”Kelompok 2B”
Disusun Oleh :
Mertisa G1B119072
UNIVERSITAS JAMBI
Assalamualaikum wr.wb
Puji syukur atas kehadirat Tuhan yang Maha Esa atas segala kelimpahan Rahmat dan
Karunia-Nya sehilngga kami dapat menyelesaikan penyusunan Makalah SAP Tak Halusinasi
Sesi 5 Mata Kuliah Keperawatan Kesehatan Jiwa II ini dalam bentuk maupun isinya yang sangat
sederhana. Semoga makalah ini dapat digunakan sebagai salah satu acuan, petunjuk, maupun
pedoman bagi pembaca.
Harapan kami semoga makalah ini dapat membantu menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi para pembaca, sehingga kami dapat memperbaiki bentuk maupun isi makalah
sehingga kedepannya dapat lebih baik lagi.
Makalah ini kami akui masih sangat banyak kekurangan dikarenakan kekurangan dan
keterbatasan pengetahuan penulis.Oleh karena itu kami sangat mengharapkan masukan-masukan
yang membangun bagi makalah ini kedepannya.
19 September 2021
Kelompok 2B
SATUAN ACARA PENYULUHAN
I. Latar belakang
Perawat memiliki tanggung jawab untuk memastikan dan memberikan
obat dengan benar. Selain sebagai pelaksana dalam pemberian obat, perawat juga
merupakan tenaga kesehatan yang paling tepat untuk memberikan obat karena
meluangkan sebagian besar waktunya berada di samping pasien
Terapi obat yang diberikan kepada pasien memiliki jenis yang berbeda,
sehingga beresiko pada kekeliruan pengobatan, sedangkan jumlah pasien cukup
banyak dalam satu kali perawatan di bangsal dengan jenis obat yang berbeda dari
masing-masing pasien. Dampak negatif terkait kesalahan pemberian obat
meliputi berkurangnya keselamatan pasien, adverse drug event, dan adverse drug
reaction (Kemenkes, 2011). Prinsip enam benar merupakan sebuah prosedur yang
dimiliki oleh perawat di rumah sakit dalam menjalankan tugasnya saat
memberikan obat kepada pasien. Prinsip enam benar tersebut yaitu : benar pasien,
benar obat, benar dosis, benar waktu, benar rute pemberian, dan benar
dokumentasi (Harmiady, 2014).
Penelitian Karna, et al (2012) menuliskan melalui hasil laporan British
Medical Association bahwa telah terjadi setidaknya 250.000 pasien yang dirawat
di rumah sakit United Kingdom mengalami reaksi obat yang tidak diharapkan
(Adverse Drug Reaction) setiap tahunnya. Joint Commission International (JCI)
& Wolrd Health Organitation (WHO) juga melaporkan di beberapa negara
terdapat 70% kejadian kesalahan pengobatan dan sampai menimbulkan kecacatan
yang permanen pada pasien (Fatimah, 2016). Di Indonesia kesalahan dalam
pemberian obat belum terdata secara sistematis dan sistem pelaporan yang
terdokumentasi masih belum banyak dilaksanakan. Dokumentasi keperawatan
merupakan bukti pencatatan dan pelaporan perawat yang berguna untuk
kepentingan klien, perawat dan tim kesehatan dalam memberikan pelayanan
dengan dasar komunikasi yang akurat dan lengkap secara tertulis (Hutahaean,
2010).
Dampak dari kesalahan dalam pemberian obat kepada pasien juga dapat
menyebabkan efek toksin terhadap kesehatan pasien seperti keracunan obat,
alergi obat, muntah bahkan kematian (Hura, 2014). untuk pasien terhadap
kecacatan atau bahkan kematian yang timbul sebagai akibat kesalahan pemberian
obat (Harmiady, 2014)
4. Pengorganisasian
a. Waktu dan Tempat
- Hari/Tanggal : Rabu, 15 September 2021
- Jam : 08.00-08.40 WIB
- Tempat : Rumah Sakit Jiwa Jambi
b. Metode : Diskusi
c. Media dan Alat :
- Papan tulis
- Contoh obat halusinasi
- Kartu berisi pertanyaan tentang kepatuhan minum obat
d. Tim Pelaksana
- Leader : Mutiara Prasani
- Co-leader : Agustin Mega Kartika
- Fasilitator 1 ( F1) : Eza Reiskha Dewi
- Fasilitator 2 (F2) : Fitra Ayda Ningsih
- Fasilitator 3 (F3) : Susang Gini
- Fasilitator 4 (F4) : Mertisa
- Observasi : Fadillah Nisa Afrilia
- Pasien :
1) Sri Mulyani
2) Okti Maghfirawati
3) Syafril Manurung
4) Marini Amaliya Muslim
6. Sasaran
Pasien Rumah Sakit Jiwa Jambi
a. Sri Mulyani
b. Okti Maghfirawati
c. Syafril Manurung
d. Marini Amaliya Muslim
7. Setting Tempat
Leader
Peserta
Co-leader
Fasilitator
Observer
8. KEGIATAN PENYULUHAN
No WAKTU KEGIATAN PENYULUH KEGIATAN
KLIEN
1. 3menit Pembukaan :
Menjawab
Membuka kegiatan dengan
salam
mengucapkan salam.
