Anda di halaman 1dari 17

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Di Indonesia kemiskinan merupakan masalah utama dan paling mendasar yang setiap
harinya menjadi perhatian utama bagi pemerintah. Apalagi di Indonesia masih memiliki
masalah yang cukup pelik dalam pemberantasan kemiskinan, tentu saja bukan hanya
Indonesia saja yang memiliki masalah semacam ini, banyak negara yang juga berkutat
dengan masalah kemiskinan, bahkan lebih parah dari Indonesia. Bagi Indonesia yang
merupakan salah satu negara berkembang yang ada di ASEAN masalah kemiskinan
bukan merupakan hal yang baru. Hampir semua periode pemerintahan yang ada di
Indonesia menempatkan masalah kemiskinan menjadi isu pembangunan. Efektivitas
dalam menurunkan jumlah penduduk miskin merupakan pertumbuhan utama dalam
memilih strategi atau instrumen pembangunan. Masalah kemiskinan ini sangatlah
kompleks dan bersifat multidimensional, dimana berkaitan dengan aspek sosial,
ekonomi, budaya, dan aspek lainnya. Kemiskinan terus menjadi masalah fenomenal di
belahan dunia, khususnya Indonesia yang merupakan Negara berkembang. Kemiskinan
telah membuat jutaan anak tidak bisa mengenyam pendidikan, kesulitan membiayai
kesehatan, kurangnya tabungan dan investasi, dan masalah lain yang menjurus ke arah
tindakan kekerasan dan kejahatan.Setiap negara memiliki anggota masyarakat yang
berada di bawah garis kemiskinan, tentunya di setiap negara permasalahan kemiskinan
ini telah menjadi masalah yang global. Kemiskinan dapat dilihat sebagai kondisi kolektif
masyarakat miskin, atau kelompok orang-orang miskin, dan dalam pengertian ini
keseluruhan negara kadang-kadang dianggap miskin. Untuk menghindari stigma ini,
negara-negara ini biasanya disebut sebagai negara berkembang.
Penyebab kemiskinan begitu beragam dalam berbagai negara. Bahkan masalah
kemiskinan seperti ketersediaan kebutuhan pokok merupakan faktor yang sangat krusial
yang dapat menjatuhkan sebuah pemerintahan, Oleh karena itu, wajib hukumnya untuk
mengetahui dan mempelajari lagi tentang pemasalahan kemiskinan ini. Hal ini juga
biasanya ditentukan oleh pemerintah melalui penetapan garis kemiskinan yang
ditentukan dengan ekonomi. Karena tingkat kesejahteraan masayarakat ditentukan
oleh kebijakan ekonomi pemerintah. Jadi kemiskinan bisa juga disebabkan oleh
gagalnya perkembangan ekonomi yang direncanakan pemerintah.

1
Kebutuhan khusus pada masalah ekonomi yang meliputi kemiskinan salah satunya
adalah karena adanya pertemuan antara kebutuhan manusia yang tidak terbatas
seperti produksi, distribusi, dan konsumsi. Namun, seiring dengan berjalannya waktu,
masalah yang timbul pun terus bergeser, hingga munculah sebuah sebutan masalah
ekonomi modern. Di mana, masalah ini dianut oleh para ahli yang mengikuti aliran
modern.

B. Rumusan Masalah
1. Mengetahui tentang pengaruh kemiskinan di Indonesia

2
C. Tujuan Penulisan
Untuk mengetahui pengaruh kemiskinan masalah ekonomi di Indonesia

D. Manfaat Penulisan
Diharapkan dapat menjadi tambahan referensi infomasi dan wawasan tambahan
terhadap masalah ekonomi di Indonesia

3
BAB II

PEMBAHASAN

A. Kemiskinan
1. Definisi
Secara umum, kemiskinan didefinisikan sebagai kondisi saat seseorang atau
sekelompok orang tak mampu memenuhi hak-hak dasarnya untuk
mempertahankan dan mengembangkan kehidupan yang bermartabat (Syawie,
2011).

