PROGRAMSTUDI KEPERAWATAN
KESEHATAN
UNIVERSITAS
JAMBI TAHUN
AJARAN 2021
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT yang telah menolong hamba- Nya menyelesaikan makalah
ini dengan penuh kemudahan. Tanpa pertolongan Beliau mungkin penyusun tidak akan
sanggup menyelesaikan dengan baik. Tak ada kata yang lebih mulia selain ucapan rasa
syukur karunia- Nya. Sehingga makalah “Trend dan issue keperawatan anak pada imunisasi”
ini dapat diselesaikan.
Penyusun
BAB I
PENDAHUL
UAN
Keperawatan anak merupakan hal yang patut dibahas, karena pada masa kanak-
kanak banyak hal yang dapat mempengaruhi pola pikir bahkan mempengaruhi
perkembangan anak.
Selain itu trend dan isu yang berkembang dalam masyarakat sangat beragam,
mulai dari yang bersifat pembentukan moral, pelayanan kesehatan, sampai mengenai
terapi trauma.
Berdasarkan latar belakang diatas, dapat dirumuskan masalah terkait akibat yang
akibat ditimbulkan terhadap kesalahan dalam memberikan imunisasi pada anak.
1.3 Tujuan
Tujuan penulisan dalam makalah ini untuk mengetahui gambaran trand dan isu
legal etik dalam keperawatan anak terkait dalam akibat yang ditimbulkan terhadap
kesalaahan dalampemberian imunisasi pada anak.
1.4 Manfaat
2.1 Analisis Etik dan Legal Kasus dengan Bayi Meninggal Pasca Imunisasi pada Area
Keperawatan
Pada hari selasa 19/3/2013 lahir seorang anak laki- laki berinisial E putra dari pasutri
H dan F. Anak laki- laki ini lahir dengan berat 2.2 kg. Bayi itu menangis kencang dan
nyaring. Bayi yang beratnya kurang dari normal, dari tim dokter dan perawat yang membantu
persalinan dinyatakan sehat. Karena Bayi E sehat ke esokan harinya keluarga dan sibayi E
diperbolehkan pulang. Sebelum pulang ada seorang perawat memberikan suntikan.
Perawat sebelumnya menyuruh ibu si penunggu Bayi E untuk keluar ruangan. Kemudian
Perawat mengatakan si Bayi e diberikan suntikan imunisasi. Keluarga dan seorang bidan
yang akan mengajak si bayi pulang kaget karena anak yang lahir prematur dan baru lahir
sudah diberikan suntikan imunisasi. Suntikan obat yang diberikan perawat dilakukan tanpa
persetujaun dan inform konsen kepada kelurga. Sampai dirumah Bayi E masih sehat, masih
ingin minum susu. Besoknya pada dini hari, Bayi E mulai rewel dan demam. Bayi E semakin
panasdan muncul warna merah pada paha sampai ke punggung. Keluarga menduga
panasdan warna merah yang muncul akibat suntikan yang diberikan. Kemudian Bayi e diajak
ke Rumah sakit, sampai dirumah sakit detak jantung Bayi masih ada, namun beberapa
menitnya bayi E meninggal.” Di kutip dari harian radar riau.
Kematian bayi E akibat suntikan imunisasi yang diberikan oleh perawat juga
melanggar asas keprawatan. Perawat dalam memberikan asuhan keperawatan, khusunya
pada kasus diatas delegasi dalam pemberian imunisasi melanggar beberapa asas
keperawatan. Hal ini terkait dengan keadaan si bayi yang kurang dari berat badan ideal
walapun dinyatakan sehat. Prinsip keperawatan yang dilanggar berupa autonomy,
beneficience dan nonmalficience. Perawat dikatakan melanggar asas autonomy karena
tidak melakukan inform consent pasien telebih dahulu dalam melakukan tindakan. Perawat
tidak melibatkan keluarga (orang tua) dalam pengambilan keputusan apakah bayi E
diberikan imunisasi saat pulang apa bisa ditunda. Perawat tidak memertimbangkan
keadaan Bayi E serta tidak mendapat persetujuan dari orang tua si Bayi. Perawat
seharusnya terlebih dahulu menginformasikan tindakan yanag akan dilakukan dan
mendapt persetujuan dari keluarga sehingga kelaurga terlibat dalam pengambilan
keputusan (Rifani, & Sulihandari, 2013; Blaiset al, 2010; Buttset al, 2010).
