Anda di halaman 1dari 51

PRAKTIKUM FARMAKOLOGI-II ANALGETIK

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Analgesik adalah obat yang digunakan untuk mengurangi atau

menghilangkan rasa sakit. Obat ini digunakan untuk membantu meredakan

sakit, sadar tidak sadar kita sering menggunakannya misalnya ketika kita sakit

kepala atau sakit gigi. Salah satu komponen obat yang kita minum biasanya

mengandung analgesik atau pereda nyeri. Pemenuhan kebutuhan rasa nyaman

“nyeri” adalah bagian dari kebutuhan fisiologis. Menurut Hierzuki Maslow,

Kebutuhan rasa nyaman “nyeri” diperlukan untuk proses kehidupan. Nyeri

adalah suatu mekanisme nyeri proteksi bagi penderita yang timbul bilamana

jaringan sedang dirusak dan menyebabkan individu tersebut bereaksi untuk

menghilangkan rasa nyeri.

Masalah yang mempengaruhi nyeri diantaranya arti nyeri bagi

seseorang yang memiliki banyak perbedaan dan hampir sebagian arti nyeri

merupakan arti yang negatif seperti membahayakan, merusak dan lain-lain.

Keadaan ini mempengaruhi beberapa faktor seperti : usia, jenis kelamin, latar

belakang sosial budaya, lingkungan dan pengalaman serta toleransi. Nyeri

juga berhubungan erat dengan intensitas nyeri yang dapat mempengaruhi

kemampuan seseorang menahan nyeri. Faktor yang mempengaruhi antara lain

alkohol, obat-obatan, hipnotis, gesekan, pengalihan perhatian dan

kepercayaan yang kuat.

AKADEMI FARMASI BINA HUSADA 1


PRAKTIKUM FARMAKOLOGI-II ANALGETIK

Solusinya pemenuhan kebutuhan rasa nyaman “nyeri” dalam

pelayanan kesehatan dapat dilakukan dengan pemberian obat analgetik dan

sebagainya.

Pada praktikum kali ini dilakukan percobaan efek Analgetik. Tujuan dari

praktikum ini adalah mengenal, mempraktikan dan membandingkan daya

Analgetika menggunakan metod ransangan kimia pada hewan uji mencit

sehingga kita dapat membandingkan daya Analgetika dari obat-obat tersebut.

AKADEMI FARMASI BINA HUSADA 2


PRAKTIKUM FARMAKOLOGI-II ANALGETIK

B. Maksud dan Tujuan

1. Maksud Percobaan

Mahasiswa dapat mengetahui efek analgetik yang ditimbulkan oleh

sediaan tablet Antalgin, tablet Paracetamol, Meloxicam, Natrium CMC

0,5%, tablet Asam Mefenamat, tablet Natrium Diklofenak, Asam Asetat

0,5% yang diberikan sesuai dengan volume pemberian pada hewan coba

mencit (Mus muculus L.).

2. Tujuan Percobaan

Adapun tujuan dari percobaan ini adalah :

1. Untuk mengetahui jumlah geliat kumulatif hewan uji mencit pada

menit ke 15, 30, 60, 90 dan 120 menit setelah diberikan perlakuan

pada masing-masing hewan uji.

2. Untuk menentukan sediaan yang paling baik dari tablet Antalgin,

tablet Paracetamol, Natrium CMC 0,5%, tablet Asam Mefenamat,

tablet Natrium Diklofenak, Meloxicam, Asam Asetat 0,5% yang

diberikan pada hewan coba mencit (Mus muculus L.).

AKADEMI FARMASI BINA HUSADA 3


PRAKTIKUM FARMAKOLOGI-II ANALGETIK

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Teori Tentang Analgetik

Analgetik adalah senyawa yang dalam dosis terapeutik meringankan rasa

nyeri (Mustchler, 1991)

Nyeri adalah perasaan sensoris dan emosional yang tidak nyaman,

berkaitan dengan (ancaman) kerusakan jaringan. Keadaan psikis sangat

mempengaruhi nyeri , misalnya emosi dapat menimbulkan sakit kepala atau

memperhebatnyatetapi dapat pula menghindarkan sensasi rangsangan nyeri.

Rasa nyeri dalam kebanyakan hal hanya merupakan suatu gejala yang

berfungsi sebagai isyarat bahaya tentang adanya gangguan di jaringanseperti

peradangan (rematik,encok). Semua mediator nyeri itu merangsang reseptor

nyeri (nociceptor) di ujung – ujung saraf bebas di kulit, mukosa serta jaringan

lain dan demikian menimbulkan antara lain reaksi radang dan kejang –

kejang. Nociceptor ini juga terdapat di seluruh jaringan dan organ tubuh,

terkecuali di SSP (Sistem Saraf Pusat).

Berdasarkan kerja farmakologinya, analgetiknya dibagi 2 kelompok

besar yaitu analgetik narkotik dan analgetik non narkotik.

a. Analgetik Narkotik

Zat ini mempunyai daya penghalau nyeri yang kuat sekali dengan

titik kerja yang terletak disistem saraf sentral, analgetik ini umumnya

menimbulkan rasa nyaman (euforia) serta, mengakibatkan ketergantungan

AKADEMI FARMASI BINA HUSADA 4


PRAKTIKUM FARMAKOLOGI-II ANALGETIK

fisik dan psikis (ketagihan, adiksi) bila pengobatan dihentikan (Tjay &

Raharjda, 2002).

b. Analgetik Non Narkotik

Analgetik non narkotik bersifat non adiktif dan kurang kuat dibandingkan

dengan analgetik narkotik. Obat-obat ini juga dinamakan analgetik perifer,

tidak menurunkan kesadaran dan tidak mengakibatkan ketagihan secara

kimiawi (Tjay & Raharjda, 2002)

B. Mekanisme Obat Analgetik

Obat analgetik bekerja di dua tempat utama, yaitu di perifer dan

sentral. Golongan obat AINS bekerja diperifer dengan cara menghambat

pelepasan mediator sehingga aktifitas enzim siklooksigenase terhambat dan

subjektif pribadi dan sintesa prostaglandin tidak terjadi. Sedangkan analgetik

opioid bekerja di sentral dengan cara menempati reseptor di kornu dorsalis

medulla spinalis sehingga terjadi penghambatan pelepasan transmitter dan

perangsangan ke saraf spinal tidak terjadi.

Prostaglandin merupakan hasil bentukan dari asam arakhidonat yang

mengalami metabolisme melalui siklooksigenase. Prostaglandin yang lepas

ini akan menimbulkan gangguan dan berperan dalam proses inflamasi,

edema, rasa nyeri lokal dan kemerahan (eritema lokal).

Paracetamol banyak digunakan sebagai obat analgetik dan antipiretik,

dimana kombinasi parasetamol dengan opioid dapat digunakan untuk

penanganan nyeri berat paska pembedahan dan terapi paliatif pada pasien-

pasien penderita kanker. Onset analgesia dari parasetamol 8 menit setelah

AKADEMI FARMASI BINA HUSADA 5


PRAKTIKUM FARMAKOLOGI-II ANALGETIK

pemberian intravena, efek puncak tercapai dalam 30 – 45 menit dan durasi

analgesia 4 – 6 jam serta waktu pemberian intravena 2 – 15 menit.

Parasetamol termasuk dalam kelas “aniline analgesics” dan termasuk dalam

golongan obat antiinflamasi non steroid (masih ada perbedaan pendapat).

