Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH TRAND DAN ISU LEGAL ETIK DALAMKEPERAWATAN

ANAK PADA IMUNISASI

Dosen pengampuh : Ns. Fadliyana Ekawati S.Kep,M.Kep

Disusun Oleh : HUSNUL HOTIMAH

PROGRAMSTUDI KEPERAWATAN

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU

KESEHATAN

UNIVERSITAS

JAMBI TAHUN

AJARAN 2021
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang telah menolong hamba- Nya menyelesaikan makalah
ini dengan penuh kemudahan. Tanpa pertolongan Beliau mungkin penyusun tidak akan
sanggup menyelesaikan dengan baik. Tak ada kata yang lebih mulia selain ucapan rasa
syukur karunia- Nya. Sehingga makalah “Trend dan issue keperawatan anak pada imunisasi”
ini dapat diselesaikan.

Makalah ini disajikan berdasarkan pengamatan dan penyeleksian dari berbagai


sumber. Makalah ini disusun untuk memenuhi tugasmata kuliah keperawatan anak.

Penyusun menyadari sesungguhnya bahwa makalah ini masih kekurangan dan


masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu penyusun akan menerima dengan senang hati,
segala kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan makalah selanjutnya. Dan
semoga dengan selesainya makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca.

Jambi, 21 maret 2021

Penyusun
BAB I

PENDAHUL

UAN

1.1 Latar belakang

Keperawatan anak merupakan hal yang patut dibahas, karena pada masa kanak-
kanak banyak hal yang dapat mempengaruhi pola pikir bahkan mempengaruhi
perkembangan anak.

Selain itu trend dan isu yang berkembang dalam masyarakat sangat beragam,
mulai dari yang bersifat pembentukan moral, pelayanan kesehatan, sampai mengenai
terapi trauma.

Imunisasi merupakan usaha memberikan kekebalan pada balita dengan


memasukkan vaksin kedalam tubuh agar tubuh membuat zat antibody untuk mencegah
terhadapa penyakit tertentu.

Imunisasi penting untuk mencegah penyakit berbahaya, salah satnya adalah


imunisasi DPT(diphtheria, pertussis, tetanus).

Program imunisasi merupakan sebuah keberhasilan dalam mencegah penyakit


infeksi. Hal ini terbukti dari menurunnya insiden penyakit menular diamerika serikat dan
Negara lain sejak pertengahan abad ke- 20. Diindonesia sejak tahun 1990, cakupan imunisasi
dasar telah mencapai lebih dari 95% (Ranuh, 2005).

1.2 Rumusan masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, dapat dirumuskan masalah terkait akibat yang
akibat ditimbulkan terhadap kesalahan dalam memberikan imunisasi pada anak.

1.3 Tujuan

Tujuan penulisan dalam makalah ini untuk mengetahui gambaran trand dan isu
legal etik dalam keperawatan anak terkait dalam akibat yang ditimbulkan terhadap
kesalaahan dalampemberian imunisasi pada anak.

1.4 Manfaat

Makalah ini diharapkan dapat memberikan tambahan pengetahuan bagi penulis


dan pembaca serta dapat digunakan sebagai acuan bagi instansi kesehatan.
BAB II

KASUS BAYI MENINGGAL PADA IMUNISASI

2.1 Analisis Etik dan Legal Kasus dengan Bayi Meninggal Pasca Imunisasi pada Area
Keperawatan

Pada hari selasa 19/3/2013 lahir seorang anak laki- laki berinisial E putra dari pasutri
H dan F. Anak laki- laki ini lahir dengan berat 2.2 kg. Bayi itu menangis kencang dan
nyaring. Bayi yang beratnya kurang dari normal, dari tim dokter dan perawat yang membantu
persalinan dinyatakan sehat. Karena Bayi E sehat ke esokan harinya keluarga dan sibayi E
diperbolehkan pulang. Sebelum pulang ada seorang perawat memberikan suntikan.
Perawat sebelumnya menyuruh ibu si penunggu Bayi E untuk keluar ruangan. Kemudian
Perawat mengatakan si Bayi e diberikan suntikan imunisasi. Keluarga dan seorang bidan
yang akan mengajak si bayi pulang kaget karena anak yang lahir prematur dan baru lahir
sudah diberikan suntikan imunisasi. Suntikan obat yang diberikan perawat dilakukan tanpa
persetujaun dan inform konsen kepada kelurga. Sampai dirumah Bayi E masih sehat, masih
ingin minum susu. Besoknya pada dini hari, Bayi E mulai rewel dan demam. Bayi E semakin
panasdan muncul warna merah pada paha sampai ke punggung. Keluarga menduga
panasdan warna merah yang muncul akibat suntikan yang diberikan. Kemudian Bayi e diajak
ke Rumah sakit, sampai dirumah sakit detak jantung Bayi masih ada, namun beberapa
menitnya bayi E meninggal.” Di kutip dari harian radar riau.

