Anda di halaman 1dari 58

LAPORAN KUNJUNGAN INDUSTRI

PT TAMBA WARAS
GIANYAR-BALI

DISUSUN OLEH :

EKA PUTRI OCTAFIANI 201904006


MARNIATI 201904011
MUTMAINNA TAJUDDIN 201904013
NISMA 201904016
NUR AIDA SURIANTI 201904017
RAHMAWATI SAKRIYANA 201904021
SARY SAKINA SALIM 201904027

PROGRAM STUDI DIPLOMA TIGA (III) FARMASI

FAKULTAS TEKNOLOGI KESEHATAN DAN SAINS

INSTITUT TEKNOLOGI KESEHATAN DAN SAINS


MUHAMMADIYAH SIDRAP
2022
LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN KUNJUNGAN INDUSTRI


PT TAMBA WARAS
GIANYAR-BALI
PADA HARI RABU, TANGGAL 29
JUNI 2022 OLEH :
EKA PUTRI OCTAFIANI 201904006
MARNIATI 201904011
MUTMAINNA TAJUDDIN 201904013
NISMA 201904016
NUR AIDA SURIANTI 201904017
RAHMAWATI SAKRIYANA 201904021
SARY SAKINA SALIM 201904027

LAPORAN INI MERUPAKAN PRASYARAT UNTUK MENYELESAIKAN


TUGAS AKHIR

MENYETUJUI

PEMBIMBING INSTITUSI

WAHYUNI L.ODE S.Farm., M.Kes


NIDN. 096068703

MENGETAHUI

DEKAN FAKULTAS TEKNOLOGI KETUA PRODI DIII FARMASI


KESEHATAN DAN SAINS

Ns. HASRUL S.Kep.,M.MKes WAHYUNI L.ODE S.Farm.,M.Kes


NIDN. 0914069001 NIDN. 096068703

ii
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan atas kehadirat Allah SWT atas berkat
rahmatdan karuniah-Nyalah, penyusun dapat menyelesaikan Praktek Kerja
Lapangan(PKL) Industri serta dapat menyelesaikan laporan PKL Industri.
Tujuan dilaksanakannya Praktek Kerja Lapangan (PKL) industry
agar mahasiswa ITKES Muhammadiyah Sidrap mampu menerapkan teori
yang telah diperoleh dari mata kuliah serta membandingkan dengan
kenyataan yang ada dilapangan, meningkatkan, memperluas, dan
memantapkan keterampilan yangmembentuk lapangan kerja sesuai dengan
kebutuhan program Pendidikan yang ditetapkan.
Alhamdulillah Praktek Kerja Tenaga Teknis Kefarmasiaan ini
dapat dilaksanakan dengan baik dan lancer tidak terlepas dari bantuan
berbagai pihak, pada kesempatan ini penyusun mengucapkan banyak
terima kasih kepada :
1. Bapak Dr. Muhammad Tahir,SKM.,M.Kes selaku Rektor ITKES
Muhammadiyah Sidrap
2. Bapak Ishak Kenre, SKM.,M.Kes selaku Wakil Rektor 1, bapak
Asnal Bebang, S.Pd.,MM selaku Wakil Rektor 2, dan bapak
Kassaming, SKM.,M.Kes selaku Wakil Rektor 3 ITKES
Muhammadiyah Sidrap
3. Bapak Ns. Hasrul, S.Kep.,M.MKes selaku Dekan Fakultas
Teknologi Kesehatan dan Sains ITKES Muhammadiyah Sidrap
4. Ibu Wahyuni L. Ode, S.Farm.,M.Kes selaku Ketua Program Studi
Diploma Tiga (III) Farmasi ITKES Muhamadiyah Sidrap dan
sebagai Pembimbing Institusi yang telah memberikan pengarahan
dan bimbingan selama PKL berlangsung
5. Bapak dan ibu dosen pendamping yang telah mendampingi selama
PKLberlangsung.

6. Seluruh dosen dan staf di ITKES Muhammadiyah Sidrap Prodi


DIII Farmasi yang begitu banyak memberikan bantuan dan
bimbingan selama PKL berlangsung.
iii
Kami menyadari bahwa laporan ini masih banyak kekurangannya.
Oleh karena itu segala saran dan kritik demi kesempurnaan sangat kami
harapkan. Semoga laporan ini bisa bermanfaat bagi pembaca.

Pangkajene, 15 Juli 2022

Kelompok 3

iv
DAFTAR ISI
Hal

SAMPUL
LEMBAR PENGESAHAN ...................................................................................... ii
KATA PENGANTAR .................................................................................... iii
DAFTAR ISI… ............................................................................................... v
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. vii
BAB I PENDAHULUAN
I.1 LATAR BELAKANG ....................................................................... 1
I.2 MAKSUD PRAKTEK KERJA LAPANGAN .................................. 3
I.3 TUJUAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN .................................... 4
I.4 CAPAIAN PEMBELAJARAN PROGRAM STUDI ....................... 5
I.5 CAPAIAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN ................................. 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
II.1 TINJAUAN UMUM ........................................................................ 6
II.1.1 PENGERTIAN INDUSTRI FARMASI ................................ 6
II.1.2 PERSYARATAN INDUSTRI FARMASI ............................ 7
II.1.3 FUNGSI INDUSTRI FARMASI ........................................... 8
II.1.4 IZIN USAHA INDUSTRI FARMASI .................................. 9
II.1.5 CARA PEMBUATAN OBAT YANG BAIK (CPOB) ......... 9
II.2 TINJAUAN KHUSUS ..................................................................... 17
II.2.1 PENGERTIAN OBAT TRADISIONAL ............................... 17
II.2.2 JENIS OBAT TRADISIONAL ............................................. 18
II.2.3 PENGGUNAAN OBAT TRADISIONAL ............................ 19
II.2.4 PENGERTIAN PENGOBATAN TRADISIONAL............... 22
II.2.5 TUJUAN PENGOBATAN TRADISIONAL ........................ 23
II.2.6 KELEBIHAN DAN KEKURANGAN OBAT
TRADISIONAL .................................................................... 23

BAB III PELAKSANAAN PKL INDUSTRI


v
III.1 WAKTU DAN TEMPAT KEGIATAN PKL................................. 27
III.2 KEGIATAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN ............................ 27
BAB IV PROFIL DAN PEMBAHASAN
IV.1 PROFIL PT TAMBA WARAS ...................................................... 29
IV.2 SEJARAH PT. TAMBA WARAS ................................................. 29
IV.3 PRINSIP PT. TAMBA WARAS .................................................... 32
IV.4 PRODUK PT. TAMBA WARAS .................................................. 32
IV.5 PEMBAHASAN............................................................................. 39
BAB V PENUTUP
V.1 KESIMPULAN ................................................................................ 41
V.2 SARAN ............................................................................................ 41
DAFTAR PUSTAKA

vi
DAFTAR LAMPIRAN
Hal
Lampiran 1. Foto Peta Lokasi PT. Tamba Waras ................................................... 45
Lampiran 2. Foto PT. Tamba Waras ....................................................................... 46
Lampiran 3. Foto Alat dan Mesin PT.Tamba Waras…………………………….47
Lampiran 4. Foto Produk PT. Tamba Waras........................................ …….48
Lampiran 5. Foto Kegiatan di PT. Tamba Waras .......................................... 50
1

BAB I
PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang


Indonesia adalah negara yang kaya akan kekayaan alamnya. Suatu
kekayaan yang terdapat di Indonesia adalah tumbuh-tumbuhan. Banyak orang
yang kurang mengerti tentang penggunaan dan pemanfaatan dari tumbuh-
tumbuhan yang terdapat di negara kita ini, padahal kalau saja mereka mengerti,
barulah kita sadar bahwa betapa banyaknya kita menyia- nyiakan kekayaan alam
negara kita ini (Setiyadi, 2010).
Penggunaan dan pemanfaatan dari tumbuh-tumbuhan yang terdapat di
negara kita ini tidak terlepas dari kemajuan teknologi dan ilmu pengetahuan.
Kemajuan teknologi dan ilmu pengetahuan temyata tidak mampu begitu saja
menghilangkan arti pengobatan tradisional. Dewasa ini pengobatan dengan cara-
cara tradisional semakin populer baik didalam negeri maupun di luar negeri.
Penggunaan tumbuhan obat secara tradisional semakin disukai karena pada
umumnya tidak menimbulkan efek samping seperti halnya ohat-obatan dari
bahan kimia. Penggunaan tumbuhan obat itu sendiri sangat banyak macam
ragamnya, ada yang dipergunakan sebagai obat kuat (tonikum), sebagai obat
penyakit maupun untuk tujuan mempercantik diri (kosmetik) (Setiyadi, 2010).
Pada umumnya yang dimaksud dengan obat tradisional adalah ramuan
dari tumbuh-tumbuhan yang berkhasiat ataupun diperkirakan sebagai obat.
Khasiatnya diketahui dari penuturan orang-orang tua atau dari pengalaman.
Perbedaan pokok antara obat tradisional dan obat modern adalah, bahwa obat
tradisional pada pembuatannya tidak memerlukan bahan kimia paling- paling
hanya memerlukan air dingin atau air panas sebagai penyeduhnya. Jadi zat
berkhasiatnya tidak perlu dipisahkan terlebih dahulu, bahkan zat apa yang
berkhasiat belum diketahui secara pasti. Lagi pula obat tradisional mempunyai
susunan yang jauh lebih kompleks dari pada obat modern sehingga dengan
demikian untuk mempelajari susunan kimianya saja sudah lebih rumit.
Pengolahan hasil tanaman obat dan rempah – rempah di Indonesia
sudah terjadi peningkatan setiap tahunnya. Hal ini terbukti dari meningkatnya
permintaan konsumen terhadap hasil olahan rempah – rempah ataupun hasil
olahan tanaman obat. Dengan semakin merebaknya berbagai macam penyakit,
hal tersebut membuat sebagian besar orang berupaya semaksimal mungkin agar
dapat sembuh dari penyakit yang dideritanya tersebut. Bahkan tidak sedikit
orang yang sudah pergi ke banyak dokter, akan tetapi hasil yang diperoleh tidak
sesuai dengan apa yang dinginkannya. Hal tersebut membuat sebagian besar
orang kapok, ada juga yang putus asa, tetapi ada juga yang beralih ke pengobatan
alternatif yang lain.
Sehingga, sekarang banyak orang yang beralih menggunakan ramuan
alam atau obat tradisional. Pada umumnya yang dimaksud dengan obat
tradisional adalah ramuan dari tumbuh – tumbuhan yang berkhasiat atau
diperkirakan bisa sebagai obat. Obat tradisional merupakan warisan para leluhur
yang patut diberikan penghargaan. Karena, khasiat ramuan yang dibuat bisa
dirasakan manfaat atau efeknya. Sehingga, penggunaan obat tradisional perlu
dilestarikan dan perlu dikembangkan.
Herbal adalah tanaman atau tumbuhan yang mempunyai kegunaan atau
nilai lebih dalam pengobatan. Dengan kata lain semua jenis tanaman yang
mengandung bahan atau zat aktif yang berguna untuk pengobatan bisa
digunakan sebagai herbal, Indonesia juga memiliki obat tradisinal yang secara
turun temurun diwariskan oleh nenek moyang. Obat herbal
dianggap dan diharapkan berperan dalam usaha-usaha pencegahan dan
pengobatan penyakit, serta peningkatan taraf kesehatan masyarakat disamping
tujuan yang lain.
PT. Tamba Waras merupakan sebuah perusahaan yang memproduksi
jamu-jamuan herbal yang berpusat di Jl.Dharma Giri No.88, Desa Bona,
Gianyar, Bali. Perusahaan yang mempunyai moto “Usaha kreatif dan tetap
menggunakan teknologi sederhana, untuk mengembangkan warisan budaya
jamu” ini sudah berdiri sejak tahun 9999, dan hingga saat ini sudah memproduksi