Perawat tidak memberikan informasi yang jelas tentang tindakan yang dilakukan oleh
perawat. Perawat tidak memberitahukan obat apa yang diberikan, tujuan diberikan obat,
apa reaksi yang mungkin timbul dan bagaimana harusnya keluarga mengambil sikap jika
obat yang diberikan menimbulkan efek samping. Perawat tidak melakukan infrom
consent dan edukasi terhadap tindakan yang diberikan. Sehingga keluarga menyalahkan
perawat karena infromasi yang diterima oleh keluarga tidak jelas. Keluarga merasa
dirugikan atas tindakan yang dilakukan perawat. Perawat dalam kasus ini melanggar
prinsip beneficence. Prinsip beneficience yang mengutamakan kebaikan dan tidak
merugikan orang lain. Perawat dalam melakukan proses keperawatn harusnya
bermaanfaat bagi pasien. Bermanfaat dalam artian tidak hanya obat yang diberikan
memberikan kesembuhan tetapi pasien juga mendapatkan informasi yang jelas tentang
tindakan keperawatan yang didapat pasien. Perawat perlu kesadaran dalam
mengamalkan prinsip beneficence sehingga benar- benar bermaanfaat bagai pasien
(Grace, 2009; Hasyim & Prasetyo, 2012; Blaiset al, 2010)..
Perawat juga melanggar prinsip veracity (kejujuran). Perawat tidak jujur terhadap diri
sendiri dan pasien. Pasien tidak memberikan informasi yang benar dan jelas terkait tindakan
imunisasi yang dberikan. Sehingga perawat dikatakan sudah melanggar prinsip veracity.
Perawat yang profesional seharusnya memberikan pemahaman sesuai dengan tingkat
pendidikan keluarga sehingga orang tua bayi menjadi paham terhadap tindakan keperawtan
yang diberikan. Orang tua menajdi tahu konsekuensinya dan tindakan yang diambil jika
terjadi konsekuensi dari tindakan yang diberikan. Pelanggaran terhadap nilai ini sehingga
menimbulkan kemarahan orang tua bayi E terhadap perawat (Grace, 2009; Hasyim &
Prasetyo, 2012; Blaiset al, 2010).
Pelanggaran terhadap nilai keperawatan dan prinsip keperawatan pada kasus ini bisa
mengarah ke masalah etik atau masalah legal. Penentuan apakah masalah etik dan legal
tergantung dari sudut pandang siapa. Kasusini jika dilihat dari sudut pandang profesi
keperawatan lebih mengarah pada masalah etik. Perawat disini melanggar nilai- nilai
keperawatan dan prinsip keperawatan yang menjadi kode etik keperawatan dalam
melakukan tanggung gugat serta tanggung jawab proses keperawatan. Proses
keperawatan yang diberikan perawat harus memenuhi kebutuhan pasien dan memberikan
manfaat seoptimal mungkin. Sehingga perawat menjalankan tugasnya penuh dengan
tanggug jawab (Hasyim & Prasetyo, 2012).
Perawat yang tidak melakukan tanggung jawabnya akan menghilangkan hak- hak
yang menjadi haknya pasien. Perawat yang melanggar nilai keperawatan dan prinsip
keperawatan juga bisa menghilngkan hak- hak pasien dalam mendapatkan proses
keperawatn profesional. Terkait dengan kasus bayi E, terjadi pelanggaran beberapa hak
pasien. Hak tersebut diantara berhak atas informasi yang benar, berhak atas persetujuan
tindakan yang dilakukan dan lainya. Hak- hak ini diatur dalam beberpa perundang udangan
serta peraturan yang berlaku. Pelanggaran terhadap undang- undang dan peraturan ini bisa
dikatakan sebagai kasus legal. Sehingga kalau dilhat kasus ini dari sudut
hak- hak pasien maka dapat dinyatakan sebagai kasuslegal (Hasyim & Prasetyo, 2012).
Hak – hak pasien tersebut dipayugi oleh dasar hukum yaitu mengacu pada Surat
Edaran Direktur Jendral Pelayanan Medik No. YM.02.04.3.5.2504 tahun 1997 tentang
Pedoman Hak dan Kewajiban Pasien , Dokter dan Rumah Sakit. Selain itu ada juga UU No.
