Anda di halaman 1dari 11

Satuan Acara Penyuluhan Penanganan Waham dan Kepatuhan Minum Obat

SATUAN ACARA PENYULUHAN

Topik Penyuluhan : Waham dan Kepatuhan Minum Obat


Pokok Bahasan : Waham dan Kepatuhan Minum Obat
Sub Pokok Bahasan : Penanganan Pasien dengan Waham dan Kepatuhan
Minum Obat
Sasaran : Keluarga Pasien dengan Waham
Tempat : Rumah Tn. A
Waktu : 12.00-12.45 WITA
Hari, tanggal : Kamis, 23 November 2017
Perorganisasian :1. Pembawa Acara : Retno Anggraini
2. Penyaji : 1. Rusmila Ulfah
: 2. Siti Mahrita
3. Fasilitator : Senna Qobita Dwi Putri
4. Observer : Astuti Septiawati

A. Tujuan Instruksional Umum


Setelah diberikan penyuluhan diharapkan peserta penyuluhan dapat
memahami bagaimana penanganan pada pasien dengan waham
Tujuan Instruksional Khusus
1. Peserta penyuluhan dapat mengulang kembali pengertian waham
2. Peserta penyuluhan dapat mengulang kembali penyebab terjadinya waham
3. Peserta penyuluhan dapat mengulang kembali macam-macam waham
4. Peserta penyuluhan dapat mengulang kembali tanda dan gejala waham
5. Peserta penyuluhan dapat mengulang kembali penanganan klien dengan
waham
6. Peserta penyuluhan dapat mengulang kembali pengertian kepatuhan
minum obat
7. Peserta penyuluhan dapat mengulang kembali manfaat dan tujuan
pemberian obat
8. Peserta penyuluhan dapat mengulang kembali akibat ketidakpatuhan
minum obat
9. Peserta penyuluhan dapat mengulang kembali pemberian obat berdasarkan
6 benar obat
10. Peserta penyuluhan dapat mengulang kembali tanda-tanda kekambuhan
akibat tidak patuh minum obat
B. Kegiatan Penyuluhan

[AUTHOR NAME] 1
Satuan Acara Penyuluhan Penanganan Waham dan Kepatuhan Minum Obat

Alokasi waktu :
1. Pembukaan : 3 menit
2. Penyampaian materi : 25 menit
3. Tanya jawab : 10 menit
4. Penutup : 2 menit

Kegiatan Kegiatan Penyuluhan Kegiatan Peserta Metode Waktu


Pembukaan 1. Memberi salam 1. Menjawab Ceramah 12.00-
2. Memperkenalkan diri
salam 12.03
3. Bina hubungan saling
2. Mendengarkan
percaya.
4. Menyampaikan tujuan
pokok materi
5. Menanyakan
pengetahuan tentang
waham dan kepatuhan
minum obat sebelumnya
6. Menanyakan
pengalaman keluarga
saat menangani pasien
dengan waham
Penyampaian Menjelaskan materi tentang: 1. Mendengarkan Ceramah 12.03-
Materi 1. Pengertian waham
2. Menanyakan
2. Penyebab terjadinya
materi yang
waham
belum
3. Macam-macam
dimengerti
waham
4. Tanda dan gejala
waham
5. Penanganan klien
dengan waham
6. Peserta penyuluhan
dapat mengulang
kembali pengertian
kepatuhan minum

[AUTHOR NAME] 2
Satuan Acara Penyuluhan Penanganan Waham dan Kepatuhan Minum Obat

obat
7. Peserta penyuluhan
dapat mengulang
kembali manfaat dan
tujuan pemberian
obat
8. Peserta penyuluhan
dapat mengulang
kembali akibat
ketidakpatuhan
minum obat
9. Peserta penyuluhan
dapat mengulang
kembali pemberian
obat berdasarkan 6
benar obat
10. Peserta penyuluhan
dapat mengulang
kembali tanda-tanda
kekambuhan akibat
tidak patuh minum
obat
Penutup 1. Memberikan pertanyaan 1. Menjawab Tanya 12.40-
2. Menarik kesimpulan
pertanyaan jawab 12.45
3. Menyampaikan hasil
(diskusi)
Evaluasi 2. Menjawab
4. Menutup penyuluhan
salam
(salam)