2
4 macam produk, diantaranya Minyak Kutus-Kutus, Minyak Tanamu-Tanami,
Sabun Kalila-Kalila, dan Sabun Tanamu-Tanami.
Semua produk di PT. Tamba Waras menuggunakan 49 tanaman herbal,
5 unsur pohon kehidupan berupa daun, batang, akar, bunga, dan buah. Ditambah
2 unsur yaitu air dan api. Diwakili oleh minyak kelapa dan bermacam minyak
esensial yang menjadikan 7 unsur alam semesta yang sempurna. Diolah dengan
seksama dalam komposisi yang harmonis dan disatukan dengan cara khusus
sehingga menghasilkan energi peyembuhan dari alam atau bisa dibilang khasiat
dari jamu.
Praktik Kerja Lapangan (PKL) adalah salah suatu kewajiban dalam
kurikulum pendidikan Program Studi Diploma III Farmasi di ITKes
Muhammadiyah Sidrap, yang dilaksanakan oleh mahasiswa pada semester
VI sebelum menyusun Tugas Akhir sebagai syarat untuk menyelesaikan
program D-III Farmasi di Fakultas Kesehatan dan Sains ITKes Muhammadiyah
Sidrap.
Mahasiswa diharapkan dapat menerapkan bekal yang
diperolehnya selama perkuliahan berupa ilmu pengetahuan yang dapat
dimanfaatkan dalam penerapan secara langsung ke lapangan. Sehingga
mahasiswa dapat memiliki pengalaman untuk bekerja pada bidangnya sesuai
dengan latar belakang pendidikan yang telah dijalani serta ilmu pengetahuan
yang telah diperoleh selama masa perkuliahan.
Oleh karena tujuan tersebut, maka kami melakukan Praktik Kerja
lapangan (PKL) di industry PT. Tambah Waras. Dengan melakukan praktik
kerja lapangan ini diharapkan dapat menambah pengetahuan serta pengalaman
kerja di bidang ilmu dan teknologi farmasi khususnya pada pengujian obat
tradisional serta dapat menerapkan ilmu yang telah dipeorleh selama masa
perkuliahan.
I.2 Maksud Praktek Kerja Lapangan
Maksud dilakukannya Praktek Kerja Tenaga Teknis Kefarmasian
(PKTTK) ini ialah: Seorang tenaga teknis kefarmasiaan, dimanapun ia
menjalankan praktek profesionalnya, apakah di apotek, di rumah sakit, apalagi

3
di industri farmasi perlu dibekali pengalaman kerja di industry farmasi sebagai
penghasil sediaan farmasi (obat, obat tradisional, kosmetik, makanan),
perbekalan farmasi (obat, bahan obat, dan alat kesehatan), atau perbekalan
kesehatan (sediaan farmasi, alat kesehatan dan perbekalan lainnya).
I.3 Tujuan Praktek Kerja Lapangan
Dengan adanya PKTTK,diharapkan dapat menghasilkan tenaga
kesehatan di bidang Farmasi yang mampu bekerja dalam system pelayanan
kesehatan. Pelaksanaan PKTTK pada prinsipnya mempunyai tujuan sebagai
berikut :
1. Meningkatkan, memperluas dan memantapkan keterampilan yang
membentuk lapangan kerja sesuai dengan kebutuhan program pendidikan
yang ditetapkan.
2. Mengenal kegiatan-kegiatan penyelenggaraan program kesehatan
masyarakat secara menyeluruh baik ditinjau dari aspek administrasi, teknis
maupun social budaya.
3. Memberi kesempatan kerja yang nyata dan langsung secara terpadu dalam
melaksanakan kegiatan pelayanan kesehatan di bidang Farmasi di Industri
Farmasi dan penyuluhan kepada masyarakat.
4. Menumbuh kembangkan dan menetapkan sikap etis,profesionalisme dan
nasionalisme yang diperlukan mahasiswa untuk memasuki lapangan kerja
sesuai dengan bidangnya.
5. Memberikan kesempatan kepada mahasiswa untuk memasyarakatkan diri
pada suasana atau iklim lingkungan kerja yang sebenarnya.
6. Meningkatkan, memperluas dan memantapkan proses penyerapan teknologi
baru dari lapangan kerja kesekolah dan sebaliknya.
7. Memperoleh masukan dan umpan balik, guna memperbaiki dan
mengembangkan serta meningkatkan penyelenggaraan pendidikan program
studi Diploma Tiga Farmasi Fakultas Teknologi Kesehatan dan Sains.
8. Memberikan kesempatan penempatan kerja kepada mahasiswa.

4
IV.4 Capaian Pembelajaran Program Studi
a. Beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berjiwa Pancasila,
dan memiliki integritas kepribadian yang tinggi
b. Bersifat terbuka, tanggap terhadap perubahan dan kemajuan ilmu
pengetahuan, teknologi serta masalah yang dihadapi masyarakat, khususnya
yang berkaitan dengan bidang kefarmasian.
c. Menguasai dasar-dasar ilmiah dan pengetahuan serta metodologi bidang
kefarmasian sehingga mampu menemukan, memahami, menjelaskan dan
merumuskan cara penyelesaian masalah di bidang kefarmasiaan.
d. Menguasai dasar-dasar ilmiah sehingga mampu berpikir, bersikap dan
bertindak sebagai ilmuwan.
e. Mampu menerapkan pengetahuan dan keterampilan teknologi bidang
kefarmasian dalam kegiatan produksi, pengawasan mutu serta pelayanan
kefarmasian kepada masyarakat.
f. Mampu melaksanakan penelitian dan mengikuti perkembangan
pengetahuan dan teknologi dibidang kefarmasian.
I.5 Capaian Praktek Kerja Lapangan
1. Meningkatkan pemahaman calon Tenaga Teknis Kefarmasiaan tentang
peran, tugas, fungsi pokok dan tanggung jawab Tenaga Teknis
Kefarmasiaan dalam praktek kefarmasian di industri farmasi.
2. Meningkatkan wawasan, pengetahuan, keterampilan dan pengalaman
praktis untuk melakukan pekerjaan kefarmasian di industri farmasi
3. Memberikan kesempatan kepada calon Tenaga Teknis Kefarmasiaan untuk
mempelajari penerapan GMP dan TQM di industri farmasi.
4. Meningkatkan kemampuan menyelesaikan permasalahan tentang pekerjaan
kefarmasian di industri farmasi.
5. Meningkatkan kemampuan menyelesaikan permasalahan yang terjadi di
industri farmasi.
6. Mempersiapkan calon Tenaga Teknis Kefarmasiaan dalam memasuki
dunia kerja sebagai tenaga farmasi yang profesional di industri farmasi.

5
6

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

II.1 Tinjauan Umum


II.1.1 Pengertian Industri Farmasi
Industri farmasi menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI No.
1799/Menkes/Per/XII/2010 tentang Industri Farmasi adalah badan usaha
yang memiliki izin dari Menteri Kesehatan untuk melakukan kegiatan
pembuatan obat atau bahan obat (Grace Bahagiarni, 2012).
Industri farmasi harus membuat obat sedemikian rupa agar
sesuai dengan tujuan penggunaannya, memenuhi persyaratan yang
tercantum dalam dokumen izin edar (registrasi) dan tidak menimbulkan
resiko yang membahayakan penggunaanya karena tidak aman, mutu
rendah atau tidak efektif. Selain itu, industri farmasi, sebagai industri
penghasil obat, dituntut untuk dapat menghasilkan obat yang harus
memenuhi persyaratan khasiat (efficacy), keamanan (safety) dan mutu
(quality) dalam dosis yang digunakan untuk tujuan Kesehatan (Ii &
Pustaka, 2010).
Industri farmasi menurut Surat Keputusan Menteri Kesehatan
Republik Indonesia Nomor 245/Menkes/SK/V/1990 terdiri dari industri
obat jadi dan industri bahan baku obat. Industri obat jadi adalah industri
yang memproduksi suatu produk obat yang telah melalui seluruh tahap
proses pembuatan, dimana obat jadi tersebut dapat berupa sediaan atau
bahan-bahan yang sering digunakan untuk mempengaruhi atau
menyelidiki sistem fisiologis atau keadaan patologi dalam rangka
penetapan diagnosis, pencegahan, penyembuhan, pemulihan,
peningkatan kesehatan dan kontrasepsi. Industri bahan baku adalah
industri yang memproduksi bahan baku dimana bahan baku tersebut
adalah seluruh bahan, baik berkhasiat ataupun tidak berkhasiat yang
digunakan dalam proses pengolahan obat (Ginting et al., 2009).
Menurut Priyambodo, dibandingkan dengan berbagai industri
lain, industri farmasi memiliki ciri yang spesifik. Ciri industri farmasi
yang perlu diperhatikan antara lain:
1. Industri farmasi merupakan industri yang diatur secara ketat (seperti
registrasi, Cara Pembuatan Obat yang Baik, distribusi dan
perdagangan produk yang dihasilkan, dan lain lain) karena
menyangkut jiwa (nyawa) manusia.
2. Industri farmasi di samping menghasilkan obat untuk penderita, juga
merupakan suatu industri yang berorientasi untuk memperoleh
keuntungan (profit). Jadi tidak hanya aspek sosial namun juga ada
aspek ekonomi (bisnis).
3. Industri farmasi adalah salah satu industri beresiko tinggi karena
bukan tidak mungkin kelak dikemudian hari kalau terbukti bahwa
terjadi akibat yang tidak diinginkan karena penggunaan obat, industri
farmasi dituntut dan membayar ganti rugi yang sangat besar.
4. Industri farmasi adalah industri berbasis riset yang selalu
memerlukan inovasi, karena usia hidup produk atau obat (product life
cycle) relatif singkat (lebih kurang 10-25 tahun) dan sesudah itu akan
ditemukan obat generasi baru yang lebih baik, lebih aman dan lebih
efektif (Ii & Pustaka, 2010).
II.1.2 Persyaratan Industri Farmasi
Industri farmasi wajib memperoleh izin usaha dalam
melaksanakan kegiatannya. Oleh karena itu, industri tersebut wajib
memenuhi persyaratan yang telah ditetapkan oleh Menteri Kesehatan.
Persyaratan industri farmasi tercantum dalam Surat Keputusan Menteri
Kesehatan RI No. 245//Menkes/SK/V/1990 adalah sebagai berikut :
− Industri farmasi merupakan suatu perusahaan umum, badan hukum
berbentuk Perseroan Terbatas atau Koperasi.
− Memiliki rencana investasi.
− Memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP).
− Industri farmasi obat jadi dan bahan baku wajib memenuhi persyaratan

CPOB sesuai dengan ketentuan SK Menteri Kesehatan No.43/Menkes

7
/SK/II/1988.
− Industri farmasi obat jadi dan bahan baku, wajib mempekerjakan secara
tetap sekurang-kurangnya dua orang apoteker warga Negara Indonesia
masing-masing sebagai penanggung jawab produksi, penanggung
jawab pengawasan mutu sesuai dengan persyaratan CPOB.
− Obat jadi yang diproduksi oleh industri farmasi hanya dapat diedarkan
setelah memperoleh izin edar sesuai dengan ketentuan perundang-
undangan yang berlaku (Demasya, 2018).
Setiap pendirian industri farmasi wajib memperoleh izin
industri farmasi dari Direktur Jenderal. Direktur Jenderal yang dimaksud
adalah Direktur Jenderal pada Kementerian Kesehatan yang tugas dan
tanggung jawabnya di bidang pembinaan kefarmasian dan alat kesehatan.
Persyaratan untuk memperoleh izin industri farmasi sebagaimana yang
tercantum dalam Permenkes RI No.1799/Menkes/Per/IX/2010 adalah
sebagai berikut:
1. Berbadan usaha berupa perseroan terbatas
2. Memiliki rencana investasi dan kegiatan pembuatan obat
3. Memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak
4. Memiliki paling sedikit 3 (tiga) orang apoteker Warga Negara
Indonesia masing-masing sebagai penanggung jawab pemastian
mutu, produksi, dan pengawasan mutu
5. Komisaris dan direksi tidak pernah terlibat, baik langsung ataupun
tidak langsung dalam pelanggaran peraturan perundang-undangan di
bidang kefarmasian.
Dikecualikan dari persyaratan di atas poin 1 dan 2, bagi
pemohon izin industri farmasi milik Tentara Nasional Indonesia dan
Kepolisian Negara Republik Indonesia (Grace Bahagiarni, 2012).
II.1.3 Fungsi Industri Farmasi
Fungsi industri farmasi adalah pembuatan obat dan/atau bahan
obat, pendidikan dan pelatihan, penelitian dan pengembangan.