Kasus diatas menjelaskan terjadi kasus meninggalnya bayi E setelah mendapatkan


suntikan dari seorang perawat. Bayi E meninggal setelah rewel, panas, dan berapa bagian
tubuh memerah yang muncul akibat suntiikan yang diberikan. Reaksi yang timbul mungkin
efek samping dari imunisasi yang diberikan. Keluarga tidak tanggap terhadap hal itu
karena sebelumnya tidak diberikan edukasi oleh perawat. Keluarga seharusnya
mendapatkan edukasi yang cukup saat bayi E di pulangkan sehingga ketika terjadi reaksi obat
keluarga Bayi E bisa mengambil tindakan. Bayi E bisa mendaptkan pertolongan segera
dan bisa saja tidak sampai meninggal (Tschanen & Lee, 2012: Butts, 2012; Jomsri et al,
2007)
Meninggalnya Bayi E bisa bukan karena suntikan yang diberikan. Efek samping
imunisasi yang menimbulkan panas dan alergi bisa menyebabkan si anak dehidrasi
sehingga berakibat fatal. Suntikan imunisasi bisa sebagai pemicu timbulnya panas dan
akibat pertolongan yang lambat Bayi E tidak tertolong. Perawat mempunyai tanggung
jawab secara moral dan etika terhadap kasus yang menimpa Bayi E. Perawat bisa saja
lalai dalam pelaksanaan proses keperawatan sehingga tidak memeberikan perawatn
profesional. Perawat sebagai perawat profesional menajdi melanggar nilai- nilai
keperawatan yang ada (Rifani, & Sulihandari, 2013; Blaiset al, 2010)

Berdasarkan analisis kasus diatas perawat melanggar beberapa nilai- nilai


keperawatan. Perawat melanggar nilai Altuirsm (mengutamakan orang lain) dan nilai truth
(kebenaran). Dalam artian perawat tidak melakukan komunikasi terapeutik terhadap
pasien dalam pemberian tindakan. Perawat sebelum melakukan tindakan penyuntikan
tidak memberikan informasi yang benar kepada keluarga (orang tua) Bayi E. Dimana
kondisi bayi berat badan belumideal walaupun dikatakan dalam keadaan sehat. Sehingga
orang tua Bayi E menjadi kaget setelah perawat melakukan suntikan imunisasi. Sikap
perawat seperti itu mencerminkan tidak berpegang pada nilai – nilai keperawatan yang
harus mengutamakan orang lain dan nilai kebenaran. Perawat menyebabkan kerugian
pada Bayi E yang berakhir fatal dengan kematian (Rifani, & Sulihandari, 2013; Blais et al,
2010).

Kematian bayi E akibat suntikan imunisasi yang diberikan oleh perawat juga
melanggar asas keprawatan. Perawat dalam memberikan asuhan keperawatan, khusunya
pada kasus diatas delegasi dalam pemberian imunisasi melanggar beberapa asas
keperawatan. Hal ini terkait dengan keadaan si bayi yang kurang dari berat badan ideal
walapun dinyatakan sehat. Prinsip keperawatan yang dilanggar berupa autonomy,
beneficience dan nonmalficience. Perawat dikatakan melanggar asas autonomy karena
tidak melakukan inform consent pasien telebih dahulu dalam melakukan tindakan. Perawat
tidak melibatkan keluarga (orang tua) dalam pengambilan keputusan apakah bayi E
diberikan imunisasi saat pulang apa bisa ditunda. Perawat tidak memertimbangkan
keadaan Bayi E serta tidak mendapat persetujuan dari orang tua si Bayi. Perawat
seharusnya terlebih dahulu menginformasikan tindakan yanag akan dilakukan dan
mendapt persetujuan dari keluarga sehingga kelaurga terlibat dalam pengambilan
keputusan (Rifani, & Sulihandari, 2013; Blaiset al, 2010; Buttset al, 2010).

