PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Menanggapi perkembangan kota semarang yang semakin menunjukan
eksistensinya karena didukung oleh kondusifnya situasi ekonomi dalam negeri
serta situasi politik yang terbilang stabil, perkembangan tersebut didorong
pula oleh faktor perkembangan infrastruktur yang mendorong pertumbuhan
disektor properti.
Sehingga muncul suatu pemikiran memecahkan masalah yang kerap
terjadi saat ini dan kedepan khususnya bagi wilayah kota semarang karena
jumlah penduduk yang kian bertambah. Korelasi yang terjadi adalah semakin
besar pertambahan penduduk diwilayah perkotaan maka kebutuhan penduduk
pun juga akan semakin meningkat. Salah satunya adalah kebutuhan akan
tempat tinggal serta perkantoran. Kebutuhan disektor ini kini dan kedepan
harus diperhatikan lagi karena keterbatasan lahan yang ada khususnya
perkotaan .
Permasalahan dari keterbatasan lahan yang ada pada diwilayah perkotaan
khususnya kota semarang haruslah dicermati kembali oleh para planner serta
pengembang. Hal ini nantinya akan menjadi masalah serius ditingkat
manajemen perkotaan karena magnet dari pengembangan perkotaan akan
semakin besar bagi kalangan pengembangan property maupun investor.
Salah satu solusi untuk mengoptimalkan produk property dalam suatu
lokasi lahan adalah dengan pembangunan mix use building apartment dan
hotel. Konsep ini sebenarnya bukan konsep baru, dibeberapa Negara seperti
amerika dan beberapa Negara eropajuga sudah menerapkan konsep
mpengembangan yang demikian terutama untuk mengatasi keterbatasan lahan
untuk pengembangan produk property diperkotaan.
Mix use building adalah bangunan yang menggabungkan beberapa
aktifitas dan fungsi seperti tempat tinggal, perhotelan dan perkantoran.
Beberapa keuntungan dari mixed use building yaitu menghemat lahan dan
1
mengurangi kemacetan karena cukup hanya berjalan kaki saja dari tempat
tinggal atau penginapan ke tempat kerja
1.2.1 Tujuan
Tujuan yang ingin dicapai adalah memperoleh dasar dasar dalam
merancang dan merencanakan apartment, hotel dan mall di kota
Semarang yang ideal, sehingga tersusun langkah-langkah untuk dapat
melanjutkan proses perancangan grafis atau Desaign Grafis
Architecture (DGA).
1.2.2 Sasaran
Tersusunya usulan langkah-langkah pokok penyusunan Landasan
Program Perencanaan dan Perancangan Arsitektur (LP3A) bernuansa
alami, hemat energy, ekologi dan ramah lingkungan berdasarkan atas
aspek-aspek panduan perancangan dan alur piker prosespenyusunan
LP3A dan DGA yang akan dikerjakan.
2
kendala dan prospeknya pada perancangan apartment, hotel dan mall di
kota semarang.
Bab I; Pendahuluan
Berisi latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat
penelitian, metode pembahasan, sistematika penulisan, dan kerangka
fikir.
Bab II; Tinjauan Pustaka
Menguraikan secara umum tentang apartment, hotel dan mall,
pengelolaan kawasan, konsep green building, dan prinsip prinsip
sebagai apartment, hotel dan mall yang ideal. Yang meliputi
pengertian, fungsi, kegiatan, klasifikasi, standart, kriteria, dan unsur-
unsur lain yang berhubungan dengan apartment, hotel dan mall.
3
Bab III; Tinjauan khusus dan studi banding
Menguraikan tentang tinjauan kota Semarang beserta dengan
peraturan dan kebijakan pemerintah setempat yang berkaitan dengan
rencana pembangunan apartment, hotel dan mall dikota semarang.
Juga menguraikan hasil dari studi banding, baik yang berada
(kebetulan) dikota Semarang maupun referensi dari situs website
Bab IV; Kesimpulan, Batasan, Anggapan
Mengungkapkan kesimpulan, batasan dan anggapan dari Bab-bab
sebelumnya
Bab V; Pendekatan, perencanaan dan perancangan
Bab ini menguraikan dasar-dasar pendekatan dan menguraikan
pendekatan fungsional, kontekstual, arsitektural, teknis, utilitas
bangunan dan analisa pendekatan lokasi dan tapak apartment, hotel
dan mall di semarang
Bab VI; Landasan program dasar perancangan
4
1.7 Alur Pikir
Latar Belakang
Pembangunan ekonomi Indonesia mengarah pada era industrialisasi
Kini banyak bangunan pabrik menjadi “penghias wajah” kota-kota besar, daerah sub-
urban pinggiran kota besar) bahkan kota kota kecil.
Kota Semarang merupakan salah satu kota di Jawa Tengah yang diperuntukan sebagai
apartment, hotel dan mall terpadu.
Urgensi
Masih terbatasnya kawasan industri diindonesia khususnya di Jawa Tengah untuk
menampung expansi pabrik-pabrik dari luar kota maupun luar negeri
Kurangnya sarana dan prasarana dengan konsep modern sehingga apartment, hotel dan
mall dianggap tidak bisa dibilang kawasan yang ideal
Perlunya perencanaan terhadap apartment, hotel dan mall untuk mengakomodasi
produsen melakukan kegiatan produksi
Originalitas
Merencanakan dan merancang apartment, hotel dan mall di Semarang dengan
pendekatan modern architecture. Sebuah kawasan yang nyaman, dibutuhkan, dan
dihargai semua orang
Tinjauan pustaka
Tinjauan tentang apartment, hotel dan Studi banding
mall apartment, hotel dan mall di semarang
Tinjauan tentang modern architecture
Website internet; apartment, hotel dan
Standart kebutuhan kapasitas &
mall luar negeri
besaran ruang
Tinjauan aksesbilitas & sirkulasi
Tinjauan tentang kota Semarang
Data
Ruang/Area/wilayah yang dibutuhkan apartment, hotel
dan mall
Aksesbilitas dan besaran ruang
Kegiatan yang dilakukan apartment, hotel dan mall
Analisa
• Suatu kompleks hunian dan bukan sebuah tempat tinggal yang berdiri
sendiri (Joseph de Chiara, Time saver Standards for Building Types).
• Suatu bangunan terdiri dari tiga unit atau lebih, rumah tinggal di
sebuah rumah tinggal yang berdiri sendiri bagi satu keluarga (single
dwelling unit).
6
• Suatu bangunan yang dibagi dalam kamar-kamar atau kelompok
7
Dari tahun 1981-1999, jumlah aparemen yang terbangun mencapai
25.000 unit. Tahun 2007 di perkirakan jumlahnya melonjak hamper 2 kali
lipatnya, yaitu sekitar 40.000 unit. Karena semakin banyaknya pilihan, maka
pertimbangan memilih apartemen menjadi lebih kompleks. Lokasi dan harga
masih menjadi pertimbangan utama, tetapi ada banyak hal lain yang bias
dijadikan pertimbangan, yaitu efektirfitas, efisiensi, kenyamanan, jaminan
rasa aman, fasilitas di dalam apartemen, luasan unit, manajemen property
yang mengatur warga didalam apartemen tersebut maupun desain apartemen
tersebut (Ibrahim, 2008).
• Serviced Apartment
Apartemen yang dijual dan dapat dibeli oleh pihak individu. Mirip
dengan apartemen sewa, apartemen ini juga tetap memiliki pengelola
yang mengurus fasilitas umum penghuninya.
