Anda di halaman 1dari 46

LAPORAN PRAKTEK FARMASI RUMAH SAKIT

RS. MUJAISYAH KOTA PALOPO


12 SEPTEMBER- 2 OKTOBER 2022

DISUSUN
OLEH:
HILDAYANTI (SF1906021)
IRMA (SF.1906026)
INGRA RAHAYU P. (SF.1906024)
JESIKA (SF.1906027)
MYSEL (SF.1906038)
NURLINDA KALALEMBANG (SF.1906052)
NUR ASISA (SF.1906048)
NUR AULIA (SF.1906044)
NURUL HAKIKI ANCUNG (SF.1906055)
SINTIA (SF.1906069)
SINTIA DEWI (SF.1906070)
SELVINA (SF.1906066)

PROGRAM STUDI S1 FARMASI


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES)
BHAKTI PERTIWI LUWU RAYA PALOPO
2022
KATA PENGANTAR

Puji Syukur kami panjatkan kehadiran Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga dapat menyelesaikan Kegiatan
Praktek Kerja Lapangan (PKL) Rumah Sakit Mujaisyah Pada Tanggal 12 September
2022 – 01 Oktober 2022.
Sehubungan diadakaannya Praktek Kerja Lapangan yang kami laksanakan ini,
banyak yang telah kami dapat untuk menambah ilmu pengetahuan dan memberikan
pengalaman tentang peranan Asisten Apoteker di Rumah Sakit dan sebagai
perbandingan antara pengetahuan secara teori yang di dapat di kampus dengan
praktek yang kami dapatkan di Praktek Kerja Lapangan ini.

Palopo, 01 oktober 2022

Tim Penyusun

ii
PENGESAHAN
LAPORAN PRAKTEK RUMAH SAKIT MUJAISYAH
12 SEPTEMBER 2022-01 OKTOBER 2022

DI SETUJUI OLEH:

Dosen Pembimbing Preseptor

(…………………) (……………………..)
NIDN NIP/SIPA

Mengetahui,

Ketua Program Studi Farmasi

(…………………………….)

iii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .............................................................................................................. i


HALAMAN PENGESAHAN ................................................................................................ iii
KATA PENGANTAR ........................................................................................................... ii
DAFTAR ISI ......................................................................................................................... iv
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................................. vi
BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Praktek Farmasi Rumah Sakit ...................................................... 1
B. Tujuan Praktek Farmasi Rumah Sakit ................................................................... 2
C. Manfaat Praktek Farmasi Rumah Sakit ................................................................. 2
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Rumah Sakit ......................................................................................................... 3
B. Instalasi Farmasi Rumah Sakit .............................................................................. 5
C. Ketentuan Umum dan Peraturan Perundang-undangan ......................................... 11
D. Tugas dan Fungsi Apoteker di Rumah Sakit ........................................................ 23
BAB III. TINJAUAN UMUM TEMPAT PRAKTEK
A. Profil atau Sejarah Rumah Sakit dan Rumah Sakit ............................................... 26
B. Visi dan Misi ....................................................................................................... 27
C. Lokasi, Sarana dan Prasarana ............................................................................... 28
D. Struktur Organisasi .............................................................................................. 32
E. Akreditasi ............................................................................................................ 32
BAB IV, KEGIATAN PRAKTE DAN PEMBAHASAN
A. Kegiatan yang dilakukan selama praktek ............................................................. 33
B. Praktek yang di kerjakan selama praktek ............................................................. 34
C. Pembahasan ......................................................................................................... 35
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN

iv
A. Kesimpulan ......................................................................................................... 36
B. Saran ................................................................................................................... 37
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................... 39
LAMPIRAN ......................................................................................................................... 40
A. Tugas individu/kelompok pada saat praktek .............................................................. 42

v
BAB 1
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pelayanan farmasi Rumah Sakit (RS) merupakan salah satu kegiatan
di RS yang menunjang pelayanan kesehatan yang bermutu. Hal tersebut
diperjelas dalam Keputusan Menteri Kesehatan
Nomor1333/Menkes/SK/XII/1999 tentang standar pelayanan Rumah Sakit,
yang menyebutkan bahwa pelayanan Farmasi RS adalah bagian yang tidak
terpisahkan dari sistem pelayanan kesehatan RS yang berorientasi pada
pelayanan pasien, penyediaan obat yang bermutu, termasuk pelayanan farmasi
klinik, yang terjangkau bagi semua lapisan masyarakat.
Instalasi Farmasi Rumah Sakit (IFRS) merupakan departemen yang
dipimpin oleh apoteker, bertanggung jawab sepenuhnya atas pengelolaan
sediaan farmasi mulai dari perencanaan, pengadaan obat, penyimpanan,
pendistribusian obat, penghapusan obat dan pengawasan terhadap kebutuhan
farmasi, untuk meningkatkan penggunaannya dirumah sakit serta memberikan
informasi dan menjamin kualitas pelayanan yang berhubungan dengan
penggunaan obat dan kebutuhan farmasi (Yusmianita, 2005).
Standar pelayanan kefarmasian di rumah sakit terdiri dari standar pengelolaan
Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai serta
pelayanan farmasi klinik. Sedangkan, pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat
Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai meliputi pemilihan, perencanaan
kebutuhan, pengadaan, penerimaan, penyimpanan, pendistribusian,
pemusnahan dan penarikam, serta pengendalian dan administrasi (Permenkes
RI, 2016). Upaya dalam bidang pelayanan kesehatan antara lain melalui cara
meningkatkan mutu pelayanan melalui peningkatan ketepatan, rasionalisasi,
dan efisiensi dalam penggunaan obat.

1
Rumah sakit Mujaisyah adalah rumah sakit umum yang berdiri sejak
tahun 2014 dikota palopo Sulawesi selatan. RS Mujaisyah merupakan rumah
sakit swasta Tipe D, RS Mujaisyah memiliki layanan dan fasilitas di
antaranya instalasi radiologi, instalasi fisioterapi, ambulans, HCU ( High care
unit ), instalasi rawat inap, instalasi rawat jalan, dan instalasi farmasi.

B. Tujuan Praktek Farmasi Rumah Sakit


1. Meningkatkan pemahaman nyata mahasiswa tentang peran, fungsi, posisi
dan tanggung jawab Tenaga Teknis Kefarmasian dalam praktek
kefarmasian di rumah sakit.
2. Meningkatkan ilmu wawasan, pengetahuan, keterampilan dan pengalaman
praktis dalam melakukan pekerjaan kefarmasian di rumah sakit.
3. Membandingkan dan mengevaluasi teori dengan praktik yang dilakukan di
dalam bangku perkuliahan dan praktik langsung di lapangan.

C. Manfaat Praktek Farmasi Rumah Sakit


1. Mahasiswa mampu mengetahui dan memahami tentang peran, fungsi,
posisi, dan tanggung jawab tenaga teknis kefarmasian dalam praktik
kefarmasian di rumah sakit.
2. Memperoleh ilmu pengetahuan, keterampilan, dan pengalaman yang
dilakukan tenaga kefarmasian di rumah sakit.
3. Mahasiswa mengetahui gambaran nyata tentang dunia kerja sebagai
tenaga teknis kefarmasian di rumah sakit.

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Rumah Sakit
1. Definisi Rumah Sakit
Rumah sakit merupakan institusi pelayanan kesehatan yang
menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang
menyediakan pelayanan berupa rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat.
Rumah sakit juga dapat didefinisikan sebagai institusi pelayanan
kesehatan bagi masyarakat dengan karakteristik tersendiri yang
dipengaruhi oleh perkembangan ilmu pengetahuan kesehatan, kemajuan
teknologi, dan kehidupan sosial ekonomi masyarakat yang harus tetap
mampu meningkatkan pelayanan yang lebih bermutu dan terjangkau oleh
masyarakat agar terwujud derajat kesehatan yang setinggi-tingginya.
Rumah sakit diselenggarakan berasaskan Pancasila dan didasarkan kepada
nilai kemanusiaan, etika dan profesionalitas, manfaat, keadilan, persamaan
hak dan anti diskriminasi, pemerataan, perlindungan dan keselamatan
pasien, serta mempunyai fungsi sosial (Menteri Kesehatan, 2009).
2. Fungsi dan Tugas Rumah Sakit
Menurut Undang-Undang No. 44 Tahun 2009 tentang rumah sakit,
rumah sakit mempunyai tugas memberikan pelayanan kesehatan
perorangan secara paripurna, dan untuk menjalankan tugas sebagaimana
yang dimaksud fungsi rumah sakit adalah :
a. Penyelenggaraan pelayanan pengobatan dan pemulihan kesehatan
sesuai dengan standar pelayanan rumah sakit.
b. Pemeliharaan dan peningkatan kesehatan perorangan melalui pelayanan
kesehatan yang paripurna tingkat kedua dan ketiga sesuai kebutuhan
medis.

