Anda di halaman 1dari 26

MAKALAH PENDIDIKAN IPS SD

Dimensi dan Struktur Pendidikan IPS


Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Pendidikan IPS SD yang di
ampu oleh :
Hj. Nurhasanah, M.Pd. dan Ashar Pajarungi Anar, S.Pd., M.Pd.

DISUSUN OLEH : KELOMPOK 5

1. Aulia Patra Nirmala ( E1E019049 )


2. Baiq Eka Prihartini ( E1E019058 )
3. Baiq Rufaida Agustina ( E1E019063 )
4. Baiq Yati Fitriani ( E1E019068 )
5. Busro ( E1E019074 )

KELAS:

II B

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MATARAM
MATARAM
2020
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum warohmatullahi wabarokaatuh.
Segala puji bagi Allah atas segala Rahmat-Nya yang telah meridhoi kami
sehingga dapat menyelesaikan penyusunan makalah yang berjudul “Dimensi
dan Struktur Pendidikan IPS” tepat pada waktunya. Terimakasih kami
haturkan yang setinggi-tingginya kepada Bapak dan Ibu kami Bapak Ashar
Pajarungi Anar, S.Pd., M.Pd dan Ibu Hj. Nurhasanah, M.Pd. selaku
dosen pengampu Mata Kuliah Pendidikan IPS SD.
Kami berharap semoga apa yang telah kami usahakan ini dapat memberi
manfaat bagi para pembaca khususnya adik-adik tingkat kami yang sedang
membutuhkan referensi tentang teori Dimensi dan Struktur Pendidikan IPS.
Namun terlepas dari itu, kami menyadari bahwa makalah yang saat ini berada
di hadapan pembaca tidak luput dari kekeliruan-kekeliruan baik dari segi
penulisan, isi, maupun struktur penyusunannya. Oleh karenanya kritik dan
masukan yang membangun dari pembaca sangat kami butuhkan demi
kesempurnaan makalah ini.
Wassalamualaikum warohmatullaahi wabarokaatuh.

Mataram, 01 Maret 2020

Penyusun

i
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL.............................................................................
KATA PENGANTAR...........................................................................i
DAFTAR ISI..........................................................................................ii
BAB I: PENDAHULUAN.....................................................................1
A. Latar Belakang......................................................................1
B. Rumusan Masalah..................................................................1
C. Tujuan....................................................................................2
BAB II: PEMBAHASAN......................................................................3
A. Dimensi Pengetahuan............................................................3
B. Dimensi Keterampilan..........................................................6
C. Dimensi Nilai dan Sikap.......................................................8
D. Dimensi Tindakan.................................................................10
E. Struktur Pengetahuan............................................................11
F. Struktur Pendidikan IPS........................................................19
BAB III: PENUTUP..............................................................................22
A. Kesimpulan.............................................................................22
B. Saran.......................................................................................23
DAFTAR PUSTAKA............................................................................24

ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Salah satu kompetensi yang harus dimiliki oleh seorang guru profesional
adalah kemampuan dalam mengorganisir materi pembelajaran. Untuk
melakukan tugas tersebut, guru hendaknya memiliki keterampilan bagaimana
merencanakan pembelajaran tersebut sesuai dengan karakteristik bahan materi
pembelajaran di samping karakteristik siswa, kondisi lingkungan sekolah dan
masyarakat sekitarnya.
Dimensi dan struktur pendidikan IPS (PIPS) yang akan menjadi dasar dan
sumber pembelajaran khususnya dalam pengorganisasian materi yang
diselenggarakan oleh guru. Proses pembelajaran dikelas untuk para siswa
hendaknya dapat mengarahkan, membimbing, dan mempermudah mereka
dalam penguasaan sejumlah konsep dasar sehingga mereka dapat membentuk
struktur ilmu pengetahuannya sendiri. Tugas ini sebenarnya tidak mudah
mengingat kemampuan siswa sekolah memiliki latar belakang kemampuan
dan lingkungan belajar yang berbeda. Oleh karena itu, sangat perlu ada upaya
pencarian dan penerapan model pembelajaran yang tepat agar proses belajar
mengajar lebih berkualitas. Untuk memfasilitasi kebutuhan ini diharapkan
seorang pendidik memiliki kemampuan dalam penguasaan terhadap dimensi-
dimensi PIPS dan strukturnya.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimanakah bentuk dimensi pengetahuan?
2. Bagaimanakah bentuk dimensi keterampilan?
3. Bagaimanakah bentuk dimensi nilai dan sikap?
4. Bagaimanakah bentuk dimensi tindakan?
5. Bagaimanakah bentuk struktur pengetahuan?
6. Bagaimanakah bentuk struktur pendidikan IPS?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui dimensi pengetahuan
2. Untuk mengetahui dimensi keterampilan

1
3. Untuk mengetahui dimensi nilai dan sikap
4. Untuk mengetahui dimensi tindakan
5. Untuk mengetahui struktur pengetahuan
6. Untuk mengetahui struktur pendidikan IPS

