Dosen Pengampu:
Dr. Dra. Syarifah Miftahul EL Jannah, M.BIOMED.
Disusun oleh :
Kelompok 3(2D3B)
Pertama-tama marilah kita panjatkan puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang
senantiasa mencurahkan segala nikmat dan karunianya, karena berkat karunianya saya dapat
menyelesaikan makalah ini. Shalawat serta salam senantiasa kita sampaikan kepada junjungan
kita Rasulullah Muhammad SAW.
Kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam
menyelesaikan tugas makalah ini khususnya rekan-rekan yang senantiasa mendukung dan
memotivasi serta memberi masukan positif sehingga makalah ini dapat disusun.
Makalah ini berjudul “Konsep Pengaruh Lingkungan Fisik Makanan Dan Dampaknya
Terhadap Kesehatan Dan Memahami Tentang Pemeriksaan Organoleptic Pada Makanan” dimana
makalah ini membahas untuk memenuhi tugas dari mata kuliah PMMA.
Dalam Hal ini kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, untuk itu
kami memohon maaf bila di dalam tulisan kami ini ada kekurangan dalam penulisan atau
sebagainya. Kami mengharapkan saran dan kritik yang membangun untuk perbaikan penulisan
kedepannya.
Penulis
i
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI.................................................................................................................... ii
BAB 1 PENDAHULUAN
A. Kesimpulan. ........................................................................................................ 25
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
1
BAB II
PEMBAHASAN
Ukuran keamanan makanan akan berbeda satu orang dengan orang lian, atau satu
Negara dengan Negara lain, sesuai budaya dan kondisi masing-masing. Untuk itu perlu
ada peraturan yang menetapkan norma dan standar yang harus dipatuhi bersama. Di
tingkat internasional dikenal dengan standar codex, yang mengatur standar makanan
dalam perdagangan internasional yang disponsori oleh WHO dan FAO.
Bahan makanan sebagai bahan baku untuk mkanan jadi terutama banyak menimbulkan
masalah dalam pengamanannya adalah hasil pertanian. Ditinjau dari penyebab kerusakan
bahan hasil prtanian, maka kerusakan tersebut dapat dibagi menjadi beberapa jenis, yaitu
kerusakan mikrobiologis, mekanis, fisik, biologis dan kimia.
3
1) Kerusakan mikrobiologis
Kerusakan mikrobiologis merupakan bentuk kerusakan yang banyak merugikan hasil
hasil pertanian serta kadang-kadang berbahaya terhadap kesehatan manusia, karena racun
yang diproduksinya terkonsumis oleh manusia. Kerusakan mikrobiologis juga dapat
menjalar ke bagian lain atau ke bahan pertanian yang lain.
Pada umunya kerusakan mikrobiologis tidak hanya terjadi pada bahan mentah, tetapi juga
pada bahan setengah jadi maupun bahan jadi. Makanan-mkanan dalam kaleng atau dalam
botol dapat rusak dan kadang-kadang berbahaya karena dapat memproduksi racun.
Bahan pangan yang telah rusak oleh mikroba dapat menjadi sumber kontaminasi yang
berbahaya bagi bahan lain yang masih sehat atau segar. Karena bahan yang sedang
membusuk mengandung mikroba-mikroba yang masih muda serta dalam fase
pertumbuhan optimu (lag phase). Sehingga dapat menular dengan cepat ke bahan-bahan
lain yang ada didekatnya.
2) Kerusakan mekanis
Kerusakan mekanis disebabkan karena adanya benturan-benturan mekanis, misalnya
benturan antara bahan-bahan itu sendiri atau karena benturan alat dengan bahan tersebut.
Cara pelemparan bahan ke dalam tumpukan atau wadah banyak menyebabkan terjadinya
saling benturan satu sama lain atau bahan dengan dinding wadah. Penaganan hasil
pertanian yang tidak hati-hati khusunya buah-buahan dan sayuran akan banyak
menghasilkan kerusakan mekanis. Pengangkutan berbagai sayuran dalam truk atau colt
yang banyak terjadi di berbagai daerah merupakan contoh yang jelas.
