptakan


tanggung jawab bagi suami dalam memimpin rumah tangga.

9. Mempertemukan tali keluarga yang berbeda sehingga


memperkokoh lingkaran keluarga.

7
10. Saling mengenal dan menyayangi

11. Menjadikan ketenangan kecintaan dalam jiwa suami dan istri

12. Sebagia pilar untuk membangun rumah tangga islam yang


sesuai dengan ajaran-Nya

13. Suatu tanda kebesaran Allah SWT

14. Memperbanyak keturunan umat islam dan menyemarakkan


bumi melalui proses pernikahan

15. Unuk mengikuti panggilan iffah dan menjaga pandangan


kepada hal-hal yang diharamkan.

2.4 Hikmah Pernikahan

Sejalan dengan tujuannya pernikahan memiliki sejumlah hikmah


bagi orang yang melakukannya. Dalam ensiklopedi tematis dunia
islam, serta menurut sayid sabiq, ulama fiqih kontemporer dalam
bukunya fiqh as-sunah mengemukakan sebagai berikut:4

1. Dapat menyalurkan naluri seksual dengan cara sah dan


terpuji

Bagi manusia naluri tersebut sangat kuat dan keras serta


menuntut adanya penyaluran yang baik. Jika tidak, dapat
mengakibatkan kegoncangan dalam kehidupannya. Dengan
perkawinan, kehidupan manusia menjadi segar dan tentram serta
terpelihara dari perbuatan keji dan rendah.

2. Memelihara dan memperbanyak keturunan dengan terhormat


sehingga dapat menjaga kelestarian hidup umat manusia.

3. Naluri keibuan dan kebapakan akan saling melengkapi dalam


kehidupan rumah tangga bersama anak-anak

4. Melahirkan organisasi dengan pembagian tugas/tanggung


jawab tertentu,serta melatih kemampuan bekerjasama

5. Terbentuknya tali kekeluargaan dan silaturrahmi antar


keluarga

4 Tihami dan Sohari Sahrani, Op.Cit, 19

8
2.5. MACAM MACAM NIKAH

Allah tidak membiarkan para hamba-Nya hidup tanpa aturan.


Bahkan dalam masalah pernikahan, Allah dan Rasul-Nya menjelaskan
berbagai pernikahan yang dilarang dilakukan. Oleh karenanya, wajib
bagi seluruh kaum muslimin untuk menjauhinya.

1. Nikah Syighar

Definisi nikah ini sebagaimana yang disabdakan oleh Rasulullah


shallallaahu alaihi wa sallam:




:





.

Nikah syighar adalah seseorang yang berkata kepada orang


lain, Nikahkanlah aku dengan puterimu, maka aku akan nikahkan
puteriku dengan dirimu. Atau berkata, Nikahkanlah aku dengan
saudara perempuanmu, maka aku akan nikahkan saudara
perempuanku dengan dirimu.5

Dalam hadits lain, beliau shallallaahu alaihi wa sallam bersabda:

Tidak ada nikah syighar dalam Islam.

Hadits-hadits shahih di atas menjadi dalil atas haram dan tidak


sahnya nikah syighar. Nabi shallallaahu alaihi wa sallam tidak
membedakan, apakah nikah tersebut disebutkan mas kawin ataukah
tidak.

2. Nikah Tahlil

5 Hadits shahih: Diriwayatkan oleh Muslim (no. 1416) dari Shahabat Abu
Hurairah radhiyallaahu anhu

9
Yaitu menikahnya seorang laki-laki dengan seorang wanita yang
sudah ditalak tiga oleh suami sebelumnya. Lalu laki-laki tersebut
mentalaknya. Hal ini bertujuan agar wanita tersebut dapat dinikahi
kembali oleh suami sebelumnya (yang telah mentalaknya tiga kali)
setelah masa iddah wanita itu selesai.

Nikah semacam ini haram hukumnya dan termasuk dalam


perbuatan dosa besar. Rasulullah shallallaahu alaihi wa sallam
bersabda:

Rasulullah shallallaahu alaihi wa sallam melaknat muhallil6


dan muhallala lahu.

