Anda di halaman 1dari 65

PENELITIAN PENGARUH PROGRAM RUANG AEON MALL BSD

CITY TERHADAP POLA AKTIVITAS REKREASI PENGUNJUNG

Michelle Damayanti
00000027240

Tugas Ujian Akhir Semester


AR 500 Metode Penelitian

Tahun Ajaran 2019/2020


​ Program Studi Arsitektur
Fakultas Seni & Desain
Universitas Multimedia Nusantara
Daftar Isi

Daftar Isi 1

ABSTRAK 3

Bab 1 Pendahuluan 4
1.1. Latar Belakang 4
1.2 Masalah Penelitian 6
1.3 Lingkup Penelitian 6
1.4 Tujuan Penelitian 8
1.5 Urgensi Penelitian 8

Bab 2 Kajian Teori 9


2.1 Kajian Teori Program Ruang Pusat Perbelanjaan Mall 9
2.1.1 Elemen-elemen pada Mal​l 9
2.1.2 Hubungan Antar Ruang Retail dan Ruang Servis 10
2.1.3 Pola Ruang Retail di dalam Mall dan Pola Sirkulasi Pengunjung 11
2.1.4 Elemen Pembentuk Ruang dan Kualitas Ruang 13
2.1.5 Aktivitas Pengunjung di dalam Mall 14
2.1.6 Prinsip Desain Shopping Mall Ideal 15
2.2 Kerangka Berpikir Penelitian 16
2.3 Penelitian Terdahulu 17

Bab 3 Metode Penelitian 19


3.2.1 Observasi Pertama 21

3.2.2 Observasi Kedua 22


3.2.3 Wawancara 22
3.3 Analisis Data 23

1
Bab 4 Pengaruh Program Ruang Aeon Mall Terhadap Aktivitas Berbelanja dan
Berkumpul pada Pengunjung 23
4.1 Analisis Pembagian Zoning pada Setiap Lantai Aeon Mall 23
4.2 Analisis Pola Sirkulasi , Pola Tata Letak Ruang dan Hubungan antar Ruang 29
Aeon Mall BSD City.
4.3 Analisis Pola Sirkulasi , Pola Tata Letak Ruang dan Hubungan antar Ruang 35
Aeon Mall BSD City.
4.4 Analisis Pola Aktivitas Berbelanja dan Berkumpul pada Pengunjung Aeon 45
Mall,BSD City.
Bab 5
Kesimpulan 50
Saran 51

Daftar Pustaka​ 53

Lampiran

ABSTRAK

Kawasan BSD City sebagai kota terencana telah memiliki berbagai sarana dan
pra-sarana yang menunjang mobilitas masyarakat di daerah tersebut. Di dalamnya terdapat

2
fasilitas seperti pusat edukasi, rumah sakit, residensial dan pusat perbelanjaan yang membuat
masyarakat di wilayah tersebut tercukupi kebutuhannya. Salah satu Pusat perbelanjaan yang
ada di kawasan BSD City adalah Aeon Mall, tempat ini sering dikunjungi oleh masyarakat
dalam rangka untuk memenuhi kebutuhan atau hanya sekedar menjadi sarana hiburan. Di
tempat ini, peneliti memberi hipotesis bahwa program ruang Aeon Mall berpengaruh
terhadap terbentuknya pola aktivitas pengunjung yang berkunjung ke mall tersebut.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh program ruang Aeon Mall terhadap pola
aktivitas rekreasi pengunjung. Metode dalam penelitian ini adalah metode ​mix method dengan
mencampurkan penelitian kualitatif dan penelitian korelasi. Peneliti menganalisis setiap lantai
di Aeon Mall secara kualitatif dan menyimpulkan hubungan antar lantai secara melalui
metode korelasi. Selain itu, peneliti melakukan wawancara terhadap lima orang narasumber
yang merupakan masyarakat yang sering berkunjung ke Aeon Mall,BSD City. Peneliti akan
menganalisis hasil observasi untuk mengetahui hubungan antar-variabel yang diteliti.
Proyeksi hasil dari penelitian ini adalah didapatkannya hasil akhir yang nantinya akan
menunjukkan apakah program ruang di Aeon Mall sudah ideal dalam membentuk pola
aktivitas rekreasi pengunjung. Berdasarkan hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa
program ruang Aeon Mall memang mempengaruhi pola aktivitas rekreasi pengunjungnya.
Peneliti menemukan bahwa terjadinya ketidakseimbangan pola aktivitas pada setiap lantai di
Aeon Mall dimana pada para pengunjung lebih tertarik untuk melakukan aktivitas di lantai
Ground Floor dan Third Floor karena kedua lantai tersebut hampir memenuhi kriteria
program ruang yang ideal dibandingkan dengan lantai First Floor dan Second Floor. Peneliti
menemukan bahwa perancang Aeon Mall kurang memperhatikan detail-detail program ruang.

Kata Kunci: BSD, Aeon, Program Ruang, Mobilitas, Pola Aktivitas

3
Bab 1 Pendahuluan

1.1. Latar Belakang


Sebuah perkotaan yang ideal tentunya perlu dilengkapi dengan berbagai fasilitas
pendukung yang memadai, mulai dari area pendidikan, rumah sakit, pusat perbelanjaan, area
tempat tinggal atau perumahan dan lain sebagainya. Semua fasilitas penunjang tersebut
diberikan untuk memenuhi mobilitas masyarakat kota.

BSD City sebagai ​smart digital city melingkupi area residensial yang luas,
perkantoran yang saling terkoneksi dan juga infrastuktur yang memadai. Bila dilihat dari
aspek tersebut, masyarakat BSD City membutuhkan area tempat tinggal yang masif, area
perkantoran untuk menunjang kepentingan berniaga dan juga infrastuktur untuk menggerakan
moda kehidupan. Fasilitas yang perlu disediakan guna semakin mempermudah mobilitas
masyarakat BSD City adalah dengan dihadirkannya area pendidikan, area pelayanan publik
dan pusat perbelanjaan. Beberapa fasilitas tersebut ditujukkan untuk memenuhi kepentingan
masyarakat, sehingga tidak perlu lagi untuk pergi ke lokasi yang jauh guna mencukupi
kebutuhannya.

BSD City juga termasuk sebagai salah satu kota yang mengalami modernisasi.
Menurut Bintarto (1989), modernisasi kota memiliki dampak terhadap jumlah penduduk kota,
keragaman struktur sosial serta ekonomi. Ketika modernisasi kota telah terwujud maka akan
menciptakan pembangunan kota secara masif. Hasil dari pembangunan tersebut dapat
berbentuk pusat perbelanjaan (mal). Menurut Maitland (1987), pusat perbelanjaan merupakan
wadah yang membawahi retail-retail. Tempat ini difungsikan sebagai sirkulasi dan sebagai
ruang komunal bagi terselenggaranya kegiatan transaksi antara pengunjung dan penjual.
Saat ini, pengembang membuat suatu inovasi yakni modernisasi kota, yaitu mendesain kota
secara lebih teratur dan menyediakan segala fasilitas serta infrastuktur yang dapat berguna
bagi masyarakat yang tinggal di dalam kota tersebut.

4
BSD City sebagai salah satu kota terencana yang berlokasi di Tangerang Selatan,
telah otentik dengan pemaparan mengenai modernisasi kota. BSD City khususnya kawasan
tahap dua, telah memiliki beberapa pusat perbelanjaan (mal).

Sebuah pusat perbelanjaan atau mal dirancang dengan program ruang yang bertujuan
untuk menarik banyak pengunjung untuk berkunjung ke mal tersebut. Hal ini memicu peneliti
untuk meneliti pengaruh program ruang pusat perbelanjaan yang berpengaruh terhadap pola
aktivitas pengunjungnya.

Menurut Rapoport (1997), aktivitas manusia di suatu ruang dapat dipengaruhi oleh
setting yang diterapkan pada ruang-ruang yang ada. Berlandaskan dari teori tersebut, peneliti
memiliki hipotesis bahwa program ruang pusat perbelanjaan di BSD City dapat
mempengaruhi pola aktivitas rekreasi para pengunjungnya. ​Peneliti memproyeksikan
hipotesis bahwa pola aktivitas rekreasi pengunjung dapat terjadi sedemikian rupa karena
secara tidak langsung telah dipengaruhi oleh penerapan ruang-ruang atau setting.

Aeon Mall, BSD City


Sumber : Google,2020

Salah satu pusat perbelanjaan di BSD City yakni Aeon Mall. Aeon Mall adalah salah
satu pusat perbelanjaan yang ada di kawasan BSD City. Aeon Mall menawarkan retail-retail
yang difungsikan untuk menjual berbagai macam kebutuhan, penyedia jasa dan juga area
hiburan. Aeon Mall juga dilengkapi dengan infrastruktur dan prasarana yang baik sehingga
masyarakat BSD City dapat tertarik untuk datang berkunjung ke sana. Perancang Aeon Mall
pasti telah merancang program ruang untuk mengatur pola aktivitas pengunjung. Dalam hal

5
ini, sisi pemanfaatan ruang tentu menjadi poin yang utama. Dampak dari perancangan
program ruang tersebut dapat menimbulkan aktivitas yang berbentuk positif atau negatif atau
pun keduanya.

1.2 Masalah Penelitian

Berdasarkan latar belakang di atas, terdapat penjelasan bahwa rancangan program


ruang pada suatu mall dapat berpengaruh terhadap pola aktivitas pengunjungnya.
Berdasarkan latar belakang tersebut, dapat dirumuskan masalah penelitian sebagai berikut :

1. Bagaimana pembagian zoning di setiap lantai pada Aeon Mall BSD City yang berpengaruh
terhadap aktivitas berbelanja dan bersosialisasi pada pengunjung?
2. Bagaimana pola sirkulasi pengunjung di dalam Aeon Mall yang berpengaruh terhadap
aktivitas berbelanja dan bersosialisasi pada pengunjung?
3. Bagaimana kualitas ruang pada zoning di setiap lantai Aeon Mall yang berpengaruh
terhadap aktivitas berbelanja dan bersosialisasi pada pengunjung?
4. Bagaimana pola aktivitas rekreasi pengunjung yang terbentuk di Aeon Mall?

1.3 Lingkup Penelitian


Agar pemaparan tidak melebar dari isu yang dibahas, peneliti membuat lingkup
penelitian sebagai berikut:

1. Pusat perbelanjaan yang diteliti adalah Aeon Mall yang terletak di Jalan BSD Raya
Utama,Desa Pagedangan,Kecamatan Pagedangan,Kabupaten Tanggerang,Banten. Mall ini
didirikan di atas lahan seluas 100.000 m2 dan memiliki total luas bangunan sebesar 177.000
m2 yang dilengkapi oleh lahan parkir mobil seluas 2560 m2 serta lahan parkir motor seluas
2300 m2. Pusat perbelanjaan ini terdiri dari 4 lantai. Alasan peneliti memilih untuk meneliti
Aeon Mall karena Aeon Mall merupakan Mall berkonsep indoor b​ ernuansa Jepang
yang berada di bawah pengembangan ​developer yang berasal dari Jepang. Aeon Mall
juga merupakan salah satu mall yang besar yang ada di kawasan BSD City Tahap 2
dimana keberadaan Aeon Mall berada dalam radius 1 kilometer dengan The Breeze
BSD City yang merupakan mall berkonsep ​outdoor.