Sedangkan menurut ideologi konservatif yang berakar pada kapitalisme dan


liberalism abad ke-19. Umumnya kaum konservatif melihat masalah kemiskinan
sebagai kesalahan pada orang miskin sendiri. Mereka cenderung menilai positif
struktur sosial yang sudah ada, maka orang-orang yang miskin dianggap sebagai
orang yang gagal menyesuaikan diri dalam tata sosial yang ada atau bahkan
menyimpang dari ketentuan-ketentuan yang diharapkan dan yang sudah disetujui
masyarakat. Kaum konservatif senang menyebarluaskan contoh-contoh orang yang
berhasil naik jenjang. Kaum konservatif tidak memandang kemiskinan sebagai
masalah yang serius dan percaya bahwa kemiskinan akan terselesaikan dengan
sendirinya (Wijaya, 2015).

Prinsip kemiskinan yang melihat kepada ukuran melalui pendapatan dan kekayaan
adalah salah satu daripada petunjuk kemiskinan, dan ukuran ini harus diperbaiki
kerana dimensi kemiskinan turut merangkumkan sebab akibat yang jauh lebih besar
impaknya. Pengukuran berdasarkan keupayaan dan keperluan yang mencukupi
mengundang agar usaha membasmi kemiskinan dilihat dalam konteks
perbandingan atau kemiskinan relatif. Pengukuran mengikut kemiskinan relatif
bermakna ukuran keupayaan dan keperluan mencukupi mendorong usaha
memperbaiki keadaan hidup golongan manusia yang relatifnya miskin walaupun
dalam masyarakat yang berada (Khalid, 2016).

Menurut pendapat para ahli dan tokoh mengenai definisi kemiskinan, diantaranya
adalah:
a. Hall dan Miidgley

4
Menurut Hall dan Midgley pengertian kemiskinan adalah kondisi deprivasi
materi dan sosial yang menyebabkan individu hidup di bawah standar
kehidupan yang layak, atau kondisi di mana individu mengalami deprivasi
relatif dibandingkan dengan individu yang lainnya dalam masyarakat.
b. Faturachman dan Marcelinus Molo
Menurut Faturachman dan Marcelinus Molo, pengertian kemiskinan adalah
ketidakmampuan seseorang atau beberapa orang (rumah tangga) untuk
memenuhi kebutuhan dasarnya.
c. Reitsma dan Kleinpenning
Menurut Reitsma dan Kleinpenning pengertian kemiskinan adalah
ketidakmampuan individu untuk memenuhi kebutuhannya, baik yang bersifat
material maupun non-material.
d. Suparlan
Menurut Suparlan arti kemiskinan adalah standar tingkat hidup yang rendah
karena kekurangan materi pada sejumlah atau golongan orang bila
dibandingkan dengan standar kehidupan yang berlaku di masyarakat
sekitarnya.
e. Friedman
Menurut Friedman pengertian kemiskinan adalah ketidaksamaan kesempatan
untuk memformulasikan kekuasaan sosial berupa asset, sumber keuangan,
organisasi sosial politik, jaringan sosial, barang atau jasa, pengetahuan dan
keterampilan, serta informasi.
f. Levitan
Menurut Levitan, pengertian kemiskinan adalah kekurangan barang dan
pelayanan yang dibutuhkan untuk mencapai standar hidup yang layak.
g. Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (BAPPENAS)
Menurut BAPPENAS, arti kemiskinan adalah situasi serba kekurangan karena
keadaan yang tidak dapat dihindari oleh seseorang dengan kekuatan yang
dimilikinya.

2. Klasifikasi Kemiskinan
Secara umum, ada beberapa jenis kemiskinan yang ada di masyarakat. Berikut ini
adalah jenis-jenis dan contoh kemiskinan tersebut:
a. Kemiskinan Subjektif
Jenis kemiskian ini terjadi karena seseorang memiliki dasar pemikiran sendiri
dengan beranggapan bahwa kebutuhannya belum terpenuhi secara cukup,

5
walaupun orang tersebut tidak terlalu miskin. Contohnya: pengemis musiman
yang muncul di kota-kota besar.