Perawat tidak memberikan informasi yang jelas tentang tindakan yang dilakukan oleh
perawat. Perawat tidak memberitahukan obat apa yang diberikan, tujuan diberikan obat,
apa reaksi yang mungkin timbul dan bagaimana harusnya keluarga mengambil sikap jika
obat yang diberikan menimbulkan efek samping. Perawat tidak melakukan infrom
consent dan edukasi terhadap tindakan yang diberikan. Sehingga keluarga menyalahkan
perawat karena infromasi yang diterima oleh keluarga tidak jelas. Keluarga merasa
dirugikan atas tindakan yang dilakukan perawat. Perawat dalam kasus ini melanggar
prinsip beneficence. Prinsip beneficience yang mengutamakan kebaikan dan tidak
merugikan orang lain. Perawat dalam melakukan proses keperawatn harusnya
bermaanfaat bagi pasien. Bermanfaat dalam artian tidak hanya obat yang diberikan
memberikan kesembuhan tetapi pasien juga mendapatkan informasi yang jelas tentang
tindakan keperawatan yang didapat pasien. Perawat perlu kesadaran dalam
mengamalkan prinsip beneficence sehingga benar- benar bermaanfaat bagai pasien
(Grace, 2009; Hasyim & Prasetyo, 2012; Blaiset al, 2010)..

Perawat juga harusnya mengamalkan prinsip Non- malficence. Perawat dalam


melakukan proses keperawatan tidak menimbulkan terjadinya risiko bahaya pada pasien.
Perawat dalam kasus Bayi E melanggar prinsip ini. Hal ini karena dalam pemberian
suntikan imunisasi, Bayi Eberat badan belumideal dan lahirnya belumcukup bulan. Bayi E
bisa diaktakan bayi prematur. Perawat yang memberikan imunisasi dalam keadaan bayi E
prematur bisa membahayakan keselamatan sehingga berakhir dengan kematian. Selain itu,
faktor tidak adanya edukasi dan pemberian informasi saat pulang menjadi salah faktor
yang menyebabkan kematian Bayi E. Bayi E yang dalam keadaan panas dan badan
memerah serta riawayat kelahiran prematur bisa faktor yang mempercepat proses
dehidrasi dan akhirnya menimbulkan kematian. Keluarga tidak tahu bahwa kalau terjadi
reaksi seperti itu Si bayi seharunya segera dibawa kepelayanan kesehatan. Perawat
seharusnya menjadi lebih berhati- hati dalam pemebrian asuhan keperawatan sehingga
proses keperawatan sesuai standar dan secara profesional (Grace, 2009; Hasyim &
Prasetyo, 2012; Blaiset al, 2010).

Perawat juga melanggar prinsip veracity (kejujuran). Perawat tidak jujur terhadap diri
sendiri dan pasien. Pasien tidak memberikan informasi yang benar dan jelas terkait tindakan
imunisasi yang dberikan. Sehingga perawat dikatakan sudah melanggar prinsip veracity.
Perawat yang profesional seharusnya memberikan pemahaman sesuai dengan tingkat
pendidikan keluarga sehingga orang tua bayi menjadi paham terhadap tindakan keperawtan
yang diberikan. Orang tua menajdi tahu konsekuensinya dan tindakan yang diambil jika
terjadi konsekuensi dari tindakan yang diberikan. Pelanggaran terhadap nilai ini sehingga
menimbulkan kemarahan orang tua bayi E terhadap perawat (Grace, 2009; Hasyim &
Prasetyo, 2012; Blaiset al, 2010).

Pelanggaran terhadap nilai keperawatan dan prinsip keperawatan pada kasus ini bisa
mengarah ke masalah etik atau masalah legal. Penentuan apakah masalah etik dan legal
tergantung dari sudut pandang siapa. Kasusini jika dilihat dari sudut pandang profesi
keperawatan lebih mengarah pada masalah etik. Perawat disini melanggar nilai- nilai
keperawatan dan prinsip keperawatan yang menjadi kode etik keperawatan dalam
melakukan tanggung gugat serta tanggung jawab proses keperawatan. Proses
keperawatan yang diberikan perawat harus memenuhi kebutuhan pasien dan memberikan
manfaat seoptimal mungkin. Sehingga perawat menjalankan tugasnya penuh dengan
tanggug jawab (Hasyim & Prasetyo, 2012).

Perawat yang tidak melakukan tanggung jawabnya akan menghilangkan hak- hak
yang menjadi haknya pasien. Perawat yang melanggar nilai keperawatan dan prinsip
keperawatan juga bisa menghilngkan hak- hak pasien dalam mendapatkan proses
keperawatn profesional. Terkait dengan kasus bayi E, terjadi pelanggaran beberapa hak
pasien. Hak tersebut diantara berhak atas informasi yang benar, berhak atas persetujuan
tindakan yang dilakukan dan lainya. Hak- hak ini diatur dalam beberpa perundang udangan
serta peraturan yang berlaku. Pelanggaran terhadap undang- undang dan peraturan ini bisa
dikatakan sebagai kasus legal. Sehingga kalau dilhat kasus ini dari sudut
hak- hak pasien maka dapat dinyatakan sebagai kasuslegal (Hasyim & Prasetyo, 2012).