6
Keberadaan Aeon Mall dan The Breeze di BSD City
Sumber : Google Earth,2020

2. Dalam memenuhi penelitian, peneliti melakukan observasi secara langsung terhadap Aeon
Mall, studi literatur dan juga pemahaman teori. Peneliti melakukan observasi sebanyak 2 kali
yaitu pada hari kerja dan hari libur untuk mengamati aktivitas pengunjung Aeon Mall dalam
waktu 120 menit yang dipengaruhi oleh program ruang mall tersebut. Pengaruh program
ruang terhadap pola aktivitas pengunjung dapat tergambarkan dari pembagian zoning retail,
pola sirkulasi pengunjung, kualitas ruang pada zoning retail yang membentuk pola aktivitas
rekreasi pengunjung.

3.Penelitian ini merujuk pada pembagian zoning retail seperti toko pakaian, toko makanan ,
toko elektronik di setiap lantai. Dari pembagian zoning ini dapat dilihat bagaimana tata letak
ruang retail dan hubungan antar ruang retail.
4.Penelitian ini merujuk pada pola sirkulasi pengunjung yang menggambarkan orientasi
gerak pengunjung dalam melakukan aktivitas berbelanja dan bersosialisasi.

7
5.Penelitian ini merujuk pada kualitas ruang pada zoning di setiap lantai Aeon Mall yang
mencakup pengolahan unsur-unsur ruang yang membedakan zoning pada tiap lantai seperti :
pengolahan lantai, ​ceiling​ dan ​lighting​.
6.Penelitian ini merujuk pada pola aktivitas rekreasi pengunjung yang terbentuk di Aeon Mall
.

1.4 Tujuan Penelitian


Tujuan penelitian adalah sebagai berikut:

1. Mengetahui pembagian zoning di setiap lantai pada Aeon Mall BSD City yang
berpengaruh terhadap aktivitas berbelanja dan bersosialisasi pada pengunjung.
2. Mengetahui pola sirkulasi pengunjung di dalam Aeon Mall yang berpengaruh terhadap
aktivitas berbelanja dan bersosialisasi pada pengunjung.
3. Mengetahui kualitas ruang pada zoning di setiap lantai Aeon Mall yang berpengaruh
terhadap aktivitas berbelanja dan bersosialisasi pada pengunjung.
4. ​ ​Mengetahui pola aktivitas rekreasi pengunjung yang terbentuk di Aeon Mall.

1.5 Urgensi Penelitian


Penelitian Pusat Perbelanjaan Aeon Mall BSD City ini dilakukan untuk menjadi
bahan penyelidikan lebih lanjut. Hal tersebut dikarenakan adanya hipotesis penulis bahwa
program ruang Aeon Mall BSD City dapat menimbulkan dampak negatif bagi pola aktivitas
pengunjungnya. Penelitian ini memiliki urgensi untuk mengetahui pola aktivitas apa yang
akan diciptakan pada pengunjung saat mengunjungi pusat perbelanjaan. Hasil dari penelitian
ini dapat difungsikan untuk menyusun program ruang pusat perbelanjaan lain yang akan
didirikan di kawasan lain.

8
Bab 2 Kajian Teori

2.1 Kajian Teori Program Ruang Pusat Perbelanjaan Mall

2.1.1 Elemen-elemen pada Mall

Menurut Maitland (2008), mall adalah pusat perbelanjaan besar yang menjadi daya
tarik dari retail-retail berbentuk kecil yang memiliki tipologi bangunan seperti retail toko
dimana retail ini menghadap ke koridor utama dan jalur pejalan kaki yang menjadi unsur
utama dari sebuah pusat perbelanjaan yang berfungsi sebagai ruang interaktif bagi
pengunjungnya.

Rubenstein (1978) memaparkan elemen-elemen penting di dalam pusat perbelanjaan mal


antara lain :
1. Atrium
Atrium didefinisikan sebagai ​void a​ tau ruang kosong yang dicakup oleh
susunan-susunan lantai di lantai dua atau lebih sisi-sisinya.
2. Magnet Primer
Magnet dapat diartikan sebagai titik pusat yang menjadi point of interest ​dalam suatu
pusat perbelanjaan. Magnet Primer ini dapat direalisasikan dalam bentuk ​plaza.
Magnet primer ini diletakkan pada tiap akhir koridor.
3. Magnet Sekunder
Magnet sekunder merupakan magnet yang melengkapi magnet primer. Magnet ini
berupa retail-retail toko yang juga menjadi daya tarik dari suatu pusat perbelanjaan

9
4. Koridor
Koridor adalah ruang yang diperuntukkan bagi para pejalan kaki. Berdasarkan
jenisnya,koridor dapat dibagi menjadi dua jenis,yaitu :
a. Koridor Utama : orientasi dari retail toko yang ada di sepanjang retail tersebut
dengan lebar sekitar 15 meter untuk koridor ​outdoor.​
b. Koridor Tambahan : ruang yang terletak di sepanjang koridor utama dengan
lebar sekitar 6 meter untuk koridor ​outdoor.
5. ​Street Furniture
Street Furniture merupakan elemen pelengkap yang melengkapi ruang-ruang di
dalam pusat perbelanjaan, seperti : kursi,meja, tempat sampah dan lain-lain. Pickard (2006)
menggambarkan diagram kompleksitas pola aktivitas yang terjadi dalam suatu retail yang ada
pada pusat perbelanjaan.

2.1.2 Hubungan Antar Ruang Retail dan Ruang Servis

Hubungan Antar Ruang Berjualan dan Ruang Servis


​ Sumber : Pickard,2006

​ enjadi area yang harus ditata


Diagram di atas menjelaskan bahwa ​display studio m
semenarik mungkin untuk mengundang interaksi pengunjung. Suatu retail juga harus
memiliki akses ​staff y​ ang tidak menganggu aktivitas utama di ​display studio.

10
Beddington (1991) ​mengatakan bahwa komposisi ruang dalam pusat perbelanjaan
dibagi menjadi dua area berdasarkan jenis pemakaiannya, antara lain :
1. Non Selling Area : ruang non penjualan dimana ruang-ruang ini berfungsi untuk
melayani pengunjung dan ruang aktivitas karyawan.
2. Selling Area :​ ruang-ruang yang berfungsi untuk mewadahi aktivitas berjualan dan
membeli antar pengunjung dan penjual.
Beddington juga menjelaskan bahwa terdapat empat pendekatan umum dalam
mengatur tata letak ruang-ruang berjualan, antara lain :
1. Sandwich Approach : sistem yang tidak efisien karena membuat pengunjung dan
karyawan melewati lantai tertentu untuk melakukan kegiatan ​non selling.
2. Core Approach :​ peletakkan ​non selling area dekat pusat core sehingga
mencampurkan kegiatan servis dan kegiatan berjual-beli yang terdapat pada ​selling
area​.
3. Peripheral Approach :​ peletakkan ​non selling area​ yang mengelilingi ​selling area.
4. Annex Approach : p​ eletakkan non selling area dipisahkan dengan peletakkan ​selling
area.

2.1.3 Pola Ruang Retail di dalam Mall dan Pola Sirkulasi Pengunjung

Maitland (2008) menyatakan bahwa pola ruang di dalam mall pada dasarnya adalah
linier. Maitland menjelaskan bahwa tatanan ruang dalam mall biasanya adalah memiliki
koridor tunggal dengan lebar 8-16 meter dimana mall juga memiliki pintu masuk yang
diusahakan dapat dicapai dari berbagai arah.

11
Penataan Tenant di Mall
Sumber : Maitland,2012
Jika dilihat dari gambar di atas, Maitland menggambarkan retail-retail yang ditata
secara berderet untuk mengatur sirkulasi pengunjung agar melewati setiap retail yang ada.
Kemudian,seorang ahli bernama Darlow (1972) juga menggambarkan pola-pola yang
digunakan untuk menata ruang retail di dalam suatu pusat perbelanjaan atau mall.

Pola Peletakkan ​Anchor Tenant​ Dalam Mall


​ Sumber : Darlow,1972
Huruf “M” pada gambar diatas merupakan ​Anchor Tenant. Anchor Tenant a​ dalah
tenant yang menjual barang-barang dari brand ternama. Darlow menggambarkan pola
​ enurut beliau, suatu
peletakkan ruang dan sirkulasi beserta akses masuk ke ​Anchor Tenant. M
pusat perbelanjaan harus memikirkan peletakkan ​Anchor Tenant k​ arena tenant tersebut dapat
menjadi peluang besar untuk menarik banyak pengunjung. Retail yang menjual barang brand
ternama ini biasanya lebih menarik perhatian para pengunjung pusat perbelanjaan jika
dibandingkan dengan retail-retail lain sehingga retail tersebut difasilitasi ruang lebih yang
menjadi ​anchor tenant.

Menurut ​Rubenstein ​(1978), terdapat dua jenis pola penataan ruang retail yang
mempengaruhi sirkulasi pengunjung yaitu :

a. Jenis Sirkulasi Dua Arah dan Void Terpusat

b.
c.

12
Sumber : Rubenstein ,1978
Pada jenis ini, ruang retail ditata secara dua arah dimana yang satu ditata secara
horizontal, dan yang lainnya ditata secara vertikal. Penataan ruang retail ini membuat alur
sirkulasi pengunjung bergerak secara dua arah sehingga sirkulasi pengunjung menjadi lebih
dinamis. Selain itu terdapat void yang berada di tengah, void tersebut dapat dijadikan sebagai
plaza/ ruang interaktif yang dapat menarik perhatian pengunjung.

b . Jenis Sirkulasi Satu Arah dan Void Linear

Sumber : Rubenstein,1978
Pada jenis ini, ruang retail dan​ void​ ditata secara linear dan searah dimana tidak ada
ruang pusat yang menjadi ​focal point.​ ​Void ​ yang berada di tengah dapat dipakai sebagai area
duduk.

2.1.4 Elemen Pembentuk Ruang dan Kualitas Ruang

Menurut Ching (2015), ruang terbentuk dari titik,garis, bidang dan juga volume.
Ruang dalam arsitektur wajib mencakup kriteria fungsi dan juga estetika atau keindahan.
Estetika dan fungsi tersebut dapat dicapai melalui pengolahan kualitas ruang. Ching juga

13
mengatakan bahwa kualitas ruang adalah sifat visual desain yang terdiri dari bentuk, tekstur,
warna yang memberikan ciri khas pada elemen pembentuk ruang.

Ching (2015) mengemukakan elemen-elemen pembentuk suatu ruang , antara lain :


a. Dinding : dinding adalah struktur penopang lantai yang dilapisi oleh material seperti :
kayu,plester,cat, ​gypsum​ dan material lainnya.
b. Lantai : tekstur dan warna dari lantai sangat berpengaruh terhadap kualitas sebuah
ruang. Lantai yang memiliki warna terang akan meningkatkan pencahayaan,
sedangkan lantai yang memiliki warna gelap akan mereduksi cahaya. Lantai juga
dilapisi oleh berbagai material, seperti : karpet, kayu dan keramik.
c. Plafon : langit-langit yang berada di bawah struktur lantai dan atap bangunan.
Menurut Ching, bangunan komersial sebaiknya mengaplikasikan sistem plafon
gantung dengan modul yang dapat dilapisi oleh berbagai material seperti : kayu,logam
dan ​gypsum.​

Bentley (1985) menyatakan bahwa , terdapat 7 pendekatan untuk mengolah kualitas


ruang di dalam suatu pusat perbelanjaan, antara lain :
1. Permeability : akses yang bersifat alternatif dalam menuju ke suatu tempat.
2. Variety : jenis ruang,bentuk dan juga jenis kegiatan yang dilakukan di dalam suatu
bangunan.
3. Legibility : keterangan tempat di dalam sebuah bangunan.
4. Robustness : sebuah ruang yang dapat menampung lebih dari satu kegiatan.
5. Visual Appropriateness : sebuah simbol langsung dan tidak langsung yang berfungsi
untuk memperjelas fungsi dari ruang.
6. Richness : mencakup pengalaman ruang yang dialami manusia melalui sensor panca
indera.
7. Personalisation : pemberian ciri khas pada suatu tempat.