Kerusakan mekanis tersebut dapat terjadi pada waktu bahan dipanen dengan alat.
Misalnya manga, durian yang dipanen dengan galah atau menjadi memar karena jatuh
terbentur batu atau tanah keras. Beberapa umbi-umbian mengalami cacat karena tersobek
atau terpotong oleh cangkul atau alat penggai yang lain. Banyak kerusakan mekanis
tersebut terjadi selama pengangkutan. Barang-barang yang diangkut secara “bulk
4
transportation” bagian bawahnya akan tertindih dan tertekan dari bagian atas dan
sampingnya sehingga mengalami pememaran, apalagi dalam kendaraan yang sedang
berjalan pada jalan rusak, seolah-olah banhan-bahan yang ada didalam digoncang dengan
kuat, sehingga banyak mengalami erusakan mekanis.
3) Kerusakan Fisik
Jenis kerusakan ini disebabkan karena akibat perlakuan perlakuan fisik yang digunakan.
Misalnya dalam pengeringan , terjadi case hardening . Dalam pendinginan terjadi Chilling
Injurie atau freezing injuries dan freezer burn pada bahan yang dibekukan.
Pecahnya telur yang didinginkan atau rusaknya bahan yang dibekukan karena sel-sel
mengalami pemecahan adalah merupakan akibat dari kerusakan fisik dan
mekanis.Penyimpanan dalam gudang yang basah dapat menyebabkan bahan dapat
menyerap air , misalnya terjadi hardening pada tepung yang kering sehingga tepung
tersebut mengeras atau membatu. Proses pengeringan yang tidak tepat pada tepung
albumen dapat mengakibatkan rendahnya daya buih telur atau menyebabkan daya
rehidrasi yang sangat rendah. Kerusakan-kerusakan yang terjadi karena lembabnya
penyimpanan dapat menyebabkan (Water Activity) dari bahan meninggi , sehingga
memberi peluang pada bentuk-bentuk kerusakan lain untuk ikut aktif. Pada umumnya
kerusakan fisik terjadi bersama-sama dengan bentuk kerusakan lainnya.
Penggunaan suhu yang terlalu tinggi dalam pengolahan bahan pangan menyebabkan cita
rasa yang menyimpang dan kerusakan terhadap kandungan vitaminnya,Penggunaan suhu
tinggi tersebut menyebabkan “thermal degradation” dari senyawa-senyawa dalam bahan
sehingga terjadi penyimpangan mutu bahan.Adanya sinar juga meransang terjadinya
kerusakan bahan , misalnya lemak dan beberapa vitamin.
5
Bila hewan ternak dipotong, maka akan terjadi pemberhentian sirkulasi darah yang
membawa oksigen ke jaringan otot ( daging ).Hal ini akan mebatasi terjadinya
metabolisme aerobik . Karena keadaan tersebut , maka sistem metabolisme akan berubah
menjadi anaerobik yang dapat menghasilkan asam laknat menyebabkan turunnya pH
sehingga daging mengeras dan menyebabkan daging akan rusak dan membusuk .
Ikan mengalami kerusakan bila terlihat tanda tanda sebagai berikut : insang menjadi pucat,
mata tenggelam dan teksturnya lunak sekali serta mengeluarkan bau dan berlendir.
Serangga dapat merusak biji-bijian dan kacang kacangan baik di lapangan maupun di
gudang , sehingga bahan hancur dan rusak . Masuknya ulat dari serangga kedalam buah
dan sayuran dapat merusakkan bagian dalam , dan biasanya hal ini merupakan jalan
masuk bagi mikroba pembusuk untuk tumbuh dan merusak bahan.
5) Kerusakan Kimia
Kerusakan kimia biasanya berhubungan dengan kerusakan lainnya, misalnya adanya
panas yang tinggi pada pemanasan minyak mengakibatkan rusaknya beberapa asam lemak
yang disebut thermal oxidation. Adanya oksigen dalam minyak, menyebabkan terjadinya
oksidasi pada asam lemak tidak jenuh, yang mengakibatkan pemecahan senyawa tersebut
atau menyebabkan terjadinya ketengikan minyak.
