Anda di halaman 1dari 10

MAKANAN DAN SISTEM PENCERNAAN IKAN

*Nurul Wahdaniyah1, Nurfaizah RM2, Syarif Hidayat Amrullah3.

Mata Kuliah Ikhtiologi, Program Studi Biologi, Fakultas Sains Dan Teknologi,
Univeritas Islam Negeri Alauddin Makassar
2022

*Corresponding author. Jl. HM. Yasin Limpo 36 Gowa, Sulawesi Selatan, Indonesia.
E-mail address: 60300120014@uin-alauddin.ac.id

Kata kunci a b s t r a k
Ikan, Makanan, Sistem Makanan pada ikan terdiri campuran dari berbagai bahan pangan (baik
Pencernaan nabati maupun hewani yang diolah sedemikian rupa sehingga mudah
dimakan dan dicerna sekaligus merupakan sumber nutrisi bagi ikan yang
dapat menghasilkan energi untuk aktivitas hidup. Ikan dikelompokan
berdasarkan jenis makanan dengan melihat Jumlah dan jenis makanan
yang dapat dimakan oleh ikan bergantung kepada umur dan ukuran ikan,
adaptasi alat pencernaannya, habitat, dan musim. Jenis organisme
makanan yang dimakan oleh ikan yang masih muda mengalami
perubahan ketika ikan menjadi dewasa. Dan sistem pencernaan pada
ikan terdiri dari mulut, rongga mulut, pharynx, esophagus, lambung,
pilorus, usus dan anus.

A. Makanan Ikan
Makanan ikan merupakan campuran dari berbagai bahan pangan (biasa disebut bahan
mentah), baik nabati maupun hewani yang diolah sedemikian rupa sehingga mudah dimakan
dan dicerna sekaligus merupakan sumber nutrisi bagi ikan yang dapat menghasilkan energi
untuk aktivitas hidup [1]. Ikan membutuhkan materi (nutrien) dan energi untuk aktivitas
kehidupannya. Nutrien yang dibutuhkan dalam hal ini berupa protein, lemak, dan karbohidrat.
Selain itu ikan juga memerlukan vitamin, dan mineral dalam jumlah yang memadai. Sebagai
organisme heterotrof, ikan membutuhkan semua itu yang berasal dari makanan. Mencari
makanan bagi ikan merupakan kegiatan rutin keseharian, bahkan sebagian ikan menghabiskan
banyak waktu untuk kegiatan ini. Sebagian besar ikan mengembangkan organ agar dapat
menemukan dan mendapatkan organisme makanan [2].
1. Kelompok ikan berdasarkan jenis makanan
Pengelompokan ikan berdasarkan jenis makanan. Jumlah dan jenis makanan yang dapat
dimakan oleh ikan bergantung kepada umur dan ukuran ikan, adaptasi alat pencernaannya,
habitat, dan musim. Sejalan dengan penelitian yang membahas ikan dapat beradaptasi
menerima variasi makanan seperti sisa bahan organik, pellet, dan plankton [3]. Jenis organisme
makanan yang dimakan oleh ikan yang masih muda mengalami perubahan ketika ikan menjadi
dewasa. Semua spesies ikan pada stadia pascalarva akan memakan fitoplankton. Seiring dengan
perkembangan stadia menuju dewasa, sebagian ikan tetap memakan fitoplankton, dan sebagian
yang lain beralih menjadi pemakan zooplankton, serangga, udang, ikan ataupun hewan lainnya,
bahkan ada yang menjadi pemakan detritus. Perubahan makanan ini terlihat jelas pada ikan-
ikan yang termasuk karnivora. Komposisi makanan. jenis ikan berukuran kecil akan berbeda
dengan ikan yang berukuran lebih besar. Beberapa penyebab perbedaan ini terkait dengan
adanya perbedaan dalam lebar bukaan mulut dan juga perbedaan dalam kemampuan ikan
mendapatkan makanan. Perbedaan kesuburan antara suatu habitat dengan habitat lainnya

