Anda di halaman 1dari 13

SATUAN ACARA PENYULUHAN

KONSELING POST-TEST HIV/AIDS

SKIL LAB KEPERAWATAN HIV/AIDS

Dosen Pembimbing : Ns. Yuliana., S.Kep., M.Kep.

Disusun oleh :

SYAFRIL MANURUNG

(G1B119052)

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS

KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATANUNIVERSITAS JAMBI

TAHUN AJARAN 2021


KATA PENGANTAR

Assalamu’ alaikum. Wr. Wb

Puji syukur kepada Allah SWT atas segala rahmat dan karunia-Nya, sehingga
penulis dapat menyelesaiakan Satuan Acara Penyuluhan ini yang berjudul
“ Konseling Post test HIV/AIDS” .

Satuan Acara Penyuluhan ini disusun untuk memenuhi tugas Skil lab Mata
Kuliah Keperawatan HIV/AIDS. Penulis sangat menyadari dalam penyusunan dan
penulisan tugas masih ada banyak kekurangan, oleh karena itu penulis mengharapkan
saran dan kritik yang membanguan untuk perbaikan dan memperluas wawasan
penulis.

Semoga makalah ini dapat memberi tambahan ilmu bagi penulis dan pada
khususnya dan dapat bagi pembaca pada umumnya.

Wassalamu’ alaikum. Wr. Wb

Jambi, 24 Mei 2021

Penulis
KONSELING POST TEST HIV/AIDS
(PASIEN POSITIF)

Materi : HIV/AIDS
Sasaran : Ferlina manurung
Tanggal : 25 Mei 2021
Waktu : 08.00 – 08.15 WIB
Tempat : Ruang BK Puskesmas Muaro Jambi

I. Tujuan Instruksional
A. Umum
Setelah mendapatkan penyuluhan diharapkan remaja dapat mengalami
perubahan pengetahuan dan sikap yang lebih baik terhadap pencegahan
terjangkitnya HIV/AIDS.
B. Khusus
Setelah mendapatkan penyuluhan diharapkan remaja dapat:
1.) Mengetahui definisi HIV/AIDS
2.) Mengetahui cara penularan HIV/AIDS
3.) Mengetahui cara pengobatan HIV/AIDS

II. Pokok Bahasan/ Materi


Konseling Post-test HIV/AIDS

III. Sub Pokok Bahasan


a.) Definisi HIV/AIDS
b.) Cara penularan HIV/AIDS
c.) Pengobatan HIV/AIDS
IV. SASARAN
Individu : Ferlina Manurung

V. TUGAS DAN FUNGSI PELAKSANA


1. Konselor
Uraian tugas :
1) Mengisi kelengkapan pengisian formulir klien, mendokumentasian
pencatatan dan penyimpanan data konseling klien terjaga kerahasiaannya.
2) Memberikan informasi HIV/AIDS yang relevan dan akurat

VI. SEKTSA

MEJA

KETERANGAN

KONSELOR

KLIEN
VII. KEGIATAN KONSELING
NO TINDAKAN KONSELOR
1 Tahap Pra-Interaksi :
- Baca catatan keperawatan dan melakukan verifikasi
- Cuci tangan
2 Tahap Orientasi :
- Berikan salam dan perkenalkan diri
- Menanyakan tujuan dan latar belakang klien datang
- Kontrak waktu
- Jelaskan tindakan yang akan dilakukan
- Jaga privasi klien
3 Tahap Kerja :
- Jelaskan Hasil test HIV yang sudah dilakukan klien
- Sampaikan hasil test secara lisan
- Berikan kesempatan klien membaca hasilnya
- Menjelaskan kepada klien tentang hasil testing HIV yang telah
dibuka dan dibaca bersama
- Evaluasi apa yang klien ketahui tentang hasil test
- Menjelaskan dengan tenang arti hasil pemeriksaan
- Kaji reaksi klien
- Eksplorasi perasaan klien : Ketakutan klien akan kematian,
- Memberikan kesempatan klien untuk meluapkan emosi dan
perasaannya
- Menjekaskan bahwa reaksi tersebut normal
- Berikan support emosional
- Memfasilitasi masalah koping
Setelah klien cukup tenang dan konseling dapat dilanjutkan konselor
menyelasaikan informasi berikut :
- Pengobatan ARV
- Kesehatan reproduksi dan kesehatan seksual
- Bagi klien laki-laki menawarkan secara rutin klien untuk mengikuti
pemeriksaan sifilis dan manfaat pengobatan sifilis
4 Tahap Terminasi :
- Evaluasi perasaan klien dan keputusannya
- Simpulkaan hasil pertemuan
- Beri reinforcement
- Dokumentasi