3
c. Penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan sumber daya manusia dalam
rangka peningkatan kemampuan dalam pemberian pelayanan kesehatan.
d. Penyelenggaraan penelitian dan pengembangan serta penapisan
teknologi bidang kesehatan dalam rangka peningkatan pelayanan
kesehatan dengan memperhatikan etika ilmu pengetahuan bidang
kesehatan.
3. Klasifikasi Rumah Sakit
Suatu sistem klasifikasi rumah sakit diperlukan untuk memberikan
kemudahan mengetahui identitas, organisasi, jenis pelayanan yang
diberikan pemilik, serta evaluasi golongan rumah sakit. Rumah sakit dapat
diklasifikasikan menjadi beberapa golongan berdasarkan jenis pelayanan,
kepemilikan, dan rumah sakit pendidikan.
 Klasifikasi Rumah Sakit Berdasarkan Jenis Pelayanan
Berdasarkan jenis pelayanan, rumah sakit dapat digolongkan
menjadi:
1. Rumah Sakit Umum
Rumah sakit umum adalah rumah sakit yang memberikan
pelayanan kesehatan pada semua bidang dan jenis penyakit.
Berdasarkan fasilitas dan kemampuan pelayanan, rumah sakit
umum digolongkan menjadi:
a. Rumah Sakit Umum Kelas A
Rumah sakit umum kelas A harus mempunyai fasilitas
dan kemampuan pelayanan medik paling sedikit empat
pelayanan medik spesialis dasar, lima pelayanan spesialis
penunjang medik, dua belas pelayanan medik spesialis
lain, dan tiga belas pelayanan medik subspesialis.
b. Rumah Sakit Umum Kelas B
Rumah sakit umum kelas B harus mempunyai fasilitas
dan kemampuan pelayanan medik paling sedikit empat

4
pelayanan medik spesialis dasar, empat pelayanan spesialis
penunjang medik, delapan pelayanan medik spesialis
lainnya, dan dua pelayanan medik subspesialis dasar.
c. Rumah Sakit Umum Kelas C
Rumah sakit umum kelas C harus mempunyai fasilitas
dan kemampuan pelayanan medik paling sedikit empat
pelayanan medik spesialis dasar dan empat pelayanan
spesialis penunjang medik.
d. Rumah Sakit Umum Kelas D
Rumah sakit umum kelas D harus mempunyai fasilitas
dan kemampuan pelayanan medik paling sedikit dua
pelayanan medik spesialis dasar.
2. Rumah Sakit Khusus
Rumah sakit khusus adalah rumah sakit yang
memberikan pelayanan utama pada satu bidang atau satu jenis
penyakit tertentu berdasarkan disiplin ilmu, golongan umur,
organ, jenis penyakit, atau kekhususan lainnya. Berdasarkan
fasilitas dan kemampuan pelayanan, rumah sakit khusus
digolongkan menjadi:
a. Rumah Sakit Khusus Kelas A
b. Rumah Sakit Khusus Kelas B
c. Rumah Sakit Khusus Kelas C
 Berdasarkan Pengelola
Berdasarkan pengelolanya, rumah sakit dapat digolongkan
menjadi:
a. Rumah Sakit Publik
Rumah sakit publik adalah rumah sakit yang dapat
dikelola oleh Pemerintah, Pemerintah Daerah, dan badan
hukum yang bersifat nirlaba. Rumah sakit publik yang dikelola

5
Pemerintah dan Pemerintah Daerah diselenggarakan
berdasarkan pengelolaan Badan Layanan Umum atau Badan
Layanan Umum Daerah sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
b. Rumah Sakit Privat
Rumah sakit privat adalah rumah sakit yang dikelola
oleh badan hukum dengan tujuan profit yang berbentuk
Persero Terbatas atau Persero.
 Rumah Sakit Pendidikan
Rumah sakit pendidikan merupakan rumah sakit yang
menyelenggarakan pendidikan dan penelitian secara terpadu dalam
bidang pendidikan profesi kedokteran, pendidikan kedokteran
berkelanjutan, dan pendidikan tenaga kesehatan lainnya.
4. Organisasi Rumah Sakit
Organisasi di rumah sakit adalah sebuah struktur yang dibangun oleh
rumah sakit sendiri yang memiliki tingkatan-tingkatan dan tugas masing-
masing serta saling membutuhkan satu sama lain. Organisasi tersebut
dapat berdiri di bawah naungan pemerintah ataupun tidak. Rumah sakit
yang tidak berada di bawah naungan pemerintah adalah rumah sakit
swasta. Mereka berdiri dari orang yang memiliki rumah sakit tersebut.
Setiap rumah sakit harus memiliki organisasi yang efektif, efisien, dan
akuntabel agar dapat menjalankan fungsinya secara optimal. Menurut UU
No. 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit, organisasi rumah sakit paling
sedikit terdiri atas kepala rumah sakit atau direktur rumah sakit, unsur
pelayanan medis, unsur keperawatan, unsur penunjang medis, komite
medis, satuan pemeriksaan internal, serta administrasi umum dan
keuangan. Kepala rumah sakit harus seorang tenaga medis yang
mempunyai kemampuan dan keahlian di bidang perumahsakitan. Pemilik
rumah sakit tidak boleh merangkap menjadi kepala rumah sakit.

6
5. Tenaga Kesehatan
Menurut UU No. 36 Tahun 2009, tenaga kesehatan merupakan setiap
orang yang mengabdikan diri dalam bidang kesehatan serta memiliki
pengetahuan dan/atau keterampilan melalui pendidikan di bidang
kesehatan yang untuk jenis tertentu memerlukan kewenangan untuk
melakukan upaya kesehatan. Tenaga kesehatan juga harus memiliki
kualifikasi minimum, memenuhi ketentuan kode etik, standar profesi, hak
pengguna pelayanan kesehatan, standar pelayanan, dan standar prosedur
operasional. Kode etik dan standar profesi diatur oleh organisasi profesi
masing-masing. Menurut Undang – Undang Republik Indonesia No. 36
Tahun 2014 tentang Tenaga Kesehatan, tenaga kesehatan yang dimaksud
yaitu:
1. Tenaga medis yang meliputi dokter dokter gigi, dokter spesialis, dan
dokter gigi spesialis.
2. Tenaga psikologi klinis.
3. Tenaga keperawatan.
4. Tenaga kebidanan.
5. Tenaga kefarmasian yang meliputi apoteker dan tenaga teknis
kefarmasian.
6.Tenaga kesehatan masyarakat yang meliputi epidemiolog kesehatan,
tenaga promosi kesehatan dan ilmu perilaku, pembimbing kesehatan
kerja, tenaga administrasi dan kebijakan kesehatan, tenaga biostatik dan
kependudukan, serta tenaga kesehatan reproduksi dan keluarga.
7. Tenaga kesehatan lingkungan yang meliputi tenaga sanitasi
lingkungan, entomolog kesehatan, dan mikrobiolog kesehatan.
8. Tenaga gizi yang meliputi nutrisionis dan dietisien.
9. Tenaga keterapian fisik yang meliputi fisioterapis, okupasi terapis,
terapis wicara, dan akupunktur.

