Anda di halaman 1dari 12

MAKANAN DAN SISTEM PENCERNAAN IKAN

Nurhaidaa, Rahayu Minasaa, Syarif Hidayat Amrullaha*


a
Mahasiswa Biologi Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar
*Dosen Pengampu Mata Kuliah Ikhtiologi
Jurusan Biologi, Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar
2022

Corresponding author: : Jl. H.M. Yasin Limpo No. 36 Romangpolong, Kec. Somba Opu, Kab. Gowa, Sulawesi Selatan, 92113, Indonesia.
E-mail addresses: syarifhidayat.amrullah@uin-alauddin.ac.id

Kata kunci a b s t r a k
Ikan Pencernaan adalah proses pemecahan makanan melalui mekanisme fisik
Kelenjar Pencernaan
Makanan
dan kimia sehingga dapat lebih mudah didistribusikan dan diserap oleh
Saluran Pencernaan tubuh. Dalam proses pencernaan, organ pencernaan bukan hanya berperan
sebagai alat kerja untuk mekanik (pencabikan dan penggerusan makanan)
dengan adanya gigi serta adanya gerakan pada saluran pencernaan, tetapi
juga sebagai penghasil cairan (HCI dan enzim) yang berfungsi sebagai
katalisator dalam proses. pencernaan tersebut. Disamping berfungsi dalam
mencerna zat makanan menjadi bahan terlarut sehingga mudah terserap
oleh dinding usus, organ pencernaan berperan pula dalam menetralkan
sifat racun yang terdapat dalam makanan yang dapat membahayakan
tubuh.

1. Pendahuluan
Dalam bahasa Indonesia, Pisces disebut sebagai "ikan", yang mencakup semua jenis
ikan, baik yang tidak berahang (termasuk dalam kelas super: Agnatha) maupun ikan berahang
(termasuk dalam kelas super: Gnathostomata) yang terdiri dari ikan bertulang rawan (kelas
chondrichthyes) dan ikan bertulang sejati (kelas osteichthyes) [1]. Ikan merupakan salah satu
jenis hewan vertebrata yang berdarah dingin (poikiloterm). Ikan memiliki kemampuan
bergerak didalam air menggunakan sirip untuk menjaga keseimbangan tubuhnya sehingga
pergerakannya tidak tergantung pada arus air. Dari keseluruhan vertebrata yang ada dibumi,
ikan menempati urutan pertama terbanyak yaitu sekitar 25.988 jenis (terdiri dari 483 famili
dan 57 ordo) dari 50.000 jenis vertebrata[2].
Ikan membutuhkan nutrisi dan energi dalam tubuhnya untuk dapat melakukan
aktivitas. Nutrisi yang dibutuhkan berupa protein, lemak, karbohidrat, vitamin dan mineral
yang cukup. Sebagai organisme heterotrof, ikan membutuhkan nutrisi-nutrisi tersebut dari
makanannya. Mencari makanan bagi ikan merupakan kegiatan rutin, bahkan kebanyakan ikan
menghabiskan banyak waktu untuk mencari makan[3].
Sistem organ yang disebut sistem pencernaan (digestive system) meliputi saluran
pencernaan dan organ-organ lain yang membantu proses pemecahan dan penyerapan
makanan. Makanan yang dikonsumsi oleh ikan akan mengalami proses pencernaan di dalam
sistem pencernaan sebelum nutrisi makanan dimanfaatkan untuk keperluan biologis ikan.
Proses pencernaan dalam sistem pencernaan akan melibatkan peran enzim-enzim pencernaan.
Laju pencernaan makanan umumnya berkolerasi dengan laju metabolisme ikan. Tingkat
metabolisme ikan akan meningkat ketika suhu air berada pada keadaan optimal. Percepatan
metabolisme ikan ini harus diimbangi dengan makanan yang diperoleh dari lingkungan..
Peningkatan laju metabolisme ikan yang dipengaruhi oleh peningkatan suhu media pada batas
tertentu juga dapat meningkatkan laju konsumsi makanan sehingga mempercepat
pertumbuhan ikan [4].

1
Berdasarkan fungsinya, organ-organ pencernaan pada ikan dibedakan menjadi
dua bagian, yaitu saluran pencernaan dan kelenjar pencernaan. Saluran pencernaan
merupakan kumpulan dari organ pencernaan yang bekerja langsung dalam proses
pencernaan dan penyerapan makanan. Sedangkan kelenjar pencernaan adalah organ-
organ yang berperan dalam menghasilkan enzim-enzim yang digunaan dalam proses
pencernaan makanan. Selai berfungsi dalam pencernaan dan penyerapan makanan, organ
pencernaan pada beberapa ikan tertentu juga berperan dalam proses osmoregulasi,
pernapasan dan penggelembungan tubuh [4].

