Anda di halaman 1dari 7

SISTEM PENCERNAAN

LAPORAN IKHTIOLOGI

SAMUEL GIVEN PIDIE BARUS


B1A018012

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN


UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS BIOLOGI
PURWOKERTO
2021
I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Digesti merupakan proses yang diperlukan dalam nutrisi heterotrofik seperti proses
adsorbsi molekul-molekul besar karbohidrat, protein, dan lemak dari bagian-bagian sel.
Jaringan yang dikonsumsi harus dipecah menjadi bagian-bagian yang kecil, seperti gula dan
asam amino agar dapat diangkat melalui membran sel. Transfer molekul besar melalui
membran,tetapi senyawa organik yang disintesis oleh suatu heterotrof sering kali tidak sama
dengan senyawa yang dikonsumsi sebagai makanan. Oleh karena itu, sebelum didapatkan
perakitan kembali diperlukan digesti (Villee et al., 1984). Pencernaan makanan adalah proses
penyederhanaan makanan yang pada awalnya berupa molekul komplek menjadi molekul
sederhana (Affandi et al., 2005).
Setiap jenis ikan mempunyai daya cerna yang berbeda pada nutrisi yang
dikonsumsinya.Ikan salmon merupakan salah satu jenis ikan karnivora yang rendah terhadap
karbohidrat. Energi yang diperoleh ikan salmon dari proses pencernaan terhadap karbohidrat
hanya dapat dicerna sebanyak 140%, sedangkan ikan Catfish merupakan salah satu jenis ikan
omnivora mempunyai kemampuan mencerna karbohidrat lebih tinggi dibandingkan ikan
karnivora, yaitu 70% (Peureulak, 2009).
Ikan telah lama mencarna makanannya, maka keadaan lambung pada saat itu dalam
keadaan yang kosong kembali, ikan yang sudah menerima asupan pakan kembali.Pakan ikan
yang dicerna berasal dari pakan yang nabati, maka laju pengosongan ikan akan tergantung
pada seberapa besar ikan tersebut memakan pakan yang berasal dari tumbuh-tumbuhan.
Pakan yang mengandung bahan ekstrak dari tumbuh-tumbuhan mengandung selulosa
sehingga ikan susah mencerna dan pakan yang berasal dari pakan hewani, proses
pencernaannya akan lebih mudah (Martiadjo, 2001).
Kontaminasi air tawar dengan berbagai polutan telah menjadi masalah yang sangat
mengkhawatirkan selama beberapa dekade terakhir. Ada peningkatan kesadaran akan potensi
bahaya yang ada karena kontaminasi air tawar, terutama bahan kimia beracun yang terkait
dengan pertambangan, praktek industri dan pertanian. Run-off herbisida dari lahan pertanian
menjadi badan air alami telah menjadi fenomena di seluruh dunia. Karena polutan yang
berbeda memasuki ekosistem akuatik, organisme di sana mengalami tekanan lingkungan
yang mungkin merugikan mereka, populasi atau komunitas dan akhirnya menyebabkan
perubahan dalam struktur ekosistem alami, seperti yang dialami oleh Clarias gariepinus
(Isaac et al., 2017).

B. Tujuan
Mengenal bagian-bagian dari alat pencernaan pada beberapa jenis ikan dan membedakan
sistem pencernaan pada herbivora, omnivora dan karnivora.
II. MATERI DAN METODE

A. Materi
Alat-alat yang digunakan pada praktikum kali ini adalah pinset, gunting bedah, nampan,
dan milimeter blok.
Bahan-bahan yang digunakan pada praktikum kali ini adalah ikan lele dan ikan nilem.

B. Cara Kerja
1. Ikan dibedah dengan menggunakan gunting
2. Pengguntingan dilakukan dari anus dengan hati-hati agar organ-organ dalam tidak
rusak karena tertusuk
3. Untuk dapat melihat alat pencernaan dari mulai pharynx sampai ke anus, bagian
bawah kepala dibelah hingga terbelah dua
4. Untuk dapat melepaskan semua bagian saluran pencernaan dari tubuh ikan bagain
rektum yang menempel pada otot di bagian anus dan juga bagian terdepan dari
pharynx digunting.
III. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