7
10. Tenaga keteknisian medis yang meliputi perekam medis dan informasi
kesehatan, teknik kardiovaskuler, teknisi pelayanan darah, refraksionis
optisien/optometris, teknisi gigi, penata anestesi, terapis gigi dan
mulut, serta audiologis.
11. Tenaga teknik biomedika yang meliputi radiografer, elektromedis,
ahli teknologi laboratorium medik, fisikawan medik, radioterapis, dan
ortotik prostetik.
12. Tenaga kesehatan tradisional yang meliputi tenaga kesehatan
tradisional ramuan dan tenaga kesehatan tradisional keterampilan.
13. Tenaga kesehatan lain.
B. Instalasi Farmasi Rumah Sakit (IFRS)
1. Definisi IFRS
Instalasi Farmasi Rumah Sakit adalah suatu bagian / unit / divisi /
fasilitas di rumah sakit, tempat penyelenggaraan semua kegiatan pekerjaan
kefarmasian yang ditujukan untuk keperluan rumah sakit itu sendiri
(Siregar dan Amalia, 2004).
Berdasarkan definisi tersebut maka Instalasi Farmasi Rumah Sakit
secara umum dapat diartikan sebagai suatu departemen atau unit atau
bagian di suatu rumah sakit di bawah pimpinan seorang apoteker dan
dibantu oleh beberapa orang apoteker yang memenuhi persyaratan
perundang-undangan yang berlaku dan bertanggung jawab atas seluruh
pekerjaan serta pelayanan kefarmasian, yang terdiri dari pelayanan
paripurna yang mencakup perencanaan, pengadaan, produksi,
penyimpanan perbekalan farmasi, penyiapan obat berdasarkan resep bagi
pasien rawat inap dan rawat jalan, pengendalian mutu, distribusi, dan
penggunaan seluruh perbekalan farmasi di rumah sakit. Pelayanan farmasi
klinik umum dan spesialis mencakup pelayanan langsung pada pasien dan
pelayanan klinik yang merupakan program rumah sakit secara keseluruhan
(Siregar dan Amalia, 2004).

8
2. Tugas dan Fungsi IFRS
Berdasarkan Permenkes No.58 Tahun 2004 tentang Standar
Pelayanan Farmasi di Rumah Sakit Instalasi Farmasi Rumah Sakit
mempunyai:
Tugas Instalasi Farmasi Rumah Sakit, meliputi:
a. Menyelenggarakan, mengkoordinasikan, mengatur, dan mengawasi
seluruh kegiatan pelayanan kefarmasian yang optimal dan profesional
serta sesuai prosedur dan etik profesi.
b. Melaksanakan pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan
Bahan Medis Habis Pakai yang efektif, aman, bermutu, dan efisien.
c. Melaksanakan pengkajian dan pemantauan penggunaan Sediaan
Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai guna
memaksimalkan efek terapi dan keamanan serta meminimalkan risiko.
d. Melaksanakan Komunikasi, Edukasi, dan Informasi (KIE) serta
memberikan rekomendasi kepada dokter, perawat, dan pasien.
e. Berperan aktif dalam Tim Farmasi dan Terapi.
f. Melaksanakan pendidikan dan pelatihan serta pengembangan Pelayanan
Kefarmasian.
g. Memfasilitasi dan mendorong tersusunnya standar pengobatan dan
formularium Rumah Sakit.
Fungsi Instalasi Farmasi Rumah Sakit, meliputi:
1. Pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis
Pakai yang meliputi :
a. Memilih Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis
Pakai sesuai kebutuhan pelayanan Rumah Sakit.
b. Merencanakan kebutuhan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan
Bahan Medis Habis Pakai secara efektif, efisien, dan optimal

9
c. Mengadakan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis
Habis Pakai berpedoman pada perencanaan yang telah dibuat sesuai
ketentuan yang berlaku.
d. Memproduksi Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis
Habis Pakai untuk memenuhi kebutuhan pelayanan kesehatan di
Rumah Sakit.
e. Menerima Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis
Pakai sesuai dengan spesifikasi dan ketentuan yang berlaku.
f. Menyimpan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis
Habis Pakai sesuai dengan spesifikasi dan persyaratan kefarmasian.
g. Mendistribusikan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis
Habis Pakai ke unit-unit pelayanan di Rumah Sakit.
h. Melaksanakan pelayanan farmasi satu pintu.
i. Melaksanakan pelayanan Obat “unit dose”atau dosis sehari.
j. Melaksanakan komputerisasi pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat
Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai (apabila sudah
memungkinkan).
k. Mengidentifikasi, mencegah, dan mengatasi masalah yang terkait
dengan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis
Pakai.
l. Melakukan pemusnahan dan penarikan Sediaan Farmasi, Alat
Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai yang sudah tidak dapat
digunakan.
m. Mengendalikan persediaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan
Bahan Medis Habis Pakai.
n. Melakukan administrasi pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat
Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai.
2. Pelayanan Farmasi Klinik
a. Mengkaji dan melaksanakan pelayanan resep atau permintaan obat.

10
b. Melaksanakan penelusuran riwayat penggunaan obat.
c. Melaksanakan rekonsiliasi obat.
d. Memberikan informasi dan edukasi penggunaan obat, baik
berdasarkan resep maupun obat non resep kepada pasien/keluarga
pasien.
e. Mengidentifikasi, mencegah, dan mengatasi masalah yang terkait
dengan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis
Pakai.
f. Melaksanakan visite mandiri maupun bersama tenaga kesehatan
lain.
g. Memberikan konseling pada pasien dan/atau keluarganya.
h. Melaksanakan Pemantauan Terapi Obat (PTO): Pemantauan efek
terapi obat., Pemantauan efek samping obat, Pemantauan Kadar
Obat dalam Darah (PKOD).
i. Melaksanakan Evaluasi Penggunaan Obat (EPO).
j. Melaksanakan dispensing sediaan steril: Melakukan pencampuran
obat suntik, Menyiapkan nutrisi parenteral, Melaksanakan
penanganan sediaan sitotoksik, Melaksanakan pengemasan ulang
sediaan steril yang tidak stabil.
k. Melaksanakan Pelayanan Informasi Obat (PIO) kepada tenaga
kesehatan lain, pasien/keluarga, masyarakat, dan institusi di luar
Rumah Sakit.
l. Melaksanakan Penyuluhan Kesehatan Rumah Sakit (PKRS).
C. Ketentuan Umum dan Peraturan Perundang-undangan
Standar pelayanan kefarmasian di rumah sakit
1. Dalam Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit
dinyatakan bahwa Rumah Sakit harus memenuhi persyaratan lokasi,
bangunan, prasarana, sumber daya manusia, kefarmasian, dan peralatan.
Persyaratan kefarmasian harus menjamin ketersediaan Sediaan Farmasi,

11
Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai yang bermutu, bermanfaat,
aman, dan terjangkau. Selanjutnya dinyatakan bahwa pelayanan Sediaan
Farmasi di Rumah Sakit harus mengikuti Standar Pelayanan Kefarmasian
yang selanjutnya diamanahkan untuk diatur dengan Peraturan Menteri
Kesehatan.
2. Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 51 Tahun 2009 tentang Pekerjaan
Kefarmasian juga dinyatakan bahwa dalam menjalankan praktek
kefarmasian pada Fasilitas Pelayanan Kefarmasian, Apoteker harus
menerapkan Standar Pelayanan Kefarmasian yang diamanahkan untuk
diatur dengan Peraturan Menteri Kesehatan.
3. Berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan tersebut dan
perkembangan konsep Pelayanan Kefarmasian, perlu ditetapkan suatu
Standar Pelayanan Kefarmasian dengan Peraturan Menteri Kesehatan,
sekaligus meninjau kembali Keputusan Menteri Kesehatan Nomor
1197/Menkes/SK/X/2004 tentang Standar Pelayanan Farmasi di Rumah
Sakit.

KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR


HK.01.07/MENKES/200/2020 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN
FORMULARIUM RUMAH SAKIT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA
ESA MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
1. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 5063);
2. Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 153, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 5072);

12
3. Peraturan Pemerintah Nomor 51 Tahun 2009 tentang Pekerjaan
Kefarmasian (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor
124, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5044);
4. Peraturan Presiden Nomor 77 Tahun 2015 tentang Pedoman Organisasi
Rumah Sakit (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor
159);
5. Peraturan Presiden Nomor 82 Tahun 2018 tentang Jaminan Kesehatan
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2018 Nomor 165)
sebagaimana diubah Dengan Peraturan Presiden Nomor 75 Tahun 2019
Tentang Perubahan Atas Peraturan Presiden Nomor 82 Tahun 2018
tentang Jaminan Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2019 Nomor 210);
6. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 34 Tahun 2017 Tentang Akreditasi
Rumah Sakit (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2017 Nomor
1023);
7. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 64 Tahun 2015 Tentang Organisasi
dan Tata Kerja Kementerian Kesehatan (Berita Negara Republik
Indonesia Tahun 2015 Nomor 1508) sebagaimana diubah dengan
Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 30 Tahun 2018 tentang Perubahan
atas Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 64 Tahun 2015 tentang
Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Kesehatan (Berita Negara
Republik Indonesia Tahun 2018 Nomor 945);
8. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 72 Tahun 2016. Tentang Standar
Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit (Berita Negara Republik
Indonesia Tahun 2017 Nomor 49).

KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


NOMOR HK.01.07/MENKES/290/2018TENTANG TIM PENYUSUN
PEDOMAN PENYUSUNAN FORMULARIUM RUMAH SAKIT

13
1. Undang-Undang Nomor 36 tahun 2009 Tentang Kesehatan (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 5063);
2. Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 Tentang Rumah Sakit (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 153, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 5072);
3. Peraturan Pemerintah Nomor 51 Tahun 2009 tentang Pekerjaan
Kefarmasian (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor
124, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5044);
4. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 64 Tahun 2015 tentang Organisasi
dan Tata Kerja Kementerian Kesehatan (Berita Negara Republik
Indonesia Tahun 2015 Nomor 1508);
5. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 72 Tahun 2016 tentang Standar
Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit (Berita Negara Republik
Indonesia Tahun 2017 Nomor 49);
6. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 34 Tahun 2017 tentang Akreditasi
Rumah Sakit (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2017 Nomor
1023);
7. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 64 Tahun 2015 tentang Organisasi
dan Tata Kerja Kementerian Kesehatan (Berita Negara Republik
Indonesia Tahun 2015 Nomor 1508) sebagaimana Diubah dengan
Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 30 Tahun 2018 Tentang Perubahan
atas Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 64 Tahun 2015 tentang
Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Kesehatan (Berita Negara
Republik Indonesia Tahun 2018 Nomor 945);
8. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 72 Tahun 2016 tentang Standar
Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit (Berita Negara Republik
Indonesia Tahun 2017 Nomor 49);

14
KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
NOMOR HK.01.07/MENKES/6485/2021 TENTANG FORMULARIUM
NASIONAL DENGANRAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
1. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1997 tentang Psikotropika (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 1997 Nomor 10, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 3671) sebagaimana telah Diubah dengan
Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2020 Tentang Cipta Kerja (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2020 Nomor 245, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 6573);
2. Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial
Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 150,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4456) sebagaimana
Telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2020 tentang Cipta
Kerja (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2020 Nomor 245,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6573);
3. Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun2009 Nomor 143, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5062) sebagaimana telah diubah dengan Undang-
Undang Nomor 11 Tahun 2020 tentang Cipta Kerja (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2020 Nomor 245, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 6573);
4. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5063) sebagaimana telah diubah dengan Undang-
Undang Nomor 11 Tahun 2020 tentang Cipta
5. Kerja (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2020 Nomor 245,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6573);

15
6. Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 153, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 5072) sebagaimana telah diubah dengan
Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2020 tentang Cipta Kerja (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2020 Nomor 245, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 6573);
7. Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2011 tentang Badan Penyelenggaraan
Jaminan Sosial (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor
116, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5256);
8. Peraturan Presiden Nomor 82 Tahun 2018 tentang Jaminan Kesehatan
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2018 Nomor 165) sebagaimana
telah beberapa kali diubah terakhir dengan Peraturan Presiden Nomor 64
Tahun 2020 tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan Presiden Nomor 82
Tahun 2018 tentang Jaminan Kesehatan (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2020 Nomor 130) ;
9. Peraturan Presiden Nomor 18 Tahun 2021 tentang Kementerian Kesehatan
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2021 Nomor 83);
10. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 71 Tahun 2013 tentang Pelayanan
Kesehatan Pada Jaminan Kesehatan Nasional (Berita Negara Republik
Indonesia Tahun 2013 Nomor 1400) sebagaimana telah beberapa kali diubah
terakhir dengan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 7 Tahun 2021 tentang
Perubahan Keempat atas Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 71 Tahun 2013
tentang Pelayanan Kesehatan pada Jaminan Kesehatan Nasional (Berita
Negara Republik Indonesia Tahun 2021 Nomor 3);
11. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 21 Tahun 2016 tentang Penggunaan
Dana Kapitasi Jaminan Kesehatan Nasional Untuk Jasa Pelayanan Kesehatan
dan Dukungan Biaya Operasional pada Fasilitas Kesehatan Tingkatan Pertama
Milik Pemerintah Daerah (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2016
Nomor 761);

16
12. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 25 Tahun 2020 tentang Organisasi dan
Tata Kerja Kementerian Kesehatan (Berita Negara Republik Indonesia Tahun
2020 Nomor 1146)
13. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 189/MENKES/SK/III/2006 tentang
Kebijakan Obat Nasional;
14. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor HK.02.02/MENKES/068/I/2010
tentang Kewajiban Menggunakan Obat Generik di Fasilitas Pelayanan
Kesehatan Pemerintah;
15. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor HK.01.07/MENKES/498/2020 tentang
Komite Nasional Penyusunan Formularium Nasional;
16. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor HK.01.07/MENKES/6477/2021
tentang Daftar Obat Esensial Nasional.

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 72


TAHUN 2016 TENTANG STANDAR PELAYANANKEFARMASIAN DI RUMAH
SAKIT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI
KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
1. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5063);
2. Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 153, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 5072);
3. Undang•Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 244,Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5587) Sebagaimana telah
diubah beberapa kali terakhir Dengan Undang•Undang Nomor 9 Tahun 2015
tentang Perubahan Kedua atas Undang-undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang

17
Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015
Nomor 58, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5679);
4. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2014 tentang Tenaga Kesehatan (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 298, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 5607);
5. Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 1998 tentang Pengamanan Sediaan
Farmasi dan Alat Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
1998 Nomor 138, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
3781);
6. Peraturan Pemerintah Nomor 51 Tahun 2009 tentang Pekerjaan Kefarmasian
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 124, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5044);
7. Keputusan Presiden Nomor 103 Tahun 2001 tentang Kedudukan, Tugas,
Fungsi, Kewenangan, Susunan Organisasi, dan Tata Kerja Lembaga
Pemerintah Non Departemen, sebagaimana telah diubah beberapa kali,
Terakhir dengan Peraturan Presiden Nomor 145 Tahun 2015 tentan(Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 322);
8. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 64 Tahun 2015 tentang Organisasi dan
Tata Kerja Kementerian Kesehatan (Berita Negara Republik Indonesia Tahun
2015 Nomor 150Nomor 322); Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 64 Tahun
2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Kesehatan (Berita
Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 1508);

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28


TAHUN 2021 TENTANG PEDOMAN PENGGUNAAN ANTIBIOTIK DENGAN
RAHMA TUHAN YANG MAHA ESA.MENTERI KESEHATAN REPUBLIK
INDONESIA
1. pasal 17 ayat (3) undang-undang negara republik indonesia tahun 1945;

18
2. undang-undang nomor 29 tahun 2004 tentnag praktek kedokteran (lembaran
negara republik indonesia tahun 2004 nomor 116, tambahan lembaran negara
republik indonesia nomor 4431);undang-undang nomor 39 tahun 2008 tentang
kementrian negara (lembaran negara republik indonesia tahun 2008 nomor
166, tambahan negara republik indonesia nomor 4916);
3. undang-undang nomor 36 tahun 2009 tentang kesehatan (lembaran negara
republik indonesia tahun 2009 nomor 144, tambahan lembaran negara
republik indonesia nomor 5063) sebagaimana telah diubah dengan undan-
undang nomor 11 tahun 2020 tentang cipta kerja (lembaran negara republik
indonesia tahun 2020 nomor 245, tambahan lembaran negara republik
indonesia nomor 6573);
4. Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 1998 tentang Pengamanan Sediaan
Farmasi dan Alat Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
1998 Nomor 138, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
3781);
5. Peraturan Presiden Nomor 18 Tahun 2021 tentang Kementerian Kesehatan
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2021 Nomor 83);
6. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor HK.02.02/Menkes/068/I/2010 tentang
Kewajiban Menggunakan Obat Generik di Fasilitas Pelayanan Kesehatan
Pemerintah;
7. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 1438/MENKES/PER/IX/2010 tentang
Standar Pelayanan Kedokteran (Berita Negara Republik Indonesia Tahun
2010 Nomor 464);
8. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 25 Tahun 2020 tentang Organisasi dan
Tata Kerja Kementerian Kesehatan (Berita Negara Republik Indonesia Tahun
2020 nomor 1146);