C. Setting Tempat
Keterangan :
A A B
A A = Penyaji
C
B = Pembawa Acara
E D
C = Peserta

D = Fasilitator[AUTHOR NAME] 3

E = Observer
Satuan Acara Penyuluhan Penanganan Waham dan Kepatuhan Minum Obat

D. Garis Besar Materi ( Terlampir)


1. Pengertian waham
2. Penyebab terjadinya waham
3. Macam-macam waham
4. Tanda dan gejala waham
5. Penanganan waham
6. Pengertian kepatuhan minum obat
7. Manfaat dan tujuan pemberian obat
8. Akibat ketidakpatuhan minum obat
9. Pemberian obat berdasarkan 6 benar obat
10. Tanda-tanda kekambuhan akibat tidak patuh minum obat
E. Penanganan klien dengan waham kepatuhan minum obat
F. Evaluasi
1. Evaluasi Struktural
a) Kesiapan Peserta Penyuluhan
b) Kesiapan tempat pelaksanaan.
c) Kesiapan tim penyaji
d) Kesiapan materi penyaji
e) Kesiapan media (leaflet, Flip chart)
2. Evaluasi Proses
a) Peserta penyuluhan akan memenuhi waktu pelaksanaan (2 orang)
b) Peserta aktif dalam melaksanakan tanya jawab (minimal 1 orang)
3. Evaluasi Hasil
a) Kegiatan penyuluhan berjalan sesuai dengan waktu yang telah
ditentukan.
b) Keluarga dapat menjelaskan pengertian waham, penyebab terjadinya
waham, macam-macam waham, tanda dan gejala waham, penanganan
klien dengan waham, pengertian putus obat, penyebab putus obat,
tanda dan gejala putus obat, akibat putus obat, dan penanganan klien
dengan putus obat.
F. Lampiran
- Materi Lengkap
G. Referensi :
Keliat, BA. 2009. Kumpulan Proses Keperawatan Masalah Jiwa.

[AUTHOR NAME] 4
Satuan Acara Penyuluhan Penanganan Waham dan Kepatuhan Minum Obat

Purba, dkk. 2008 Asuhan Keperawatan pada klien dengan masalah psikologi
dangangguan jiwa. medan:usu press.

Wiramihardja, Sutardja A. 2007. Pengantar psikologi abnormal. Bandung: PT.


Refika Aditama.

Kaplan, JB, Sadock TC.1997. Sinopsis: Psikiatri Ilmu Pengetahuan Perilaku


Psikatri Klinis Edisi ketujuh. Jakarta: Bina Rupa Aksara.

WAHAM

A. PENGERTIAN WAHAM
Waham adalah suatu keyakinan yang dipertahankan secara kuat terus-
menerus, tetapi tidak sesuai dengan kenyataan. Waham adalah keyakinan
seseorang yang berdasarkan penilaian realitas yang salah. Keyakinan klien
tidak konsisten dengan tingkat intelektual dan latar belakang budaya klien

B. PENYEBAB WAHAM
1. Faktor Predisposisi
a. Faktor perkembangan
Hambatan perkembangan akan menggangu hubungan
interpersonal seseorang. Hal ini dapat meningkatkan stress dan ansietas
yang berakir dengan gangguan presepsi, klien menekankan perasaan nya
sehingga pematangan fungsi intelektual dan emosi tidak efektif
b. Faktor sosial budaya
Seseorang yang merasa di asingkan dan kesepian dapat
menyebabkan timbul nya waham
c. Faktor psikologi

[AUTHOR NAME] 5
Satuan Acara Penyuluhan Penanganan Waham dan Kepatuhan Minum Obat

Hubungan yang tidak harmonis, peran ganda bertentangan dapat


menimbulkan ansietas dan berakhir dengan pengingkaran terhadap
kenyataan
d. Faktor biologis
Waham di yakini terjadi karena ada nya atrofi otak, pembesaran
ventrikel di otak atau perubahan pada sel kortikal dan lindik
e. Faktor genetik

2. Faktor Presipitasi
a. Faktor sosial budaya
Waham dapat di picu karena ada nya perpisahan dengan orang yang
berarti atau di asingkan dari kelompok
b. Faktor biokimia
Dopamin, norepinepin, dan zat halusinogen lain nya di duga dapat
menjadi penyebab waham pada seseorang
c. Faktor psikologis
a) Kecemasan yang memanjang dan terbatasan nya kemampuan untuk
mengatasi masalah sehingga klien mengembangkan koping untuk
menghindari kenyataan yang menyenagkan.

