PERKAMPUNGAN TAMBORA
TUGAS SISTEM SOSIAL
SEMESTER GANJIL 2015/2016
Disusun oleh :
Kelvin Aulia
(345150005)
Andi Saputra
(345150008)
Bertharia Nadya
(345150010)
Edwyn Aldrin L. A.
(345150013)
(345150017)
Ivo Era-Era
(345150026)
Tim Dosen :
Ir. Parino Rahardjo, M.M
UNIVERSITAS TARUMANAGARA
2015
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, segala puji bagi Allah SWT yang telah melimpahkan hidayah dan
rahmat-Nya sehingga tugas makalah Survei Kampung Tambora RT 03 / RW
004 dapat terselesaikan. Kemudian tidak lupa juga ucapan banyak terima kasih
kepada Bpk. Ir. Parino, M.M yang telah membimbing dan mengarahkan kami.
Kami menyadari sepenuhnya bahwa dalam makalah ini masih banyak kesalahan
dan kekurangan. Oleh karena itu, kepada pembaca dan khususnya dosen agar
bersedia memberikan kritik dan saran demi kesempurnaan pembuatan makalah
ini.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Amin
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Bagi kota-kota besar di Indonesia, persoalan kemiskinan merupakan
masalah yang serius karena dikhawatirkan akan menyebabkan terjadinya
kantong-kantong kemiskinan yang kronis dan kemudian menyebabkan lahirnya
berbagai persoalan sosial di luar kontrol atau kemampuan pemerintah kota untuk
menangani dan mengawasinya. Kemiskinan merupakan salah satu masalah
sosial di Indonesia yang tidak mudah untuk diatasi. Beragam upaya dan program
dilakukan untuk mengatasinya, namun masih saja banyak kita jumpai
pemukiman masyarakat miskin di hampir setiap sudut kota yang disertai dengan
ketidaktertiban dalam hidup bermasyarakat di perkotaan.
Kemiskinan merupakan salah satu penyebab timbulnya pemukiman
kumuh di kawasan perkotaan. Pada dasarnya kemiskinan dapat ditanggulangi
dengan adanya pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan pemerataan, penigkatan
lapangan pekerjaan dan pendapatan kelompok miskin serta peningkatan
pelayanan dasar bagi kelompok miskin. Penigkatan pelayanan dasar ini dapat
diwujudkan dengan peningkatan air bersih, sanitasi, penyediaan serta usaha
perbaikan perumahan dan lingkungan pemukimn pada umumnya.
Keluhan yang paling sering disampaikan mengenai pemukiman masyarakat
miskin tersebut adalah rendahnya kualitas lingkungan yang dianggap sebagai
bagian kota yang harus disingkirkan. Terbentuknya pemukiman kumuh sering
disebut sebagai slum area dan dipandang potensial menimbulkan banyak
masalah perkotaan karena dapat merupakan sumber timbulnya berbagai perilaku
menyimpang seperti kejahatan dan sumber penyakit sosial lainnya.
Di Kelurahan Tambora terdapat kawasan kumuh padat penduduk.
Khususnya RT 003 RW 04. Kelurahan Tambora RT 003 RW 04 ini sangat padat
bangunan bila dibandingkan dengan luas wilayah yang tersedia. Intensitas
bangunan padat dan tidak terpola ini turut mempengaruhi pertumbuhan kawasan
kumuh di Tambora. Selain itu permasalahan utama yang turut menjadi momok
bagi sebagian Kelurahan Tambora RT 003 RW 04 ini ialah masalah kebakaran.