Antalgin adalah derivat-sulfonat dari aminofenazon yang larut dalam

air. Obat ini sering dikombinasi dengan obat-obat lain, antara lain dengan

aminofenazon. Obat ini dapat secara mendadak dan tak terduga menimbulkan

kelainan darah yang adakalanya fatal. Karena bahaya agranulositosis tersebut,

obat ini sudah lama dilarang peredarannya di banyak negara, antara lain AS,

Swedia, Inggris, dan Belanda (Tjay dan Raharadjo, 2002).

C. Efek Analgesik

Analgesik atau obat penghilang nyeri adalah zat – zat yang

mengurangi atau menghalau rasa nyeri tanpa menghilangkan kesadaran

(perbedaan dengan anestetika umum).

Berdasarkan proses terjadinya, rasa nyeri dapat dilawan dengan

beberapa cara, yakni dengan :

1. Analgetik Perifer, yang merintangi terbentuknya rangsangan pada reseptor

nyeri perifer.

2. Anestetika lokal, yang merintangi penyaluran rangsangan di saraf – saraf

sensoris.

AKADEMI FARMASI BINA HUSADA 6


PRAKTIKUM FARMAKOLOGI-II ANALGETIK

3. Analgetika sentral (narkotika), yang memblokir pusat nyeri di SSP dengan

anestesi umum.

4. Antidepresiva trisiklis. Yang digunakan pada nyeri kanker dan saraf,

mekanisme kerjanya belum diketahui, misalnya amitriptilin.

5. Antilepiletika, yang meningkatkan jumlah neurotransmitter diruang sinaps

pada nyeri, misalnya pregabalin. Juga karbamazepin, okskarbazepin,

fenitoin, valproat, dan lain– lain.

D. Nyeri

Pada tahun 1979, International Association for the Study of Pain

mendefinisikan nyeri sebagai : suatu pengalaman sensori dan emosi yang

tidak menyenangkan yang berkaitan dengan kerusakan jaringan yang nyata

atau yang berpotensi menimbulkan kerusakan jaringan. Rasa nyeri selalu

merupakan sesuatu yang bersifat subjektif. Setiap individu mempelajari nyeri

melalui pengalaman yang berhubungan langsung dengan luka (injury), yang

terjadi pada masa awal kehidupannya. Secara klinis, nyeri adalah apapun

yang diungkapkan oleh pasien mengenai sesuatu yang dirasakannya sebagai

suatu hal yang tidak menyenangkan/sangat mengganggu (Dharmady &

Triyanto).

Definisi nyeri adalah perasaan sensoris dan emosional yang tidak

nyaman, berkaitan dengan (ancaman) kerusakan jaringan. Rasa nyeri dalam

kebanyakan hal hanya merupakan suatu gejala yang berfungsi sebagai isyarat

bahaya tentang adanya gangguan di jaringan, seperti peradangan (rema,

encok), infeksi jasad renik atau kejang otot. Nyeri yang disebabkan oleh

AKADEMI FARMASI BINA HUSADA 7


PRAKTIKUM FARMAKOLOGI-II ANALGETIK

rangsangan mekanis, kimiawi atau fisis (kalor, listrik) dapat menimbulkan

kerusakan pada jaringan. Rangsangan tersebut memicu pelepasan zat tertentu

yang disebut mediator nyeri, histamine, bradikin, leukotrien dan proses

teglandin. Rasa nyeri merupakan suatu perasaan subjektif pribadi dan ambang

toleransi nyeri berbeda–beda bagi setiap orang. Batas nyeri untuk suhu badan

adalah konstan, yakni pada 44 – 45oC.

Rasa nyeri dalam kebanyakan hal hanya merupakan suatu gejala yang

berfungsi sebagai isyarat bahaya tentang adanya gangguan dijaringan, seperti

peradangan (rema, encok), infeksi jasad renik atau kejang otot. Keadaan

psikis sangat mempengaruhi nyeri , misalnya emosi dapat menimbulkan sakit

kepala atau memperhebatnya, tetapi dapat pula menghindarkan sensasi

rangsangan nyeri. Rasa nyeri dalam kebanyakan hal hanya merupakan suatu

gejala yang berfungsi sebagai isyarat bahaya tentang adanya gangguan di

jaringan, seperti peradangan (rema, encok). Semua mediator nyeri itu

merangsang reseptor nyeri (nociceptor) di ujung – ujung saraf bebas di kulit,

mukosa serta jaringan lain dan demikian menimbulkan antara lain reaksi

radang dan kejang – kejang. Nociceptor ini juga terdapat di seluruh jaringan

dan organ tubuh, terkecuali di SSP (Sistem Saraf Pusat).

Mediator nyeri penting adalah amin histamin yang bertanggung jawab untuk

kebanyakan reaksi alergi (bronchokonstriksi), pengembangan mukosa,

pruritus) dan nyeri.

Ambang nyeri didefinisikan sebagai tingkat (level) pada mana nyeri

dirasakan untuk pertama kalinya. Dengan kata lain, intensitas rangsangan

AKADEMI FARMASI BINA HUSADA 8


PRAKTIKUM FARMAKOLOGI-II ANALGETIK

yang terendah saat seseorang merasakan rasa nyeri. Untuk setiap orang

ambang nyerinya adalah konstan (Tjay dan Raharadjo, 2002).

E. Mekanisme Nyeri

Nyeri merupakan suatu bentuk peringatan akan adanya bahaya

kerusakan jaringan. Pengalaman sensoris pada nyeri akut disebabkan oleh

stimulus noksius yang diperantarai oleh sistem sensorik nosiseptif. Sistem ini

berjalan mulai dari perifer melalui medulla spinalis, batang otak, thalamus

dan korteks serebri. Apabila telah terjadi kerusakan jaringan, maka sistem

nosiseptif akan bergeser fungsinya dari fungsi protektif menjadi fungsi yang

membantu perbaikan jaringan yang rusak.

Nyeri inflamasi merupakan salah satu bentuk untuk mempercepat

perbaikan kerusakan jaringan. Sensitifitas akan meningkat, sehingga stimulus

non noksius atau noksius ringan yang mengenai bagian yang meradang akan

menyebabkan nyeri. Nyeri inflamasi akan menurunkan derajat kerusakan dan

menghilangkan respon inflamasi.

AKADEMI FARMASI BINA HUSADA 9


PRAKTIKUM FARMAKOLOGI-II ANALGETIK

F. Teori Tentang Mencit (Mus musculus L)

1. Morfologi Mencit (Mus musculus L.)

Rambut Mus musculus liar berwarna keabu-abuan dan warna perut

sedikit lebih pucat. Mata berwarna hitam dan kulit berpigmen. Berat badan

bervariasi, tetapi umumnya pada umur empat minggu berat badan mencapai

18-20 gram. Mus musculus liar dewasa dapat mencapai 30-40 gram pada

umur enam bulan atau lebih. Mus musculus liar makan segala macam

makanan (omnivorus) dan mau mencoba makan apapun makanan yang

tersedia bahkan bahan yang tidak bisa dimakan. Makanan yang diberikan

untuk Mus musculus biasanya berbentuk pelet secara tanpa batas (ad

libitum). Air minum dapat diberikan dengan botol-botol gelas atau plastik

dan Mus musculus dapat minum air dari botol tersebut melalui pipa gelas

atau plastik dan Mus musculus dapat minum air dari botol tersebut melalui

pipa gelas. Mus musculus liar lebih suka suhu lingkungan tinggi, namun

juga dapat terus hidup dalam suhu rendah. Kandang Mus musculus berupa

kotak sebesar kotak sepatu yang terbuat dari bahan plastik (prolipropilen

atau polikarbonat), almunium atau baja tahan karat. Syarat kandang mudah

AKADEMI FARMASI BINA HUSADA 10


PRAKTIKUM FARMAKOLOGI-II ANALGETIK

dibersihkan, tahan lama, tahan gigitan dan aman (Smith & Mangkoewidjojo,

1988).