• Apartmen sewa
8
2.3.2 Berdasarkan kategori jenis dan besar bangunan (Akmal, 2007),
apartemen terdiri dari:
• High-Rise Apartment
• Mid-Rise Apartment
• Low-Rise Apartment
• Walked-up Apartment
Bangunan apartemen yang terdiri atas tiga sampai dengan enam lantai.
Apartemen ini kadang-kadang memiliki lift, tetapi dapat juga tidak
menggunakan. Jenis apartemen ini disukai oleh keluarga yang lebih
besar (keluarga inti ditambah orang tua). Gedung apartemen ini hanya
terdiri atas dua atau tiga unit apartemen.
2.3.3 Jenis apartemen berdasarkan tipe unitnya ada empat (Akmal,
2007), yaitu:
• Studio
Unit apartemen yang hanya memiliki satu ruang. ruang ini sifatnya
multifungsi sebagai ruang duduk, kamar tidur dan dapur yang semula
terbuka tanpa partisi. Satu-satunya ruang yang terpisah biasanya
hanya kamar mandi. Apartemen tipe studio relative kecil. Tipe ini
9
sesuai dihuni oleh satu orang atau pasangan tanpa anak. Luas unit ini
minimal 20-35 m².
• Loft
• Penthouse
• Komersial
10
Apartemen yang hanya ditujukan untuk bisnis komersial yang
mengejar keuntungan atau profit.
• Umum
• Khusus
• Apartemen Sederhana
• Apartemen Menengah
• Apartemen Mewah
11
• Apartemen Keluarga
Apartemen ini dihuni oleh keluarga yang terdiri dari ayah, ibu, dan
anaknya. Bahkan tidak jarang orang tua dari ayah atau ibu tinggal
bersama. Terdiri dari 2 hingga 4 kamar tidur, belum termasuk kamar
tidur pembantu yang tidak selalu ada. Biasanya dilengkapi dengan
balkon untuk interaksi dengan dunia luar.
• Apartemen Lajang
Apartemen ini dihuni oleh pria atau wanita yang belum menikah dan
biasanya tinggal bersama teman mereka. Mereka menggunakan
apartemen sebagai tempat tinggal, bekerja, dan beraktivitas lain diluar
jam kerja.
• Apartemen Pebisnis/Ekspatrial
• Apartemen Manula
• Apartemen Sewa
• Apartemen Kondominium
12
Penghuni membeli dan mengelola unit yang menjadi haknya, tidak ada
batasan bagi penghuni untuk menjual kembali atau menyewakan unit
miliknya. Penghuni biasanya membayar uang pengelolaan ruang
bersama
yang dikelola oleh pemilik gedung.
• Apartemen Koperasi
• Simpleks
13
• Dupleks
• Tripleks
14
2.4.1 Klasifikasi Hotel
Kriteria klasifikasi hotel di Indonesia secara resmi terdapat pada
peraturan pemerintah, yaitu SK: Kep-22/U/VI/78 oleh Dirjen
Pariwisata. Klasifikasi hotel ditinjau berdasarkan beberapa faktor, yaitu:
1. Harga jual
Klasifikasi hotel berdasarkan sistem penjualan harga kamar, di mana
harga kamar yang dijual hanya harga kamar saja atau merupakan
sistem paket, yaitu:
European plan hotel : hotel dengan biaya untuk harga kamar saja
Keistimewaan:
sistem ini
American plan hotel : hotel dengan perencanaan biaya termasuk
harga
kamar dan harga makan, terbagi dua yaitu:
15
termasuk dengan American breakfast
2. Ukuran hotel
Klasifikasi hotel berdasarkan ukuran ditentukan oleh jumlah kamar
yang ada, yaitu:
Small hotel : hotel kecil dengan jumlah kamar di bawah 150 kamar
Medium hotel : hotel sedang, yang terdiri dari 2 jenis, yaitu:
Large hotel : hotel besar dengan jumlah kamar minimal 600 kamar
3. Tipe tamu hotel
Klasifikasi hotel berdasarkan asal usul dan latar belakang tamu
menginap yaitu:
Family hotel : hotel untuk tamu yang menginap bersama
keluarga
Business hotel : hotel untuk tamu berupa para pengusaha
Tourist hotel : hotel untuk tamu yang menginap berupa
wisatawan,
baik domestik maupun luar negeri
Transit hotel : hotel untuk tamu yang transit (singgah sementara)
Cure hotel : Hotel untuk tamu yang menginap dalam proses
pengobatan atau penyembuhan penyakit
4. Sistem bintang
Semakin banyak jumlah bintang suatu hotel, pelayanan yang dituntut
semakin banyak dan baik. Klasifikasi hotel berdasarkan sistem
bintang, yaitu:
Hotel bintang satu (*)
Hotel bintang dua (**)
Hotel bintang tiga (***)
Hotel bintang empat (****)
16
Hotel bintang lima (*****)
Khusus untuk hotel bintang lima, terdapat tingkatan yaitu Palm,
Bronze, dan Diamond.
5. Lama tamu menginap
Klasifikasi hotel berdasarkan lamanya tamu menginap, yaitu:
Transit hotel : hotel dengan lama tinggal tamu rata-rata semalam
Semi residential hotel : hotel dengan lama tinggal tamu lebih
dari satu hari
tetapi tetap dalam jangka waktu pendek, berkisar dua
minggu hingga satu bulan
Residential hotel : hotel dengan lama tinggal tamu cukup lama,
berkisar
paling sedikit satu bulan
6. Lokasi
Klasifikasi hotel berdasarkan lokasi, yaitu:
City hotel : hotel yang terletak di dalam kota, di mana sebagian
17
Forest hotel : hotel yang berada di kawasan hutan lindung
18
luas kamar suite, minimum 44 m2
Hotel bintang tiga (***) : jumlah kamar standar, minimal 30
kamar
kamar suite, minimum 2 kamar
kamar mandi di dalam
luas kamar standar, minimum 24 m2
luas kamar suite, minimum 48 m2
Hotel bintang empat (****) : jumlah kamar standar, minimal 50
kamar
kamar suite, minimum 3 kamar
kamar mandi di dalam
luas kamar standar, minimum 24 m2
luas kamar suite, minimum 48 m2
Hotel bintang lima (*****) : jumlah kamar standar, minimal 100
kamar
kamar suite, minimum 4 kamar
kamar mandi di dalam
luas kamar standar, minimum 26 m2
luas kamar suite, minimum 52 m2
19
2.5 Perkembangan Hotel di Indonesia
Dalam buku Hotel Management, Sihite (2000:63) mengatakan hotel
berfungsi sebagaisuatu sarana untuk memenuhi kebutuhan tamu (wisatawan
atau pelancong), sebagai tempat tinggal sementara selama berada jauh dari
tempat asalnya. Seiring dengan perkembangan kedatangan wisatawan asing
ke Indonesia yang lebih memerlukan sarana akomodasi pariwisata bersifat
memadai, maka semasa penjajaha kolonial Belanda, mulai berkembanglah
hotel-hotel di Indonesia. Menurut buku Pariwisata Indonesia dari Masa ke
Masa, tercatat hotel-hotel yang sudah hadir pada saat itu diantaranya :
Jakarta, dibangun Hotel Des Indes, Hotel Der Nederlanden, Hotel Royal
dan Hotel
Rijswijk.