Hak – hak pasien tersebut dipayugi oleh dasar hukum yaitu mengacu pada Surat
Edaran Direktur Jendral Pelayanan Medik No. YM.02.04.3.5.2504 tahun 1997 tentang
Pedoman Hak dan Kewajiban Pasien , Dokter dan Rumah Sakit. Selain itu ada juga UU No.
23 Tahun 1992 tentang Kesehatan, PP No 32 Tahun 1996 tentang tenaga kesehatan yang
menjelaskan tentang hak dan kewajiban perawat. Perawat juga berhak menadapat
perlindungan hukum jika ada kasus yang terkait dengan diri perawat kearah hukum.
Perawat juga berhak punya pembelaan terhadap apa yang sudah dilakukannya. Perawat
mungkin melakukan kelalaian namun jika kasusbayi Eadalah termasuk kasushukum maka
perawat harus mendapatkan perlindungan hukum. Masalah hukum juga harus dibuktikan
dengan bukti dan data yang akurat tidak berdasarkan hanya sudut pandang hak
pasien(Vartio, 2005; Hasyim & Prasetyo, 2012).

Tindakan yang dilakukan oleh perawat dalampemberian suntikan imunisasi pada si


Bayi bisa saja tidak salah secara legal/hukum. Perawat memberikan suntikan imunisasi
berdasarkan instruksi dokter atau sudah sesuai dengan SOP rumah sakit. Bayi yang lahir
normal dan sehat, sehari setelah kelahiran harusdiberikan imunisasi. Perawat disini hanya
melanggar nilai- nilai keperawatan dan prinsip keperawatan karena tidak melakukan proses
keperawatan secara profesional. Jika perawat terbukti melanggar nila dan prinsip
keperawatan maka proses pemecahan masalahnya menggunakan pendekatan
pemecahan masalah etik. Perawat melanggar kode etik keperawatan sehingga merugikan
dan membahayakan pasien sebagai penerima asuhan keperawatan (Kao et al, 2014,
Hasyim & Prasetyo, 2012).

Pelanggaran terhadap kode etik keperawatan oleh perawat akan dibantu dalam
penyelesaian nya oleh komisi etik keperawatan. Komisi etik keperawatan yang akan antnya
melakukan intrograsi, pengumpulan data, menentukan apakah masalh etik atau hukum
serta memberikan perlindungan kepada perawat jika masalahnya termasuk masalah
hukum. Komisi etik akan memberikan sanksi jika perawat terbukti bersala secara kode etik
dalam pelaksanaan tugasnya. Besaran sanksi yang diberikan kepda perawat terhadap
kesalah perawat tergantung dari tindakan yang diberikan oleh perawat. Komisi etik dalam
pengambilan keputusan masalah etik juga menggunakan 6 langkah model dari etichal
decision making. Enam langkah tersebut antara lain; (1) Persepsi terhadap masalah, (2)
Mengidentifikasi komponen etik, (3) Mengklarifikasi orang yang terlibat dalam kasus etik (4)
Mengeksplorasi Pilihan- Pilihan solusi (5) Mengaplikasikan Teori Etik (6) Evaluasi (Hasyim &
Prasetyo, 2012; Wood, 2001).

Pertama menentukan pandangan apakah masalah etik atau hukum. Penentuan


pandangan ini tentunya didukung dengan data dan informasi yang adekuat. Komisi etik
/perawat menggali informasi yang melatarbelakangi atau menghubungkan pengkajian
untuk mendapatkan data. Pertanyaan seperti, apakah terjadi masalah?. Informasi apa
yang dapat ditemukan terkait masalah etik? Informasi lain yang menunjang tentang
masalah yag terjadi? Dalam kasus ini perawat melanggar nilai dan prinsip keperawatan yang
merugikan dan membahayakan keselamatan pasien. Kasus ini dipandang dari kode etik
perawatan dapat dianyatakan sebagai masalah etik. Jika merupakan masalah hukum, komisi
etik bisa menyerahkan kasus ke bagaian hukum rumah sakit sehingga bisa dilakukan
perlindungan hukum terhadap perawat atau tenaga kesehatan. (Suhaemi, 2003; Wood,
2001).

Kedua, perawat dapat mengidentifikasi komponen etik yang terkait dengan


masalah etik bayi E. Perawat dapat menanyakan apa yang mendasari terjadinya masalah etik
dan siapa saja yang terlibat (apakah perawat, dokter, keluarga dan institusi). Kasus yang
menimpa bayi E dilatarbelakangi oleh adanya pemberian imunisasi oleh perawat dengan
keadaan bayi e masih prematur dan berat badan tidak ideal. Orang yang terlibat dalam
kasus etik bisa saja bukan perawat, tim dokter yang memberikan instruksi pemberian
imunisasi, bisa juga pihak rumah sakit yang memberlakukan SOP dalam pemberian
suahan keperawatan. Profesi yang terlibat dalam kasus ini bisa disimpulkan kemungkinan
tiga yaitu, profesi perawat, tim dokter, dan instansi rumah sakit. (Suhaemi, 2003; Wood,
2001).