Kerusakan fisiologis juga merupakan kerusakan kimiawi, karena reaksi enzimatis
biasanya aktif dalam kerusakan tersebut. adanya sinar dapat membantu terjadinya
kerusakan kimiawi, misalnya oksidasi lemak atau menjadi lunturnya warna bahan.
Lingkungan fisik adalah salah satu unsur yang harus didaya gunakan oleh organisasi
sehingga menimbulkan rasa nyaman, tentram, dan dapat meningkatkan hasil kerja yang
baik untuk meningkatkan kinerja organisasi tersebut (Sihombing, 2004). Lingkungan fisik
adalah sesuatu yang berada disekitar para pekerja yang meliputi cahaya, warna, udara,
suara serta musik yang mempengaruhi dirinya dalam menjalankan tugas-tugas yang
dibebankan (Moekijat, 1995). Sedangkan menurut Gie (2000) lingkungan fisik merupakan
segenap faktor fisik yang bersama-sama merupakan suatu suasana fisik yang meliputi
suatu tempat kerja.
6
Dari definisi lain menurut Lovelock, Wirtz, dan Jacky (2010) servicescape terkait
erat dengan gaya dan tampilan fisik dan elemen pengalaman lain yang ditemui oleh
pelanggan di tempat. Menurut Bitner (1992) terdiri dari tiga dimensi servicescape yaitu:
1. Ambient Conditions (Kondisi Lingkungan) Merupakan karakteristik lingkungan
yang berkenaan dengan kelima panca indera. Latar belakang dari lingkungan seperti suhu,
pencahayaan, musik, warna, bau dan gangguan suara). Beberapa ganguan kecil mungkin
tidak akan menggangu pelanggan namun jika kondisi lingkungan menjadi ekstrim dapat
menjadi masalah serius dan membuat pelanggan tertekan.
2. Spatial Layout And Functionality (Tata Ruang Dan Fungsi) Merupakan denah
ruangan, ukuran, dan bentuk dari perlengkapan perabot, meja-meja, mesin dan peralatan
yang berpotensi dan cara mereka diatur juga kemampuan benda-benda tersebut untuk
memfasilitasi kegiatan transaksi jasa. Pengaturan peralatan dan interior untuk visual dari
tampilan fisik dan fungsi-fungsi yang bermanfaat untuk penyerahan atau pelayanan jasa.
Tata ruang (spatial layout) mengacu pada bagaimana ruangan tersebut digunakan dan
dimana furnitur dan peralatan ditempatkan dalam kamar. Skala dan ukuran properti
perhotelan mempengaruhi tata ruang. Fungsionalitas mengacu pada efektivitas tata ruang
untuk memfasilitasi pelayanan yang efisien dan memberikan kepuasan pelanggan. Tata
ruang harus mencapai keseimbangan optimal antara persyaratan operasional dan harapan
pelanggan.
3. Signs, symbols, and artifacts (tanda, symbol, dan artefak) Tanda-tanda atau
simbol juga bentuk bangunan yang mampu mengkomunikasikan tampilan bagi pelanggan.
Segala sesuatu yang ada di 12 lingkungan jasa yang berperan sebagai sinyal secara
langsung maupun tidak langsung untuk mengkomunikasikan citra perusahaan, membantu
pelanggan menemukan arahnya, dan untuk menyampaikan proses pelayanan jasa
Lingkungan Fisik
Bahan pencemar makanan fisik adalah berupa kontaminan yang dapat terlihat dengan
kasat mata. keberadaannya karena dibawa oleh hewan maupun karena manusia atau
penjamah makanan yang mengelola makanan dengan tidak higienis (bersih)
contoh dari kontaminan makanan yang bersifat fisik adalah :
Debu, ramat, lawa-lawa
tanah, batu, kaca Dan lain-lain
7
rambut manusia
kotoranhewan
bagian dari hewan seperti bulu atau hewan seperti cicak, serangga
Lingkungan fisik adalah semua faktor fisik yang bersifat dapat mempengaruhi kualitas
makanan yaitu :
1. Air
Erat hubungannya dengan makanan oleh karena air diperlukan dalam semua proses
pengolahan makanan dan air juga menentukan kualitas makanan.Air sangat diperlukan
dalam proses pengolahan makanan mulai dari penyiapan hingga penyajian sehingga
beresiko sebagai faktor penyebab penyakit.