2.1.5 Aktivitas Pengunjung di dalam Mall

Beddington (1991) memaparkan dua jenis aktivitas pengunjung di dalam mall, antara
lain :

14
a. Convenience Shopping : pengunjung yang melakukan aktivitas berbelanja untuk
keperluan rumah. Dalam aktivitas ini, pengunjung membutuhkan pelayanan yang
cepat.
b. Comparison Shopping : pengunjung yang melakukan aktivitas berbelanja dengan cara
membandingkan harga dan kualitas dari barang yang dijual.
c. Non-Shopping ​: pengunjung yang melakukan aktivitas di luar belanja, seperti :
makan, berkumpul, bermain dan melakukan perawatan diri.

2.1.6 Prinsip Desain Shopping Mall Ideal

Maitland (2012) mengatakan bahwa sebuah mall yang ideal harus memiliki prinsip
desain sebagai berikut :
a. Design Control Zone : pengendalian jaringan dari ruang sewa dimana sirkulasi
pengunjung harus diatur untuk melewati setiap ruang yang ada dan tidak boleh ada
ruang mati. Pengendalian ini dapat dicapai dari pemberian pola linear, pemberian
magnet anchor a​ tau dapat disebut sebagai ruang menarik yang paling diminati oleh
pengunjung yang biasanya diletakkan pada paling pojok lantai. Jumlah dari magnet
anchor​ ini bisa lebih dari satu.
b. Tenant Mix : pengelompokkan retail dan ​anchor secara tercampur sehingga tidak
memberikan kesan yang monoton.
c. Kriteria Desain : mencakup pengolahan kualitas ruang seperti pemberian warna,
tekstur dan lain-lain.

15
2.2 Kerangka Berpikir Penelitian

Diagram Kerangka Berpikir Penelitian


Sumber : Michelle Damayanti,2020

Dalam penelitian ini, peneliti membahas keterkaitan antara program ruang dan pola
aktivitas rekreasi pengunjung dalam sebuah pusat perbelanjaan. Peneliti menjadikan Aeon
Mall,BSD City sebagai objek penelitian dalam melakukan studi. Masalah dalam penelitian ini
adalah mengkaji program ruang pusat perbelanjaan di BSD City yang mempengaruhi pola
aktivitas rekreasi pengunjung. Kemudian peneliti memberi hipotesis bahwa program ruang
pada pusat perbelanjaan di BSD City menciptakan pola aktivitas individualisme. Fokus
penelitiannya adalah untuk mengetahui pola aktivitas apa yang akan diciptakan pada
pengunjung saat mengunjungi pusat perbelanjaan tersebut.

Variabel yang diteliti adalah pola aktivitas rekreasi masyarakat, dan program ruang
pusat perbelanjaan yang mencakup tata letak ruang, hubungan antar ruang dan pola sirkulasi.
Strategi dalam penelitian ini berawal dengan melakukan studi literatur mengenai kawasan
BSD City serta masyarakat yang beraktivitas di kawasan tersebut, lalu melakukan pemetaan
untuk mengetahui karakteristik pusat-pusat perbelanjaan di BSD City, kemudian peneliti
melakukan wawancara untuk mengetahui pola aktivitas pengunjung ketika mengunjungi

16
pusat perbelanjaan, metode ​phenomenology qualitative ​untuk menganalisis program ruang
pusat perbelanjaan BSD City yang berpengaruh terhadap pola aktivitas pengunjungnya dan
metode korelasi untuk membandingkan dua atau lebih objek penelitian yaitu pengunjung
(keluarga, remaja dan pekerja kantor) yang melakukan aktivitas rekreasi. Hasil akhir dari
penelitian ini adalah untuk mengetahui sifat pola aktivitas rekreasi pengunjung Aeon Mall
yang tercipta akibat program ruang mall tersebut.

2.3 Penelitian Terdahulu

Pendahuluan

Peneliti melakukan penelitian terdahulu terhadap proposal penelitian yang berjudul


“Pengaruh Pola Sirkulasi Pusat Perbelanjaan Mal Terhadap Pola Penyebaran Pengunjung.”
Proposal ini disusun oleh Ade Syoufa dan Helen Hapsari yang merupakan mahasiswi Jurusan
Teknik Arsitektur dari Universitas Gunadarma. Dalam proposal ini, penulis melihat bahwa
masyarakat kota cenderung lebih menyukai berbelanja di pusat perbelanjaan atau mal
daripada di pasar tradisional. Penulis memiliki hipotesis bahwa perancangan pola sirkulasi
dalam pusat perbelanjaan bertujuan untuk menguntungkan penyewa retail dan pemilik pusat
perbelanjaan dimana pengunjung akan didorong untuk melewati seluruh toko/retail. Hal
inilah yang menarik penulis untuk meneliti pengaruh pola sirkulasi terhadap tingkat
keramaian pengunjung yang berkunjung ke pusat perbelanjaan. Penulis memilih salah satu
pusat perbelanjaan yang akan dijadikan sebagai studi pembanding, yakni MargoCity di
Depok.

Metode Penelitian

Dalam penelitian ini, penulis menggunakan metode deskriptif analisis dimana penulis
akan mendeskripsikan isu yang muncul dari objek yang diteliti secara terstruktur dan jelas.
Kemudian,penulis akan menggunakan data primer dan sekunder dimana data primer
merupakan data yang dihasilkan dari observasi lapangan terhadap pusat perbelanjaan Margo
City serta hasil wawancara dari pengunjung Margo City, sedangkan data sekunder merupakan
data yang diperoleh dari literatur-literatur.

17
Hasil dan Diskusi

Dalam diskusi ini, pada mulanya penulis memaparkan pengertian pusat perbelanjaan
dengan konsep mal dari beberapa ahli. Pusat perbelanjaan dengan konsep mal adalah pusat
belanja yang terdiri dari banyak toko dimana toko-toko tersebut ditata sejajar dengan jalur
sirkulasi pengunjung. Margocity merupakan salah satu pusat perbelanjaan yang ada di kota
Depok dimana pusat perbelanjaan ini memiliki 4 lantai dan juga 4 ruang terbuka yang
dilengkapi dengan lift,eskalator dan traveletor. Peneliti melakukan observasi terhadap denah
Margocity dan menyimpulkan bahwa Margocity terbagi atas tiga zona,yaitu :
​ an toko-toko minuman
1. Margo Zone : zona yang meliputi area Foodcourt,resto,cafe d
dan makanan.
2. City Zone : zona yang meliputi area toko baju,sepatu dan aksesoris
3. O-Zone : zona yang meliputi area ​outdoor dimana tadinya zona ini diperuntukkan
untuk fasilitas olahraga seperti : lapangan futsal, lapangan basket, ​jogging track ​dan
skateboard a​ rea. Akan tetapi, zona ini telah beralih fungsi dimana pada zona ini akan
dipakai untuk mendirikan hotel.
Penulis menjelaskan retail-retail yang ada di setiap lantainya,dimana pada lantai UG, terdapat
supermarket,restoran dan juga ATM Center. Pada lantai UG ini juga terdapat plaza yang
difungsikan sebagai area pameran dan bazar. Secara umum, penulis menjelaskan bahwa
lantai UG ini merupakan lantai yang memiliki peluang paling besar untuk menarik
pengunjung karena pada lantai ini terdapat banyak restoran ternama dan juga plaza yang
digunakan untuk kegiatan pameran. Pada lantai 1, terdapat beberapa restoran,tempat bermain
anak-anak dan juga salon. Sirkulasi pada lantai ini disusun secara linear dimana hal ini
membuat para pengunjung melewati semua retail yang ada di lantai 1. Pada lantai 2, terdapat
bioskop dan juga foodcourt. Penjelasan isi denah yang telah dijelaskan penulis menghasilkan
sebuah argumen bahwa Margocity sudah menerapkan kriteria pusat perbelanjaan berkonsep
mall. Setelah melakukan uraian denah, penulis menganalisis pola sirkulasi di Margocity.
Penulis menguraikan bahwa Margocity memiliki 4 pintu masuk antara lain :
1. Pintu Masuk Utama
2. Pintu Masuk Utara
3. Pintu Masuk Selatan
4. Pintu Masuk Belakang
Pemberian empat pintu masuk tersebut bertujuan untuk meminimalisir kepadatan yang terjadi
​ ada lantai UG,
di area ​entrance. P penulis menemukan hasil analisis berupa adanya

18
penerapan pola sirkulasi linier yang membentuk suatu garis lurus dimana garis tersebut
melewati setiap retail yang ada. Penulis juga menemukan adanya ​void p​ ada lantai UG.
Namun, penulis beranggapan bahwa ​void tersebut tidak menjadi penghalang sirkulasi karena
berfungsi sebagai tempat publik. Pola sirkulasi mengikuti bentuk tata letak ruang dimana
ruang-ruang (retail) ditata secara linier yang berujung pada ​anchor tenant ( retail yang paling
diminati pengunjung), demikian pula pola sirkulasi yang diciptakan juga berbentuk linier.
Sebagai kesimpulan, penulis menyatakan bahwa Margocity adalah pusat perbelanjaan
berkonsep mall yang menyusun retail-retail secara berderet dilengkapi dengan pola sirkulasi
tunggal yang melewati setiap retail tersebut dalam menuju ​anchor ruang. Penulis juga
menyatakan bahwa pola ruang Margocity berbentuk linier dan mempunyai ​anchor tenant
pada setiap lantainya.

Bab 3 Metode Penelitian

Menurut Cresswell (2015), Metode Penelitian adalah tahap-tahap yang digunakan


untuk mengumpulkan dan menganalisis data yang bertujuan untuk menciptakan pemahaman
terhadap suatu masalah atau topik.

3.1 Jenis Penelitian


Peneliti menggunakan jenis penelitian mix method. ,Menurut Cresswell (2015),
penelitian mix method adalah metode penelitian yang menyatukan metode penelitian
kualitatif dan kuantitatif. Penelitian ini diperlukan jika metode penelitian kuantitatif dan
kualitatif tidak dapat berdiri sendiri secara masing-masing dalam menjawab isu penelitian.
Mix Method ini akan membuahkan hasil yang lebih akurat jika dibandingkan dengan
penelitian yang menggunakan satu metode. Data yang dihasilkan dari penelitian ini akan
bersifat valid,objektif dan komprehensif.

Menurut Cresswell (2013), penelitian mix method dapat diklasifikasikan menjadi dua
model yaitu model sequential (kombinasi berurutan) dan model concurrent (kombinasi
campuran). Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan metode kombinasi model sequential
(kombinasi berurutan). Model Sequential ini adalah tahap penelitian dimana peneliti akan
meluaskan hasil penelitian dari satu metode dengan metode yang lain dimana penggabungkan

19
dua metode ini dilakukan secara beruntun. Jenis Model Sequential yang dipakai oleh peneliti
adalah sequential exploratory dimana dalam model ini, peneliti akan menggunakan metode
kualitatif pada tahap awal dan menggunakan metode kuantitatif pada tahap yang berikutnya
dimana penggabungan data yang diperoleh dari kedua metode ini akan saling berhubungan.