Mus musculus jantan dan betina muda sukar untuk dibedakan. Mus

musculus betina dapat dikenali karena jarak yang berdekatan antara lubang

anus dan lubang genitalnya. Testis pada Mus musculus jantan pada saat

matang seksual terlihat sangat jelas, berukuran relatif besar dan biasanya

tidak tertutup oleh rambut. Testis dapat ditarik masuk ke dalam tubuh. Mus

musculus betina memiliki lima pasang kelenjar susu dan puting susu sedang

pada Mus musculus jantan tidak dijumpai (Budi, 2010).

Mus musculus akan lebih aktif pada senja atau malam hari, mereka tidak

menyukai terang. Mereka juga hidup di tempat tersembunyi yang dekat dari

sumber makanan dan membangun sarangnya dari bermacam-macam

material lunak. Mus musculus adalah hewan terrestrial dan satu jantan yang

dominan biasanya hidup dengan beberapa betina dan Mus musculus muda.

Jika dua atau lebih Mus musculus jantan dalam satu kandang mereka akan

menjadi agresif jika tidak dibesarkan bersama sejak lahir (Budi, 2010).

Siklus hidup dan reproduksi Mus musculus dinyatakan dalam Budi,

2010 bahwa Mus musculus betina memiliki siklus estrus lamanya 4-6 hari,

dengan lama estrus kurang dari 1 hari. Beberapa Mus musculus betina jika

hidup bersama dalam keadaan yang berdesakan, maka tidak terjadi siklus

estrus pada saat itu tetapi jika dirangsang oleh urine Mus musculus jantan,

maka estrus akan terjadi dalam 72 jam.

AKADEMI FARMASI BINA HUSADA 11


PRAKTIKUM FARMAKOLOGI-II ANALGETIK

Mus musculus betina pada saat kopulasi akan membentuk vaginal plug

secara alami untuk mencegah terjadinya kopulasi kembali. Vaginal plug

akan terjadi selama 24 jam. Masa bunting sekitar 19-21 hari dan beranak

sebanyak 4-13 ekor (rata-rata 6-8). Satu Mus musculus betina dapat beranak

sekitar 5-10 kali per tahun, sehingga populasinya meningkat dengan sangat

cepat. Musim kawin terjadi setiap tahun. Mus musculus yang baru lahir buta

dan tidak berambut. Rambut mulai tumbuh tiga hari setelah kelahiran dan

mata akan terbuka 1-2 minggu setelah kelahiran. Mus musculus betina

mencapai matang seksual sekitar 6 minggu dan Mus musculus jantan sekitar

8 minggu, tetapi keduanya dapat dikawinkan minimal setelah berusia 35

hari (Depkes RI, 1979).

Lama hidup mencit satu sampai tiga tahun, dengan masa

kebuntingan yang pendek (18-21 hari) dan masa aktifitas reproduksi yang

lama (2-14 bulan) sepanjang hidupnya. Mencit mecapai dewasa pada umur

35 hari dan dikawinkan pada umur delapan minggu (jantan dan betina).

Siklus reproduksi mencit bersifat poliestrus dimana siklus estrus (berahi)

berlangsung sampai lima hari dan lamanya estrus 12-14 jam. Mencit jantan

dewasa memiliki berat 20-40 gram sedangkan mencit betina dewasa 18-35

gram. Hewan ini dapat hidup pada temperatur 30oC (Smith &

Mangkoewidjojo, 1988).

AKADEMI FARMASI BINA HUSADA 12


PRAKTIKUM FARMAKOLOGI-II ANALGETIK

2. Klasifikasi Mencit (Mus musculus L.)

Kerajaan : Animalia

Filum : Chordata

Kelas : Mammalia

Ordo : Rodentia

Famili : Muridae

Upafamili : Murinae

Genus : Mus

Spesies : M.musculusL (Budi, 2010)

G. Penginduksi (Asam asetat)

Asam asetat atau asam cuka adalah senyawa kimia organik yang

dikenal sebagai pemberi rasa asam dan aroma pada makanan. Asam asetat

berasa asam dan berbau menyengat. Asam asetat bersifat korosif terhadap

kulit dan merupakan iritan keras untuk mata, kulit, dan membran mukosa.

Kontak yang berkepanjangan dengan asam asetat glasial dapat

mengakibatkan kerusakan jaringan. Bahaya larutan asam asetat tergantung

pada konsentrasinya (Ganiswarna S, 1995).

AKADEMI FARMASI BINA HUSADA 13


PRAKTIKUM FARMAKOLOGI-II ANALGETIK

H. Uraian Bahan

1.Paracetamol 500 mg ( FI. Edisi III, hal. 37 )

Nama Resmi : ACETAMINOPHENUM

Sinonim : Asetaminofen, parasetamol

Rumus Molekul : OH

NHCOCH3

Berat Molekul : 151,16

Rumus Molekul : C8H9NO2

Pemerian : Hablur atau serbuk hablur putih, tidak berbau, rasa

pahit

Kelarutan : Larut dalam 70 bagian air, dalam 7 bagian etanol

(95%) P, dalam 13 bagian aseton P, dalam 40

bagian gliserol P, dan dalam 9 bagian

propilenglikol P, larut dalam larutan

alkalihidroksida.

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik, terlindung dari cahaya

K/P : Analgetikum yaitu obat untuk menghilangkan rasa

nyeri pada tubuh tanpa menghilangkan kesadaran

(Ramali, 2000).

Antipiretikum adalah obat yang digunakan untuk

AKADEMI FARMASI BINA HUSADA 14


PRAKTIKUM FARMAKOLOGI-II ANALGETIK

menurunkan suhu tubuh agar stabil kembali

(Farida, 2010).

Farmakokinetik : Paracetamol diabsorbsi cepat dan sempurna

melalui saluran cerna. Konsentrasi tertinggi dalam

plasma dicapai dalam waktu setengah jam dan

masa paruh plasma, 25 % paracetamol terikat

protein plasma. Obat ini dimetabolis oleh enzim

mikrosom hati. Sebagian parasetamol (80%)

dikonjugasi dengan asam glukuronat dan sebagian

kecil lainnya dengan asam sulfat. Obat ini

diekskresi melalui ginjal, sebagian kecil sebagai

parasetamol dan sebagian besar dalam betuk Efek

(Ganiswarna S, 1995).

Farmakodinamik : Analgesik parasetamol serupa dengan salisilat

yaitu mengurangi atau menghilangkan nyeri ringan

sampai sedang dan menurunkan suhu tubuh. Efek

anti inflamasinya sangan lemah, oleh karena tidak

digunakan sebagai antireumatik (Ganiswarna S,

1995).