2. Tanah
Tanah yang mengandung mikroorganisme dapat mengkontaminasi makanan
dengan cara terbawa oleh alat-alat, masuk ke dalam tempat makanan atau penyimpanan
makanan, akhirnya sampai ke makanan. Terikat pada bagian tanaman atau sayuran dan
sebagainya. Melalui makanan yang dibungkus dengan bahan atau kertas yang
terkontamiansi tanah yang mengandung mikroorganisme. Clostridium botulinum dan
Clostridium pefringens terdapat di tanah. mereka dapat diterbangkan oleh angin, dibawa
oleh burung atau binatang lain, atau terambil oleh tanaman atau sayuran dalam
pertumbuhan mereka. Oleh karena itu setiap apapun yang dipanen atau terambil dari
tanah harus dicuci dengan baik sebelum dibawa ke tempat pengolahan makanan.
3. Udara
Adanya mikroorganisme di udara karena terbawa oleh partikel-partikel debu, air,
atau titik-titik ludah yang disebarkan oleh orang atau hewan, batuk atau berbangkis.
Tergantung dari lokasi, musim, dan pergerakan udara. Sumber bahan pencemar fisik dapat
terjadi pada kondisi tempat pengolahan makanan yang tidak bersih, penyimpanan bahan
makanan dan makanan jadi yang tidak baik (higienis) sehingga memungkinkan terdapatnya
debu dan tanah serta kontaminasi oleh tikus dan serangga.
8
(hygienis) sehingga memungkinkan terdapatnya debu dan tanah serta kontaminasi oleh
tikus dan serangga. oleh karena itu, para penjamah makanan hendaknya menggunakan
alat pelindung diri (APD) seperti masker dan tutup kepala ketika dalam proses
pengolahan Hingga penyajian. Makanan yang tersaji juga harus dalam kondisi tertutup
Dengan tudung saji untuk menjaga keamanan pangan.
4. Suhu
Penggunaan suhu yang terlalu tinggi dalam pengolahan bahan makanan menyebabkan
citarasa yang menyimpang dan kerusakan vitaminnya. Penggunaan panas yang cukup
pada saat pengalengan makanan untuk mematikan mikroba pembusuk disisi lain juga
mrngakibatkan terjadinya perubahan warna, citarasa, tekstur, nilai gizi dari bahan pangan
dalam pengalengan.
5. Sinar
Pengeringan bahan makanan dapat menggunakan panas sinar matahari atau panas
buatan seperti panas api atau kamar dengan udara panas. Dehidrasi berarti mengendalikan
kondisi iklim di dalam suatu ruangan atau lingkungan mikro. Bahan makanan kering yang
berasal dari unit dehidrasi dapat memiliki kualitas yang lebih baik daripada yang
dikeringkan dengan matahari. Walaupun begitu, pengeringan dengan matahari tetap
merupakan cara pengawetan makanan terbesar. Kenyataannya menunjukkan bahwa
dehidrasi merupakan suatu proses yang lebih mahal daripada pengeringan matahari dan
hasilnya memiliki harga yang lebih tinggi.
Dampak Lingkungan fisik Makanan terhadap kesehatan ialah FoodBorne disease. Debu
dan kotoran terdiri atas tanah, kulit mati, bulu-bulu halus dan berbagai partikel kecil
lainnya. Debu dan kotoran ini sangat mudah tertiup ke makanan setelah terbawa ke dapur
melalui pakaian dan sepatu. Tanah mengandung bakteri Clostridium botulinum dan
Clostridium perfringens penyebab keracunan makanan. Clostridium botulinum ditemukan
pada makanan mentah yang berasal dari tanah atau laut. Kegagalan atau penyalahgunaan
9
suhu saat produksi makanan memungkinkan terjadi perkecembahan spora dan proliferasi
sel vegetative dari bakteri. Bakteri ini menyebabkan botulisme. Menurut WHO
karakteristik botulisme yaitu adanya kelumpuhan saraf yang berawal pada saraf di sekitar
kepala.
Kontaminasi dalam pengolahan makanan selain ditentukan oleh debu dan udara, ruangan
serta peralatan pengolahan makanan, juga ditentukan oleh penjamah makanan ( Food
handle) , yaitu tenaga pekerja yang menjamah makanan dari mulai mempersiapkan bahan
makanan, menyimpan, mengangkut sampai menyajikan makanan. Perilaku dan
pengetahuan penjamah makanan dapat mempengaruhi tingkat kontaminasi. Perilaku
seperti berbicara saat menyajikan atau mengolah makanan dan jarang mencuci tangan
dengan air bersih. Selain itu, dalam mencuci alat tidak menggunakan desinfektan serta
dalam kondisi air yang tidak mengalir yang dapat menyebabkan terkontaminasi dengan
E.coli. Salah satu penyakit akibat infeksi E.coli adalah diare.
Uji Organoleptik atau uji indra atau uji sensori merupakan cara pengujian dengan
menggunakan indra manusia sebagai alat utama untuk pengukuran daya
penerimaan terhadap produk.
Pengujian Organoleptik mempunyai peranan penting dalam penerapan 10
mutu.
Pengujian organoleptik dapat memberikan indikasi kebusukan, kemunduran mutu
dan kerusakan lainnya dari produk.
Terdapat 3 jenis pengujian organoleptik yaitu:
o Discriminative/Different test (Tes Pembedaan), dilakukan untuk melihat berbagai
perbedaan sifat antara produk yang satu dengan yang lainnya, seperti perbedaan rasa,
warna, aroma, dan macam-macam atribut sensori lainnya. Pengaplikasian
Discriminative test dapat dilakukan saat produsen dihadapkan pada pilihan untuk
mengganti bahan baku atau kemasan atau sistem produksi dengan harga tanpa
merubah kualitas produk atau ingin membandingkan sifat produk dengan produk
milik pesaing.
o Affective test (Tes Afektif), Tes ini dilakukan untuk melihat bagaimana sikap
subjektif panelis (konsumen) terhadap sifat-sifat produk (Ayustaningwarno, 2014).
o Descriptive test (Tes Deskripsi),tes ini dilakukan dengan tujuan untuk
mengidentifikasi dan mendeskripsikan produk dari bahan baku yang digunakan,
mengidentifikasi proses produksi, atau menentukan atribut sensori produk yang
dapat diterima oleh alat indera konsumen (Tarwendah, 2017).
3. Penggunaan Indra
Dalam penilaian bahan pangan sifat yang menentukan diterima atau tidak suatu
produk adalah sifat indrawi nya. Penilaian indrawi ini ada lima tahapan, yang
pertama menerima bahan, mengenali bahan, mengadakan klasrifikasi sifat-sifat
bahan, mengingat kembali bahan yang telah diamati, dan menguraikan kembali
sifat indrawi produk tersebut. Penginderaan yang digunakan dalam menilai sifat
fisik (indrawi) suatu produk adalah :
Pengelihatan, berhubungan dengan warna kilap viskositas, ukuran dan bentuk,
volume kerapatan dan berat jenis, panjang lebar dan diameter serta bentuk bahan.
Indera peraba, berkaitan dengan struktur, tekstur dan konsistensi. Struktur
merupakan sifat dari komponen penyusun, tekstur merupakan sensasi tekanan
yang dapat diamati dengan mulut atau jari, dan konsistensi merupakan tebal, tipis,
dan halus.