8
(Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1799
MENKES/PER/XII/2010 tentang industri farmasi) (Wahyuni, 2017).
Tujuan utama industri farmasi adalah untuk menghasilkan obat
yang aman dan efektif untuk digunakan dalam terapi (efficary, safety,
toxicity) dan untuk kepentingan ekonomi suatu negara. Industri farmasi
juga bertujuan untuk daya tahan setiap negara (Kemenkes, 2014).
II.1.4 Izin Usaha Industri Farmasi
Izin usaha industri farmasi diberikan oleh Menteri Kesehatan
dan wewenang pemberian izin dilimpahkan kepada Badan Pengawasan
Obat dan Makanan (BPOM). Izin ini berlaku seterusnya selama industri
tersebut berproduksi dengan perpanjangan izin setiap 5 tahun, sedangkan
untuk industri farmasi Penanaman Modal Asing (PMA) masa berlakunya
sesuai dengan ketentuan dalam Undang-Undang No. 1 Tahun 1967
tentang Penanaman Modal Asing dan pelaksanaannya (Ginting et al.,
2009).
II.1.5 Cara Pembuatan Obat Yang Baik (CPOB)
CPOB merupakan pedoman yang harus diterapkan dalam
seluruh rangkaian proses di industri farmasi dalam pembuatan obat jadi,
sesuai dengan keputusan Menteri Kesehatan RI No.
43/Menkes/SK/II/1988 tentang Cara Pembuatan Obat yang Baik.
Pedoman CPOB bertujuan untuk menghasilkan produk obat
yang senantiasa memenuhi persyaratan mutu yang telah ditetapkan
sesuai dengan tujuan penggunaannya. Obat yang berkualitas adalah obat
jadi yang benar-benar dijamin bahwa obat tersebut :
- Mempunyai potensi atau kekuatan untuk dapat digunakan sesuai
tujuannya.
- Memenuhi persyaratan keseragaman, baik isi maupun bobot.
- Memenuhi syarat kemurnian.
- Memiliki identitas dan penandaan yang jelas dan benar.
- Dikemas dalam kemasan yang sesuai dan terlindung dari kerusakan dan
kontaminasi.

9
- Penampilan baik, bebas dari cacat atau rusak (Ginting et al., 2009).
Perkembangan yang sangat pesat dalam teknologi farmasi
menyebabkan perubahan-perubahan yang sangat cepat pula dalam
konsep serta persyaratan CPOB. Konsep CPOB yang bersifat dinamis
yang memerlukan penyesuaian dari waktu ke waktu mengikuti
perkembangan teknologi di bidang farmasi. Ruang lingkup CPOB
meliputi 12 aspek yaitu (Demasya, 2018) :
A. Manajemen Mutu
Industri farmasi harus membuat obat sedemikian rupa agar sesuai
dengan tujuan penggunaannya, memenuhi persyaratan yang tercantum
dalam izin edar (registrasi) dan tidak menimbulkan resiko yang
membahayakan penggunanya karena tidak aman, mutu rendah atau tidak
efektif. Manajemen mutu bertanggung jawab untuk pencapaian tujuan ini
melalui suatu “Kebijakan Mutu” yang memerlukan partisipasi dan
komitmen dari semua jajaran di semua departemen di dalam perusahaan,
para pemasok, dan para distributor. Untuk melaksanakan Kebijakan Mutu
dibutuhkan 2 unsur dasar:
1. Sistem mutu yang mengatur struktur organisasi, tanggung jawab dan
kewajiban, semua sumber daya yang diperlukan, semua prosedur
yang mengatur proses yang ada.
2. Tindakan sistematis diperlukan untuk mendapatkan kepastian dengan
tingkat kepercayaan tinggi sehingga produk atau jasa pelayanan yang
dihasilkan akan selalu memenuhi persyaratan yang telah ditetapkan.
B. Personalia
Berdasarkan Peraturan Pemerintah RI No. 51 tahun 2009, industri
farmasi harus memiliki 3 (tiga) orang apoteker sebagai penanggung jawab
masing-masing pada bidang pemastian mutu, produksi, dan pengawasan
mutu setiap produksi Sediaan Farmasi. Suatu industri farmasi bertanggung
jawab menyediakan personil yang terkualifikasi dan dalam jumlah yang
memadai agar proses

10
produksi dapat berjalan dengan baik. Semua personil harus memahami
prinsip CPOB dan memiliki sikap dan kesadaran tinggi untuk mewujudkan
CPOB agar produk yang dihasilkan bermutu. Selain itu, personil hendaklah
memiliki kesehatan mental dan fisik yang baik sehingga mampu
melaksanakan tugasnya secara profesional sebagaimana mestinya. Tugas
dan kewenangan dari tiap personil tersebut hendaknya tercantum dalam
uraian tertulis. Tugas masing-masing personil tersebut boleh diwakilkan
kepada seseorangyang memiliki tingkat kualifikasi yang memadai.
C. Bangunan dan Fasilitas
Bangunan dan fasilitas untuk pembuatan obat hendaklah
memiliki desain, konstruksi, letak yang memadai dan kondisi yang
sesuaiserta perawatan yang dilakukan dengan baik untuk
memudahkan pelaksanaan operasi yang benar. Tata letak dan desain
ruangan harus dibuat sedemikian rupa untuk memperkecil terjadinya resiko
kekeliruan, pencemaran silang dan kesalahan lain serta memudahkan
pembersihan, sanitasi dan perawatan yang efektif untuk menghindari
pencemaran silang, penumpukan debu ataukotoran dan dampak lain yang
dapat menurunkan mutu obat. Untuk mencegah terjadinya pencemaran
yang berasal dari lingkungan dan sarana maka perlu:
1. Disiapkan ruang antara yang dirancang khusus untuk menghindari
kontaminasi.
2. Kelas A atau kelas 100, berada di bawah aliran udara laminer dan
memiliki efisiensi saringan udara akhir sebesar 99.995%.
3. Kelas B atau kelas 100, merupakan ruangan steril, kelas ini adalah
lingkungan latar belakang untuk zona kelas A dan memiliki efisiensi
saringan udara akhir sebesar 99.995%.
4. Kelas C atau kelas 10.000, merupakan ruang bersih, memiliki efisiensi
saringan udara sebesar 99.95 %.

11
5. Kelas D atau kelas 100.000, adalah ruangan bersih, memiliki efisiensi
saringan udara sebesar 99.95 % bila menggunakan sistem resirkulasi
ditambah make-up air (10-20 % fresh air) .
6. Kelas E adalah ruangan umum dan ruangan khusus, memiliki efisiensi
saringan udara sebesar 99.95% bila menggunakan sistem resirkulasi
ditambah make-up air (10-20 % fresh air).
7. Kelas F adalah ruangan pengemasan sekunder.
8. Kelas G adalah ruang gudang.
D. Peralatan
Peralatan yang digunakan dalam pembuatan obat hendaklah
memiliki rancang bangun dan konstruksi yang tepat, ukuran yang
memadai, dan ditempatkan dengan tepat sehingga mutu dari setiap produk
obat terjamin secara seragam dari batch ke batch, serta untuk memudahkan
pembersihan dan perawatannya. CPOB mempersyaratkan bahwa peralatan
sebaiknya dirawat secara teratur melalui program perawatan untuk
mencegah cacat fungsi atau kontaminasi yang dapat mengubah identitas,
kualitas atau kemurniansuatu produk.
E. Sanitasi dan Higiene
Tingkat sanitasi dan higiene yang tinggi hendaklah diterapkan pada
setiap aspek pembuatan obat. Ruang lingkup sanitasi dan higiene
meliputi personalia, bangunan, peralatan dan perlengkapan, bahan
produksi serta wadahnya dan setiap hal yang merupakan sumber
pencemaran produk. Sumber pencemaran hendaknya dihilangkan melalui
suatu program sanitasi dan higiene yang menyeluruh dan terpadu.
Prosedur sanitasi dan higiene hendaklah divalidasi serta dievaluasi secara
berkala untuk memastikan efektivitas prosedur dan selalu memenuhi
persyaratan.
F. Produksi
Produksi Produksi hendaklah dilaksanakan dengan mengikuti
prosedur yang telah ditetapkan dan memenuhi ketentuan CPOB yang

12
senantiasa dapat menjamin produk obat jadi dan memenuhi ketentuan izin
pembuatan serta izin edar (registrasi) sesuai dengan spesifikasinya. Mutu
suatu obat tidak hanya ditentukan oleh hasil analisis terhadap produk
akhir, melainkan juga oleh mutu yang dibangun selama tahapan proses
produksi sejak pemilihan bahan awal, penimbangan, proses produksi,
personalia, bangunan, peralatan, kebersihan dan higienis sampai dengan
pengemasan. Prinsip utama produksi adalah :
1. Adanya keseragaman atau homogenitas dari bets ke bets
2. Proses produksi dan pengemasan senantiasa menghasilkan produk
yang seidentik mungkin (dalam batas syarat mutu) baik bagi batch
yang sudah diproduksi maupun yang akan diproduksi.
Prosedur produksi dibuat oleh penanggung jawab produksi bersama
dengan penanggung jawab pengawasan mutu yang dapat menjamin
obat yang dihasilkan memenuhi spesifikasi yang
dibutuhkan. Pada proses produksi, mutu produk yang dihasilkan sangat
ditentukan oleh bahan awal, proses produksi, personil, dan sistem
tervalidasi. Penyimpanan tergantung dari kestabilan bahan awal. Untuk
penyimpanan hendaklah tersedia ruangan dengan suhuyang berbeda-beda.
CPOB mempersyaratkan klasifikasi ruangan
berdasarkan suhu menjadi 5 jenis, yaitu :
− Suhu ruangan : 15-30°C
− Suhu ruangan yang dikendalikan : ≤ 25°C
− Sejuk : 8-15°C
− Dingin : 2-8°C
− Beku : dibawah 0°C
G. Pengawasan Mutu
Pengawasan mutu hendaklah mencakup semua kegiatan analitik
yang dilakukan di laboratorium, termasuk pengambilan sampel,
pemeriksaan dan pengujian bahan awal, produk antara, produk ruahan dan
produk jadi. Kegiatan ini juga mencakup uji

13
stabilitas, program pemantauan lingkungan, pengujian yang dilakukan
dalam rangka validasi, penanganan sampel pertinggal, menyusun dan
memperbaharui spesifikasi bahan, produk serta metode pengujiaannya.
Bagian pengawasan mutu dalam suatu pabrik obat bertanggung
jawab untuk memastikan bahwa :
1. Bahan awal untuk produksi obat memenuhi spesifikasi yang
ditetapkan untuk identitas, kekuatan, kemurnian, kualitas, dan
keamanannya;
2. Tahapan produksi obat telah dilaksanakan sesuai prosedur yang
ditetapkan dan telah divalidasi sebelumnya antara lain melalui
evaluasi, dokumentasi, produksi terlebih dahulu;
3. Semua pengawasan selama proses dan pemeriksaan laboratorium
terhadap suatu batch obat telah dilaksanakan dan batch tersebut
memenuhi spesifikasi yang ditetapkan sebelum didistribusikan;
4. Suatu batch obat memenuhi persyaratan mutunya selama waktu
peredaran yang ditetapkan
H. Inspeksi Diri dan Audit Mutu
Tujuan inspeksi diri adalah untuk mengevaluasi apakah semua
aspek produksi dan pengawasan mutu industri farmasi memenuhi
ketentuan CPOB. Program inspeksi diri hendaklah dirancang untuk
mendeteksi kelemahan dalam pelaksanaan CPOB dan untuk menetapkan
tindakan perbaikan yang diperlukan.
I. Penanganan Keluhan terhadap Produk, Penarikan Kembali
Produk, dan Produk Kembalian
Keluhan terhadap obat dan laporan keluhan dapat menyangkut
mutu, efek samping yang merugikan, atau masalah terapetik. Semua
keluhan dan laporan keluhan hendaklah diteliti dan dievaluasi dengan
cermat, kemudian diambil tindak lanjut yang sesuai dan dibuatkan laporan.