VIII. EVALUASI
1. Struktur
a. media yang digunakan dalam konseling semuanya lengkap
b. Materi yang disiapkan dalam bentuk makalah
c. Kehadiran Peserta
d. Kondisi tempat
e. Peran dan tugas dari konselor sesuai dengan yang disepakati

2. Proses Konseling
a. Konseling post test HIV/AIDS berjalan dengan baik dan peserta konseling
dapat memahami konseling yang diberikan
b. Selama proses konseling sesuai dengan perencanaan
d. Peserta konseling mengikuti kegiatan konseling hingga akhir

3. Hasil Konseling
70% dari materi yang di sampaikan oleh konselor, audiens dapat memahami dari
apa yang disampaikan dan mampu menjawab pertanyaan yang diberikan oleh
konselor
IX. MATERI KONSELING

Konsep Dasar HIV/AIDS


A. Latar Belakang
HIV adalah penyakit menular pembunuh nomor satu di dunia. Menurut data
dari World Health Organization(WHO) tahun 2017 menyatakan bahwa
940.000 orang meninggal karena HIV. Ada sekitar 36,9 juta orang yang
hidup dengan HIV pada akhir tahun 2017 dengan 1,8 juta orang menjadi
terinfeksi baru pada tahun 2017 secara global. Lebih dari 30% dari semua
infeksi HIV baru secara global diperkirakan terjadi dikalangan remaja usia
15 hingga 25 tahun. Diikuti dengan anak-anak yang terinfeksi saat lahir
tumbuh menjadi remaja yang harus berurusan dengan status HIV positif
mereka. Menggabungkan keduanya, ada 5 juta remaja yang hidup dengan
HIV(WHO, 2017).

Pada tahun 2017, angka kejadian Infeksi HIV dan AIDS baru pada remaja di
ASIA dan Pasifik menunjukkan bahwa terdapat 250.000 remaja yang
menderita HIV dan AIDS. Infeksi HIV baru telah mengalami penurunan
sebesar 14% sejak tahun 2010. Ada penurunan 39% orang meninggal karena
HIV & AIDS (UNAIDS, 2017). Menurut data Direktorat Jenderal
Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Kemenkes RI menyatakan bahwa
jumlah kasusu HIV dari tahun 2005 sampai dengan tahun 2017 mengalami
kenaikan setiap tahunnya. Kasus HIV di Indonesia pada tahun 2016 tercatat
41.250 kasus dan data terakhir hingga Desember 2017 tercatat 48.300 kasus.
Sedangkan kasus AIDS di Indonesia pada tahun 2016 tercatat 10.146 kasus
dan data terakhir hingga Desember 2017 tercatat 9.280 kasus. Presentase
infeksi HIV tertinggi dilaporkan pada kelompok umur 25-49 tahun (69,2%),
diikuti kelompok umur 20-24 tahun (16,7%), kelompok umur ≥50 tahun
(7,6%), kelompok umur 15-19 tahun sebesar 4%, dan umur <15 tahun
sebesar 2,5%. Kejadian HIV mengalami peningkatan sementara untuk
kejadian AIDS mengalami penurunan. Adanya penurunan tersebut bukan
berarti HIV dan AIDS merupakan penyakit yang tidak berbahaya lagi.
Mengingat dalam kasus ini berlaku Teori Ice Berg atau sering disebut juga
Teori Gunung Es, artinya bahwa angka-angka yang tersaji dari sumber
adalah 25%dari fakta yang ada dan 75% lainnya tersembunyi karena
berbagai macam faktor (Dirjen P2P Kemenkes RI, 2017).

