Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH SAP TAK HALUSINASI SESI 5

”Kelompok 2B”

Disusun Oleh :

Mutiara Prasani G1B119006

Eza Reiskha Dewi G1B119010

Okti Maghfirawati G1B119032

Sri Mulyani G1B119034

Syafril Manurung G1B119052

Fitra Ayda Ningsih G1B119058

Mertisa G1B119072

Agustin Mega Kartika. S, G1B119074

Marini Amaliya Muslim G1B19076

Fadillah Nisa Afrilia G1B119082

Susang Gini G1B119084

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS JAMBI

TAHUN AJARAN 2020/2021


KATA PENGANTAR

Assalamualaikum wr.wb

Puji syukur atas kehadirat Tuhan yang Maha Esa atas segala kelimpahan Rahmat dan
Karunia-Nya sehilngga kami dapat menyelesaikan penyusunan Makalah SAP Tak Halusinasi
Sesi 5 Mata Kuliah Keperawatan Kesehatan Jiwa II ini dalam bentuk maupun isinya yang sangat
sederhana. Semoga makalah ini dapat digunakan sebagai salah satu acuan, petunjuk, maupun
pedoman bagi pembaca.

Harapan kami semoga makalah ini dapat membantu menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi para pembaca, sehingga kami dapat memperbaiki bentuk maupun isi makalah
sehingga kedepannya dapat lebih baik lagi.

Makalah ini kami akui masih sangat banyak kekurangan dikarenakan kekurangan dan
keterbatasan pengetahuan penulis.Oleh karena itu kami sangat mengharapkan masukan-masukan
yang membangun bagi makalah ini kedepannya.

19 September 2021

Kelompok 2B
SATUAN ACARA PENYULUHAN

TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK

Pokok Bahasan : Pengenalan Obat dalam mengatasi Halusinasi


Sub Pokok Bahasan : Pengertian obat dan patuh minum obat,jenis dan warna obat,manfaat dan
penting nya minum obat,kerugian tidak minum obat dan prinsip benar
minum obat
Sasaran : Kelompok
Penyuluh : Mahasiswa Keperawatan Universitas Jambi

I. Latar belakang
Perawat memiliki tanggung jawab untuk memastikan dan memberikan
obat dengan benar. Selain sebagai pelaksana dalam pemberian obat, perawat juga
merupakan tenaga kesehatan yang paling tepat untuk memberikan obat karena
meluangkan sebagian besar waktunya berada di samping pasien
Terapi obat yang diberikan kepada pasien memiliki jenis yang berbeda,
sehingga beresiko pada kekeliruan pengobatan, sedangkan jumlah pasien cukup
banyak dalam satu kali perawatan di bangsal dengan jenis obat yang berbeda dari
masing-masing pasien. Dampak negatif terkait kesalahan pemberian obat
meliputi berkurangnya keselamatan pasien, adverse drug event, dan adverse drug
reaction (Kemenkes, 2011). Prinsip enam benar merupakan sebuah prosedur yang
dimiliki oleh perawat di rumah sakit dalam menjalankan tugasnya saat
memberikan obat kepada pasien. Prinsip enam benar tersebut yaitu : benar pasien,
benar obat, benar dosis, benar waktu, benar rute pemberian, dan benar
dokumentasi (Harmiady, 2014).
Penelitian Karna, et al (2012) menuliskan melalui hasil laporan British
Medical Association bahwa telah terjadi setidaknya 250.000 pasien yang dirawat
di rumah sakit United Kingdom mengalami reaksi obat yang tidak diharapkan
(Adverse Drug Reaction) setiap tahunnya. Joint Commission International (JCI)
& Wolrd Health Organitation (WHO) juga melaporkan di beberapa negara
terdapat 70% kejadian kesalahan pengobatan dan sampai menimbulkan kecacatan
yang permanen pada pasien (Fatimah, 2016). Di Indonesia kesalahan dalam
pemberian obat belum terdata secara sistematis dan sistem pelaporan yang
terdokumentasi masih belum banyak dilaksanakan. Dokumentasi keperawatan
merupakan bukti pencatatan dan pelaporan perawat yang berguna untuk
kepentingan klien, perawat dan tim kesehatan dalam memberikan pelayanan
dengan dasar komunikasi yang akurat dan lengkap secara tertulis (Hutahaean,
2010).
Dampak dari kesalahan dalam pemberian obat kepada pasien juga dapat
menyebabkan efek toksin terhadap kesehatan pasien seperti keracunan obat,
alergi obat, muntah bahkan kematian (Hura, 2014). untuk pasien terhadap
kecacatan atau bahkan kematian yang timbul sebagai akibat kesalahan pemberian
obat (Harmiady, 2014)