6
b. Kemiskinan Absolut
Jenis kemiskinan ini adalah bentuk kemiskinan dimana seseorang/ keluarga
memiliki penghasilan di bawah standar kelayakan atau di bawah garis
kemiskinan. Pendapatannya tersebut tidak dapat memenuhi kebutuhan
pangan, sandang, papan, pendidikan, dan kesehatan. Contoh kemiskinan
absolut: keluarga yang kurang mampu.
c. Kemiskinan Relatif
Jenis kemiskinan ini adalah bentuk kemiskinan yang terjadi karena pengaruh
kebijakan pembangunan yang belum menyentuh semua lapisan masyarakat.
Kebijakan tersebut menimbulkan ketimpangan penghasilan dan standar
kesejahteraan. Contohnya: banyaknya pengangguran karena lapangan
pekerjaan sedikit.
d. Kemiskinan Alamiah
Ini merupakan kemiskinan yang terjadi karena alam sekitarnya langka akan
sumber daya alam. Hal ini menyebabkan masyarakat setempat memiliki
produktivitas yang rendah. Contohnya: masyarakat di benua Afrika yang
tanahnya kering dan tandus.
e. Kemiskinan Kultural
Ini adalah kemiskinan yang terjadi sebagai akibat kebiasaan atau sikap
masyarakat dengan budaya santai dan tidak mau memperbaiki taraf hidupnya
seperti masyarakat modern. Contohnya: suku Badui yang teguh
mempertahankan adat istiadat dan menolak kemajuan jaman.
f. Kemiskinan Struktural
Kemiskinan ini terjadi karena struktur sosial tidak mampu menghubungkan
masyarakat dengan sumber daya yang ada. Contohnya: masyarakat Papua
yang tidak mendapatkan manfaat dari Freeport.

3. Penyebab Kemiskinan
Setelah memahami pengertian kemiskinan dan jenis-jenisnya, maka kita juga perlu
mengetahui apa penyebanya. Berikut ini adalah beberapa faktor penyebab
kemiskinan yang paling umum :
a. Laju Pertumbuhan Penduduk
Angka kelahiran yang tinggi akan mengakibatkan laju pertumbuhan penduduk
suatu negara menjadi besar. Bila laju pertumbuhan ini tidak sebanding dengan
pertumbuhan ekonomi, maka hal ini akan mengakibatkan angka kemiskinan
akan semakin meningkat di suatu negara.
7
8
b. Angka Penangguran Tinggi
Lapangan kerja yang terbatas menyebabkan angka pengangguran di suatu
negara menjadi tinggi. Semakin banyak pengangguran maka angka
kemiskinan juga akan meningkat. Peningkatan angka pengangguran juga
dapat menimbulkan masalah lain yang meresahkan masyarakat. Misalnya
munculnya pelaku tindak kejahatan, pengemis, dan lain-lain.
c. Tingkat Pendidikan yang Rendah
Masyarakat yang tingkat pendidikannya rendah cenderung tidak memiliki
keterampilan, wawasan, dan pengetahuan yang memadai. Sehingga mereka
tidak bisa bersaing dengan masyarakat yang berpendidikan tinggi di dunia
kerja maupun dunia usaha. Hal ini kemudian membuat angka pengangguran
dan kemiskinan menjadi bertambah.
d. Bencana Alam
Bencana alam merupakan faktor penyebab kemiskinan yang tidak dapat
dicegah karena berasal dari alam. Bencana alam seperti tsunami, banjir, tanah
longsor, dan lain-lain, akan menimbulkan kerusakan pada infrastruktur maupun
psikologis. Peristiwa bencana alam yang besar dapat mengakibatkan
masyarakat mengalami kemiskinan karena kehilangan harta.