Penelitian kualitatif merupakan penelitian yang berfokus pada interpretasi dan makna,
dalam hal ini peneliti memaknai data yang telah didapatkannya. Dalam penelitian kualitatif,
pengukuran kedalaman penelitian ditentukan berdasarkan penggalian data yang didapatkan.
Penelitian kualitatif memiliki objek yang cenderung lebih sedikit daripada penelitian
kuantitatif. Melihat hal tersebut, penelitian kualitatif lebih mengutamakan kedalaman data,
bukan kuantitas data. Men​urut Johnson (2005) terdapat lima tipe penelitian kualitatif,
diantaranya adalah : ​phenomenology, ethnography, case study research, grounded theory,
dan historical research. ​Peneliti memakai tipe ​phenomology. M
​ enurut Cresswell (1998),
pendekatan fenomenologi melukiskan definisi suatu pengalaman hidup untuk beberapa
individu mengenai sebuah fenomena atau konsep. ​Individu-individu yang ikut serta dalam
menangani fenomena tersebut melakukan eksplor terhadap kerangka kesadaran pengalaman
kehidupan. ​Penelitian fenomenologi merupakan suatu pendekatan penelitian yang bermula
dari memahami fokus fenomena yang akan ditelusuri dengan memperhatikan berbagai aspek
subjektif dari perilaku objek. Setelah itu, peneliti akan melakukan penggalian data dalam
bentuk pemaknaan objek yang akan mengartikan fenomena yang terjadi. Penggalian data
tersebut dapat dilakukan melalui wawancara yang mendalam terhadap objek informan serta
juga bisa melakukan observasi secara langsung untuk mengetahui bagaimana objek penelitian
menginterpretasikan pengalamannya kepada orang lain.

Cresswell (2012) mendefinisikan penelitian korelasional sebagai penelitian kuantitatif


dimana peneliti akan mengukur tingkat relasi antara dua atau lebih variabel dengan
menggunakan analisis korelasional yang seusai dengan prosedur statistik. Peneliti
menggunakan desain korelasional berupa ​explanatory​. Cresswell (2008) menyatakan bahwa
​ erupakan desain korelasional dimana peneliti memiliki daya
explanatory research design m
tarik terhadap dua variabel atau lebih dimana perubahan dalam satu variabel mencerminkan
perubahan pada variabel lain. Cresswell (2008) juga menjabarkan struktur e​xplanatory
research design , ​antara lain :
1. Peneliti dapat menghubungkan dua variabel atau lebih
2. Peneliti mengkoleksi data dalam satu titik waktu.

20
3. Peneliti melakukan analisis terhadap seluruh variabel
4. Peneliti mendapatkan sekurang-kurangnya dua skor untuk masing-masing variabel
5. Peneliti melaporkan pemakaian uji statistik dalam analisis data
6. Peneliti membuat ksimpulan dari hasil hitungan tes.

3.2 Metode Pengumpulan Data

3.2.1 Observasi Pertama

Peneliti melakukan observasi pertama secara langsung di Aeon Mall BSD City hari
Senin, 2 November 2020 pada pukul 18.00-20.00 WIB. Observasi pertama ini bertujuan
untuk mengambil data tata letak ruang retail, sirkulasi dan juga hubungan antar ruang retail di
Aeon Mall. Observasi pertama dilakukan pada hari kerja atau hari biasa dimana peneliti
memilih waktu tersebut agar mendapatkan data ruang di dalam mall secara maksimal tanpa
adanya gangguan dari keramaian aktivitas. Setelah melakukan observasi, peneliti akan
memanfaatkan denah Aeon Mall yang telah didapatkan untuk menganalisis tata letak ruang,
hubungan antar ruang , pola sirkulasi pengunjung secara kualitatif. Peneliti juga akan
mengambarkan pola-pola aktivitas dalam bentuk simbol-simbol tertentu pada denah yang
terlampir.

3.2.2 Observasi Kedua

Peneliti merasa bahwa data yang diperoleh dari observasi pertama belum cukup untuk
menganalisis penelitian secara lebih dalam. Oleh karena itu, peneliti memutuskan untuk
melakukan observasi lanjutan pada hari Sabtu, 7 November 2020 secara langsung untuk
mengambil data kualitas ruang yang ada di Aeon Mall dan akvitas pengunjung di Aeon Mall
berupa foto. Untuk mengambil data aktivitas pengunjung, peneliti melakukan observasi pada
akhir pekan agar mendapat gambaran aktivitas pengunjung secara maksimal dimana pada
akhir pekan atau hari libur, banyak pengunjung yang mengunjungi Aeon Mall. Setelah itu,
peneliti akan melakukan analisis secara korelasional untuk melihat pola aktivitas pengunjung
yang terbentuk dari program ruang Aeon Mall.

21
3.2.3 Wawancara
Hadi (1966) menyatakan bahwa wawancara merupakan proses percakapan verbal
antara dua individu atau lebih yang dilakukan secara langsung. Pada wawancara ini, peneliti
membuat 14 pertanyaan. Wawancara ini dilakukan terhadap 5 orang narasumber yang sering
berkunjung ke Aeon Mall, BSD City. 5 orang tersebut diantaranya : Ruben Irwandi
(Mahasiswa), Firmansyah Rizki (Karyawan Swasta),Fredella Ganesha (Siswi SMA), Novi
Wijaya (Ibu Rumah Tangga) dan Indah Permata Sari (Ibu Rumah Tangga). 5 orang itu
mewakili sasaran yang dibutuhkan yakni dua orang remaja, satu pekerja kantor/karyawan dan
juga dua orang yang sudah berkeluarga. Tujuan peneliti melakukan wawancara terhadap
narasumber yang merupakan pengunjung Aeon Mall adalah untuk mengetahui
aktivitas-aktivitas yang mereka suka lakukan ketika berada di dalam Aeon Mall secara lebih
detail. Dalam wawancara tersebut, narasumber akan memaparkan kegiatan-kegiatan yang
mereka lakukan selama berada di Aeon Mall. Dari hal itu, peneliti mendapatkan tahap
aktivitas pengunjung di dalam suatu mall. Pertanyaan serta jawaban wawancara peneliti
lampirkan pada bagian lampiran.

3.3 Analisis Data


Setelah peneliti memperoleh hasil observasi, peneliti melakukan analisis data. Peneliti
akan menganalisis hubungan antara program ruang dan pola aktivitas pengunjung di Aeon
Mall,BSD City. Analisis berupa diagram dan pemetaan yang dapat menjelaskan keterkaitan
antara program ruang dan pola aktivitas rekreasi pengunjung di dalam Aeon Mall untuk
mengetahui pengaruh dari pengaturan ruang terhadap bentuk perilaku pengunjung yang
berada di dalamnya.

22
Bab 4 Pengaruh Program Ruang Aeon Mall Terhadap Aktivitas
Berbelanja dan Berkumpul pada Pengunjung

Pada bab ini, peneliti akan memaparkan data-data yang telah diperoleh dari observasi di Aeon
Mall, BSD City dan wawancara terhadap pengunjung Aeon Mall.

4.1 Analisis Pembagian Zoning pada Setiap Lantai Aeon Mall

Pembagian Zoning di Lantai Ground Floor, Aeon Mall


Sumber : Michelle Damayanti,2020

23
Dilihat dari diagram di atas, lantai Ground Floor Aeon Mall, terdapat 5 zoning yaitu area
retail makanan dan minuman, retail ​fashion​ , retail ​goods, A
​ rea servis dan juga area interaktif
(merah) . Lantai ini didominasi oleh retail yang menjual makanan dan minuman.

Dilihat dari diagram di atas, lantai First Floor Aeon Mall, terdapat 2 zoning yakni retail
fashion d​ an retail ​goods.​ Lantai ini didominasi oleh retail ​fashion​, seperti toko pakaian,
sepatu dan lain sebagainya.

24
Dilihat dari diagram di atas, lantai second floor Aeon Mall, terdapat 2 jenis zoning di
dalamnya yakni retail ​fashion dan retail ​goods.​ Lantai ini dipenuhi dengan toko pakaian dan
juga keperluan rumah tangga.

Dilihat dari diagram di atas, lantai Third Floor ini terdiri dari 3 jenis zoning yakni retail ​food,​
goods dan ​entertainment​. Lantai ini dipenuhi dengan toko kebutuhan rumah tangga, makanan
dan hiburan.

25
Nama Lantai Elemen-Elemen Hubungan antara Jenis Retail
Penting di dalam Ruang Retail dan
Mall (Teori Servis (Teori
Maitland,2008) Pickard,2002)

Ground Floor Terdapat atrium , Terdapat ​non-selling - Foods (43)


magnet sekunder area ​(servis dan area - Goods (16)
(retail-retail toko), bermain yaitu - Service (16)
koridor (ruang bagi interactive fountain - Fashion (6)
pejalan kaki) dan area) dan​ selling
magnet primer area ​(retail-retail
(plaza interactive foods,fashion dan
fountain area) goods). Hubungan
(mempunyai 4 antar ​non-selling
elemen) area ​dan ​selling
area ​adalah Annex
Approach
(peletakkan ​non
selling area
dipisahkan dengan
selling area)​

First Floor Terdapat atrium , Terdapat ​non-selling - Fashion (36)


magnet sekunder area ​(servis) dan - Goods (12)

26
(retail-retail) , selling area - Service(3)
koridor (ruang bagi (retail-retail - Foods (3)
pejalan kaki) foods,fashion dan
(mempunyai 3 goods). Hubungan
elemen) antar ​non-selling
area ​dan ​selling
area ​adalah Annex
Approach
(peletakkan ​non
selling area
dipisahkan dengan
selling area)​

Second Floor Terdapat atrium , Terdapat ​non-selling - Goods(30)


magnet sekunder area ​(servis) area) - Fashion(24)
(retail-retail) , dan​ selling area - Service (6)
koridor (ruang bagi (retail-retail - Foods (5)
pejalan kaki) foods,fashion dan - Entertaiment
(mempunyai 3 goods). Hubungan (1)
elemen) antar ​non-selling
area ​dan ​selling
area ​adalah Annex
Approach
(peletakkan ​non
selling area
dipisahkan dengan
selling area)​

Third Floor Terdapat atrium , Terdapat ​non-selling - Foods (60)


magnet sekunder area ​(servis dan area - Goods (20)
(retail-retail) , bermain yaitu - Service (7)
koridor (ruang bagi playground, - Entertaiment
pejalan kaki) FunWorld) dan (7)
(mempunyai 3 selling area

27
elemen) (retail-retail
foods,fashion dan
goods). Hubungan
antar ​non-selling
area ​dan ​selling
area ​adalah Annex
Approach
(peletakkan ​non
selling area
dipisahkan dengan
selling area)​

Kesimpulan Analisis Pembagian Zoning Setiap Lantai Aeon Mall

28
Zoning Aeon Mall
Sumber : Michelle Damayanti,2020

Pada analisis zoning, peneliti dapat menyimpulkan bahwa perancang Aeon Mall
memberikan zoning yang lebih bervariasi pada lantai Ground Floor dan Third Floor dimana
pada kedua lantai tersebut , perancang tidak hanya memberikan area retail tetapi juga
memberikan zoning yang berwarna merah yaitu area hiburan yang diperuntukkan untuk
bermain dan berkumpul. Berbeda dengan Ground Floor dan Third Floor, pada lantai First
Floor dan Second Floor tidak terdapat zoning warna merah (area hiburan) dimana dua lantai
ini hanya terdapat area retail ​fashion dan ​goods. ​Maitland (2008) menyatakan bahwa terdapat
4 elemen pembentuk mall yaitu magnet primer (plaza), magnet sekunder ( retail), atrium dan
koridor. Berdasarkan analisis peneliti, lantai Ground Floor sudah memenuhi keempat elemen,
lantai First Floor sampai dengan lantai Third Floor hanya memenuhi 3 elemen dimana ketiga
lantai ini tidak memiliki magnet primer (plaza). Setiap lantai di Aeon Mall juga memiliki area
selling​ dan juga​ non selling y​ ang dipisahkan.