2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Dimensi Pengetahuan (Knowledge)
Setiap orang memiliki wawasan tentang pengetahuan sosial yang berbeda-
beda. Ada yang berpendapat bahwa pengetahuan sosial meliputi peristiwa
yang terjadi di lingkungan masyarakat yang tertentu. Ada pula yang
mengemukakan bahwa pengetahuan sosial mencakup keyakinan-keyakinan
dan pengalaman belajar siswa. Secara konseptual, pengetahuan (knowledge)
hendaknya mencakup : (1) Fakta; (2) Konsep; dan (3) Generalisasi yang
dipahami oleh siswa.
Fakta adalah data yang spesifik tentang peristiwa, objek, orang, dan hal-
hal yang terjadi (peristiwa). Dalam pembelajaran IPS, diharapkan siswa dapat
mengenal berbagai jenis fakta khususnya yang terkait dengan kehidupannya.
Beberapa fakta yang dapat dibelajarkan kepada siswa kelas 1, misalnya,
sebagai berikut:
1. Ada sepuluh siswa di kelas yang memiliki mainan.
2. Siswa perempuan berjumlah lima belas orang.
3. Siswa laki-laki bermain bola pada hari Sabtu.
Pada dasarnya, fakta yang disajikan untuk para siswa hendaknya
disesuaikan dengan usia dan tingkat kemampuan berpikirnya. Secara umum,
fakta untuk siswa SD hendaknya berupa peristiwa, objek, dan hal-hal yang
bersifat konkret. Oleh karena itu, guru perlu mengupayakan agar fakta
disesuaikan dengan karakteristik siswa kelas masing-masing.
Konsep merupakan kata-kata atau frase yang mengelompok, berkategori,
dan member arti terhadap kelompok fakta yang berkaitan. Konsep merujuk
pada suatu hal atau unsur kolektif yang diberi tabel. Namun, konsep akan
selalu direvisi disesuaikan dengan tingkat pemahaman siswa. Beberapa contoh
konsep menurut disiplin ilmu-ilmu sosial, sebagai berikut:

3
Tradisi Perilaku Lokasi Budaya
Perubahan Kerja Kelompok Pola Ruang Tradisi
Kontinuitas Hubungan Antar Jarang Keyakinan
Kelompok
Konflik Persepsi Saling Akulturasi
Kooperasi Fungsi Individu Wilayah Kekerabatan
Nasionalisme Keragaman Distribusi Adaptasi
Kolonialisme Pengembangan Lingkungan Ritual
Imperialisme Perubahan Perubahan
Tempat
Revolusi Difusi Budaya Budaya
Etnosentris
SEJARAH PSIKOLOGI GEOGRAFI ANTROPOLOGI

PENDIDIKAN IPS

POLITIK SOSIOLOGI EKONOMI


Pengambilan Masyarakat Produksi
Keputusan Sosialisasi Distribusi
Otoritas Peran Spesialisasi
Kekuasaan Status Pembagian Kerja
Negara Stratifikasi Sosial Konsumsi
Konflik Norma dan Saksi Kelangkaan
Keadilan Nilai Permintaan
Hak Asasi Manusia Konflik Sosial Penawaran
Tanggung Jawab Mobilitas Sosial Saling Ketergantungan
Demokrasi Otoritas Teknologi

Konsep dasar yang relevan untuk pembelajaran IPS diambil terutama dari
disiplin ilmu-ilmu sosial. Banyak konsep yang terkait dengan lebih dari satu
disiplin, isu-isu sosial, dan tema-tema yang berasal dari banyak disiplin ilmu
sosial. Konsep-konsep tersebut tergantung pula pada jenjang dan kelas
sekolah, misalnya konsep “keluarga” dapat diambil dari sejarah, antropologi,
sosiologi, bahkan ekonomi. Demikian pula konsep “pariwisata” dapat
diperoleh dari disiplin geografi, sosiologi, sejarah, bahkan politik.

4
Konsep yang dibentuk secara multidisiplin, seperti multikultural,
lingkungan, urbanisasi, perdamaian, dan globalisasi berasal dari konsep
disiplin tradisional dan menjadi pemerkaya bagi kajian IPS. Konsep-konsep
ini muncul karena adanya kepedulian persepsi sosial serta munculnya
permasalahan sosial yang semakin kompleks. Hal ini telah dipandang sebagai
cara alternatif dalam mengorganisasikan konsep-konsep IPS.
Generalisasi merupakan suatu ungkapan/pertanyaan dari dua atau lebih
konsep yang saling terkait. Generalisasi memiliki tingkat kompleksitas isi,
disesuaikan dengan tingkat perkembangan siswa. Misalnya,
1. Apabila orang tidak mau memelihara hewan peliharaannya, maka hewan
tersebut pasti mati.
2. Memelihara hewan peliharaan dapat berakibat bagi orang lain di samping
bagi pemiliknya sendiri.
Pengembangan konsep dan generalisasi adalah proses pengorganisir dan
memaknai sejumlah fakta dan cara hidup bermasyarakat. Merumuskan
generalisasi dan pengembangan konsep merupakan tujuan pembelajaran IPS
yang harus dicapai oleh para siswa dengan bimbingan guru. Misalnya, bagi
anak-anak siswa kelas rendah, rumusan generalisasi disesuaikan dengan
konsep dan tingkat kemampuan berpikir: “Semakin bertambah usia seseorang,
semakin berbeda dalam kemampuan bekerja”.; “Perubahan dalam teknologi
dapat mengakibatkan perubahan yang tidak diperkirakan, mungkin baik atau
buruk”. Hubungan antara generalisasi dan fakta bersifat dinamis.
Memperkenalkan informasi baru yang dapat mendorong siswa untuk
merumuskan generalisasi merupakan cara yang baik untuk mengkondisikan
terjadinya proses belajar bagi siswa. Dengan informasi baru, para siswa dapat
mengubah dan memperbaiki generalisasi yang telah dirumuskannya terdahulu.