4. Tantangan Pengentasan Kemiskinan di Indonesia


Berbagai upaya/strategi pengentasan kemiskinan sebetulnya telah dijalankan oleh
pemerintah setiap tahunnya. Akan tetapi program-program pengentasan
kemiskinan tersebut belum bisa mengatasi kemiskinan secara signifikan. Hal ini
bukan karena program pengentasan kemiskinan yang tidak sesuai, ataupun dana
yang digelontorkan tidak mencukupi. Kegagalan dari berbagai upaya pengentasan
kemiskinan lebih disebabkan oleh permasalahn strktural, dan juga adanya berbagai
kecurangan dalam program pengentasan kemiskinan. Berikut ini beberapa
tantangan yang dihadapi Indonesia dalam pengentasan Kemiskinan (M.Saichudin):
a. Jumlah penduduk miskin yang sangat besar
Proporsi penduduk miskin yang begitu besar menjadi salah satu tantangan
terbesar bagi negara ini. Hal ini karena jumlah penduduk miskin yang besar
juga akan membutuhkan dana yang besar pula dalam upaya mengatasi
kemiskinan tersebut. Sampai akhir tahun 2015, jumlah penduduk miskin di
Indonesia mencapai 28,51 juta orang.
b. Semakin tingginya disparias pendapatan
Kesenjangan pendapatan yang semakin tinggi menjadi catatan buruk dalam
upaya pengentasan kemiskinan. Walaupun sebetulnya negara yang memiliki
9
pemerataan pendapatan yang baik jarang ditemui, sekalipun negara maju.
Namun perlu dijadikan perhatian bahwa pemerataan pendapatan menjadi
salah satu indikator kesejahteraan masyarakat. Di Indonesia sendiri
pemerataan pendapatan masih menjadi persoalan yang besar. Mengingat
pada tahun 2015 kesenjangan pendapatan di perkotaan indonesia semakin
tinggi. esenjangan pendapatan yang tinggi menggambarkan bagaimana
sumberdaya ekonomi di Indonesia belum bisa dioptimalkan oleh seluruh
masyarakat. seperti kita ketahui bersama bahwa di Indonesia hanya beberapa
orang saja yang bisa merespon pembangunan dan sumber permodalan.
Orang-orang tersebut yaitu para pengusaha dari golongan menengah keatas.
Sementara bagi kelas bawah termasuk masyarakat miskin tidak memiliki akses
untuk hal tersebut. Sehingga sudah jelas bahwa “yang kaya akan semakin
kaya, dan yang miskin akan semakin miskin”
c. Kecurangan-kecurangan dalam penyelenggaraan
Program pengentasan kemiskinan Salah satu faktor yang menjadikan program
pengentasan kemiskinan gagal yaitu adanya berbagai kecurangan dalam
penyelenggaraannya. Hal ini telah menjadi dilematis karena praktek-praktek
korupsi dilakukan pada program-program kemanusian. Adanya berbagai
kecurangan seperti korupsi, menjadikan dana-dana yang seharusnya
digunakkan untuk membantu dan memberdayakan masyarakat miskin bocor
dan hilang sia-sia.
d. Isolisasi Penduduk miskin terhadap sumber-sumber permodalan
Sering kali masyarakat miskin terkendala dalam mencari pinjaman modal
usaha. Persyaratan yang rumit dan jaminan yang tidak dapat dipenuhi oleh
penduduk miskin membuat mereka tidak dapat mengakses sumber-sumber
permodalan. Sehingga yang sering terjadi adalah tersangkutnya para
penduduk miskin pada pinjaman-pinjaman non-formal dengan bunga yang
tinggi seperti rentenir. 5)
e. Tidak mampunya masyarakat miskin dalam beradaptasi dengan program
pembangunan perkembangan zaman
Sejatinya berbagai program pembangunan yang diselenggarakan pemerintah
adalah untuk menunjang pertumbuhan ekonomi. Program bembangunan yang
dijalankan memang secara makro berhasil, yaitu dengan meningkatnya
pertumbuhan ekonomi negara. Namun jika dicermati secara lebih dalam,
terlihat bahwa pertumbuhan ekonomi tersebut hanya disumbangkan oleh para
pengsaha besar/ menengah ke atas. Karena hanya para pengusaha
menengah keatas lah yang mempu merespon pembangunan misalnya
10
prasarana jalan dan jembatan. Sementara bagi para pengusaha kecil seperti
golongan masyarakat miskin kurang mampu mendapatkan imbas dari
pembangunan tersebut. Hal ini dikarenakan oleh skala usaha yang kecil
dengan lingkup lokal sebenarnya program pembangunan yang paling
dibutuhkan adalah bantuan permodalan/ alat-alat produksi
f. Bonus Dermografi
Bonus demografi adalah suatu keadaan dimana jumlah penduduk usia
produktif lebih besar dibandingkan dengan jumlah penduduk usia non produktif.
Kondisi demikian, memiliki nilai positif dan keuntungan besar bila dikelola
secara profesional.