Mekanisme Kerja : Menghambat biosintesis Prostaglandin yang hanya

terjadi bila lingkungannya rendah kadar peroksid

seperti di hipotalamus (Ganiswarna S, 1995).

Dosis : 500 mg (Tjay & Rahardja, 2002).


2. Antalgin 500 mg ( FI. Edisi III. Hal. 369 )

AKADEMI FARMASI BINA HUSADA 15


PRAKTIKUM FARMAKOLOGI-II ANALGETIK

Nama Resmi : METHAMPYRONUM

Sinonim : Metampiron, Antalgin.

Berat Molekul : 351,37.

Rumus Molekul : C13H16N3NaO4S.H2O

Rumus Bangun :

C6H5

O CH3

H2O

CH2 N CH3

O3SNa CH3

Pemerian : Serbuk hablur, putih atau putih kekuningan.

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik

K/P : Analgetikum yaitu obat untuk menghilangkan

rasa nyeri pada tubuh tanpa menghilangkan

kesadaran (Ramali , 2000).

Antipiretikum yaitu obat untuk menurunkan panas

atau suhu tubuh agar stabil kembali (Farida,2010).

AKADEMI FARMASI BINA HUSADA 16


PRAKTIKUM FARMAKOLOGI-II ANALGETIK

Farmakokinetik : Pada fase ini antalgin mengalami proses absorbsi,

distribusi, metaolisme dan ekskresi yang berjalan

secara simultan langsung atau tidak langsung

melintasi sel membran (Ganiswarna S, 1995).

Farmakodinamik : Sesuai analgetika, obat ini hanya efektif terhadap

nyeri dengan intensitas rendah sampai sedang,

misalnya sakit kepala dan juga efektif terhadap

nyeri yang berkaitan dengan inflamasi. Efek

analgetiknya jauh lebih lemah dari efek analgetik

opiate, obat ini tidak menimbulkan ketagihan

(adiksi) dan efek samping sentral yang

merugikan. Analgetika bekerja secara sentral

untuk meningkatkan kemampuan menahan nyeri.

Analgesia yaitu keadaan dimana setelah

pemberian analgetik bercirikan perubahan

perilaku pada respon terhadap nyeri dan

kemampuan yang berkurang untuk menerima

impuls nyeri tanpa kehilangan kesadaran

(Ganiswarna S, 1995).

Mekanisme Kerja : Antalgin termasuk derivate metasulfonat dari

amidopirinyang mudah larut dalam air dan mudah

diserap kedalam tubuh. Bekerja secara sentral

pada otak untuk menghilangkan nyeri,

AKADEMI FARMASI BINA HUSADA 17


PRAKTIKUM FARMAKOLOGI-II ANALGETIK

menurunkan demam, dan menyembuhkan

reumatik. Antalgin mempengaruhi hipotalamus

dalam menurunkan sentsitifitas reseptor rasa sakit

dan thermostat yang mengatur suhu tubuh

(Ganiswarna S, 1995).

3. Na. CMC 0,5 % ( FI. Edisi III, Hal. 401 )

Nama Resmi : NATRII CARBOXY METHYCELLULOSUM

Sinonim : Natrium Karboksimetil Selulosa, Natrium CMC

Pemerian : Serbuk atau butiran, putih atau putih kuning

gading, tidak berbau atau hampir tidak berbau,

higroskopis.

Kelarutan : Mudah mendispersi dalam air, membentuk

suspense koloidal, tidak larut dalam etanol (95%)

P, dalam eter P dan dalam pelarut organik lain.

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat.

K/P : Pensuspensi

4. Aquadest ( FI. Edisi III, Hal. 96 )

Nama Resmi : AQUA DESTILLATA

Sinonim : Air Suling

AKADEMI FARMASI BINA HUSADA 18


PRAKTIKUM FARMAKOLOGI-II ANALGETIK

Berat Molekul : 18,02

Rumus Molekul : H2O

Pemerian : Cairan jernih, tidak berwarna, tidak berbau, tidak

Penyimpanan mempunyai rasa

K/P : Dalam wadah tertutup rapat

: Zat tambahan, pelarut

5. Natrium Diklofenak 50 mg (FI. Edisi III. 43)

Nama Resmi : NATRIUM DIKLOFENAK

Sinonim : Sodium { o – (dikloroanilino) fenil} asetat

Berat molekul : 318,13

Rumus molekul : C14H10N3Cl2NNaO2

Pemerian : Serbuk hablur, berwarna putih, tidak berasa.

Kelarutan : Sedikit larut dalam air, larut dalam alkohol, praktis

tidak larut dalam kloroform dan eter, bebas larut

dalam alkohol metil. pH larutan 1% dalam air

adalah antara 7,0 dan 8

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup

K/P : Analgetik yaitu obat yang menghilangkan rasa

sakit tanpa menghilangkan kesadaran (Ramali,

2000)

Farmakologi : Obat ini adalah penghambat siklooksigenase yang

kuat dengan efek antiinfllamasi, analgetik dan

AKADEMI FARMASI BINA HUSADA 19


PRAKTIKUM FARMAKOLOGI-II ANALGETIK

antipirek. Obat ini merupakan turunan asam

fenilasetat sederhana (Ganiswarna S, 1995).

Mekanisme Kerja : Diklofenak merupakan obat NSAIDS yang bersifa

tidak selektif dimana kedua jenis COX diblokir.

Dengan dihambatnya C0X – 1, dengan demikian

tidak ada lagi yang bertanggung jawab melindungi

mukosa lambung – usu dan ginjal sehingga terjadi

iritasi dan efek toksik pada ginjal (Tjay dan

Raharadjo, 2002).

6. Meloxicam 15 mg (Dirjen POM, 1995)

Nama resmi : MELOXICAMUM

Sinonim : Meloksikam

Rumus molekul : C15H13N3O4S

Berat molekul : 33,35

Pemerian Serbuk, hampir putih, tidak berbau.

Kelarutan : Sangat sukar larut dalam air, dalam asam-asam encer

: dan sebagian besar pelarut organik. Sukar larut

dalam etanol dan dalam larutan alkali yang

mengandung air.

Penyimpanan Dalam wadah tertutup rapat.

K/P : Sebagai obat antiinflamasi (Oksikam) yaitu obat

: yang dapat menghilangkan radang (Ramali, 2000).

AKADEMI FARMASI BINA HUSADA 20


PRAKTIKUM FARMAKOLOGI-II ANALGETIK

Farmakokinetik Reabsorbsinya dari usus cepat dan lengkap. Mulai

: kerjanya setelah 1 jam dan bertahan 7 jam. PP nya

lebih dari 99%, plasma t1/2 nya panjang. Ekskresi

terutama melalui kemih (Ganiswarna S, 1995).

Farmakodinamik Menghambat sintesa postaglandin dengan

: menghambat kerja isoenzim COX-1 dan COX-2

(lebih banyak ke ke arah COX-2) (Ganiswarna S,

1995).

Dosis Dosis awal dan pemeliharaan pasien dewasa adalah

: dosis tunggal 7,5 mg/hari. Dosis tertinggi adalah 15

mg sekali sehari (Tjay & Rahardja, 2002).

7. Asam mefenamat 500 mg (Dirjen POM, 1979:43)

Nama resmi : ACIDUM MAFENAMICUM

Sinonim : Asam mefenamat

Rumus molekul : C13H13NO3

Berat molekul : 241,29

Pemerian : Serbuk hablur, putih atau hampir putih, melebur pada

suhu 230C serta pemurnian.