C. TANDA DAN GEJALA WAHAM


Menurut Kaplan dan shadok ( 1997):
1. Status Mental
a. Pada pemeriksaan status mental, menunjukkan hasil yang sangat
normal, kecuali bila ada sistem waham abnormal yang jelas.
b. Mood klien konsisten dengan isi wahamnya.
c. Pada waham curiga didapatkannya perilaku pencuriga.
d. Pada waham kebesaran, ditemukan pembicaraan tentang peningkatan
identitas diri, mempunyai hubungan khusus dengan orang yang
terkenal.
e. Adapun sistem wahamnya, pemeriksa kemungkinan merasakan adanya
kualitas depresi ringan.
f. Klien dengan waham, tidak memiliki halusinasi yang
menonjol/menetap., kecuali pada klien dengan waham raba atau cium.
Pada beberapa klien kemungkinan ditemukan halusinasi dengar.
2. Sensorium dan kognisi

[AUTHOR NAME] 6
Satuan Acara Penyuluhan Penanganan Waham dan Kepatuhan Minum Obat

a. Pada waham, tidak ditemukan kelainan dalam orientasi, kecuali yang


memiliki waham spesifik tentang waktu, tempat, dan situasi.
b. Daya ingat dan proses kognitif klien dengan intak (utuh).
c. Klien waham hampir seluruh memiliki insight (daya tilik diri) yang
jelek.
Klien dapat dipercaya informasinya, kecuali jika membahayakan dirinya,
keputusan yang terbaik bagi pemeriksa dalam menentukan kondisi klien
adalah dengan menilai perilaku masa lalu, masa sekarang dan yang
direncanakan.

D. MACAM-MACAM WAHAM
Tanda dan gejala waham berdasarkan jenis waham menurut Keliat (2009):
1. Waham kebesaran: individu meyakini bahwa ia memiliki kebesaran atau
kekuasaan khusus dan diucapkan berulang kali, tetapi tidak sesuai
kenyataan. Misalnya, “saya ini pejabat departemen kesehatan lho!” atau,
“saya punya tambang emas”.
2. Waham curiga: Individu meyakini bahwa ada seseorang atau kelompok
yang berusaha merugikan/mencerai dirinya dan diucapkan berulang kali,
tetapi tidak sesuai kenyataan. Contoh, “saya tahu seluruh saudara saya
ingin menghancurka hidup saya karena mereka iri dengan kesuksesan
saya”.
3. Waham agama: Individu memiliki keyakinan terhadap suatu agama secara
berlebihan dan diucapkan berulang kali, tetapi tidak sesuai dengan
kenyataan. Contoh, “kalau saya mau masuk surga, saya harus
menggunakan pakaian putih setip hari”.
4. Waham somatic: Individu meyakini bahwa tubuh atau bagian tubuhnya
terganggu atau terserang penyakit dan diucapkan berulang kali, tetapi tidak
sesuai dengan kenyataan. Contoh, “saya sakit kanker”. (Kenyataannya
pada pemeriksaan laboratorium tidak ditemukan tanda-tanda kanker, tetapi
pasien terus mengataka bahwa ia sakit kanker.)
5. Waham nihilistic: Individu meyakini bahwa dirinya sudah tidak ada
didunia/meniggal dan diucapkan berulang kali, tetapi tidak sesuai dengan
kadaan nyata. Misalnya, “Ini kanalam kubur ya, semua yang ada disini
adalah roh-roh.”