Metode penelitian ini untuk mengetahui sejauh mana tingkat kekumuhan
pemukiman yang terdapat di wilayah Kelurahan Tambora RT 003/04 dan usaha
apa saja yang dapat dilakukan demi perbaikan pemukiman wilayah tersebut.
kepadatan
kondisi
fisik
penduduk
lingkungan
yang
semakin
semakin
menurun,
tinggi
dapat
sedangkan
BAB II
TINJAUAN TEORI
2.1 Permukiman Kumuh
Istilah permukiman kumuh (slum settlement) sering dicampuradukkan
dengan istilah permukian liar (squatter settlement). Pada dasarnya pemukim liar
dimaksudkan sebagai orang yang menghuni suatu lahan yang bukan miliknya
dan haknya, atau tanpa ijin dari pemiliknya. Pengertian permukiman liar ini
mengacu pada legalitas, baik itu legalitas kepemilikan lahan/tanah, penghunian
atau pemukiman, serta pengadaan sarana dan prasarananya. Permukiman liar
ini mempunyai sejumlah nama lain diantaranya adalah permukiman informal
(informal settlement) permukiman tidak resmi (unauthorized settlement),
permukiman spontan (spontaneous settlement) dan permukiman yang tidak
terencana atau tidak terkontrol. Sedangkan istilah permukiman kumuh mengacu
pada aspek lingkungan hunian atau komunitas. Permukiman kumuh diartikan
sebagai suatu lingkungan permukiman yang telah mengalami penurunan kualitas
atau memburuk (deteriorated) baik secara fisik, sosial ekonomi maupun sosial
budaya, sehingga tidak memungkinkan dicapainya kehidupan yang layak bagi
penghuninya.
Pada umumnya permukiman kumuh ditandai dengan tingkat kepadatan
penduduk, kepadatan hunian, serta kepadatan bangunan yang sangat tinggi,
diikuti dengan kualitas rumah sangat rendah, tidak memadainya kondisi sarana
dan prasarana dasar seperti halnya air bersih, jalan, drainase, sanitasi, listrik,
fasilitas pendidikan, ruang terbuka/rekreasi/sosial, fasilitas pelayanan kesehatan,
perbelanjaan dan sebagainya. Selain itu juga diwarnai oleh tingkat pendapatan
penghuni, tingkat pendidikan dan tingkat keterampilan yang sangat rendah serta
tidak terjaganya privasi masing-masing keluarga.
Kumuh atau slum adalah permukiman atau perumahan orang-orang
miskin kota yang berpenduduk padat, terdapat di pinggir-pinggir jalan atau
lorong-lorong yang kotor dan merupakan bagian dari kota secara keseluruhan.
Selain itu, permukiman kumuh dianggap sebagai tempat anggota masyarakat
kota yang mayoritas berpenghasilan rendah dengan membentuk permukiman
tempat tinggal dalam kondisi minim.
prasarana
lingkungan
yang
memadai,
serta
membahayakan
3.
miskin.
Adanya tingkat frekuensi dan kepadatan volume yang tinggi dalam
penggunaan ruang-ruang yang ada di pemukiman kumuh sehingga
mencerminkan adanya kesemrawutan tata ruang dan ketidakberdayaan
4.
ekonomi penghuninya.
Pemukiman kumuh merupakan suatu satuan-satuan komuniti yang
hidup secara tersendiri dengan batas-batas kebudayaan dan sosial
yang jelas, yaitu terwujud sebagai :
a. Sebuah komuniti tunggal, berada di tanah milik negara, dan karena
itu dapat digolongkan sebagai hunian liar.
b. Satuan komuniti tunggal yang merupakan bagian dari sebuah RT
atau sebuah RW.
c. Sebuah satuan komuniti tunggal yang terwujud sebagai sebuah RT
atau RW atau bahkan terwujud sebagai sebuah Kelurahan, dan
bukan hunian liar.
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Lokasi Penelitian
RT 003 RW 04 Kampung Deret, Kelurahan Tambora, Provinsi DKI Jakarta.
Jumlah Penduduk 5000 orang.