4.2 Analisis Pola Sirkulasi , Pola Tata Letak Ruang dan Hubungan antar Ruang Aeon
Mall BSD City.

29
​ Diagram Pembagian Zoning dan Sirkulasi di Lantai Dasar Aeon Mall,BSD City
Sumber : Google dan diolah oleh Michelle Damayanti,2020

Pada lantai dasar Aeon Mall, terdapat supermarket (Aeon Store), restoran, retail-retail
yang menjual kebutuhan kosmetik dan mode​. J​ ika dilihat dari denah tersebut, Aeon Store
memiliki luasan yang paling besar jika dibandingkan dengan area lainnya. Pada lantai dasar,
Aeon Store menjadi ​Anchor point ​dimana area tersebut menjadi area yang sangat menarik
perhatian pengunjung. Letak Aeon Store dekat dengan pintu masuk dan pintu keluar utama
Mall sehingga area ini tentu saja mewadahi sirkulasi masuk dan keluar pengunjung. Di dalam
Aeon Store terdapat supermarket dan juga stan-stan yang menjual berbagai macam makanan
dan minuman. Pada lantai dasar juga terdapat toko-toko yang menjual kosmetik. Selain itu,
terdapat dua area ​plaza y​ ang berbentuk melingkar dimana area ini dipakai untuk
menyelenggarakan pameran, Ketika terdapat pameran,plaza dipenuhi oleh pengunjung.Selain
Aeon Store, pada lantai dasar juga terdapat Food Culture dimana di dalamnya terdapat
stan-stan yang menjual makanan dan minuman. Berbeda dengan stan pada Aeon Store, stan
di Food Culture ini berukuran lebih besar sehingga harga makanan dan minuman yang dijual
pun juga lebih tinggi. Tidak jauh dari Food Culture terdapat Fountain Area. Oleh karena itu,
peneliti juga menyatakan bahwa Food Culture yang terhubung dengan Fountain Area juga
menjadi ​Anchor point pada lantai dasar. Di lantai dasar terdapat enam pintu masuk dan keluar
dimana pola sirkulasi pengunjung diarahkan secara linier agar pengunjung melewati setiap

30
toko/retail yang ada. Selain retail, pada lantai dasar, perancang juga memberikan area publik
berupa Fountain Area yang membuat pengunjung yang membawa anak tertarik untuk
bermain di area tersebut.

​Diagram Pembagian Zoning dan Sirkulasi Lantai Satu Aeon Mall,BSD City
Sumber : Google dan diolah oleh Michelle Damayanti,2020

Peneliti menemukan bahwa Aeon Store berkesinambungan dari lantai dasar sampai
lantai dua. Pada lantai satu, juga terdapat Aeon Store yang menjadi ​Anchor point. Berbeda
dengan Aeon Store lantai dasar yang berisi supermarket dan stan-stan makanan minuman,
​ elain Aeon Store, juga terdapat Uniqlo
Aeon Store lantai dua berisi ​display area fashion. S
sebagai ​anchor point ​dimana terdapat eskalator yang menghubungkan Uniqlo dengan area
plaza yang ada di lantai dasar, Melihat hal tersebut, peneliti menemukan bahwa perancang
Aeon Mall sengaja membuat akses khusus tersebut karena menjadikan Uniqlo sebagai
Anchor point.​ Pada lantai satu ini juga terdapat retail-retail besar ternama yang sudah banyak
dikenal oleh pengunjung. Retail-retail tersebut antara lain : HNM, Uniqlo,Muji,Optik Seis
dan lain-lain. Dilihat dari denahnya, pada lantai 1 Aeon Mall tidak ada tempat publik yang
difungsikan sebagai area bermain. Oleh karena itu, aktivitas pengunjung pada lantai ini
adalah berbelanja. Namun jika dibandingkan dengan lantai dasar, pada lantai satu jumlah
pengunjung yang beraktivitas cenderung lebih sedikit. Pola sirkulasi pengunjung juga ditata

31
secara linier dimana mengikuti alur tata letak retail yang telah ditata sehingga membuat
pengunjung melewati setiap retail yang ada.

Diagram Pembagian Zoning dan Sirkulasi di Lantai Dua Aeon Mall,BSD City
Sumber : Google dan diolah oleh Michelle Damayanti,2020
Pada lantai dua juga terdapat Aeon Store dimana di dalamnya terdapat ​display area
untuk mainan dan kebutuhan anak-anak. ​Anchor point ​pada lantai ini adalah Aeon Store dan
Gramedia. Jika dilihat dari denahnya, lantai ini didominasi oleh retail-retail yang menjual
kebutuhan anak-anak, seperti : toko baju anak, toko mainan, salon anak dan lain-lain. Dilihat
dari gambar di atas, aktivitas pada lantai ini didominasi oleh orang tua yang membawa
anaknya. Orang tua tersebut terlihat sedang melihat barang-barang yang ingin dibeli untuk
anaknya. Pada area ini juga sirkulasi ditata seperti lantai-lantai yang sebelumnya. Peneliti
tidak menemukan adanya area ​playground​ pada denah yang diperuntukkan untuk anak-anak.

32
Diagram Pembagian Zoning dan Sirkulasi di Lantai Tiga Aeon Mall,BSD City
Sumber : Google dan diolah oleh Michelle Damayanti,2020

Anchor point p​ ada lantai paling atas yaitu Ace Hardware dan Cinema XXI. Ace
Hardware dapat diakses melalui eskalator yang terhubung pada Aeon Store lantai dua,
sedangkan Cinema XXI dapat diakses melalui eskalator dari depan Gramedia pada lantai dua.
Jika diamati dari denahnya, lantai tiga ini didominasi oleh retail makanan dan minuman.
Retail tersebut ada yang berbentuk resto, dan ada juga yang berbentuk stan. Pada lantai ini,
pengunjung akan diarahkan untuk beraktivitas secara linier dan memutar mengelilingi
stan-stan makanan yang ada. Karena retail di area ini cukup banyak, maka jumlah
pengunjung yang beraktivitas di area ini juga banyak. Dapat dilihat di area ​foodcourt ​banyak
pengunjung yang sedang duduk sambil menikmati hidangan yang dibeli. Kemudian juga,
penempatan bioskop pada lantai tiga ini membuat pengunjung melewati setiap lantai demi
mencapai bioskop. Peneliti melihat hal ini merupakan strategi perancang agar pengunjung
melewati setiap retail yang ada di tiap lantai demi mencapai bioskop dimana bioskop disini
merupakan salah satu ​anchor point ​yang mewadahi aktivitas hiburan bagi pengunjung. Pada
area ini, terdapat playground berbayar untuk anak-anak. Selain ​foodcourt, ​pada lantai paling
atas ini juga terdapat toko-toko elektronik. Sebagai kesimpulan,peneliti dapat menyimpulkan
bahwa pada lantai ini terjadi dominasi pada aktivitas makan dan nongkrong yang dilakukan

33
oleh pengunjung. Aktivitas berbelanja menjadi aktivitas tambahan pada lantai ini dikarenakan
jumlah retail barang yang tidak terlalu banyak.

Tabel Kesimpulan Analisis Zoning ,Pola Sirkulasi dan Pola Tata Ruang
yang Mempengaruhi Aktivitas Pengunjung

No Nama Lantai Pola Sirkulasi Pola Tata Aktivitas Pengunjung


(Maitland,2008) Ruang
(Ruben,1978)

1 GF (Ground Floor) Linear (melewati Tata Ruang Berbelanja di supermarket,


setiap retail yang dengan makan, berbelanja kosmetik dan
ada), memenuhi Sikulasi Satu skin care, belanja alat rumah
kriteria pola sirkulasi Arah dan Void tangga, bermain di fountain area,
yang disarankan oleh Linear melihat pameran dan menonton
Maitland,2008 (Ruben,1978) pertunjukkan di area plaza

Ruang-ruang
retail yang
menyesuaikan
pola sirkulasi,
terdapat ruang
interaktif berupa
plaza dan
fountain area.

2 1F (First Floor) Linear (melewati berbelanja baju dan kebutuhan


setiap retail yang Tata Ruang rumah dan membeli makanan
adamemenuhi kriteria dengan kecil.
pola sirkulasi yang Sikulasi Satu
disarankan oleh Arah dan Void
Maitland,2008 Linear

34
(Ruben,1978)

Ruang-ruang
retail yang
ditata secara
linear
menyesuaikan
pola sirkulasi,
tidak ada area
interaktif.

3 2F (Second Floor) Linear (melewati Tata Ruang Berbelanja kebutuhan anak seperti
setiap retail yang dengan : baju anak, sepatu anak dll.
adamemenuhi kriteria Sikulasi Satu
pola sirkulasi yang Arah dan Void
disarankan oleh Linear
Maitland,2008 (Ruben,1978)

Ruang-ruang
retail yang
ditata secara
linear
menyesuaikan
pola sirkulasi,
tidak ada area
interaktif.

4 3F (Third Floor) Linear (melewati Tata Ruang bermain , nongkrong, foto-foto


setiap retail yang dengan
adamemenuhi kriteria Sikulasi Satu
pola sirkulasi yang Arah dan Void
disarankan oleh Linear

35
Maitland,2008 (Ruben,1978)

Ruang-ruang
retail yang
ditata secara
linear
menyesuaikan
pola sirkulasi,
terdapat area
interaktif berupa
playground,
area bermain
fun world,
bioskop dan
tempat duduk
interaktif di area
foodcourt,

Dilihat dari tabel di atas, area ​ground floor ​didominasi oleh retail makanan dan
minuman,sedangkan area ​first floor ​didominasi oleh retail ​fashion ​, area ​second floor
didominasi oleh retail ​goods ​dan area ​third floor d​ idominasi oleh retail makanan. Jika dilihat
dari zoningnya, perancang Aeon Mall sudah membagi zoning secara merata dimana di setiap
lantai didominasi oleh jenis retail yang berbeda dan dilengkapi dengan retail lainnya dan
ruang-ruang servis. Pola sirkulasi di tiap lantai adalah linear dimana memang pola tersebut
dibuat secara berulang pada setiap lantainya agar pengunjung dapat melewati setiap retail
yang ada. Jika dilihat dari pola tata ruangnya, setiap lantai juga mengatur tata letak ruang
yang linear dimana menyesuaikan dengan pola sirkulasinya yang linear. Pada ​ground floor
dan ​third floor terdapat ruang-ruang interaktif yang dapat mendorong pengunjung untuk
berinteraksi dengan sesamanya.Berbeda dengan ​ground floor dan ​third floor,​ pada ​first floor
dan ​second floor tidak terdapat ruang-ruang interaktif. Kedua lantai tersebut hanya berisi
retail-retail yang mendorong pengunjung untuk berbelanja. Dilihat dari aktivitas pengunjung,
pada ​ground floor, p​ engunjung melakukan aktivitas bermain dan juga menonton
pertunjukkan, pada ​third floor,s​ elain berbelanja, pengunjung melakukan aktivitas nongkrong,

36
berfoto-foto dan juga bermain di area bermain. Sedangkan, pada lantai f​irst floor dan ​second
floor p​ engunjung hanya melakukan aktivitas berbelanja.