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat

K/P : Sebagai obat analgesik yaitu obat untuk

menghilangkan rasa nyeri pada tubuh tanpa

menghilangkan kesadaran (Ramali, 2000).

Farmakologi : Asam mefenamat merupakan kelompok antiinflamasi

AKADEMI FARMASI BINA HUSADA 21


PRAKTIKUM FARMAKOLOGI-II ANALGETIK

non steroid, bekerja dengan cara menghambat sintesa

postaglandin dalam jaringan tubuh dengan

menghambat enzim siklooksigenase sehingga

mempunyai efek analgesik, antiinflamasi dan

antipiretik (Tjay & Rahardja, 2002).

Farmakokinetik : Asam mefenamat diabsorbsi dengan cepat dari

saluran gastrointestinal apabila diberikan secara oral’

kadar plasma puncak dapat dicapai 1 sampai 2 jam

setelah pemberian 2 x 250 mg kapsul asam

mefenamat. Pemberian dosis tunggal secara oral

sebesar 1000 mg memberikan kadar plasma puncak

selama 2 sampai 4 jam dengan t ½ dalam plasma

sekitar 2 jam (Ganiswarna S, 1995).

Farmakodinamik : Karena Asam Mefenamat termasuk ke dalam

golongan (NSAIDS), maka kerja utama kebanyakan

non steroid anti-inflammatory drugs (NSAIDS)

adalah sebagai penghambat sintesis postaglandin,

sedangkan kerja utama obat antiradang glukortiroid

menghambat pembebasan asam arakidonat

(Ganiswarna S, 1995).

Dosis : Digunakan melalui mulut (per oral), sebaiknya

sewaktu makan. Dewasa dan anak di atas 14 tahun :

dosis awal yang dianjurkan 500 mg kemudian

AKADEMI FARMASI BINA HUSADA 22


PRAKTIKUM FARMAKOLOGI-II ANALGETIK

dilanjutkan 250 mg (Tjay & Rahardja, 2002).

AKADEMI FARMASI BINA HUSADA 23


PRAKTIKUM FARMAKOLOGI-II ANALGETIK

BAB III

METODE PRAKTIKUM

A. Alat dan Bahan

1. Alat Yang Digunakan

a. Batang pengaduk

b. Gelas ukur 10 mL

c. Gelas Kimia1000 mL

d. Hot plate

e. Canula

f. Spoit 1 cc dan 3 cc

g. Stop watch

h. Timbangan digital

2. Bahan Yang Digunakan

a. Asam asetat 0,5%

b. Asam mefenamat 500 mg

c. Antalgin 500 mg

d. Aquadest

e. Kertas perkamen

f. Mencit

g. Meloxicam 15 mg

h. Na. Diklofenak 50 mg

i. Na CMC 0,5 %

j. Parasetamol 500 mg

AKADEMI FARMASI BINA HUSADA 24


PRAKTIKUM FARMAKOLOGI-II ANALGETIK

B. Cara Kerja

1. Pembuatan Na. CMC 0,5% 200 mL

a. Ditmbang sebanyak 1g Na CMC

b. Dipanasakan air sebanyak 100 mL.

c. Dimasukkan Na. CMC kedalam air sedikit demi sedikit sambil diaduk

hingga larut dan bening.

d. Diangkat lalu didinginkan, kemudian ditutup dengan alumminium foil.

2. Pembuatan Asam asetat 0,5% 100 mL

a. Dipipet asam asetat sebanyak 0,5 mL

b. Dimasukkan ke dalam gelas kimia dan dilarutkan dengan 2/3 volume

aquadest.

c. Dipindahkan ke dalam labu tentukur 100 mL lalu cukupkan

volumenya sampai tanda batas.

d. Dikocok homogen dan diberi etiket.

3. Perlakuan untuk Hewan Uji

a. Metode Plat Panas

1. Dipuasakan hewan uji selama 4-8 jam dengan tetap memberikan

minum ad libitum, ditimbang dan dikelompokkan sesuai perlakuan.

2. Diberi Mencit 1 (kontrol) hanya larutan Na CMC per oral,

kemudian mencit diletakkan di atas plat panas 550C, catat waktu

mencit diletakkan sampai mencit mengangkat kakinya.

Pengamatan dilakukan pada 10, 20, 40 dan 80 menit setelah

pemberian obat.

AKADEMI FARMASI BINA HUSADA 25


PRAKTIKUM FARMAKOLOGI-II ANALGETIK

3. Diberi Mencit II, suspensi antalgin per oral, 15 menit kemudian

mencit diletakkan di atas plat 550C, catat waktu mencit diletakkan

sampai mencit mengangkat kakinya. Pengamatan dilakukan pada

10, 20, 40 dan 80 menit setelah pemberian obat.

4. Diberi Mencit III, suspensi paracetamol per oral, 15 menit

kemudian mencit diletakkan di atas plat 550C, catat waktu mencit

diletakkan sampai mencit mengangkat kakinya. Pengamatan

dilakukan pada 10, 20, 40 dan 80 menit setelah pemberian obat.

b. Metode Geliat (Writhing Test) yang dikemukakan oleh Collier et al

(1986)

1. Ditimbang sebanyak 6 hewan uji berat badannya.

2. Diberi perlakuan per oral setiap hewan uji :

a. Kelompok 1 diberi suspensi Antalgin 500 mg

b. Kelompok 2 diberi suspensi Paracetamol 500 mg

c. Kelompok 3 diberi suspensi Asam mefenamat 500 mg

d. Kelompo4 diberi suspensi Na. CMC 0,5%

e. Kelompok 5 diberi suspense Na. Diklofenak 50 mg

f. Kelompok 6 diberi suspense Meloxicam 15 mg

3. Setelah seluruh hewan uji mendapat masing – masing perlakuan, 5

menit kemudian seluruh hewan uji diberi suntikan Intraperitonial

dengan larutan asam asetat 0,5% v/v dosis 25 mg/Kg BB

4. Beberapa menit kemudian mencit mulai menggeliat (perutnya

kejang dan kaki ditarik ke belakang)

AKADEMI FARMASI BINA HUSADA 26


PRAKTIKUM FARMAKOLOGI-II ANALGETIK

5. Dicatat jumlah geliat kumulatif yang timbul pada menit ke 15, 30,

60, 90 dan 120.