2. Saluran Pencernaan Ikan


Pencernaan adalah proses pemecahan makanan melalui mekanisme fisik dan
kimia sehingga dapat lebih mudah didistribusikan dan diserap oleh tubuh. Sistem
pencernaan atau sistem gastrointestin adalah sistem organ multisel yang menerima
makanan, mencernanya menjadi energi dan nutrien, serta mengeluarkan sisa proses
tersebut[4].
Mekenisme pembentukan sistem pencernaan pada ikan dimulai ketika Larva ikan
H-0 belum memiliki saluran cerna, mulut, dan mata belum terbuka. Pada H-1 saluran
cerna mulai terbentuk, tetapi masih dalam bentuk tabung lurus. Mulut larva mulai
terbuka pada H-2 (45 jam setelah menetas pada suhu pemeliharaan air 28°C). Kuning
telur sudah diserap sepenuhnya pada H-3, saluran dan organ pencernaan seperti mulut,
esofagus, lambung, ginjal, hati, pankreas, usus, rektum, dan anus sudah terbentuk. Pada
H-5 mulai muncul mikrophilli pada usus untuk menyerap nutrisi. Sel-sel penyusun hati,
jantung, pencernaan saluran sudah tumbuh dan berkembang menyerupai organ ikan
dewasa, ditandai adanya pakan dalam usus. Saluran dan sistem pencernaan telah
berdiferensiasi menjadi organ dalam seperti pada ikan dewasa pada hari ke-6 (H-6) dan
akan sempurna pada H-20.Pada dasarnya sistem pencernaan makanan dalam tubuh
dibagi menjadi 3 bagian, yaitu proses penghancuran makanan yang terjadi dalam mulut
hingga lambung. Langkah selanjutnya dalam proses ini adalah kemampuan usus untuk
menyerap sari-sari makanan. setelah itu sisa makanan akan dikeluarkan melalui anus [5].
Seperti kebanyakan hewan lainnya, ikan memiliki sistem pencernaan. Tetapi ada
banyak jenis ikan yang berbeda, terutama berbeda dalam hal apa yang mereka makan.
Bagian mulut, rongga mulut, tenggorokan, kerongkongan, lambung, pilorus, usus,
rektum, dan anus merupakan bagian utama saluran pencernaan ikan. Sedangkan,
pankreas, hati, dan kantung empedu termasuk kelenjar pencernaan [6].

Gambar 1. Sistem Pencernaan Ikan [7][7]

Adapun struktur dan fungsi saluran pencernaan pada ikan dapat dilihat sebagai
berikut:
a. Mulut
Mulut adalah bagian tubuh pertama yang berhubungan langsung dengan
makanan. Makanan yang biasanya ditelan utuh dapat dicerna menggunakan mulut tanpa

2
modifikasi apapun. Makanan akan bergabung dengan mukus yang dihasilkan oleh sel
kelenjar pada epitel rongga mulut sehingga lebih mudah ditelan yang didukung oleh
kontraksi otot pada dinding mulut[8].
Mulut ikan biasanya ditemukan pada tipe terminal, yaitu ujung depan kepala.
Pada ikan lain, mulut dapat ditemukan di dekat ujung kepala (tipe subterminal), di bagian
bawah kepala (tipe inferior), atau di bagian atas (tipe superior). Seiring dengan berbagai
variasi letak, bentuk mulut pada ikan juga berbeda. Lokasi dan bentuk mulut terkait
langsung dengan preferensi makan ikan. Jenis mulut yang lebih maju makan dari atas
atau menunggu di dasar air untuk menangkap apa pun yang lewat di atas kepala [9].

Gambar 2. Tipe-tipe mulut Ikan: A. Terminal; B. Sub-terminal; C. Superior [10]

Secara khusus, ukuran dan lokasi gigi pada mulut ikan dapat memberi petunjuk
tentang apa yang dimakannya. Hiu adalah predator hewan yang relatif besar yang dapat
menelan utuh mangsanya, terbukti dari mulutnya yang besar dan giginya yang tajam.
Bibir ikan yang mengonsumsi sedikit makanan seringkali berukuran cukup kecil. Ikan ini
memiliki mulut yang lebih lemah dan bibir yang lebih tebal serta berdaging daripada
ikan yang makan melalui isapan. Bibir tipe pengisap pada ikan yang berenang bebas,
seperti Glyptosternum, Gyrinocheilus, dan beberapa anggota famili Loricariidae,
berfungsi sebagai mekanisme menggenggam kerikil atau benda lain di sungai yang
bergerak cepat. Bibir ikan umumnya tidak memiliki sisik, tetapi pengeculian pada ikan
hiu yang bibirnya ditutupi oleh sisik placoid[2].

Gambar 3. Berbagai bentuk mulut Ikan A). Mulut dapat yang dapat disembulkan; B). Mulut gergaji;
C).Mulut tabung

Seringkali, sungut dengan berbagai ukuran dan jumlah menempel pada mulut.
Untuk mencari makan, ikan menggunakan sungut sebagai alat peraba. sungut memiliki
saraf yang memungkinkan ikan untuk mencari makanan di sekitarnya. Misalnya, sungut
ikan mas pendek, sedangkan ikan Kebo Gerang panjang dan menjulur ke depan sirip
duburnya, bahkan sungut ikan berjanggut dua kali panjang tubuhnya. Letak sungut setiap

3
ikan juga berbeda, ada yang terletak pada ujung depan rahang bawah, ada yang terletak
di sudut bibir ataupun terletak di rahang bawah dan rahang atas. Jumlah sungut juga
sangat bervariasi dari satu pasang sampai empat pasang. Saat mencari makan, ikan
menggunakan sungut yang memiliki sistem syaraf sebagai alat peraba. Ikan mencari
makan di dasar laut atau di substrat berpasir dan berlumpur dengan memanfaatkan
sungut yang dimilikinya [8].
Gigi ikan juga beradaptasi dengan makanan yang mereka makan. Ikan memiliki
variasi letak dan bentuk gigi yang sangat beragam. Berdasarkan bentuknya, gigi rahang
dapat dibedakan menjadi beberapa jenis, yaitu: Cardiform, villiform, canine, incisor,
comb-like teeth, dan molariform. Keluarga Serranidae memiliki gigi pendek, runcing,
dan tajam yang disebut cardiform. Gigi villiform mirip dengan gigi cardiform, kecuali
lebih panjang dan membuat penampilan seperti pinggiran, misalnya pada Pterois. Gigi
canine sering menyerupai bentuk gigi taring, berbentuk panjang dan berbentuk kerucut,
lurus atau melengkung, dan beradaptasi untuk mencengkeram. Hiu memiliki gigi yang
menyerupai jenis canine. Misalnya pada Blennius sp., pemotongan dilakukan dengan
bantuan ujung gigi seri yang tajam. Jenis gigi molariform yang ada pada ikan anggota
dari famili Raja, Holocephalii, dan Sciaenidae, digunakan untuk pengunyahan dan
penghancur makanan [2]

Gambar 3. Tipe gigi pada Ikan A). Villiform, B). Molariform, C). Comb-like teeth, D). Canine, E).
Incisors[2]

Selain membantu pencernaan mekanis, rongga mulut pada banyak spesies ikan
juga membantu proses mengawetkan telur. Inkubasi telur yang telah dibuahi dan
penyimpanan larva yang baru menetas terjadi di rongga mulut. Setelah kantung kuning
telur habis dimakan, telur ikan yang baru menetas akan dikeluarkan dari mulut ikan,
namun tetap dirawat dan dilindungi oleh induknya untuk sementara waktu [4].
b. Faring (Tekak)
Pangkal leher, atau dikenal dengan sebutan faring, terletak diantara insang dan
bagian belakang mulut. Faring memiliki insang di sisi kiri dan kanannya. Biasanya, gigi
faring hadir di sisi atas dan bawah faring. Berdasarkan jenis makanan yang dikonsumsi,
bentuk gigi faring dapat berubah. Gigi faring pada ikan dari famili Labridae berbentuk
geraham, dan berfungsi untuk menghancurkan cangkang moluska yang mereka
konsumsi. Meskipun anggota famili Cyprinidae tidak memiliki gigi di rahang, ikan ini
memiliki gigi berbentuk geraham pada faring yang digunakan untuk menggiling
makanan. Gigi faring belut memiliki bentuk yang meruncing dan digunakan untuk
mencabik-cabik makanan [10].

4
c. Insang
Tepat di belakang rongga mulut terdapat insang. Ikan bertulang sejati biasanya
memiliki empat pasang lengkungan insang, sedangkan ikan bertulang rawan biasanya
memiliki lima hingga tujuh pasang. Layar insang dan filamen insang masing-masing
terletak di bagian depan dan belakang lengkungan insang. Layar insang melindungi
filamen insang yang rapuh agar tidak tergores oleh benda luar dan mencegah makanan
melewati insang setelah dikonsumsi. Ikan seperti Epinephelus areolatus dan Lethrinus
malisena, yang makan dalam jumlah besar, memiliki penyapu insang yang banyak dan
masif [11].

Gambar 4. Variasi bentuk tapis insang ikan (a) Aprion virescens, (b) Epinephelus areolatus, (c)
Lethrinusmahsena, (d) Rastreliger kanagurta

Terlihat dari gambar bahwa bentuk dan jumlah jari saringan insang sangat
dipengaruhi oleh jenis pakan ikan. Variasi jumlah tapis insang sangat dipengaruhi oleh
jenis makanan ikan. Ikan-ikan yang memakan mangsa besar, memiliki tapis insang yang
berukuran besar dengan jumlah yang sedikit. Namun sebaliknya, ikan-ikan yang
makanannya mengsa yang kecil, memiliki tapis insang yang berukuran kecil tetapi
dengan jumlah yang banyak. Hal ini berarti bahwa dengan mempelajari layar insang, ahli
ekologi dapat memperkirakan secara kasar pengelompokan ikan berdasarkan jenis
makanannya [12].
d. Kerongkongan (Esophagus)
Kerongkongan terletak tepat di bawah faring, memanjang ke belakang dan
membesar bersama lambung. Kerongkongan memiliki penampang melingkar dan
merupakan saluran. Kerongkongan bisa mengembang karena sangat elastis. Ikan
predator yang bisa menelan makanan berukuran agak besar jelas mampu
menggembungkan kerongkongannya. Ikan yang memakan tubuh kecil tidak dapat
berkembang sebanyak ikan yang memburu ikan yang lebih besar [4].
e. Lambung
Bentuk lambung bermacam-macam, antara lain tabung (Synbranchus), lengkung
(Limanda), kantong (Clarias), huruf U (Salmo dan Clupea), dan huruf V (Anguilla dan
Alosa). Lambung terletak di antara kerongkongan dan pilorus. Banyak spesies ikan,
termasuk bandeng dan belanak, memiliki dinding usus yang lebih tebal dan berotot yang
membentuk tempat persembunyian. Tujuan utama lambung adalah untuk menerima dan
menyimpan makanan dan berfungsi sebagai lokasi pencernaan makanan. Kapasitasnya
berfluktuasi dalam kaitannya dengan fungsi lambung sebagai wadah makanan. Ikan
dalam keluarga Saccopharyngidae dan Eupharyngidae dapat melebarkan perutnya,
memungkinkan mereka menelan mangsa yang jauh lebih besar [13].
Lambung digunakan untuk pencernaan, sehingga memiliki struktur yang unik
dibandingkan dengan organ tubuh lainnya. Lapisan lambung dan kerongkongan

5
sebanding. Sel mukus seluruhnya menutupi lapisan mukosa (permukaan). Pangkal
lapisan lendir adalah tempat kelenjar lambung berada. Enzim pencernaan pepsin dan
HCI disekresikan oleh kelenjar ini. Stratum compactum dapat ditemukan di lapisan
submukosa sejumlah spesies ikan karnivora. Stratum compactum berfungsi sebagai
struktur penopang dan pendukung bagi lapisan di atasnya. Otot melingkar ditemukan di
bagian dalam lapisan perut dan otot
longitudinal ditemukan di bagian luar. Otot ini memiliki dua lapisan otot polos.
Ketebalan otot polos melingkar lambung adalah dua sampai tiga kali lipat dari otot polos
longitudinalnya[14].
f. Pilorik
Pilorus, penyempitan saluran pencernaan, terletak di antara lambung dan usus.
Lapisan otot polos melingkar telah menebal di daerah ini. Pergerakan makanan keluar
dari lambung dan masuk ke usus dikendalikan oleh fungsi pilorus. Kaeka pilorus, atau
kantong jari, ditemukan di dekat bagian depan usus pada beberapa spesies ikan, termasuk
Mugilidae. Organ ini memiliki struktur histologis yang sama dengan usus. Kaeka pilorus
berfungsi sebagai tempat pencernaan dan penyerapan makanan, terutama lemak. Sumber
lipase, yang mengubah lipid menjadi asam lemak dan gliserin, adalah kaeka piroplasma.
Caeka pilorus datang dalam berbagai jumlah dan bentuk. Kaeka pilorus pada ikan mas
hanya memiliki satu buah, meskipun mungkin memiliki ratusan buah pada ikan salmonid
[15].
g. Usus
Diantara rektum dan pilorus terdapat usus. Usus terdiri dari beberapa lapisan,
termasuk lapisan mukosa, submukosa, otot, dan serosa, seperti kerongkongan dan
lambung. Sel goblet (mucocytes) dengan mikrovili pada permukaannya ditemukan pada
lapisan mukosa.[14].
Selain sebagai organ pencernaan makanan, usus juga berfungsi sebagai tempat
penyerapan makanan. Dengan area penyerapan yang lebih besar, penyerapan akan
menjadi lebih efektif. Panjang usus, jumlah lipatan usus, jumlah mikrovili, dan
keberadaan rongga pilorus semuanya mempengaruhi penyerapan nutrisi di usus besar.
Makanan dan panjang usus sering dihubungkan. Ikan-ikan herbivora umumnya
mempunyai panjang usus beberapa kali lebih besar daripada panjang tubuhnya [14],
sedangkan ikan karnivora umumnya mempunyai panjang usus yang lebih pendek
daripada panjang tubuhnya [12] karena daging lebih mudah tercerna daripada serat
tumbuhan. Selain panjang. Sebenarnya, luas permukaan interior mukosa usus adalah
yang terpenting. Karena ikan karnivora memiliki vili yang tinggi, makanannya diserap di
wilayah yang luas. Permukaan sel utama tercakup dalam mikrovili (enterositas mengacu
pada perluasan area penyerapan). Meskipun memiliki usus pendek, elasmobranchii telah
meningkatkan penyerapan dacral karena usus berubah bentuk menjadi spiral [13].
h. Rektum dan Anus
Segmen rektal adalah usus di bagian belakang. Daerah antara anus dan rektum
dikenal sebagai rektum. Katup rektal, penyempitan sistem pencernaan yang disebabkan
oleh penebalan otot polos melingkar, mengontrol pergerakan makanan yang tidak
tercerna dari usus ke rektum. Rektum berbagi struktur histologis dengan usus kecil,
tetapi lapisan otot di bawah anus terutama terdiri dari otot lurik dan lapisan lendir padat
dengan sel lendir. Pekerjaan utama rektum adalah untuk menyerap air dan mineral dan
menghasilkan lendir untuk memudahkan makanan yang tidak tercerna (feses)
melewatinya. Selain tujuan tersebut, rektum pada larva berfungsi untuk menyerap
protein makromolekul [4]. Anus, bagian terakhir dari sistem pencernaan, memiliki tugas
membuang limbah. Area ini terletak tepat di depan sirip dubur dan di belakang sirip perut
[5].

6
Secara umum, semua sistem pencernaan pada ikan sama, yang membedakan
hanyalah bagaimana ikan tersebut memperoleh makanan dan jenis makanannya. Pada
sistem pencernaan ikan dapat terjadi infeksi yang disebabkan oleh bakteri ataupun
endoparasite seperti cacing. Respon yang ditumjukkan ikan pada suhu ekstrem adalah
Penurunan suhu yang drastis biasanya terjadi pada musim pancaroba, yakni peralihan dari
musim penghujan ke musim kemarau. Menurunnya suhu air membuat ikan menjadi tidak
mau makan. Pada kondisi ini, sistem pencernaan pada ikan akan mengalami penurunan
fungsi sehingga ikan akan merasa kesulitan dalam mencerna makannya secara optimal.
Sedangkan, mekanisme ikan yang mengkonsumsi timbal adalah Ikan menelan secara
langsung saat memangsa ataupun secara tidak langsung melalui makanannya yang
terkontaminasi limbah contohnya limbah mikrosplastik. Mikroplastik dapat memiliki efek
fisik dan kimiawi pada organisme perairan. Jika tertelan, mikroplastik dapat melewati usus
atau mungkin tertahan di saluran, mengemukakan jika partikel mikroplastik terakumulasi
dalam jumlah besar di usus, akan memiliki efek berbahaya pada ikan dan menyumbat
sistem pencernaan yang bersifat karsinogenik dan gangguan endokrin. Semakin kecil
partikel mikroplastik, semakin besar pula kemungkinan partikel mikroplastik tersebut
dicerna oleh organisme perairan. Saluran pencernaan ikan yang terdapat kandungan
mikroplastik dapat membuat ikan tersebut mengalami penurunan nafsu makan. Karena
tingginya perubahan energi senyawa kimia pada permukaan mikroplastik untuk bahan
kimia organik hidrofobik maka mikroplastik juga dikhawatirkan dapat memfasilitasi
transportasi kontaminan kimia dan menjadi pembawa kontaminan organik maupun
inorganik yang berbahaya.

3. Kelenjar Pencernaan
a. Hati
Salah satu kelenjar pencernaan adalah hati. Letak hati ada di bagian depan
lambung, di bawah kerongkongan, dan memanjang hingga ke bagian belakang usus
depan. Area di sekitarnya yang tidak ditempati oleh organ lain memiliki kaitan
langsung dengan bentuknya yang bervariasi. Bahkan pada beberapa jenis ikan hati bisa
mencapai 20% dari berat badan. Jumlah lobus bervariasi antara satu buah (Anguilla sp.),
dua buah (Teleostei pada umumnya), dan tiga buah (Euthystus sp.). Peran hati termasuk
sekresi empedu dan penyimpanan glikogen [5].
b. Kantung Empedu
Cairan empedu ditampung di dalam kantung khusus empedu. Kantung ini terletak
di bagian bawah hati dan memiliki berbagai bentuk diataranya berbentuk (bulat, lonjong,
memanjang, dan bentuk lainnya). Cairan empedu mengandung pigmen empedu
(biliverdin dan bilirubin) yang dihasilkan dari perombakan sel darah. Selain itu, empedu
juga mengandung garam empedu yang membantu kestabilan emulsi lemak sehingga
mempermudah proses pembuatan keasaman lambung menjadi netral di dalam usus.
Setelah itu, empedu akan berpindah ke usus di dasar pilorik [9].
c. Pankreas
Pankreas merupakan organ penting dalam sistem pencernaan. Protease (tripsin),
serta karbohidrase (amilase dan lipase), adalah contoh enzim yang dihasilkan oleh
pankreas. Pada umumnya, ikan pemakan serangga akan menghasilkan enzim kitinase di
dalam pancreas. Ikan bertulang sejati memiliki kelenjar pancreas, kecuali Scaridae
(parrotfishes). Ikan hiu dan pari sama-sama memiliki pankreas yang biasanya memiliki
dua lobus sebagai targetnya [6].
Pankreas adalah organ alami dengan fungsi ganda yaitu sebagai organ eksokrin dan
endokrin. Sebagai organ endokrin, pankreas memiliki kelompok sel yang mengeluarkan
hormon insulin, sedangkan pancreas sebagai organ eksokrin akan menghasilkan

7
menghasilkanenzim pencernaan [11].