Bandung, Hotel Savoy Homann, Hotel Preanger dan Pension Van Hangel
20
besar di Indonesia. Sejalan dengan berkembangnya hotel di indonesia ,wajah
arsitektur hotel di Indonesia pun sangat berkembang dan inovatif. Hal ini
menjadi satu tolak ukur sejarah baru untuk hotel di
Indonesia. Adapun peranan usaha perhotelan dalam menunjang
pembangunan bangsa dan negara, antara lain:
21
seperti : pusat kebugaran dan kecantikan, pelayanan pariwisata, jasa
party organizer, dan masih banyak lagi.
Berdasarkan paparan mengenai perhotelan di atas, dapat
disimpulkan bahwa perkembangan hotel di kota Semarang cukup pesat
dan sukses. Kesuksesan tersebut tentunya tak lepas dari kepiawaian
para staff hotel dalam mengelola dan mengembangkan hotel-hotel di
Semarang secara kreatif dan inovatif. Di samping itu, hubungan baik
yang terjalin antar pihak-pihak terkait juga sangat berpengaruh pada
kesuksesan suatu hotel.
Persatuan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Jawa Tengah
menilai perlu ada moratorium atau penyetopan sementara pembangunan
hotel baru di Semarang karena permintaan dan penawaran sudah tidak
seimbang lagi. "Kalau misalnya dalam tahun ini berdiri 6-7 hotel baru
dengan rata-rata 150 kamar, akan ada sekitar 1.000 kamar baru, artinya
ada pertumbuhan penawaran sekitar 20 persen," jelas Ketua PHRI
Jateng Heru Isnawan di Semarang, Ditambahkan bahwa kondisi
tersebut tidak seimbang dengan pertumbuhan permintaan yang tidak
sampai 10 persen, bahkan hanya di kisaran 8-9 persen. Akan
berakibatkan sector bisnis hotel dikawatirkan akan terjadi kolaps"
Kalau kondisinya demikian, sektor usaha ini sudah tidak kondusif lagi,
kami khawatir kalau sektor bisnis perhotelan sampai kolaps maka tidak
hanya akan memengaruhi citra perusahaan itu saja tetapi juga citra
kota," tambahnya. Heru berharap Jawa Tengah terutama Semarang
mengikuti Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) yang berani
memberlakukan moratorium khusus untuk sektor perhotelan. dengan
perbelakukan moratorium tersebut akan ada keseimbangan antara
investasi dengan kenyamanan masyarakat yang tinggal di kota tersebut.
22
hotel di Semarang justru bukan lagi mengarah ke sektor industri jasa
melainkan usaha properti. "Keberadaan hotel ini justru diperjualbelikan,
jika dalam waktu operasional 1-2 tahun hotel tersebut memiliki
okupansi yang bagus langsung ditawarkan ke pihak lain lagi. Kondisi
ini yang perlu diperhatikan oleh pemerintah," beber .
Private area
Public area
Service area
Terdiri dari private area dan public area. Yang termasuk dalam area
front of the house yaitu:
23
A. Guest Room
Kamar tamu, ruang tempat tamu menginap.
B. Public Space Area
Merupakan tempat dimana suatu hotel dapat memperlihatkan isi dan
tema yang ingin disampaikan kepada tamunya. Daerah ini menjadi
pusat kegiatan utama dari aktivitas yang terjadi pada hotel, dalam hal
ini menjadi jelas bahwa wajah sebuah hotel dapat terwakili olehnya.
Lobby
o Sirkulasi
Merupakan hal penting dalam publik area yang berfungsi sebagai
sarana untuk menghubungkan fungsi-fungsi di dalamnya untuk
kegunaan pengunjung.
o Seating Area
Menyediakan wadah bagi tamu untuk beristirahat atau sekedar
berbincangbincang. Sarana ini sangat berguna untuk terjadinya
kontak sosial di antara pengunjung.
24
o Retail Area
Berfungsi untuk menyediakan kebutuhan pengunjung sehari-hari
o Bell man
Sebagai sarana pelayanan kepada tamu yang baru datang atau
hendak meninggalkan hotel dengan pelayanan berupa
membawakan koper-koper pengunjung.
o Support function
Sebagai sarana penunjang untuk tamu yang berada si publik area,
antara lain seperti toilet, telepon umum, mesin ATM, dan lain-
lain.
o Consession space
Pada dasarnya ruang-ruang ini termasuk retail area, tetapi untuk
hotel berbintang, ruang-ruang konsesi ini terpisah sendiri dan
merupakan bagian dari publik area, yang antara lain terdiri dari:
- Travel agent room
- Perawatan kecantikan / salon
- Toko buku dan majalah
- Money changer
- Souvenir shop
- Toko-toko khusus
Ruang Serbaguna
25
Yaitu ruangan yang disediakan untuk berbagai macam penemuan
antara lain:
oPameran
oSeminar
oPertemuan / pernikahan
Area rekreasi
Terdiri dari area servis. Yang termasuk back of the house yaitu:
and general storage area) Area ini merupakan tempat turun naiknya
barang dari dan ke dalam mobil pengangkut.
26
Daerah pencucian dan pemeliharaan (laundry and housekeeping)
Area) Ruang ini berisi peralatan untuk heating dan cooling yang
berupa tangki dan pompa untuk menjaga sistem operasi
mekanikal secara keseluruhan.
27
2.5.3 Karakter Pengunjung Hotel
Menurut tujuan kedatangannya, pengunjung hotel terbagi dua, yaitu
untuk tujuanbisnis dan wisata. Karakteristik pengunjung hotel dapat
dibagi atas:
28
Tabel 2.1 Karakter Pengunjung Hotel
29
2.5.4 Kriteria Fasilitas Hotel Bintang 3
Hotel kelas ini mempunyai kondisi sebagai berikut:
Umum
Unsur dekorasi Indonesia tercermin pada lobby, restoran, kamar
tidur, dan functionroom
Bedroom
Terdapat minimum 20 kamar standar dengan luas 22 m2/ kamar
Terdapat minimim 2 kamar suite dengan luas 44 m2/ kamar
Tinggi minimum 2.6 m tiap lantai
Dining room
30
Terdapat pre function room.
Lobby
Mempunyai luasan minimum 30 m2.
Dilengkapi dengan lounge.
Toilet umum minimum 1 buah dengan perlengkapan
Lebar koridor minimum 1,6 m.
Drug store
Minimum terdapat drugstore, bank, money changer, biro
perjalanan, air line agent, souvenir shop, perkantoran, butik dan
salon.
Tersedia poliklinik.
Tersedia paramedis.
Sarana rekreasi dan olah raga
Minimum 1 buah dengan pilihan tenis, bowling, golf, fitness,
sauna, billiard, jogging, diskotik atau taman bermain anak.
Terdapat kolam renang dewasa yang terpisah dengan kolam renang
anak.
Utilitas penunjang
Terdapat transportasi vertikal mekanis.
Ketersediaan air bersih minimum 500 liter/ orang/ hari.
Dilengkapi dengan instalasi air panas/ dingin.
Dilengkapi dengan telepon lokal dan interlokal.
Tersedia PABX.
Dilengkapi sentral video/TV, radio, paging, carcall.