PROGRAM PENGENDALIAN RESISTENSI ANTIMIKROB (PPRA)

19
Resistensi Antimikroba adalah kemampuan mikroba untuk bertahan hidup
terhadap efek antimikroba sehingga tidak efektif dalam penggunaan
klinis.Pengendalian Resistensi Antimikroba adalah aktivitas yang ditujukan untuk
mencegah dan/atau menurunkan adanya kejadian mikroba resisten.Komite
Pengendalian Resistensi Antimikroba yang selanjutnya disingkat KPRA adalah
komite yang dibentuk oleh Kementerian Kesehatan dalam rangka mengendalikan
penggunaan antimikroba secara luas baik di fasilitas pelayanan kesehatan dan di
masyarakat.Pemerintah Pusat selanjutnya disebut Pemerintah adalah Presiden
Republik Indonesia yang memegang kekuasaan pemerintahan, Negara Republik
Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945.
Resistensi mikroba terhadap antimikroba (disingkat: resistensi antimikroba,
antimicrobial resistance, AMR) telah menjadi masalah kesehatan yang mendunia,
dengan berbagai dampak merugikan dapat menurunkan mutu pelayanan kesehatan.
Muncul dan berkembangnya resistensi antimikroba terjadi karena tekanan seleksi
(selection pressure) yang sangat berhubungan dengan penggunaan antimikroba, dan
penyebaran mikroba resisten (spread). Tekanan seleksi resistensi dapat dihambat
dengan cara menggunakan secara bijak, sedangkan proses penyebaran dapat dihambat
dengan cara mengendalikan infeksi secara optimal. Resistensi antimikroba yang
dimaksud adalah resistensi terhadap antimikroba yang efektif untuk terapi infeksi
yang disebabkan oleh bakteri, jamur, virus, dan parasit. Bakteri adalah penyebab
infeksi terbanyak maka penggunaan antibakteri yang dimaksud adalah penggunaan
antibiotik.
PENGENDALIAN PENGGUNAAN ANTIBIOTIK DI RUMAH SAKIT
Pengendalian penggunaan antibiotik dalam upaya mengatasi masalah resistensi
antimikroba dilakukan dengan menetapkan “Kebijakan Penggunaan Antibiotik di
Rumah Sakit”, serta menyusun dan menerapkan “Panduan Penggunaan Antibiotik
Profilaksis dan Terapi”. Dasar penyusunan kebijakan dan panduan penggunaan
antibiotik di rumah sakit mengacu pada:

20
a. Pedoman Umum Penggunaan Antibiotik
b. Pedoman Nasional Pelayanan Kedokteran
c. Pola mikroba dan kepekaan antibiotik setempat

Kebijakan penggunaan antibiotik di rumah sakit, berisi hal berikut ini.


1. Kebijakan Umum
a. Kebijakan penanganan kasus infeksi secara multidisiplin.
b. Kebijakan pemberian antibiotik terapi meliputi antibiotik empirik dan
definitif Terapi antibiotik empiris adalah penggunaan antibiotik pada kasus
infeksi atau diduga infeksi yang belum diketahui jenis bakteri penyebab
dan pola kepekaannya. Terapi antibiotik definitif adalah penggunaan
antibiotik pada kasus infeksi yang sudah diketahui jenis bakteri penyebab
dan pola kepekaannya.
c. Kebijakan pemberian antibiotik profilaksis bedah meliputi antibiotik
profilaksis atas indikasi operasi bersih dan bersih terkontaminasi
sebagaimana tercantum dalam ketentuan yang berlaku. Antibiotik
Profilaksis Bedah adalah penggunaan antibiotik sebelum, selama, dan
paling lama 24 jam pascaoperasi pada kasus yang secara klinis tidak
memperlihatkan tanda infeksi dengan tujuan mencegah terjadinya infeksi
luka daerah operasi.
d. Pemberian antibiotik pada prosedur operasi terkontaminasi dan kotor
tergolong dalam pemberian antibiotik terapi sehingga tidak perlu
ditambahkan antibiotik profilaksis 2. Kebijakan Khusus
2. Pengobatan awal
a. Pasien yang secara klinis diduga atau diidentifikasi mengalami infeksi
bakteri diberi antibiotik empirik selama 48-72 jam.
b. Pemberian antibiotik lanjutan harus didukung data
hasil pemeriksaan laboratorium dan mikrobiologi.

21
c. Sebelum pemberian antibiotik dilakukan pengambilan spesimen untuk
pemeriksaan mikrobiologi.
3. Antibiotik empirik ditetapkan berdasarkan pola mikroba dan kepekaan
antibiotik setempat. c. Prinsip pemilihan antibiotik.
a. Pilihan pertama (first choice).
b. Pembatasan antibiotik (restricted/reserved).
c. Kelompok antibiotik profilaksis dan terapi.
4. Pengendalian lama pemberian antibiotik dilakukan dengan menerapkan
automatic stop order sesuai dengan indikasi pemberian antibiotik yaitu
profilaksis, terapi empirik, atau terapi definitif. e. Pelayanan laboratorium
mikrobiologi.
a. Pelaporan pola mikroba dan kepekaan antibiotik dikeluarkan secara
berkala setiap tahun.
b. Pelaporan hasil uji kultur dan sensitivitas harus cepat dan akurat.
c. Bila sarana pemeriksaan mikrobiologi belum lengkap, maka diupayakan
adanya pemeriksaan pulasan gram dan KOH.

PRINSIP PENCEGAHAN PENYEBARAN MIKROBA RESISTEN


Pencegahan penyebaran mikroba resisten di rumah sakit dilakukan melalui
upaya Pencegahan Pengendalian Infeksi (PPI). Pasien yang terinfeksi atau membawa
koloni mikroba resisten dapat menyebarkan mikroba tersebut ke lingkungan,
sehingga perlu dilakukan upaya membatasi terjadinya transmisi mikroba tersebut,
terdiri dari 4 (empat) upaya berikut ini.
1. Meningkatkan kewaspadaan standar (standard precaution), meliputi:
a. kebersihan tangan
b. alat Pelindung Diri (APD) : sarung tangan, masker, goggle (kacamata
pelindung), face shield (pelindung wajah), dan gaun
c. dekontaminasi peralatan perawatan pasien
d. pengendalian lingkungan

22
e. penatalaksanaan linen
f. perlindungan petugas kesehatan
g. penempatan pasien
h. hygiene respirasi/etika batuk
i. praktek menyuntik yang aman
j. praktek yang aman untuk lumbal punksi
2. Melaksanakan kewaspadaan transmisi Jenis kewaspadaan transmisi meliputi:
a. Melalui kontak
b. Melalui droplet
c. Melalui udara (airborne)
d. Melalui common vehicle (makanan, air, obat, alat, peralatan)
e. Melalui vektor (lalat, nyamuk, tikus) Pada kewaspadaaan transmisi, pasien
ditempatkan di ruang terpisah.
Bila tidak memungkinkan, maka dilakukan cohorting yaitu merawat beberapa
pasien dengan pola penyebab infeksi yang sama dalam satu ruangan.
3. Dekolonisasi Dekolonisasi adalah tindakan menghilangkan koloni mikroba
multiresisten pada individu pengidap (carrier). Contoh: pemberian mupirosin
topikal pada carrier MRSA.
4. Tata laksana Kejadian Luar Biasa (KLB) mikroba multiresisten atau Multidrug-
Resistant Organisms (MDRO) seperti Methicillin Resistant Staphylococcus
Aureus (MRSA), bakteri penghasil Extended Spectrum Beta-Lactamase (ESBL),
atau mikroba multiresisten yang lain. Apabila ditemukan mikroba multiresisten
sebagai penyebab infeksi, maka laboratorium mikrobiologi segera melaporkan
kepada tim PPI dan dokter penanggung jawab pasien, agar segera dilakukan
tindakan untuk membatasi penyebaran strain mikroba multiresisten tersebut.

