Anda di halaman 1dari 8

Cara Langkah Menegakkan Menerapkan Syariat Islam Syariah

Unduh Buku-Buku Supremasi Ideologi Islam


Kesatuan Langkah Umat Menuju Tegaknya Syari’at Islam

Oleh: Muhammad Shiddiq al-Jawi [Aktivis HTI Yogya]

Tidak ada seorang muslim pun yang ragu untuk mengatakan bahwa
kondisi umat Islam kini benar-benar sangat buruk.Berbagai problem dan
krisis terus mencengkeram mereka.Dari sisi eksternal umat terus menjadi
korban proyek imperialisme negara-negara kapitalis yang kafir.
Sementara dari sisi internal, umat Islam terpecah belah menjadi 50
(lebih) negara boneka yang dipimpin oleh para penguasa zalim yang
menjadi antek-antek negara imperialis itu. Para penguasa itu telah
mengambil sistem-sistem sosial yang sekularistik dari Barat dan
menerapkannya secara paksa dan kejam kepada umat Islam. Mereka
menerapkan sistem demokrasi dalam pemerintahan dan sistem
kapitalisme dalam perekonomian. Akhirnya, umat hanya menjadi kelinci
percobaan dari proyek-proyek pihak asing dan harus bersedia menderita
atau mati konyol secara sia-sia.

Kondisi ini lahir - dalam perspektif Aqidah Islamiyah - karena umat telah
berlepas diri dari hukum-hukum Allah SWT. Penerapan ide sekularisme
(pemisahan agama dari kehidupan) jelas menyeret umat terjerumus ke
dalam tindakan abai terhadap Syariat Islam. Inilah penyebab kehancuran
umat. Sebab setiap penyimpangan dari Syariat Islam, tak pelak lagi pasti
akan menimbulkan kerusakan, kemudharatan, dan kesengsaraan. Allah
SWT berfirman:

“Dan barangsiapa berpaling dari petunjuk-Ku, maka sesungguhnya


baginya penghidupan yang sempit, dan Kami akan menghimpunkannya
pada Hari Kiamat dalam keadaan buta.” (Qs. Thaahaa [20]: 124).
“Maka hendaklah merasa takut orang-orang yang menyalahi perintah-Nya
bahwa mereka akan ditimpa cobaan atau ditimpa azab yang pedih.” (Qs.
An-Nuur [24]: 63).

Sebaliknya, setiap ketaatan kepada hukum Allah SWT, akan


menghantarkan pada kebahagiaan, kemuliaan, dan kejayaan. Allah SWT
berfirman :

“Maka jika datang kepadamu petunjuk dari-Ku, lalu barangsiapa yang


mengikuti petunjuk-Ku maka ia tidak akan sesat dan tidak akan celaka.”
(Qs. Thaahaa [20]: 123).

“Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa,


pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan
bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, maka Kami siksa
mereka disebabkan perbuatannya.” (Qs. Al-A’raaf [7]: 96).

Maka dari itu, sangatlah jelas, bahwa untuk memperbaiki kondisi umat
Islam itu kita tidak memiliki jalan lain kecuali kembali menerapkan
Syariat Islam. Sebab di samping penerapan Syariat Islam akan
menghasilkan kemaslahatan, penerapan Syariat Islam itu sendiri adalah
wajib hukumnya. Allah SWT berfirman:

“Ikutilah apa yang diturunkan kepadamu dari Tuhanmu dan janganlah


kamu mengikuti pemimpin-pemimpin selain-Nya.” (Qs. Al-A’raaf [7]: 3).

“Apa yang diberikan Rasul kepadamu, maka terimalah dia. Dan apa yang
dilarangnya bagimu maka tinggalkanlah.” (Qs. Al-Hasyr [59]: 7).

“Dan hendaklah kamu memutuskan (perkara) di antara mereka menurut


apa yang diturunkan Allah, dan jangnlah kamu mengikuti hawa nafsu
mereka…” (Qs. Al-Maa`idah [5]: 49).