3. Nikah Mutah

Nikah mutah disebut juga nikah sementara atau nikah terputus.


Yaitu menikahnya seorang laki-laki dengan seorang wanita dalam
jangka waktu tertentu; satu hari, tiga hari, sepekan, sebulan, atau
lebih.

Para ulama kaum muslimin telah sepakat tentang haram dan


tidak sahnya nikah mutah. Apabilah telah terjadi, maka nikahnya
batal!.

Telah diriwayatkan dari Sabrah al-Juhani radhiyal-laahu anhu, ia


berkata,













Rasulullah shallallaahu alaihi wa sallam pernah memerintahkan


kami untuk melakukan nikah mutah pada saat Fat-hul Makkah ketika
memasuki kota Makkah. Kemudian sebelum kami mening-galkan

6 al-Wajiiz (hal. 296-297) dan al-Mausuuah Fiqhiyyah al-Muyassarah (hal. 53-56)

10
Makkah, beliau pun telah melarang kami darinya (melakukan nikah
mutah).7

Dalam riwayat lain disebutkan bahwa Rasulullah shallallaahu


alaihi wa sallam bersabda:






!


.

Wahai sekalian manusia! Sesungguhnya aku pernah


mengijinkan kalian untuk bersenang-senang dengan wanita (nikah
mutah selama tiga hari). Dan sesungguhnya Allah telah
mengharamkan hal tersebut (nikah mutah) selama-lamanya hingga
hari Kiamat.

4. Nikah Dalam Masa Iddah.

Berdasarkan firman Allah Taala:








Artinya :

Dan janganlah kamu menetapkan akad nikah, sebelum habis


masa iddahnya. (QS Al-Baqarah : 235)

5. Nikah Dengan Wanita Kafir Selain Yahudi Dan Nasrani/

Berdasarkan firman Allah Taala:
















Dan janganlah kaum nikahi perempuan musyrik, sebelum


mereka beriman. Sungguh, hamba sahaya perempuan yang beriman

7 Hadits shahih: Diriwayatkan oleh Muslim (no. 1406 (22)

11
lebih baik daripada perempuan musyrik meskipun ia menarik hatimu.
Dan janganlah kamu nikahkan orang (laki-laki) musyrik (dengan
perempuan yang beriman) sebelum mereka beriman. Sungguh,
hamba sahaya laki-laki yang beriman lebih baik daripada laki-laki
musyrik meskipun ia menarik hatimu. Mereka mengajak ke Neraka,
sedangkan Allah mengajak ke Surga dan ampunan dengan izin-Nya.
(Allah) menerangkan ayat-ayat-Nya kepada manusia agar mereka
mengambil pelajaran. (QS Al-Baqarah : 221)

6. Nikah Dengan Wanita-Wanita Yang Diharamkan Karena


Senasab Atau Hubungan Kekeluargaan Karena Pernikahan.

Berdasarkan firman Allah Taala:

Artinya :

Diharamkan atas kamu (menikahi) ibu-ibumu, anak-anak


perempuanmu, saudara-saudara perempuanmu, saudara-saudara
perempuan ayahmu, saudara-saudara perempuan ibumu, anak-anak
perempuan dari saudara laki-lakimu, anak-anak perempuan dari
saudara perem-puanmu, ibu-ibu yang menyusuimu, saudara-saudara
perempuan yang satu susuan denganmu, ibu-ibu isterimu (mertua),
anak-anak perempuan dari isterimu (anak tiri) yang dalam
pemeliharaanmu dari isteri yang telah kamu campuri, tetapi jika
kamu belum mencampurinya (dan sudah kamu ceraikan) maka tidak
berdosa atasmu (jika menikahinya), (dan diharamkan bagimu) isteri-
isteri anak kandungmu (menantu), dan (diharamkan) mengumpulkan
(dalam pernikahan) dua perempuan yang bersaudara, kecuali yang
telah terjadi pada masa lampau. Sungguh, Allah Maha Pengampun,
Maha Penyayang. ( QS An-Nisaa : 23)

7. Nikah Dengan Wanita Yang Haram Dinikahi Disebabkan


Sepersusuan, Berdasarkan Ayat Di Atas.