1
menyebabkan adanya perbedaan dalam kelimpahan organisme makanan, yang pada gilirannya
akan menyebabkan perbedaan komposisi makanan antara ikan yang hidup di habitat yang satu
dengan ikan yang hidup di habitat yang lain. Demikian juga ketersediaan dan kelimpahan
organisme makanan akan bervariasi berdasarkan musim dan akhirnya akan mengakibatkan
perbedaan komposisi makanan suatu jenis ikan antara musim yang satu dengan musim yang
lain. Berdasarkan jenis organisme yang menjadi makanan utamanya, ikan dapat dikelompokkan
menurut golongan besar organisme makanan takson organisme makanan, keragaman
organisme makanan, dan ukuran makanan. Makanan utama adalah adalah jenis organisme
makanan yang sebagian besar dimakan ikan.

a) Golongan besar organisme makanan


Organisme makanan secara sederhana dipisahkan menjadi dua golongan besar yakni
golongan tumbuhan dan golongan hewan. Berdasarkan makanan utamanya ikan dapat
dikelompokkan menjadi herbivora, karnivora, omnivora, dan detritivora.
1) Herbivora adalah ikan yang makanan utamanya terdiri atas tumbuhan. Jenis-jenis
algae dari Kelas Chlorophyceae, Bacillariophyceae, dan lain-lain serta tumbuhan air
adalah komponen yang menyusun makanan ikan herbivora. Beberapa contoh ikan
dapat dikemukakan di sini antara lain lemuru, Sardinella lemuru dan tembang.
Sardinella fimbriata
2) Karnivora adalah ikan yang makanan utamanya terdiri atas hewan. Jenis-jenis
organisme dari kelompok zooplankton, udang serangga air, ikan dan hewan-hewan
lainnya adalah komponen penyusun makanan ikan karnivora. Ikan hampa), Hampala
macrolepidota tetet, Johnius, dan giligan. Panna microdon merupakan kelompok ikan
karnivora
3) Omnivora adalah ikan yang makanan utamanya terdiri atas tumbuhan dan hewan. Ikan
yang termasuk kelompok ini antara lain ikan nila
4) Detritivora adalah ikan yang makanan utamanya berupa detritus. Ikan belanak, Liza
subviridis termasuk dalam kelompok ini.

b) Takson organisme makanan


Ikan dapat dikelompokkan secara lebih khusus antara lain sebagai berikut:
1) Pemakan ikan (piscivora atau iktiofagus) adalah ikan yang makanannya terdiri atas
jenis ikan, misalnya hampal dan ikan balak, Saurida tumbil
2) Pemakan serangga (insektivora) adalah ikan yang makanannya terdiri atas jenis
serangga (akuatik atau terestrial), misalnya ikan sumpit (Toxotes jaculatrix). c.
Pemakan tumbuhan tingkat tinggi (makrofitofagus) adalah ikan yang makanannya
terdiri atas jenis tumbuhan berukuran besar, misalnya Tilapia rendalli dan ikan gurami
yang makan daun talas.
3) Pemakan plankton (planktivora) adalah ikan yang makanannya terdiri atas jenis
plankton (fito maupun zooplankton), misalnya ikan tambakan (Helostoma
temminckii), selanget (Anodontostoma chacunda), dan mola (Hypophthalmichthys
molitrix). Ikan mola sering diintroduksikan ke perairan untuk memanfaatkan plankton
di perairan agar produksi perikanan meningkat.

c) Keragaman makanan
Dari sudut variasi jenis organisme yang dimakannya, ikan dapat dikelompokkan sebagai
berikut:

2
1) Monofagus adalah ikan yang makanannya terdiri atas hanya satu jenis organisme
makanan. Dalam kenyataannya sulit menemukan ikan yang memakan satu jenis
makanan saja.
2) Stenofagus adalah ikan yang makanannya terdiri atas beberapa jenis organisme
makanan, misalnya Puntius chola and Puntius dorsalis yang memakan avertebrata
bentik.
3) Eurifagus adalah ikan yang makanannya terdiri atas berbagai jenis organisme makanan
(variasi jenis makanannya tinggi). Ikan kelompok ini lebih mampu beradaptasi
terhadap perubahan lingkungan (dalam hal makanan) dibandingkan dengan dua
kelompok terdahulu. Puntius filamentosus yang menghuni danau di Sri Langka
mempunyai menu makanan yang berbeda antara air tinggi dan waktu air surut.Ikan
mujair juga termasuk dalam kelompok ini.