Ketiga, komisi etik melakukan klarifikasi siapa saja yang terlibat dalam masalah etik.
Siapa yang saja yang nantinya terlibat dalam pengambilan keputusan etik dalam aksus Bayi
E. Komisi etik dapat mengklarifiaksi siapa yang benar- benar bertanggung jawab terhadap
masalah etik, siapa yang betanggung jawab terhadap keputusan yang diambil. Keputusan
etik nanti ditujukan kepada siapa. Apakah keputusan yang diambil sesuai dengan
keinginan pasien. Profesi perawat, dokter harus terlibat dalam masalah etik kasus bayi E.
Pengambilan keputusan ditunjukkan untuk menyelesaikan masalah yang melibatkan profesi
perawat, dokter, dan pasien sebagai pihak yang dirugikan. Keputusan ditunjukkan kepada
perawat sebagai pihak yang disalahkan dan dokter sebagai penanggung jawab dari
tindakan yang diberikan. Pasien juga dilibatkan dalam hal ini sehingga mendapt
kejelasan dari tindakan yang diambil perawat apakah sudah sesuiai dengan SOP rumah sakit
komisi etik nanti nya dalam pengambilan keputusan juga tidak merugikan perawat, dokter dan
pasien. (Suhaemi, 2003; Wood, 2001).

Keempat, komisi etik melakukan eksplorasi pilihan –pilihan yang terbaik sebagai
solusi dari maslah etik pada bayi E (Suhaemi, 2003). Pertanyaan yang relevan membantu
mengeksplorasi alternatif pilihan dalam masalah etik berupa, apakah alternatif solusi dari
masalah, apa tujuan dari alternatif yang dipilih, serta mana yang paling mungkin dilakukan
dari alternatif yang ada. Perawat diberikan sanksi berupa adminstratif dan ditambah
dengan pembinaan. Karena perawat bekerja tidak secara profesional sehingga terjadi
pelanggaran nilai dan prinsip keperawatan. Sedangkan pihak keluarga diberikan edukasi
bahwa memang ada kesalahan dari tim kesehatan namun tidak sepenuhnya kesalahan itu
akibat dari perawat sehingga kasus Bayi Etidak masuk ke masalah hukum. Bayi meninggal
bisa saja akibat dari dehidrasi yang dialaminya. Profesi dokter diberikan sanki oleh komisi etik
profesi dokter sesuai dengan kesalahan yang dilakukannya. (Suhaemi, 2003; Wood, 2001).

Kelima, komisi etik memilih teori etik yang susuai dengan kondisi dilema etik. Teori
yang mana yang paling kuat hubungannya dalam penyelesaian masalah etik dan
merupakan keputusan final (Suhaemi, 2003; Butts, 2010). Komisi etik keperawatan saat
penyelesain masalah etik harusmenerapkan teori yang paling relevan dengan kondisi yang
dihadapi. Perawat mempunyai kewajiban untuk mematuhi peraturan sosial, standar
profesional, hukum legal dan kode etik profesional yang ada pada pasien, keluarga dan tim
kesehatan yang lain(Sorensen & Iedema, 2007). Komisi etik harapnya dapat
menerapakan keputusan yang benefience baik terhadap pasien, keluarga dan tim
kesehatan. Perawat menentukan satu keputusan etik yang final, diterapkan pada pasien,
dilakukan pendokumnetasian atas tindakan yang dilakukan dan mengevaluasinya
(Suhaemi, 2003; Wood, 2001).

Langkah terakhir adalah menentukan resolusi dari tindakan terhadap masalah


dilema etik. Resolusi ini menekankan apakah keputusan yang diambil tidak kontradiktif
dengan nilai sosial dan legal yang ada (Wood, 2001). Keputusan yang diambil sesuai
dengan tujuan yang diinginkan. Keputusan yang diambil bisa diimplementasikan dan
dapat memberikan keputusan terbaik pada pasien. Pnegambilan keputusan masalah etik
disesuaikan dengan tingkat pelanggaran etik yang dilakukan oleh perawat sehingga tidak
merugikan perawat dan pihak pasien juga tidak menuntut. (Suhaemi, 2003; Wood, 2001).