31
hotel tersebut. Adapun bentuk kamartidur pada hotel adalah seperti pada
Gambar 2.1.2
Standard room
Jenis kamar yang tersedia untuk dua orang penghuni dengan kondisi,
berisi satu tempat tidur double (double bed) atau dua tempat tidur dan
32
fasilitas yang tersedia di dalam kamar tersebut berlaku umum di semua
hotel.
Deluxe room
Jenis kamar dengan fasilitas yang lebih baik dari kamar standar, misalnya
dengan ukuran kamar lebih besar dan tambahan fasilitas, seperti televisi,
lemari es, dll.
Jenis kamar paling mahal dalam suatu hotel, tersedia untuk 2-3 atau
lebih penghuni dengan kondisi berisi dua atau tiga kamar lebih dengan
ukuran kamar lebih besar, luas, mewah dan lebih lengkap dengan fasilitas
tambahan seperti ruang tamu, makan, dan dapur kecil (kitchenette) serta
mini bar. Tempat tidurnya terdapat double bed, twin bed atau bahkan
single bed. Adapun fasilitas standar yang terdapat pada masing – masing
jenis kamar tersebut adalah sebagai berikut :
Meja lampu.
33
2.6 Pengertian Mall
Anchor (magnet)
Street Mall
Landscaping (pertamanan)
suatu area pusat bisnis kota yang lebih diorientasikan bagi pejalan
kaki; berbentuk pedestrian dengan kombinasi plaza dan ruang-ruang
interaksional (Rubinstein, 1978).
34
Shopping mall adalah pusat perbelanjaan yang berintikan satu atau
Bentuk mall
35
Integrated mall (mall terpadu) adalah penggabungan mall terbuka
Pola mall
Dimensi mall
36
Penataan letak retail di sepanjang mall
Pencahayaan
Untuk menunjang konsep ruang yang menerus pada mall, bagian atap
mall biasanya diselesaikan dengan skylight yang berfungsi
memasukkan cahaya matahari ke dalam bangunan mall pada siang hari.
Cahaya ini berfungsi sebagai pengarah, memfokuskan pengunjung
dalam bangunan, meningkatkan efisiensi operasional, khususnya
terhadap penggunaan listrik, dan menambah keindahan bangunan.
antarpengunjung.
pengunjung dan member variasi suasana pada mall. Jadi, mall pada
shopping mall berperan sebagai penghubung, pengontrol,
pengorganisir unit retail serta pengidentifikasi area (memberi
kejelasan orientasi). Adapun unit retail berfungsi sebagai wadah
kegiatan belanja, pengendali arus pengunjung, dan unit sewa. Peran
tersebut menunjukkan bahwa mall dan unit retail masing-masing
37
merupakan elemen beridentitas dan berhubungan yang membentuk
sistem pemusatan wadah perbelanjaan. Ada beberapa prinsip yang
harus diperhatikan pada pola hubungan mall dan unit retail, yaitu:
Tenant Mix
Design Criteria
38
BAB III
TINJAUAN KHUSUS KOTA SEMARANG DAN STUDI
BANDING
Geografi
Geomorfologi
Menurut Nugroho dan Dwiyanto (1998), secara geomorfologi kota
Semarang dn sekitarnya dapat dikelompokkan menjadi beberapa
satuan, antara lain :
1. Satuan Dataran Pantai
Satuan ini menyebar secara lateral mulai bagian timur sampai
barat sepanjang pantai dengan lebar 500m hingga 1000m. Sebagian
besar digunakan sebagai areal budidaya tambak, tanaman bakau
dan jika tidak difungsikan areal ini akan berubah menjadi rawa
yang dipengaruhi oleh pasang surut. Elevasi satuan ini berkisar
0,5m – 1,5m dengan kelerengan kurang dari 3 %.
39
2. Satuan Dataran Aluvial
Satuan ini memiliki penyebaran dari timur trimulya, Bangetayu,
Pedurungan tengah kemudian ke arah barat tengah kota di Mluyu
Barat, Widoharjo, Karangturi, dan Wonodri. Di bagian barat
melempar dari panggung , Tambakharjo, Tugurejo, dan Mangkang.
Satuan ini memiliki elevasi 1,00m – 4,00m dengan kelerengan
3 – 4 %.
3. Satuan Dataran Limpasan Banjir
Satuan ini menyisip pada dataran pantai dan dataran aluvial yaitu
sepanjang aliran sungai di wilayah Semarang timur, Semarang
utara, dan sebagian wilayah Semarang barat. Di bagian tenggara
dijumpai di sekitar kali pengkol.
4. Satuan Perbukitan Lereng Curam
Satuan ini disebut sebagai Satuan Perbukitan Vulkanik
Karanganyar Gunung- karang Kumpul dengan kelerengan 3 – 10 %
dan elevasi 25- 150m di atas permukaan laut.
5. Satuan Perbukitan Bergelombang
Satuan lereng sedang ini melempar di sekitar Gunung Pasepan,
Gunung Bubak, dan Tinjomoyo dengan kelerengan 15 – 30 % serta
elevasi 150 – 300m
6. Satuan Dataran Tinggi
Satuan ini disebut juga Plato dengan penyebaran di wilayah
Banyumanik, Gunungpati, dan Mijen. Kelerengan dri 15 % dengan
elevasi 150 – 300m.
Stratigrafi
Stratigrafi daerah Ungaran dapat dikelompokkan menjadi beberapa
formasi yang secara umum termasuk kelompok batuan vulkanik
dan batuan sedimen.
40
Struktur Geologi
Wilayah Ungaran dan sekitarnya merupakan daerah yang cukup
komplek struktur geologinya, terutama didominasi oleh sesar turun.
Sesar geser dijumpai berarah timur laut – barat daya yang melalui
Gunung Genting hingga Rowosari. Sedangkan dua sesar turun
melengkung dijumpai relatif pararel melalui badarejo melewati
Gunung Turun hingga sebelah utara Karang Manggis di satu sisi
dan sesar Kramas, Gombel hingga Jatibarang di sisi yang lain.
Sesar turun yang relatif kecil dijumpai di Kaligarang, Srondol dan
Gadjah.
Sumber : Bappedakotasemarang.com
41
Luas Wilayah/
No Kecamatan
Area ( Km² )
1 Mijen 57.55
2 Gunung pati 54.11
3 Banyumanik 25.69
4 Gajah Mungkur 9.07
Semarang
5
Selatan 6
6 Candisari 6.54
7 Tembalang 44.2
8 Pedurungan 20.72
9 Genuk 27.39
10 Gayamsari 62
11 Semarang Timur 7.7
12 Semarang Utara 10.97
Semarang
13
Tengah 6.14
14 Semarang Barat 21.74
15 Tugu 31.78
16 Ngaliyan 37.99
total luas 429.288
Tabel 3.1 Luas wilayah Kecamatan kota semarang
Sumber : semarang dalam angka
Topografi
Menurut Bappeda kota Semarang dalam RTRW Semarang
(2010), topografi kota semarang terbagi dalam 3 jenis, yaitu:
1. Daerah pegunungan, terletak dibagian paling selatan dengan
ketinggian antara 700-2579 m dpl dan suhu terpaut 17 derajat
celcius.
2. Daerah perbukitan, terletak disebelah tengah dengan
ketinggian diantara 30-700 m dpl dan suhu terpaut 24 derajat
celcius.
3. Daerah dataran rendah dan pantai terletak disebelah utara
dengan ketinggian 0-10m dpl dan suhu terpaut 27 derajat
celcius.