23 Tahun 1992 tentang Kesehatan, PP No 32 Tahun 1996 tentang tenaga kesehatan yang
menjelaskan tentang hak dan kewajiban perawat. Perawat juga berhak menadapat
perlindungan hukum jika ada kasus yang terkait dengan diri perawat kearah hukum.
Perawat juga berhak punya pembelaan terhadap apa yang sudah dilakukannya. Perawat
mungkin melakukan kelalaian namun jika kasusbayi Eadalah termasuk kasushukum maka
perawat harus mendapatkan perlindungan hukum. Masalah hukum juga harus dibuktikan
dengan bukti dan data yang akurat tidak berdasarkan hanya sudut pandang hak
pasien(Vartio, 2005; Hasyim & Prasetyo, 2012).
Pelanggaran terhadap kode etik keperawatan oleh perawat akan dibantu dalam
penyelesaian nya oleh komisi etik keperawatan. Komisi etik keperawatan yang akan antnya
melakukan intrograsi, pengumpulan data, menentukan apakah masalh etik atau hukum
serta memberikan perlindungan kepada perawat jika masalahnya termasuk masalah
hukum. Komisi etik akan memberikan sanksi jika perawat terbukti bersala secara kode etik
dalam pelaksanaan tugasnya. Besaran sanksi yang diberikan kepda perawat terhadap
kesalah perawat tergantung dari tindakan yang diberikan oleh perawat. Komisi etik dalam
pengambilan keputusan masalah etik juga menggunakan 6 langkah model dari etichal
decision making. Enam langkah tersebut antara lain; (1) Persepsi terhadap masalah, (2)
Mengidentifikasi komponen etik, (3) Mengklarifikasi orang yang terlibat dalam kasus etik (4)
Mengeksplorasi Pilihan- Pilihan solusi (5) Mengaplikasikan Teori Etik (6) Evaluasi (Hasyim &
Prasetyo, 2012; Wood, 2001).
Ketiga, komisi etik melakukan klarifikasi siapa saja yang terlibat dalam masalah etik.
Siapa yang saja yang nantinya terlibat dalam pengambilan keputusan etik dalam aksus Bayi
E. Komisi etik dapat mengklarifiaksi siapa yang benar- benar bertanggung jawab terhadap
masalah etik, siapa yang betanggung jawab terhadap keputusan yang diambil. Keputusan
etik nanti ditujukan kepada siapa. Apakah keputusan yang diambil sesuai dengan
keinginan pasien. Profesi perawat, dokter harus terlibat dalam masalah etik kasus bayi E.
Pengambilan keputusan ditunjukkan untuk menyelesaikan masalah yang melibatkan profesi
perawat, dokter, dan pasien sebagai pihak yang dirugikan. Keputusan ditunjukkan kepada
perawat sebagai pihak yang disalahkan dan dokter sebagai penanggung jawab dari
tindakan yang diberikan. Pasien juga dilibatkan dalam hal ini sehingga mendapt
kejelasan dari tindakan yang diambil perawat apakah sudah sesuiai dengan SOP rumah sakit
komisi etik nanti nya dalam pengambilan keputusan juga tidak merugikan perawat, dokter dan
pasien. (Suhaemi, 2003; Wood, 2001).
Keempat, komisi etik melakukan eksplorasi pilihan –pilihan yang terbaik sebagai
solusi dari maslah etik pada bayi E (Suhaemi, 2003). Pertanyaan yang relevan membantu
mengeksplorasi alternatif pilihan dalam masalah etik berupa, apakah alternatif solusi dari
masalah, apa tujuan dari alternatif yang dipilih, serta mana yang paling mungkin dilakukan
dari alternatif yang ada. Perawat diberikan sanksi berupa adminstratif dan ditambah
dengan pembinaan. Karena perawat bekerja tidak secara profesional sehingga terjadi
pelanggaran nilai dan prinsip keperawatan. Sedangkan pihak keluarga diberikan edukasi
bahwa memang ada kesalahan dari tim kesehatan namun tidak sepenuhnya kesalahan itu
akibat dari perawat sehingga kasus Bayi Etidak masuk ke masalah hukum. Bayi meninggal
bisa saja akibat dari dehidrasi yang dialaminya. Profesi dokter diberikan sanki oleh komisi etik
profesi dokter sesuai dengan kesalahan yang dilakukannya. (Suhaemi, 2003; Wood, 2001).