d) Ukuran makanan
Dengan melihat ukuran makanannya, ikan dikelompokkan sebagai berikut.
1) Mikrofagus adalah ikan yang makanannya terdiri atas, organisme yang berukuran
kecil, misalnya plankton dan larva serangga air. Beberapa ikan kelompok ini ialah
kurist Nemopterus tambroides dan lemuru.
2) Mesofagus adalah ikan yang makanannya terdiri atas. organisme yang berukuran
sedang, misalnya molluska anellida, dan udang.
3) Makrofagus adalah ikan yang makanannya terdiri atas organisme yang berukuran
besar, misalnya kepiting, ikan, dan hewan avertebrata yang berukuran besar [2].

B. Sistem Pencernaan
Sistem pencernaan meliputi organ yang berhubungan dengan pengambilan makanan,
mekanismenya dan penyediaan bahan-bahan kimia, serta pengeluaran sisa-sisa makanan
yang tidak tercernakan keluar dari tubuh. Alat-alat pencernaan makanan secara berturut-turut
dari awal makanan masuk ke mulut dapat dikemukakan sebagai berikut: mulut, rongga
mulut, pharynx, esophagus, lambung, pilorus, usus dan anus.

1. Alat Pencernaan Makanan


Dalam beberapa hal terdapat adaptasi alat-alat pencernaan makanan terhadap makanan
dan kebiasaan makannya. Organ pencernaan ini dilengkapi dan dibantu oleh hati dan
pankreas.
a) Mulut dan Rongga Mulut
Organ ini merupakan bagian depan dari saluran pencernaan, berfungsi untuk mengambil
makanan yang biasanya ditelan bulat-bulat tanpa ada perubahan. Lendir yang dihasilkan oleh
sel-sel kelenjar dari epitel rongga mulut akan bercampur dengan makanan, memperlancar
proses penelanan makanan yang dibantu oleh kontraksi otot dinding mulut.
Rongga mulut Amphioxus menyimpang jauh dari kepunyaan Craniota. Pada hewan ini
pinggiran lubang mulut mempunyai 12-20 pasang tentakel yang dilengkapi dengan rambut
getar dan indra. Pada mulut bagian belakang terdapat sekat melintang yang disebut velum,
ditembus oleh lubang yang berhubungan dengan farings. Ikan pada umumnya, rongga mulut
meneruskan diri menjadi farings, yang mempunyai beberapa kantung insang. Menelan
makanan pada ikan merupakan gerakan rangka visceral karena kerja dari otot visceral.
Pada Amphioxus tidak dilengkapi lidah sedangkan pada Cyclostomata lidahnya hampir
tidak ada. Petromyzon lidahnya berfungsi seperti alat penghisap, ikan ini melekat dengan
corong mulut pada pada ikan lain, dan dengan gigi tanduk dari lidah ia memarut kulit dan

3
daging dari mangsanya. Pada Myxinoidea gigi tanduk dari lidah digunakan untuk mengebor
kulit kulit ikan mangsanya, kemudian ia masuk ke dalamnya dan hidup sebagai parasit.
Lidah ikan merupakan suatu peninggian dari dasar mulut yang diselaputi oleh selaput lendir,
disokong oleh rangka Hiobrankhial yang tidak dapat bergerak tanpa adanya kelenjar.
Pada umumnya mulut ikan terletak di ujung depan kepala, yang dinamakan tipe
terminal. Pada ikan yang lain, mulut terletak pada bagian atas (tipe superior), di bagian
bawah kepala (tipe inferior), dan ada pula dekat ujung bagian kepala (tipe subterminal).
Selain letak yang berbeda beda, bentuk mulut pun bermacam-macam. Bentuk dan letak
mulut ini sangat erat kaitannya dengan macam makanan yang menjadi kesukaan ikan. Mulut
tipe superior mendapatkan makanan dari permukaan atau menunggu pada dasar perairan
untuk menangkap mangsa yang lewat di atasnya.