Kondisi dimana jumlah penduduk usia produktif lebih besar dibandingkan usia
non produktif mengandung arti bahwa potensi beban ketergantungan
penduduk akan berkurang apabila kelebihan dari potensi bonus demografi
dikelola dan dimanfaatkan dengan baik.

Proyeksi puncak era bonus demografi Indonesia menurut proyeksi BPS akan
dicapai antara rentang tahun 2025-2030, atau ketika jumlah penduduk usia
produktif Indonesia ada pada angka minimal 70% dari total jumlah penduduk.

Terbukanya lapangan kerja baru merupakan salah satu langkah penting yang
harus dilakukan oleh pemerintah dalam menyambut bonus demografi
Indonesia. Ada banyak cara yang bisa dilakukan dalam keputusan kebijakan
pemerintah Indonesia terkait penyediakan lapangan pekerjaan baru bagi warga
negaranya. Pemerintah bisa mendorong peningkatan investasi di dalam negeri
dengan mengundang investor asing dari negara maju atau dengan mendorong
dan memfasilitasi masyarakat untuk menjadi enterpreneur (pengusaha) baru.

Program keluarga berencana merupakan salah satu program andalan utama


BKKBN. Menurut Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional
salah satu fungsi keluarga adalah melaksanakan program keluarga berencana.
Fungsi program keluarga berencana adalah untuk menekan jumlah
pertumbuhan keluarga agar tidak melonjak secara drastis dan mudah dikontrol.
Sebab dampak pertumbuhan penduduk yang tidak terkontrol justru bisa
menyebabkan berbagai masalah sosial, seperti meningkatnya angka
pengangguran dan meningkatnya angka tingkat kriminalitas (Pusat Pandang
Web, 2018)
11
5. Bonus Dermografi dan Peningkatan Kesejahteraan
Penurunan Fertilitas memberikan probabilitas terhadap peningkatan Kesejahteraan,
karena ada bonus demografi. Bonus Demografi merupakan demographic divident
atau demographic gift dalam jangka waktu 15 tahun kedepan setelah mereka ikut
Keluarga Berencana memberikan sumbangan terhadap penurunan Dependency
Ratio. Karena tenaga produktif bebannya terhadap tenaga non produktif akan
semakin kecil. Kondisi ini tentu akan memberikan dampak terhadap beban
pemerintah dan masyarakat yang pada akhirnya akan meningkatkan produktivitas
masyarakat.

Bagaimana peran atau dampak terjadinya Bonus Demografi dan bagaimana dapat
hal ini selanjutnya akan memberikan manfaat terhadap peningkatan kesejahteraan
masyarakat?. Untuk menjelaskan dan menjawab pertanyaan diatas dapat
dijelaskan sebagai berikut :

Dengan adanya Bonus Demografi merupakan The Window Of Opportunity melalui


kelahiran tercegah. Ibu-ibu akan banyak mempunyai waktu yang lebih banyak untuk
melakukan hal-hal yang bukan melahirkan dan merawat anak atau masa
melahirkan dan merawat anak lebih pendek. Kenyataan ini akan berpengaruh
secara signifikans terhadap peningkatan kesempatan keluarga untuk melakukan
kegiatan produktif. Kegiatan produktif akan bermuara terhadap peningkatan
kesejahteraan masyarakat, yakni : (1) Meningkatkan motivasi perempuan untuk
masuk pasar kerja, (2) Memperbesar peran perempuan, (3) Tabungan masyarakat,
dan (4) Modal manusia (human capital) tersedia.

Bonus Demografi akan memicu partumbuhan tabungan (Savings), melalui


tabungan ini dapat terbentuk akumulasi kapital untuk investasi dalam peningkatan
pertumbuhan ekononi yang akan memberikan konstribusi terhadap peningkatan
kesejahteraan masyarakat, dalam arti yang lebih besar. Pertumbuhan ekonomi ini
berhubungan dengan penduduk sebagai dampak adanya age dependency model
melalui a birth averted (terhindarnya kelahiran seseorang).