14
Penarikan kembali obat jadi dapat berupa penarikan kembali satu
atau beberapa bets atau seluruh obat jadi tertentu dari semua mata rantai
distribusi. Penarikan kembali dilakukan apabila ditemukan produk yang
tidak memenuhi persyaratan mutu atau atas dasar pertimbangan adanya
efek samping yang tidak diperhitungkanyang merugikan kesehatan.
Obat kembalian adalah obat jadi yang telah beredar yang kemudian
dikembalikan ke pabrik karena adanya keluhan, mengenai kerusakan,
kadaluarsa, masalah keabsahan atau sebab lain mengenai kondisi obat,
wadah atau kemasan sehingga menimbulkan keraguan akan keamanan,
identitas, mutu dan jumlah obat yang bersangkutan.
J. Dokumentasi
Dokumentasi adalah bagian dari system informasi manajemen.
Dokumentasi yang baik merupakan bagian yang penting dari pemastian
mutu. Sistem dokumentasi yang dirancang atau digunakan hendaklah
mengutamakan tujuannya yaitu menentukan, memantau dan mencatat
seluruh aspek produksi serta pengendalian dan pengawasan mutu.
Dokumentasi sangat penting untuk memastikan bahwa setiap petugas
mendapat instruksi secara rinci dan jelas mengenai bidang tugas yang
harus dilaksanakannya sehingga memperkecil resiko terjadinya kekeliruan
yang biasanya timbul karena mengandalkan komunikasi lisan.
K. Pembuatan dan Analisis Berdasarkan Kontrak
Pembuatan dan analisis berdasarkan kontrak harus dibuat secara
benar, disetujui dan dikendalikan untuk menghindari kesalahpahaman yang
dapat menyebabkan produk atau pekerjaan dengan mutu yang tidak
memuaskan. Kontrak tertulis antara pemberi kontrak dan penerima kontrak
harus dibuat secara jelas menentukan tanggung jawab dan kewajiban
masing-masing pihak. Kontrak harus menyatakan secara jelas prosedur
pelulusan tiap bets produk untuk

15
diedarkan yang menjadi tanggung jawab penuh kepala bagian manajemen
mutu (Pemastian Mutu).
L. Kualifikasi dan Validasi.
CPOB mengisyaratkan industri farmasi untuk mengidentifikasi
validasi yang diperlukan sebagai bukti pengendalian terhadap aspek kritis
dari kegiatan yang dilakukan. Perubahan signifikan terhadap fasilitas,
peralatan dan proses yang dapat mempengaruhi mutu produk hendaklah
divalidasi. Pendekatan dengan kajian resiko hendaklah digunakan untuk
menentukan ruanglingkup dan cakupan validasi.
Kualifikasi dibedakan atas :
1. Kualifikasi Desain
Adalah unsur pertama dalam melakukan validasi terhadap fasilitas,
system atau peralatan baru.
2. Kualifikasi Instalasi
Kualifikasi Instalasi hendaklah dilakukan terhadap fasilitas, sistem dan
peralatan baru atau yang dimodifikasi.
3. Kualifikasi Operasional
Kualifikasi Operasional hendaklah dilakukan setelah kualifikasi
instalasi selesai dilaksanakan, dikaji dan disetujui.
4. Kualifikasi Kinerja
Kualifikasi kinerja hendaklah dilakukan setelah kualifikasi instalasi
dan kualifikasi operasional dilaksanakan, dikaji dandisetujui.
5. Kualifikasi Fasilitas, Peralatan, dan Sistem Terpasang yang telah
Operasional.
Hendaklah tersedia bukti untuk mendukung dan memverifikasi
parameter operasional dan batas variabel kritis pengoperasian alat. Selain
itu, kalibrasi, prosedur pengoperasian, pembersihan, perawatan preventif
serta prosedur dan catatan pelatihan operatorhendaklah didokumentasikan.

16
II.2 Tinjauan Khusus
II.2.1 Pengertian Obat Tradisional
Obat Tradisional adalah bahan atau ramuan bahan yang berupa
bahan tumbuhan, bahan hewan, bahan mineral, sediaan sarian (galenik)
atau campuran dari bahan tersebut yang secara turun temurun telah
digunakan untuk pengobatan berdasarkan pengalaman (BPOM, 2014).
Ciri dari obat tradisional yaitu bahan bakunya masih berupa simplisia
yang sebagian besar belum mengalami standardisasi dan belum pernah
diteliti. Bentuk sediaan masih sederhana berupa serbuk, pil, seduhan atau
rajangan simplisia, klaim kahsiatnya masih berdasarkan data empiris.
Obat tradisional sendiri dibagi menjadi tiga yaitu, jamu, obat herbal
terstandar dan fitofarmaka. (Anggraeni dkk, 2015).
Obat tradisional adalah obat-obatan yang diolah secara
tradisional, turun temurun, berdasarkan resep nenek moyang, adat-
istiadat, kepercayaan, atau kebiasaan setempat dan pengetahuan
tradisional yang sudah mereka aplikasikan sejak bertahun-tahun yang
lalu. Menurut penelitian masa kini, obat-obatan tradisional memang
bermanfaat bagi kesehatan, dan kini disarankan penggunaannya karena
lebih mudah dijangkau masyarakat, baik harga maupun ketersediaannya.
Obat tradisional pada saat ini banyak digunakan karena menurut
beberapa penelitian obat tradisional memiliki efek samping yang minim,
atau bahkan tidak memiliki efek samping, karena terbuat dari bahan
alami yang tersedia di hutan.
Penelitian obat tradisional Indonesia mencakup penelitian obat
herbal tunggal maupun dalam bentuk ramuan. Jenis penelitian yang telah
dilakukan selama ini meliputi penelitian budidaya tanaman obat, analisis
kandungan kimia, toksisitas, farmakodinamika, formulasi dan uji klinik.
Tanaman obat dan obat tradisional yang akan digunakan dalam
pelayanan kesehatan harus memenuhi persyaratan mutu dan memiliki
bukti ilmiah atas khasiat dan keamananya, merupakan ketentuan
universal yang dimiliki hampir di setiap negara (Ardianto, 2011).

17
II.2.2 Jenis Obat Tradisional
Berdasarkan Keputusan Kepala Badan Pengawas Obat Dan
Makanan Republik Indonesia, Nomor: HK.00.05.2411 tentang
Ketentuan Pokok Pengelompokan dan Penandaan Obat Bahan Alam
Indonesia, obat tradisional dibagi menjadi 3 katerogi, yaitu:
a. Jamu
Jamu adalah obat tradisional Indonesia berdasarkan data
empiris dan tidak memerlukan pembuktian ilmiah sampai dengan
klinis. Akan tetapi, tetapi harus memenuhi kriteria keamanan sesuai
dengan persyaratan yang telah ditetapkan, khasiatnya telah terbukti
berdasarkan data empiris serta harus memenuhi persyaratan mutu
yang berlaku. Jamu umumnya terdiri dari 5-50 tanaman obat dalam
serbuk, pil, minuman ataupun cairan dari beberapa tanaman.
Contohnya: Jamu Nyonya Mener, Antangin dan Kuku Bima
Gingseng (Rahayuda, 2016).
b. Obat Herbal Terstandar
Obat Herbal Terstandar (OHT) adalah obat tradisional yang
telah dibuktikan khasiat dan keamanannya secara pra-klinis (terhadap
hewan percobaan) dan lolos uji toksisitas akut maupun kronis. OHT
dibuat dari bahan yang terstandar seperti ekstrak yang memenuhi
parameter mutu serta dibuat dengan cara higienis. Contohnya: Tolak
angina, Diapet, Fitolac dan Lelap (Rahayuda, 2016).
c. Fitofarmaka
Fitofarmaka adalah obat tradisional yang telah teruji
khasiatnya melalui uji pra-klinis (pada hewan percobaan) dan uji
klinis (pada manusia) serta terbukti keamanannya melalui uji
toksisitas. Uji praklinik sendiri me;liputi beberapa uji, yaitu: uji
khasiat dan toksisitas, uji teknologi farmasi untuk menentukan
identitas atau bahan baku yang terstandarisasi. Fitofarmaka
diproduksi secara higienis, bermutu sesuai dengan standar yang

18
ditetapkan. Contoh: Stimuno, Tensigard, Rheumaneer, X-gra dan
Nodiar (Rahayuda, 2016; Satria, 2013).
II.2.3 Penggunaan Obat Tradisional
Tanaman atau bagian tanaman yang diektradisi dan ektra tanaman
tersebut digunakan sebagai obat. Bagian tanaman yang digunakan oleh
masyarakat diramu sebagai obatan adalah seperti daun, bunga, buah, akar
dan kulit, sesuai dengan jenis tanaman. Bagian-bagian tersebut dapat
dimanfaatkan oleh masyarakat untuk diramu sesuai dengan kebutuhan dan
dapat dijadikan sebagai obat tradisional. Penggunaan tumbuhan obat bagi
masyarakat perlu diketahui khasiat dan manfaat dari tumbuhan tersebut,
jika tidak maka banyak sekali dijumpai tumbuhan yang berkhasiat obat
diabaikan oleh masyarakat atau tidak dimanfaatkan, sehingga khasiat dari
tanaman obat tersebut menjadi rendah dikarenakan masyarakat belum
memahami meramu tanaman obat tersebut untuk digunakan sebagai obat
penyebut pada bagian-bagian yang sakit (Lestari, 2017).
Tanaman obat tidak berarti tumbuhan yang ditanam sebagai
tanaman obat. Tanaman obat yang tergolong rempah-rempah atau bumbu
dapur, tanaman pagar, tanaman buah, tanaman sayur atau bahkan tanaman
liar juga dapat digunakan sebagai tanaman yang dimanfaatkan untuk
mengobati berbagai macam penyakit. Penemuan-penemuan kedokteran
modern yang berkembang pesat menyebabkan pengobatan tradisional
terlihat ketinggalan zaman. Banyak obat-obatan modern yang terbuat dari
tanaman obat, hanya saja peracikannya dilakukan secara klinis
laboratorium sehingga terkesan modern (Kurdi, Aserani, 2010).
Obat tradisional umumnya lebih aman dibandingkan dengan obat
modern, dikarenakan kandungan dalam obat tradisional dinilai tidak begitu
keras daripada obat modern. Hal inilah yang menjadi salah satu alasan
masyarakat memilih menggunakan obat tradisional. Menurut penelitian
yang dilakukan oleh Ismiyana (2013), masyarakat menganggap obat
tradisional lebih aman karena dibuat secara sederhana dan tidak
menggandung bahan kimia. Pada dasarnya prinsip penggunaan obat

19
tradisional hampir sama dengan obat modern, apabila tidak digunakan
secara tepat akan mendatangkan efek yang buruk. Sehingga, meskipun
obat tradisional dinilai relative lebih aman dibandingkan obat modern
namun tetap perlu diperhatikan kerasionalan penggunaannya. Karena tidak
semua herbal memiliki khasiat dan aman untuk dikonsumsi (Satria, 2013;
Oxorn dan Forte, 2010).
Seperti halnya menggunakan obat modern, penggunaan obat
tradisional harus rasional dan memperhatikan ketepatan penggunaannya.
Hal ini diatur dalam Undang-Undang Nomor 36 tahun 2009 tentang
Kesehatan pasal 104 yang menyatakan bahwa penggunaan obat dan obat
tradisional harus dilakukan secara rasional (Anonim, 2009). Beberapa hal
yang perlu diperhatikan dalam penggunaan obat tradisional, sebagai
berikut:
1. Tepat pemilihan bahan
Tidak semua tanaman dapat berkhasiat sebagai pengobatan.
Sehingga dalam pemilihan tanaman obat sangat perlu diperhatikan
ketepatan pemilihan bahan karena akan mempengaruhi keberhasilan
terapi. Setiap tanaman obat memiliki kandungan yang berbedabeda
yang akan berpengaruh terhadap efek yang ditimbulkan. Sehingga,
dalam pemilihan bahan tradisional yang digunakan harus disesuaikan
dengan penyakit yang akan diobati dan efek yang diinginkan (Dewoto,
2007).
Tumbuhan yang berkhasiat obat sebagian besar memiliki
aroma khas. Hal ini karena adanya kandungan minyak atsiri.
Kebanyakan tanaman obat memiliki rasa yang sepat dan pahit karena
kandungan alkaloid yang tinggi dan kandungan senyawa tanin. Selain
itu, pada akar tumbuhan mengandung banyak air dan serat.
2. Tepat dosis
Ketidaktepatan dosis dalam penggunaan obat tradisional
mempengaruhi khasiat dan keamanannya. Dalam pemakaian obat
tradisional tidak diboleh sembarangannya dan berlebihan. Penentuan

20
dosis yang tepat akan mempengaruhi proses pengobatan (Herlima,
2013). Untuk mengetahui mengenai dosis terapi tanaman obat dapat
dilihat di FOHAI dan beberapa literature lainnya. Untuk obat
tradisional yang telah dalam bentuk kemasan jadi seperti Jamu, OHT
dan Fitofarmaka harus digunakan sesuai dosis yan dianjurkan dalam
kemasan. Obat tradisional yang digunakan tidak mengikuti aturan
dapat memberikan efek yang membahayakan.
3. Tepat waktu penggunaan
Ketepatan waktu penggunaan obat tradisional dapat
menentukan keberhasilan dari terapi. Tidak semua tanaman herbal
dapat digunakan di semua kondisi. Contohnya kunyit. Kunyit dapat
bermanfaat untuk mengobati radang amandel, dan dapat digunakan
pada saat menstruasi. Akan tetapi penggunaan kunyit pada masa
kehamilan dapat menyebabkan keguguran (Sari, 2012). Ketepatan
waktu penggunaan juga perlu diperhatikan ketika sedang
mengkonsumsi obat modern. Penggunaan obat tradisional bersamaan
dengan obat modern perlu diberikan jeda waktu, tidak boleh digunakan
bersamaan pada waktu yang sama (Sari, 2012).
4. Tepat cara penggunaan
Cara penggunaan mempengaruhi efek yang akan ditimbulkan.
Penggunaan tanaman obat antara satu dengan yang lainnya tidak boleh
disamakan. Cara penggunaan yang kurang tepat akan menimbulkan
efek yang berbeda. Contohnya daun kecubung. Daun kecubung dapat
berkhasiat sebagai bronkodilator jika cara penggunaan dengan cara
dihisap seperti rokok. Akan tetapi, dapat menyebabkan mabuk atau
bersifat beracun apabila cara penggunaannya dengan diseduh dan
diminum (Sari, 2012).
5. Tepat telaah informasi
Ketidaktepatan informasi yang didapatkan serta ketidakjelasan
informasi yang beredar mengenai obat tradisional dapat menyebabkan
kesalahpahaman masyarakat. Kesalahpahaman masyarakat akan obat

