Anda di halaman 1dari 9

1.

PERMUKIMAN ATAU PERUMAHAN KUMUH


Menurut UU No. 4 pasal 22 tahun 1992 tentang perumahan dan permukiman,
dimana permukiman kumuh adalah permukiman atau perumahan yang tidak layak huni
antara lain karena berada pada lahan yang tidak sesuai dengan peruntukkan atau tata ruang,
kepadatan bangunan yang sangat tinggi dalam luasan yang sangat terbatas, rawan
penyakit sosial dan penyakit lingkungan, kualitas umum bangunan rendah, tidak
terlayani prasarana lingkungan yang memadai, membahayakan keberlangsungan
kehidupan dan penghuninya.
1.2.Teori Menurut Ahli
Khomarudin (1997) lingkungan permukiman atau perumahan kumuh dapat didefinisikan
sebagai berikut :
1. Lingkungan yang berpenghuni padat (melebihi 500 orang per Ha),
2. Kondisi sosial ekonomi masyarakat rendah,
3. Jumlah rumahnya sangat padat dan ukurannya dibawah standar,
4. Sarana prasarana tidak ada atau tidak memenuhi syarat teknis dan kesehatan,
5. Hunian dibangun diatas tanah milik negara atau orang lain dan diatur
perundang undangan yang berlaku.
Gambaran lingkungan kumuh, (Khomarudin,1997) adalah sebagai berikut :
1. Lingkungan perumahan yang kondisi tempat tinggal atau tempat huniannya
berdesakan,
2. Luas rumah tidak sebanding dengan jumlah penghuni,
3. Rumah hanya sekedar tempat untuk berlindung dari panas dan hujan,
4. Hunian bersifat sementara dan dibangun di atas tanah bukan milik penghuni,
5. Lingkungan dan tata permukimannya tidak teratur tanpa perencanaan,
6. Prasarana kurang (mck, air bersih, saluran buangan, listrik, jalan lingkungan),
7. Fasilitas sosial kurang (sekolah, rumah ibadah, balai pengobatan),
8. Mata pencaharian yang tidak tetap dan usaha non-formal,
9. Pendidikan masyarakat rendah.

Dari pernyatakaan Komarudin tersebut dapat kita ketahui bahwa perumahan kumuh
adalah perumahan yang padat,sempit,tidak tertata,minim prasarana serta merupakan
suatu lingkungan hidup yang kurang sehat karena kondisi kebersihannya tidak
terjamin.perumahan kumuh memiliki pola kehidupan yang cenderung urak-urakan
karena kurangnya kepedulian terhadap lingkungan tempat tinggal sehingga unsur
estetika tidak diperhatikan pula. Berikut Ada beberpa contoh permukiman kumuh
yang ada di kota malang yang dapat kita mati : gambaran permukiman kumuh sekitar
pinggir sungai brantas kelurahan Samaan

1.3.PENYEBAB
Menurut Khomarudin, 1997 penyebab utama tumbuhnya permukiman kumuh
adalah sebagai berikut :
1. Urbanisasi dan migrasi yang tinggi terutama bagi kelompok masyarakat
berpenghasilan rendah,
2. Sulit mencari pekerjaan,
3. Sulitnya mencicil atau menyewa rumah,
4. Kurang tegasnya pelaksanaan perundang-undangan,
5. Perbaikan lingkungan yang hanya dinikmati oleh para pemilik rumah serta
disiplin warga yang rendah,
6. Semakin sempitnya lahan permukiman dan tingginya harga tanah.
Namun pada contoh pemukimanan kumuh diatas yang ada di kota Malang saya menilai
penyebabnya lebih cenderung kearah keterbatasan lahan sedangakan pertumbuhan penduduk
tidak terkontrol,kurangnya perhatian pemerintah dan kurang tegasnya pelaksanaan undangundang.Bukan hanya hal-hal itu,tapi juga daerah itu merupakan perumahan yang sudah lama
yang dulunya sungai sebagai sumber air sehingga agar mudah mendapat air maka masyarakat
membangun permukiman di pinggiran sungai,celakanya seiring dengan perkembangan zaman
perumahan pun semakin bertambah dan bertumpuk tidak beraturan.
Pemerintah juga pun dinilai lamban dalam mengambil tindakan setelah perumahan itu
akirnya terlihat kumuh karena semakin padat dan tidak tertata juga sulit dikembangakan
barulah pemerintah sadar dan mau mengangani dengan kata lain kurang peduli.tidak ada
perencanaan dalam membangun suatau permukiman juga merupakan penyebab yang sering
terjadi. Kebanyakan orang membangun hanya memikirkan kebutuhan pada waktu itu tidak
memikirkan kawasan itu akan berkembang bagaimana nantinya.

