Anda di halaman 1dari 3

RESUME MENGENAL INSAN

NAMA : ANNISA PERMATA BUNDA


NIM : 2111212040
PERTEMUAN KE : 5
KELOMPOK : 15

1.Terhadap sesama muslim kita harus belajar saling memahami. Karena tingkat
kepahaman seseorang terhadap islam berbeda.
2. sebagai manusia harus terus melatih sifat ikhlas, lembut dan tidak mudah emosi.
3. manusia dimata Allah sama derajatnya. Pembedanya adalah tingkat
ketaqwaannya kepada Allah bukan banyaknya harta, tingginya jabatan, warna kulit
dan sebagainya.
4. sebagai insan yang Allah ciptakan hendaknya kita mengetahui tujuan kita
diciptakan dan terus menuntut ilmu.

A. MANUSIA & UNSURNYA


Manusia adalah makhluk ciptaan Allah yang terbuat dari tanah, kemudian Allah
tiupkan ruh kepada makhluk ciptaan itu.
Manusia terdiri dari tiga unsur:
1. Hati membentuk keputusan yang bersumber dari keyakinan (QS.75:14),
(QS.18:29)
2. Akal (QS.17:36).
3. Jasad (QS.9:105).

Dalam setiap ruh mengandung dua kekuatan, yaitu :


1. Quwwah Syahwiyah(pemenuhan kebutuhan jasad) mulai dari makan, minum
tidur sampai kebutuhan seksual.
2. Quwwah Ghadabiyah (kekuatan marah) dikaruniakan kepada manusia untuk
meolak atau menahan setiap serangan yang datang dari pihak lain yang ingin
mencelakakan atau memberi mudharat pada badan.
Disini Allah menambah satu komponen lagi yaitu akal. Akan tetapi akal juga
seringkali masih dikalahkan oleh dua kekuatan tadi. Sehingga pertimbangannya
menjadi tidak obyektif, kurang proporsional dan berat sebelah.
Untuk itu Allah menurunkan syari’at Islam, yang tujuannya adalah untuk
menyeimbangkan dan menyempurnakan diantara semua faktor yang membentuk
manusia. Dengan demikian manusia dapat menjadi mahluk yang berkepribadian
mantap, lurus dan
Ternyata, hidup adalah sebuah pertanggungjawaban. Ia bukan permainan.
Sebab ia di berikan kepada kita atas sebuah perjanjian maha-sakral dengan Allah,
Sang pencipta kehidupan. Dan bumi, tempat dimana kehidupan manusia disemaikan
adalah panggung pementasan amanah.Tiap detik yang kita lalui dilorong waktu
kehidupan ini adalah jenak-jenak yang harus dipertanggungjawabkan dihadapan
Allah. Setiap ruang dan waktu harus merupakan implementasi “ibadah” total kepada
Allah. Sebab hanya dalam kerangka itu, semua gerak kita memperoleh makna hakiki
di mata Allah.
Dalam visi seorang Muslim, Ibadah itu dijewantahkan dalam dua kata: imaroh
dan khilafah. Inilah amanah besar yang dibebankan kepundak manusia. Dan untuk
amanah itu pulalah, Allah berkenan meniupkan nafas kehidupan ke dalam raga
manusiawi kita.
Sesungguhnya tingkat kesadaran kita akan hakikat ini akan menentukan
tingkat ‘intensitas’ kehadiran jiwa dalam menjalani hidup. Sebab kesadaran itulah
yang mengikat jiwa kita secara terus menerus dengan misi penciptaan kita. Seperti
mata, jiwa yang memiliki kesadaran begini, selamanya akan terbuka membelalak
menatap setiap jejak langkahnya.Begitulah pada mulanya kesadaran amanah itu
hinggap dalam jiwa dan akal Rasulullah SAW. Seterusnya ia menulari jiwa dan akal
sahabat-sahabat beliau. Dan dari telaga kesadaran inilah mereka meneguk mata air
kecemerlangan. Sebab air telaga itulah yang memberi mereka “dorongan dan tenaga
jiwa” yang tak pernah kering.
Obsesi amanah telah melepaskan jiwa mereka dari daya tarik lingkaran
kehidupan duniawi. Sebab sesungguhnya berkarya dalam memberi itu adalah
menapaki tangga menuju langit ketinggian. Dan hambatan terbesar yang akan selalu
akan memberatkan langkah kita.
Disaat manusia beranjak dewasa, yang ditandai oleh kesempurnaan akalnya, maka
semenjak itu ia ,mulai berpikir tentang keberadaannya di dunia ini. Ia mulai berpikir
tentang beberapa pertanyaan mendasar yang sangat perlu, bahkan harus ia jawab.
Jawaban tersebut akan menjadi landasan kehidupan pada masa-masa selanjutnya .
selama itu belum terjawab, selama itu pula manusia tersesat tanpa tujuan jelas dan
tidak akan berjalan tenang di atas dunia ini. Karena sifatnya yang demikian,beberapa
pertanyaan pokok dan mendasar ini sering disebut sebagai “Uqdatul Kobro” atau
masalah simpul yang sangat besar.

Anda mungkin juga menyukai