Anda di halaman 1dari 2

PATOFISIOLOGI OMSK

Teori klasik menjelaskan disfungsi persisten tuba Eustachius (TE). Fungsi TE


adalah sebagai ventilasi, proteksi, dan drainase. Fungsi ventilasi untuk
menyeimbangkan tekanan udara telinga tengah sama dengan tekanan udara luar.
Fungsi proteksi untuk perlindungan telinga tengah terhadap tekanan dan sekret
nasofaring. Fungsi drainase untuk mengalirkan produksi sekret dari telinga tengah
ke nasofaring. TE tidak hanya tabung melainkan sebuah organ yang mengandung
lumen dengan mukosa, kartilago, dikelilingi jaringan lunak, musculus tensor veli
palatine, levator veli palatine, salpingofaringeus, dan tensor timpani. Tuba terdiri
atas tulang rawan pada 2/3 ke arah nasofaring dan sepertiganya terdiri atas tulang.
Panjang tuba pada anak 17,5 mm, lebih pendek, lebih lebar, dan lebih horizontal
daripada TE dewasa. Anatomi tuba pada anak inilah yang mengakibatkan sekret
dari nasofaring dapat lebih mudah refluks ke dalam telinga tengah melalui TE.

Disfungsi TE bisa terjadi karena upper respiratory tract infection (URTI), trauma,
obstruksi mekanis, atau alergi yang mengakibatkan inflamasi. Jika disfungsi tuba
persisten, akan terbentuk tekanan negatif dalam telinga tengah akibat absorpsi
dan/ atau difusi nitrogen dan oksigen ke dalam sel mukosa telinga tengah.
Selanjutnya sel mukosa akan menghasilkan transudasi, kemudian akan terjadi
akumulasi cairan serous, berupa efusi steril sehingga terjadi OME. Jika disfungsi
tuba Eustachius berlanjut, efusi menjadi media ideal untuk tumbuhnya bakteri,
sehingga OME berubah menjadi OMA. Beberapa ahli mengoreksi teori ini karena
ditemukan patogen pada OME, sama seperti pada kasus OMA.

Infeksi kronis maupun infeksi akut berulang pada hidung dan tenggorok dapat
menyebabkan gangguan fungsi hingga infeksi dengan akibat otorea terus-menerus
atau hilang timbul. Peradangan pada membran timpani menyebabkan proses
kongesti vaskuler, sehingga terjadi suatu daerah iskemi, selanjutnya terjadi daerah
nekrotik yang berupa bercak kuning, yang bila disertai tekanan akibat
penumpukan discaj dalam rongga timpani dapat mempermudah terjadinya
perforasi membran timpani. Perforasi yang menetap akan menyebabkan rongga
timpani selalu berhubungan dengan dunia luar, sehingga kuman dari kanalis
auditorius eksternus dan dari udara luar dapat dengan bebas masuk ke dalam
rongga timpani, menyebabkan infeksi mudah berulang atau bahkan berlangsung
terus-menerus. Keadaan kronik ini lebih berdasarkan waktu dan stadium daripada
keseragaman gambaran patologi. Ketidakseragaman gambaran patologi ini
disebabkan oleh proses yang bersifat kambuhan atau menetap, efek dari kerusakan
jaringan,serta pembentukan jaringan parut. Selama fase aktif, epitel mukosa
mengalami perubahan menjadi mukosa sekretorik dengan sel goblet yang
mengeksresi sekret mukoid atau mukopurulen. Adanya infeksi aktif dan sekret
persisten yang berlangsung lama menyebabkan mukosa mengalami proses
pembentukan jaringan granulasi dan atau polip. Jaringan patologis dapat menutup
membran timpani, sehingga menghalangi drainase, menyebabkan penyakit
menjadi persisten.

Aquinas, Rimelda. 2017. Tatalaksana Otitis Media Efusi pada Anak. CDK-254,
Vol. 44 No. 7.

Anda mungkin juga menyukai