Kelima, komisi etik memilih teori etik yang susuai dengan kondisi dilema etik. Teori
yang mana yang paling kuat hubungannya dalam penyelesaian masalah etik dan
merupakan keputusan final (Suhaemi, 2003; Butts, 2010). Komisi etik keperawatan saat
penyelesain masalah etik harusmenerapkan teori yang paling relevan dengan kondisi yang
dihadapi. Perawat mempunyai kewajiban untuk mematuhi peraturan sosial, standar
profesional, hukum legal dan kode etik profesional yang ada pada pasien, keluarga dan tim
kesehatan yang lain(Sorensen & Iedema, 2007). Komisi etik harapnya dapat
menerapakan keputusan yang benefience baik terhadap pasien, keluarga dan tim
kesehatan. Perawat menentukan satu keputusan etik yang final, diterapkan pada pasien,
dilakukan pendokumnetasian atas tindakan yang dilakukan dan mengevaluasinya
(Suhaemi, 2003; Wood, 2001).
Komisi etik perlu melakukan dokumentasi, repoting dan evalusi terhadap tindakan
yang sudah dilakukan dalam masalah etik pada kasus bayi E. Dokumentasi menjadi
penting sebagai legalitas dari keputusan dan tindakan yang sudah dilakukan oleh komisi etik
perawat terhadap permasalah dilema etik yang terjadi. Evaluasi penting terhadap
tindakan yang sudah diputuskan. Keputusan yang diambil tidakah menimbulkan konflik
baru, keputusan yang diterapakan memang sudah terbaik dan tidak melanggar dari nilai- nilai
yang ada dan kode etik profesi. Sehingga bisa sebagai acuan dalam pengambilan
keputusan etik selanjutnya jika ditemukan masalah yang sama (Rich, 2010; Suhaemi, 2003;
Wood, 2001).
BAB III
PEMBAHA
SAN
Trend adalah hal yang sangat mendasar dalam berbagai pendekatan analisa,
trend juga dapat didefinisikan salah satu gambaran ataupun informasi yang terjadi pada
saat ini yang biasanya sedang populer dikalangan masyarakat
Isu adalah suatu peristiwa atau kejadian yang dapat diperkirakan terjadi atau tidak
terjadi pada masa mendatang, yang menyangkut ekonomi, moneter, sosial, politik, hukum,
pembangunan nasional, bencana alam, ataupun tentang kritis.
Isu adalah sesuatu yang sedang dibicarakan oleh banyak orang namun masih
belumjelasfaktanya atau buktinya.
Trend dan isu keperawatan adalah sesuatu yang sedang dibicarakan banyak orang
tentang praktek/ mengenai keperawatan baik itu berdasarkan fakta maupun tidak, trend dan
isu tentunya menyangkut tentang aspek legal dan etiskeperawatan.
Setelah tahun 2000, dunia khususnya bangsa Indonesia memasuki era globalisasi, pada
tahun 2003 era dimulainya pasar bebas ASEAN dimana banyak tenaga professional keluar
dan masuk ke dalam negeri. Pada masa itu mulai terjadi suatu masa
transisi/pergeseran pola kehidupan masyarakat dimana pola kehidupan masyarakat
tradisional berubah menjadi masyarakat yang maju. Keadaan itu menyebabkan berbagai
macam dampak pada aspek kehidupan masyarakat khususnya aspek kesehatan baik yang
berupa masalah urbanisaasi, pencemaran, kecelakaan, disamping meningkatnya angka
kejadian penyakit klasik yang berhubungan dengan infeksi, kurang gizi, dan kurangnya
pemukiman sehat bagi penduduk. Pergeseran pola nilai dalam keluarga dan umur
harapan hidup yang meningkat juga menimbulkan masalah kesehatan yang berkaitan
dengan kelompok lanjut usia serta penyakit degeneratif.