Gambar 1. Panjang usus ikan nilem dan ikan preparate

Gambar 2. Panjang usus ikan lele dan ikan preparat


B. Pembahasan
Hasil yang diperoleh dari ikan nilem sesuai dengan pustaka, dimana sistem pencernaan
ikan Nilem (Osteochilus vittatus) terdiri dari mulut, lambung, usus (intestine), dan porus
urogenitalis. Rahang mulut pada ikan Nilem bergerigi kerucut untuk mengunyah makanan.
Pharynx atau faring dengan insang pada kedua sisinya. Lambung (gastrum) dipisahkan dari
usus oleh sebuah katup. Intestine atau usus ikan Nilem panjang dan berkelok-kelok karena
termasuk dalam ikan herbivora (Brotowidjoyo, 1993). Hasil yang diperoleh pada ikan lele
sesuai dengan pernyataan Prawirohartono (2000), bahwa Sistem pencernaan ikan lele terdiri
dari mulut, rongga mulut, esofagus, gastrum, pylorus, intestine, rectum, dan porus
urogenitalis. Usus (intestine) ikan lele lebih pendek dari panjang tubuhnya. Hal ini
merupakan ciri khas dari ikan jenis karnivora, serta lambung (gastrum) relatif besar dan
panjang.
Menurut Rasyid (2012) organ-organ pencernaan pada ikan lele danfungsinya, yaitu:
1. Mulut
Mulut berfungsi sebagai tempat pertama masuknya makanan. Di dalammulut terdapat
gigi yang berfungsi untuk merombak makanan menjadi bagian-bagian yang lebih
halus.
2. Faring
Pada ikan filter feeding proses penyaringan makanan terjadi pada segmeninikarena
tapis insang mengarah ke segmen faring. Lapisan permukaan faringhampir sama
dengan rongga mulut, kadangkala masih ditemukan organpengecap. Jika material
yang ditelan bukan makanan maka akan dibuangmelalui insang.
3. Esofagus
Permulaan dari saluran pencernaan yang berbentuk seperti pipa,mengandung lendir
untuk membantu penelanan makanan. Pada ikan lautesofagus berperan dalam
penyerapan garam melalui difusi pasif menyebabkankonsentrasi garam air laut yang
diminum menurun sehingga memudahkanpenyerapan air oleh usus belakang dan
rectum.
4. Lambung
Lambung berfungsi sebagai penampung makanan. Pada ikan yang tidakberlambung
fungsi penampung makanan digantikan oleh usus depan yangdimodifikasi menjadi
kantong yeng membesar. Pada ikan tak bergigi (biasanyaherbivora) terdapat gizzard
yang berfungsi untuk menggerus makanan. Seluruh permukaan lambung ditutupi oleh
sel mucus yang mengandungmukopolisakarida yang agak asam berfungsi sebagai
pelindung dindinglambung dri kerja asam klorida.
5. Usus
Usus merupakan segmen yang terpanjang dari saluran penceraan. Padabagian depan
usus terdapat dua saluran yang masuk ke dalam yaitu saluranyang berasal dari
kantung empedu dan yang berasal dari pancreas. Lapisanmukosa usus tersusun oleh
selapis sel epitellium dengan bentuk prismatic. Padalapisan ini terdapat tonjolan
membentuk sarang tawon pada usus bagian depandan lebih beraturan pada usus
bagian belakang, terutama pada ikan lele. Bentuksel yang umum ditemukan pada
epithelium usus adalah enterosit dan mukosit.Enterosit merupakan sel yang paling
dominan dan diantara enterosit terdapatmukosit. Jumlah mukosit semakin meningkat
ke arah bagian belakang usus.Enterosit merupakan sel yang permukaan atasnya
mengarah memiliki mikroviliyang berperan dalam penyerapan makanan. Secara
histologis enterosit pada ikanyang telah menyerap zat makanan akan berwarna
keputih-putihan dan berbedasekali dengan sel yang tidak menyerap zat makanan.
Mukosit merupakan selpenghasil lendir yang berbentuk piala. Bagian bawah mukosit
mengandungmucigen yang akan berubah menjadi lendir jika telah dilepaskan oleh sel
danbereaksi dengan air.
6. Anus
Anus merupakan ujung dari saluran pencernaan. Pada ikan bertulangsejati anus
terletak di sebelah depan saluran genital.
Menurut Oktavianto (2014), ikan karnivora, hebivora dan omnivora memiliki tingkat
aktivitas enzim yang berbeda. Enzim amylase dihasilkan pada usus ikan. Aktivitas enzim
amilase pada ikan herbivora lebih tinggi daripada aktivitas enzim protease. Pada ikan
karnivora memiliki aktivitas enzim protease yang lebih tinggi daripada enzim amlase. Pada
ikan omnivore juga enzim protease lebih tinggi daripada enzim amlase.
DAFTAR PUSTAKA

Affandi, Ridwan; Djaja Subandja Sjafer, MF, Rahardjo Sulistiana. 2005. Fisiologi Ikan. IPB:
Bogor.
Brotowidjoyo, M., 1993. Zoologi Dasar. Jakarta: Erlangga.
Isaac, A. O., Oniye, S. J. & Auta, J., 2017. Behavioural and Some Physiological Assessment
of Glyphosate and Paraquat Toxicity to Juveniles of African Catfish, Clarias
gariepinus. Pakistan J. Zool., 49(1), pp.175-181.
Oktavianto, D., Susilo, U., & Priyanto, S. (2014). Respon Aktivitas Amilase Dan Protease
Ikan Gurami Osphronemus Gouramy Lac. Terhadap Perbedaan Temperatur
Air. Scripta Biologica, 1(4).
Peureulak., 2009. nutrisiikan.http//iendeb_naakka.blogspot.com/2009/10/nutrisi_ikan.html.
diakses pada tanggal 9 November 2021 Priyambodo dan Tri. 2005. Budidaya Pakan
Alami untuk Ikan. Penebar Swadaya: Jakarta.
Prawirohartono., 2000. Sains Biologi. Jakarta: Bumi Aksara.
Rasyid., 2012. Jenis - Jenis Ikan Air Tawar. Salemba. Jakarta.
Villee, A. C., Warent, F., Balker, Robert, R. B., 1984. Zoology Umum. Erlangga: Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai