PENDIDIKAN IPS
Posted on April 24, 2011 by oktaseiji
Standard
Semester Genap
Disusun oleh:
2011
BAB I
PENDAHULUAN
Salah satu kompetensi yang harus dimiliki oleh seorang guru profesional adalah kemempuan
dalam mengorganisir materi pembelajaran. Untuk melakukan tugas tersebut, guru hendaknya
memiliki keterampilan bagaimana merencanakan pembelajaran tersebut sesuai dengan
karakteristik bahan materi pembelajaran disamping karakteristik siswa, kondisi lingkungan
sekolah dan masyarakat sekitarnya.
Dalam makalah ini diuraikan tentang dimensi dan struktur Pendidikan IPS (PIPS) yang akan
menjadi dasar dan sumber pembelajaran khususnya dalam pengorganisasian materi yang
diselenggarakan oleh guru. Proses pembelajaran di kelas untuk para siswa hendaknya dapat
mengarakan, membimbing, dan mempermudah mereka dalam penguasaan sejumlah konsep
dasar sehingga mereka dapat membentukstruktur ilmu pengetahuannya sendiri. Tugas ini
sebenaranya tidak mudah mengingat kemampuan sisiwa sekolah memiliki latar belakang
kemampuan dan lingkungan yang berbeda. Oleh karena itu, sangat perlu ada upaya pencarian
dan penerapan model pembelajaran yang tepat agar proses belajar mengajar lebih berkualitas.
Penguasaan dan pengembangan dimensi dan struktur pembelajaran dalam PIPS sangat
penting bagi guru karena siswa sekolah menengah diharapkan telah memiliki kemampuan
berfikir abstrak dan parsial atau spesialisasi serta berpikir analitis. Untuk memfasilitasi
kebutuhan ini mahasiswa calon guru perlu mempersiapkan model pembelajaran yang tepat
yang didukung oleh kemampuan penguasaan terhadap dimensi-dimensi PIPS dan strukturnya.
B. Rumusan Masalah
3. Apa dan bagaimana dimensi nilai dan sikap (values and attitudes) dalam pendidikan
IPS?
4. Apa yang dimaksud dengan dimensi tindakan (action) dalam pendidikan IPS?
C. Tujuan
2. Memahami apa dan bagaimana dimensi keterampilan (skill) dalam pendidikan IPS?
3. Memahami apa dan bagaimana dimensi nilai dan sikap (values and attitudes) dalam
pendidikan IPS?
4. Memahami apa yang dimaksud dengan dimensi tindakan (action) dalam pendidikan
IPS?
BAB II
PEMBAHASAN
A. Dimensi PIPS
Setiap orang memiliki wawsan tentang pengetahuan sosial yang berbeda-beda. Secara
konseptual, pengetahuan (knowledge) hendaknya mencakup: (1) Fakta; (2) Konsep; dan (3)
generalisasi yang dipahami oleh siswa.
Fakta adalah data yang spesifik tentang peristiwa, objek, orang dan hal-hal yang terjadi
(peristiwa). Dalam pembelajaran IPS diharapkan siswa dapat mengenal berbagai jenis fakta
khususnya yang terkait dengan kehidupan.
Pada dasarnya fakta yang disajikan untuk para siswa hendaknya disesuaikan dengan usia dan
tingkat kemampuan berfikirnya. Secara umum, fakta untuk siswa SD hendaknya berupa
peristiwa, objek, dan hal-hal yang bersifat konkret. Oleh karena itu guru perlu mengupayakan
agar fakta disesuaikan dengan karakteristik siswa kelas masing-masing.
Konsep merupakan kata-kata atau frase yang mengelompok, berkatagori, dan memberi arti
terhadap kelompok fakta yang berkaitan. Konsep merujuk pada suatu hal atau unsur kolektif
yang diberi label. Namun konsep akan selalu direvisi disesuaikan dengan konsep menurut
disiplin ilmu-ilmu social, sebagai berikut:
otorit
as
Konsep dasar yang relevan untuk pembelajaran IPS diambil terutama dari disiplin-disiplin
ilmu sosial. Banyaknya konsep yang terkait dengan lebih dari satu disiplin, isu-isu sosial, dan
tema-tema yang berasal dari banyak dimensi ilmu sosial. Konsep-konsep tersebut tergantung
pula pada jenjang dan kelas sekolah.
Konsep yang dibentuk secara multidisiplin berasal dari konsep disiplin tradisional dan
menjadi pemerkaya bagi kajian IPS. Konsep-konsep ini muncul karena adanya keperdulian
dan persepsi sosial serta munculnya permasalahan social yang semakin kompleks. Hal ini
telah dipandang sebagai cara alternatif dalam mengorganisasikan konsep-konsep IPS.
Generalisasi merupakan suatu pernyataan dari dua atau lebih konsep yang saling terkait.
Generalisasi memiliki tingkat kompleksitas isi, disesuaikan dengan tingkat perkembangan
siswa.
Pengembangan konsep dan generalisasi adalah proses mengorganisir dan memaknai sejumlah
fakta dan cara hidup bermasyarakat. Merumuskan generalisasi dan mengembangkan konsep
merupakan tujuan pembelajaran IPS yang harus dicapai oleh siswa dengan bimbingan guru.
Hubungan antara generalisasi dan fakta bersfat dinamis. Memperkenalkan informasi baru
yang dapat mendorong siswa untuk merumuskan generalisasi merupakan cara yang baik
untuk menkondisikan terjadinya proses belajar bagi siswa. Dengan informasi baru, pada
siswa dapat mengubah dan memperbaiki generalisasi yang telah dirumuskan terlebih dahulu.
a. Keterampilan Meneliti
Keterampilan ini diperlukan untuk mengumpulkan dan mengolah data. Secara umum
penelitian mencapkup sejumlah aktivitas sebagai berikut:
b. Keterampilan Berpikir
Dalam belajar IPS, siswa perlu dibelajarkan bagaiman berinteraksi dan bekerjasama dengan
orang lain. Keahlian bekerja dalam kelompok sangat penting karena dalam kehidupan
bermasyarakat begitu banyak orang menggantungkan hidup melalui kelompok. Beberapa
keterampilan partisipasi sosial yang perlu dibelajarkan oleh guru meliputi:
Mengidentifikasi akibat dari perbuatan dan pengaruh ucapan terhadap orang lain
Menunjukkan rasa hormat dan perhatian kepada orang lain
Berbuat efektif sebagai anggota kelompok
Mengambil berbagai peran kelompok
Menerima kritik dan saran
Menyesuaikan kemampuan dengan tugas yang harus diselesaikan
d. Keterampilan Berkomunikasi
Pada hakekatnya, nilai merupakan sesuatu yang berharga. Nilai yang dimaksud disini adalah
seperangkat keyakinan atau prinsip perilaku yang telah mempribadi dalam diri seseorang atau
kelompok masyarakat tertentu yang ketika berpikir atau bertindak. Umumnya, nilai dipelajari
sebagai hasil dari pergaulan atau komunikasi antarindividu dalam kelompok seperti keluarga,
himpunan keagamaan, kelompok masyarakat atau persatuan dari orang-orang yang satu
tujuan.
Heterogenitas nilai yang ada di masyarakat tentu menimbulkan masalah tersendiri bagi guru
dalam pembelajaran IPS di kelas. Di suatu pihak, nilai dapat masuk ke dalam masyarakat dan
tidak mungkin steril dari isu-isu yang menerpa dan terhindar dalam masyarakat demokratis.
Di pihak lain, tidak dipungkiri bahwa nilai tertentu muncul dengan kekuatan yang sama
dalam masyarakat dan menjadi pembelajaran yang baik serta menjadi perlindungan dari
berbagai penyimpangan dan pengaruh luar. Agar ada kejelasan dalam mengkaji nilai di
masyarakat, maka nilai dapat dibedakan atas nilai sustantif dan nilai prosedural.
a. Nilai Substantif
Nilai substantif adalah keyakinan yang telah dipegang oleh seseorang dan umumnya hasil
belajar, bukan sekedar menanamkan atau menyampaikan informasi semata. Setiap orang
memiliki keyakinan atau pendapat yang berbeda-beda sesuai dengan keyakinannya tentang
sesuatu hal.
Dalam mempelajari nilai substantif, para siswa perlu memahami proses-proses, lembaga-
lembaga, dan aturan-aturan untuk memecahkan konflik dalam masyarakat demokratis.
Dengan kata lain, siswa perlu mengetahui ada keragaman nilai dalam masyarakat dan mereka
perlu mengetahui isi nilai dan implikasi dari nilai-nilai tersebut.
Manfaat lain dari belajar nilai substantif adalah siswa akan menyatakan bahwa dirinya
memiliki nilai tertentu. Guru harus menjelaskan bahwa siswa membawa nilai yang beragam
ke kelas sesuai dengan latar keluarga, agama, atau budaya. Selain itu, guru perlu menyadari
pula bahwa nilai yang dia anut tidak semuanya berlaku secara universal.
b. Nilai Prosedural
Nilai-nilai prosedural yang perlu dilatih atau dibelajarkan antara lain nilai kemerdekaan,
toleransi, kejujuran, menghormati kebenaran dan menghargai orang lain. Nilai-nilai kunci ini
merupakan nilai yang menyokong masyarakat demokratis, seperti: toleran terhadap pendapat
yang berbeda, menghargai bukti yang ada, kerja sama, dan menghormati pribadi orang lain.
Apabila kelas IPS dimaksudkan untuk mengembangkan partisipasi siswa secara efektif dan
diharapkan semakin memahami kondisi masyarakat Indonesia yang beraneka ragam, maka
siswa perlu mengenal dan berlatih menerapkan nila-nilai tersebut.
Pembelajaran yang mengaitkann pendidikan nilai ini secara eksplisit atau implisit hendaknya
telah ada dalam langkah-langkah atau proses pembelajaran dan tidaklah menjadi bagian dari
konten tersendiri. Dengan kata lain, nilai-nilai ini tidak perlu dibelajarkan secara terpisah.
Selain itu, masyarakat demokratis yang ideal harus mampu mengungkapkan nilai-nilai pokok
dalam proses pembelajaran bukan hanya retorika semata bahkan harus menghormati harkat
dan martabat manusia, berkomitmen terhadap keadilan sosial, dan memperlakukan manusia
sama kedudukannya di depan hukum.
Tindakan sosial merupakan dimensi PIPS yang penting karena tindakan dapat memungkinkan
siswa menjadi peserta didik yang aktif. Mereka pula dapat belajar secara konkret dan praktis.
Dengan belajar dari apa yang diketahui dan terpikirkan tentang isu-isu sosial untuk
dipecahkan sehingga jelas apa yang akan dilakukan dan bagaimana caranya, para siswa
belajar menjadi warga Negara yang efektif di masyarakat.
Dimensi tindakan sosial dapat dibelajarkan pada semua jenjang dan semua tingkatan kelas
kurikulum IPS. Dimensi tindakan social untuk pembelajaran IPS meliputi tiga model aktivitas
sebagai berikut.
B. Struktur PIPS
Model pembelajaran alternatif untuk bidang ilmu-ilmu sosial telah diperkenalkan dengan
aneka ragam istilah diperkenalkan dengan aneka ragam istilah, seperti : Model Inkuiri,
Problem Solving, Berpikir Kritis, Pengambilan Keputusan, dan sebagainya. Pada hakekatnya,
model-model pembelajaran ini lebih banyak menekankan pada upaya membelajarkan siswa
secara aktif (Students’ Active Learning).
Untuk menyajikan materi pembelajaran yang penuh dengan muatan konsep, generalisasi dan
teori, Marlin L. Tanck dalam Sapriya (2009) memperkenalkan model pembelajaran konsep,
generalisasi dan konstruk yang dikenal dengan “A Model of A knowledge” (Model Struktur
ilmu Pengetahuan).
Salah satu pendekatan dalam pembelajaran IPS dan sekaligus menjadi tugas guru pada
tingkat pendidikan dasar adalah menerjemahkan materi yang sulit menjadi mudah atau materi
pelajaran yang bersifat abstrak menjadi konkret. Suatu upaya untuk menerjemahkan dan
mengkonkretkan hal yang abstrak tersebut biasanya diperlukan sesuatu yang berfungsi
sebagai wakil atau representasi. Sesuatu yang mewakili inilah yang dikenal dengan sebutan
model. Para siswa yang tengah belajar pada jenjang pendidikan menengah , perlu dibimbing
dan diperkenalkan kepada atau dilatih kemampuan dalam berpikir abstrak. Dengan kata lain,
para guru perlu memperkenalkan pengetahuan abstrak (abstrack knowledge) kepada
siswanya. Salah satu cara untuk membantu para siswa dalam memiliki kemampuan ini adalah
melalui perantara model.
Menurut Tanck pengetahuan (knowledge) dianggap sebagai hasil kerja intelektual yang
dikembangkan oleh manusia melalui proses psikologisnya. Hasil-hasil itu dapat digolongkan
dalam bentuk/jenis pengetahuan yang berbeda-beda. Jenis pengetahuan dapat dilihat
sebagaimana dirancang dalam model struktur atau organisasi pengetahuan.
Construct
Generalization
Concept
Secara lebih rinci unsur-unsuryang ada dalam struktur ilmu pengetahuan diatas dapat
diuraikan sebagai berikut:
1. Atribut
Atribut merupakan karakteristik atau sifat sejumlah benda, peristiwa atau ide yang dapat
dibedakan. Atribut-atribut itu misalnya ciri-ciri yang dapat dianggap sama, serupa atau
berbeda. Atribut dapat didasarkan pada fakta berupa informasi konkret yang dapat
diverifikasi dari laporan orang lain atau hasil pengamatan langsung seseorang. Apakah
informasi itu akurat, dapat dibuktikan dengan cara memeriksa kebenaran laporan atau dengan
meneliti, mendengarkan, menyentuh, dan merasakan.
Laporan lisan, gambar, dan chart data dapat digunakan untuk mengkomunikasikan atribut-
atribut. Penkomunikasian fenomena dan kondisi yang terlihat merupakan proses mempelajari
atribut-atribut. Para siswa dapat mempelajari atribut-atribut melalui proses persepsi, yakni
memperoleh informasi dari orang lain, atau pengamatan dan pengkajian oleh mereka sendiri.
Atribut dapat diketahui menurut tingkat kesadaran yang berbeda-beda. Beberapa atribut dapat
dengan udah dinyatakan sedangkan yang lainnya mungkin dapat dipahami dan digunakan
namun tidak mudah diungkapkan.
2. Kelas
Kelas adalah pengelompokkan kategori benda-benda, peristiwa atau pemikiran. Setiap kelas
meliputi benda-benda yang memiliki kesamaan atribut dan mengabaikan atribut-atribut yang
berbeda atau tidak ada kaitannya. Pengkelasan berdasarkan pada satu atau atribut tertentu,
tidak pada semua atribut.
Pengkelasan merupakan sesuatu hal yang biasa dan banyak kegunannya. Semua orang yang
kita ketahui, kita tempatkan dalam ragam kelas, seperti laki-laki – perempuan, kaya – miskin,
bersahabat – bermusuhan. Benda-benda hidup dapat dikelompokkan sebagai berikut: tanaman
– hewan, mamalia atau reptil atau burung, binatang buas – binatang piaraan. Kelompok buku-
buku dapat dibagi menurut jenisnya, seperti fiksi – nonfiksi, bersamul tebal – bersampul tipis,
mudah – sulit. Dengan demikian, kita dapatmengklasifikasikan sesuatu secara praktis
menurut pengalaman sesuai dengan atribut-atributnya.
3. Simbol
Setiap kelas dapat dirujuk dengan suatu symbol. Symbol menunjukkan kelas. Symbol dapat
berupa kata-kata, tanda, gerak mimic,nomor angka, atau yang lainnya. Apapun namanya
simbol merupakan cara yang bermanfaat untuk mengkomunikasikan tentang kelas. Kelas
semua benda yang digunakan dalam produksi mungkin cocok disebut “sumber-sumber
produksi” atau “faktor-faktor produksi”. Benda-benda seperti tanah dan pohon dapat dirujuk
sebagai sumber alam. Kelas benda-benda buatan manusia yang digunakan untuk
memproduksi dapat dinamakan “modal”. Kelompok orang yang bekerja untuk menghasilkan
sesuatu barang dapat disebut “tenaga kerja” (buruh) atau “sumber daya manusia”.