21
tradisional akibat ketidaktahuan dapat menyebabkan obat tradisional
yang seharusnya menyembuhkan tetapi menjadi membahayakan. Oleh
karena itu, dalam penggunaan obat tradisional kita perlu menelaah
informasi yang benar dan salah terkait obat tradisional yang
dikonsumsi agar tidak ada kesalahan dalam penggunaannya dan dapat
meminimalisir efeksamping yang mungkin muncul (Ismail, 2017; Sari,
2012).
6. Tidak disalahgunakan
Obat tradisional seperti jamu, OHT dan fitofarmaka termasuk
obat bebas dimana dapat diperoleh tanpa resep dokter. Oleh karena itu,
obat tradisional tidak boleh mengandung bahan berbahaya dan
penggunaannya tidak boleh disalahgunakan selain untuk tujuan
pengobatan (Werner dkk., 2010).
7. Tepat pemilihan obat untuk indikasi tertentu.
Jumlah obat tradisional sangat banyak dan memiliki khasiat
yang berbeda-beda. Oleh karena itu, dalam pemilihan obat tradisional
perlu disesuaikan terhadap gejala dan indikasi penyakitnya (Sari,
2012).
II.2.4 Pengertian Pengobatan Tradisional
Menurut Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor 1076/MENKES/SK/VII/2003 tentang Penyelenggaraan
Pengobatan Tradisional, pengobatan tradisional adalah pengobatan
dan/atau perawatan dengan cara, obat dan pengobatnya yang mengacu
kepada pengelaman, keterampilan turun temurun, dan/atau
Pendidikan/pelatihan, dan diterapkan sesuai dengan norma yang berlaku
dalam masyarakat.
WHO mendefinisikan pengobatan tradisional sebagai jumlah
total pengetahuan, keterampilan, dan praktek-praktek yang berdasarkan
pada teori-teori, keyakinan, dan pengalaman masyarakat yang mempunyai
adat budaya yang berbeda, baik dijelaskan atau tidak, digunakan dalam

22
pemeliharaan kesehatan serta dalam pencegahan, diagnose, perbaikan atau
pengobatan penyakit secara fisik dan juga mental.
II.2.5 Tujuan Pengobatan Tradisional
Tujuan dari pelaksanaan pengobatan tradisional adalah:
a. Tujuan Umum
Meningkatnya pendayagunaan pengobatan tradisional baik secara
tersendiri atau terpadu pada system pelayanan kesehatan paripurna,
dalam rangka mencapai derajat kesehatan yang optimal. Dengan
demikian pengobatan tradisional merupakan salah satu alternatif yang
relative lebih disenangi masyarakat. Oleh karenanya kalangan
kesehatan berupaya mengenal dan jika dapat mengikut sertakan
pengobatan tradisional tersebut.
b. Tujuan Khusus
1) Meningkatnya mutu pelayanan pengobatan tradisional, sehingga
masyarakat terhindar dari dampak negative karena pengobatan
tradisional.
2) Meningkatnya kemandirian masyarakat dalam mengatasi masalah
Kesehatan dengan upaya pengobatan tradisional.
3) Terbinanya berbagai tenaga pengobatan tradisional dalam
pelayanan kesehatan.
4) Terintegrasinya upaya pengobatan tradisional dalam program
pelayanan Kesehatan paripurna, mulai dari tingkat rumah tangga,
puskesmas sampai pada tingkat rujukan.
II.2.6 Kelebihan dan Kekurangan Obat Tradisional
a. Kelebihan Obat Tradisional
Kelebihan yang dimiliki obat tradisional jika dibandingkan
dengan obat modern, antara lain :
1) Efek samping obat tradisional relatif kecil
Obat tradisional akan bermanfaat dan aman jika digunakan dengan
tepat, baik takaran, waktu dan cara penggunaan, pemilihan bahan
serta penyesuaian dengan indikasi tertentu.

23
a) Ketepatan dosis
Tanaman obat, seperti halnya obat buatan pabrik memang tak
bisa dikonsumsi sembarangan. Tetap ada dosis yang harus
dipatuhi, seperti halnya resep dokter. Buah mahkota dewa
misalnya, hanya boleh dikonsumsi dengan perbandingan 1
buah dalam 3 gelas air. Hal ini menepis anggapan masyarakat
bahwa obat tradisional tidak selamanya lebih aman dari pada
obat modern. Dosis yang tepat membuat tanaman obat bisa
menjadi obat, sedangkan jika berlebih bisa menjadi racun.
b) Ketepatan waktu penggunaan
Kunyit telah diakui manfaatnya untuk mengurangi nyeri saat
haid dan telah di konsumsi secara turun temurun dalam ramuan
jamu kunir asam yang sangat baik dikonsumsi saat datang
bulan. Akan tetapi jika dikonsumsi pada awal masa kehamilan
dapat membahayakan dan beresiko menyebabkan keguguran.
Hal ini menunjukan bahwa ketepatan waktu penggunaan
berpengaruh terhadap efek yang akan di timbulkan.
c) Ketepatan cara penggunaan
Satu tanaman obat dapat memiliki banyak zat aktif yang
berkhasiat di dalamnya. Sebagai contoh adalah daun kecubung
jika dihisap seperti rokok bersifat bronkodilator dan digunakan
sebagai obat asma. Tetapi jika diseduh dan diminum dapat
menyebabkan keracunan atau mabuk.
d) Ketepatan pemilihan bahan
Tanaman obat di Indonesia terdiri dari beragam spesies yang
kadang kala sulit untuk dibedakan satu dengan yang lain.
Kebenaran bahan menentukan tercapai atau tidaknya efek
terapi yang diinginkan. Sebagai contoh tanaman Lempuyang di
pasaran ada 3 jenis, yaitu Lempuyang Emprit (Zingiber
amaricans L.), Lempuyang Gajah (Zingiber zerumbert L.), dan

24
Lempuyang Wangi (Zingiber aromaticum L.) dimana tiap jenis
tanaman memiliki khasiat obat yang berbeda-beda.
e) Ketepatan pemilihan obat untuk indikasi tertentu
Dalam satu jenis tanaman dapat ditemukan beberapa zat aktif
yang berkhasiat dalam terapi. Sebagai contoh, daun Tapak
Dara mengandung alkaloid yang bermanfaat untuk pengobatan
diabetes dan juga mengandung vincristin dan vinblastin yang
dapat menyebabkan penurunan leukosit (sel-sel darah putih)
hingga ± 30%, akibatnya penderita menjadi rentan terhadap
penyakit infeksi.
2) Adanya efek komplementer dan atau sinergisme dalam ramuan
obat tradisional atau komponen bioaktif tanaman obat.
Dalam suatu ramuan obat tradisional umumnya terdiri dari
beberapa jenis obat tradisional yang memiliki efek saling
mendukung satu sama lain untuk mencapai efektivitas pengobatan.
Contohnya seperti pada Herba Timi (Tymus serpyllum atau
T.vulgaris) sebagai salah satu ramuan obat batuk. Herba Timi
diketahui mengandung minyak atsiri (yang antara lain terdiri dari
tymol dan kalvakrol) serta flavon polimetoksi. Tymol dalam timi
berfungsi sebagai ekspektoran (mencairkan dahak) dan kalvakrol
sebagai anti bakteri penyebab batuk sedangkan flavon polimetoksi
sebagai penekan batuk non-narkotik, sehingga pada tanaman
tersebut sekurang-kurangnya ada 3 komponen aktif yang saling
mendukung sebagai antitusif.
3) Pada satu tanaman bisa memiliki lebih dari satu efek farmakologi.
Zat aktif pada tanaman obat umumnya dalam bentuk metabolit
sekunder, sedangkan satu tanaman bisa menghasilkan beberapa
metabolit sekunder sehingga memungkinkan tanaman tersebut
memiliki lebih dari satu efek farmakologi. Efek tersebut
adakalanya saling mendukung (herba timi dan daun kumis kucing),

25
tetapi ada juga yang seakan-akan saling berlawanan atau
kontradiksi (akar kelembak).
4) Obat tradisional lebih sesuai untuk penyakit-penyakit metabolik dan
degeneratif.
Sebagaimana diketahui bahwa pola penyakit di Indonesia telah
mengalami pergeseran dari penyakit infeksi (yang terjadi sekitar
tahun 1970 ke bawah) ke penyakit-penyakit metabolik degeneratif
(sesudah tahun 1970 hingga sekarang). Yang termasuk penyakit
metabolik antara lain : diabetes, hiperlipidemia, asam urat, batu
ginjal dan hepatitis. Sedangkan penyakit degeneratif diantaranya :
rematik, asma, ulser, haemorrhoid dan pikun. Untuk
menanggulangi penyakit tersebut diperlukan pemakaia n obat
dalam waktu lama sehinga jika menggunakan obat modern
dikhawatirkan adanya efek samping yang terakumulasi dan dapat
merugikan kesehatan. Oleh karena itu lebih sesuai bila
menggunakan obat tradisional karena efek samping yang
ditimbulkan relatif kecil sehingga dianggap lebih aman.
b. Kekurangan Obat Tradisional
Disamping berbagai keuntungan, bahan obat alam juga
memiliki beberapa kelemahan yang juga merupakan kendala dalam
pengembangan obat tradisional (termasuk dalam upaya agar bisa
diterima pada pelayanan kesehatan formal). Adapun beberapa
kelemahan tersebut antara lain :
1) Efek farmakologisnya yang lemah
2) Bahan baku belum terstandar
3) Bersifat higroskopis dan volumines
4) Belum dilakukan uji klinik
5) Mudah tercemar berbagai jenis mikroorganisme (Katno dan
Pramono, 2010).

26
27

BAB III
PELAKSANAAN PKL INDUSTRI
III.1 Waktu dan Tempat Kegiatan PKL
Kegiatan Praktek Kerja Lapangan (PKL) dilaksanakn pada :
Hari/Tanggal : Rabu, 29 Juni 2022
Waktu : 13.00 WIB
Tempat : PT. Tamba Waras
Jalan Darmagiri No 88, Desa Bitra, Gianyar, Bali.
III.2 Kegiatan Praktek Kerja Lapangan
Kegiatan Praktek Kerja Lapangan ini dilaksanakan mulai pada hari
Senin, 27 Juni 2022- Kamis, 30 Juni 2022 dan diikuti oleh sekitar 70 orang
mahasiswa dengan 6 dosen pendamping. Kegiatan kunjungan di PT. Tambah
waras dilaksanakan pada hari Rabu, 29 Juni 2022 pada jam 13.00. Kegiatan
dimulai dengan masuk ke aula pertemuan di PT Tamba Waras untuk
diperlihatkan profil dari pemilik PT. Tamba Waras dan pabrik pembuatan
produk. Setelah mendapatkan pengarahan dari pegawai pabrik tersebut,
mahasiswa di arahkan untuk melihat alat atau mesin serta proses pembuatan
dari produk Tamba Waras.
Pada proses kunjungan mahasiswa diperlihatkan alat atau mesin
yang digunakan untuk memproduksi produk yang masih menggunakan alat
yang manual. Proses pembuatan minyak kutus kutus dan minyak tanamu
tanami dilakukan dengan memasak bahan-bahan atau rempah-rempah yang
telah diracik, setelah itu didiamkan selama kurang lebih 24 jam kemudian
disaring untuk memisahkan minyak dan ampasnya. Kemudian dilakukan
proses pengemasan yang masih menggunakan tenaga manusia. Sedangkan
sabun tanamu tanami dan sabun Kalila Kalila dibuat dari ekstrak rempah-
rempah dan dicampur dengan bahan-bahan yang lain. Setelah itu dimasukkan
ke dalam pipa paralon yang merupakan alat pencetak sabun. Didiamkan
selama 1-2 hari sampai sabun tebentuk, setelah padat sabun dikeluarkan dari
cetakan dan dipotong-potong hingga menghasilkan bentuk sabun yang sama.
Kemudian diberi stemple yang bertuliskan nama pabrik, setelah semua selesai
dilakukan proses pengemasan. Produk kutus kutus ini tidak bisa bertahan
lama karena tidak menggunakan bahan kimia ataupun pengawet. Minyak
Kutus kutus dan minyak tanamu tanami hanya bisa bertahan sekitar 3 tahun,
sedangkan sabun tanamu tanami dan sabun Kalila Kalila hanya bertahan
sampai 1 tahun. Bubuk herbal kutus kutus yang terbuat dari ampas olahan
minyak kutus-kutus yang kemudian dikeringkan dan dihaluskan hingga
menghasilkan bubuk kutus kutus (Kutus Kutus Powder).
Setelah selesai berkeliling dan penjelasan tentang pabrik dan produk
dari PT. Tambah Waras, mahasiswa diarahkan untuk melihat dan berfoto foto
dengan produk dari Tamba Waras, selain itu mahasiswa juga diberikan
cendramata oleh pabrik sebagai kenang-kenangan telah berkunjung ke PT.
Tamba Waras.