Gambar 1. Tipe-tipe mulut Ikan: A. Terminal; B. Sub-terminal; C. Superior

Ukuran mulut ikan dapat memberikan petunjuk terhadap kebiasaan makan, terutama
bila dikaitkan dengan ukuran dan tempat gigi berada. Ikan-ikan cucut dilengkapi dengan
mulut yang lebar dan gigi tajam, yang menandakan mereka termasuk golongan predator
terhadap mangsa yang berukuran agak besar yang mungkin bisa ditelan seutuhnya. Beberapa
ikan cucut mempunyai pengaturan geligi yang menjadikan mereka dapat menggigit
gumpalan besar binatang yang terlalu besar untuk ditelan begitu saja. Demikian pula dengan
ikan baraccuda (Sphyraena) dan piranha (Serrasalmus).
Ikan yang menelan sepotong kecil makanan biasanya mempunyai bibir yang relatif kecil
tanpa modifikasi. Pada ikan yang mendapatkan makanan dengan cara menghisap, mereka
mempunyai mulut tipe inferior dan bibir yang berdaging tebal. Bibir penghisap ikan
perenang bebas berfungsi sebagai organ pencekram batu atau benda-benda lain pada sungai
berarus deras misalnya, Glyptosternus, Gyrinocheilus dan beberapa anggota famili
Loricariidae. Pada ikan lamprey yang parasitic, mulut pengisap tak berahang bertindak
sebagai sebagai alat pencengkram agar menempel pada inangnya dan mengambil makanan
dari inangnya.
Mulut seringkali dilengkapi dengan sungut yang bentuk dan jumlahnya sangat
bervariasi. Sungut ini berfungsi sebagai alat peraba ketika ikan tersebut mencari makan.
Sungut dilengkapi dengan saraf, untuk menemukan makanan di antara material yang ada.

4
Gambar 2. Berbagai bentuk mulut Ikan A. Mulut dapat yang dapat disembulkan; B. Mulut
gergaji; C. Mulut tabung

b) Geligi
Adaptasi terhadap makanan juga terjadi pada gigi. Pada cyclostomata dan
ostracodermata tidak mempunyai gigi sebenarnya, sebab hewan ini mempunyai gigi tanduk
yang dihasilkan oleh epidermis. Gigi sebenarnya homolog dengan sisik placoid, yang
mungkin timbul dari sisik yang menutupi bibir seperti pada ikan hiu muda (Squaliformes)
dimana sisik placoid menjadi gigi pada rahang. Osteichthyes mempunyai tiga jenis gigi
berdasarkan tempat tumbuhnya: rahang, rongga mulut dan pharyngeal. Di daerah rahang gigi
tumbuh pada premaxilla, maxilla dan dentary. Pada langit-langit rongga mulut, gigi terdapat
pada vover, palatine, pterygoid dan parasphenoid. Gigi juga terdapat pada tulang glosso hyal
(tulang lidah) dan basibranchial di antara insang. Gigi pharyngeal terdapat pada berbagai
elemen lengkung insang pada banyak spesies ikan. Gigi pharyngeal family Cyprinidae dan
Catostomidae merupakan modifikasi elemen bawah lengkung insang yang terakhir.
Berdasarkan bentuknya, gigi rahang dapat dibedakan menjadi beberapa bentuk yaitu:
Cardiform, villiform, canine, incisor, comb-like teeth, dan molariform. Gigi cardiform
berbentuk pendek, tajam dan runcing. Bentuk ini didapatkan pada famili Ictaluridae dan
Serranidae. Gigi villiform mirip dengan gigi cardiform, hanya lebih panjang dan
memberikan gambaran seperti rumbai-rumbai, misalnya pada Belone dan Pterois. Gigi
canine menyerupai gigi anjing, seringkali berbentuk taring; bentuknya panjang dan
mengerucut, lurus atau melengkung dipergunakan untuk mencengkram. Gigi incisor
mempunyai pinggiran yang tajam yang disesuaikan untuk memotong. Bentuk gigi yang
mempunyai permukaan rata digunakan untuk menumbuk dan menggerus, termasuk gigi
molariform. Bentuk gigi ini misalnya dipunyai oleh Raja Holocephali dan Sciaenidae.