4. Kelompok Ikan Berdasarkan Jenis Makanan


Ikan yang ukurannya lebih kecil akan memiliki komposisi makanan yang berbeda
dengan ikan yang ukurannya lebih besar. Beberapa perbedaan tersebut antara lain
disebabkan oleh perbedaan lebar bukaan mulut dan kemampuan makan ikan. Perbedaan
kualitas habitat antara satu habitat dengan habitat lainnya juga menyebabkan perbedaan
komposisi makanan antara ikan yang hidup di satu habitat dengan ikan yang hidup di
habitat lain. Selain itu, menurut jenis musimnya, distribusi dan metabolisme makanan
akan berbeda, dan pada akhirnya akan menyebabkan perbedaan komposisi makanan
untuk jenis tertentu dan antara jenis musim yang berbeda.
Ikan dapat diklasifikasikan menurut jenis organisme penyusun makanan
utamanya menurut golongan besar jenis makanana, jenis makanana takson, keragaman
jenis makanan, dan ukuran makanan.
a. Golongan Besar Organisme Makanan
Dua organisme terbesar dari sistem makanan ikan adalah golongan tumbuhan dan
golongan hewan. Tergantung pada seberapa banyak makanan yang dikandungnya, ikan
dapat diklasifikasikan sebagai herbivora, karnivora, omnivora, atau detritivora.
1) Herbivore adalah hewan yang sumber nutrisi utamanya adalah tumbuhan seperti
jenis alga dari Chlorophyceae, Bacillariophyceae, dan famili terkait lainnya, serta
tumbuhan air, yang merupakan komponen pemakan makanan utama herbivora.
Contohnya Ikan lemuru, Sardinella, dan tembang [3].
2) Karnivora merupakan ikan dengan sumber makanan utamanya yaitu berbagai jenis
organisme yang berasal dari zooplankton, udang, serangga air, ikan, dan hewan-
hewan lainnya. Contoh ikan hampala, ikan tetet, ikan giligan, dan ikan hampala
marcolepidota [3].
3) Omnivore adalah jenis hewan yang makanan utamanya terdiri dari tumbuhan dan
hewan. Contohnya Ikan nila [3].
4) Detritivora adalah ikan yang sumber makanan utamanya adalah sisa-sisa
metabolismeorganisme yang hidup di air [3].
b. Takson Organisme Makanan
Berdasarkan organisme makanan, ikan dapat lebih spesifik dikelompokkan
sebagaiberikut:
1) Ikan yang makanannya terdiri atas ikan disebut Piscivora/iktiofagus. Contohnya
sepertiikan hampal dan ikan balak yang dikenal dengan pemakan ikan.
2) Ikan yang sumber makanannya serangga disebut insektivora seperti serangga
akuatik.Contohnya seperti ikan sumpit (Toxostes jaculatrix).
3) Ikan yang makanannya berupa tumbuhan tingkat tinggi (makrofitofagus).
Contohnyaikan gurame yang mengonsumsi daunt talas.
4) Pemakan plankton (planktivora) adalah jenis ikan yang sumber makanannya dari
organisme plankton. Contohnya ikan mola [15].
c. Keragaman Makanan
Dari sudut variasi jenis organisme yang dimakannya, ikan dapat dikelompokkan
lebihspesifik sebagai berikut:
1) Monofagus adalah ikan yang makanannya hanya terdiri dari satu jenis organisme
makanan.
2) Stenofagus adalah jenis ikan yang pola makannya terdiri dari beberapa jenis

8
organisme makanan, seperti Puntius chola dan Puntius dorsalis, yang sama-sama
mengonsumsi invertebrata bentik.
3) Eurifagus adalah ikan yang makanannya terdiri dari banyak jenis organisme
pemakan makanan. Kelompok Ikan ini lebih mampu beradaptasi dengan perubahan
lingkungan dalam memilih pangan. Contoh Puntius filamentesus yang ditemukan
di Danau Sri Langka yang memiliki jenis makanan yang berbeda tergantung pada
waktu hari dan suhu udara [5].
d. Ukuran Makanan
Ikan dapat dikategorikan sebagai berikut berdasarkan ukuran makanannya:
1) Mikrofagus merupakan ikan dengan sumber makanannya berupa plankton dan
larva diudara. Cotohnya pada ikan lemuru.
2) Mesofagus adalah ikan yang sumber makanannya berupa organisme berukuran
sedang.Contohnya seperti moluska, annelida, dan udang.
3) Makrofagus merupakan jenis ikan yang sumber makanannya berupa organisme
berukuran besar misal kepiting besar, ikan, dan avertebrata ukuran besar [5].

5. Deteksi Makanan
Saat mencari makanan, ikan akan menggunakan berbagai organ untuk
menentukan apakah suatu jenis makanan tertentu ada di dekatnya atau tidak. Setiap jenis
ikan memiliki berbagai organ berbeda yang dapat mereka gunakan. Dibandingkan
dengan organ lain yang juga dimiliki ikan tersebut, ikan dapat mengutamakan yang lebih
kuat bila menggunakan satu organ yang mengalami perkembangan yang lebih disukai
atau organ yang berperan sebagai
andalan saat mendeteksi makanan. Dibandingkan dengan organ lain (mata), ikan cucut
secara bersamaan memiliki efek psikologis yang lebih nyata [3].
a. Mata merupakan organ yang dimanfaatkan ikan untuk mendeteksi makanan.
Mislanya Scombridae, umumnya ikan mengandalkan mata aktif mencari makan
pada siang hari.
b. Garis sisi merupakan organ yang berperan penting untuk mendeteksi makanan,
terutama untuk ikan yang sedang berburu mangsa yang bergerak.
c. Elektroreseptor digunakan untuk mendeteksi melalui organ penerima arus listrik
yang dikenal sebagai organ ampula lorenzini, yang terdapat di dinding tubular
tubuh. Ampulla lorenzini adalah struktur yang mencakup kantung yang terletak di
kepala. Berdasarkan perubahan gerak otot mangasa, organ ini dapat menentukan
lokasi mangsa. Contoh ikan yang menggunakan elektroreseptor untuk mendeteksi
makananya adalah ikan belalai gajah dan hiu kepala martil. Ikan ini dilengkapi
dengan organ khusus yang disebut ampula lorenzini yang mempu menghasilkan
sengatan listrik.
d. Sungut adalah alat yang memiliki kemampuan meraba makanan
e. Organ pendengar yaitu berupa bagian telinga dalam yang berfungsi sebagai alat
ppendengar dan keseimbangan.
f. Organ penghidu merupakan organ yang berperan penting dalam mendeteksi
makanan, terutama yang berada pada jarak yang cukup jauh. Contoh ikan pari yang
memiliki sistem penciuman yang berkembang baik.
g. Organ pengecap merupakan organ pengecap yang letaknya berada di dalam
rongga mulut, yaitu lidah dan pelatin [8].

9
6. Rangsangan untuk Makan
Ada dua faktor yang mempengaruhi makan ikan, faktor pertama yang
mempengaruhi adalah motivasi internal, disebut juga motivasi pendorong, seperti waktu,
suasana hati, intensitas cahaya, hari dan jenis makanan yang dikonsumsi nanti, suhu, dan
lain-lain. ritme makan internal. Yang kedua adalah berbagai makanan yang disiapkan
oleh Indra, termasuk hidangan seperti bau, rasa, tampilan, dan lain-lain. Beberapa jenis
ikan yang menimbulkan bau dan rasa dalam mengonsumsi makanan. Seperti halnya ikan
lele [3].

7. Kebiasaan Makan
Kebiasaan ikan makan menyangkut bagaimana ikan memperoleh makanan,
kapan aktif mencari makanan, dan dimana memperoleh makanan.
a. Cara makan
Melihat bagaimana ikan memperoleh atau mengonsumsi makanan, dan ikan dapat
ditemukan dalam kelompok pemburu, penjelajah, penyaring, pengisap, pembersih, dan
parasit.
1) Pemburu adalah jenis ikan yang memakan ikan atau hewan lain. Ada ikan yang
secara aktif memburu makanan, serta ikan yang secara pasif menunggu mangsanya
di lokasi tertentu. Seperti halnya ikan tongkol, hampal, dan ikan gabus.
2) Peramban adalah kelompok ikan yang mengkonsumsi tumbuhan dengan cara
memotong bagian tumbuhan atau mencabik. Contohnya Ikan Gurame.
3) Penyaring adalah sekelompok ikan penyaring yang memperoleh makanan dengan
cara menyaring air. Organ yang digunakan untuk menyaring adalah tapis insang,
sedangkan makhluk yang menjadi makanan ikan penyaring adalah plankton.
Contoh ikan laying.
4) Pengisap adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan sekelompok ikan
yang memperoleh makanan dari substratdi perairan. Biasanya, ikan pengisap
memiliki mulut yang bisa ditiup dan sungut. Posisi mulut tipe subterminal atau
terminal.
5) Pembersih adalah kelompok ikan yang mendapat makanan dari sisa-sisa ikan yang
terdapat pada ikan lain yang berukuran lebih besar. Contohnya Aspidontus
taeniatus.
6) Parasit adalah kelompok ikan yang mengkonsumsi makanan dari organisme lain
yang berukuran tubuh lebih besar dengan cara mengisap cairan tubuhnya.[10].
b. Waktu makan
Waktu makan ikan adalah waktu mereka aktif mencari makan. Dengan
mengamati lambung penuh atau tidaknya, ikan dapat menentukan bagaimana jenis ikan
tertentu disiapkan dari waktu ke waktu. Dapat disimpulkan bahwa beberapa jenis ikan
aktif dikonsumsi pada waktu yang tertentu. Berdasarkan proporsi lambung ikan selama
24 jam. Ikan yang menggunakan mata untuk makan makanannya selalu aktif di siang
hari, seperti ikan mas. Ikan, seperti ikan lele, yang merangsang kelenjar paratiroid untuk
mendeteksi makanan yang aktif di malam hari (nokturnal) [6].
c. Tempat pencarian makan
Tempat ikan mencari makan dapat dipilih menjadi tiga, yakni dasar perairan,

10
kolam air dan permukaan air.
1) Dasar perairan. . Beberapa jenis ikan aktif mencari makan di dasar perairan. Ikan
pemakan puing, pemakan bentik invertebrata, serta ikan pemburu yang pasif
membentuk kelompok ini. Beberapa jenis ikan bisa disebutkan di sini, antara lain
lepu, lele, mas, dan belanak. Untuk menentukan jenis ikan tertentu yang dianggap
pemakan dasar atau tidak, dapat dilihat dari bentuk dan warna ikan belanak
tersebut. Ikan pemakan dasar biasanya memiliki belanak inferior yang terkadang
tertutup sungut.
2) Kolom air merupakan tempat ikan memburu makan seperti plankton. Contohnya
pada ikan gabus, sepat, dan tawes untuk mencari makan.
3) Permukaan air merupakan tempat beberapa jenis ikan mencari makanan seperti
serangga air yang hidup di permukaan air. Contohnya ikan julung-julung [10].

8. Kesimpulan
Pencernaan adalah suatu proses penyederhanaan makanan melalui mekanisme
fisik dan kimiawi sehingga menjadi bahan yang mudah diserap dan disebarkan ke
seluruh tubuh melalui sistem peredaran darah. Dalam proses pencernaan, organ
pencernaan bukan hanya berperan sebagai alat kerja untuk mekanik (pencabikan dan
penggerusan makanan) dengan adanya gigi serta adanya gerakan pada saluran
pencernaan, tetapi juga sebagai penghasil cairan (HCI dan enzim) yang berfungsi
sebagai katalisator dalam proses. pencernaan tersebut. Disamping berfungsi dalam
mencerna zat makanan menjadi bahan terlarut sehingga mudah terserap oleh dinding
usus, organ pencernaan berperan pula dalam menetralkan sifat racun yang terdapat dalam
makanan yang dapat membahayakan tubuh.

Daftar Pustaka
[1] J. E. Garvey and S. Chipps, “Chapter 16 Diets and Energy Flow,” Diets energy
flow, no. September 2012, pp. 1–48, 2012.
[2] A. J. Edwards, A. C. Gill, and P. O. Abohweyere, “A revision of Irvine’ marine
fishes of tropical West Africa,” Darwin Initiat. Proj., no. March 2021, p. 178,
2001.
[3] K. D. Clements, D. P. German, J. Piché, A. Tribollet, and J. H. Choat, “Integrating
ecological roles and trophic diversification on coral reefs: Multiple lines of
evidence identify parrotfishes as microphages,” Biol. J. Linn. Soc., vol. 120, no. 4,
pp. 729–751, 2017, doi: 10.1111/bij.12914.
[4] R. Pratama, “Bab v sistem pencernaan,” J. Pendidik., vol. 2, no. 1, pp. 46–63, 2019.
[5] M. Nafis, Zainuddin, and D. Masyitha, “GAMBARAN HISTOLOGI SALURAN
PENCERNAAN IKAN GABUS ( Channa striata ) Histologycal of Alimentary
Canal in Snakehead Fish ( Channa striata ) Muhammad Nafis 1, Zainuddin 2, Dian
Masyitha 2,” Jimvet, vol. 01, no. 2, pp. 196–202, 2017.
[6] S. K. Saikia, “Food and Feeding of Fishes. What Do We Need to Know?,”
Transylvanian Rev. Syst. Ecol. Res., vol. 17, no. 1, pp. 71–84, 2015, doi:
10.1515/trser- 2015-0049.
[7] A. Dineshbabu, G. Sasikumar, P. Rohit, S. Thomas, K. Rajesh, and P. Zacharia,
“Methodologies for studying finfish and shellfish biology,” no. July, 2014,
[Online].
Available: https://www.researchgate.net/publication/305329627
[8] V. T. F. Prajayati, O. D. S. Hasan, and M. Mulyono, “Magot Flour Performance in
Increases Formula Feed Efficiency and Growth of Nirwana Race Tilapia
(Oreochromis sp.),” J. Perikan. Univ. Gadjah Mada, vol. 22, no. 1, p. 27, 2020,
11
doi: 10.22146/jfs.55428.
[9] R. A. Megawati, M. Arief, and A. M. Amin, “Pemberian Pakan Dengan Kadar
Serat Kasar Yang Berbeda Terhadap Daya Cerna Pakan Pada Ikan Berlambung
Dan Ikan Tidak Berlambung,” J. Ilm. Perikan. dan Kelaut., vol. 4, no. 2, pp. 187–
192, 2019, [Online]. Available: www.journal.uta45jakarta.ac.id
[10] A. Nikhlani, “Modul Fisiologi Dan Tingkah Laku Ikan.” 2021.
[11] G. C. Novakowski, F. A. S. Cassemiro, and N. S. Hahn, “Diet and
ecomorphological relationships of four cichlid species from the Cuiabá River
basin,” Neotrop. Ichthyol., vol. 14, no. 3, pp. 1–10, 2016, doi: 10.1590/1982-
0224-20150151.
[12] F. Cyprinidae, D. I. Telaga, and N. Ponorogo, “676-1413-1-Sm,” no. September,
pp. 319–331, 2018.
[13] Y. Akmal, C. Mutia Sena Devi, R. Humairani, and I. Zulfahmi, “Morfometrik
Sistem Pencernaan Ikan Nila (Oreochromis niloticus) yang Dipapar Limbah Cair
Kelapa Sawit Digestive System Morphometrics of Tilapia (Oreochromis niloticus)
Exposed to Palm Oil Mill Effluent,” J. Galung Trop., vol. 10, no. 1, pp. 68–81,
2021.
[14] I. Zidni, E. Afrianto, I. Mahdiana, H. Herawati, and I. Bangkit, “Laju
Pengosongan Lambung Ikan Mas (Cyprinus carpio) dan Ikan Nila (Oreochromis
niloticus),” J. Perikan. dan Kelaut., vol. 9, no. 2, pp. 147–151, 2018.
[15] I. Pisces, “Identifikasi Pisces,” pp. 1–4.

12

Anda mungkin juga menyukai