28
29

BAB IV
PROFIL PT. TAMBA WARAS

IV.1 Profil PT. Tamba Waras


Berawal dari sebuah desa Bona, sebuah desa kecil yang terletak
dikabupaten Gianyar, Bali. Dengan niat untuk berbagi kesembuhan untuk
sebanyak mungkin orang.
Dan dengan keyakinan dalam menyajikan semua ramuan yang
menjadi warisan Nusantara yang telah terbukti menyembuhkan dan
menyehatkan dari sejak jaman Majapahit, lahirlah produk Tambah Waras
Bernama Kutus Kutus.
Warisan yang dulu terpendam, kini bersinar kembali untuk menjadi
bagian dalam keseharian kita untuk memperoleh kesembuhan dan kesehatan.
IV.2 Sejarah PT. Tamba Waras
Servasius Bambang Pranoto (lahir 13 Mei 1955) adalah
penemu ramuan minyak Kutus Kutus dan pemilik perusahaan PT Kutus Kutus
Herbal (semula bernama PT Tamba Waras) yang memproduksi minyak Kutus
Kutus. Ramuan minyak Kutus Kutus terbuat dari campuran 49 jenis rempah-
rempahan terdiri dari lima unsur pohon kehidupan adalah daun, batang, akar,
bunga dan buah. Ditambah dua unsur yaitu air dan api. Diwakili oleh 20
minyak kelapa dan bermacam minyak essential. Menjadikan tujuh unsur alam
semesta yang sempurna. Diolah dengan seksama dalam komposisi harmonis.
Setelah lulus kuliah Teknik Elektro di Universitas Satya Wacana, Salatiga,
Servasius Bambang Pranoto kemudian bekerja di Philips Jakarta dengan
jabatan terakhir executive staff. Servasius kemudian berhenti kerja dan
memutuskan untuk menggeluti dunia seni musik dan perfilman. Pada tahun
2002, dia pindah ke Desa Bona, Gianyar, Bali. PT. Tamba Waras yang berawal
dari sebuah desa Bona, sebuah desa kecil yang terletak di kabupaten Gianyar
Bali. Dengan niat untuk berbagi kesembuhan untuk sebanyak mungkin orang,
dan dengan keyakinan dalam menyajikan sebuah ramuan yang menjadi warisan
Nusantara yang telah terbukti menyembuhkan dan menyehatkan dari sejak
jaman Majapahit, lahirlah produk Tamba Waras bernama Kutus-Kutus.
Warisan yg dulu terpendam, kini bersinar kembali untuk menjadi bagian dalam
keseharian kita untuk memperoleh kesembuahan dan kesehatan.
Kutus Kutus berasal dari bahasa Bali yang berarti 88, dan dimaknai
sebagai produk minyak balur berlambang angka 8 yang paling indah dan
sakral. Angka 8 mirip lambang infinity, artinya tanpa batas. Dalam dunia
penyembuhan, angka 8 mewakili makna penyembuhan tanpa batas;
penyembuhan yang paling powerful. Ramuan minyak Kutus Kutus ditemukan
Servasius Bambang Pranoto pada tahun 2011, ketika kedua kakinya lumpuh
akibat terjatuh di pematang sawah saat memikul kentang seberat 10
kilogram. Meski sudah berobat ke dokter, kedua kaki Servasius tak kunjung
sembuh, sehingga dia nyaris putus asa. Inspirasi membuat ramuan dari
berbagai tanaman herbal dan rempah-rempah kemudian muncul saat dirinya
bermeditasi. Servasius lalu membuat minyak balur atau gosok berdasarkan
resep leluhur. Servasius menyebut resep leluhur yang digunakannya sebagai
konsep pohon kehidupan, yang terdiri atas tujuh unsur dari tujuh tanaman.
Seluruh bahan rempah-rempahan yang jumlahnya 69 tersebut
diperoleh Servasius Bambang Pranoto di bukit yang terletak di belakang
rumahnya di Desa Bona, Gianyar, Bali, yang ditempatinya sejak tahun 2002,
setelah pindah dari DKI Jakarta. Servasius Bambang Pranoto terbiasa dan
akrab dengan dunia herbal dan jamu-jamuan sejak tahun 1988, meskipun tidak
memiliki keahlian khusus dalam meracik ramuan. Servasius Bambang Pranoto
kemudian belajar secara otodidak bagaimana cara meracik minyak dengan
mengikuti proses pembuatan dari warisan kebudayaan beberapa daerah dan
mempelajari penyembuhan tradisional dari alam. Racikan minyak yang
dibuatnya terbukti berkhasiat mengobati kakinya yang lumpuh sehingga
sembuh dalam tiga bulan. Setelah itu, Servasius Bambang Pranoto melakukan
riset selama satu tahun, dari tahun 2012 hingga tahun 2013, untuk menemukan
racikan minyak balur yang aromanya pas, tidak berbau, dan mudah meresap.
Setelah mendapatkan aroma yang pas, Servasius Bambang Pranoto kemudian

30
memproduksi 500 botol minyak Kutus Kutus, namun tidak ada satu pun yang
laku pada saat itu.
Akhirnya, Servasius Bambang Pranoto menunjuk seorang distributor
untuk memasarkan minyak Kutus Kutus, sedangkan dirinya fokus mengurusi
produksi. Distribusi dilakukan melalui media sosial. Pada Oktober 2014,
Servasius Bambang Pranoto melakukan pertemuan pertama secara tatap muka
dengan para reseller Kutus Kutus, setelah selama ini mereka hanya
berkomunikasi melalui Facebook. Perjalanan bisnis minyak Kutus Kutus
sempat tidak berjalan baik, setelah produk dan jaringan bisnis distribusinya
sempat dibajak oleh mitra distributor kepercayaannya. Akhirnya, Servasius
memutuskan untuk menata kembali jaringan distribusinya dan menangani
langsung penjualan. Setelah pemasaran dipegangnya, angka penjualan minyak
Kutus Kutus terus bergerak naik secara signifikan.
Izin edar dari Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) baru
diperoleh Servasius Bambang Pranoto pada tahun 2017, setelah empat tahun
dia mengajukan. Sebelum mendapatkan izin edar, Servasius Bambang Pranoto
mengaku sempat mendapat teguran dari berbagai instansi yang mengkritik
caranya membuat minyak Kutus Kutus dari dapur rumahnya yang dianggap
tidak sesuai dengan standar pembuatan obat yang baik. Pada Oktober 2018,
produksi minyak Kutus Kutus telah mencapai satu juta botol per tahun dengan
pemasaran di seluruh Indonesia hingga Australia, Eropa, dan negara-negara
lainnya, kemudian pada tahun 2019 angka penjualan minyak Kutus Kutus telah
mencapai 5,7 juta botol per tahun dengan perkiraan omzet Rp 570
miliar. Berkat minyak Kutus Kutus temuannya, Servasius Bambang Pranoto
mampu membeli satu kastil di Belanda. Pada 8 Desember 2018, Servasius
Bambang Pranoto kemudian mendirikan pabrik Kutus Kutus, melalui
perusahaan Tamba Waras, di Jalan Darmagiri No 88, Desa Bitra, Gianyar,
Bali. Lokasi pabrik adalah bekas restoran Mango Lango dan Studio Music
Banjar Teratai Capung, yang digunakan Servasius selama 12 tahun sebelum
memproduksi Kutus Kutus. Pabrik berdiri di atas area lahan seluas 2.800 meter
persegi dan tahun 2019 memperkerjakan 200 orang karyawan.

31
IV.3 Prinsip PT Tamba Waras
PT. Tamba Waras mempunyai 3 prinsip untuk membangun
perusahaannya yaitu:
1. Meneruskan Warisan Nusantara
Jamu adalah sebutan untuk obat tradisional dari Indonesia,
khususnya masyarakat Jawa. Jamu merupakan ramuan yang berasal dari
tumbuh-tumbuhan alam yang diracik tanpa menggunakan bahan kimia
sebagai aditif (bahan tambahan). Jamu sering disebut sebagai ramuan
tradisional karena jamu memang sudah dikenal sejak jaman nenek moyang
sebelum ilmu pengetahuan yang berhubungan dengan obat-obatan modern
masuk ke Indonesia.
2. Ramuan Tradisional Jamu
Jamu adalah ramuan unik untuk pengobatan herbal di Indonesia,
and dan digunakan untuk mengobati apapun sesuai dengan efektifitas
tanaman yang dikenal secara empiris turun-temurun. Pengetahuan tentang
Jamu telah digunakan selama berabad-abad di Indonesia , dan masih
digunakan hingga hari ini.
3. Berbagi Kesembuhan dan Kesehatan
Merupakan sebuah niat tulus dari kami untuk dapat berbagi dan
membantu penyembuhan kepada sebanyak-banyaknya teman ataupun
kerabat dari hasil penemuan kami dengan mengombinasikan berbagai
macam tanaman herbal yang selama ini telah terbukti dapat membantu dan
menyembuhkan berbagai macam penyakit.
IV.4 Produk PT Tamba Waras
a. Minyak Kutus Kutus
Minyak Kutus Kutus adalah minyak herbal yang terbuat dari
campuran beragam tanaman jamu yang diolah secara khusus dengan cara
tradisional. Sehingga menghasilkan minyak jamu herbal yang membantu
proses penyembuhan serta aman dan nyaman untuk dipakai sehari-
hari. Minyak kutus kutus ini dibuat dengan tanaman herbal yang di ekstrak
dengan minyak kelapa lalu di blend dengan minyak essential hingga terjadi

32
paduan serasi antara jamu & aromaterapi yang biasanya dua cara
pengobatan ini dilakukan dengan cara berbeda. Unsur jamu digunakan
untuk mengobati dan unsur aromaterapi digunakan untuk menentramkan
tubuh, sehingga tingkat penyembuhan akan berlangsung dan
menyenangkan. Ditambah minyak kutus kutus ini mudah meresap kedalam
semua sirkulasi tubuh melalui pori-pori kulit karena ukuran dari minyak ini
molekulnya sangat kecil sehingga penyerapannya juga sangat cepat.
Terbuat dari 100% bahan-bahan alami. Tidak ada bahan kimia
dalam komposisi minyak ini. Selain itu juga tidak menggunakan minyak
dari hewan. Landasan formula yang dipakai ini mulai dari unsur akar,
batang, daun, bunga, buah, minyak kelapa murni serta minyak essential
yang merupakan satu unsur perpaduan. Terbuat dari beragam jenis tanaman
herbal, seperti daun neem, daun ashitaba, tanaman purwaceng, bunga
lawang, temulawak, kulit kayu, daun pule, minyak kelapa, dan gaharu yang
sudah terbukti khasiatnya mampu membantu menyembuhkan berbagai
macam penyakit. Sehingga minyak herbal kutus-kutus memiliki berbagai
khasiat untuk membantu penyembuhan berbagai macam penyakit.
Manfaat dari Minyak kutus kutus membantu mendapatkan
kesehatan secara khusus membangkitkan energi penyembuh dari alam
dengan bahan tradisional dari masuk angin,perut kembung dan gatal gatal
akibat digigit serangga serta sebagai minyak urut untuk membantu
meredahkan pegal linu, encok dan nyeri pada persendian dan lain
sebagainya.
Cara pemakaian minyak kutus-kutus cukup mudah, yaitu dengan
cara membalurkannya pada bagian telapak dan jari jari kaki, tulang
punggung dari atas sampai tulang ekor, dan pada bagian tubuh yang
bermasalah, dengan dosis sesuai anjuran yang tertera pada label kemasan.
karena terbuat dari bahan-bahan alami, maka minyak ini tergolong aman
dan nyaman digunakan sehari-hari. Sifatnya yang alami membuat minyak
ini memiliki khasiat ganda, yaitu untuk menyembuhkan penyakit dan dapat
menenangkan jiwa sehingga proses penyembuhan akan memberikan efek