12
8. Nikah Yang Menghimpun Wanita Dengan Bibinya, Baik Dari
Pihak Ayahnya Maupun Dari Pihak ibunya.

Berdasarkan sabda Rasulullah shallallaahu alaihi wa sallam:




.


Artinya :

Tidak boleh dikumpulkan antara wanita dengan bibinya (dari


pihak ayah), tidak juga antara wanitadengan bibinya (dari pihak ibu).
( HR Bukhari Muslim)

9. Nikah Dengan Isteri Yang Telah Ditalak Tiga.

Wanita diharamkan bagi suaminya setelah talak tiga. Tidak


dihalalkan bagi suami untuk menikahinya hingga wanitu itu menikah
dengan orang lain dengan pernikahan yang wajar (bukan nikah tahlil),
lalu terjadi cerai antara keduanya. Maka suami sebelumnya diboleh-
kan menikahi wanita itu kembali setelah masa iddahnya selesai.

Berdasarkan firman Allah Taala:

Artinya:

Kemudian jika ia menceraikannya (setelah talak yang kedua),


maka perempuan itu tidak halal lagi baginya sebelum ia menikah
dengan suami yang lain. Kemudian jika suami yang lain itu
menceraikannya, maka tidak ada dosa bagi keduanya (suami pertama
dan bekas isteri) untuk menikah kembali jika keduanya berpendapat
akan dapat menjalankan hukum-hukum Allah. Itulah ketentuan-
ketentuan Allah yang diterangkan-Nya kepada orang-orang yang
berpengetahuan. (QS Al-Baqarah : 230)

Wanita yang telah ditalak tiga kemudian menikah dengan laki-


laki lain dan ingin kembali kepada suaminya yang pertama, maka

13
ketententuannya adalah keduanya harus sudah bercampur
(bersetubuh) kemudian terjadi perceraian, maka setelah iddah ia
boleh kembali kepada suaminya yang pertama. Dasar harus
dicampuri adalah sabda Nabi shallallaahu alaihi wa sallam,

Artinya:

Tidak, hingga engkau merasakan madunya (bersetubuh) dan ia


merasakan madumu.( HR Bukhari Muslim)

10. Nikah Pada Saat Melaksanakan Ibadah Ihram.

Orang yang sedang melaksanakan ibadah ihram tidak boleh


menikah, berdasarkan sabda Nabi shallal-laahu alaihi wa sallam:

Artinya :

Orang yang sedang ihram tidak boleh menikah atau melamar. (


HR Bukhari Muslim)

11. Nikah Dengan Wanita Yang Masih Bersuami.

Berdasarkan firman Allah Taala:

Artinya :

Dan (diharamkan juga kamu menikahi) perempuan yang bersuami


( QS. An-Nisaa : 24)

12. Nikah Dengan Wanita Pezina/Pelacur.

Berdasarkan firman Allah Taala:

Artinya :

14
Pezina laki-laki tidak boleh menikah kecuali dengan pezina
perempuan, atau dengan perempuan musyrik; dan pezina perempuan
tidak boleh menikah kecuali dengan pezina laki-laki atau dengan laki-
laki musyrik; dan yang demikian itu diharamkan bagi orang-orang
mukmin. (QS An-Nuur : 3)

Seorang laki-laki yang menjaga kehormatannya tidak boleh


menikah dengan seorang pelacur. Begitu juga wanita yang menjaga
kehormatannya tidak boleh menikah dengan laki-laki pezina. Hal ini
berdasarkan firman Allah Taala:

Artinya :

Perempuan-perempuan yang keji untuk laki-laki yang keji, dan


laki-laki yang keji untuk perempuan-perempuan yang keji (pula),
sedangkan perempuan-perempuan yang baik untuk laki-laki yang
baik, dan laki-laki yang baik untuk perempuan-perempuan yang baik
(pula). Mereka itu bersih dari apa yang dituduhkan orang. Mereka
memperoleh ampunan dan rizki yang mulia (Surga). (QS An-Nuur :
26)

Namun apabila keduanya telah bertaubat dengan taubat yang


nashuha (benar, jujur dan ikhlas) dan masing-masing memperbaiki
diri, maka boleh dinikahi.