B. Dimensi Keterampilan (Skills)


Pendidikan IPS sangat memerhatikan dimensi keterampilan disamping
pemahaman dalam dimensi pengetahuan. Kecakapan mengolah dan
menerapkan informasi merupakan keterampilan yang sangat penting untuk

5
mempersiapkan siswa menjadi warga Negara yang mampu berpartisipasi
secara cerdas dalam masyarakat demokratis. Oleh karena itu, berikut diuraikan
sejumlah keterampilan yang diperlukan sehingga menjadi unsur dalam
dimensi IPS dalam proses pembelajaran.
1. Keterampilan meneliti
Keterampilan ini diperlukan untuk mengumpulkan dan mengolah data.
Tentu banyak definisi atau pengertian penelitian. Namun, secara umum
penelitian mencakup sejumlah aktivitas sebagai berikut.
a. Mengidentifikasi dan mengungkapkan masalah atau isu
b. Mengumpulkan dan mengolah data
c. Menafsirkan data
d. menganalisis data
e. Menilai bukti-bukti yang ditemukan
f. Menyimpulkan
g. Menerapkan hasil temuan dalam konteks yang berbeda
h. Membuat pertimbangan nilai.
2. Keterampilan berpikir
Sejumlah keterampilan berpikir banyak berkontribusi terhadap
pemecahan masalah dan partisipasi dalam kehidupan masyarakat secara
efektif. Untuk mengembangkan keterampilan berpikir pada diri siswa, perlu
ada penguasaan terhadap bagian-bagian yang lebih khusus dari keterampilan
berpikir tersebut secara melatihnya di kelas. Misalnya, seperti apa
keterampilan berpikir kritis dan berpikir kreatif bagi siswa? Jenis keterampilan
berpikir ini dapat membantu para siswa dalam proses pembelajaran aktif di
kelas. Beberapa keterampilan berpikir yang perlu dikembangkan oleh guru di
kelas untuk pada siswa mengikuti:
a. Mengkaji dan menilai data secara kritis
b. Merencanakan
c. Merumuskan faktor sebab dan akibat
d. Memprediksi hasil dari sesuatu kegiatan atau peristiwa

6
e. Menyarankan apa yang akan ditimbulkan dari suatu peristiwa atau
perbuatan
f. Curah pendapat (brainstorming)
g. Berspekulasi tentang masa depan
h. Menyarankan berbagai solusi alternatif
i. Mengajukan pendapat dari perspektif yang berbeda.
3. Keterampilan partisipasi sosial.
Dalam belajar IPS, siswa perlu dibelajarkan bagaimana berinteraksi dan
bekerja sama dengan orang lain. Keahlian bekerja dalam kelompok sangat
penting karena dalam kehidupan bermasyarakat begitu banyak orang
menggantungkan hidup melalui kelompok. Beberapa keterampilan partisipasi
sosial yang perlu dibelajarkan oleh guru meliputi:
a. Mengidentifikasi akibat dari perbuatan dan pengaruh ucapan terhadap orang
lain
b. Menunjukkan rasa hormat dan perhatian kepada orang lain
c. Berbagai tugas dan pekerjaan dengan orang lain
d. berbuat efektif sebagai anggota kelompok
e. Mengambil berbagai peran kelompok
f. Menerima kritik dan saran
g. Menyesuaikan kemampuan petugas yang harus diselesaikan.
4. Keterampilan berkomunikasi
Pembelajaran merupakan upaya untuk mendewasakan seorang anak
manusia. Salah satu ciri seorang yang dewasa adalah mereka yang mampu
berkomunikasi dengan orang lain dengan baik. Oleh karena itu,
pengembangan keterampilan berkomunikasi merupakan aspek yang penting
dari pendekatan pembelajaran IPS khususnya dalam inkuiri sosial. Setiap
siswa perlu diberi kesempatan untuk mengungkapkan pemahaman dan
perasaannya secara jelas, efektif dan kreatif. Walaupun bahasa tulis dan lisan
telah menjadi alat berkomunikasi yang paling biasa, guru hendaknya selalu
mendorong para siswa untuk mengungkapkan gagasannya dalam bentuk lain,
seperti dalam film, drama, seni (suara, tari, lukis), pertunjukan, foto, bahkan

7
dalam bentuk peta. Para siswa hendaknya dimotivasi agar menjadi
pembicaraan dan pendengar yang baik.
Semua keterampilan dalam pembelajaran IPS ini sangat diperlukan dan
akan memberikan kontribusi dalam proses inkuiri sebagai pendekatan utama
dalam pembelajaran IPS.

C. Dimensi Nilai dan Sikap


Pada hakikatnya, nilai merupakan sesuatu yang berharga. Nilai yang
dimaksud disini adalah seperangkat keyakinan atau prinsip perilaku yang
telah mempribadi dalam diri seseorang atau kelompok masyarakat tertentu
yang terungkap ketika berpikir atau bertindak. Umumnya, nilai juga dipelajari
sebagai hasil dari pergaulan atau komunikasi antar individu dalam kelompok
seperti keluarga, himpunan keagamaan, kelompok masyarakat atau kumpulan
dari orang-orang yang memiliki satu tujuan. Nilai yang ada dimasyarakat
sangat bervariasi sesuai dengan tingkat keragaman kelompok masyarakat.
Heterogis niai ini tentu menimbulkan masalah tersendiri bagi guru dalam
pembelajaran dikelas. Agar da kejelasan dalam mengkaji nilai di masyarakat,
maka nilai dapat dibedakan atas nilai substansif dan nilai prosedural.
a. Nilai substansif
Nilai substansif adalah keyakinan yang telah dipegang oleh seseorang
dan umumnya hasil belajar, bukan sekedar menanamkan atau
menyampaikan informasi semata. Setiap orang memiliki keyakinan atau
pendapat yang berbeda-beda sesuai dengan keyakinannya tentang sesuatu
hal. Misalnya, seorang anggota keluarga akan berbeda pandangannya
terhadap nilai hidup bekeluarga. Demikian pula dalam bertindak sebagai
anggota keluarga. Kondisi keluarga yang mencerminkan nilai yang dianut
oleh keluarga yang berbeda-beda perlu dikenali oleh para siswa dalam
pembelajaran ips. Hingga siswa mengenal implikasi dari kondisi keluarga
bagi kehidupan pribadi maupun sosial. Demikian pula, ketika para siswa
mempelajari dampak tekhnologi terhadap, kesempatan kerja, seperti
industri, pemerintahan,lembaga pelatihan, kedudukan nilai bagi kelompok