Gambar 3. Tipe gigi pada Ikan A). Villiform, B. Molariform, C. Comb-like teeth, D.
Canine, E. Incisor

5
c) Pharynx
Organ ini biasa disebut pangkal tenggorokan, merupakan lanjutan rongga mulut. Insang
terletak tepat di belakang rongga mulut, di dalam pharynx. Umumnya terdapat empat pasang
pada ikan bertulang sejati, sedangkan pada ikan Chondrichthyes mempunyai 5-7 pasang
lengkung insang. Di samping melindungi filamen insang yang lembut dari kikisan material
makanan yang dimakan keluar melalui insang
Ikan-ikan yang memakan mangsa besar, mempunyai tapis insang yang berukuran besar
dan jumlahnya sedikit. Pada ikan-ikan pemakan plankton, tapis insangnya ramping,
memanjang dan jumlahnya banyak. Jari-jari tapis insang yang pendek dan besar didapatkan
pada ikan omnivora. Tampak adanya kaitan yang erat antara jenis makanan dengan bentuk
dan jumlah jari-jari tipis insang.

d) Esophagus
Esophagus ikan biasa disebut kerongkongan, pendek dan mempunyai kemampuan
untuk menggelembung. Organ ini merupakan lanjutan pharinx, bentuknya seperti kerucut
dan terdapat di belakang daerah insang. Kemampuan menggelembung organ ini tampak jelas
pada ikan predator yang mampu menelan makanan yang relatif besar ukurannya. Sedangkan
ikan-ikan pemakan jasad kecil mempunyai kemampuan untuk menggelembung yang kurang
dibanding dengan ikan predator. Karena adanya kemampuan menggelembung inilah, maka
jarang terjadi seekor ikan sampai mati bila makan suatu makanan yang melalui mulutnya
tetapi tidak dapat ditelan.
Pinggiran esophagus terdiri dari epitelium yang berlapis-lapis dan columnar, dengan
sejumlah sel atau kelenjar lendir. Dinding esophagus dilengkapi secara khusus dengan
lapisan otot (muscular sac) yang berhubungan dengan esophagus. Pada beberapa genera
(Pampus dan Nomeus) terdapat gigi di tepi kantung esophageal, yang menempel pada
dinding kantung. Kantung esophageal berfungsi sebagai penghasil lendir, gudang makanan
dan penggilingan makanan. Pada ikan belut, Monopterus albus, esophageal dimodifikasi
menjadi alat pernapasan tambahan.

e) Lambung
Lambung (ventrikulus) atau perut besar adalah lanjutan dari esophagus, di belakangnya
dibatasi oleh otot sfinkter yang disebut pilorus, untuk kemudian menjadi bagian depan dari
usus bagian tengah. Lambung menunjukkan beberapa adaptasi: diantaranya adalah adaptasi
dalam bentuknya. Pada ikan pemakan ikan, lambung semata-mata berbentuk memanjang
seperti pada ikan gar (Lepisosteus), bowfin (Amia), pike (Esox), barracuda (Sphyraena) dan
striped bass (Horone saxatilis). Pada ikan omnivora seringkali lambung terbentuk seperti
kantung. Pada ikan belanak (Mugil), lambung bermodifikasi menjadi alat penggiling.
Lambung tersebut berukuran kecil, tetapi dindingnya tebal dan berotot. Pada
Saccopharyngidae dan Eupharyngidae, lambung mempunyai kemampuan menggelembung
yang besar sehingga memungkinkan ikan-ikan ini memakan mangsa yang relatif besar.
Sebagian besar ikan mempunyai lambung. Lambung tidak terdapat pada lamprey, hagfish,
chimaera dan beberapa ikan bertulang sejati (Cyprinidae, Scomberesocidae, dan Scaridae).
Pada ikan-ikan tersebut kelenjar lambung tidak ada, dan makanan dari esophagus langsung
ke usus. Adanya lambung dapat dicirikan oleh rendahnya pH dan adanya pepsine di antara
getah pencernaan. Pada beberapa ikan seringkali bagian depan ususnya membesar
menyerupai lambung sehingga bagian ini dinamakan lambung palsu, misalnya pada ikan
mas (Cyprinus carpio).