D. Tugas Dan Fungsi Apoteker Di Rumah Sakit


Apoteker bertanggung jawab terhadap pengelolaan Sediaan Farmasi,Alat
Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai di Rumah Sakit yang menjamin seluruh

23
rangkaian kegiatan perbekalan Sediaan Farmasi, AlatKesehatan, dan Bahan Medis
Habis Pakai sesuai dengan ketentuan yang berlaku serta memastikan kualitas,
manfaat, dan keamanannya. Pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan
Bahan Medis Habis Pakai merupakan suatu siklus kegiatan, dimulai dari pemilihan,
perencanaan kebutuhan, pengadaan, penerimaan, penyimpanan, pendistribusian,
pemusnahan dan penarikan, pengendalian, dan administrasi yang diperlukan bagi
kegiatan Pelayanan Kefarmasian.
Pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai
harus dilaksanakan secara multidisiplin, terkoordinir dan menggunakan proses yang
efektif untuk menjamin kendali mutu dan kendali biaya. Dalam ketentuan Pasal 15
ayat (3) Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit menyatakan
bahwa Pengelolaan Alat Kesehatan, Sediaan Farmasi, dan Bahan Medis Habis Pakai
di Rumah Sakit harus dilakukan oleh Instalasi Farmasi sistem satu pintu. Alat
Kesehatan yang dikelola oleh Instalasi Farmasi sistem satu pintu berupa alat medis
habis pakai/peralatan non elektromedik, antara lain alat kontrasepsi (IUD), alat pacu
jantung, implan, dan stent.
Sistem satu pintu adalah satu kebijakan kefarmasian termasuk pembuatan
formularium, pengadaan, dan pendistribusian Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan
Bahan Medis Habis Pakai yang bertujuan untuk mengutamakan kepentingan pasien
melalui Instalasi Farmasi. Dengan demikian semua Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan,
dan Bahan Medis Habis Pakai yang beredar di Rumah Sakit merupakan tanggung
jawab Instalasi Farmasi, sehingga tidak ada pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat
Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai di Rumah Sakit yang dilaksanakan selain
oleh Instalasi Farmasi.
Dengan kebijakan pengelolaan sistem satu pintu, Instalasi Farmasi ebagai
satu-satunya penyelenggara Pelayanan Kefarmasian, sehingga Rumah Sakit akan
mendapatkan manfaat dalam hal:
1. Pelaksanaan pengawasan dan pengendalian penggunaan Sediaan Farmasi,
Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai;

24
2. standarisasi Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai;
3. penjaminan mutu Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis
Pakai;
4. pengendalian harga Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis
Pakai;
5. pemantauan terapi Obat;
6. penurunan risiko kesalahan terkait penggunaan Sediaan Farmasi, Alat
Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai (keselamatan pasien);
7. kemudahan akses data Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis
Habis Pakai yang akurat;
8. peningkatan mutu pelayanan Rumah Sakit dan citra Rumah Sakit; dan
9. peningkatanpendapatan rumah sakit dan peningkatan kesejahteraan pegawai.
Rumah Sakit harus menyusun kebijakan terkait manajemen pengunaan Obat
yang efektif. Kebijakan tersebut harus ditinjau ulang sekurang- kurangnya sekali
setahun. Peninjauan ulang sangat membantu Rumah Sakit memahami kebutuhan
dan prioritas dari perbaikan sistem mutu dan keselamatan penggunaan Obat yang
berkelanjutan.
Rumah Sakit perlu mengembangkan kebijakan pengelolaan Obatuntuk
meningkatkan keamanan, khususnya Obat yang perlu diwaspadai (high- alert
medication). High-alert medication adalah Obat yang harus diwaspadai karena
sering menyebabkan terjadi kesalahan/kesalahan serius (sentinel event) dan Obat
yang berisiko tinggi menyebabkan Reaksi Obat yang Tidak Diinginkan (ROTD).
Kelompok Obat high-alert diantaranya:
1. Obat yang terlihat mirip dan kedengarannya mirip (Nama Obat Rupa dan
Ucapan Mirip/NORUM, atau Look Alike Sound Alike/LASA).
2. Elektrolit konsentrasi tinggi (misalnya kalium klorida 2meq/ml atau yang
lebih pekat, kalium fosfat, natrium klorida lebih pekat dari 0,9%, dan
magnesium sulfat =50% atau lebih pekat).
3. Obat-Obat sitostatika

25
BAB III
TINJAUAN UMUM TEMPAT PRAKTEK

A. Profi Atau Sejarah Rumah Sakit dan Rumah Sakit


1. Profil atau Gambaran Umum RS Mujaisyah
Nama Rumah Sakit :RS Mujaisyah
Alamat Rumah Sakit : Jl. DR. Ratulangi KM 05, Balandai,
Temmalebba, Kec. Bara, Kota Palopo,
Sulawesi Selatan
Status kepemilikan : Swasta
Kelas Rumah Sakit : Tipe D
Luas Tanah : ±52 x 45M2
Luas Bangunan : ±47 X 17M2
Fasilitas Listrik : PLN dan Generator
Fasilitas Air : PDAM
Tata Udara : AC
Komunikasi : Telpon 9 unit
Transportasi : Ambulance 1 Unit
Komputer : 17 Unit
Printer : 9 Unit
Scanner : 3 Unit
Kotak Saran : 1 Unit
Tempat Sampah : - Infeksius 10 Unit
-Non Infeksius 22 Unit

2. Sejarah RS Mujaisyah Palopo


Dalam kemajuan zaman di era globalisasi ini masyarakat kota
palopo semakin peduli dan sadar akan pentingnya kesehatan dan

26
tingkat pemanfaatan unit pelayanan kesehatan semakin meningkat
pula.
Oleh karena kebutuhan kesehatan yang semakin meningkat
mendorong Almarhum H. Jalias Mani ingin membangun suatu tempat
pelayanan kesehatan yang lebih mudah dijangkau oleh waraga kota
palopo pada khususnya dan warga luwu raya pada umumnya, serta
pelayanan kesehatan yang bukan sekedar memberikan pelayanan
kesehatan tetapi pelayanan kesehatan dengan prinsip tanggung jawab
yang profesional.
Pembangunan klinik ini dirintis oleh Alm. H. Muh. Jalias Mani
dan Hj. St. Aisyah yang di prakarsai oleh 9 orang anaknya dan 6 orang
menantu beliau klinik ini dibangun mulai tanggal 24 oktober 2013 dan
mulai beroprasi pada tanggal 9 oktober 2014. Melihat semakin
meningkatnya kebutuhan masyarakat akan sarana kesehatan
mendorong Hj. St. Aisyah dan anaknya untuk meningkatkan status
menjadi rumah sakit, sehingga pada tanggal 1 desember 201 Klinik
Mujaisyah berubah nama menjadi RS MUJAISYAH (RSM)
Rumah sakit Mujaisyah yang terletak adalah rumah sakit
umum yang berdiri sejak tahun 2014 dikota palopo Sulawesi selatan.
RS Mujaisyah merupakan rumah sakit swasta Tipe D, RS Mujaisyah
memiliki layanan dan fasilitas di antaranya instalasi radiologi, instalasi
fisioterapi, ambulans, HCU ( High care unit ), instalasi rawat inap,
instalasi rawat jalan, dan instalasi farmasi.
B. Visi dan Misi
1. Visi
Menjadikan rumah sakit yang memberikan peayanan kesehatan
terbaik, berkualitas dan profesional.
2. Misi

27
 melaksanakan pelayanan sesuai kebutuhan pasien anda keuarga
dengan prinsip serta tanggung jawab yang profesional
 melaksanakan penanganan medis dengan timyang profesional
dan telaten sesuai dengan perkembangan IPTEK dan IMTAK
 Meningkatkan kuaitas pelayanan dan kuantitas sarana dan
prasarana kesehatan secara berkala dan berkesinambungan
 Membangun upaya kerjasama kemitraan dengan pemerintah
dan institusi lain yang harmonis dan dinamis sesuai dengan
berjalannya waktu.
C. Lokasi, Sarana dan Prasarana
1. Lokasi rs mujaisyah palopo
Alamat RS Mujaisyah yang terletak di Jl. DR. Ratulangi KM 05,
Balandai, Temmalebba, Kec. Bara, Kota Palopo, Sulawesi Selatan 91914.
2. Sarana dan prasarana RS. Mujaisyah Palopo
Berikut daftar sarana dan prasarana RS. Mujaisyah palopo :
No Kelas Jumlah ruangan
1 VIP 9
2 KELAS I 14
3 KELAS II 18
4 KELAS III 15
5 HCU 3
6 ISOLASI 2
7 ISOLASI TEKANAN NEGATIF 6
8 ISOLASI TANPA TEKANAN 3
NEGATIF