8
masyarakat dan individu merupakan komponen yang penting bagi
pembelajaran ips. Dalam mempelajari nilai substansif, para siswa perlu
memahami proses-proses, lembaga-lembaga, dan aturan-aturan untuk
memecahkan konflik dalam masyarakat demokratis. Dengan kata lain,
siswa perlu mengetahui bahwa ada keragaman nilai dalam masyarakat dan
mereka perlu mengetahui isi nilai-nilai tersebut. Dengan belajar substansif
, siswa seyogianya menjadi terampil dalam mengenal dan menganalisis
kedudukan nilai dari aneka ragam kelompokdengan mengajukan
pertanyaan-pertanyaan berikut:
1 Apa yang dilakukan oleh kelompok, individu, bangsa saat ini atau
pada masa lalu?
2 Apa alasan mereka?
3 Pertunjukan apa yang penting bagi mereka?
4 Apabila kamu punya jabatan, apa yang akan kamu lakukan?
Manfaat lain dari belajar nilai substansif adalah siswa akan
menyatakan dirinya memiliki nilai tertentu. Guru harus menjelaskan
bahwa siswa membawa nilai beragam ke kelas sesuai dengan latar
keluarga, agama, atau budaya. Selain itu, guru perlu menyadari pula
bahwa nilai yang dianut tidak semuanya berlaku secara universal.
Program pembelajaran ips hendaknya memberikan kesempatan kepada
siswa untuk mengungkapkan, merefleksikan, dan mengartikulasikan nilai-
nilai yang dianutnya.

9
b. Nilai prosedural
Peran guru dalam dimensi nilai sangat besar terutama dalam melatih
siswa sesuai dengan langkah-langkah pembelajaran dikelas. Nilai-nilai
procedural yang perlu dilatih atau dibelajarkan antara lain nilai
kemerdekaan, toleransi, kejujuran, menghormati kebenaran dan
menghargai pendapat orang lain. Nilai-nilai kunci ini merupakan nilai
yang menyokong masyarakat demokratis, seperti: toleran terhadap
pendapat yang berbeda, menghargai bukti yang ada, kerja sama,dan
menghormati pribadi orang lain. Apabila kelas ips dimaksudkan untuk
mengembangkan partisipasi siswa secara efektig dan diharapkan semakin
memahami kondisi masyarakat Indonesia yang beraneka ragam, maka
siswa perlu mengenal dan berlatih menerapkan nilai-nilai tersebut.
Pembelajaran yang mengaitkan pendidikan nilai ini secara eksplisit
atau implicit hendaknya telah ada dalamlangkah-langkah atau proses
pembelajaran dan tidaklah menjadi bagian dari konten tersendiri,. Dengan
kata lain, nilai-nilai ini tidak perlu dibelajarkan secara terpisah. Selain itu,
masyarakat demokratis yang ideal harus mampu mengungkapkan nilai –
nilai pokok dalam proses pembelajaran bukan hanya retorika semata
bahkan harus menghormati harkat dan martabat manusia, berkomitmen
terhadap keadilan sosial, dan memperlakukan manusia sama
kedudukannya didepan hukum.

D. Dimensi Tindakan
Tindakan sosial merupakan dimensi PIPS yang penting karena tindakan
dapat memungkinkan siswa menjadi peserta didik yang aktif. Mereka pun
dapat belajar berlatih secara konkret dan praktis. Dengan belajar dari apa yang
diketahui dan terpikirkan tentang isu-isu sosial untuk dipecahkan sehingga
jelas apa yang akan dilakukan dan bagaimana caranya, para siswa belajar
menjadi warga Negara yang efektif di masyarakat.

10
Dimensi tindakan sosial dapat dibelajarkan pada semua jenjang dan semua
tingkatan kelas kurikulum IPS. Dimensi tindakan sosial untuk pembelajaran
IPS meliputi tiga model aktivitas sebagai berikut
1 Percontohan kegiatan dalam memecahkan masalah di keals seperti cara
bernegosiasi dann bekerja sama. Misalnya, siswa umur 5 tahun bercurah
pendapat dengan gurunya tentang tempat-tempat piknik apa saja yang
menjadi alternatif dan mna yang akan dipilih.
2 Berkomunikasi dengan anggota masyarakat dapat diciptakan, misalnya
dengan kelompok masyarakat pencinta lingkungan, masyarakat perajin,
masyarakat petani,pedagang dan melakukan survey, pengamatan serta
wawancara dengan pedagang di pasar tradisional.
Pengambilan keputusan dapat menjadi bagian kegiatan kelas, khususnya
pada saat siswa diajak untuk melakukan inkuiri.