42
Berdasarkan kemiringan tanahnya, wilayah kota Semarang
dikategorikan kedalam 5 kelas, yaitu kelerengan datar dengan
presentase kelerengan 0-8%, landai dengan presentase kemiringan
8-15%, agak curam dengan presentase kelerengan 15-25%, curam
25-40%, dan sangat curam dengan presentase >40%.
Klimatologi
Masih menurut Bappeda kota Semarang (2014), kota Semarang
memiliki curah hujan yang cukup tinggi pada tahun 2013, curah
hujan terendah pada bulan September sekitar 22 mm, sedangkan
curah hujan tertinggi terjadi pada bulan januari sekitar 231 mm.
Jumlah curah hujan pada tahun 2013, lebih tinggi sekitar 2704
dengan rata-rata hujan sepanjang tahun 2013 adalah 137 hari
43
JUMLAH PENDUDUK = 1.765.396 Jiwa
LUAS WILAYAH = 429.288 Km2
= 1.336.108
44
bangunan ini (Gambar 2.2) merupakan bangunan mixed use tertinggi di
U.S, bagian selatan dari kota
New York.
Lokasi : 1441 Brickell Avenue, Miami, Florida,United
States
Fungsi tower : apartment,hotel, mall, dan beberapa unit
kondominium di lantai atas
Ketinggian : 240 m
Jumlah lantai : 64 lantai
Dibangun : 2000–2003
Arsitek : Gary Edward Handel dan Associates.
Developer : Millennium Partners MDA Associates
45
Spesifikasi:
yang ditempati oleh HSBC Bank USA. Total luasan kantor adalah
167.000m2.
terdapat 221 kamar tamu dan 84 unit kondo/ hotel dengan luas 57m2
sampai 192 m2.
46
Gambar 3.4 Four Seasons Tower dari Udara
47
Gambar 3.6 Entrance dari SE
Lobby hotel
Fasilitas pertemuan
48
Hotel Four Seasons Miami memiliki fasilitas berupa ruang pertemuan .
Fasilitas ini dapat menampung berbagai kegiatan pertemuan, dari yang
berskala kecil sampai yang berskala besar, galas, dan pesta pernikahan.
Ruang serbaguna dengan luas total 1.386m2 ini terdapat di sekeliling
atrium courtyard, dengan berlapis dinding kaca sehingga cahaya
matahari dapat masuk ke dalam ruangan dan menikmati pemandangan
yang bagus. Grand ballroom seluas 542m2 dapat disekat setengah untuk
fleksibilitasnya.
49
h. Coconut grove
i. Key biscayne
j. Bal harbour
k. Brickell key
Fasilitas penginapan
50
dengan beberapa tipe dan layout kamar yang berbeda yaitu dari superior,
deluxe, maupun suites.
51
Gambar 3.10 Layout Kamar Pada Apartment Dan Hote Four Seasons Miami
52
i. Area servis dan fasilitas untuk anak-anak
j. Parkir
Fasilitas pendukung
Fasilitas rekreasi
53
3.2.2 Raffles City
54
Mall 37.269 m2
Arsitek : I.M.Pei dengan Arsitek 61
Developer : Tincel Properties
Spesifikasi:
Pada Raffles City, terdapat 2 buah hotel, yaitu Swissôtel The Stamford
dan Fairmont Singapore dan sebuah kantor yaitu Raffles City Tower.
Di lantai 6 dari hotel, ditempati oleh spa terbesar di Asia, Raffles Amrita
Spa.
Pada lantai 3, terdapat Food junction, yang berfungsi sebagai food court.
55
Gambar 3.14 Interior Kamar Fairmont Singapore
Raffles City. Hotelbintang 5 ini mempunyai 1.261 kamar dan suites, 845
di antaranya adalah classicroom, 255 classic harbour view room, 44
grand room, yang mempunyai balkonpribadi untuk menikmati
pemandangan yang indah. Selain itu, juga terdapat 29Stamford Crest
Suite, 88 Swiss Executive room dengan fasilitas bisnis yang
lengkap(Gambar 3.15).
56
Gambar 3.15 Interior Kamar Swissôtel The Stamford
Selain itu, pada kedua hotel juga terdapat fasilitas pendukung yaitu
11 restoran dan 5 bar, fasilitas rekreasi seperti Willow Stream Spa, 2
kolam renang outdoor, 6 lapangan tenis, dan fitness club (Gambar 3.16).
57
3.2.2.2. Shopping mall
Gambar 3.17 Eksterior Shopping Mall Gambar 3.18 Interior Shopping Mall
58
Gambar 3.19 AtriumShopping Mall
59
Lokasi : Jl. Slamet Riyadi, Solo (lokasi eks Plasa
Purwosari)
Fungsi bangunan : condotel, apartemen, kantor, lifestyle center, ruko
Jumlah lantai : 22 lantai dan 2 basement
Dibangun : tahap 1 tahun 2008; tahap 2 tahun 2010
Luas site : 38.170 m2
Arsitek : PTI (Peddle Thorp International) Architects
Developer : PT. Duta Mitra Propertindo
60
Gambar 3.20 Tipe Hunian Apartemen
61
3.2.3.2. Condotel
Pada condotel, seperti pada Gambar 2.44, terdapat 100 unit ( 50 unit
dijual dan 50 unit dikelola seperti hotel). Fasilitas pendukung lain
yang terdapat di SCP adalah cafe, restoran, spa, fitness center, taman
bermain anak, kolam renang.
3.2.3.3. Kantor
Kantor terdiri dari 3 lantai, terletak dibawah condotel dan apartemen
dan di atas retail dan lobby.
3.2.3.4. Retail
Pada area menghadap ke jalan, seperti pada Gambar 2.45, terdapat
ruko-ruko yang di atasnya merupakan lifestyle center, area
perbelanjaan yang mempunyai jajananmakanan di lantai 2.
62
Gambar 3.22 Denah Ground Floor Solo Center Point
63
Gambar 3.23 Perspektif Suasana Depan SCP
64
BAB IV
PENDEKATAN PERENCANAAN DAN PERANCANGAN
4.1 Konsep Dasar Perencanaan
4.1.1 Program Ruang
Standar besaran ruang pada pembahasan kali ini menggunakan standar
yang diperoleh dari:
a. Surat keputusan Dinas Pariwisata No : 14/U/II/1988 tentang
pelaksanaan ketentuan usaha dan pengelolaan hotel (P)
b. Time Saver Standards for Building Types (TS)
c. Data Arsitek, Ernest Neufert (DA)
d. Hotel Planning and Design ( HPD)
e. Penentuan angka flow:
• 10% untuk standart flow gerak minimum
• 20% untuk kebutuhan keleluasaan gerak
• 30% untuk tuntutan kenyamanan fisik
• 40% untuk tuntutan kenyamanan psikis
• 50% untuk tuntutan persyaratan spesifikasi kegiatan
• 60% untuk keterlibatan terhadap service kegiatan
• 100-200% untuk ruang umum dan hall
65
Sumber : analisa pribadi
66
Sumber : analisa pribadi
67
Sumber : analisa pribadi
68
69
Sumber : analisa pribadi
70
Sumber : analisa pribadi
71
Sumber : Analisa Pribadi
72
Sumber : analisa pribadi
73
sumber : analisa pribadi
74
4.2 PROGRAM TAPAK
75
pemiluhan tapak alternative 2
76
Adapun peraturan daerah tentang tata guna lahan pada tapak ini adalahKDB
(Koefisien Dasar Bangunan) sebesar 60% dan KLB (Koefisien Lantai Bangunan)
sebesar 3. Luas lantai dasar yang direncanakan sebesar 5411m2, terdiri dari
Kelompok ruang kegiatan umum sebesar 2962.8m², Kelompok kegiatan pengelola
sebesar 362.4m², Kelompok ruang pelayanan sebesar 2220m².