B. Definisi HIV/AIDS
AIDS adalah sekelompok gejala yang disebabkan infeksi HIV yang
menyebabkan sistem kekebalan tubuh seseorang melemah sehingga
penderita mudah terkena penyakit infeksi. Pada akhirnya, penderita AIDS
banyak ditemukan meninggal karena penyakit infeksi oportunistik
(opportunistic infections) bukan karena infeksi HIV itu sendiri (Suwarso,
2003)
HIV adalah retrovirus yang termasuk dalam family lentivirus.
Retrovirus ini mempunyai kemampuan untuk melekatkan diri pada DNA
dengan bantuan CD4. HIV membuat salinan dirinya dari DNA dengan cara
menggunakan protein reverse transcriptase. Salinan ini selanjutnya
menyembunyikan dirinya dalam DNA sel-sel CD4. Ketika DNA HIV
berada dalam DNA sel maka setiap kali sel mereproduksi sel lain, HIV juga
ikut dibuat. Akibat replikasi HIV terus berlanjut menyebabkan destruksi
limfosit T helper CD4+ sehingga terjadi penurunan sel CD4 secara bertahap
yang menyebabkan peningkatan gangguan imunitas terhadap infeksi
oportunistik. (Mandal dkk, 2008)

C. Penularan HIV/AIDS
Cara penularan HIV yaitu diantaranya :
A. Hubungan seksual dengan pengidap HIV/AIDS
Hubungan seksual yang dilakukan dengan penderita HIV/AIDS baik
secara vaginal, anal, dan oral tanpa perlindungan bisa menular. Saat
hubungan air mani, cairan vagina, dan darah dapat mengenai selaput
lender vagina, penis, dubur, atau mulut sehingga HIV yang terdapat
dalam cairan tersebut dapat mudah masuk kedalam aliran darah
(PELKESI, 1995 dalam Nursalam 2007)
B. Ibu pada bayinya
Penularan HIV dari ibu bisa terjadi pada saat kehamilan. Bila ibu baru
terinfeksi HIV dan belum ada gejala AIDS, kemungkinan bayi terinfeksi
sebanyak 20%-35%, sedangkan kalau gejala AIDS seudah jelas pada ibu
kemungkinannya mencapai 50%. (PELKESI, 1995 dalam Nursalam
2007)
Penularan juga terjadi selama proses persalinan melalui tranfusi
fenomartenal atau kontak antara kulit atau membaran mukosa bayi
dengan darah saat melahirkan. (Lily V, 2004 dalam Nursalam 2007)
Semakin lama proses melahirkan, semakin besar resiko penularan.
Oleh karena itu, lama persalinan bisa dipersingkat dengan operasi section
caesaria. (HIS dan STB, 2000 dalam Nursalam 2007)
C. Darah dan produk darah yang tercemar HIV/AIDS
HIV akan lebih cepat menular dikarenakan virus langsung masuk ke
pembuluh darah dan menyebar lansung keseluruh tubuh.
D. Pemakaian alat kesehatan yang tidak steril
Alat pemeriksaan kandungan yang kontak langsung dengan cairan
vagina, darah atau air mani yang telah terinfeksi HIV dan langsung
digunakan untuk orang lain yang tidak terinfeksi bisa menularkan HIV.
(PELKESI, 1995 dalam Nursalam 2007)
Infeksi HIV akan menghancurkan sel-sel T, sehingga T-helper tidak
dapat memberikan induksi kepada sel-sel efektor sistem imun sehingga
membuat daya tahan tubuh menurun sehingga pasien jatuh kedalam
stadium lanjut.
E. Alat-alat yang menorah kulit
Alat tajam dan runcing seperti jarum, pisau, silet, menyunat
seseorang, embuat tato, memotong rambut dan sebagainya bisa
menularkan HIV sebab alat tersebut mungkin dipakai tanpa disterilkan
terlebih dahulu.
F. Menggunakan jarum suntik secara bergantian
Jarum suntik yang digunakan di fasilitas kesehatan maupun yang
digunakan oleh pengguna narkoba sangat berpotensi utnuk menularkan
HIV. Selain jarum suntik, pada para pemakai IDU secara bersama sama
juga menggunakan tempat pencampur, pengaduk dan gelas pengoplos
obat, sehingga berpotensi tinggi untuk menularkan HIV.
HIV tidak menular melalui peralatan makan, pakaian, handuk, sapu
tangan, toilet yang dipakai secara bersama-sama, berpelukan, berjabat
tangan, hidup serumah dengan penderita HIV/AIDS, gigitan nyamuk dan
hubungan social yang lain.