E. Struktur Pengetahuan
Menurut Tanck (1969) pengetahuan (knowledge) dianggap sebagai hasil
kerja intelektual yang dikembangkan oleh manusia melalui proses
psikologisnya. Hasil-hasil itu dapat digolongkan dalam bentuk/jenis
pengetahuan yang berbeda-beda. Jenis pengetahuan dapat dilihat sebagaimana
dirancang dalam model struktur atau organisasi pengetahuan.
Model ini berusaha membedakan jenis-jenis pengetahuan yang berbeda-
beda dan mengorganisasikannya dalam suatu struktur, ini dapat mewakili
suatu cara bagaimana pengetahuan yang bersifat abstrak ini dapat digolongkan
dan disusun sehingga para guru dapat dengan mudah merancang pengajaran
dan para siswa lebih mudah lagi belajar. Model di bawah ini dapat diuji
apakah model ini dapat membantu para guru lebih efektif merancang
pengajaran aspek pengetahuan pilihan yang bersifat abstrak dan apakah para
siswa merasakan terbantu pada waktu belajar menguasai pengetahuan pilihan
tersebut.
Keberhasilan dalam mengembangkan model struktur ilmu pengetahuan
dapat diuji dengan jawaban atas pertanyaan: apakah guru merancang

11
pembelajaran tentang pengetahuan itu efektif? Dan Apakah siswa merasa
terbantu dalam belajar?
Model struktur ilmu pengetahuan terdiri atas unsur-unsur yang dapat
digambarkan dalam bentuk diagram, sebagai berikut:

Construct
Generalizations
Concepts
Facts and Atributes

Concepts

Facts and Attributes

Secara lebih rinci unsur- unsur yang ada dalam struktur ilmu pengetahuan
di atas dapat diuraikan sebagai berikut
a. Atribut
Atribut merupakan karakteristik atau sifat sejumlah benda, peristiwa
atau ide, yang dapat dibedakan. Atribut-atribut itu adalah ciri-ciri yang
dapat dianggap sama, serupa atau berbeda. Misalnya, tanah yang menjadi
tempat tumbuhnya pohon jagung dan kayu yang digunakan untuk perkakas,
keduanya memiliki ciri alamiah. Traktor yang digunakan dalam pertanian
dan gergaji yang digunakan untuk memotong kayu bukanlah barang yang
sifatnya alamiah karena dibedakan oleh atribut barang “buatan manusia”.
Petani dan penebang kayu yang masing-masing bekerja dibidang industry
memiliki karakteristik sebagai “pekerja”.
Atribut didasarkan pada fakta berupa informasi konkret yang dapat
diverifikasi dari laporan orang lain atau hasil pengamatan langsung

12
seseorang. Apakah infomasi itu akurat, dapat dibuktikan dengan cara
memeriksa kebenaran laporan atau dengan meneliti, mendengarkan,
menyentuh, atau merasakan. Bahwa pohon-pohon itu alamiah dan traktor
itu buatan manusia, misalnya dapat dilihat atau dibaca. Bahwa petani dan
penebang kayu sama-sama sebagai pekerja, informasinya dapat diperoleh
melalui orang lain atau melalui pengamatan langsung.
Laporan lisan, gambar dan chart data dapat digunakan untuk
mengkomunikasikan atribut-atribut. Pengkomunikasian fenomena dan
kondisi yang terlihat merupakan proses mempelajari atribut-atribut. Para
siswa dapat mempelajari atribut-atribut melalui proses resepsi yakni
memperoleh informasi dari yang lain, atau pengamatan dan pengkajian oleh
mereka sendiri.
Atribut dapat diketahui menurut tingkat kesadaran yang berbeda-beda.
Beberapa atribut dapat dengan mudah dinyatakan sedangkan yang lainnya
mungkin dapat dipahami dan digunakan namun tidak mudah diungkapkan.
Apabila ditanya apakah perbedaan antara kuda dan sapi? Sederhananya
orang dapat menjawab, kuda memiliki bulu kucir di bagian di punduknya,
sedangkan sapi tidak memiliki bulu kucir tersebut. Perbedaan tersebut dapat
ditemukan setelah kita mengamati bagian punduk dari kedua binatang.
Bagaimana kita menamakan suatu kelompok benda yang memiliki
kesamaan ciri-ciri tertentu?
b. Kelas
Kelas adalah pengelompokan kategori benda-benda, peristiwa atau
pemikiran. Setiap kelas meliputi benda-benda yang memiliki kesamaan
atribut dan mengabaikan atribut-atribut yang berbeda atau tidak ada
kaitannya. Pengkelasan berdasarkan pada satu atau beberapa atribut
tertentu, tidak pada semua atribut. Petani yang menanam jagung dan
menebang kayu yang memproduksi kayu mungkin termasuk atau memiliki
kelas yang sama karena keduanya memiliki atribut sebagai pekerja atau
mereka dapat ditempatkan dalam kategori yang berbeda karena yang satu
bekerja menggunakan traktor sedangkan yang satu lagi bekerja