77
Tapak terpilih merupakan tapak yang berada pada jalan utama yaitu kelurahan
mangunharjo dengan batas-batas tapak :
Selatan : SMK 7
Utara : Masjid Baiturahman
Barat : lapangan simpang 5
Timur pemukiman penduduk
78
BAB V
KONSEP DAN PROGRAM DASAR PERANCANGAN
5.1. Konsep Programatik
5.1.1. Konsep Sasaran Pengguna dan Pelaku
Sasaran penghuni apartemen ini lebih mengarah kepada keluarga,
yaitu penghuni laki-laki dewasa, penghuni wanita, penghuni anak-
anak (berstatus sebagai pelajar), serta lajang (mahasiswa atau pekerja).
Selain itu, sasaran penghuni apartemen ini merupakan masyarakat dari
kalangan dengan ekonomi menengah. Jenis pelaku apartemen ini
dapat dijelaskan dalam beberapa golongan, yaitu:
a. Penghuni Apartemen
Penghuni Apartemen ini adalah pemilik unit apartemen atau
penyewa unit apartemen yang merupakan pelaku kegiatan yang
secara rutin tinggal/datang didalam apartemen dengan tujuan
tinggal dengan menyewa sesuai jangka waktu tertentu atau dengan
membeli unit hunian apartemen. Penyewa apartemen dapat
digolongkan menjadi penyewa jangka panjang (penyewa fasilitas
utama, yaitu hunian, dan fasilitas penunjang bangunan yang
kegiatannya berlangsung lama sepeti retail, cafetaria) dan penyewa
jangka pendek (penyewa fasilitas penunjang yang kegiatannya
berlangsung dalam waktu yang singkat seperti ruang serba guna)
b. Pengelola Apartemen
Pengelola Apartemen ini terdiri dari kelompok administrasi dan
kelompok operasional pengawasan. Kelompok administrasi
tersebut merupakan pengelola yang melaksanakan kegiatan
administrasi berupa pemasaran, front office, bagian keuangan,
manajemen properti, bagian umum dan personalia intern pengelola.
Kelompok operasional pengawasan merupakan pengelola yang
melakukan pengawasan terhadap keamanan (security), keselamatan
(mekanikal dan elektrikal), penggunaan sarana dan perlengkapan
bangunan (pengelola fsilitas,
79
perawatan bangunan, house keeping)
c. Pengunjung Apartemen
Pengunjung Apartemen ini dapat dikategorikan menjadi dua,
yaitu tamu pengguna fasilitas umum merupakan pengunjung
ataupun penghuni apartemen yang memiliki kepentingan untuk
menggunakan fasilitas-fasilitas umum yang ada di Apartemen,
seperti ATM Center, jogging track, kolam renang, cafetaria, dan
lain sebagainya.
80
3. Kegiatan Pengunjung Apartemen
Kegiatan pengunjung apartemen ini merupakan kegiatan yang
beragam dan tidak secara terjadi dalam apartemen. Kegiatan
pengunjung dapat dibedakan menjadi dua kategori, yaitu sebagai
tamu penghuni apartemen atau sebagai pengguna fasilitas umum
yang memiliki kepentingan untuk menggunakan fasilitas-fasilitas
umum yang ada di Apartemen, seperti ATM Center, jogging track,
kolam renang, cafetaria, dan lain sebagainya.
5.1.3. Konsep Kebutuhan Sosial
Kebutuhan sosial pemakai berkaitan dengan sifat manusia sebagai
makhluk sosial dan makhluk individu. Manusia sebagai mahluk sosial
membutuhkan ruang sebagai sarana untuk berinteraksi dengan
sesamanya. Bentuk fisik bangunan tempat tinggal dapat menunjukkan
aktivitas apa saja yang dapat dilakukan di dalamnya. Aktivitas tersebut
dapat ditentukan berdasarkan jenis kegiatan yang dilakukan dalam
hunian, dalam hal ini yaitu apartemen, antara lain:
Kelompok kegiatan pribadi
Aspek privacy pada suatu rancangan merupakan tuntutan mendasar
yang dapat rasa aman dan nyaman bagi penghuni. Kegiatan privacy
biasanya dilakukan dalam ruang tidur, ruang kerja, toilet dan
sebagainya dalam satu unit hunian. Dalam setiap pola hidup atau
perilaku seseorang/keluarga akan memperngaruhi bentuk ruang dan
susunan perabot dalam unit hunian. Kebutuhan sosial manusia dalam
berinteraksi dengan manusia lainnya merupakan pengaruh yang bersar
dalam bentuk fisik dan perancangan hunian itu sendiri.\
Kelompok kegiatan bersama
Kegiatan bersama ini biasanya dilakukan oleh penghuni satu
dengan penghuni yang lainnya, baik secara terencana maupun hanya
kebetulan saja. Kegiatan ini akan menimbulkan interaksi bagi sesama
penghuni maupun masyarakat luar. Kegiatan ini biasanya terjadi pada
ruang-ruang penunjang kegiatan dalam lingkungan hunian, yaitu
81
seperti restaurant atau cafetaria, mini market, kolam renang, jogging
track, salon, dan lain sebagainya. Hunian yang memberikan
kebutuhan sosial dalam kelompok kegiatan bersama hendaknya
berada di kawasan yang sudah terbangun dan berada di lokasi yang
strategis agar mudah dalam akses pencapaian.
Kelompok kegiatan pelayanan service.
Kegiatan pelayanan merupakan pelayanan penunjang/pelengkap
dalam kehidupan sehari-hari yang memberikan kemudahan,
kenyamanan, dan keamanan bagi penghuni. Pelayanan tersebut
mencakup kegiata cleaning service, security, dan lain sebagainya
Kegiatan ini biasanya tidak dilakukan oleh staff pelayanan yang
bertugas menjalankan kegiatan tersebut, sehingga terjadi interaksi
antara penghuni dengan staff pelayanan tersebut.
Perancangan sebuah hunian vertikal seringkali mengabaikan
beberapa kegiatan sosial yang mungkin terjadi dalam kehidupan di
suatu lingkungan, sehingga membentuk perilaku penghuni apartemen
untuk menjadi lebih individualis. Kegiatan dalam kehidupan beragama
misalnya, dalam suatu lingkungan biasanya terbentuk komunitas atau
kelompok untuk melakukan kegiatan keagamaan bersama-sama,
seperti pengajian, doa bersama, dan lain sebagainya. Tidak
memungkinkan jika acara tersebut digelar hanya di satu ruang dalam
unit hunian salah satu penghuni yang bersangkutan atau yang
mengadakan acara tersebut. Maka, diperlukan penyediaan fasilitas
penunjang berupa ruang-ruang publik yang dapat digunakan oleh
penghuni pada kondisi tertentu, seperti yang telah dipaparkan
sebelumnya.