II. Tujuan Penyuluhan


Setelah mengikuti penyuluhan ini, kelompok dapat mengenali dan
mengerti tentang prinsip benar dalam pemberian obat serta mengetahui manfaat
jika mengonsumsi obat.

III. Tujuan Khusus


Setelah mengikuti penyuluhan ini, kelompok klien dapat :
a. Mengetahui pengertian obat
b. Mengetahui pengertian patuh minum obat
c. Mengetahui jenis obat
d. Mengetahui warna obat
e. Mengethui manfaat dari minum obat
f. Mengetahui kerugian dari tidak minum obat
g. Mengetahui prinsip benar pemberian obat

4. Pengorganisasian
a. Waktu dan Tempat
- Hari/Tanggal : Rabu, 15 September 2021
- Jam : 08.00-08.40 WIB
- Tempat : Rumah Sakit Jiwa Jambi
b. Metode : Diskusi
c. Media dan Alat :
- Papan tulis
- Contoh obat halusinasi
- Kartu berisi pertanyaan tentang kepatuhan minum obat
d. Tim Pelaksana
- Leader : Mutiara Prasani
- Co-leader : Agustin Mega Kartika
- Fasilitator 1 ( F1) : Eza Reiskha Dewi
- Fasilitator 2 (F2) : Fitra Ayda Ningsih
- Fasilitator 3 (F3) : Susang Gini
- Fasilitator 4 (F4) : Mertisa
- Observasi : Fadillah Nisa Afrilia
- Pasien :
1) Sri Mulyani
2) Okti Maghfirawati
3) Syafril Manurung
4) Marini Amaliya Muslim

5. Tugas dan Fungsi Pelaksana


a. Leader
- Memimpin jalannya kegiatan.
- Menyampaikan tujuan dan waktu permainan.
- Menjelaskan cara dan peraturan kegiatan.
- Memberi respon yang sesuai dengan perilaku klien.
- Meminta tanggapan dari klien atas permainan yang telah dilakukan.
- Memberi reinforcement positif pada klien.
- Menyimpulkan kegiatan. (Lilik, 2011)
b. Co-leader
- Membantu tugas leader.
- Menyampaikan informasi dari fasilitator ke leader.
- Mengingatkan leader tentang kegiatan.
- Bersama leader menjadi contoh kegiatan.
c. Fasilitator
- Memfasilitasi jalannya kegiatan.
- Memfasilitasi klien yang kurang aktif.
- Mampu memotivasi klien untuk kesuksesan acara.
- Dapat mengatasi hambatan-hambatan yang terjadi dari dalam/luar kelompok.
d. Observer
- Mengobservasi jalannya acara.
- Mencatat jumlah klien yang hadir.
- Mencatat perilaku verbal dan non-verbal selama kegiatan berlangsung.
- Mencatat tanggapan-tanggapan yang dikemukakan klien.
- Mencatat penyimpangan acara terapi aktivitas bermain.
- Membuat laporan hasil kegiatan.
e. Pasien
- Kriteria pasien.
- Klien dengan gangguan orientasi orang, tempat, dan waktu.
- Klien yang kooperatif dengan riwayat halusinasi, waham, ilusi.
- Klien dengan gangguan orientasi orang, waktu dan tempat yang sudah dapat
berinteraksi dengan orang lain.
- Klien yang sehat secara fisik dan bertoleransi terhadap aktivitas.
- Klien tidak membahayakan diri dan orang lain.
- Klien yang telah diberitahu oleh terapis sebelumnya.
- Klien dapat berkomunikasi verbal dengan baik. (Lilik, 2011)

6. Sasaran
Pasien Rumah Sakit Jiwa Jambi
a. Sri Mulyani
b. Okti Maghfirawati
c. Syafril Manurung
d. Marini Amaliya Muslim