Hanya saja, kewajiban penerapan Syariat Islam ini tidak boleh dijalankan
setengah-setengah. Harus kaffah (utuh menyeluruh). Tidak boleh
menerapkan sebagian aspek ajaran Islam - misalnya ibadah - seraya
mengingkari aspek lainnya, misalnya siyasah (politik) dan iqtishadiyah
(ekonomi). Allah SWT berfirman:

“Apakah kamu akan beriman kepada sebagian Al Kitab dan ingkar


terhadap sebagian yang lain? Tiadalah balasan bagi orang yang berbuat
demikian di antara kamu, melainkan kehinaan dalam kehidupan dunia,
dan pada Hari Kiamat mereka dikembalikan kepada siksa yang sangat
berat.” (Qs. Al-Baqarah [2]: 85).

Kewajiban berislam secara totalitas telah ditegaskan dalam firman Allah


SWT:

“Hai orang-orang yang beriman, masuklah kamu ke dalam Islam


keseluruhannya, dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah syaitan.
Sesungguhnya syaitan itu musuh yang nyata bagimu.” (Qs. Al-Baqarah
[2]: 208).

Dalam prakteknya, penerapan Syariat Islam tidak mungkin sempurna


kecuali dengan adanya institusi negara Islam atau Khilafah. Karenanya,
keberadaan Khilafah adalah wajib hukumnya, sesuai kaidah syara’:

Maa laa yatimmul wajibu illa bihi fahuwa wajib

“Jika sebuah kewajiban tidak sempurna kecuali dengan adanya sesuatu,


maka sesuatu itu wajib pula hukumnya.”

Dengan demikian, perjuangan umat harus terfokus kepada pendirian


Khilafah, yaitu kepemimpinan umum bagi seluruh kaum muslimin di dunia
untuk menegakkan Syariat Islam dan menyebarkan dakwah Islam ke
seluruh dunia. Dengan Khilafah itulah akan dapat diterapkan kembali
hukum-hukum yang diturunkan Allah SWT. Sebaliknya, jelas mustahil dan
omong kosong membicarakan penerapan Syariat Islam tanpa institusi
Khilafah.

Namun perlu dipahami benar-benar, bahwa Khilafah itu bukan tujuan.


Tujuan sebenarnya adalah penerapan Syariat Islam itu sendiri, yang
dengannya umat Islam akan kembali mereguk kenikmatan hidup secara
Islami, penuh dengan limpahan keridhaan Allah SWT.

Maka yang menjadi permasalahan sekarang adalah, bagaimana metode


(cara) mendirikan Khilafah itu?

Dalam hal ini perlu ditegaskan 2 (dua) prinsip. Pertama, bahwa aktivitas
muslim wajib bersandar kepada hukum syara’, bukan bersandar kepada
selainnya, separti kepentingan sesaat, hawa nafsu, atau akal. Karena itu,
perjuangan umat untuk mendirikan Khilafah harus berdasarkan kepada
hukum-hukum syara’, tidak boleh didasarkan kepada partimbangan-
partimbangan yang non-syara’. Keterikatan kepada Syariat Islam adalah
kewajiban tiap muslim. Kedua, bahwa umat Islam wajib mengambil suri
teladan (uswah hasanah) dari Nabi Muhammad SAW dalam masalah ini.
Sebab, Rasulullah SAW telah memberi teladan bagaimana cara mengubah
masyarakat jahiliyah menjadi masyarakat Islam. Kita wajib meneladani
manhaj (metode) Rasulullah SAW ini. Firman Allah SWT:

“Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik
bagi kalian, (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan
kedatangan Hari Kiamat, dan dia banyak menyebut Allah (dengan
membaca dzikir dan mengingat Allah).” (Qs. Al-Ahzab [33]: 21)