[AUTHOR NAME] 7
Satuan Acara Penyuluhan Penanganan Waham dan Kepatuhan Minum Obat

E. PENANGANAN WAHAM
Ada beberapa hal yang dapat dilakukan keluarga dalam merawat pasien
dengan waham, antara lain :
1. Bila sedang dalam keadaan baik, ajak bicara dan diskusikan tentang hal
hal apa yang bisa membuatnya dirinya merasa nyaman dan hal hal apa
yang bia dilakukan bersama untuk mengurangi gangguan akibat waham
tersebut.
2. Berikan rasa nyaman dan perlindungan
3. Identifikasi hal hal yang menjadi pemicu stress. Misalnya: banyak orang
atau kerumunan orang di toko atau mall, beradu mulut, dimarahi, dan lain-
lain.
4. Ciptakan hal hal atau kegiatan yang bisa mengalihkannya dari halusinasi,
seperti: melakukan kegiatan yang menyenangkan hatinya (bermusik,
berkebun, menggambar, dan lain-lain), melakukan pekerjaan rumah yang
ringan, diajak ngobrol, mendengarkan radio atau melihat TV, dan lain-lain.
5. Latihan teknik relaksasi
6. Hindari pemicu stress seperti berdebat, bergadang dan lain-lain
7. Minum obat sesuai perintah dokter.
KEPATUHAN MINUM OBAT

A. PENGERTIAN KEPATUHAN MINUM OBAT


Kepatuhan minum obat adalah perilaku pasien yang menaati semua
ketentuan dan peraturan dalam penggunaan obat sesuai dengan petunjuk medis
yang telah diberikan oleh tenaga kesehatan. Hal ini merupakan syarat utama
tercapainya keberhasilan dalam pengobatan yang dilakukan.

B. MANFAAT DAN TUJUAN PEMBERIAN OBAT


1. Membantu klien menjadi lebih tenang sehingga dapat beristirahat
2. Membantu klien dalam mengendalikan emosi
3. Membantu mengendalikan perilaku klien
4. membantu klien dalam berinteraksi dengan orang lain
5. Membantu proses pikir (konsentrasi)

[AUTHOR NAME] 8
Satuan Acara Penyuluhan Penanganan Waham dan Kepatuhan Minum Obat

C. AKIBAT KETIDAKPATUHAN MINUM OBAT


1. Bertambah parahnya penyakit yang diderita
2. Penyakit menjadi kronis dan susah disembuhkan
3. Berkurangnya efektivitas obat yang dikonsumsi
4. Penyakit yang diderita sering kambuh kembali sehingga harus
5. R awat inap ulang
6. Terjadi overdosis (untuk penggunaan yang berlebihan)

D. PEMBERIAN OBAT BERDASARKAN 6 BENAR OBAT


1. Benar Pasien
Sebelum obat diberikan, identitas pasien harus diperiksa (papan identitas
di tempat tidur, gelang identitas) atau ditanyakan langsung kepada pasien
atau keluarganya. Jika pasien tidak sanggup berespon secara verbal, respon
non verbal dapat dipakai, misalnya pasien mengangguk. Jika pasien tidak
sanggup mengidentifikasi diri akibat gangguan mental atau kesadaran,
harus dicari cara identifikasi yang lain seperti menanyakan langsung
kepada keluarganya. Bayi harus selalu diidentifikasi dari gelang
identitasnya.
2. Benar Obat
Obat memiliki nama dagang dan nama generik. Setiap obat dengan nama
dagang yang kita asing (baru kita dengar namanya) harus diperiksa nama
generiknya, bila perlu hubungi apoteker untuk menanyakan nama
generiknya atau kandungan obat. Sebelum memberi obat kepada pasien,
label pada botol atau kemasannya harus diperiksa tiga kali. Pertama saat
membaca permintaan obat dan botolnya diambil dari rak obat, kedua label
botol dibandingkan dengan obat yang diminta, ketiga saat dikembalikan ke
rak obat. Jika labelnya tidak terbaca, isinya tidak boleh dipakai dan harus
dikembalikan ke bagian farmasi. Jika pasien meragukan obatnya, keluarga
harus memeriksanya lagi. Saat memberi obat keluarga harus ingat untuk
apa obat itu diberikan. Ini membantu mengingat nama obat dan kerjanya.
3. Benar Dosis
Sebelum memberi obat, perawat harus memeriksa dosisnya. Jika ragu,
perawat harus berkonsultasi dengan dokter yang menulis resep atau