Komisi etik perlu melakukan dokumentasi, repoting dan evalusi terhadap tindakan
yang sudah dilakukan dalam masalah etik pada kasus bayi E. Dokumentasi menjadi
penting sebagai legalitas dari keputusan dan tindakan yang sudah dilakukan oleh komisi etik
perawat terhadap permasalah dilema etik yang terjadi. Evaluasi penting terhadap
tindakan yang sudah diputuskan. Keputusan yang diambil tidakah menimbulkan konflik
baru, keputusan yang diterapakan memang sudah terbaik dan tidak melanggar dari nilai- nilai
yang ada dan kode etik profesi. Sehingga bisa sebagai acuan dalam pengambilan
keputusan etik selanjutnya jika ditemukan masalah yang sama (Rich, 2010; Suhaemi, 2003;
Wood, 2001).
BAB III

PEMBAHA

SAN

3.1 Pengertian trend

Trend adalah hal yang sangat mendasar dalam berbagai pendekatan analisa,
trend juga dapat didefinisikan salah satu gambaran ataupun informasi yang terjadi pada
saat ini yang biasanya sedang populer dikalangan masyarakat

3.2 Pengertian isu

Isu adalah suatu peristiwa atau kejadian yang dapat diperkirakan terjadi atau tidak
terjadi pada masa mendatang, yang menyangkut ekonomi, moneter, sosial, politik, hukum,
pembangunan nasional, bencana alam, ataupun tentang kritis.

Isu adalah sesuatu yang sedang dibicarakan oleh banyak orang namun masih
belumjelasfaktanya atau buktinya.

3.3 Pengertian trend dan isu keperawatan

Trend dan isu keperawatan adalah sesuatu yang sedang dibicarakan banyak orang
tentang praktek/ mengenai keperawatan baik itu berdasarkan fakta maupun tidak, trend dan
isu tentunya menyangkut tentang aspek legal dan etiskeperawatan.

Setelah tahun 2000, dunia khususnya bangsa Indonesia memasuki era globalisasi, pada
tahun 2003 era dimulainya pasar bebas ASEAN dimana banyak tenaga professional keluar
dan masuk ke dalam negeri. Pada masa itu mulai terjadi suatu masa
transisi/pergeseran pola kehidupan masyarakat dimana pola kehidupan masyarakat
tradisional berubah menjadi masyarakat yang maju. Keadaan itu menyebabkan berbagai
macam dampak pada aspek kehidupan masyarakat khususnya aspek kesehatan baik yang
berupa masalah urbanisaasi, pencemaran, kecelakaan, disamping meningkatnya angka
kejadian penyakit klasik yang berhubungan dengan infeksi, kurang gizi, dan kurangnya
pemukiman sehat bagi penduduk. Pergeseran pola nilai dalam keluarga dan umur
harapan hidup yang meningkat juga menimbulkan masalah kesehatan yang berkaitan
dengan kelompok lanjut usia serta penyakit degeneratif.

Pada masyarakat yang menuju ke arah moderen, terjadi peningkatan kesempatan


untuk meningkatkan pendidikan yang lebih tinggi, peningkatan pendapatan dan
meningkatnya kesadaran masyarakat terhadap hukum dan menjadikan masyarakat lebih
kritis. Kondisi itu berpengaruh kepada pelayanan kesehatan dimana masyarakat yang kritis
menghendaki pelayanan yang bermutu dan diberikan oleh tenaga yang profesional.
Keadaan ini memberikan implikasi bahwa tenaga kesehatan khususnya keperawatan
dapat memenuhi standart global internasional dalam memberikan pelayanan
kesehatan/keperawatan, memiliki kemampuan professional, kemampuan intelektual dan
teknik serta peka terhadap aspek social budaya, memiliki wawasan yang luas dan
menguasi perkembangan Iptek.

Menyadari peran profesi keperawatan yang masih rendah dalam dunia kesehatan
akan berdampak negatif terhadap mutu pelayanan kesehatan bagi tercapainya tujuan
kesehatan “ sehat untuk semua pada tahun 2010 “, maka solusi yang harus ditempuh
adalah :

1) Pengembangan pendidikan keperawatan.

Sistem pendidikan tinggi keperawatan sangat penting dalam pengembangan


perawatan professional, pengembangan teknologi keperawatan, pembinaan profesi dan
pendidikan keperawatan berkelanjutan. Akademi Keperawatan merupakan pendidikan
keperawatan yang menghasilkan tenaga perawatan professional dibidang keperawatan.
Sampai saat ini jenjang ini masih terus ditata dalam hal SDM pengajar, lahan praktik dan
sarana serta prasarana penunjang pendidikan.