D. Cara Pengobatan HIV/AIDS

Hingga saat ini belum ada obat yang dapat menghilangkan sepenuhnya
infeksi virus HIV dari dalam tubuh. namun, gejala penyakit bisa
dikendalikan dan sistem imun bisa ditingkatkan dengan pemberian terapi
antiretoviral (ARV). Terapi ARV tidak dapat membasmi virus
seluruhnya, tetapi bisa membantu orang dengan HIV hidup lebih lama
dan lebih sehat. setiap pengidap HIV bisa hidup sehat dan menjalani
aktivitas secara normal selama menjalani pengobatan antiretroviral.

Selain itu, mengikuti pengobatan juga membantu mengurangi risiko


penularan terutama pada orang-orang terdekat. Terapi ARV terdiri dari
penggunaan sekumpulan obat antiviral yang dapat mengurangi jumlah
virus HIV di dalam tubuh dengan menghambat virus memperbanyak diri.
Berkurangnya virus memberi kesempatan bagi sistem kekebalan tubuh
untuk melawan virus yang menyebabkan kerusakan pada jaringan tubuh.

Dengan begitu, jumlah virus di dalam tubuh dapat terkendali dan


infeksinya tidak menimbulkan gejala. Di samping itu, jumlah virus yang
rendah membuat kemungkinan risiko penularan ke orang lain pun
semakin berkurang. Anda biasanya diminta untuk menjalani pengobatan
ARV sesegera mungkin setelah terinfeksi HIV, terlebih jika sedang
dalam kondisi berikut:

1. Hamil

2. Memiliki infeksi oportunistik (infeksi penyakit lain bersamaan dengan


HIV)

3. Memiliki gejala yang parah

4. Jumlah sel CD4 di bawah 350

5. Memiliki penyakit ginjal akibat HIV

6. Sedang dirawat karena hepatitis B atau C

Dalam terapi ART, ada banyak obat untuk HIV yang biasanya
dikombinasikan sesuai dengan kegunaannya. Beberapa jenis obat
antiretroviral adalah:

1. Lopinavir

2. Ritonavir

3. Zidovudine

4. Lamivudine

Pengobatan di rumah

Selain terapi antiretroviral, berikut gaya hidup sehat yang perlu dilakukan ODHA untuk
menjaga kesehatan:
 Makan makanan dengan gizi seimbang dan memperbanyak sayur, buah, biji-
bijian, dan protein tanpa lemak.
 Cukup istirahat.
 Rutin berolahraga.
 Menghindari obat-obatan terlarang termasuk alkohol.
 Berhenti merokok.
 Melakukan berbagai cara untuk mengelola stres seperti meditasi atau yoga.
 Mencuci tangan dengan air bersih dan sabun setiap habis memegang hewan
peliharaan.
 Menghindari daging mentah, telur mentah, susu yang tidak dipasteurisasi, dan
makanan laut mentah.
 Melakukan vaksin yang tepat untuk mencegah infeksi seperti radang paru dan
flu.
DAFTAR PUSTAKA

Sulistiawan, E, 2006. Penanggulangan HIV/AIDS pada Remaja (online)


(http//www.depkes.go.id, diakses 3 April 2012).

Suwarso, 2003. Ancaman HIV dan Kesehatan Masyarakat. Yogyakarta : Insist

Mandal,B, dkk, 2008. Penyakit Infeksi. Jakarta : Erlangga

Nursalam, 2007. Asuhan Keperawatan pada Pasien Terinfeksi HIV/AIDS. Jakarta


: Salemba Medika.

Soedarto, 2010. Virologi Klinik. Jakarta : Sagung Seto

Anda mungkin juga menyukai