Ciri-ciri pemukiman kumuh seperti yang diungkapkan oleh (Parsudi Suparlan : 1984) adalah :
Ciri: Ciri:
Berpenghuni padat > 500 orang/Ha Tingkat kehidupan Sosial ekonomi
Tata letak bangunan kondisinya rendah
buruk dan tidak memadai Pendidikan didominasi SLTP ke
Konstruksi bangunan kondisinya bawah
buruk dan tidak memadai Mata pencaharian bertumpu pada
Ventilasi tidak ada, kalau ada sektor informal
kondisinya buruk dan tidak memadai Disiplin warga rendah
Kepadatan bangunan kondisinya
buruk dan tidak memadai
Keadaan jalan kondisinya buruk dan
tidak memadai
Drainase tidak ada dan kalau ada
kondisinya buruk dan tidak memadai
Persediaan air bersih tidak tersedia,
kalau tersedia kualitasnya kurang
baik dan terbatas, tidak/kurang
lancar.
Pembuangan limbah manusia dan
sampah tidak tersedia, kalau tersedia
kondisinya buruk atau tidak
memadai.
Karakteristik Permukiman kumuh Berdasarkan penelitian para ahli permukiman kumuh memiliki
karakteristik atau ciri khas sebagai berikut;
Dihuni oleh penduduk dengan penghasilan rendah dengan porsi pengeluaran untuk makan dan
minum yang relativ besar.
1. Pendidikan kepala keluarga pada umumnya rendah.
2. Pemakaian air bersih juga masih relatife sedikit.
3. Pembuangan sampah tidak tertata rapi, dan cenderung ada kesan berserakan.
4. Cara penduduk pembuangan membuang tinja dan kotoran lain tidak sehat.
5. Drainase kurang berfungsi dengan baik sehingga terjadi genangan air, berbau busuk dan
kotor.
6. Bangunan berhimpitan dan seadanya karena pada umumnya tidak berstatus penempatan atau
pemilihan lahan yang jelas. (Adi Prasetyo : 2009 diakses tanggal 23/01/2011)
Disamping itu terdapat pula pendapat lain yang menyebutkan karakteristik yang merupakan ciri-
ciri dari permukiman kumuh yaitu:
1. Permukiman kumuh tersebut dihuni oleh penduduk yang padat dan berjubel, karena adanya
pertambahan penduduk yang alamiah maupun migrasi yang tinggi dari desa.
2. Permukiman kumuh tersebut dihuni oleh warga yang berpenghasilan rendah atau berproduksi
subsistem, yang hidup di bawah garis kemiskinan.
3. Perumahan di permukiman tersebut berkualitas rendah atau masuk substandard housing
condition), yaitu dalam kategori rumah darurat ( bangunan rumah yang terbuat dari bahan-
bahan tradisional, seperti : bambu, kayu, ilalang, dan bahan bahan cepat hancur lainnya.
4. Kondisi kebersihan dan sanitasi rendah.
5. Langkanya pelayanan kota (urban service), seperti : air bersih, fasilitas MCK, sistem
pembuangan kotoran dan sampah serta perlindungan dari kebakaran.
6. Pertumbuhan tidak terencana sehingga penampilan fisiknya pun tidak teratur dan terurus.
7. Secara sosial terisolir dari permukiman lapisan masyarakat lainya.
Permukiman tersebut pada umumnya berlokasi disekitar pusat kota dan seringkali tak jelas pula
status hukum tanah yang di tempati (Adi Prasetyo : 2009 diakses tanggal 23/01/2011).
Kondisi rumah beserta lingkungannya tidak memenuhi persyaratan yang layak untuk tempat
tinggal baik secara fisik, kesehatan maupun sosial menurut (Parsudi Suparlan : 1984). dengan
kriteria antara lain:
1. Luas lantai perkapita, di kota kurang dari 4 m2 sedangkan di desa kurang dari 10 m2.
3. Jenis dinding rumah terbuat dari anyaman bambu yang belum diproses.
4. Jenis lantai tanahTidak mempunyai fasilitas tempat untuk Mandi, Cuci, Kakus (MCK)