[AUTHOR NAME] 9
Satuan Acara Penyuluhan Penanganan Waham dan Kepatuhan Minum Obat

apoteker sebelum dilanjutkan ke pasien. Jika pasien meragukan dosisnya


perawat harus memeriksanya lagi. Ada beberapa obat baik ampul maupun
tablet memiliki dosis yang berbeda tiap ampul atau tabletnya.
4. Benar Cara/Rute
Obat dapat diberikan melalui sejumlah rute yang berbeda. Faktor yang
menentukan pemberian rute terbaik ditentukan oleh keadaan umum pasien,
kecepatan respon yang diinginkan, sifat kimiawi dan fisik obat, serta
tempat kerja yang diinginkan. Obat dapat diberikan peroral, sublingual,
parenteral, topikal, rektal, inhalasi.
a. Oral, adalah rute pemberian yang paling umum dan paling banyak
dipakai yaitu melalui rongga mulut (sublingual atau bukal) seperti
tablet ISDN.
b. Parenteral, yaitu melalui vena (perset / perinfus).
c. Topikal, yaitu pemberian obat melalui kulit atau membran mukosa.
Misalnya salep, losion, krim, spray, tetes mata.
d. Rektal, yaitu pemberian obat melalui anus
e. Inhalasi, yaitu pemberian obat melalui saluran pernafasan. Saluran
nafas memiliki epitel untuk absorpsi yang sangat luas, dengan
demikian berguna untuk pemberian obat secara lokal pada salurannya,
misalnya salbotamol (ventolin), combivent, berotek untuk asma, atau
dalam keadaan darurat misalnya terapi oksigen.
5. Benar Waktu
Ini sangat penting, khususnya bagi obat yang efektivitasnya tergantung
untuk mencapai atau mempertahankan kadar darah yang memadai. Jika
obat harus diminum sebelum makan, untuk memperoleh kadar yang
diperlukan, harus diberi satu jam sebelum makan. Ingat dalam pemberian
antibiotik yang tidak boleh diberikan bersama susu karena susu dapat
mengikat sebagian besar obat itu sebelum dapat diserap. Ada obat yang
harus diminum setelah makan, untuk menghindari iritasi yang berlebihan
pada lambung misalnya asam mefenamat.
6. Benar Dokumentasi

[AUTHOR NAME] 10
Satuan Acara Penyuluhan Penanganan Waham dan Kepatuhan Minum Obat

Setelah obat itu diberikan, harus didokumentasikan, dosis, rute, waktu dan
oleh siapa obat itu diberikan. Bila pasien menolak meminum obatnya, atau
obat itu tidak dapat diminum, harus dicatat alasannya dan dilaporkan.

G. TANDA-TANDA KEKAMBUHAN
1. Ada penawaran minum obat (menolak minum obat)
2. Sulit tidur dan mondar-mandir
3. Malas berbicara dengan orang lain
4. Banyak menyendiri dan melamun
5. Malas melakukan aktifitas harian
6. Malas perawatan diri
7. Malas cemas dan khawatir yang berlebihan
8. Cepat marah dan mudah tersinggung
9. Keluyuran/pergi tanpa tujuan
10. Merusak tanaman dan mengganggu lingkungan
11. Merusak alat-alat rumah tangga
12. Memukul atau melukai orang lain
13. Melukai diri sendiri (mencoba bunuh diri)
14. Mengatakan keinginan untuk mati/bunuh diri
15. Mengancam orang lain
16. Teriak-teriak
17. Bicara dan tertawa sendiri

H. TINDAKAN YANG DILAKUKAN SAAT MUNCUL TANDA-TANDA


KEKAMBUHAN
Dalam pemberian obat oleh tenaga medis, ada jangka waktu yang diperkirakan
oleh tenaga medis hingga obat habis. namun jika dalam prosesnya ternyata
obat belum habis dan tanda-tanda kekambuhan muncul, maka keluarga wajib
mengantarkan kembali pasien untuk kontrol sehingga dapat dilihat
perkembangan dan diproses mana obat tersebut tidak efektif.

[AUTHOR NAME] 11

Anda mungkin juga menyukai