7. Setting Tempat

Setting tempat penyuluhan : Keterangan :

Leader

Peserta

Co-leader

Fasilitator

Observer

8. KEGIATAN PENYULUHAN
No WAKTU KEGIATAN PENYULUH KEGIATAN
KLIEN

1. 3menit Pembukaan :
 Menjawab
 Membuka kegiatan dengan
salam
mengucapkan salam.
 Mendengarkan
 Memperkenalkan diri
dan
 Menjelaskan tujuan dari memperhatikan
penyuluhan  Mendengarkan
 Menyebutkan materi yang akan dan
diberikan memperhatikan
 Menjelaskan kontrak waktu  Menyetujui
kontrak waktu

2. 10 menit Pelaksanaan :

 Menjelakan cara mengontrol  Memperhatikan


halusinasi
 Menjelaskan 5 prinsip minum  Memperhatikan
obat.
 Menjelakskan manfaat  Memperhatikan
meminum obat.
 Memberikan kesempatan  Bertanya
kepada peserta untuk
mengajukan pertanyaan

3. 10 Menit Evaluasi :
 Menjawab
 Menanyakan kepada klien tentang
pertanyaan
materi yang telah diberikan dan
memberikan reinforcement kepada
klien jika dapat menjawab
pertanyaan
4. 2 Menit Penutup :
 Mendengarkan
 Mengucapkan terimakasih atas
 Menjawab
peran serta klien.
salam
 Mengucapkan salam penutup
VIII. EVALUASI
1. Evaluasi Struktur
 Peserta menghadiri kegiatan Terapi Aktivitas Kelompok
 Tempat dan alat tersedia sesuai perencanaan
 peran dan tugas sesuai dengan perencanaan

2. Evaluasi Proses
 Pelaksanaan kegiatan sesuai dengan waktu yang telah direncanakan
 Peserta dapat mengikuti acara atau kegiatan sampai selesai
 Peserta berperan aktif selama kegiatan berjalan.

3. Evaluasi Hasil
 Peserta yang mengikuti penyuluhan mampu menyebutkan cara mengrontrol
halusinasi
 Peserta yang mengikuti penyuluhan mampu menyebutkan satah satu prinsip
minum obat
 Peserta yang mengikuti penyuluhan mampu menyebutkan jenis obat dan
warnanya
MATERI TERAPI AKTIVITAS

KELOMPOK SESI 5 PADA PASIEN HALUSINASI

MENGONTROL HALUSINASI DENGAN PATUH MINUM OBAT

1. Pengertian Halusinasi

Halusinasi adalah suatu persepsi yang salah oleh panca indera tanpa adanya rangsang
(stimulus) eksternal (Cook & Fontain, Essential of Mental Health Nursing, 1987).

2. Klasifikasi Halusinasi

Pada klien dengan gangguan jiwa ada beberapa jenis halusinasi dengan karakteristik
tertentu, diantaranya:

a. Halusinasi Pendengaran

Halusinasi ini ditandai dengan mendengar suara, terutama suara-suara orang, biasanya
klien mendengar suara orang yang sedang membicarakan apa yang sedang dipikirkannya dan
memerintahkan untuk melakukan sesuatu.

b. Halusinasi Pendengaran

Karakteristik dari halusinasi ini adalah adanya stimuls penglihatan dalam bentuk
pancaran cahaya, gambaran geometrik, gambar kartun atau panorama yang luas dan
kompleks. Penglihatan bisa menyenangkan atau menakutkan.

c. Halusinasi Penghidung/penciuman

Halusinasi ini ditandai dengan adanya bau busuk, amis, atau bau yan menjijikkan
seperti darah, urine atau feses. Kadang-kadang terhirup bau harum. Biasanya berhubungan
dengan stroke, tumor, kejang dan dementia.

d. Halusinasi Peraba

Halusinasi ini ditandai dengan adanya rasa sakit atau tidak enak tanpa stimulus yang
terlihat. Contoh: merasakan sensasi listrik datang dari tanah, benda mati atau orang lain.
e. Halusinasi Pengecap

Halusinasi ini ditandai dengan merasakan sesuatu yang busuk, amis dan menjijikkan.

f. Halusinasi Sinestetik

Halusinasi ini ditandai dengan merasakan fungsi tubuh seperti darah mengalir melalui
vena atau arteri, makanan dicerna, atau pembentukan urine.