33
yang menyenangkan serta membahagiakan. minyak kutus kutus bekerja
mengaktifkan energi dalam tubuh yang disebut “chi”. chi merupakan energi
utama yang mengalir melalui jalur-jalur meridian tubuh kita. chi akan
meningkatkan fungsi seluruh organ tubuh. apabila terdapat gangguan pada
chi maka fungsi organ tubuh akan terganggu pula. kegunaan minyak kutus-
kutus antara lain untuk mengobati asam urat, nyeri sendi, rematik, nyeri
sendi, pegal linu, kesemutan, keseleo, sakit pinggang, kram otot, nyeri otot,
otot bengkak, otot kejang, leher tegang, saraf kejepit, lebam, dan lain
sebagainya.
b. Minyak Tanamu Tanami
Minyak Tanamu Tanami adalah minyak herbal yang
diformulasikan khusus untuk mengatasi berbagai permasalahan pada kulit.
Minyak Tanamu Tanami merupakan perpaduan Tamanu Oil, Minyak
Zaitun, Minyak Kelapa, dan aneka jejamuan herbal. Minyak tanamu
tanami ini terbuat dari 95% dari Minyak Nyamplung, yang ditambah dengan
sedikit kandungan dari Minyak Zaitun dan Minyak Kelapa. Minyak
Nyamplung sendiri saat ini sangat sulit di cari, terutama yang belum
terproses menjadi oli. Betul, Minyak biji Nyamplung memang digunakan
sebagai bahan pembuatan oli. Namun, selain berfungsi sebagai bahan dasar
dalam pembuatan oli, Minyak Nyamplung ternyata juga telah di teliti dan
dipelajari kandungannya memiliki fungsi yang bagus untuk menjaga serta
mengatasi masalah yang ada pada kulit. Hal ini terjadi karena di dalam
kandungan Minyak Nyamplung terdapat kandungan seperti calophyllolide
(anti-inflamasi) dan delta-tocotrienol (vitamin E), serta sejumlah
antioksidan super yang sering juga disebut xanthone.
Penelitian selama lebih dari satu abad telah meenemukan bahwa
Tanamu Oil (Minyak Biji Nyamplung) dapat sangat bermanfaat untuk anti
penuaan dini. Berbagai Negara di dunia sudah memanfaatkan keajaiban dari
khasiat minyak ini dalam halal kecantikan. Minyak Tanamu juga sangat
mudah meresap kedalam pori-pori kulit. Cara kerjanya masuk ke jarigan
ikat dan membantu pertumbuhan sel-sel baru di dalam kulit dan juga

34
melindungi jaringan sel kulit baru ini dari serangan dari luar kulit. Minyak
Tanamu Tanami sangat cocok juga untuk meremajakan sel kulit dan
memperbaiki sel kulit kulit mati. Dengan adanya Minyak Tanamu Tanami
maka tidak perlu lagi serum kecantikan. Disamping itu juga minyak ini
mudah diserap kulit sehingga mampu meremajakan sel-sel kulit dan
membuat kulit menjadi lembab. Minyak Tanamu Tanami juga dapat
melindungi dari sinar UV dan perlindungan SPF 20. Mampu mencegah
kerutan di wajah juga.
Minyak tanamu tanami juga cukup ampuh karena kemampuannya
untuk menghasilkan jaringan kulit yang baru, anti inflamasi, anti neuralgic,
antibiotic dan antioksidan. orang polinesia kkuno menggunakan tanamu oil
untuk mengobati dan menyembuhkan luka. di era modern seperti sekarang
ini tanamu oil banyak digunakan untuk mengobati bekas luka, bekas
jerawat, bintik hitam, stretch mark, kulit kering dan pecah-pecah. kegunaan
lainnya yaitu dapat dijadikan pertolongan pertama dalam mengobati memar,
rematik, luka bakar dan lain-lain. tanamu oil tidak berminyak dan mudah
diserap kulit. karena memiliki sifat anti mikroba dan anti inflamasi, tanamu
oil sering digunakan untuk mengobati kurap, bisul, onjungtivitis daan
infeksi lainnya. manfaat lain dari tanamu oil diantaranya mengobati wasir,
sakit tenggorokan, jerawat, digit serangga, kulit bersisik, ruam popok, luka
pasca operasi dan eksim.
Cara pemakaian minyak tanamu tanami (tanamu oil) ini
sebenarnya cukup mudah dilakukan, cukup balurkan saja merata pada
permukaan kulit maka secara langsung minyak tanamu tanami akan bekerja,
untuk mendapatkan hasil yang lebih masimal dalam pengaplikasiaannya ke
kulit yang mengalami masalah sebaiknya bersihkan dulu area kulit tersebut
agar minyak dapat meresap lebih baik. kulit yang kotor menyimpan banyak
bakteri serta sampah yang menyumbat pori-pori kulit, sehingga proses
penyerapan menjadi tidak maksimal.

35
c. Sabun Tanamu Tanami
Sabun Tanamu Tanami adalah sebuah produk sabun berkualitas
premium dengan banyak keunggulan. Sabun Tanamu Tanami menggunakan
rempah-rempah hasil ekstraksi. Minyak tanamu tanami yang memiliki
kandungan 50% Minyak Nyamplung (Tanamu Oil). Berkhasiat untuk
mengatasi berbagai keluhan kulit yang membandel seperti gatal-gatal akibat
alergi luka, jerawat, panu, bekas luka dan bekas jerawat serta gangguan-
gangguan kulit lainnya.
Kandungan yang terdapat pada sabun tanamu tanami ini antara lain:
1. Minyak kelapa murni yang memiliki berbagai khasiat baik untuk
kecantikan, dengan kandungan protein yang tinggi minyak kelapa
mampu merangsang pertumbuhan rambut, selain itu minyak kelapa juga
bisa dimanfaatkan sebagai pelembab alami kulit, serta untuk lotion
karena sifatnya tersebut.
2. Minyak zaitun ialah salah satu jenis minyak yang paling baik saat ini
karena kandungan lemak jenuhnya yang sedikit. Minyak Zaitun juga
memiliki kandungan vitamin E yang tinggi, yang berfungsi sebagai
antioksidan sebagai pencegah kanker, terutama kanker kulit.
3. Rempah rempah berkualitas, kandungan rempah yang sangat tinggi
menjadikan Sabun Tanamu Tanami ini sangat nyaman ketika
digunakan. Rasa hangat yang timbul ketika sabun ini diusapkan merata
di seluruh tubuh memberikan sensasi yang beda ketimbang sensasi
mandi yang pernah dirasakan sebelumnya.
4. Tanamu Oil atau minyak nyamplung ialah sebuah bahan yang
sebenarnya tidak asing bagi sebagian orang di Indonesia. Tumbuhan
yang tumbuh subur di hampir seluruh daratan Indonesia ini sering kita
jumpai, namun masih jarang yang tahu mengenai manfaatnya untuk
membantu mengatasi masalah kulit. Penelitian terhadap nyamplung pun
masih sedikit, namun manfaat nyamplung tak usah di ragukan lagi.
Manfaat sabun tanamu tanami sungguh luar biasa, antara lain
untuk menyembuhkan penyakit kulit seperti panu, kadas, kurap, gatal-

36
gatal akibat alergi, dan sebagainya. tamanu oil juga mujarab untuk
mengatasi masalah jerawat dan komedo, kulit bersisik, serta kulit pecah-
pecah. selain itu juga bisa menyembuhkan luka lecet, luka bakar, dan kulit
lebam akibat benturan. dan masih banyak lagi manfaat lainnya. minyak
kelapa murni sangat bermanfaat untuk menjaga kecantikan kulit, antara
lain melembabkan kulit, menghaluskan kulit, dan menyuburkan rambut.
karena khasiatnya tersebut maka minyak kelapa sering digunakan sebagai
campuran pada berbagai produk kecantikan, seperti halnya pada sabun
tanamu tanami. Memberikan sensasi hangat yang bermanfaat untuk
melancarkan peredaran darah. Oleh karena itu rempah-rempah juga sering
dijadikan campuran pada berbagai produk kecantikan kulit seperti lulur
atau mangir, atau sabun yang mengandung lulur. Sabun tanamu tanami
mengandung tamanu oil, minyak kelapa, minyak zaitun, dan rempah-
rempah. Perpaduan tersebut menghasilkan sebuah sabun kesehatan yang
berkualitas tinggi dan mampu mengatasi berbagai permasalahan kulit.
Penggunaan sabun tanamu tanami setiap mandi akan menghasilkan kulit
yang sehat dan cantik. Selain itu sensasi hangat yang ditimbulkan serta
aromanya yang khas akan membuat acara mandi menjadi berbeda dan
spesial, sangat berbeda dibandingkan ketika menggunakan sabun mandi
sebelumnya.
d. Sabun Kalila Kalila
Sabun Kalila kalila yang berasal dari sisa ekstraksi minyak kutus-
kutus yang terdiri dari 69 jenis tanaman herbal ditambah minyak kelapa
murni dan minyak zaitun. Meskipun hanya tergolong limbah dari minyak
kutus-kutus namun sabun ini juga memiliki khasiat yang luar biasa, antara
lain untuk mengatasi berbagai penyakit kulit seperti panu, gatal-gatal, kutu
air, dan biang keringat. Sabun akan mampu menyegarkan kulit dan
membilas semua kotoran yang menempel, aroma wangi yang melekat akan
mengusir bau keringat berganti dengan ekstrak wangi yang menyegarkan.
Aroma rempah-rempah akan berpadu dengan wangi dari bahan lain seperti
bunga kenanga yang tidak kalah sedap sehingga akan menimbulkan

37
aromaterapi yang menentramkan ketika menggunakan sabun ini. Selain
mengandung berbagai rasa wangi yang khas, sabun ini juga memiliki
sensasi hangat yang ditimbulkan dari cengkeh yang dapat mengusir rasa
lelah yang melanda tubuh saat melakukan aktivitas seharian di luar ruangan.
Selain berfungsi untuk mengobati berbagai keluhan penyakit kulit
yang ringan, sabun Kalila kalila juga dapat digunakan sebagai sabun
pencegah atau perawatan atas kulit yang sudah sehat agar terhindar dari
penyakit kulit yang mengganggu, sehingga untuk yang memiliki kulit yang
halus dan bersih bisa menggunakan sabun Kalila kalila dengan rutin agar
selalu terjaga kesehatannya. Salah satu yang dapat dirasakan pengguna
sabun Kalila kalila adalah adanya aroma berbeda yang ditimbulkan dari
sabun ini ketika di pakai, saat sabun biasa saat di pakai tidak terlalu
memancarkan wangi yang khas maka sabun Kalila kalila memiliki wangi
yang khas rempah-rempah yang memang menjadi bahan dalam
pembuatannya. Penggunaan sabun Kalila kalia secara teratur akan membuat
kulit lebih sehat, lembab, halus, dan bersih.
e. Kutus Kutus Powder (Bubuk Herbal Kutus Kutus)
Bubuk herbal Kutus kutus merupakan ampas dari olahan minyak
Kutus Kutus yang dikeringka, lalu dihaluskan menjadi bubuk herbal Kutus-
kutus. kegunaannya sebagai pelengkap pemakaian dan pengobatan minyak
Kutus Kutus untuk keluhan penyakit yang lebih berat. Manfaat dari bubuk
herbal kutus kutus ini yaitu, membantu menyembuhkan tulang patah,
membantu menyembuhkan tulang retak, membantu menyembuhkan
benjolan seperti bisul, lipoma, ganglion, tumor, benjolan kelenjar tyroid dll,
membantu pengobatan benjolan pada payudara dan kanker payudara,
membantu menurunkan demam tinggi, mempercepat pembakaran lemak
(untuk menurunkan berat badan). Dicampur dengan sabun Kalila kalila
untuk lulur, kulit akan lebih halus dan mengangkat sel kulit mati. Dicampur
dengan minyak Tanamu tanami untuk masker pada wajah, untuk masalah
flek hitam dan jerawat

38
IV.4 Pembahasan
Menurut Servasius Bambang Pranoto, alam adalah apotek hidup yang
memberikan segalanya untuk kesehatan. Diawali dari masalah beliau dengan
kakinya yang membuat beliau merenungkan untuk menemukan solusi dari
penyembuhan kakinya. Dari dulu beliau percaya bahwa manusia adalah bagian
dari alam maka jika manusia terkena masalah alam adalah solusinya. Berbekal
resep leluhur beliau mencari resep-resep dari alam. Beliau meracik sesuai
dengan apa yang didapatkan ketika mempelajari pengobatan tradisional dari
leluhur, hingga ditemukan 1 formula yang tepat untuk masalah dengan kaki
beliau. Menurut beliau punya sedikit ataupun banyak ilmu tidak akan nada
gunanya jika tidak berbagi ilmu. Dari situlah niatan untuk berbagi ilmu makin
kuat setelah banyak yang merasakan manfaat dari produk kutus kutus.
Hingga hanya dalam waktu 2 tahun tepatnya pada desember 2018
pabrik kutus kutus tambah waras bisa berdiri. Beliau mulai mengoperasikan
bisnisnya di atas lahan 3000 m2 dibangun kantor dan pabrik minyak yang
memiliki luas bangunan seluas 1800 m2, yang berlokasi di Desa Bitera,
Gianyar Bali. Kantor dan pabrik dengan konsep 3 lantai ini didesain dengan
gaya minimalisme yang terdiri dari ruangan yang lengkap dan dilengkapi
dengan rooftop. Dari pabrik ini, dibantu 90 karyawan, dia mampu
memproduksi 24 ribu botol setiap hari. Dengan 5.000 reseller yang tersebar di
seluruh Indonesia, produksi hariannya nyaris tak bersisa karena terserap pasar.
Untuk membuat racikan Kutus Kutus, pria lulusan Teknik Elektro Universitas
Sanata Dharma Yogyakarta ini membeli bahan baku langsung ke petani dan
pedagang di pasar tradisional dengan harga premium sehingga diharapkan
makin banyak yang memperoleh manfaat dari kehadiran minyak Kutus Kutus.
Sifat minyak Kutus Kutus bukan mengobati, tetapi menumbuhkan kekuatan
dari dalam untuk bisa mengobati sendiri. Jadi, tidak ada batasan pemakainya,
mulai dari bayi hingga lansia bisa menggunakan minyak ini. Sebagai produk
jamu, minyak Kutus Kutus juga sudah lolos uji Badan Pengawasan Obat dan
Makanan.