2.PERBEDAAN PERUMAHAN KUMUH DAN PERUMAHAN LIAR


Sedangkan perumahan liar, secara umum didefinisikan sebagai suatu kawasan
permukiman yang terbangun pada lahan kosong liar di kota baik milik swasta
ataupun pemerintah tanpa hak yang legal terhadap lahan dan/atau izin dari penguasa
yang membangun, didiami oleh orang yang sangat miskin yang tidak mempunyai
akses terhadap pemilikan lahan tetap. Istilah permukiman liar sesungguhnya dimulai
sejak masa pembangunan yang diprakarsai negara Barat, sekitar kehadiran tulisan
Charles Abrams dan John Turner, terutama sekali sekitar Konferensi Habitat tahun
1976 di Vancouver, Canada (Srinivas, 2007).
Perumahan liar memiliki sifat illegal dan cenderung terlihat kumuh walaupun ada
juga yang tidak kumuh Karena ketersidaan lahan yang sebenarnya bukan untuk tempat
dibangun tempat tinggal sedangkan perumahan kumuh memiliki status kepemilikan tanah
yang legal namun pada pembangunannya melanggar aturan yang berlaku sehingga pola
susunan bangunan sangat tidak teratur karena memanfaatkan tanah yang minim untuk bisa
didirikan bangunan.
Perbedaan antara perumahan liar dan perumah kumuh dapat kita ketahui dari
lokasinya.perumahan liar berlokasi di tempat yang tidak lazim dan tidak layak sedangkan
perumahan kumuh berlokasi memang diuntukan untuk tempat tinggal hanya saja
lingkungannya berantakan.
Secara umum, penduduk menjadi liar dapat disebabkan oleh 2 (dua) faktor (Srinivas, 2007),
yaitu :
a. Faktor Internal, meliputi :
1.Kurangnya asset jaminan,
2. Kurangnya asset tabungan dan keuangan lainnya
3. Pekerjaan dengan gaji harian/penghasilan rendah, (yang dalam beberapa
kasus merupakan semi permanen atau sementara).
b. Faktor Eksternal, meliputi :
1. Harga lahan dan pelayanan perumahan yang tinggi,
2. Ketidakperdulian dan antisipasi sebagian pemerintah dalam membantu
mereka,
3. Tingginya standar bangunan yang pantas dan peraturan penguasa,
4. Undang-undang perencanaan dan penzoningan yang berat sebelah.
Suko Bandiyono (2007) menyatakan, meskipun tinggal di permukiman liar,
namun mereka juga membentuk lembaga Rukun Tetangga (RT) dan Rukun Warga
(RW), bahkan sebagian dapat menikmati penerangan listrik, ada pula yang punya
telepon rumah, dan tetap membayar Pajak Bumi dan Bangunan (PBB). Mereka juga
turut berpartisipasi aktif dalam kegiatan sosial kemasyarakatan. Walaupun merupakan
sumberdaya manusia asal pedesaan berkualitas rendah, namun mereka telah menjadi
bagian dari ekosistem perkotaan yang secara langsung menyumbangkan jasa tenaga
kerja murah, dan menyediakan produksi skala rumah tangga, yang terutama sangat
diperlukan bagi usaha formal maupun masyarakat golongan menengah ke atas, baik
sebagai tenaga kerja maupun sebagai bagian dari segmen pasar, bahkan sebagai
distribut or komoditi pabrikan.
3

Adapun contoh bebarapa contoh permukiman liar di kota malang yaitu: berlokasi
disekitar rel kreta api dekat stasiun Blimbing yang mana tanah ini milik
PT.KAI.gambar nomor 2 terlihat bangunan yang telah hacur karena penertiban
bangunan liar,awalnya puing bangunan itu adalah ruko-ruko.Terbentuknya
perumahan liar ini berawal kurangnya pengawasan dari pemerintah juga
kesadaran masyarakat.di gambar kita dapat melihat bahwa perumahan liar
sangat mengganggu estetika dan kebersihan di sekitar rel.

1.
2.

3.

2.1.Cara Mengatasi

Ada beberapa cara yang bisa digunakan untuk mengatsi ,lingkungan kumuh dan liar yan bisa
dilakukan di kota Malang:
1. Program Perbaikan Kampung, yang ditujukan untuk memperbaiki kondisi kesehatan
lingkungan dan sarana lingkungan yang ada.
2. Program uji coba peremajaan lingkungan kumuh, yang dilakukan dengan
membongkar lingkungan kumuh dan perumahan kumuh yang ada serta menggantinya
dengan rumah susun yang memenuhi syarat.
3. menyelesaikan masalah pengangguran
4. .Pemerintah harus tegas dalam melaksanakan peraturan dan undang-undang yang ada
tentang perumahan dan permukiman.
5. penertiban perumahan liar dengan aturan yang berlaku.
6. memberi sosialisasi atau memberi pemahaman tentang lingkungan
yang sehat
7. mengikut sertakan arsitek atau ahli lain dalam merancang suatu
perumahan.