6
Pada beberapa spesies tertentu, pada akhir ventrikulus terdapat tonjolan-tonjolan sebagai
kantong buntu disebut appendices pyloricae, yang berguna untuk memperluas permukaan
dinding ventrikulus agar pencernaan dan penyerapan makanan dapat lebih sempurna.

f) Usus
Usus tengah dan usus akhir biasa disebut Intestinum, suatu bagian dari saluran
pencernaan mulai dari pilorus sampai di kloaka atau anus. Usus mempunyai banyak variasi
pula, umumnya berbentuk seperti pipa panjang berkelok-kelok dan sama besarnya, berakhir
dan bermuara keluar, sebagai lubang anus. Usus diikat (di fixer) oleh suatu alat penggantung,
mesentrum yang merupakan derivat dari pembungkus rongga perut (peritoneum).
Pada ikan karnivora ususnya pendek, mungkin karena makanan berdaging dapat dicerna
dengan lebih muda dari pada tanaman. Sebaliknya usus ikan herbivora panjang dan teratur
di dalam satu lipatan atau kumparan. Pada beberapa jenis ikan, seperti Lamprey,
elasmobranchii dan beberapa Osteichthyes yang ususnya pendek untuk memperluas
permukaan absorpsi di dalam ususnya terdapat serangkaian klep spiral yang disebut tiflosol.
Pada usus sebagian besar ikan bertulang sejati, bagian depan usus yang langsung berbatasan
dengan pylorus disebut duodenum yang memiliki satu atau lebih kantung buntu yang
dinamakan pyloric caeca. Struktur ini tidak terdapat pada family Ictaluridae dan
Cyprinodontidae. Perca flavescens mempunyai tiga buah, sedangkan pada family
salmonidae biasa mencapai jumlah 200 atau lebih. Fungsi alat pyloric caeca mungkin
berkaitan dengan pencernaan dan penyerapan.

2. Kelenjar Pencernaan
Kelenjar pencernaan atau glandula digestoria berfungsi dalam proses pencernaan terdiri
atas hati, pankreas dan kantong empedu.
a) Hati
Hati atau hepar besar, berwarna merah kecoklatan. Letaknya di bagian depan rongga
badan dan meluas mengelilingi usus, bentuknya tidak tegas. Pembentukan hati asalnya
sepasang. Hal ini dapat dilihat pada Myxine dewasa, dimana hati kiri dan kanan tidak bersatu
dan masing-masing mempunyai saluran empedu yang menuju ke dalam kantung empedu
dan dari sini empedu dialirkan ke melalui ductus kholedokhus ke dalam usus bagian tengah.
Hati termasuk kelenjar yang besar pada ikan, bahkan pada ikan cucut dan ikan pari biasa
mencapai 20 % bobot tubuhnya. Hati biasanya terletak di muka lambung atau sebagian
mengelilingi lambung. Biasanya hati berjumlah dua buah, tetapi mungkin hanya satu seperti
pada ikan salmon, atau tiga seperti pada mackerel. Pada hati terdapat kantung empedu yang
mengeluarkan cairan empedu. Cairan empedu ini masuk ke dalam saluran pencernaan
makanan pada daerah pilorus melalui duktus choledochus. Disamping berperan dalam
pencernaan, hati juga berfungsi sebagai gudang penyimpanan lemak dan glikogen. Fungsi
selanjutnya adalah dalam perusakan sel darah merah dan kimiawi darah seperti pembentukan
urea dan senyawa yang berhubungan dengan ekskresi nitrogen dan menetralkan racun serta
menghasilkan panas.
Ikan-ikan mempunyai variasi dalam jumlah lemak yang di simpan dalam hati. Pada
Pleuronectiformes dan gadidae, lemak terutama disimpan di dalam hati, sedangkan pada
Scombridae dan Clupeidae, lemak lebih banyak disimpan di dalam otot. Selain lemak, hati
ikan juga menyimpan vitamin A dan D.
Pankreas