. modal
Gambar di atas menunjukkan adanya saling hubungan antar kelas. Lingkaran besar adalah
gambar tentang factor-faktor produksi yang mewakili semua benda yang digunakan dalam
memproduksi barang dan jasa . lingkaran kecil (1, 2, 3) mewakili subkelas dari setiap factor
produksi.
4. Konsep
Konsep merupakan pokok pengertian yang bersifat abstrak yang menghubungkan orang
dengan kelompok benda, peristiwa, atau pemikiran (ide). Lahirnya konsep karena adanya
kesadaran atas atribut kelas yang ditunjukkan oleh simbol. Konsep “tanah” bagi siswa
merupakan sebutan umum untuk sumber alam yang produktif. Konsep buruh menurut siswa
merupakan sebutan abstrak tentang apa yang dimiliki oleh semua anggota kelas/kelompok.
Konsep bersifat abstrak dalam pengertian yang berkaitan bukan dengan contoh tertentu
melainkan dengan semua anggota kelas. Konsep dapat dianggap sebagai suatu model
kelompok benda yang terpikirkan. Konsep merupakan cara berpikir menggenerelasasikan
sejumlah anggota kelas yang khusus ke dalam satu contoh model yang tidak nampak,
termasuk atribut semua contoh yang berbeda-beda.
Konsep bersifat subyektif dan menyatu. Semua orang membentuk konsep dari
pengalamannya sendiri. Dari pengalaman seperti mencatat contoh-contoh dan mendengarkan
diskusi yang melibatkan kelas, setiap orang menjadi sadar akan pengertian dan atribut.
Konsep merupakan kesadaran internal yang mempengaruhi perilaku yang tampak. Konsep-
konsep yang digunakan dalam proses pembelajaran dapat diperoleh dari konsep disiplin ilmu
atau dari konsep yang telah biasa digunakan dilingkungan kehidupan siswa atau masyarakat
setempat. Berikut ini adalah matrik yang dapat dijadikan model oleh guru dalam proses
pembelajaran.
5. Generalisasi
Hubungan yang ditegaskan dalam bentuk pernyataan, seperti “sumber daya alam, tenaga
kerja dan modal digunakan dalam berbagai proses produksi ” merupakan contoh generalisasi.
Untuk memahami suatu generalisasi, perhatikanlah beberapa prisipberikut ini:
Proses pembelajaran dengan teknik pengelompokan, aplikasi, dan sisntesisi merupakan cara
menyajikan bahan materi pelajaran untuk melatih kemampuan berpikir siswa dalam
mengaitkan satu konsep dengan konsep yang lainnya. Agar siswa mahir dengan kemampuan
ini, maka pelatihan dalam pembelajaran perlu dilakukan secara berkelanjutan sesuai dengan
karakter materi palajarannya.
BAB III
PENUTUP
A. Simpulan
Program Pendidikan IPS yang komprehensif adalah program yang mencakup empat dimensi
sebagai berikut:
3. Dimensi nilai dan sikap (Values and Attitudes); terdiri atas nilai substansif dan nilai
prosedural. Nilai substantif adalah keyakinan yang telah dipegang oleh seseorang dan
umumnya hasil belajar, bukan sekedar menanamkan atau menyampaikan informasi semata.
Nilai-nilai prosedural yang perlu dilatih atau dibelajarkan antara lain nilai kemerdekaan,
toleransi, kejujuran, menghormati kebenaran dan menghargai pendapat orang lain.
4. Dimensi tindakan (Action). merupakan dimensi PIPS yang penting karena tindakan dapat
memungkinkan siswa menjadi peserta didik yang aktif.
2. Saran
1. Dalam mengajarkan IPS pada siswa sangat perlu ada upaya pencarian dan penerapan
model pembelajaran yang tepat agar proses belajar mengajar lebih berkualitas.
2. Mahasiswa calon guru perlu mempersiapkan model pembelajaran yang tepat yang
didukung oleh kemampuan penguasaan terhadap dimensi-dimensi PIPS dan strukturnya.
3. Agar lebih memahami tentang konsep dimensi dan struktur pendidikan IPS hendaknya
kita membaca dari berbagai literature yang mendukung atau bertanya pada dosen
pembimbing.
DAFTAR PUSTAKA