Kelahiran tercegah merupakan initial factors of endowment yang kan menentukan


arah peningkatan kesejahteraan masyarakat. Williamson mengemukakan Kelahiran
tercegah merupakan faktor yang penting dalam menentukan proses perjalanan dan
kecepatan pertumbuhan ekonomi. Karena dapat meningkatkan propensitas orang
tua untuk menanamkan investasi modal manusia dalam diri anak-anaknya (human
12
capital accumulation). Lebih lanjut Bloom, Canning dan Sevilla menambahkan
bahwa peningkatan harapan hidup telah merubah gaya hidup masyarakat disegala
aspek, yaitu :
a) Sikap dan perilaku masyarakat tentang pendidikan, keluarga, peranan
perempuan (accounting effects dan behavioral effects).
b) Pandangan terhadap manusia lebih meningkat dan dihargai sebagai aset
pembangunan.
c) Hasrat orang tua terhadap investasi pendidikan anak-anaknya, karena
masyarakat meyakini akan hasilnya bagi hari tua anak-anaknya.
d) Apabila perempuan ini dilahirkan oleh generasi yang sudah menganut keluarga
kecil, maka mereka cenderung memiliki keluarga kecil juga. Berarti terjadi
perubahan pola pikir yang positif bagi masyarakat. Perempuan cenderung
memilih untuk mempunyai anak sedikit dan dapat masuk ke pasar kerja atau
memanfaatkan Opportunity Cost (Konadi & Iba, 2011).

Ada beberapa hal yang bisa dilaksanakan untuk memaksimalkan manfaat bonus
demografi di Indonesia sebagai berikut:

a) Mengembangkan kualitas manusia melalui pendidikan dan pelatihan.


Melimpahnya penduduk usia produktif perlu diimbangi dengan kualitas yang
memiliki daya saing. Globalisasi menyebabkan persaingan semakin ketat,
sehingga penduduk usia produktif perlu memiliki keahlian dan keterampilan
yang sejalan dengan kebutuhan industri. Kualitas dan kuantitas pendidikan dan
pelatihan di Indonesia perlu ditingkatkan untuk menciptakan tenaga kerja yang
berkualitas dan berdaya saing, serta sesuai dengan kebutuhan pasar tenaga
kerja. Pemerintah dapat melakukan revitalisasi dan mengembangkan
pendidikan kejuruan atau vokasi untuk meningkatkan tenaga terampil,
meningkatkan inovasi, dan kreativitas. Penciptaan tenaga terampil melalui
pendidikan non formal juga perlu ditingkatkan melalui pemberian kursus dan
pelatihan di Balai Latihan Kerja.
b) Memperluas pasar tenaga kerja.
Jumlah tenaga kerja yang besar bisa menjadi beban bagi pertumbuhan
ekonomi jika bursa tenaga kerja yang tersedia tidak mampu menampung
mereka. Dampak buruk yang timbul adalah pengangguran yang tinggi, yang
pada gilirannya menyebabkan tingkat kriminalitas semakin tinggi serta
meningkatkan tingkat kemiskinan. Maka pasar tenaga kerja perlu ditingkatkan
dan diperluas agar sebanyak mungkin penduduk usia produktif dapat terserap

13
di pasar tenaga kerja. Hal ini akan meningkatkan produksi dan mendorong
pertumbuhan ekonomi
c) Mengelola pertumbuhan populasi.
Bonus demografi yang ada perlu dijaga dengan baik, sehingga pertumbuhan
populasi perlu dikontrol untuk menjaga agar rasio ketergantungan (dependency
ratio) tetap berada di titik yang optimal. Rasio ketergantungan yang terlalu
tinggi dapat membebani pertumbuhan ekonomi, sehingga perlu dijaga dengan
baik. Hal ini bisa dilakukan salah satunya melalui program Keluarga Berencana
(KB).
d) Meningkatkan tingkat kesehatan penduduk.
Penduduk di usia produktif yang tidak sehat tidak akan mendukung produksi
dan akan menghambat pertumbuhan ekonomi suatu negara. Maka
melimpahnya penduduk usia produktif perlu didukung dengan tingkat
kesehatan yang tinggi. Dalam hal ini, pemerintah dapat mendukung dengan
meningkatkan kualitas asuransi kesehatan dan mengeluarkan kebijakan yang
dapat mendukung kesehatan masyarakat (Setiawan, 2018).