4.3 Analisis kualitas ruang pada zoning di setiap lantai Aeon Mall yang mencakup
pengolahan unsur-unsur ruang yang membedakan zoning pada tiap lantai seperti :
pengolahan lantai, ​ceiling​ dan ​lighting​.

Peneliti melakukan observasi kedua ke Aeon Mall, BSD City pada hari Minggu , 8
November 2020 pada pukul 18.00-20.00 WIB untuk mengambil foto-foto yang menjadi data
kualitas ruang

Diagram Kualitas Ruang pada Zoning di Lantai Dasar Aeon Mall


Sumber : Google dan diolah oleh Michelle Damayanti,2020

Pada lantai dasar, perancang menciptakan kualitas ruang yang berbeda pada area
Aeon Store, area menuju Food Culture, area Interactive Fountain ,area sirkulasi pengunjung
dari depan Aeon Store sampai pada area Plaza dan area service. Diagram tersebut
menjelaskan bahwa pada area Aeon Store, perancang memberikan warna coklat tua pada
ceiling dan lampu jenis ​downlight b​ erwarna putih, serta lantai dilapisi oleh keramik putih.

37
Selain itu juga perancang meletakkan beberapa pilar-pilar yang diberikan lampu berwarna
warm-color.​ Pada area Aeon Store (warna ungu muda), pilar-pilar tersebut berfungsi juga
sebagai pembatas antara stan-stan makanan dan area duduk sehingga dalam hal ini
pengunjung akan diarahkan untuk berbelanja di stan-stan makanan dan setelah itu akan
menuju ke sitting area untuk duduk. Pada Aeon Store, stan-stan makanan yang banyak dan
disusun dalam jarak yang tidak terlalu jauh membuat pengunjung tertarik untuk berbelanja
dari stan yang satu ke stan yang lain. Kemudian dilanjutkan pada area menuju Food Culture
(warna kuning). Dapat dilihat dari gambar di atas lantai yang menggunakan ​vinyl d​ an juga
ceiling yang diolah dari modul-modul kayu. Perancang ingin memunculkan kayu sebagai
material dari Jepang untuk menguatkan kualitas ruang ala Jepang pada bagian ini. Namun
jika dilihat dari gambar tersebut, pengunjung tidak terlalu tertarik untuk bersirkulasi di area
tersebut dikarenakan resto-resto yang ada di area ini cenderung terlihat mewah sehingga
adanya asumsi akan harga yang mahal. Pada area interactive fountain (pink), perancang
memberikan warna dinding yang gelap yang dihiasi dengan lampu-lampu yang berwarna
​ ualitas ruang yang diciptakan ini akan mendorong pengunjung untuk
interactive. K
berinteraksi sosial di area tersebut sambil bermain di wahana yang telah disediakan. Pada
area sirkulasi pengunjung utama sampai ke plaza (ungu tua), dapat dilihat adanya kesamaan
ceiling y​ ang berwarna putih dan ​lighting berwarna putih dengan lantai yang berwarna cerah.
Warna putih bukanlah warna yang interactive ​sehingga pada area ini pengunjung akan
terdorong untuk berjalan saja dan mengunjungi retail-retail yang ada. Pada area service
(merah), perancang memberikan ​vinyl kayu pada lantai sebagai penuntun pengunjung menuju
ke gerai-gerai service yang disediakan seperti : toilet, atm dan sebagainya.

38
Diagram Kualitas Ruang pada Zoning di Lantai Satu Aeon Mall
​ Sumber : Google dan diolah oleh Michelle Damayanti,2020

Pada lantai satu, bisa dilihat terdapat dua zoning kualitas ruang yaitu area Aeon Store
(jingga) dan Area Sirkulasi Utama ( ungu tua). Pada lantai satu, perancang kurang
memainkan perbedaan kualitas ruang. Dapat dilihat pada area Aeon Store,​ceiling ​berwarna
putih susu dilengkapi dengan lampu yang berwarna putih terang. Karena pada area Aeon
Store ini barang yang dijual merupakan barang ​fashion, ​pengolahan lighting m
​ enjadi sangat
penting untuk membuat produk semakin mencolok. Pada area Aeon Store, pengunjung akan
didorong untuk melihat produk-produk yang di-​display s​ ecara detail sehingga mereka akan
memakan waktu yang lama dalam beraktivitas di Aeon Store lantai satu. Sama seperti lantai
dasar, bagian sirkulasi utama diberikan ceiling yang berwarna putih yang dilengkapi dengan
lampu yang berwarna ​warm dengan lantai yang berwarna putih. Pengolahan lighting yang
berwarna ​warm ini membuat pengunjung untuk nyaman dalam bersirkulasi melihat dan
mengunjungi retail-retail yang disediakan. Dapat dilihat dari diagram tersebut, tidak adanya
kualitas ruang interaktif yang diciptakan.

Diagram Kualitas Ruang pada Zoning di Lantai Dua Aeon Mall


Sumber : Google dan diolah oleh Michelle Damayanti,2020

39
Pada lantai dua, peneliti dapat menganalisis tiga zoning kualitas ruang yaitu area
sirkulasi utama (ungu tua) ,sitting area ( hijau) dan Aeon Store lantai dua. Kualitas ruang
pada area sirkulasi utama (ungu tua) sama seperti lantai dasar dan lantai satu dimana
pengunjung akan didorong untuk bergerak secara nyaman dalam melihat dan mengunjungi
retail yang ada. Kemudian pada area sitting (hijau), terdapat pengolahan lantai menggunakan
vinyl sebagai pembeda. Pada area ini pengunjung akan terdorong untuk duduk sambil melihat
ke arah plaza di lantai dasar melalui pembatas kaca yang ada. Area ini dapat menjadi peluang
bagi terciptanya interaksi sosial dimana pengunjung akan tertarik untuk melihat sesuatu yang
ditampilkan di arah plaza dan bergegas untuk menuju plaza tersebut. Kemudian pada Aeon
Store lantai dua (jingga), terdapat pengolahan ​lighting y​ ang berwarna warm dimana tidak
menggunakan lampu yang berwarna putih terang seperti pada lantai satu. Aeon Store pada
lantai dua ini menjual produk-produk untuk kebutuhan anak-anak. Bisa dilihat dari penataan
barangnya, barang yang ditata memiliki warna yang beraneka ragam sehingga hal ini juga
dapat menarik pengunjung yang membawa anaknya untuk tertarik membeli barang yang ada
di Aeon Store.

Diagram Kualitas Ruang pada Zoning di Lantai Tiga Aeon Mall


Sumber : Google dan diolah oleh Michelle Damayanti,2020

40
Sama seperti lantai dasar, perancang juga berusaha untuk memberikan kualitas ruang
yang berbeda dalam berbagai zoning. Peneliti dapat menganalisis lima zoning kualitas ruang
diantaranya : area ramen village (merah), area sitting melingkar (abu-abu),area ungu (lantai
mezzanine) ,area exposing view (hijau) dan area menuju ke bioskop (kuning). Pada area
ramen village (merah) , perancang berusaha untuk menciptakan kesan villa di Jepang yang
menjual berbagai jenis ramen. Karena area tersebut unik, pengunjung biasanya tertarik untuk
mengambil foto di area tersebut sambil makan di restoran ramen yang disediakan. Pada area
sitting melingkar (abu-abu), bisa dilihat terdapat tangga menuju ke area lantai dua yang
merupakan area yang lebih privat dimana pada area ini juga perancang mengekspos struktur
atap yang terdiri dari rangka-rangka baja. Area privat tersebut mendorong pengunjung untuk
melakukan aktivitas nongkrong dan mengerjakan tugas sambil menyantap makanan yang
dibeli dari gerai-gerai yang telah disediakan. Area lantai mezzanine (ungu) juga menjadi area
yang privat yang dihiasi oleh lampu-lampu kecil yang berdiri tegak di perimeter mezzanine
yang dapat mendorong aktivitas pengunjung untuk nongkrong ,berdiskusi dan juga
mengerjakan tugas. Area Exposing View (hijau) merupakan area yang memiliki bukaan besar
yang mengarah ke parkiran dan jalan boulevard utama BSD City. Area ini menjadi area yang
​ embuat pengunjung
sangat menarik. Ditambah dengan permainan lighting berwarna ​warm m
semakin betah dalam melakukan aktivitas makan dan nongkrong bersama dengan sesamanya.
Dapat dilihat pada lantai tiga ini, perancang juga mengekspos struktur atap ​space frame untuk
menambah estetika. Kemudian pada area menuju bioskop (warna kuning), perancang
memberikan lighting yang berwarna ​warm ​sebagai ruang transisi menuju ke arah bioskop.
Area tersebut dapat mengundang pengunjung untuk semakin tertarik bergerak ke arah
bioskop.

Tabel Kesimpulan Analisis kualitas ruang pada zoning di setiap lantai Aeon Mall
yang mencakup pengolahan unsur-unsur ruang yang membedakan zoning pada tiap lantai
seperti : pengolahan lantai, ​ceiling​ dan ​lighting.​

N Nama Jumlah Tipe Kualitas Pengolaha Pengolah Pengolahan Aktivitas

41
o Lantai Ruang pada setiap lantai n Ceiling an Lantai Lighting Pengunjung

1 Ground 1,Kualitas ruang pada area 1.ceiling 1.lantai 1.lampu jenis Berbelanja di
Floor Aeon Store berwarna mengguna downlight supermarket,
2.Kualitas ruang pada area coklat tua kan berwarna putih. makan,
menuju Food Culture yang keramik 2.lampu jenis berbelanja
3.Kualitas ruang pada area terbuat dari putih. downlight kosmetik dan
Interactive Fountain kayu. 2.lantai berwarna skin care,
4.Kualitas ruang pada area 2.ceiling mengguna kuning-putih. belanja alat
sirkulasi pengunjung dari yang kan vinyl 3.lampu sorot rumah tangga,
depan Aeon Store sampai terdiri dari kayu berwarna bermain di
pada Plaza tulang-tula berwarna pink.hijau fountain area,
5 Kualitas ruang pada area ng modul coklat tua. (dapat melihat
service kayu 3.lantaim berubah-ubah). pameran dan
coklat enggunak 4.lampu jenis menonton
muda. an downlight pertunjukkan di
3.ceiling keramik berwarna putih. area plaza.
berwarna berwarna 5.lampu jenis
hitam. kegelapan downlight
gelap (hitam berwarna putih.
4.ceiling dan
berwarna abu-abu).
putih. 4.lantai
5.ceiling mengguna
berwarna kan
gelap yaitu keramik
warna putih.
hitam. 5.lantai
mengguna
kan vinyl
kayu
berwarna
coklat tua.