5.1.4. Konsep Hubungan Ruang
Apartemen di Sleman ini terbagi menjadi beberapa area kegiatan yang
saling berhubungan antara ruang satu dengan lainnya. Berikut ini
hubungan ruang secara mikro dan secara makro:
82
Hubungan Ruang Secara Mikro
83
Bagan 5. 3 Konsep Hubungan Ruang Fasilitas Umum
Sumber: Analisis Penulis, 2018
84
Hubungan makro ruang-ruang pada apartemen ini terbentuk karena
adanya beberapa pertimbangan. Pertimbangan tersebut adalah:
· Zona penghuni merupakan area privat, namun tetap tersedia ruang
bersama yaitu berupa taman dan balkon
· Fasilitas umum diletakkan di area yang dekat dengan area hunian
ataupun area publik, hal tersebut memberikan kemudahan akses bagi
setiap pengunjung, baik penghuni ataupun bukan penghuni
· Zona Pengelola terletak di area yang dekat dengan hunian ataupun area
fasilitas umum, agar memudahkan akses pengelola dalam bekerja sesuai
dengan tugasnya masing-masing.
85
5.2. Konsep Penekanan Studi
5.2.1. Konsep Penekanan Pendekatan Behavioral Architecture
(Arsitektur Perilaku)
Perancangan karakter Behavioral Architecture (Arsitektur
Perilaku) yang ditujukan pada perancangan Apartemen di
D.I.Yogyakarta ini tentunya akan mengacu dari prinsip-prinsipnya
yang telah dianalisis sebelumnya. Karakteristik arsitektur perilaku
diwujudkan melalui analisis dari fungsi kebutuhan dasar, fungsi
kebutuhan standar hingga fungsi kebutuhan sosial. Berikut merupakan
prinsipprinsip karakteristik dari Arsitektur berwawasan perilaku:
· Arsitektur perilaku memiliki tujuan untuk menciptakan lingkungan
yang menyesuaikan perilaku manusia penggunanya, dala hal ini
pengguna ruang yang dituntut untuk beradaptasi dan menyesuaikan
perilakunya dengan lingkungan perancangan.
· Arsitektur dan perilaku memiliki hubungan yang saling
mempengaruhi.
· Selain menekankan pada aspek kenyamanan fisik, arsitektur perilaku
hendaknya juga mempertimbangkan aspek psikologi.
· Arsitektur perilaku diharapkan memiliki keseimbangan yang baik
antara perilaku manusia dan lingkungan perancangan. Penghuni
apartemen seringkali hidup secara individualistis dan kurang dalam
hal berinteraksi sosial. Penghuni apartemen ini memiliki perilaku
yang berbeda antara satu dengan lainnya, sehingga mereka memiliki
cara yang berbeda dalam memberi respon pada lingkungannya.
Sehingga perlu ada pembatasan, keterarahan, sikap/ tindakan
perilaku terhadap lingkungan fisik.
86
5.2.2. Konsep Hubungan Interaksi Sosial dengan Pendekatan Behavioral
Architecture (Arsitektur Perilaku)
87
Bentukan massa bangunan fasilitas umum merupakan salah sarana
interaksi pengunjung atau pun penghuni sehingga pada perwujudan
bentuk massa bangunan tersebut dirancang lebih dinamis dan
fleksibel yaitu dengan penggunaan bidang lengkung seperti gambar
berikut ini.
88
Penggunaan material dan tekstur bada sisi luar bangunan yakni bahan
yang hangat, berat, fleksibel,dan informal misalnya kayu, plastic,
gypsum, metal dan kaca
89
5.2.6. Konsep Ukuran Skala Proporsi
Permainan ukuran skala proporsi dan gubahan massa pada
bangunan dirancang dengan bentuk sederhana agar para pengunjung
dapat dengan mudah memahami dan menikmati tatanan masaa pada
bangunan Apartemen ini. Permainan tinggi rendah pada massa
bangunan membuat kesan yang tidak monoton.
Gambar 5.7 Konsep Skala Proporsi pada Gubahan Massa Bangunan Apartemen
sumber : analisa pribadi
5.2.7. Konsep Sirkulasi
Sirkulasi dibentuk untuk menghubungkan ruang satu dengan ruang
yang lainnya pada lantai yang berbeda.
1. Sirkulasi Vertikal
Bentuk sirkulasi vertikal dapat berupa lift, tangga, atau ramp.
Lift
Bangunan apartemen ini merupakan bangunan yang dirancang bagi
90
golongan menengah ke atas, sehingga untuk menjaga kualitas dan
kenyamanan apartemen diperlukan elevator untuk sirkulasi
vertikal. Lift yang digunakan untuk penghuni dan lift service
dibedakan. Untuk Penghematan energi, jumlah lift harus seminimal
mungkin tanpa mengurangi kenyamanan hunian.
Tangga
Tangga penghuni, tangga ini harus didesain dekat dengan unit
hunian. Tangga penghuni diletakkan dekat dengan setiap lift yang
ada, sehingga penghuni memiliki pilihan untuk naik ke lantai atas
dengan tangga yang dapat meminimalkan pemakaian energi untuk
lift.
Ramp
Ramp diwajibkan pada bangunan tanpa lift sehingga penghuni yang
mempunyai cacat fisik tetap dapat mengakses bangunan. Untuk
membuat ramp dibutuhkan ruang yang cukup luas karena
kemiringan yang relative landai. Pada area dalam bangunan
apartemen ini sudah terdapat lift yang dapat dipakai para
penyandang cacat, sehingga ramp hanya digunakan sebagai akses
dari luar bangunan ke dalam bangunan. Ramp membutuhkan
dimensi ruang yang luas. Sehingga sirkulasi vertikal dalam
bangunan apartemen ini hanya menggunakan tangga dan lift.
2. Sirkulasi Horisontal
Pada perancangan apartemen ini sistem sirkulasi yang diterapkan
adalah sirkulasi Double Loaded. Pada sirkulasi double loaded ini
hunian berada di kedua sisi koridor bangunan sehingga bersifat
tertutup. Dengan sistem ini maka akan dapat memaksimalkan
jumlah hunian yang dirancang.
5.2.8. Konsep Organisasi
Konsep organisasi ruang pada perancangan bangunan apartemen ini
menggunakan pola linier, yaitu jalur yang dapat menjadi unsur
pengorganisir utama untuk satu deretan ruang-ruang, sehingga alur
91
pergerakan penghuni dapat teratur dan menyeuaikan organisasi
ruang yang tebentuk.
92
lebih menghemat energi dalam penggunaan lampu pada siang hari.