“Katakanlah: 'Jika kalian mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah


mengasihi dan mengampuni dosa-dosa kalian.” (Qs. Ali-Imran [3]: 31)

“Apa saja yang dibawa Rasul untuk kalian, maka ambilah. Dan apa saja
yang dilarangnya bagi kalian, maka tinggalkanlah.” (Qs. Al-Hasyr [59]: 7)

Berdasarkan 2 (dua) prinsip itulah, maka langkah-langkah untuk


mendirikan Khilafah dapat disarikan sebagai berikut:

1. Perjuangan harus dilakukan secara jama’i (berkelompok). Sebab


mendirikan Khilafah adalah tugas yang berat yang tidak akan mampu
dipikul oleh individu-individu. Karena itu, umat wajib berkelompok
(berjamaah) untuk mendirikan Khilafah, sebab tanpa berkelompok tak
mungkin kewajiban mulia itu dapat terealisir secara sempurna. Kaidah
syara’ menetapkan :

Maa laa yatimmul wajibu illa bihi fahuwa wajib

“Jika sebuah kewajiban tidak sempurna kecuali dengan adanya sesuatu,


maka sesuatu itu wajib pula hukumnya.”

Selain itu, berdirinya jamaah yang menyeru kepada Islam dan


melaksanakan amar ma’ruf nahi mungkar adalah wajib pula berdasarkan
firman Allah SWT:

“(Dan) hendaklah ada di antara kalian segolongan umat (jamaah) yang


menyeru kepada kebaikan (mengajak memilih kebaikan, yaitu Islam),
memerintahkan kepada yang ma'ruf dan melarang dari yang munkar.
Merekalah orang-orang yang beruntung.” (Qs. Ali-Imran [3]: 104).

2. Perjuangan harus berada di jalur politik (siyasah). Sebab mendirikan


Khilafah adalah masalah politik sehingga metode yang relevan untuk
mendirikannya tentunya adalah melalui pendekatan politik. Penggunaan
jalan politik ini bukan berarti menghalalkan segala cara, sebagaimana
praktek politik saat ini yang sangat kotor dan tuna susila. Akan tetapi
maksudnya adalah, perjuangan yang dilakukan harus selalu mengacu
pada aktivitas pemeliharaan urusan umat, sebab politik (siyasah) adalah
pemeliharaan dan pengaturan segala urusan umat menurut hukum-
hukum syara’.

Dengan demikian, penegakan Khilafah tidak ditempuh melalui jalur selain


politik. Jadi, mendirikan Khilafah paling tepat dilakukan oleh sebuah
kelompok politik. Tidak tepat bila mendirikan Khilafah ditempuh melalui
jalur selain politik, misalnya jalur yang dilakukan kelompok yang
mengadakan kegiatan sosial-kemasyarakatan (separti membangun
sekolah dan rumah sakit; membantu fakir miskin, anak-anak yatim atau
orang-orang jompo dan sebagainya), atau kelompok yang bergerak
dalam peribadatan dan amalan-amalan sunnah, atau kelompok yang
menerbitkan buku-buku keislaman, mentakhrij hadits-hadits Nabi SAW,
dan sebagainya.

Memang, semua itu adalah amal shaleh, bukan amal salah. Namun tidak
tepat kalau itu dimaksudkan sebagai langkah atau jalur menuju
berdirinya Khilafah.

3. Perjuangan tidak menggunakan cara kekerasan (fisik), misalnya


dengan membentuk milisi-milisi bersenjata untuk menyerang penguasa.
Sebab, aktivitas Rasulullah SAW di Mekah terbatas hanya pada dakwah
secara lisan dan tidak melakukan kegiatan apapun yang bersifat fisik
sampai beliau Hijrah. Bahkan tatkala tokoh-tokoh Madinah menawarkan
kepada beliau pada Bai'atul Aqabah II agar mereka diizinkan memerangi
penduduk Mina dengan pedang, Rasulullah SAW menjawab “lam nu`mar
bi dzalika ba’du” (“Kami belum diperintahkan (untuk melakukan yang
demikian (perang)”).