39
PT. Tamba Waras tidak hanya memproduksi minyak kutus kutus saja,
tetapi mulai berkembang hingga bisa memproduksi produk lain diantaranya
minyak tanamu tanami, sabun tanamu tanami, sabun Kalila Kalila, dan Kutus
kutus powder. Produk ini tidak jauh berbeda dengan minyak kutus kutus, sama
sama menggunakan bahan herbal yang berasal dari alam yang diracik sendiri
oleh Servasius Bambang Pranoto. Produk kutus kutus ini tidak ada yang
menggunakan bahan pengawet dalam proses pembuatannya. Semuanya dibuat
dengan bahan alami yang diambil langsung oleh Servasius Bambang Pranoto
dari pedagang atau petani yang sudah bekerja sama dengan beliau. Proses
pembuatannya pun masih ada sebagian yang masih menggunakan tenaga
manusia seperti pada proses penuangan minyak pada wadah botol, proses
pengemasan, dan proses pembuatan sabun. Adapun proses sesi tanya jawab
antara mahasiswa dengan pemandu atau pegawai di pabrik PT.Kutus Kutus
Tamba Waras :
1. Apakah bahan sabun Kalila Kalila dan sabun tanamu tanami sama?
Jawab : Bahan sabun tanamu tanami berbeda dengan bahan sabun Kalila
Kalila karena diambil dari ampas minyak yang kemudian
diserbukkan lalu di tambahkan dengan bahan lain. Yang
menyebabkan sabun tidak bisa bertahan terlalu lama seperti jenis
sabun pada umumnya karena dalam pembuatan sabun ini tidak
digunakan bahan pengawet.
2. Apakah jumlah bahan baku sabun sama dengan bahan baku minyak?
Jawab : Jumlah bahan baku sabun sama dengan jumlah bahan baku minyak
karena bahan baku sabun itu sendiri diambil dari ampas pembuatan
minyak yang diserbukkan kemudian ditambahkan dengan bahan-
bahan yang lain.
3. Apa perbedaan antara sabun tanamu tanami dan sabun Kalila Kalila?
Jawab : Perbedaan antara sabun tanamu tanami dan sabun Kalila Kalila bisa
dilihat dari warnanya. Sabun tanamu tanami berwarna kecoklatan,
sedangkan sabun kalila kalila lebih berwarna kehitaman yang
pekat.

40
41

BAB V

PENUTUP

V.1 Kesimpulan
Menurut Servasius Bambang Pranoto alam adalah apotek hidup yang
memberikan segalanya untuk kesehatan. Diawali dari masalah beliau dengan
kakinya yang membuat beliau merenungkan untuk menemukan solusi dari
penyembuhan kakinya. Dari dulu beliau percaya bahwa manusia adalah bagian
dari alam maka jika manusia terkena masalah alam adalah solusinya. Beliau
meracik sesuai dengan apa yang didapatkan ketika mempelajari pengobatan
tradisional dari leluhur, hingga ditemukan 1 formula yang tepat untuk masalah
dengan kaki beliau. Kutus Kutus berasal dari bahasa Bali yang berarti 88, dan
dimaknai sebagai produk minyak balur berlambang angka 8 yang paling indah
dan sakral. Angka 8 mirip lambang infinity, artinya tanpa batas. Dalam dunia
penyembuhan, angka 8 mewakili makna penyembuhan tanpa batas,
penyembuhan yang paling powerful.
Ramuan minyak Kutus Kutus terbuat dari campuran 69 jenis rempah-
rempahan terdiri dari lima unsur pohon kehidupan adalah daun, batang, akar,
bunga dan buah. Ditambah dua unsur yaitu air dan api. Diwakili oleh minyak
kelapa dan bermacam minyak essential. Menjadikan tujuh unsur alam semesta
yang sempurna. Diolah dengan seksama dalam komposisi harmonis. PT.
Tamba Waras mempunyai 4 produk yaitu minyak kutus kutus, minyak tanamu
tanami, sabun Kalila Kalila, sabun tanamu tanami, dan kutus kutus powder
(bubuk herbal kutus kutus). Produk ini dibuat tanpa adanya tambahan bahan
kimia ataupun pengawet sehingga bisa digunakan untuk setiap kalangan.
V.2 Saran
1. Saran Untuk Institusi
Terima kasih kepada Institut Teknologi Kesehatan dan Sains
Muhammadiyah sidrap yang telah melaksanakan kegiatan PKL industri ini
ditengan pandemi Covid-19, serta diharapkan agar pelaksanaan PKL
industri dapat tetap dipertahankan, sehingga mahasiswa dapat
meningkatkan keterampilan dan pengetahuannya dalam menghadapi dunia
kerja.
2. Saran Untuk Industri
Terima kasih kepada PT.Kutus Kutus Tamba Waras yang telah
menerima kami, sehingga tercapainya kegiatan dalam mata kuliah PKL
industri. Diharapkan tidak hanya kunjangan wisata ilmiah dan edukasi
tentang pemanfaatan tanaman herbal, cara pengolahan tetapi juga manfaat
yang dihasilkan dari tanaman herbal yang bisa olah menjadi obat tradisional.
Agar dapat meningkatkan pengetahuan mahasiswa mengenai tanaman
herbal beserta pembuatan, manfaat dan produk yang baik dan bagus.
3. Saran Untuk Mahasiswa
Dengan adanya kunjungan ini semoga mahasiswa dapat lebih giat
dalam meningkatkan semangat belajar dan mempererat ukhuwah sesame,
bai kantar mahasiswa ataupun antar dosen dan mahasiswa. Dibalik setiap
usaha tentu akan mendapatkan kekurangan. Dengan adanya kekurangan
tersebut tentunya dapat diambil pelajaran sebagai proses pengembangan
untuk kedepannya. Adapun kegiatan yang diadakan merupakan sebuah
usaha dan langkah yang tentunya bermanfaat bagi kami.

42
DAFTAR PUSTAKA
Abdul Hafid Ismail. 2017. Hidrofilik dan Hidrofobik.
https://www.scribd.com/doc/196304732/Hidrofilik-Dan-Hidrofobik.
Diakses pada 18 Juli 2018.
Anggraeni, V.D. 2015. Laporan Umum Praktik Kerja Lapangan PT. Indo
Acidatama Tbk, Kemiri, Kebakkramat, Karanganyar. Yogyakarta: Jurusan
Kesehatan Lingkungan Politeknik Kesehatan.
Ardianto, Elvinaro. 2011. Metodologi Penelitian Untuk Public Relations
Kuantitatif Dan Kualitatif. Bandung: Simbiosa rekatama media.
Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia (BPOM RI). 2014.
Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia
Nomor 17 Tahun 2014 tentang Perubahan atas Peraturan Peraturan Kepala
Badan Pengawas Obat dan Makanan Nomor HK.03.1.23.07.11.6662 Tahun
2011 Tentang Persyaratan Cemaran Mikroba dan Logam Berat dalam
Kosmetika. Jakarta: Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia.
Demasya. (2018). UNIVERSITAS SUMATERA UTARA Poliklinik
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA. Jurnal Pembangunan Wilayah &
Kota, 1(3), 82–91.
Dewoto, H.R., 2007, Pengembangan Obat Tradisional Indonesia menjadi
Fitofarmaka, Majalah kedokteran indonesia, 57(7): 205-211.
Ginting, A., Farmasi, L., Kesehatan, D., Darat, A., Farmasi, F., & Utara, U. S.
(2009). LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI.
Grace Bahagiarni, S. (2012). UNIVERSITAS SUMATERA UTARA Poliklinik
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA. Jurnal Pembangunan Wilayah &
Kota, 1(3), 82–91.
Herlina, E. 2013. Penyakit Asam Urat Kandas Berkat Herbal. FMedia. Jakarta. 122.
Ii, B. A. B., & Pustaka, T. (2010). BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Industri
Farmasi 2.1.1 Pengertian Industri Farmasi.
Ismiyana, F., Hakim, A.R., Sujono, T.A., 2013. Gambaran Penggunaan Obat
Tradisional Untuk Pengobatan Sendiri Pada Masyarakat Di Desa Jimus
Polanharjo Klaten. Universitas Muhammadiyah Surakarta, Surakarta.
Katno, Pramono S. Tingkat Manfaat dan Keamanan Tanaman Obat dan Obat
Tradisional. Balai Penelitian Obat Tawangmangu, Fakultas Farmasi
Universitas Gajah Mada [press release]. Yogyakarta: Fakultas Farmasi UGM.
Kurdi, A. 2010. Tanaman Herbal Indonesia Cara Mengolah dan
Manfaatnya bagi Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.
Noormalita Sari, D. 2012, “Perancangan Aplikasi Ensiklopedia Tanaman Obat
Tradisional Berbasis Android”. Laporan Skripsi Program Studi Teknik
Informatika, Fakultas Teknik-STMIK AMIKOM. Yogyakarta. Online
Dokumen URL: http://repository.amikom.ac.id (diakses tanggal 29 agustus

43
2015).
Oxorn, Harry dan William R. Forte. 2010. Ilmu Kebidanan Patologi & Fisiologi
Persalinan.Yogyakarta : Yayasan Essentia Medica.
Putra, Winkanda Satria.2013. Sehat Dengan Herbal Tanpa Dokter. Yogyakarta :
Citra Media ( Anggota IKAPI )
Setiyadi, R. A. (2010). Laporan Magang di PJ. Sabdo Palon (Proses Produksi
Jamu Sediaan Pil).
Wahyuni, D. (2017). PENGARUH PROFITABILITAS, LIKUIDITAS,
SOLVABILITAS DAN AKTIVITAS TERHADAP RETURN SAHAM
PADA PERUSAHAAN FARMASI YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK
INDONESIA (BEI). Penerapan Embellishment Sebagai Unsur Dekoratif
Pada Busana Modestwear, d(2017), 1–30. http://scholar.unand.ac.id/60566/

44
LAMPIRAN

Lampiran 1. Foto Peta Lokasi PT. Tamba Waras

1.1 PT. TAMBA WARAS

45
Lampiran 2. Foto PT. Tamba Waras

2.1 PT. Tamba Waras

46
Lampiran 3. Foto Alat dan Mesin Pembuatan Produk PT.
Tamba Waras

3.1 Proses memasak rempah rempah minyak

3.2 Alat untuk membersihkan produk

47
Lampiran 4. Foto Produk dari PT. Tamba Waras

4.1 Minyak Balur Kutus Kutus

4.2 Minyak Tanamu Tanami

48
4.3 Sabun Tanamu Tanami

4.4 Sabun Kalila Kalila

4.5 Kutus Kutus Powder (Bubuk Herbal Kutus Kutus)

49
Lampiran 5. Foto Kegiatan di PT. Tamba Waras

5.1 Kegiatan pemaparan dari profil PT. Tamba


Waras serta pemaparan produk

5.2 Kegiatan kunjungan di PT. Tamba Waras

50
51

Anda mungkin juga menyukai