14
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Kemiskinan adalah kondisi dimana seseorang atau kelompok tidak dapat memenuhi
hak-hak dasarnya dalam upaya mempertahankan dan mengembangkan kehidupan
yang bermartabat. Sedangkan dalam Ideologi Konservatif yang berpegangan pada
kapitalisme dan liberalism abad ke-19. Kaum konservatif memandang bahwa masalah
kemiskinan adalah kesalahan pada orang miskin itu sendiri. Dalam Islam kemiskinan
adalah orang yang ditenangkan oleh kefakiran dan ia adalah orang yang sama sekali
tidak memiliki apa-apa, atau orang yang memiliki sesuatu yang tidak mencukupi
kebutuhannya. Seorang dapat dikatan miskin, dikarenakan kondisi dan situasinya benar-
benar telah membuat geraknya menjadi sedikit lalu mencegahnya untuk bergerak, atau
bisa juga berarti orang yang berdiam diri di rumah saja dan enggan pergi meminta-minta
kepada manusia. anyak orang yang mungkin tidak tergolong (miskin dari segi
pendapatan) dapat dikategorikan sebagai miskin atas dasar kurangnya akses terhadap
pelayanan dasar serta rendahnya indikator-indikator pembangunan manusia. Ketiga,
mengingat sangat luas dan beragamnya wilayah Indonesia, perbedaan antar daerah
merupakan ciri mendasar dari kemiskinan di Indonesia.
Besarnya jumlah pengangguran tentu menjadi salah satu faktor "pincang" nya ekonomi
suatu negara. Terlebih bagi kondisi ekonomi suatu keluarga itu sendiri.

B. Saran
Demikian pokok bahasan masalh yang dapat kami paparkan, besar harapan kami agar
makalah ini dapat bermanfaat. Karena keterbatasan kami menyadari makalah ini masih
jauh dari sempurna, oleh karena itu saran dan kritik yang membengun sangat diharpkan
agar makalah ini dapat disusun menjadi lebih baik lagi di masa mendatang

15
DAFTAR PUSTAKA

Admin. 2018. Pusat Pandang Web. https://pusatpandang.com/pengertian-bonus-demografi-


adalah/ di akses tanggal 1 Nopember 2019

Alma, Buchari. 2009. Pengantar Statistika Sosial, Alfabeta, Bandung.

Arsyad, Lincolin, 2010. Ekonomi Pembangunan, Ghalia Indonesia, Jakarta.

BPS. 2018. Profil Anak Indonesia Tahun 2018. Jakarta : KPPPA

Liansyah, 2012. Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi, Pertumbuhan Penduduk dan Tingkat

Khalid, K. A. (2016). Dilema Kemiskinan: Falsafah, Budaya dan Strategi. Akademia 86(2)

Ksriyati. (n.d.). Kemiskinan dan Penyebabnya di Indonesia.

Konadi, Win & Iba, Zainuddin. 2011. Bonus Demografi Modal Membangun Bangsa yang
Sehat dan Bermartabat. Majalah Ilmiah Unimus. VARIASI, ISSN: 2085- Volume 2
Nomor 6, Februari 2011

M.Saichudin. (n.d.). Tantangan Pengetasan Kemiskinan di Indonesia.

Maisaroh, S., & Sukhemi. 2011. Pemerdayaan Masyarakat Melalui Pengembangan Budaya
Kewirausahaan Untuk Mengurangi Pengangguran dan Kemiskinan. JEJAK, Volume 4,
Nomor 1.

16
Murdiansyah, I. (2014). Evaluasi Program Pengentasan Kemiskinan Berbasis. Jurnal WIGA
Vol. 4 No. 1

Setiawan, Satria Aji. 2018. Mengoptimalkan Bonus Demografi Untuk Mengurangi Tingkat
Kemiskinan Di Indonesia. Jurnal Analis Kebijakan Vol. 2 No. 2 Tahun 2018

Sholeh, A. (2014). Pertumbuhan Kemiskinan dan Kemiskinan di Indonesia. Syawie, M.


(2011). Kemiskinan dan Kesenjangan Sosial. Informasi, Vol. 16 No. 03.

Sholeh, Maimun. 2006. Kemiskinan : Telaah dan Beberapa Strategi Penanggulanggannya.

Wijaya, H. (2015). Kemiskinan dan Kelaparan: Berbagai Pandangan dengan Perspektif yang
Berbeda

17

Anda mungkin juga menyukai