3.PERBEDAAN PERUMAHAN MODERN DAN PERUMAHAN TRADISIONAL


3.1.Perumahan Tradisonal
perumahan tradisional adalah perumahan yang masih sederhana baik dari fisik maupun
penataannya yang berdasarkan akses yang seadanya serta kurang memperhatikan
infrastruktur.kita bisa meliat pada pedesaan. Raldi Hendro Koestoer (dalam buku perspektif
lingkungan desa-kota) menyatakan pola pemukiman desa cenderung berkelompok
membentuk perkampungan yang tidak jauh dari sumber air,biasanya sungai.pola perumahan
ataupun permukiman pada pedesaan yang masih sangat tradisional banyak mengikuti pola
bentuk sungai.karena pada saat itu sungai selain sebagai sumber kehidupan sehari-hari,juga
berfungsi sebagi jalur tranportasi antar wilayah (lihat sandy,1997). Pada mana melatui
transportasi antar sungai ini, perekonomian sederhana saat itu telah berlangsung. Kondisi
seperti itu banyak ditemui pada kerajaan-kerajaan jawa (contohnya masa majaphit) dan
Sumatera (masa sriwijaya).dan juga masih berkembang hingga kini di wilayah pedesaan
pedalaman.serti pedalaman siberut,kalimantan dan papua.
Saat ini pola pemukiman wilayah pedesaan,khususnya jawa dan sumatera sedikit banyak
di pengaruhi oleh rangka jalan lokal atau jalan kampung yang tidak beraspal.kerangaka
jalannya sering berbentuk tidak beraturan.sejalan dengan itu posisi rumah di pedesaan
menghadap kearah tidak beraturan.
selain itu juga faktor budaya adalah hal yang sangat kental pada perumahan tradisional.
Banyak unsur dari budaya yang mempengaruhi pembangunan perumahan tradisional baik
dari fisik bangunan maupun arahnya hingga budaya setempatlah yang menciptakan suasana
yang penuh dengan kesederhanaan contohnya seperti di desa petung sewu daerah Malang.
3.1.Perumahan Modern
Berbeda dengan perumahan Tradisional, Raldi Hendro Koestoer (dalam buku perspektif
lingkungan desa-kota) menyatakan bahwa wilayah pemukiman di perkotaan yang sering
disebut sebagai daerah perumahan(modern),memiliki keteraturan bentuk secara fisik,artinya
sebagian besar rumah menghadap secara teratur kearah rangka jalan yang ada dan sebagian
besar terdiri dari bangunan permanen,berdinding tembok,dan dilengkapi penerangan
listrik.Kerangka jalannya pun ditata secara bertingkat mulai dari jalan raya,penghubung
hingga jalan lingkungan atau local.
Jadi Perumahan modern merupakan perumah dengan pola susunan bangunan yang teratur
agar fasilitas pendukung tapak bisa diterapkan.perumahan modern dibuat berdasarkan
peraturan perundang-undangan yang ada.perumahan modern mengacu kepada perumahan
6

kota yang seharusnya.pada perumahan modern juga ada penggolongan lokasi perumahan
berdasarkan ekonomi masyarakat penghuni area perumahannya,misalnya ada yang dikatakan
perumahan elit.pada prinsipnya perumahan modern dibuat dengan memperhatikan banyak hal
pada lingkungan hunian termasuk infrastruktur dan fasilitas aktifitasnya agar bisa ditempati
dengan nyaman seperti perumahan modern yang banyak terdapat di kota khususnya kota
Malang.
Dari teori mengenai perumah pernyataan tadi kita dapat mengetahui perbedaannya
dengan permukiman tradisional sangat terlihat pada pola penataan bangunan dan fasilitas
serta infarstruktur yang adaa di lingkungannya juga fisik bangunan. hal ini juga dapat kita
lihat pada perumaan yang ada disekitar malang.contoh:

Perumahan tradisional:lokasi desa Petung sewu sekitar malang

Perumahan modern
Perumahan di jalan ijen
Perumahan sekitar villa puncak
tidar

Perumahan sekitar villa


puncak tidar
Dari contoh diatas semakindi perjelas perbedaan prinsip perumahan tradisional
dan perumahan modern.masing masing perumahan memiliki cirinya sendiri baik
dari lingkungan dan fisik.dari hal tersebut tentunya prilaku manusianya pun
berbeda,daerah perumahan modern yang cendrung lebih sepi dibanding dengan
tradisional.kita juga dapat mengetahui mana yang lebih terlihat bersih dan rapi.

Sumber:
1. Khomarudin. 1997. Menelusuri Pembangunan Perumahan dan
Permukiman, Jakarta: Yayasan Real Estate Indonesia, PT. Rakasindo,
Jakarta.
2. Raldi Hendro Koestoer (dalam buku perspektif lingkungan desa-kota)
3. UU No. 4 pasal 22 tahun 1992 tentang perumahan dan permukiman.

4. tulisan Charles Abrams dan John Turner, terutama sekali sekitar Konferensi Habitat
tahun 1976 di Vancouver, Canada (Srinivas, 2007).
5. Suko Bandiyono (2007)
6. Srinivas, 2007
8

Anda mungkin juga menyukai