6. Buat Kurva t (menit) vs jumlah geliat tiap perlakuan

7. Hitung luas daerah di bawah kurva (AUC) dari kurva tersebut

(ingat rumus menghitung luas persegi panjang dan segi tiga)

Rumus :

 Luas Persegi Panjang

= Luas X Persegi panjang

= Panjang X Lebar

 Luas Segitiga

= Luas X Segitiga

¿1
2. a . t

8. Hitung persen daya analgetika dengan rumus :

( AUC Perlakuan)
% Daya Analgetika ¿ 1− X 100 %
( AUC Kontrol)

AKADEMI FARMASI BINA HUSADA 27


PRAKTIKUM FARMAKOLOGI-II ANALGETIK

BAB IV

DATA PENGAMATAN

A. Hasil Pengamatan

BB Jumlah Geliat Kumulatif Pada


Volume
No Obat Hewan Menit Ke- (Kali)
Pemberian
Uji 15 30 60 90 120
Antalgin
1 23,85 g 0,79 mL - - - - -
500 mg
Paracetamol
2 20,70 g 0,69 mL 2 0 6 - -
500 mg
Asam
3 Mefenamat 26,21 g 0,87 mL 11 6 5 1 0
500 mg
Na. CMC
4 26,95 g 0,89 mL 6 - - - -
0,5%
Na/K
5 Diklofenak 25,77 g 0,86 mL 14 0 0 0 0
50 mg
Meloxicam
6 25,54 g 0,85 mL 26 - - - -
15 mg

AKADEMI FARMASI BINA HUSADA 28


PRAKTIKUM FARMAKOLOGI-II ANALGETIK

B. Kurva Grafik

Kurva Hasil Pengamatan


30

25
Antalgin
20 Paracetamol
Jumlah geliat

Asam Mefenamat
15
Na-CMC 0,5%
10 Na. Diklofenak
Meloxicam
5

0
15 30 60 90 120
Menit

AKADEMI FARMASI BINA HUSADA 29


PRAKTIKUM FARMAKOLOGI-II ANALGETIK

BAB V

PEMBAHASAN

Pada praktikum ini yaitu dilakukan pengujian terhadap efek analgetik

pada hewan coba mencit (Musmusculus L) dengan menggunakan obat Antalgin

500 mg, Paracetamol 500 mg, Asam Mefenamat 500 mg, Natrium Diklofenak 25

mg, Meloxicam 15 mg serta Na-CMC 0,5%sebagai control dan Asam Aetat 0,5%

sebagai penginduksi.

Penggunaan asam asetat berfungsi sebagai penginduksi, dimana asam

asetat merupakan senyawa kimia yang dapat menstimulus nyeri dimana serabut

syaraf akan menghantarkan impuls nyeri ke korteks sensorik di otak dan

menimbulkan nyeri yang bersifat linu. Mekanisme dari asam asetat dalam

menimbulkan rasa nyeri adalah dengan cara membuat luka pada jaringan yang

menstimulus prostaglandin, sehingga menyebabkan sakit. Selain itu, asam asetat

bersifat asam dan darah yang bersifat netral agak sedikit basa juga akan

menyebabkan asidosis.

AKADEMI FARMASI BINA HUSADA 30


PRAKTIKUM FARMAKOLOGI-II ANALGETIK

Dalam praktikum ini pemberian obat analgetik dilakukan secara oral.

Dimana rute pemberian oral, ketika obat dimasukkan secara oral (mulut)

kemudian obat melewati kerongkongan (esofagus) kemudian obat akan masuk

kedalam lambung (gaster). Didalam lambung obat akan larut yang disebut disolusi

kemudian obat akan dikirim ke usus halus, didalam usus inilah obat akan diserap

lalu obat masuk kedalam pembuluh darah dan menuju pusat sakit didalam tubuh.

Ketika perjalanan obat sudah sampai ke hati, obat akan bertemu zat kekebalan

tubuh yang disebut metabolisme. Didalam proses metabolisme ini zat racun obat

akan dilumpuhkan oleh zat kekebalan tubuh sedangkan zat yang bermanfaat akan

diolah sehingga berkhasiat sebagai obat. Zat obat yang dilumpuhkan akan dikirim

ke saluran pembuangan tubuh. Sedangkan zat yang bermanfaat akan diedarkan

keseluruh tubuh melalui pembuluh darah.

Digunakan hewan coba mencit dan menggunakan metode geliat, mencit

digunakan sebagai sebagai hewan uji karena mencit hampir identik secara genetis,

karakteristik biologi dan perilakunya sangat mirip manusia dan banyak gejala

kondisi manusia dapat direplikasi pada mencit.

Metode geliat, metode ini tidak hanya sederhana dan dapat dipercaya

tetapi juga memberikan evaluasi yang cepat terhadap jenis analgesik perifer.

Mekanisme terjadinya nyeri yaitu adanya rangsangan-rangsangan

mekanis/kimiawi (kalor/listrik) yang dapat menimbulkan kerusakan-kerusakan

pada jaringan dan melepaskan zat-zat tertentu yang disebut mediator-mediator

nyeri. Pada percobaan ini rangsang nyeri diberikan berupa iritan kimia, dengan

menginjeksi secara intraperitoneal zat iritan berupa steril asam asetat. Efek nyeri

AKADEMI FARMASI BINA HUSADA 31


PRAKTIKUM FARMAKOLOGI-II ANALGETIK

akan timbul dalam waktu yang lebih cepat karena iritan diberikan secara

intraperitoneal. Setelah rangsang nyeri menimbulkan reaksi pada mediator nyeri

akan timbul geliat pada hewan uji.

Adapun mediator nyeri antara lain, histamine, serotonin, plasmakinin,

prostaglandin, ion-ion kalium. Zat-zat ini merangsang reseptor-reseptor nyeri pada

ujung saraf bebas dikulit, selaput lender dan jaringan, lalu dialirkan melalui saraf

sensoris ke susunan syaraf pusat (SSP) melalui sum-sum tulang

belakangketalamus dankepusat nyeri di otak besar (rangsangan sebagai nyeri).

Sehingga timbul rasa nyeri yang dapat dilihat terjadi pada hewan uji dengan

adanya geliat-geliat yang menandakan mencit merasakan merasakan kesakitan.

Adapun Onset dan durasi obat bekerja analgetik diantaranya adalah:

Asam Mefenamat, penyerapan obat dalam saluran cerna cepat dan hampir

sempurna, 99% obat terikat oleh protein plasma. Kadar plasma tertinggi dicapai

dalam 2 jam setelah pemberian oral, dan waktu paruh dalam plasma 2-4 jam. Na

diklofenak, proses absorbsi dimulai segera setelah obat diberikan, dan rasa nyeri

biasanya berkurang dalam 15-30 menit. Kalium diklofenak dilepaskan cepat

dalam aliran darah untuk mengurangi rasa nyeri lebih cepat. Sebagian dari

diklofenak dimetabolisme di hepar. Sekitar 1%nya masih bersifat aktif. Sisanya

dieliminasi sebagai metabolit melalui empedu dan di dalam feses.Meloxicam, obat

ini bekerja menghambat enzim yang memproduksi prostaglandin sehingga obat

ini akan mengurangi rasa sakit dan inflamasi. Absorbsi berlangsung cepat

dilambung, terikat 99% pada protein plasma dan waktu paruh dalam plasma 45

jam sehingga diberikan sekali sehari.Antalgin termasuk derivate metasulfonat dari

AKADEMI FARMASI BINA HUSADA 32


PRAKTIKUM FARMAKOLOGI-II ANALGETIK

aminopiryn yang mudah larut dalam air dan cepat diserp ke dalam tubuh, antalgin

mempengaruhi hipatalamus dalam menurunkan sensifitas reseptor rasa sakit dan

thermostat yang mengatur suhu tubuh. Paracetamol hanya mempunyai efek ringan

pada siklooksigenase perifer, inilah yang menyebabkan paracetamol hanya

menghilangkan atau mengurangi rasa nyeri ringan sampai sedang , paracetamol

tidak mempengaruhi nyeri yang ditimbulkan efek langsung prostaglandin, ini

menunjukkan bahwa paracetamol menghambat sintesa prostaglandin dan bukan

blockade langsung prostaglandin.