Kekuatan fisik yang dimaksud dalam hal ini tidak ada hubungannya
dengan Jihad. Jihad tetap berlangsung terus hingga hari Kiamat. Apabila
musuh-musuh kafir menyerang salah satu negeri Islam, maka wajib atas
kaum muslimin yang menjadi penduduk negeri itu untuk menghadapinya.

4. Perjuangan harus menempuh tahap-tahap (marhalah) yang


dicontohkan Rasulullah SAW. Dengan mendalami sirah Rasulullah SAW di
Makkah hingga beliau berhasil mendirikan suatu Daulah Islam di Madinah,
akan tampak jelas beliau menjalani dakwahnya dengan beberapa tahapan
yang jelas ciri-cirinya. Beliau melakukan kegiatan-kegiatan tertentu yang
tampak dengan jelas tujuan-tujuannya. Dari sirah Rasulullah SAW inilah
kita mengambil metode dakwah dan tahapan-tahapannya, beserta
kegiatan-kegiatan yang harus dilakukannya pada seluruh tahapan ini.
Berdasarkan sirah Rasulullah SAW tersebut, kita dapati terdapat 3 (tiga)
tahapan (marhalah) berikut : Pertama, Tahapan Pembinaan dan
Pengkaderan (Marhalah At Tatsqif), yang dilaksanakan untuk membentuk
kader-kader yang mempercayai pemikiran Islam dalam rangka
pembentukan kerangka tubuh jamaah/kelompok. Kedua, Tahapan
Berinteraksi dengan Umat (Marhalah Tafa’ul Ma’a Al Ummah), yang
dilaksanakan agar umat turut memikul kewajiban dakwah Islam, hingga
umat menjadikan Islam sebagai permasalahan utamanya, agar umat
berjuang untuk mewujudkannya dalam realitas kehidupan. Ketiga,
Tahapan Pengambilalihan Kekuasaan (Marhalah Istilaam Al Hukm), yang
dilaksanakan untuk menerapkan Islam secara menyeluruh dan
mengemban risalah Islam ke seluruh dunia.

Tahap pertama tersebut, serupa dengan apa yang telah dilakukan


Rasulullah SAW pada tahap awal dakwah beliau yang berlangsung selama
tiga tahun. Beliau berdakwah melalui individu dan menyampaikan kepada
orang-orang (yang ada di Mekah dan sekitarnya) apa yang telah
disampaikan Allah kepadanya. Bagi orang yang sudah mengimaninya,
maka diikat dengan kelompoknya (pengikut Rasul) atas dasar Islam
secara sembunyi-sembunyi. Rasulullah SAW berusaha mengajarkan Islam
kepada setiap orang baru dan membacakan kepada mereka apa-apa yang
telah diturunkan Allah dan ayat-ayat Al-Qur’an, sehingga mereka berpola
hidup secara Islam. Beliau bertemu dengan mereka secara rahasia dan
membina mereka secara rahasia pula di tempat-tempat yang
tersembunyi. Selain itu mereka melaksanakan ibadah secara sembunyi-
sembunyi. Kemudian penyebaran Islam makin meluas dan menjadi buah
bibir masyarakat (Mekah), yang pada akhirnya secara berangsur-angsur
mereka masuk ke dalam Islam

Adapun tahap kedua, dilaksanakan Rasulullah SAW setelah turunnya


firman Allah SWT:

“Maka sampaikanlah olehmu secara terang-terangan segala apa yang


diperintahkan (kepadamu) dan berpa linglah dari orang-orang yang
musyrik.” (Qs. Al-Hijr [15]: 94).