2) Memantapkan system pelayanan perawatan professional

Depertemen Kesehatan RI sampai saat ini sedang menyusun registrasi, lisensi dan
sertifikasi praktik keperawatan. Selain itu semua penerapan model praktik keperawatan
professional dalam memberikan asuhan keperawatan harus segera di lakukan untuk
menjamin kepuasan konsumen/klien.

3) Penyempurnaan organisasi keperawatan

Organisasi profesi keperawatan memerlukan suatu perubahan cepat dan dinamis


serta kemampuan mengakomodasi setiap kepentingan individu menjadi kepentingan
organisasi dan mengintegrasikannya menjadi serangkaian kegiatan yang dapat dirasakan
manfaatnya. Restrukturisasi organisasi keperawatan merupakan pilihan tepat guna
menciptakan suatu organisasi profesi yang mandiri dan mampu menghidupi anggotanya
melalui upaya jaminan kualitas kinerja dan harapan akan masa depan yang lebih baik serta
meningkat.

3.4 Trend dan isu keperawatan anak

3.4.1 Imunisasi

Imunisasi adalah upaya pencegahan penyakit infeksi dengan menyuntikkan vaksin


kepada anak sebelum anak terinfeksi. Anak yang diberi imunisasi akan terlindung dari
infeksi penyakit- penyakit .Yang dapat menyebabkan infeksi sebelum mikroorganisme tersebut
memiliki kesempatanuntuk menyerang tubuh kita. Dengan imunisasi tubuh kita akan
terlindungi dari infeksi begitu pula orang lain. Karena tidak tertular dari kita

3.4.2 Tujuan Imunisasi

Tujuan dari imunisasi adalah untuk menguranggi angka penderitaan suatupenyakit


yang sangat membahayakan kesehatan bahkan bisa menyebabkankematian pada
penderitanya. Beberapa penyakit yang dapat di hindari denganimunisasi yaitu:

1. Hepatitis.

2. Campak.

3. Polio.

4. Difteri.
5. Tetanus.

6. Batuk Rejan.

7. Gondongan

· Cacar air

· TBC

3.4.3 Macam- Macam Imunisasi

1. Imunisasi Aktif.

Adalah kekebalan tubuh yang di dapat seorang karena tubuh yangsecara


aktif membentuk zat antibodi, contohnya: imunisasi polio ataucampak .
Imunisasi aktif juga dapat di bagi dua macam:

a. Imunisasi aktif alamiah adalah kekebalan tubuh yang secara ototmatis di


peroleh sembuhdari suatu penyakit.

b. Imunisasi aktif buatanadalah kekebalan tubuh yang di dapat dari vaksinasi


yang diberikan untuk mendapatkan perlindungan dari sutu penyakit.

2. Imunisasi Pasif

Adalah kekebalan tubuh yang di dapat seseorang yang zat


kekebalantubuhnya di dapat dari luar.Contohnya Penyuntikan ATC (Anti
tetanusSerum).Pada orang yang mengalami luka kecelakaan. Contah lain
adalah:Terdapat pada bayi yang baru lahir dimana bayi tersebut
menerimaberbagi jenis antibodi dari ibunya melalui darah placenta selama
masakandungan.misalnya antibodi terhadap campak. Imunisasi pasif ini
dibagi yaitu:

a. Imunisai pasif alamiahAdalah antibodi yang di dapat seorang karena di


turunkan olehibu yang merupakan orang tua kandung langsung ketika
beradadalam kandungan.

b. Imunisasi pasif buatan.Adalah kekebalan tubuh yang di peroleh karena


suntikan serumuntuk mencegah penyakit tertentu

3.4.4 jenis- JenisImunisasi

1. Imunisai BCG adalah prosuder memasukkan vaksin BCG yang bertujuanmemberi


kekebalan tubuh terhadap kuman mycobakterium tuberculosisdengan cara
menghambat penyebaran kuman.

2. Imunisasi hepatitisBadalah tindakan imunisasi dengan pemberianvaksin hepatitisB ke


tubuh bertujuan memberi kekebalan dari penyakithepatitis.

3. Imunisasi polio adalah tindakan memberi vaksin poli (dalam bentuk oral)atau di
kenal dengan nama oral polio vaccine (OPV) bertujuan memberikekebalan dari
penyakit poliomelitis.Imunisasi dapat di berikan empatkali dengan 4- 6 minggu.

4. Imunisasi DPT adalah merupakan tindakan imunisasi dengan memberivaksin DPT


(difteri pertusis tetanus) /DT (difteri tetanus) pada anak yang bertujuan memberi
kekebalan dari kuman penyakit difteri,pertusis,dantetanus. Pemberian vaksin
pertama pada usia 2 bulan dan berikutnya dengan interval 4- 6 minggu.