Berdasarkan data pengamatan nilai AUC perlakuan yang didapatkan

yaitu Paracetamol 195cm2, Asam mefenamat 510 cm2, Natrium diklofenak 210

cm2 dan meloxicam 195 cm2. Dari hasil pengamatan, nilai AUC semakin besar

dengan semakin sedikitnya jumlah geiat yang ditunjukkan pada mencit dalam hal

ini efek analgetik obat tersebut lebih baik. % Daya analgetik untuk masing-masing

obat yaitu untuk paracetamol diperoleh 95,3%, untuk asam mefenamat diperoleh

87,6%, untuk natrium diklofenak diperoleh 94,9%, dan untuk meloxicam

diperoleh 95,2%. Menurut teori, %daya analgetik tertinggi adalah obat Asam

mefenamat. Tetapi dari praktikum yang dilakukan justru pada hewan coba yang

perlakuan diberi paracetamol dan meloxicam paling tinggi, ini dipengaruhi akibat

hewan uji yang digunakan mati. Sehingga pada menit berikutnya tidak

menunjukkan geliat lagi. Pada hewan uji yang perlakuan diberi obat paracetamol

dan meloxicam hewan uji mati pada saat memasuki menit ke 30 hal ini bisa

disebabkan karena kekeliruan saat penyuntikan.

AKADEMI FARMASI BINA HUSADA 33


PRAKTIKUM FARMAKOLOGI-II ANALGETIK

Sedangan untuk natrium diklofenak merupakan obat yang digunakan

sebagai analgetik dan antiinflasmasi. Akan tetapi, pada penggunaannya natrium

diklofenak lebih spesifik untuk antiinflamasi.

BAB VI

PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Semakin berjalannya waktu hingga waktu pengamatan habis jumlah

mencit mengangkat kakinya dan mencit menggeliat semakin berkurang hal

ini menandakan bahwa obat telah memberikan efeknya.

2. Dalam praktikum kali ini obat yang paling baik digunakan untuk

mengatasi nyeri adalah Asam Mefenamat.

B. Saran

Adapun saran yang ingin disampaikan adalah diharapkan kepada

praktikan untuk lebih serius dalam melakukan praktikum agar ilmu yang

didapat benar-benar dipahami dan harus mengikuti prosedur percobaan.

AKADEMI FARMASI BINA HUSADA 34


PRAKTIKUM FARMAKOLOGI-II ANALGETIK

Diharapkan juga agar tetap menjaga kebersihan dan ketertiban dalam

laboratorium.

DAFTAR PUSTAKA

Akbar Budi. 2010. Tumbuhan dengan kandungan senyawa aktif yang


berpotensi sebagai bahan Antifertilitas. Jakarta : Adabia press

Depkes RI.1979. Farmakope Indonesia Edisi III. Jakarta. Depkes RI

Dharmady Agus & Eriyatno. 2004. Manajemen nyeri dalam suatu tatanan tim
medis multi disiplin. Majalah kedokteran. Jakarta : Atmaja ;1(3):1-5.

Ganiswarna. 1995. Faramakologi dan terapi Edisi IV. Jakarta : BalaiPenerbit


FKUI .

Hamid farida. 2010. Kamus ilmiah populer lengkap . Surabaya : Apollo.

Mustchler Emst. 1991. Dinamika Obat Edisi 5. Penerjemah Mathilda B


Widianto, Anna Setiadi Ranti. Itb. Bandung.

Ramli ahmad, 2000. Kamus kedokteran : arti dan keterangan istilah. Jakarta :
Djambatan.

Smith & Mangkoewidjojo. 1988. Pemeliharaan, Pembiakan dan penggunaan


Hewan Percobaan didaerah Tropis. Jakarta : UI-Press.

AKADEMI FARMASI BINA HUSADA 35


PRAKTIKUM FARMAKOLOGI-II ANALGETIK

Sulistia Gan Gunawan, dkk. 2007. Farmakologi dan Terapi. Jakarta :


BalaiPenerbit FKUI .

Tjay dan Raharadjo, dkk. 2002. Obat – obat penting. Jakarta : Gramedia.

LAMPIRAN

A. Skema Kerja Uji Analgetikum pada hewan coba mencit (Mus muculus L)

dengan menggunakan metode geliat

Mencit dipuasakan

Ditimbang

Antalgin PCT Asam Na CMC Na. Meloxicam


500 mg 500 mg Mefenamat 0,5% diklofenak 15 mg
500 mg 50 mg

Diinduksi I.P

Asam asetat 0,5 % v/v 5 mL

Catat jumlah geliat pada menit 15, 30, 60, 90, 120
AKADEMI FARMASI BINA HUSADA 36