7
Pankreas terdiri dari dua bagian, yaitu bagian eksokrin yang menghasilkan getah pankreas,
penting bagi pencernaan makanan, dan bagian endokrin yang menghasilkan hormon insulin,
mengendalikan kadar gula di dalam darah.
Pankreas mensekresikan beberapa enzim yang berfungsi dalam proses pencernaan
makanan. Pada ikan yang bertulang sejati biasanya menyebar di sekeliling hati, bahkan pada
ikan yang berjari-jari sirip keras pankreas dan hati menyatu menjadi hepatopankreas. Pada
ikan cucut dan pari pankreas merupakan dua buah organ yang kompak.

b) Kantong Empedu
Kantung empedu atau vesika felea bila penuh bentuknya membulat dengan warna
kehijau-hijauan, letaknya pada hati bagian depan salurannya disebut ductus cysticus
bermuara pada usus dekat ventriculus. Fungsi dari kantong empedu ini untuk
menampung/menyimpan empedu (bilus) dan mencurahkannya ke dalam usus, bila
diperlukan. Bilus ini berfungsi mencerahkan lemak [4].

Riset Terkait

8
Jurnal Makanan dan Kebiasaan Makan Ikan Sembilang (Plotosus canius) di Perairan Kota
Tanjungpinang,Kepulauan Riau [5].

Jurnal perkembangan saluran dan sistem pencernaan pada larva Ikan tuna sirip kuning,
Thunnus albacares (Bonnaterre, 1788) [6].

Kesimpulan
Makanan ikan di sesuaikan dengan jumlah dan jenis makanan ikan yang dapat dimakan
oleh ikan. Kelompok ikan berdasarkan jenis makanan dibagi menjadi a) Golongan besar
organisme makanan, b) Takson organisme makanan, c) Keragaman makanan, dan d)
Ukuran makanan. Sistem pencernaan meliputi organ yang berhubungan dengan pengambilan
makanan. Alat-alat pencernaan makanan secara berturut-turut dari awal makanan masuk mulai
dari mulut, rongga mulut, pharynx, esophagus, lambung, pilorus, usus dan anus.
Daftar Pustaka
[1] C. N. D. Agus Syahputra, Zainal A. Muchlisin, “Kebiasaan Makan Ikan Lontok
(Ophiocara Porocephala) Di Perairan Sungai Iyu, Kecamatan Bendahara, Kabupaten
Aceh Tamiang Provinsi Aceh,” J. Ilm. Mhs. Kelaut. dan Perikan. Unsyiah, vol. 1, no. 2,
pp. 177–184, 2016.
[2] dan S. Affandi, R., D. S. Safei, M. F. Rahardjo, “IKHTIOLOGY 1.pdf.” p. 401, 2010.
[3] L. Minarseh and S. H. Amrullah, “Analisis Morfologi dan Kadar Protein Ikan Bandeng

9
( Chanos chanos ) dari Tambak Budidaya Monokultur dan Polikultur ( Gracilaria sp .)
di Kecamatan Bua Kabupaten Luwu Kecamatan Bua Kabupaten Luwu saat ini di
Indonesia telah banyak dilakukan,” no. November, pp. 308–317, 2021.
[4] F. Cyprinidae, D. I. Telaga, and N. Ponorogo, “Anatomi dan biometri sistem
pencernaan ikan air tawar famili cyprinidae di telaga ngebel ponorogo,” no. September,
pp. 319–331, 2018.
[5] D. Safitri and A. Suryanti, “Makanan dan Kebiasaan Makan Ikan Sembilang ( Plotosus
canius ) di Perairan Kota Tanjungpinang , Kepulauan Riau Food and Feeding Habits of
Gray-eel catfish ( Plotosus canius ) in the Waters of Tanjungpinang City ,” vol. 4, no.
2, pp. 84–91, 2021.
[6] J. H. Hutapea, A. Setiadi, and K. Mahardika, “Perkembangan Saluran Dan Sistem
Pencernaan Pada Larva Ikan Tuna Sirip Kuning , Thunnus albacares ( Bonnaterre , 1788
),” vol. 13, no. 4, pp. 309–316, 2019.

10

Anda mungkin juga menyukai