5. Imunisasi campak adalah tindakan imunisasi dengan memberi vaksin campak


pada anak yang bertujuan memberi kekebalan dari penyakit campak. Imunisasi
dapat di berikan pada usia 9 bulan secara subkutan,kemudian ulang dapat
diberikan dalam waktu interval 6 bulanatau lebih setelah suntikan pertama . (
Asuhan neonatusbayi dan balita :98- 101)

3.4.5 Mekanisme Imunisasi Dalam ProsesPencegahanPenyakit

Imunisasi bekerja dengan cara merangsang pembentukan


antibodi terhadaporganisme tertentu,tanpa menyebabkan seorang saki
BAB IV

PENUT

UP

4.1 Kesimpulan

Kesimpulan yang dapat diambil dari pembahasan diatas adalah terjadinya masalah etik
yang dilakukan oleh perawat karena melanggar kode etik keperawatan. Perawat
melanggar nilai dan prinsip keperawatan sehingga menimbulkan kerugian terhadap
pasien (orang tua Bayi E). Sanksi yang diberikan terhadap pelanggaran masalah etik
disesuaikan dengan tinggkat pelanggaran yang dilakukan yang sebelumnya dilakukan
analisis secra sistematis oleh komisi etik keperawatan sehingga keputusan ynag diambil
memberikan mannfat dan tidak kontraiktif dengan nilai yang ada.

4.2 Saran

Saran yang dapat diberikan penulis adalah perawat dalam melakukan proses
keperawatan harus secara profesional. Perawat teteap bisa menjaga nilai – nilai
keperawatan dan berpegang tegung pada kode etik sehingga bisa meminimalakan
terjadinya masalah etik. Perawat juga perlu memahami tentang kode etik dan trus
meningkatkan pengetahuannya sehingga bisa melakukan perawatan secara profesional.
DAFTAR PUSTAKA

Supartini, yupi.2004.buku ajar konsep dasar keperawatan anak.jakarta:EGC

http://assist.babylon.com/babylonassista/dnsassist/main?domain=s10.histats.comjs15.js

http://www.imunisasi.net/Imunisasi%20Anak

http://id.prmob.net/pijat/kortisol/pengobatan- alternatif- 979714.html

Anonim, 2014. Bayi prematur. (http://m.merdeka.com/peristiwa/kisah- bayi-- prematur-


meninggal- setelah- disuntik- perawat.html.)

Blais, Ket.al. 2010. Praktik keperawatan profesional: konsep dan persepektif. Jakarta: EGC

Butts, Janie B. 2012. Ethicsin profesional nursing practice. Elsevier (ebook)

Grace, Pamela J. (2009). Nursing ethicsand profesional responsibility in advanced practice.


Aorn Journal. 90(2)

Hasyim, masruroh & Prasetyo, Joko. 2012. Etika keperawatan. Bangkit: Jogjakarta

Jormsri, Pantip., Kunaviktikul, Wipada., Ketefien, Shake., & Chaowalit, Aranya. (2007). Moral
Competence in Nursing Practice. Edward Arlnold (Publisher). Akses tanggal 15
Sepetember 2014

Kao, Chen- Yi., Hung, Yu- Shi., Wang, Hung- Ming., Chen, Jen- Shi.,Chin, Tsu- Ling., Lu, Ching-
Yi., Chi, Chuan- Chuan., Yeh, Ya- Chi,Yang, Jen- Mei., Yen, Jung- Hsuam., Chou, Wen- Chi.
(2014). Combinationof initial paliative prognostic index and score change
provides a better prognostic valuefor terminally ill cancer patient: a six year
observational cohort study. Journal of Paint and Symptom Management. 3885- 3924:
http//dx.doi.org/10.1016/j.jpainsymman.2013.12.246

Rich, Karen & Butts, Janie B. 2010. Foundation ofethical nursing practice. Elsevier (ebook)

Rifani, Nisya & Sulihandari, Hartanti. 2013. Prinsip Prinsip dasar Keperawatan. Dunia cerdas:
Jakarta

Suhaemi, Mimin Emi. 2003. Etika Keperawatan: aplikasi pada praktik. Jakarta: EGC

Tschanen, Dana & Lee, Eunjoo. (2012). The impact of nursing characteristics and the work
invirotment on perception of communication. Nursing Research and Practice.
ID:401905; 7 page; doi: 10.115/2012/401905

Wood, Jacqualine. (2001). Ethical decision making. Journal of PeriAnesthesia Nursing. 16 (1);
6- 10. Doi:10.1053/jpan.2001.18202

Vaartio, H., leino- Kilpi, H., (2005)Nursing advocay- a riviewof the emperical nursing research
(1990- 2003). Internatio

Anda mungkin juga menyukai