Rasulullah SAW diperintahkan menyampaikan risalahnya secara terang-


terangan. Beliau menyeru orang-orang Quraisy di bukit Shafa dan
memberitahu bahwasanya beliau adalah seorang nabi yang diutus. Beliau
meminta agar mereka beriman kepadanya. Beliau memulai
menyampaikan dakwahnya kepada kelompok-kelompok dan kepada
individu-individu. Beliau menentang orang-orang Quraisy melawan tuhan-
tuhan mereka, aqidah dan pemikiran mereka, mengungkapkan
kepalsuan, kerusakan dan kesalahannya.

Beliau menyerang dan mencela setiap aqidah dan pemikiran kufur yang
ada pada saat itu, sementara ayat Al-Qur’an masih turun secara
berangsur-angsur. Ayat Al-Qur’an tersebut turun dan menyerang apa
yang dilakukan orang-orang Quraisy, separti perbuatan memakan riba,
mengubur anak-anak perempuan (hidup-hidup), mengurangi timbangan
dan perzinahan. Seiring dengan itu ayat Al-Qur’an turun mengecam para
pemimpin dan tokoh-tokoh Quraisy, mencapnya sebagai orang bodoh,
termasuk nenek moyang mereka dan mengungkapkan persekongkolan
yang mereka rancang untuk menentang Rasul dan sahabat-sahabatnya.

Sedang tahap ketiga, yakni pengambilalihan kekuasaan, ditempuh


dengan cara melakukan thalabun nushrah (mencari pertolongan dan
dukungan) untuk menjamin keberlangsungan dakwah secara aman dan
memperoleh kekuasaan. Dalam sirah Rasulullah SAW, beliau
mendapatkan nushrah dari kabilah Aus dan Khazraj yang dengan
peristiwa Baiat Aqabah II, mereka akhirnya menjadikan Rasulullah SAW
sebagai pemimpin mereka dan menyerahkan kekuasaan kepada beliau.
Secara nyata kekuasaan ini dilaksanakan dan dijalankan oleh Rasulullah
SAW setelah beliau berhijrah ke Madinah dan menjadikan Madinah
sebagai Daulah Islamiyah pertama di muka bumi, untuk menegakkan
hukum Allah di dalam negeri dan menyebarluaskan Islam dengan jalan
dakwah dan jihad ke luar negeri.

Inilah langkah-langkah yang harus ditempuh umat untuk mengembalikan


Khilafah Islamiyah. Dengan kembalinya Khilafah, akan dapat diterapkan
Syariat Islam yang berfungsi sebagai mu’alajat li masyakil al insan
(pemecahan problem-problem manusia). Dengan kembalinya Khilafah,
akan dapat juga dilangsungkan kembali metode yang shahih untuk
menyebarluaskan Islam ke seluruh penjuru dunia, yaitu dakwah
Islamiyah dan jihad fi sabilillah. Semua ini insya Allah akan segera
terwujud dengan upaya dan perjuangan kita bersama-sama, walaupun
kita maklum, orang-orang kafir pasti membencinya!

Allah SWT berfirman:

“Mereka hendak memadamkan cahaya (agama) Allah dengan mulut


(ucapan-ucapan) mereka, dan Allah tetap menyempurnakan cahaya-Nya,
meskipun orang-orang kafir benci.” (Qs. Ash-Shaff [61]: 8).

Cara Langkah Menegakkan Menerapkan Syariat Islam Syariah

Unduh Buku-Buku Supremasi Ideologi Islam


You might also like:

Bunuh Diri Remaja Meningkat, Mengapa?

Standar Ganda, Represif, Dan Anti Islam

Tantangan Khilafah Utsmani Di Aljazair Afrika Utara

Linkwithin

Lijit Search

Diposting oleh ANNAS di 22.58

Label: nature

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Link ke posting ini


Buat sebuah Link

Posting Lebih Baru Posting Lama Beranda


Langganan: Posting Komentar (Atom)

Unduh BUKU Sistem Negara Khilafah Dalam Syariah


Islam

download buku

Anda mungkin juga menyukai