NO PELAYANAN

28
1 Pelayanan medik dasar/umum
2 Pelayanan medik gigi mulut
3 Pelayanan KIA/KB
4 Imfeksi paru
5 Pelayanan gawat darurat umum 24 jam dan 7 hari seminggu
6 Penyakit dalam
7 Kesehatan anak
8 Bedah
9 Obstetri dan ginekologi
10 Anestesi
11 Radiologi
12 Patologi klinik
13 Rehabilitasi medik
14 Saraf
15 Perinatology
16 Neurology
17 Stroke dan cerebro Vaskuler
18 Neuro Emergency dan intensive
19 Neuro Restoransi/fungsi luhur
20 Epilepsi
21 Laboratorium mikrobiologi
22 Elektromedik diagnostik ( EKG/EEG/EEG Brain mapping
23 Pelayanan farmasi
24 Sterilisasi/CSSD
25 Rekam medik
26 Pemeliharaan sarana,prasarana dan fasilitas
27 Pengolahan limbah/kesehatan lingkungan

29
\28 Sistem informasi dan komunikasi/SIRS/IT
29 Pemulasaran jenazah
30 Isolasi pasien gaduh gelisah
31 Emergensy

NO GRUB SDM JUMLAH


1 Sdm pelayanan medik dasar Dokter umum 5
Sdm pelayanan medik dasar Dokter gigi 1
Sdm pelayanan medik spesialis Penyakit dalam 1
dasar
Sdm pelayanan medik spesialis Kesehatan anak 1
dasar
Sdm pelayanan medik spesialis Bedah 1
dasar
Sdm pelayanan medik spesialis radiologi 3
penunjang
Sdm pelayanan medik spesialis lain Syaraf 1

Sdm pelayanan medik subspesialis Dokter subspes. 1


obstetri-ginekologi Obsgin sosial
Sdm pelayanan medik subsspesialis Intensive care ( 1
anestesi intensivist )
Sdm pelayanan kefarmasian apoteker 3
Sdm pelayanan kefarmasian Asisten apoteker 6
Sdm pelayanan keperawatan D3 keperawatan 29
Sdm pelayanan kebidanan D3 kebidanan 25
Sdm pelayanan kebidanan Profesi bidan (bd) 1

30
Sdm pelayanan gizi nutrisionis 1
Sdm pelayanan laboratorium S1 analisis 1
kesehatan
Sdm pelayanan laboratorium D3 analisis 3
kesehatan
Sdm pelayanan keterapian fisik fisioterapi 1
Sdm tenaga keteknisan medis Perekam medis dan 3
informasi kesehatan
Sdm pelayanan kesehatan Sanitasi lingkungan 1
lingkungan
Sdm tenaga non kesehatan Sdm administrasi 2
Sdm pelayanan keperawatan Ners 19
Sdm tenaga non kesehatan Tenaga non 31
kesehatan lainya
Sdm tenaga kesehatan masyarakat Administrasi dan 4
kebijakan kesehatan

31
D. Struktur organisasi rs mujaisya
BAGAN STRUKTUR ORGANISASI RUMAH SAKIT MUJAISYAH TAHUN 2021

DIREKTUR

dr. H. MUH. JAMIL JALIAS


SATUAN PENGAWAS INTERNAL

KOMITE MEDIK KOMITE KOMITE PENCEGAHAN & MUH. ILYAS, S.Ag.,M.Ag


KOMITE PENINGKATAN UMUM KOMITE ETIKA & HUKUM
KEPERAWATAN PENGENDALIAN INFEKSI SEKRETARIS
& KESELAMATAN PASIEN
dr. SAYUTIARIFIN,
dr. HJ SITTI JAMIATUL HUSNA, NANDA USMAN, SE
SP.S HAMRAN, S.Kep Dr.RISNA RAJAB, Sp.PD dr. HENDRA A OBERT, Sp.B Sp.PD

BIDANG PELAYANAN & PENUNJANG BIDANG KEPERAWATAN KABAG ADMINISTRASI & UMUM
MEDIK KABAG KEUANGAN
ANDI HILDA, Amd.Kep MUSAKKAR, S.KM, SH.,MH.Kes
Dr. HJ. SITTI JAIFA JALIAS

INSTALASI PELAYANAN
KASUBAG SARAN KASUBAG HUMAS & KASUBAGAKUNTANSI & KASUBAG PERENCANAAN &
KASUBAG TATA USAHA &
KASUBAG SDM & DIKLAT PRASARANA MARKETING ALPORAN ANGGARAN
INSTALASIIGD ADMINISTRASI
1. dr. BASHIRA WA NASHIRAH NUR INSTALASI PENUNJANG MEDIK
RIA RESTIANA, S.KM H.MUH.JARUSLIAM IN KARISMA JULIA P, ST FADILATULISMIAH, SKM GABRIELA GHEBY SAMRI, SM
ILHAM RUDY LIMBONG ALLO, SE
INSTALASI GIZI JALIAS, S.KM
2. LUSIANA RITA, S.Kep., Ns
JUHARTI,S.KM
INSTALASI RAWAT JALAN
1. Dr. DEWI RHAMDANI SARI INSTALASI FARMASI UNITPENUNJANG
2. SITTI HASMI BADWIAH, S.Kep., Ns HJ. ST. JAHIDA
JALIAS,S.Farm.,Apt.S.KM UNIT LABORATORIUM
INSTALASIRAWAT INAP Dr. EVI ANDRIYANI
DIKETAHUI
1. Dr. DAHLIA INSTALASI REKAM MEDIK, BPJS
2. HERFITA I,S.Kep., Ns &IT UNIT RADIOLOGI
ARDIAN,Amd.,RPK Dr. BAHARAINI, Sp.Rad
INSTALASI KAMAR OPERASI & HCU MARSELIA TANARI RUMPA, Se
1. Dr. HERAWATI BADERU,Sp.An.,M.Kes MUSLIMIN ASHAHIDQI UNIT PEMULASARAN
2. ANDRI SUSANTO, S.Amd.Kep KAMAR JENAZAH
3. AGUSTIAN, S.Kep., Ns INSTALASI KESEHATAN HASRIADI
LINGKUNGAN H. JAHILAL JALIAS
INSTALASI KAMAR BERSALIN & NIFAS RAUDATUL JANNAH,S.KM UNIT STERILISASI DAN
KETUA YAYASAN
1. dr.BASYAR,Sp.OG,M.Kes LAUNDRY
2. CHIVILIA PALUNTE,S.Tr.Keb RANI DAUNA

E. Akreditasi RS Mujaisyah Palopo

Sejak tahun 2017 RS Mujaisyah palopo telah terakreditasi D dengan status ‘’


lulus perdana

32
BAB IV
KEGIATAN PRAKTEK DAN PEMBAHASAN

Kegiatan yang dilakukan selama PKL di instalasi farmasi rumah sakit RS.Mujaisyah
kota palopo sebagai berikut:
A. Kegiatan yang dilakukan selama praktek
1. Pelayanan rawat jalan
Membaca resep yang diterima dan mengecek kelengkapan resep kemudian
menuliskan etiketnya, mengambil obat atau alat kesehatan dari lemari dalam
jumlah yang sesuai dengan resep terakhir mengemas obat atau alat kesehatan
tersebut apabila obat racikan, maka obat yang diambil kemudian di racik
berdasarkan perintah yang tertera pada resep. Seperti membuat kapsul dan
puyer kemudian dikemas. Setelah obat selesai obat tersebut diserahkan kepada
pasien disertakan dengan informasi dan cara pakai obat tersebut.
2. Pelayanan rawat inap
Membaca resep yang di terima dan mengecek kelengkapan resepnya
kemudian menulis etiketnya, mengambil obat dari lemari dalam jumlah yang
sesuai dengan resep. Obat yang diberikan hanya untuk satu pemakaian.
Kemudian obat tersebut diberikan kepada perawat yang menjaga pasien untuk
diserahkan langsung kepada pasien
3. Gudang farmasi
Menerima permintaan barang dari apotek, menyiapkan barang-barang atau
obat-obat yang diminta oleh apotek, mendistribusikan ke apotek yang
meminta barang atau obat tersebut. Menyimpan barang atau obat yang
diterima dari PBF (pedagang besar farmasi)