Mendengarkan
Memperkenalkan diri
dan
Menjelaskan tujuan dari memperhatikan
penyuluhan Mendengarkan
Menyebutkan materi yang akan dan
diberikan memperhatikan
Menjelaskan kontrak waktu Menyetujui
kontrak waktu
2. 10 menit Pelaksanaan :
3. 10 Menit Evaluasi :
Menjawab
Menanyakan kepada klien tentang
pertanyaan
materi yang telah diberikan dan
memberikan reinforcement kepada
klien jika dapat menjawab
pertanyaan
4. 2 Menit Penutup :
Mendengarkan
Mengucapkan terimakasih atas
Menjawab
peran serta klien.
salam
Mengucapkan salam penutup
VIII. EVALUASI
1. Evaluasi Struktur
Peserta menghadiri kegiatan Terapi Aktivitas Kelompok
Tempat dan alat tersedia sesuai perencanaan
peran dan tugas sesuai dengan perencanaan
2. Evaluasi Proses
Pelaksanaan kegiatan sesuai dengan waktu yang telah direncanakan
Peserta dapat mengikuti acara atau kegiatan sampai selesai
Peserta berperan aktif selama kegiatan berjalan.
3. Evaluasi Hasil
Peserta yang mengikuti penyuluhan mampu menyebutkan cara mengrontrol
halusinasi
Peserta yang mengikuti penyuluhan mampu menyebutkan satah satu prinsip
minum obat
Peserta yang mengikuti penyuluhan mampu menyebutkan jenis obat dan
warnanya
MATERI TERAPI AKTIVITAS
1. Pengertian Halusinasi
Halusinasi adalah suatu persepsi yang salah oleh panca indera tanpa adanya rangsang
(stimulus) eksternal (Cook & Fontain, Essential of Mental Health Nursing, 1987).
2. Klasifikasi Halusinasi
Pada klien dengan gangguan jiwa ada beberapa jenis halusinasi dengan karakteristik
tertentu, diantaranya:
a. Halusinasi Pendengaran
Halusinasi ini ditandai dengan mendengar suara, terutama suara-suara orang, biasanya
klien mendengar suara orang yang sedang membicarakan apa yang sedang dipikirkannya dan
memerintahkan untuk melakukan sesuatu.
b. Halusinasi Pendengaran
Karakteristik dari halusinasi ini adalah adanya stimuls penglihatan dalam bentuk
pancaran cahaya, gambaran geometrik, gambar kartun atau panorama yang luas dan
kompleks. Penglihatan bisa menyenangkan atau menakutkan.
c. Halusinasi Penghidung/penciuman
Halusinasi ini ditandai dengan adanya bau busuk, amis, atau bau yan menjijikkan
seperti darah, urine atau feses. Kadang-kadang terhirup bau harum. Biasanya berhubungan
dengan stroke, tumor, kejang dan dementia.
d. Halusinasi Peraba
Halusinasi ini ditandai dengan adanya rasa sakit atau tidak enak tanpa stimulus yang
terlihat. Contoh: merasakan sensasi listrik datang dari tanah, benda mati atau orang lain.
e. Halusinasi Pengecap
Halusinasi ini ditandai dengan merasakan sesuatu yang busuk, amis dan menjijikkan.
f. Halusinasi Sinestetik
Halusinasi ini ditandai dengan merasakan fungsi tubuh seperti darah mengalir melalui
vena atau arteri, makanan dicerna, atau pembentukan urine.
3. Tahapan Halusinasi
1) Menghardik halusinasi.
Teknik menghardik halusinasi seperti: “Pergi kamu, kamu itu tidak nyata”.
Meminum obat secara teratur dan sesuai anjuran untuk mengatasi halusinasi.
5. Pengertian Obat
Obat adalah zat apa pun yang menyebabkan perubahan fisiologi atau psikologi
organisme saat dikonsumsi. Obat-obatan biasanya dibedakan dari makanan danz at yang
menyediakan nutrisi. Konsumsi obat dapat dilakukan melalui inhalasi, injeksi, merokok,
ingesti, absorpsi melalui kulit, atau disolusi di bawah lidah.