13
menggunakan gergaji. Tanah dan pohon dapat ditempatkan sebagai satu
kelas yang sama karena keduanya memiliki atribut yang sama yakni sumber
alam yang digunakan untuk memproduksi barang kebutuhan manusia.
Namun, traktor, dan gergaji tidak dapat dikelompokkan dalam satu kelas
seperti tanah dan pohon kayu; walaupun keduanya digunakan untuk
menghasilkan barang kebutuhan manusia, kedua barang tersebut bukan
sumber alam melainkan alat atau perkakas buatan manusia.
Pengkelasan merupakan satu hal yang biasa dan banyak kegunaannya.
Semua orang yang kita ketahui, kita tempatkan dalam ragam kelas, seperti
laki-laki - perempuan, kaya – miskin, bersahabat – bermusuhan. Benda-
benda hidup dapat dikelompokkan sebagai berikut: tanaman - hewan,
mamalia atau reptil atau burung, binatang buas- binatang peliharaan.
Kelompok buku-buku dapat dibagi menurut jenisnya seperti fiksi-non fiksi,
bersampul tebal- bersampul tipis, mudah-sulit. Dengan demikian, kita dapat
mengklasifikasikan sesuatu secara praktis menurut pengalaman sesuai
dengan atribut-atributnya.
c. Simbol
Setiap kelas dapat dirujuk oleh suatu simbol. Simbol menunjukkan
kelas. Simbol dapat berupa kata-kata, tanda, gerak mimik, nomor angka,
atau yang lainnya. Apapun namanya, simbol merupakan cara yang
bermanfaat untuk mengkomunikasikan tentang kelas. Kelas semua benda
yang digunakan dalam produksi mungkin cocok disebut “sumber-sumber
produksi”atau “faktor-faktor produksi”. Benda-benda seperti tanah dan
pohon dapat dirujuk sebagai sumber alam. Kelas benda-benda buatan
manusia yang digunakan untuk memproduksi dapat dinamakan “modal”.
Kelompok orang yang bekerja untuk menghasilkan sesuatu barang dapat
disebut “tenaga kerja” (buruh) atau “sumber daya manusia”.

14
Faktor-faktor

1. Modal 2. Tanah

3. Buruh

Gambar: Kelas dan Subkelas


Gambar di atas menunjukkan adanya saling hubungan antarkelas.
Lingkaran besar adalah gambar tentang faktor-faktor produksi yang
mewakili semua benda yang digunakan dalam memproduksi barang dan
jasa. Lingkaran kecil (1,2,3) mewakili subkelas dari setiap faktor produksi.
d. Konsep
Konsep merupakan pokok pengertian yang bersifat abstrak yang
menghubungkan orang dengan kelompok benda, peristiwa, atau pemikiran
(ide). Lahirnya konsep karena adanya kesadaran atas atribut kelas yang
ditunjukkan oleh symbol. Konsep bersifat abstrak dalam pengertian yang
berkaitan bukan dengan contoh tertentu melainkan dengan semua anggota
kelas. Konsep bisa dianggap sebagai suatu model kelompok benda yang
terpikirkan. Konsep “Buruh”, misalnya dapat dipandang sebagai kesan
mental tentang semua yang memiliki ciri umum pekerjaan. Dengan
demikian, konsep merupakan cara berpikir menggeneralisasikan sejumlah
anggota kelas yang khusus kedalam satu contoh model yang tidak nampak,
termasuk atribut semua contoh yang berbeda-beda.
Konsep bersifat subjektif dan menyatu. Semua orang membentuk
konsep dari pengalamannya sendiri. Dari pengalaman seperti mencatat
contoh-contoh dan mendengarkan diskusi yang melibatkan kelas, setiap
orang menjadi sadar akan pengertian dan atribut. Konsep “ novel” sebagai
ilustrasi, dapat di peroleh dari diskusi di ruang kelas dan membaca

15
langsung novelnya. Akibat dari pengalaman ini, setiap siswa akan
mengaitkan atribut dengan simbol untuk kelompok yanmg di sebut “novel”.
Konsep bukanlah verbalisasi melainkan kesadaran yang bersifat
abstrak tentang atribut umum dari suatu kelas. Konsep merupakan
kesadaran mental internal yang mempengaruhi perilaku yang tanpak.
Apakah siswa mengetahui suatu konsep maka kemampuan tersebut dapat di
tentukan dari tindakan yang di tunjukkan. Konsep konsep yang digunakan
dalam proses pembelajaran dapat di peroleh dari konsep disiplin ilmu atau
dari konsep yang telah biasa digunakan di lingkungan kehidupan siswa atau
masyarakat setempat. Berikut ini adalah matrik yang dapat dijadikan model
oleh guru dalam proses pembelajaran.
Jenis perilaku yang menunjukkan Contoh perilaku tentang konsep
pengetahuan tentang konsep sumber saya alam, buruh, modal.
PENGELOMPOKKAN. Diberikan Ketika diberikan contoh gambar:
sejumlah contoh gambar orang yang dokter, sekretaris, turis, dan bayi,
berpakaian berbeda-beda sesuai dengan kemudian diajukan pertanyaan
profesinya, siswa akan dapat gambar manakah yang termasuk
mengidentifikasi contoh gambar dan kelompok tenaga kerja, siswa
yang bukan contoh gambar dari suatu memilih dokter dan sekretaris
konsep. sebagai profesi tenaga kerja bukan
bayi dan turis.
APLIKASI. Diberikan masalah baru Apabila ditanya, apakah perbedaan
dengan memanfaatkan pengetahuan antara mengolah tanah
konsep umum, siswa akan menggunakan cangkul dan
menggunakan konsep untuk mengolah tanah menggunakan
memecahkan masalah. traktor, siswa mungkin menjawab
bahwa yang pertama memerlukan
banyak tenaga kerja manusia
sedangkan yang kedua
memerlukan banyak modal.
SINTESIS. Diberikan motivasi, siswa Apabila diminta pendapat
akan dapat membuat contoh-contoh bagaimana cara memanfaatkan