BAB IV
HASIL & PEMBAHASAN
4.1 Daerah Asal Warga
Diagram 1
Warga Asli
Pendatang
1-5 Tahun
5-10 Tahun
>10 Tahun
< 3 anggota
4-6 anggota
7-10 anggota
http://tukangsumurjogja.com/wpcontent/uploads/2014/03/tukangsumurjogjaa.jp
4.6 Penghijauan
Dari kelurahan
setempat
memberikan
bantuan
untuk
kegiatan
b. Banjir
Selain kebakaran, banjir juga merupakan masalah yang sering terjadi
di Kampung Tambora karena drainase yang tidak terstruktur dengan
baik dan rendahnya rumah warga sehingga air banjir dengan mudah
masuk ke dalam rumah warga.
http://www.merdeka.com/foto/peristiwa/14176
1/20130122135337-banjir-masih-
c. Interaksi Warga
Interaksi warga di Kampung Tambora terjalin dengan sangat baik
dibuktikan dengan adanya diadakan acara 17an antar RW dari karang
taruna dan perayaan hari-hari besar lainnya tetap mengikuti tradisi dan
adat yang ada. Kegiatan-kegiatan ini bertujuan selain merayakan, juga
untuk mempererat tali silahturahmi dan kekompakan antar RW.
http://www.indopos.co.id/wpcontent/uploads/2014/08/cSemarak-Harihttp://rmoljakarta.com/images/berita/no
Kemerdekaan-Warga-RW06-AngkeTambora-
BAB V
PENUTUP
5.1 Simpulan
Tumbuhnya perkampungan kumuh di RT 003 RW 04 Kampung Deret,
Kelurahan Tambora, Provinsi DKI Jakarta adalah akibat dari ledakan
penduduk di kota-kota besar, baik karena urbanisasi maupun karena
kelahiran yang tidak terkendali. Hal ini mengakibatkan ketidakseimbangan
antara pertambahan penduduk dengan kemampuan pemerintah untuk
menyediakan permukiman-permukiman baru, sehingga para pendatang akan
mencari alternatif tinggal di permukiman kumuh untuk mempertahankan
kehidupan di kota.
Terbentuknya perkampungan kumuh di daerah ini disebabkan oleh
beberapa faktor seperti penerangan lingkungan jalan yang kurang memadai,
air bersih yang lancar tetapi kadang menjadi kuning karena faktor musim
kemarau, kualitas jalan yang buruk dan sempit, penghijauan yang kurang
terawat, masalah kampung seperti kebakaran dan banjir yang sudah menjadi
seperti budaya di kampung dan kegiatan berkala yang mempererat
komunikasi antar warga. Selain faktor-faktor tersebut, perkampungan kumuh
juga disebabkan karena kurang adanya perhatian pemerintah dan kesadaran
warga setempat.
5.2 Saran
Cara Mengatasi Perkampungan Kumuh:
1. Program Perbaikan Kampung, yang ditujukan untuk memperbaiki
kondisi kesehatan lingkungan dan sarana lingkungan yang ada.
2. Program uji coba peremajaan lingkungan kumuh, yang dilakukan
dengan membongkar lingkungan kumuh dan perumahan kumuh yang
ada serta menggantinya dengan rumah susun yang memenuhi syarat.
3. Program pengetahuan akan kesehatan, yang ditujukan untuk
menyadarkan warga akan pentingnya kesehatan dan mulai berubah
menciptakan lingkungan hidup yang lebih baik.
DAFTAR PUSTAKA
http://makalah-update.blogspot.co.id/2012/11/observasi-terhadappemukiman.html/12/11/2015)
http://tugasnyadimas.blogspot.co.id//13/11/2015)
https://www.academia.edu/6981580/Buku_Panduan_PENANGANAN_LIN
GKUNGAN_PERUMAHAN_DAN_PERMUKIMAN_KUMUH_BERB
ASIS_KAWASAN_PLP2K-BK_TA_2012_0/13/11/2015)
LAMPIRAN
Mewawancarai warga
Mencegah kebakaran
Mewawancarai warga