Menyadari peran profesi keperawatan yang masih rendah dalam dunia kesehatan
akan berdampak negatif terhadap mutu pelayanan kesehatan bagi tercapainya tujuan
kesehatan “ sehat untuk semua pada tahun 2010 “, maka solusi yang harus ditempuh
adalah :
Depertemen Kesehatan RI sampai saat ini sedang menyusun registrasi, lisensi dan
sertifikasi praktik keperawatan. Selain itu semua penerapan model praktik keperawatan
professional dalam memberikan asuhan keperawatan harus segera di lakukan untuk
menjamin kepuasan konsumen/klien.
3.4.1 Imunisasi
1. Hepatitis.
2. Campak.
3. Polio.
4. Difteri.
5. Tetanus.
6. Batuk Rejan.
7. Gondongan
· Cacar air
· TBC
1. Imunisasi Aktif.
2. Imunisasi Pasif
3. Imunisasi polio adalah tindakan memberi vaksin poli (dalam bentuk oral)atau di
kenal dengan nama oral polio vaccine (OPV) bertujuan memberikekebalan dari
penyakit poliomelitis.Imunisasi dapat di berikan empatkali dengan 4- 6 minggu.
PENUT
UP
4.1 Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diambil dari pembahasan diatas adalah terjadinya masalah etik
yang dilakukan oleh perawat karena melanggar kode etik keperawatan. Perawat
melanggar nilai dan prinsip keperawatan sehingga menimbulkan kerugian terhadap
pasien (orang tua Bayi E). Sanksi yang diberikan terhadap pelanggaran masalah etik
disesuaikan dengan tinggkat pelanggaran yang dilakukan yang sebelumnya dilakukan
analisis secra sistematis oleh komisi etik keperawatan sehingga keputusan ynag diambil
memberikan mannfat dan tidak kontraiktif dengan nilai yang ada.
4.2 Saran
Saran yang dapat diberikan penulis adalah perawat dalam melakukan proses
keperawatan harus secara profesional. Perawat teteap bisa menjaga nilai – nilai
keperawatan dan berpegang tegung pada kode etik sehingga bisa meminimalakan
terjadinya masalah etik. Perawat juga perlu memahami tentang kode etik dan trus
meningkatkan pengetahuannya sehingga bisa melakukan perawatan secara profesional.
DAFTAR PUSTAKA
http://assist.babylon.com/babylonassista/dnsassist/main?domain=s10.histats.comjs15.js
http://www.imunisasi.net/Imunisasi%20Anak
Blais, Ket.al. 2010. Praktik keperawatan profesional: konsep dan persepektif. Jakarta: EGC
Hasyim, masruroh & Prasetyo, Joko. 2012. Etika keperawatan. Bangkit: Jogjakarta
Jormsri, Pantip., Kunaviktikul, Wipada., Ketefien, Shake., & Chaowalit, Aranya. (2007). Moral
Competence in Nursing Practice. Edward Arlnold (Publisher). Akses tanggal 15
Sepetember 2014
Kao, Chen- Yi., Hung, Yu- Shi., Wang, Hung- Ming., Chen, Jen- Shi.,Chin, Tsu- Ling., Lu, Ching-
Yi., Chi, Chuan- Chuan., Yeh, Ya- Chi,Yang, Jen- Mei., Yen, Jung- Hsuam., Chou, Wen- Chi.
(2014). Combinationof initial paliative prognostic index and score change
provides a better prognostic valuefor terminally ill cancer patient: a six year
observational cohort study. Journal of Paint and Symptom Management. 3885- 3924:
http//dx.doi.org/10.1016/j.jpainsymman.2013.12.246
Rich, Karen & Butts, Janie B. 2010. Foundation ofethical nursing practice. Elsevier (ebook)
Rifani, Nisya & Sulihandari, Hartanti. 2013. Prinsip Prinsip dasar Keperawatan. Dunia cerdas:
Jakarta
Suhaemi, Mimin Emi. 2003. Etika Keperawatan: aplikasi pada praktik. Jakarta: EGC
Tschanen, Dana & Lee, Eunjoo. (2012). The impact of nursing characteristics and the work
invirotment on perception of communication. Nursing Research and Practice.
ID:401905; 7 page; doi: 10.115/2012/401905
Wood, Jacqualine. (2001). Ethical decision making. Journal of PeriAnesthesia Nursing. 16 (1);
6- 10. Doi:10.1053/jpan.2001.18202
Vaartio, H., leino- Kilpi, H., (2005)Nursing advocay- a riviewof the emperical nursing research
(1990- 2003). Internatio