Ibnu Abbas radhiyallaahu anhuma pernah berkata mengenai


laki-laki yang berzina kemudian hendak menikah dengan wanita yang
dizinainya, beliau berkata, Yang pertama adalah zina dan yang
terakhir adalah nikah. Yang pertama adalah haram sedangkan yang
terakhir halal.8

13. Nikah Dengan Lebih Dari Empat Wanita.

Berdasarkan firman Allah Taala:


8 Diriwayatkan oleh al-Baihaqi (VII/155). Lihat Adabul Khitbah waz Zifaf (hal.
29-30)

15













Artinya :

Dan jika kamu khawatir tidak akan mampu berlaku adil terhadap
(hak-hak) perempuan yatim (bilamana kamu menikahinya), maka
nikahilah perempuan (lain) yang kamu senangi: dua, tiga, atau
empat (QS An-Nisaa : 3)

Ketika ada seorang Shahabat bernama Ghailan bin Salamah


masuk Islam dengan isteri-isterinya, sedangkan ia memiliki sepuluh
orang isteri. Maka Nabi shallallaahu alaihi wa sallam memerintahkan
untuk memilih empat orang isteri, beliau bersabda,
.

Artinya :

Tetaplah engkau bersama keempat isterimu dan ceraikanlah


selebihnya. (HR Bukhari Muslim)

Juga ketika ada seorang Shahabat bernama Qais bin al-Harits


mengatakan bahwa ia akan masuk Islam sedangkan ia memiliki
delapan orang isteri. Maka ia mendatangi Nabi shallallaahu alaihi wa
sallam dan men-ceritakan keadaannya. Maka Nabi shallallaahu alaihi
wa sallam bersabda,

Artinya :

Pilihlah empat orang dari mereka. ( HR Bukhari muslim)

BAB 3
Kesimpulan

16
Nikah, menurut bahasa: al jamu dan al-dhamu yang artinya
kumpul. Makna nikah (zawaj) bisa diartikan dengan aqdu al-zawaj
yang artinya akad nikah. Juga bisa diartikan (wathu al-zawaj)
bermakna menyetubuhi istri.

Perkawinan adalah sunatullah, hukum alam di dunia. Perkawinan


dilakukan oleh manusia, hewan,bahkan oleh tumbuh-tumbuhan.
Bahwa segala sesuatu di dunia ini terdiri dari dua pasangan. Misalnya,
air yang kita minum terdiri dari oksigen dan hydrogen, listrik ada
positif dan negative dan lain sebagainya

Perkawinan pada dasarnya adalah mubah tergantung pada


tingkat maslahatnya. Meskipun asal hukumnya adalah mubah, namun
dapat berubah menurut ahkamal khamsah (hukum yang lima)
menurut perubahan

17
DAFTAR PUSTAKA

Tihami dan Sohari Sahrani, Fikih Munakahat, (Jakarta:PT. RajaGrafindo


Persada, 2010)

Moh saifulloh al Aziz, Fiqih Islam Lengkap, (Surabaya: Terbit Terang,


2005), 473

http://hariswandi.wordpress.com/2011/10/20/tujuan-dan-hikmah-
pernikahan/

Tihami dan Sohari Sahrani, Op.Cit, 19

Hadits shahih: Diriwayatkan oleh Muslim (no. 1416) dari Shahabat


Abu Hurairah radhiyallaahu anhu

Lihat al-Wajiiz (hal. 296-297) dan al-Mausuuah Fiqhiyyah al-


Muyassarah (hal. 53-56)

Hadits shahih: Diriwayatkan oleh Muslim (no. 1406 (22)

Diriwayatkan oleh al-Baihaqi (VII/155). Lihat Adabul Khitbah waz Zifaf


(hal. 29-30)

Diriwayatkan oleh al-Baihaqi (VII/155). Lihat Adabul Khitbah waz Zifaf


(hal. 29-30)

18

Anda mungkin juga menyukai