Hasil
PRAKTIKUM FARMAKOLOGI-II ANALGETIK

B. Perhitungan Pembuatan Reagen


1. Na CMC 0,5% 200 mL
b x gram
% = ×100 %
w y mL
x
0,5 % = ×100 %
200
100
x = =0,1 gram
100
2. Asam Asetat 0,5% 100 mL

%1 x V1 = %2 x V2

100% x V1 = 0,5% x 100 mL

0,5 x 100
V1 =
100

V1 = 0,5 M

C. Perhitungan bahan

a. Antalgin 500 mg

1. Dosis konversi = Faktor konversi × Dosis lazim

= 0,0026 × 500 mg

= 0,13 mg

BB mencit
2. Dosis pemerian = × Dosis Konversi
BB standar min

= 23,85× 0,13 mg/20 g BB

= 1,3 mg/1 ekor mencit

3. Volume pemerian =

BB mencit
X Volume pemberian maks
BB standar maks

AKADEMI FARMASI BINA HUSADA 37


PRAKTIKUM FARMAKOLOGI-II ANALGETIK

23,05
= ×60
30

= 0,795 mL

4. Suspensi 20 mL = 0,188 × 20

= 3,76 mg/20 mL

b. Paracetamol 500 mg

1. Dosis konversi = Faktor konversi × Dosis lazim

=0,0026 × 500 mg/20 g BB

=1,3 mg

BB mencit
2. Dosis Pemberian = × Dosis Konversi
BB standar min

20,70 g
= ×1,3 mg
20 g

= 1,34 mg/ 1 ekor mencit

BB mencit
3. Volume Pemberian = ×Volume pemberian maks
BB standar maks

20,70 g
= × 1 mL
30 g

= 0,69 mL

DP
4. Serbuk yang ditimbang = X Bobot rata−rataasmef
D. Etiket

1,34
= x 607 mg
500

= 1,62 mg

AKADEMI FARMASI BINA HUSADA 38


PRAKTIKUM FARMAKOLOGI-II ANALGETIK

5. Dibuat suspensi paracetamol 20 mL

=Serbukk yang ditimbang x 20

= 1,62 x 20

= 32,4 mg/20 mL

c. Asam Mefenamat 500 mg

1. Dosis konversi = Faktor konversi × Dosis lazim

=0,0026 × 500 mg/20 g BB

=1,3 mg

BB mencit
2. Dosis Pemberian = × Dosis Konversi
BB standar min

26,21 g
= × 1,3 mg
20 g

= 1,70mg/ 1 ekor mencit

BB mencit
3. Volume Pemberian = ×Volume pemberian maks
BB standar maks

26,21 g
= × 1 mL
30 g

= 0,87 mL

DP
4. Serbuk yang ditimbang = × Bobot rata−rata asmef
D. Etiket

1,70
= × 588 mg
500

= 1,99 mg

5. Dibuat suspensi asam mefenamat 20 mL

= Serbuk yang ditimbang x 20

AKADEMI FARMASI BINA HUSADA 39


PRAKTIKUM FARMAKOLOGI-II ANALGETIK

= 1,99 x 20

= 39,8 mg/20 mL

d. Natrium Diklofenak 50 mg

1. Dosis konversi = Faktor konversi × Dosis lazim

= 0,0026 × 50 mg

= 0,13 mg

BB mencit
2. Dosis pemerian = × Dosis Konversi
BB standar min

25,77
= × 0,23 mg
20

= 0,167 mg

BB mencit
3). Volume pemerian = ×Volume pemberian maks
BB standar maks

25,77
= ×1 mL
30

= 0,859 mL

DP
4). Serbuk yang di timbang = × B . rata−rata Na.diclofenac
D. etiket

0,167
= × 223 mg
50

= 0,744 mg

5). Dibuat 10 ml

AKADEMI FARMASI BINA HUSADA 40


PRAKTIKUM FARMAKOLOGI-II ANALGETIK

Serbuk yang dihitung = 0,744 mg / 10 mL

= 14,88 mg /10 mL ~ 0,0148 g/10 mL

D. Lampiran Kurva, Perhitungan AUC dan % Daya Analgetik

a. Kurva dan Perhitungan AUC

1. Na-CMC

Na-CMC 0,5%
120
100
80
Jumlah geliat

60 Na-CMC 0,5%
40
20
0
15 30 60 90 120
Menit

1
I. Luas Segitiga = ×a . t
2

1
= ×15.43
2

= 322,5 cm2

AKADEMI FARMASI BINA HUSADA 41


PRAKTIKUM FARMAKOLOGI-II ANALGETIK

1
II. Luas Segitiga = ×a . t
2

1
= ×15.67
2

= 502,5 cm2

III. Luas persegi panjang = P × L

= 15 × 43

= 645 cm2

1
IV. Luas Segitiga = ×a . t
2

1
= ×30.85
2

= 1,275 cm2

V. Luas persegi panjang = P × L

= 30 × 25

= 750 cm2

1
VI. Luas Segitiga = ×a . t
2

1
= ×30.19
2

= 285 cm2

VII. Luas persegi panjang = P × L

= 30 × 6

= 180 cm2

1
VIII. Luas Segitiga = ×a . t
2

AKADEMI FARMASI BINA HUSADA 42


PRAKTIKUM FARMAKOLOGI-II ANALGETIK

1
= ×30.3
2

= 45 cm2

IX. Luas persegi panjang = P × L

= 30 × 3

= 90 cm2

Luas AUC Na-CMC

= 322,5 + 502,5 + 645 + 1,275 + 750 + 285 + 180 + 45 + 90

= 4095 cm2

2. Paracetamol

Paracetamol 500 mg
12

10

8
jumlah geliat

6 Paracetamol 500 mg

0
15 30 60 90 120
Menit

1
I. Luas Segitiga = ×a . t
2

AKADEMI FARMASI BINA HUSADA 43


PRAKTIKUM FARMAKOLOGI-II ANALGETIK

1
= ×15.2
2

= 15 cm2

1
II. Luas Segitiga = ×a . t
2

1
= ×60.6
2

= 180 cm2

Luas AUC paracetamol = 15 + 180 = 195 cm2

3. Asam Mefenamat 500 mg

AKADEMI FARMASI BINA HUSADA 44


PRAKTIKUM FARMAKOLOGI-II ANALGETIK

Asam Mefenamat 500 mg


12

10

8
jumlah geliat

Asam Mefenamat 500


6 mg
4

0
15 30 60 90 120
Menit

1
I. Luas Segitiga = ×a . t
2

1
= ×15.11
2

= 82,5 cm2

1
II. Luas Segitiga = ×a . t
2

1
= ×15.5
2

= 37,5 cm2

III. Luas persegi panjang =P×L

= 15 × 6

= 90 cm2

1
IV. Luas Segitiga = ×a . t
2

1
= ×30.1
2

AKADEMI FARMASI BINA HUSADA 45


PRAKTIKUM FARMAKOLOGI-II ANALGETIK

= 15 cm2

V. Luas persegi panjang =P×L

= 30 × 5

= 150 cm2

1
VI. Luas Segitiga = ×a . t
2

1
= ×30.3
2

= 45 cm2

VII. Luas persegi panjang =P×L

= 30 × 2

= 60 cm2

1
VIII. Luas Segitiga = ×a . t
2

1
= ×30.2
2

= 30 cm2

Luas AUC asam mefenamat

= 82,5 + 37,5 + 90 + 15 + 150 + 45 + 60 + 30

= 510 cm2

AKADEMI FARMASI BINA HUSADA 46


PRAKTIKUM FARMAKOLOGI-II ANALGETIK

4. Natrium Diklofenak 50 mg

Natrium Diklofenak 50 mg
16
14
12
Jumlah geliat

10
Natrium Diklofenak 50
8 mg
6
4
2
0
15 30 60 90 120
Menit

1
Luas segitiga = ×a . t
2

1
= ×30.14
2

= 210 cm2

Luas AUC natrium diklofenak = 210 cm2

AKADEMI FARMASI BINA HUSADA 47


PRAKTIKUM FARMAKOLOGI-II ANALGETIK

5. Meloxicam 15 mg

Meloxicam 50 mg
30
25
Jumlah geliat

20
15 Meloxicam 50 mg
10
5
0
15 30 60 90 120
Menit

1
Luas Segitiga = ×a . t
2

1
= ×15.26
2

= 195 cm2

Luas AUC meloxicam = 195 cm2

b. Perhitungan %daya analgetik

1. Paracetamol 500 mg

%daya analgetik =1‒ ( AUC Perlakuan


AUC Kontrol )
× 100%

195
=1‒ ( 4095 ) × 100%
= 1 ‒ 0,047 × 100%

AKADEMI FARMASI BINA HUSADA 48


PRAKTIKUM FARMAKOLOGI-II ANALGETIK

= 0,953 × 100%

= 95,3%

2. Asam mefenamat 500 mg

%daya analgetik =1‒ ( AUC Perlakuan


AUC Kontrol )
× 100%

510
=1‒ ( 4095 ) × 100%
= 1 ‒ 0,124 × 100%

= 0,876 × 100%

= 87,6%

3. Natrium diklofenak 50 mg

%daya analgetik =1‒ ( AUC Perlakuan


AUC Kontrol )
× 100%

210
=1‒ ( 4095 ) × 100%
= 1 ‒ 0,051 × 100%

= 0,949 × 100%

= 94,9%

4. Meloxicam

%daya analgetik =1‒ ( AUC Perlakuan


AUC Kontrol )
× 100%

195
=1‒ ( 4095 ) × 100%
= 1 ‒ 0,0478 × 100%

AKADEMI FARMASI BINA HUSADA 49


PRAKTIKUM FARMAKOLOGI-II ANALGETIK

= 0,952 × 100%

= 95,3%

E. Gambar

Mencit saat diberikan obat per oral

Mencit saat diberikan penginduksi melalui intra peritonial

AKADEMI FARMASI BINA HUSADA 50


PRAKTIKUM FARMAKOLOGI-II ANALGETIK

Mencit saat mulai menggeliat.

AKADEMI FARMASI BINA HUSADA 51

Anda mungkin juga menyukai