1) CPZ (Chlorpromazine)
CPZ berwarna orange diminum 3 kali sehari setiap jam 7 pagi, 1 siang, dan 7
malam. Gunanya untuk menghilangkan suara-suara halusinasi.
2) HLD (Haloperidol)
HLD/ HP warnanya merah jambu diminum 3 kali sehari setiap jam 7 pagi, 1 siang,
dan 7 malam. Gunanya untuk membuat pikiran tenang.
3) THP (Trihexilpenidyl)
THP berwarna putih diminum 3 kali sehari setiap jam 7 pagi, 1 siang, dan 7 malam.
Gunanya agar badan rileks dan tidak kaku.
Kepatuhan minum obat ialah suatu perilaku menelan obat sesuai dengan anjuran
dokter atau tenaga kesehatan, secara tuntas dan tepat waktu penggunaannya.
Setiap obat memiliki waktu parh atau waktu obat mencapai titik tertinggi di darah
dalam waktu yang berbeda-beda, oleh karena itu dibuat aturan minum, ada yang 2 kali sehari
ada yang 3 kali sehari tergantung waktu paruh tiap obat tersebut. Beberapa obat juga ada yang
memiliki interaksi antara satu obat dan lainnya. Ada obat yang akan berinteraksi bila
digabungkan dengan obat lain. Derajat interaksi obat pun berbeda-beda, bisa ringan, sedang,
atau berat. Disarankan untuk mengikuti aturan pakai dari dokter yang memberikan obat-
obatan tersebut.
Kepatuhan perilaku pasien yang mentaati semua nasihat dan petunjuk yang dianjurkan
oleh kalangan tenaga medis, seperti dokter dan apoteker. Segala sesuatu yang harus dilakukan
untuk mencapai tujuan pengobatan, salah satunya adalah kepatuhan minum obat.
Minum obat yang tidak sesuai dengan aturan dari dokter dapat membuat penyakit
tambah parah. Jika terus berlanjut, tentu dapat memungkinkan sampai harus berujung
kematian. Lupa minum obat, sembarangan meletakkan obat termasuk kesalahan yang perlu
dihindari. Salah satu contohnya, sebanyak 25-50 persen pasien yang berhenti mengonsumsi
statin (obat penurun kolesterol) selama satu tahun meningkatkan risiko kematian hingga 25
persen.
1) Benar pasien
Sebelum obat diberikan, identitas pasien harus diperiksa (papan identitas di tempat
tidur, gelang identitas) ata ditanyakan langsung kepada pasien atau keluarganya. Jika
pasien tidak sanggup berespon secara verbal, respon non verbal dapat dipakai, misalnya
pasien mengangguk. Jika pasien tidak sanggup mengidentifikasi diri akibat gangguan
mental atau kesadaran, harus di cari cara identifikasi yang lain seperti menanyakan
langsung kepada keluarganya. Bayi harus selalu di identifikasi dari gelang identitasnya.
2) Benar obat
Selum memberikan obat kepada pasien, label pada botol atau kemasan harus di
periksa minimal 3 kali.
3) Benar dosis
Sebelum memberikan obat perawat harus memeriksa dosis obat dengan hati-hati
dan teliti, jika ragu perawat harus berkonsultasi dengan dokter atau apoteker sebelum di
lanjutkan ke pasien.
4) Benar cara/rute
Ada banyak rute/cara dalam memberikan obat, perawat harus teliti dan berhati-hati
agar tidak terjadi kesalahan pemberian obat.
5) Benar waktu
Ketepatan waktu sangat pentingkhususnya bagi obat yang efektivitas tergantung
untuk mencapai atau mempertahankan darah yang memadai, ada beberapa obat yang
diminum sesudah atau sebelum makan, juga dalam pemberian antibiotik tidak oleh di
berikan bersamaan dengan susu, karna susu dapat mengikat sebagian besar obat
itu,sebelum dapat di serap tubuh.
DAFTAR PUSTAKA
Wijayaningsih. 2015. Panduan Lengkap Praktek Klinik Keperawatan Jiwa. Yogyakarta: Trans
Info Media.
Kuntarti, 2005, ‘Tingkat penerapan prinsip enam tepat dalam pemberian obat oleh perawat di
ruang rawat inap’, Jurnal Keperawatan Indonesia, Volume 9, No.1, Maret 2009; 19-25
Lilik Ma'rifatul.(2011). Buku Ajar Keperawatan Kesehatan Jiwa—Teori dan Aplikasi Praktik
Klinik.Yogyakarta: Indomedia Pustaka.
http://scholar.unand.ac.id/30193/2/BAB%20I.pdf