Sinar matahari juga membawa panas, sehingga untuk menghindari
panas perlu dilakukan beberapa cara, yaitu:
Menggunakan roof-garden
Membuat overstek pada bukaan yang mengarah pada radiasi
matahari
Menggunakan skylight pada bangunan
Menggunakan dinding tanaman rambat
2. Pencahayaan Buatan
Pencahayaan buatan dibutuhkan untuk kelangsungan kegiatan
manusia ketika cuaca mendung dan ketika malam hari. Sumber daya
penerangan buatan berasal dari PLN (Perusahaan Listrik Negara) dan
generator sebagai sumber cadangan penerangan pada saat terjadi
gangguan dari PLN. Sumber energy untuk listrik juga dapat
menggunakan solar cell yang merupakan konversi dari sinar matahari
menjadi listrik, namun biaya untuk penerapan solar cell ini masih
terlalu mahal dan masih jarang ditemui di Indonesia. Berikut ini
merupakan mekanisme penerapan sistem jaringan listrik pada
bangunan:
93
Pertimbangan pemilihan sistem struktur adalah adanya fungsi-fungsi
ruangyang tipikal seperti unit-unit hunian. Sistem struktur yang digunakan
pada Rusunawa di Kota Yogyakarta adalah sistem rangka kaku (rigid frame)
dengan penataan kolom balok secara grid. Struktur rangka kaku merupakan
struktur yang dibentuk dengan cara meletakkan elemen kaku horisontal di
atas elemen kaku vertikal. Elemen horizontal (balok) sering disebut sebagai
elemen lentur, yaitu memikul beban yang bekerja secara transversal dari
panjangnya dan mentransfer beban tersebut ke kolom vertical yang
menumpunya. Kolom dibebani beban secara aksial oleh balok, kemudian
mentransfer beban tersebut ke tanah. Kolom yang memikul balok tidak
melentur ataupun melendut karena kolom pada umumnya mengalami gaya
aksial tekan saja.
94
Bagan 5.9 Konsep Peneraapan Sistem up feed dan down feed pada
Apartemen di Semarang
sumber : analisa pribadi
5.5.2. Konsep Sistem Air Kotor dan Kotoran
Pipa kotoran dari masing-masing unit disalurkan melalui shaft
pada tiap unit kemudian disalurkan ke shaft utama. Air kotor aka
ditampung pada bak penampung kemudian dipompa ke STP (Sewage
Threatment Plant). STP pada bangunan ini diletakkan pada basement.
Dari STP akan diteruskan ke saluran kota. Atau pembuangan langsung
ke septic tank yang kemudian disalurkan ke bak kontrol dan ke sumur
peresapan.
95
5.5.3. Analisis Keamanan Bangunan
Bangunan Apartemen ini dilengkapi dengan sistem keamanan yang
lengkap. Setiap penghuni berhak dan wajib mendapatkan keselamatan
dan keamanan saat berada di dalam bangunan. Sistem keamanan yang
terdapat pada apartemen ini, yaitu:
Keamanan dari Bahaya Kebakaran
Kebakaran adalah bahaya yang ditimbulkan oleh api. Untuk
pencegahannya dapat dilakukan dengan cara aktif dan pasif.
a. Pencegahan aktif:
Hydrant, diletakkan pada daerah yang mudah dijangkau dan
mendapat suplai dari resrvoir atas, jarak maksimum hidran
adalah 30 meter.
Sprinkler, yang dilengkapi dengan detektor,yang mendeteksi
asap atau suhu panas, dan akan langsung memancarkan air jika
ada asap atau suhu panas yang terdeteksi.
Fire Extinguisher, pemadam bahan kimia untuk mematikan api
yang digunakan secara manual
b. Pencegahan Pasif
Konstruksi bangunan tahan api, seperti papan gypsum, beton,
atau
Adanya tangga darurat dan exhaust fan
Keamanan dari Bahaya Kriminal
Pada ruang-ruang di dalam gedung khususnya pada area lobby,
area
retail, area penunjang, dan pintu akses masuk ke dalam hunian
digunakan CCTV (Closed Circuit Television) yang dapat
menangkap dan merekam aktivitas yang terjadi sehingga dapat
mengawasi apabila terjadi aktivitas yang janggal atau merupakan
tindak kriminal.
96
Pengontrolan secara manual dengan adanya petugas Security yang
bekerja selama 24 jam.
Keamanan dari Bahaya Petir
Penangkal petir yang digunakan yaitu dengan ketinggian 1 m yang
dipasang tiap 10 m pada top floor bangunan yang kemudian
disalurkan ke ground.
97
BAB VI
KESIMPULAN, BATASAN DAN ANGGAPAN
6.1. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan bab--‐bab sebelumnya dapat diambil beberapa
kesimpulan sebaga idasar pokok laporan perencanaan dan perancangan
“Apartemen di Semarang”, yaitu :
1. Kepadatan penduduk semakin meningkat di Kota Semarang.
2. Kota Semarang merupakan kota yang dituju para pendatang untukmencari
mata pencaharian, terutama di bidang bisnis dalam provinsi Jawa Tengah.
3. Dalam pembangunan sebuah apartemen harus memiliki dasar pedoman
syarat--‐syarat bangunan apartemen serta sesuai dengan peraturan yang
berlaku.
4. Lokasi yang direncanakan untuk dibangun kondominium ini adalah Bagian
Wilayah Kota yang di dalamnya mencakup fasilitas komersil, perkantoran,
perdagangan dan jasa, hiburan dan permukiman.
6.2. Batasan
Dalam perencanaan “Apartemen di Semarang”, terdapat hal--‐hal diluar
wewenang perencanaan, maka untuk mengatasi hal tersebut dan agar
mendapatkan hasil yang baik diperlukan beberapa batasan dalam perencanaan
dan perancangan, antara lain :
1. Sasaran penghuni apartemen adalah masyarakat golongan menengah ke
atas dan pelaku bisnis yang ingin memiliki tempat tinggal sementara atau
menetap di dekat lokasi kerja atau lokasi kegiatan sehari--‐hari khususnya
di pusat Kota Semarang.
2. Perencanaan dan perancangan Apartemen di Semarang ini didirikan
berdasarkan prediksi dari beberapa referensi serta jumlah pasokan
apartemen di Kota Semarang.
3. Permasalahan diluar aspek arsitektural, sepertistruktur tanah dan daya
dukung tanah, tidak dibahassecara detail.
98
4. Perencanaan dan perancangan hanya menitikberatkan pada aspek--‐aspek
arsitektural, untuk masalah pendanaan, investasi, dan perawatan bangunan
tidak termasuk dalam lingkup pembahasan.
5. Batas ketinggian bangunan apartemen dibatasi antara 45–150 meter
berdasarkan ketentuan mengenaiKawasan Keselamatan Operasi
Penerbangan Kota Semarang.
6.3. Anggapan
Untuk menghasilkan perencanaan dan perancangan apartemen yang selaras
dengan perkembangannya di Kota Semarang, terdapat anggapan--‐anggapan
sebagai berikut:
1. Permasalahan status tanah, lokasi,dan tapakterpilih dianggap dapatdiatasi
dan siap pakai.
2. Keberadaan bangunan sekitar pada tapak terpilih dianggap ditiadakan
selama menambah potensi penggunaan tapak yang digunakan (tapak
dianggap kosong).
3. Sistem jaringan infrastruktur pada lokasi perencanaan dianggap telah
mamadai dan dapat mengantisipasi berdirinya bangunan apartemen.
4. Kebutuhan SDA, SDM, biaya perencanaan dan perancangan dianggap
mencukupi.
5. Luas dan dimensi lahan disesuaikan dengan batas alam yang ada dan dapat
diatur sesuai dengan kebutuhan ruang berdasarkan peraturan bangunan
setempat.
6. Apartemen dibiayai dan dikelola oleh pihak swasta dengan pengawasan
Pemerintah Kota Semarang.
7. Besaran kebutuhanruang hasil studi kasus dan wawancara dapat digunakan
sebagai acuan perancangan disamping acuan standarruang hunian
apartemen yang telah ditetapkan.
8. Studi kelayakan struktur dan daya dukung tanah dianggap telah
dilaksanakan dan dapat digunakan untuk rekomendasiproses perencanaan
dan perancangan.
99
DAFTAR PUSTAKA
100