Indera pembau, pembauan juga dapat digunakan sebagai suatu indikatorterjadinya
kerusakan pada produk, misalnya adanya bau busuk menandakan produk tersebut
sudah rusak.
Indera pengecap, dalam hal kepekaan rasa, maka rasa asin, asam, pahit, dan gurih.
Serta sensasi lain seperti pedas, astringent (sepat), dll.
8.Syarat-syarat panelis
Mempunyai perhatian dan minat
Panelis harus memiliki waktu khusus untuk penilaian serta mempunyai kepekaan yang
dibutuhkan
Sehat dan tidak dalam keadaan sakit,tidak buta warna
14
E.FORM UJI ORGANOLEPTIC
UJI HEDONIK
16
UJI MUTU HEDONIK
Enak
Agak enak
Netral
Agak tidak enak
Tidak enak
Tekstur
Renyah
Agak renyah
Netral
Agak tidak renyah
Tidak renyah
Komentar :
……………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………
17
Lampiran 2. Daftar Hadir Uji Organoleptik
Hari / Tanggal :
Tempat :
2. Siti Choiriyah 2.
3. Yonah Meityasari 3.
4. Fitria Andriyani 4.
5. Windah 5.
6. Resti Kurnia 6.
8. Sitra Anggraini 8.
9. Miss Savitri 9.
18
No. Nama Panelis Tanda Tangan
16. Nadia Khairunnisa 11.
19
Lampiran 3. Hasil Uji One Way ANOVA
ANOVA
Kesukaan Warna
ANOVA
Kesukaan Aroma
ANOVA
Kesukaan Rasa
ANOVA
Mutu Hedonik Rasa
Sum of Squares Df Mean Square F Sig.
ANOVA
Kesukaan Tekstur
20
Sum of Squares df Mean Square F Sig.
ANOVA
Mutu Hedonik Tekstur
Sum of Squares df Mean Square F Sig.
ANOVA
Kesukaan Keseluruhan
Sum of Squares df Mean Square F Sig.
21
Lampiran 4. Hasil Uji Duncan
Kesukaan Rasa
a
Duncan
Perlakuan N Subset for alpha = 0.05
1 2
a
FORMULA 3:2 30 3.1667
b
FORMULA 1:1 30 3.9667
b
FORMULA 3:7 30 4.0000
b
FORMULA 2:3 30 4.3333
Sig. 1.000 .289
22
Kesukaan Tekstur
a
Duncan
perlakuan N Subset for alpha = 0.05
1 2
a
FORMULA 3:2 30 3.1667
a
FORMULA 1:1 30 3.3333
b
FORMULA 2:3 30 4.3000
b
FORMULA 3:7 30 4.7000
Sig. .533 .136
23
Kesukaan Keseluruhan
a
Duncan
perlakuan N Subset for alpha = 0.05
1 2
a
FORMULA 3:2 30 3.5000
b
FORMULA 1:1 30 4.2000
b
FORMULA 2:3 30 4.2333
b
FORMULA 3:7 30 4.5333
Sig. 1.000 .234
24
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Keamanan pangan merupakan syarat penting yang harus melekat pada pangan yang
hendak dikonsumsi oleh semua masyarakat. Pangan yang bermutu dan aman dapat
dihasilkan dari dapur rumah tangga maupun dari industri pangan.
25
DAFTAR PUSTAKA
Wulandari, Kusrini dkk. 2011. Serial Buku Ajar Kesehatan Lingkungan Penyehatan
Makanan dan Minuman. Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan Jakarta II.
https://dspace.uii.ac.id/bitstream/handle/123456789/9871/SKRIPSI%20FINAL.pdf?sequen
ce=1&isAllowed=y
https://dinkes.kulonprogokab.go.id/detil/647/keamanan-pangan-bagian
i#:~:text=Keamanan%20Pangan%20adalah%20kondisi%20dan,budaya%20masyarakat%20
sehingga%20aman%20untuk
26