33
B. Praktek yang dikerjakan selama praktek
1. Melayani resep dan penyerahan obat kepada pasien
Resep datang di terima dan mengecek kelengkapan resep tersebut, setelah
itu membantu petugas farmasi dalam penyediaan obat serta menuliskan
etiket yang tertera di resep tersebut. Kemudian menyerahkan obat kepada
pasien serta memberikan informasi dan cara penggunaan obat tersebut dan
didampingi oleh petugas farmasi ataupun apoteker rumah sakit
2. Melakukan peracikan obat
Peracikan dilakukan ketika dokter meresepkan obat dalam bentuk sediaan
kapsul maupun puyer, sebelum melakukan peracikan petugas farmasi akan
melakukan perhitungan agar tidak salah dalam memberikan dosis, setelah
menentukan dosis tersebut kemudian menyiapkan obat-obatan yang akan
diracik sesuai permintaan dokter dalam bentuk sediaan kapsul atau puyer.
3. Mengampra obat
Melakukan pengampraan obat dan BMHS dari apotek ketika persediaan di
apotek sudah habis atau sisa sedikit pengampraan obat dilakukan dengan
menulis sejumlah obat yang akan di gunakan dalam 1 hari di catat dalam
buku ampraan obat. Setelah mencatat obat-obat yang akan di ampra maka
diserahkan kepada pihak gudang, dan pihak gudang akan
mendistribusikan barang-barang atau obat-obat sesuai permintaan.

34
C. Pembahasan
Dalam penjalankan setiap kegiatan di instalasi farmasi RS. Mujaisyah
petugas farmasi selalu teliti dalam melakukan pelayanan resep baik rawat inap
maupun rawat jalan. Ketika penerimaan resep dari dokter, apoteker akan
memeriksa kelengkapan dari resep tersebut dan jumlah obat-obat yang tertera
pada resep tersebut. Jika ada kekurangan atau kesalahan dalam penulisan
resep maka apoteker akan menanyakan resep tersebut agar tidak ada
kesalahan dalam memberikan obat kepada pasien.
Penyerahan obat di RS. Mujaisyah akan dilakukan oleh apoteker maupun
asisten apoteker dengan disertai memberikan informasi secara langsung
kepada pasien tentang pemakaian obat dan kegunaanya. Dalam mengentry
jenis obat dan dosis untuk pasien dicek serta cara pemakaian obat kepada
pasien, agar tidak terjadi kelebihan dosis obat yang akan diberikan dan tidak
terjadi kekeliruan yang akan berakibat fatal. Apabila terjadi ketidakjelasan
obat atau dosis obat yang dirasa berlebihan maka petugas entry menelfon
dokter tersebut untuk menanyakan kebenaran resepnya. Khusus untuk pasien
jaminan kesehatan harus mendapat obat sesuai dengan buku standar obat yang
telah ditentukan masing-masing, penjamin perusahaan tersebut serta
banyaknya obat yang akan diberikan harus sesuai dengan jaminan yang
diberikan.
Keluar masuknya obat dan alat kesehatan digudang harus dengan
pengawasan petugas gudang. Obat dan alat kesehatan yang ada di gudang RS.
Mujaisyah sebelum didistribusikan ke apotek akan dilakukan pengecekan
tentang galexpayer obat dan alat kesehatan tersebut, jika masa expayer obat
mendekati 1-2 bulan maka akan dikumpulkan serta dimusnakan.

35
BABV
PENUTUP

A. KESIMPULAN
1. Rumah Sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan
pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan
pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat.
2. Klasifikasi rumah sakit terdiri atas :
✓Rumah Sakit umum kelas A;
✓Rumah Sakit umum kelas B;
✓Rumah Sakit umum kelas C; dan
✓Rumah Sakit umum kelas
3. Organisasi rumah sakit palingsedikit terdiri atas kepala rumah sakit atau
direktur rumah sakit, unsur pelayanan medis, unsur keperawatan, unsur
penunjang medis, komite medis, satuan pemeriksaan internal, serta
administrasi umum dan keuangan.
4. Instalasi Farmasi Rumah Sakit adalah suatu bagian / unit / divisi / fasilitas di
rumah sakit, tempat penyelenggaraan semua kegiatan pekerjaan kefarmasian
yang ditujukan untuk keperluan rumah sakit itu sendiri.
5. Formularium Rumah Sakit merupakan daftar Obat yang disepakati staf medis,
disusun oleh Komite/Tim Farmasi dan Terapi yang ditetapkan oleh Pimpinan
Rumah Sakit. Formularium Rumah Sakit harus tersedia untuk semua penulis
Resep, pemberi Obat, dan penyedia Obat di Rumah Sakit.
6. Kriteria pemilihan Obat untuk masuk Formularium Rumah Sakit:
 mengutamakan penggunaan Obat generik.
 memiliki rasio manfaat-risiko (benefit-risk ratio) yang paling
menguntungkan penderita.
 mutu terjamin, termasuk stabilitas dan bioavailabilitas.

36
 praktis dalam penyimpanan dan pengangkutan.
 praktis dalam penggunaan dan penyerahan.
 menguntungkan dalam hal kepatuhan dan penerimaan oleh pasien.
 memiliki rasio manfaat-biaya.
7. Kegiatan pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis
Habis Pakai
 Pemilihan
 Pengadaan
 Penerimaan
 Penyimpanan
B. SARAN
Berdasarkan pengalaman yang telah di dapat melalui PKL, mahasiswa memiliki
saran -saran bagi semua pihak yang berguna agar kegiatan praktik kerja lapangan ini
dapat berjalan lebih baik lagi dikemudian hari. Berikut adalah saran-saran dari
mahasiswa :
1. Bagi Mahasiswa
a. Mempersiapkan diri dari segi akademik serta keterampilan agarselama PKL
dapat mencari informasi sebanyak-banyaknya.
b. Memanfaatkan ilmu yang di dapatkan selama PKL berlangsung.
c. Mahasiswa dapat bersosialisasi dengan karyawan ditempat mahasiswa
melaksanakan PKL
d. Melaksanakan tugas yang diberikan dengan penuh tanggung jawab dan
disiplin tinggi.
2. Bagi Program Studi
Menjalin hubungan baik antara kampus dengan Rumah Sakit agar nantinya dapat
diterima PKL kembali.
3. Bagi IFRS

37
Diharapkan kepada Instalasi Farmasi Rumah Sakit dapat mempertahankan dan
meningkatkan mutu pelayanan kepada masyarakat yang telah dicapai selama ini
dan lebih meningkatkan hubungan kerja sama antar sesama.

38
DAFTAR PUSTAKA

Departemen Kesehatan RI. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun


2009 Tentang Kesehatan. Jakarta: Kementrian Kesehatan RI: 2009.
Indonesia R. Undang-UndangNo 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit. Jakarta:
Sekretariat Negara; 2009.
Keputusan Menteri KesehatanRepublik Indonesia. 1999.
Nomor:1333/Menkes/SK/XII/1999. Standar Pelayanan Rumah Sakit.
Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia. 2004.
Nomor:1197/Menkes/SK/X/2004. Standar Pelayanan Farmasi di Rumah Sakit
Permenkes, 2016. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor72 Tahun.
2016 TentangStandar Pelayanan kefarmasian di Rumah sakit.Jakarta:.
Siregar Ch.J.P dan Amalia L. 2004. Farmasi Rumah Sakit, Teori dan Penerapan.
Jakarta: EGC
Yusmianita. 2005. Pemberdayaan Instalasi Farmasi Rumah Sakit Pemerintah. 25
Februari 2020

39
LAMPIRAN

1. FAKTUR

2. SURAT PESANAN
Surat pesanan mengandung prekursor

40
Surat pesanan obat psikotropik

Surat pesanan narkotika

41

Anda mungkin juga menyukai