16
konsep yang unik. rumput laut sebagai bahan
makanan tambahan dan
mengemukakan apakah sumber
alam, tenaga kerja dan modalnya,
siswa mungkin menjawab
“Manisan rumput laut” dan rumput
laut sebagai sumber alam (bahan
mentah), mesin pengolah sebagai
modal dan operator mesin sebagai
tenaga kerja.
e. Generalisasi
Generalisasi merupakan pengertian dari suatu hubungan antar konsep.
Hubungan antara dua konsep yang saling terkait atau antar konsep yang
jumlahnya lebih dari dua jenis konsep.generalisasi merupakan penekanan
suatu hubungan yang terjadi antar kelas atau kelompok. Generalisasi ini
biasanya dikomunikasikan secara verbal dalam suatu pernyataan, seperti
“Lembaga-lembaga sosial cenderung ada di lingkungan masyarakat
manusia”. Pernyataan ini mengandung simbol dari suatu konsep dan dapat
menjadi simbol untuk generalisasi.
Untuk memahami suatu generalisasi ada beberapa prinsip yaitu sebagai
berikut :
1 Generalisasi meliputi hubungan antar dua atau lebih konsep.
2 Generalisasi bersinggungan dengan kelas atau kelompok secara
menyeluruh.
3 Generalisasi merupakan abstaksi yang tingkatanya lebih tinggi
dibanding konsep.
4 Generalisasi berdasarkan pada inferensi. Generalisasi berasal dari
pemikiran bukan dari pengamatan.
5 Generalisasi merupakan penegasan yang dapat dianggap sebagai
kebenaran dan ketepatan.

17
6 Generalisasi bukan pernyataan atau penegasan yang verbalisme
melainkan pernyataan yang kebenarannya perlu dibuktikan melalui
perilaku yang tampak.
Jenis perilaku tentang generalisasi Contoh perilaku tentang konsep
sumber saya alam, buruh, modal.
PENGELOMPOKKAN. Diberikan Ketika ditanya apakah sumber
kasus-kasus baru, siswa akan dapat daya alam, tenaga kerja dan modal
mengidentifikasi kasus-kasus yang digunakan dalam industri, siswa
positif, negatif dan bukan kasus. dapat menjawab “ýa” dan
mengidentifikasi contoh-contoh
sumber daya alam, tenaga kerja
dan modal.
APLIKASI. Diberikan masalah baru Apabila ditanya, apakah perbedaan
dengan memanfaatkan pengetahuan antara mengolah tanah
konsep umum, siswa akan menggunakan cangkul dan
menggunakan konsep untuk mengolah tanah menggunakan
memecahkan masalah. traktor, siswa mungkin menjawab
bahwa yang pertama memerlukan
banyak tenaga kerja manusia
sedangkan yang kedua
memerlukan banyak modal.
SINTESIS. Diberikan motivasi, siswa Apabila diminta pendapat
akan dapat membuat contoh-contoh bagaimana membuat kursi tamu,
generalisasi yang unik. siswa mungkin memasukkan
contoh-contoh sumber daya alam
(kayu), tenaga kerja dan modal
dalam menggambarkan proses
produksi.

F. Struktur Pendidikan IPS


Model pembelajaran alternatif untuk bidang ilmu-ilmu sosial telah
diperkenalkan dengan aneka ragam istilah, seperti: Model Inkuiri, Problem

18
Solving, berpikir kritis, Pengambilan Keputusan, dan sebagainya. Pada
hakikatnya, model-model pembelajaran ini lebih banyak menekankan pada
upaya membelajarkan siswa secara aktif (Student’s Active Learning) . Istilah
aktif dalam model pembelajaran ini memiliki makna luas. Bukan hanya aktif
dalam aspek fisik semata melainkan meliputi aspek psikis serta aspek
intelektual bahkan emosional .
Untuk menyajikan materi pembelajaran yang penuh dengan muatan
konsep, generalisasi dan teori, Marlin L. Tanck (1969) memperkenalkan
model pembelajaran konsep, generalisasi dan konstruk yang dikenal dengan
“A Model of Astructure of Knowledge” (Model Struktur Ilmu Pengetahuan).
Sebelum membahas lebih lanjut tentang langkah-langkah model pembelajaran
ini, barangkali ada baiknya menjelaskan pertanyaan yang ada kaitannya
dengan hal-hal yang bersifat konseptual, seperti: Apakah “Model” itu?.
Salah satu pendekatan dalam pembelajaran IPS dan sekaligus menjadi
tugas guru pada tingkat pendidikan dasar adalah menerjemahkan materi yang
sulit menjadi mudah atau materi pelajaran yang bersifat abstrak menjadi
konkret. Suatu upaya untuk menerjemahkan dan mengkonkretkan hal yang
abstrak tersebut biasanya diperlukan sesuatu yang berfungsi sebagai wakil
atau representasi. Sesuatu yang mewakili inilah yang dikenal sebutan model.
Para siswa yang tengah belajar pada jenjang pendidikan menengah, perlu
dibimbing dan diperkenalkan atau dilatih kemampuan dalam berpikir abstrak.
Dengan kata lain, para guru memperkenalkan pengetahuan abstrak (abstract
knowledge) kepada siswanya. Salah satu cara untuk membantu para siswa
dalam memiliki kemampuan ini adalah melalui perantara model.
Model merupakan wakil dari sesuatu. Model dapat berupa bentuk asli
(prototype) dari suatu benda, benda yang pernah ada, benda yang akan dibuat,
atau benda yang seharusnya ada, atau benda yang mungkin ada. Model dapat
berupa maket fisik seperti model skala rumah, kapal, gedung dan lain-lain.
Model pun dapat berupa suatu diagram atau lukisan seperti cetak biru
(blueprint) untuk rumah, kapal, gedung dan lain-lain atau dalam bentuk
gambar verbalnya.