3. Tahapan Halusinasi

TAHAP KARAKTEISTIK PERILAKU KLIEN


Tahap I
Memberi rasa nyaman  Mengalami ansietas,  Tersenyum, tertawa
tingkat ansietas sedang kesepian, rasa sendiri
secara umum, bersalah, dan  Menggerakkan bibir tanpa
halusinasi merupakan ketakutan. suara
suatu kesenangan.  Mencoba berfokus  Pergerakan Mata yang
pada pikiran yang dapat cepat
menghilangkan  Respon Verbal yang
ansietas. lambat
 Pikiran dan  Diam dan berkonsentrasi
pengalaman sensori
masih ada dalam
kontrol kesadaran,
nonpsikotik.
Tahap II
 Menyalahkan  Pengalaman sensori  Terjadi peningkatan
 Tingkat kecemasan menakutkan denyut jantung,
berat secara umum  Merasa dilecehkan pernapasan, dan tekanan
halusinasi oleh pengalaman darah
menyebabkan sensori tersebut  Perhatian dengan
perasaan antipati.  Mulai merasa lingkungan berkurang
kehilangan kontrol  Konsentrasi terhadap
 Menarik diri dari orang pengalaman sensori kerja
lain nonpsikotik.  Kehilangan kemampuan
membedakan halusinasi
dengan realitas.
Tahap III
 Mengontrol  Klien menyerah dan  Perintah halusinasi ditaati
 Tingkat Kecemasan menerima pengalaman  Sulit berhubungan dengan
berat sensori (halusinasi) orang lain
 Pengalaman halusinasi  Isi halusinasi menjadi  Perhatian terhadap
tidak dapat ditolak lagi. atraktif lingkungan berkurang hanya
 Kesepian bila beberapa detik
pengalaman sensori  Tidak mampu mengikuti
berakhir psikotik. perintah dari perawat,
tremor, dan berkeringat.
Tahap IV
 Klien sudah dikuasai  Pengalaman sensori  Perilaku panik
oleh halusinasi mungkin menakutkan  Resiko tinggi menciderai
 Klien panik jika individu tidak  Agitasi atau kataton
mengikuti perintah  Tidak mampu berespon
halusinasi, bisa terhadap lingkungan
berlangsung dalam
beberapa jam atau hari
apabila tidak ada
intervensi terapeutik.
4. 4 Cara Mengatasi Halusinasi

1) Menghardik halusinasi.
Teknik menghardik halusinasi seperti: “Pergi kamu, kamu itu tidak nyata”.

2) Bercakap-cakap dengan orang lain


Teknik mengalihkan halusinasi dengan cara bercakap-cakap dengan orang lain. Pasien
dapat meminta seseorang untuk bercakap-cakap dengannya.

3) Melakukan kegiatan atau aktivitas terjadwal


Pasien dapat melakukan kegiatan seperti menyapu, dan kegiatan lainnya.

4) Minum obat secara teratur

Meminum obat secara teratur dan sesuai anjuran untuk mengatasi halusinasi.

5. Pengertian Obat

Obat adalah zat apa pun yang menyebabkan perubahan fisiologi atau psikologi
organisme saat dikonsumsi. Obat-obatan biasanya dibedakan dari makanan danz at yang
menyediakan nutrisi. Konsumsi obat dapat dilakukan melalui inhalasi, injeksi, merokok,
ingesti, absorpsi melalui kulit, atau disolusi di bawah lidah.

6. Jenis Dan Warna Obat Pasien Halusinasi

1) CPZ (Chlorpromazine)

CPZ berwarna orange diminum 3 kali sehari setiap jam 7 pagi, 1 siang, dan 7
malam. Gunanya untuk menghilangkan suara-suara halusinasi.

2) HLD (Haloperidol)

HLD/ HP warnanya merah jambu diminum 3 kali sehari setiap jam 7 pagi, 1 siang,
dan 7 malam. Gunanya untuk membuat pikiran tenang.

3) THP (Trihexilpenidyl)
THP berwarna putih diminum 3 kali sehari setiap jam 7 pagi, 1 siang, dan 7 malam.
Gunanya agar badan rileks dan tidak kaku.