19
Apapun bentuknya, suatu model memiliki sejumlah kegunaan. Model
dapat digunakan untuk membantu memahami sesuatu yang diwakili seperti
apa atau bagaimana cara kerja dari sesuatu itu. Model mungkin digunakan
untuk merancang suatu konstruksi, penggunaan, atau perubahan dari sesuatu ,
atau mungkin juga digunakan untuk memprediksi bagaimana sesuatu itu akan
beroperasi sesuai dengan kondisinya.
Model ini berusaha membedakan jenis-jenis pengetahuan yang berbeda-
beda dan mengorganisasikannya dalam suatu struktur. Model ini dapat
mewakili suatu cara mewakili suatu cara bagaimana pengetahuan yang bersifat
abstrak ini dapat digolongkan dan disusun sehingga para guru dapat dengan
mudah merancang pengajaran dan para siswa lebih mudah lagi belajar. Model
di bawah ini dapat diuji apakah model ini dapat membantu para guru lebih
efektif merancang pengajaran aspek pengetahuan pilihan yang bersifat abstrak
dan apakah para siswa merasakan terbantu pada waktu belajar menguasai
pengetahuan pilihan tersebut.
Pemanfaatan konsep, generalisasi dan konstruk dalam pengajaran IPS
bukanlah hal yang baru. Namun dalam proses belajar mengajar sering kali
penggunaan istilah ini kurang tepat bahkan para siswa pun sering merasa
bingung apakah yang dimaksud dengan fakta, data, konsep, generalisasi, dan
konstruk itu. Kenyataan ini tidaklah mengherankan karena istilah-istilah di
atas termasuk ke dalam pengetahuan yang bersifat abstrak. Oleh karena itu,
pada bagian ini akan disajikan definisi-definisi dari pengetahuan abstrak di
atas dan sekaligus pula strategi pembelajaran menggunakan konsep,
generalisasi , konstruk yang dapat digunakan guru.

20
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Secara konseptual, pengetahuan (knowledge) hendaknya mencakup : (1)
Fakta; (2) Konsep; dan (3) Generalisasi yang dipahami oleh siswa. Fakta
adalah data yang spesifik tentang peristiwa, objek, orang, dan hal-hal yang
terjadi (peristiwa). Konsep merupakan kata-kata atau frase yang
mengelompok, berkategori, dan member arti terhadap kelompok fakta yang
berkaitan. Generalisasi merupakan suatu ungkapan/pertanyaan dari dua atau
lebih konsep yang saling terkait. Pendidikan IPS sangat memerhatikan dimensi
keterampilan disamping pemahaman dalam dimensi pengetahuan. Macam-
macam dimensi keterampilan yaitu keterampilan meneliti, berpikir, partisipasi
sosial, berkomunikasi. Nilai seperangkat keyakinan atau prinsip perilaku yang
telah mempribadi dalam diri seseorang atau kelompok masyarakat tertentu
yang terungkap ketika berpikir atau bertindak. Nilai dibedakan menjadi 2 yaitu
Nilai Substantif dan Nilai Prosedural. Tindakan sosial merupakan dimensi
PIPS yang penting karena tindakan dapat memungkinkan siswa menjadi
peserta didik yang aktif. Mereka pun dapat belajar berlatih secara konkret dan
praktis.
Menurut Tanck (1969) pengetahuan (knowledge) dianggap sebagai hasil
kerja intelektual yang dikembangkan oleh manusia melalui proses
psikologisnya. Hasil-hasil itu dapat digolongkan dalam bentuk/jenis
pengetahuan yang berbeda-beda. Jenis pengetahuan dapat dilihat sebagaimana
dirancang dalam model struktur atau organisasi pengetahuan. Unsur-unsur
pengetahuan terdiri dari: atribut, kelas, simbol, konsep, dan generalisasi.
Model pembelajaran alternatif untuk bidang ilmu-ilmu sosial telah
diperkenalkan dengan aneka ragam istilah, seperti: Model Inkuiri, Problem
Solving, berpikir kritis, Pengambilan Keputusan, dan sebagainya. Pada
hakikatnya, model-model pembelajaran ini lebih banyak menekankan pada

21
upaya membelajarkan siswa secara aktif (Student’s Active Learning) . Istilah
aktif dalam model pembelajaran ini memiliki makna luas. Bukan hanya aktif
dalam aspek fisik semata melainkan meliputi aspek psikis serta aspek
intelektual bahkan emosional . Pemanfaatan konsep, generalisasi dan konstruk
dalam pengajaran IPS bukanlah hal yang baru. Namun dalam proses belajar
mengajar sering kali penggunaan istilah ini kurang tepat bahkan para siswa
pun sering merasa bingung apakah yang dimaksud dengan fakta, data, konsep,
generalisasi, dan konstruk itu.
B. Saran
1. Pada pembelajaran IPS di sekolah diharapkan guru atau pendidik
menerapkan konsep dimensi dan struktur dalam pembelajaran IPS SD.
2. Bagi pembaca untuk lebih menambah lagi wawasan tentang dimensi dan
struktur pendidikan IPS dari berbagai sumber agar informasi yang didapat
lebih akurat dan lebih banyak lagi.

22
DAFTAR PUSTAKA

Sapriya. 2019. Pendidikan IPS Konsep dan Pembelajaran. Bandung. PT. Remaja
Rosdakarya.

Winataputra, Udin S. dkk. 2014. Materi dan Pembelajaran IPS SD. Tangerang
Selatan. Universitas Terbuka.

23

Anda mungkin juga menyukai