7. Pengertian Patuh Minum Obat

Kepatuhan minum obat ialah suatu perilaku menelan obat sesuai dengan anjuran
dokter atau tenaga kesehatan, secara tuntas dan tepat waktu penggunaannya.

8. Pentingnya Minum Obat

Setiap obat memiliki waktu parh atau waktu obat mencapai titik tertinggi di darah
dalam waktu yang berbeda-beda, oleh karena itu dibuat aturan minum, ada yang 2 kali sehari
ada yang 3 kali sehari tergantung waktu paruh tiap obat tersebut. Beberapa obat juga ada yang
memiliki interaksi antara satu obat dan lainnya. Ada obat yang akan berinteraksi bila
digabungkan dengan obat lain. Derajat interaksi obat pun berbeda-beda, bisa ringan, sedang,
atau berat. Disarankan untuk mengikuti aturan pakai dari dokter yang memberikan obat-
obatan tersebut.

Kepatuhan perilaku pasien yang mentaati semua nasihat dan petunjuk yang dianjurkan
oleh kalangan tenaga medis, seperti dokter dan apoteker. Segala sesuatu yang harus dilakukan
untuk mencapai tujuan pengobatan, salah satunya adalah kepatuhan minum obat.

9. Kerugian Tidak Minum Obat

Minum obat yang tidak sesuai dengan aturan dari dokter dapat membuat penyakit
tambah parah. Jika terus berlanjut, tentu dapat memungkinkan sampai harus berujung
kematian. Lupa minum obat, sembarangan meletakkan obat termasuk kesalahan yang perlu
dihindari. Salah satu contohnya, sebanyak 25-50 persen pasien yang berhenti mengonsumsi
statin (obat penurun kolesterol) selama satu tahun meningkatkan risiko kematian hingga 25
persen.

10. Prinsip 5 Benar Minum Obat

1) Benar pasien
Sebelum obat diberikan, identitas pasien harus diperiksa (papan identitas di tempat
tidur, gelang identitas) ata ditanyakan langsung kepada pasien atau keluarganya. Jika
pasien tidak sanggup berespon secara verbal, respon non verbal dapat dipakai, misalnya
pasien mengangguk. Jika pasien tidak sanggup mengidentifikasi diri akibat gangguan
mental atau kesadaran, harus di cari cara identifikasi yang lain seperti menanyakan
langsung kepada keluarganya. Bayi harus selalu di identifikasi dari gelang identitasnya.
2) Benar obat
Selum memberikan obat kepada pasien, label pada botol atau kemasan harus di
periksa minimal 3 kali.
3) Benar dosis
Sebelum memberikan obat perawat harus memeriksa dosis obat dengan hati-hati
dan teliti, jika ragu perawat harus berkonsultasi dengan dokter atau apoteker sebelum di
lanjutkan ke pasien.
4) Benar cara/rute
Ada banyak rute/cara dalam memberikan obat, perawat harus teliti dan berhati-hati
agar tidak terjadi kesalahan pemberian obat.
5) Benar waktu
Ketepatan waktu sangat pentingkhususnya bagi obat yang efektivitas tergantung
untuk mencapai atau mempertahankan darah yang memadai, ada beberapa obat yang
diminum sesudah atau sebelum makan, juga dalam pemberian antibiotik tidak oleh di
berikan bersamaan dengan susu, karna susu dapat mengikat sebagian besar obat
itu,sebelum dapat di serap tubuh.
DAFTAR PUSTAKA

Wijayaningsih. 2015. Panduan Lengkap Praktek Klinik Keperawatan Jiwa. Yogyakarta: Trans
Info Media.

Kuntarti, 2005, ‘Tingkat penerapan prinsip enam tepat dalam pemberian obat oleh perawat di

ruang rawat inap’, Jurnal Keperawatan Indonesia, Volume 9, No.1, Maret 2009; 19-25

Lilik Ma'rifatul.(2011). Buku Ajar Keperawatan Kesehatan Jiwa—Teori dan Aplikasi Praktik
Klinik.Yogyakarta: Indomedia Pustaka.

http://scholar.unand.ac.id/30193/2/BAB%20I.pdf

Anda mungkin juga menyukai