42
2 First 1.Kualitas ruang pada area 1.ceiling 1.lantai 1.lampu jenis berbelanja baju
Floor Aeon Store berwarna mengguna downlight dan kebutuhan
2.Kualitas ruang pada area putih. kan berwarna putih rumah dan
sirkulasi utama (dari ujung 2.ceiling keramik terang. membeli
sampai ujung) berwarna berwarna 2.lampu jenis makanan kecil.
putih. putih. downlight
2..lantai berwarna putih.
mengguna
kan
keramik
berwarna
putih.

3 Second 1.Kualitas ruang pada area 1.ceiling 1.lantai 1.lampu jenis Berbelanja
Floor sirkulasi utama. berwarna menggun downlight kebutuhan anak
2.Kualitas ruang pada area putih. kan berwarna putih. seperti : baju
sitting. 2.ceiling keramik 2.lampu jenis anak, sepatu
3.Kualitas ruang pada area berwarna putih. downlight anak dll.
Aeon Store putih 2.lantai berwarna putih.
3.ceiling mengguna 3.lampu jenis
berwarna kan vinyl downlight
putih kayu berwarna
berwarna kuning-putih.
coklat
muda
3.lantai
mengguna
kan
keramik
putih.

4 Third 1.Kualitas ruang pada area 1.ceiling 1.lantai 1.lampu jenis bermain ,
Floor Ramen Village. berwarna mengguna downlight nongkrong,
2.Kualitas ruang pada area hitam kan vinyl berwarna putih foto-foto.

43
Sitting yang Melingkar. kegelapan. kayu kuning
3.Kualitas ruang pada area 2.ceiling berwarna remang-remang.
lantai ​mezzanine​. berupa gelap. 2.lampu jenis
4.Kualitas ruang pada area struktur 2.lantai downlight putih.
Exposing View. atap yang mengguna 3.lampu jenis
5.Kualitas ruang pada area terekspos. kan downlight putih
menuju ke arah bioskop. 3.ceiling keramik dan
berupa putih. lampu-lampu di
struktur 3.lantai balkon
atap yang mengguna berwarna
terekspos. kan kuning-putih.
4.ceiling keramik 4.lampu
berupa putih. berwarna
vinyl kayu 4.Lantai kuning-putih,
gelap. berwarna ditambah
5.ceiling gelap dengan
berwarna vinyl lampu-lampu
putih. kayu standing yang
gelap memberikan
5.lantai kesan “living
mengguna room”.
kan 5,lampu
keramik berwarna
putih. kuning-putih
remang-remang.

Dilihat dari tabel di atas, perancang Aeon Mall sudah mengimplementasikan


pengolahan kualitas ruang pada setiap lantainya. Pada area Ground Floor dan Third Floor,
terdapat 5 macam kualitas ruang yang berbeda. Sedangkan, pada area First Floor dan Second
Floor, terdapat 3 macam kualitas ruang yang berbeda.

44
Pendekatan Pengolahan Kualitas Ruang di Aeon Mall Jika Dikaitkan dengan Teori Bentley
(1985)

Lantai Permeabili Variety Legibility Robustness Visual Richness Personalisation


ty (akses) (jenis (keteranga (ruang Appropriat (pengalam (Pemberian ciri khas
kegiatan) n tempat) yang eness an ruang pada suatu tempat)
menampun (simbol yang
g lebih dari ruang) dirasakan)
satu
kegiatan)

Ground Floor memenuhi memenuhi memenuhi Belum Belum memenuhi memenuhi


memenuhi memenuhi

First Floor memenuhi memenuhi memenuhi Belum Belum Belum Belum memenuhi
memenuhi memenuhi memenuhi

Second Floor memenuhi memenuhi memenuhi Belum Belum Belum Belum memenuhi
memenuhi memenuhi memenuhi

Third Floor memenuhi memenuhi memenuhi Belum Belum memenuhi memenuhi


memenuhi memenuhi

Jika dikaitkan dengan Teori Bentley, lantai Ground Floor dan Third Floor sudah melakukan
pendekatan Richness yaitu berupa pendekatan pengalaman ruang yang dirasakan pengunjung
dimana pada kedua lantai ini, perancang sudah memberikan kualitas ruang yang lebih
bervariasi untuk menciptakan pengalaman ruang yang berbeda pada pengunjung di setiap
zoningnya. Berbeda dengan Ground Floor dan Third Floor, pada lantai First Floor dan
Second Floor, peneliti menyimpulkan bahwa perancang belum memenuhi pendekatan
Richness untuk menciptakan pengalaman ruang yang berbeda pada pengunjung di setiap
zoningnya dimana pada dua lantai ini tidak banyak pengolahan kualitas ruang.

45
4.4 ​Analisis Pola Aktivitas Berbelanja dan Berkumpul pada Pengunjung Aeon Mall
,BSD City.

Diagram Analisis Pola Aktivitas Berbelanja dan Berkumpul pada Lantai Dasar Aeon Mall,
BSD City.

46
Sumber : Michelle Damayanti,2020

Peneliti menumpuk diagram analisis zoning,sirkulasi dan tata ruang dengan diagram kualitas
ruang yang memperlihatkan gambaran aktivitas pengunjung. Dari analisis tersebut didapatkan
bahwa pada lantai dasar terdapat banyak aktivitas pengunjung di setiap zoningnya. Dapat
dilihat dari pola tersebut, aktivitas pengunjung ada yang berpola secara linier dan memutar.
Jika dilihat dari gambar tersebut ,pengunjung memiliki daya tarik terhadap area retail yang
menjual makanan dan area interaktif seperti plaza dan juga fountain area. Pada lantai ini juga
perancang memberikan pengolahan terhadap kualitas ruang terhadap beberapa bagian
sehingga pengunjung dapat merasakan pengalaman ruang yang berbeda.

Diagram Analisis Pola Aktivitas Berbelanja dan Berkumpul pada Lantai Satu Aeon Mall,
BSD City.
Sumber : Michelle Damayanti,2020
Dilihat dari diagram di atas, pengunjung yang beraktivitas di lantai ini tidak terlalu banyak.
Aktivitas pengunjung terbanyak hanya ada pada area Aeon Store, sedangkan pada area
sirkulasi utama yang mewadahi retail-retail baju, aktivitas pengunjung hanya sedikit ,
kebanyakan pengunjung hanya berjalan-jalan saja. Pada lantai ini, pengolahan kualitas ruang

47
tidak terlalu terlihat sehingga pengunjung kurang merasakan pengalaman ruang yang
berbeda. Hanya sedikit pengunjung yang mengunjungi retail-retail yang ada di lantai ini.

Diagram Analisis Pola Aktivitas Berbelanja dan Berkumpul pada Lantai Dua Aeon Mall,
BSD City.
Sumber : Michelle Damayanti,2020

Tidak jauh berbeda dari lantai satu, pada lantai dua,terdapat sedikit aktivitas pengunjung,
bahkan jika diperhatikan lagi, pola aktivitas yang terbentuk pada area Aeon store hanya
sedikit. Begitu pula dengan area sirkulasi utama yang mewadahi retail-retail kebutuhan anak.
Pada lantai ini, perancang juga tidak terlalu mengolah kualitas ruang. Dilihat juga dari
diagram tersebut,hampir tidak ada pengunjung yang mengunjungi retail-retail.

48
Diagram Analisis Pola Aktivitas Berbelanja dan Berkumpul pada Lantai Dua Aeon Mall,
BSD City.
Sumber : Michelle Damayanti.2020

Pola aktivitas pada lantai tiga tidak jauh berbeda dari lantai 1, hanya saja pada lantai 3, pola
aktivitas yang terbentuk cenderung lebih banyak. Pola tersebut juga tersebar secara merata di
beberapa area. Pola yang terbanyak terbentuk pada area ​foodcourt. Selain itu, pengunjung
juga tertarik untuk mengunjungi area-area hiburan seperti bioskop dan tempat bermain di area
ini. Pada lantai ini, terdapat pengolahan kualitas ruang yang sangat baik dan unik dari
lantai-lantai lainnya. Hal ini membuat pengunjung semakin tertarik untuk beraktivitas di
lantai ini.

No Lantai Pola Jenis


Aktivitas Aktivitas
Menurut

49
Beddington
(1989)

1 Ground Floor Banyak Convenienc


e
shopping,co
mparison
shopping
dan
non-shoppi
ng

2 First Floor Tidak Convenienc


Terlalu e
Banyak shopping,co
mparison
shopping

3 Second Floor Sedikit Convenienc


e
shopping,co
mparison
shopping

4 Third Floor Sangat Convenienc


Banyak e
shopping,co
mparison
shopping
dan
non-shoppi
ng

Dapat disimpulkan bahwa aktivitas pengunjung terbanyak ada pada lantai dasar dan lantai
tiga, sedangkan pada lantai satu dan dua, aktivitas pengunjung masih tergolong sedikit. Jika

50
dikaitkan dengan teori Beddington (1989), lantai Ground Floor dan Third Floor sudah dapat
mewadahi aktivitas berbelanja dan berkumpul (di luar belanja seperti : bermain, menonton)
pada pengunjung, sedangkan lantai First Floor dan Second Floor didesain untuk mewadahi
aktivitas berbelanja pada pengunjung dimana tidak ada area untuk mewadahi aktivitas di luar
berbelanja seperti : berkumpul dan bermain.

4.4 Analisis Hasil Wawancara

​Jenis Retail di Aeon Mall,BSD City


​ Sumber : Google,2020

51
Matriks Data Aeon Mall BSD City
​ ​Sumber : Google,2020

Dilihat dari matriks di atas, yang menjadi sasaran pengunjung Aeon Mall terbagi
menjadi tiga, yakni; keluarga, pekerja kantoran & remaja. Namun jika dilihat, Aeon Mall
menawarkan produk dan jasa yang beragam dimana Mall ini sangat menonjolkan ciri khasnya
yang bergaya ala Jepang.

Analisis Hasil Wawancara (dibawahh)

Tabel Analisis Hasil Wawancara


Sumber : Michelle Damayanti,2020

Hasil dari tabel di atas menunjukkan bahwa narasumber remaja dan pekerja kantor
cenderung pergi ke Aeon Mall bersama orang lain (pasangan/rekan/sahabat). Sedangkan
narasumber ibu rumah tangga mengaku pergi ke Aeon Mall bersama dengan anggota
keluarga.

Kegiatan yang dilakukan oleh narasumber sebagian besar menunjukkan kegiatan


berbelanja dan juga aktivitas makan atau nongkrong. Alasan narasumber remaja menyukai
Aeon Mall karena tempat tersebut karena tempat tersebut menyediakan kebutuhan yang
mereka cari secara lengkap, luas dan banyak area hijau. Narasumber remaja cenderung
melakukan aktivitas seperti makan, nongkrong dan juga membeli barang-barang yang
dibutuhkan.

Sedangkan pekerja kantor menyukai Aeon Mall dengan alasan banyak tempat makan.
Berbeda dengan narasumber remaja, narasumber pekerja kantor biasanya datang ke Aeon
Mall hanya untuk makan siang pada saat istirahat kantor. Pada narasumber yang sudah

52
berkeluarga, mereka menyukai Aeon Mall dengan alasan tempat tersebut luas. Sedangkan,
narasumber yang sudah berkeluarga biasanya menghabiskan waktu yang lebih lama di Aeon
Mall karena melakukan banyak aktivitas berbelanja, makan dan mengajak anak bermain di
wahana bermain.

Bab 5

Kesimpulan dan Saran

Kesimpulan :

Berdasarkan analisis data, dapat disimpulkan bahwa program ruang Aeon Mall,BSD City
mempengaruhi pola aktivitas berbelanja dan berkumpul pada pengunjungnya. Hal ini terlihat
dari hasil analisis secara keseluruhan dimana pola aktivitas pengunjung pada Aeon Mall BSD
City tersebar secara tidak merata dimana mayoritas pengunjung tertarik untuk beraktivitas
daya tarik hanya pada lantai dasar dan lantai tiga, sedangkan hanya sedikit pengunjung yang
tertarik untuk beraktivitas pada lantai satu dan lantai dua. Peneliti menyimpulkan bahwa hal
ini terjadi karena perancang kurang mengolah program ruang pada lantai satu dan lantai dua
Aeon Mall. Dalam program ruang,peneliti melihat bahwa perancang sudah mencoba
memberikan ruang-ruang interaktif yang menjadi daya tarik pengunjung pada lantai dasar dan
tiga, tetapi sayangnya perancang tidak memberikan ruang-ruang interaktif yang menjadi daya
tarik pengunjung pada lantai satu dan dua. Selain itu, peneliti juga menyimpulkan bahwa
perancang kurang mengolah kualitas ruang pada lantai satu dan dua sehingga pengunjung

53
Aeon Mall kurang merasakan pengalaman ruang yang berbeda pada kedua lantai tersebut.
Hal ini juga membuat pengunjung menjadi bosan dan enggan beraktivitas di lantai satu dan
dua.

Saran :

Berdasarkan kesimpulan di atas, peneliti menyarankan prinsip desain mall yang ideal
menurut Maitland (2012) bahwa pada setiap lantai sebaiknya diberikan magnet anchor ​atau
ruang menarik yang paling diminati pengunjung pada setiap lantai. Pengolahan tersebut dapat
berupa pemberian ruang-ruang interaktif yang menjadi daya tarik utama pengunjung. Selain
itu, peneliti juga menyarankan perancang untuk mengolah kembali kualitas ruang pada lantai
satu dan dua seperti yang disarankan oleh Maitland (2012) mengenai pengolahan kualitas
ruang yang mencakup pemberian warna, tekstur pada setiap lantai. Begitu pun, dalam
penataan jenis retail, dalam menata jenis retail sebaiknya pada setiap lantai terdapat
pencampuran jenis retail misalnya : retail ​fashion,foods​ dan​ entertaiment.​
Penelitian ini juga dapat menghasilkan saran bagi para perancang yang ingin
membangun sebuah mal di tempat tertentu bahwa dalam merancang mal tersebut perlunya
memperhatikan detail-detail dari program ruang yang mempengaruhi pola aktivitas
pengunjung.

54
55
Daftar Pustaka

Hadi, S. (1966). ​Tjara menghitung validita, reliabilita dan analisa item dan tehnik² korelasi​.
Jogjakarta: Jajasan Penerbitan FIP-IKIP.

Ching, F. D. (2015). ​Architecture: Form, space, & order​. Hoboken (N.J.): J. Wiley & Sons.

Gillin, J. L., & Gillin, J. (1947). ​An introduction to sociology​. New York: Macmillan.

Hall, S., & Gieben, B. (1991). ​The Formations of modern society.​ Cambridge: Polity Press.

Unknown. (2017, April 02). Pengertian Metode dan Metodologi Penelitian Menurut Ahli.
Retrieved October 22, 2020, from
http://meaningaccordingtoexperts.blogspot.com/2017/04/pengertian-metode-dan-metodologi.
html

PENGERTIAN STUDI PUSTAKA. (2016, August 28). Retrieved October 22, 2020, from
http://www.definisimenurutparaahli.com/pengertian-studi-pustaka/

Ilham, M. (2020, April 23). Pengertian Wawancara Menurut Para Ahli Terlengkap. Retrieved
October 22, 2020, from
https://www.materi.carageo.com/pengertian-wawancara-menurut-para-ahli/

Sugiyono. (2008). ​Metode penelitian pendidikan: (pendekatan kuantitatif, kualitatif dan R &
D)​. Bandung: Alfabeta.

Arikunto. (2002). ​Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek.​ Jakarta: Rineka Cipta.

Rubenstein, H. M. (1978). ​Central city malls​. Chichester: Wiley.

Pickard, Q. (2006). ​The architects' handbook​. Oxford: Blackwell Publishing.

Beddington, N., & Beddington, N. (1991). ​Design for shopping centres: Shopping centres
retail development, design and management.​ Butterworth Architecture.

56
Referensi Arsip :

https://bsd.city/tangsel-genjot-potensi-wisata-belanja/

https://aeonmall-bsdcity.com/

https://wolipop.detik.com/sale-and-shop/d-2877271/mengenal-lebih-dekat-aeon-mall-pusat-p
erbelanjaan-bernuansa-jepang

Lampiran Turnitin :

57
Lampiran Pertanyaan Wawancara dan Jawaban Narasumber
Nama Narasumber : Ruben Irwandi
Umur Narasumber : 22 tahun
Pekerjaan : Mahasiswa

Apakah anda tinggal di kawasan BSD City? JIka iya, sudah berapa lama anda tinggal
di kawasan tersebut?

Ya, sudah 2 tahun.

Apakah anda sering mengunjungi kawasan BSD City?

Setiap hari.

Apakah anda mempunyai tempat favorit yang ada di kawasan BSD City? Jika
ada,jelaskan alasannya

Aeon Mall BSD City, enak aja apa yg gw mau disitu ada, ada tempat belanja, tempat makan
banyak, bioskop enak,ga berasa cape kalau jalan di aeon , mallnya gak terlalu gede, gak
terlalu kecil.

58
Dengan siapa biasanya anda pergi ke tempat tersebut?

Dengan pacar.

Ketika sampai di tempat tersebut, bolehkan anda menyebutkan semua kegiatan yang
anda lakukan di tempat tersebut dari datang sampai ingin pulang?

Pertama kali dtg ke aeon pasti gw ke toilet dlu, abis itu gw ke guardian nemenin pacar belanja
skincare sama alat makeup, abis itu gw ke foodcourt yang bawah yang ada yoshinoyannya
buat liat-liat makanan, kalau gaada yg pas ya gw langsung kefoodcourt atas , tapi sebelum gw
naik ke atas biasanya gw ke KOI dlu beli ovaltine macchiato di lantai 3. Abis itu gw naik ke
atas ke foodcourt 4 makan disitu biasanya makan yongtaufu abis makan yongtaufu biasanya
gw duduk2 aja ngobrol2 sama pcr gw. Udah itu, gw turun ke lantai paling bawah, terus gw
baru ke supermarketnya terus beli yg pengen gw beli, abis itu gw pulang. Kenapa gw
belakangan ke supermarketnya? Biar gw ga nenteng barang.

Berapa lama anda berada di tempat tersebut? (berapa jam)

2 jam

Biasanya anda lebih sering ke mall untuk membeli barang atau untuk sarana hiburan
saja? Mengapa?

Membeli barang gara2 gw hedon orangnya.

59
Lampiran Pertanyaan Wawancara dan Jawaban Narasumber
Nama Narasumber : Firmansyah Rizky
Umur Narasumber : 22 tahu
Pekerjaan : Karyawan Swasta

Apakah anda tinggal di kawasan BSD City? JIka iya, sudah berapa lama anda tinggal
di kawasan tersebut?

Tidak.

Apakah anda sering mengunjungi kawasan BSD City?

Cukup sering karena saya bekerja di kawasan ini sih.

Apakah anda mempunyai tempat favorit yang ada di kawasan BSD City? Jika
ada,jelaskan alasannya

Aeon Mall,BSD City.

Dengan siapa biasanya anda pergi ke tempat tersebut?

Bersama dengan teman-teman kantor.

60
Ketika sampai di tempat tersebut, bolehkan anda menyebutkan semua kegiatan yang
anda lakukan di tempat tersebut dari datang sampai ingin pulang?

Biasanya datang cuman cri makan aja sih, misalnya disitu ada tempat makan baru jdi pengen
nyobain abis itu pulang.

Berapa lama anda berada di tempat tersebut? (berapa jam)

Biasanya sih satu jam lebih.

Biasanya kalau ke mall,anda bertujuan untuk membeli kebutuhan atau untuk sarana
hiburan saja? Mengapa?

Lebih sering buat cari kebutuhan aja sih, karena laper jdi cri makan disitu terus beli snack
sama minuman ringan di supermarketnya.

Lampiran Pertanyaan Wawancara dan Jawaban Narasumber


Nama Narasumber : Fredella Ganesha
Umur Narasumber : 16 tahun
Pekerjaan : Siswi SMA

Apakah anda tinggal di kawasan BSD City? JIka iya, sudah berapa lama anda tinggal
di kawasan tersebut?

Tidak.

Apakah anda sering mengunjungi kawasan BSD City?

iya , lumayan sering.

Apakah anda mempunyai tempat favorit yang ada di kawasan BSD City? Jika
ada,jelaskan alasannya

61
Aku suka ke Aeon Mall karena sukanya disitu tuh luas terus ada banyak resto-resto besar
juga yang punya view bagus.

Dengan siapa biasanya anda pergi ke tempat tersebut?

Teman.

Ketika sampai di tempat tersebut, bolehkan anda menyebutkan semua kegiatan yang
anda lakukan di tempat tersebut dari datang sampai ingin pulang?

Biasanya ke sih, makan cantik gitu , abis slesai makan aku suka ke JCO, nongkrong makan
donat sama minum. Abis itu jalan-jalan bentar terus pulang deh.

Berapa lama anda berada di tempat tersebut? (berapa jam)

Kalau kesananya pagi, misalnya sampe siang ( sekitar 2 jam an), kalau sore bisa sampe
malem sih biar ga macet pulangnya.

Lampiran Pertanyaan Wawancara dan Jawaban Narasumber


Nama Narasumber : Novi Wijaya
Umur Narasumber : 39 Tahun
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga

Apakah anda tinggal di kawasan BSD City? JIka iya, sudah berapa lama anda tinggal
di kawasan tersebut?

Tidak

Apakah anda sering mengunjungi kawasan BSD City?

Sering. Seminggu sekali

62
Apakah anda mempunyai tempat favorit yang ada di kawasan BSD City? Jika
ada,jelaskan alasannya

Aeon Mall, karena banyak makanan dan banyak yang diliat,

Dengan siapa biasanya anda pergi ke tempat tersebut?

Keluarga

Ketika sampai di tempat tersebut, bolehkan anda menyebutkan semua kegiatan yang
anda lakukan di tempat tersebut dari datang sampai ingin pulang?

jalan-jalan,makan,shopping baju, terus ke supermarket, pergi ke timezone nemenin anak main

Berapa lama anda berada di tempat tersebut? (berapa jam)

4 jam

Apakah anda menemukan foodpark sejenis itu di kawasan BSD City? Jika iya,sebutkan
Lampiran Pertanyaan dan Jawaban Narasumber
Nama Narasumber : Indah Permata sari
Umur Narasumber : 29 tahun
Pekerjaan : Ibu rumah tangga

Apakah anda tinggal di kawasan BSD City? JIka iya, sudah berapa lama anda tinggal
di kawasan tersebut?

tinggal , saya punya rumah kedua di BSD City

Apakah anda sering mengunjungi kawasan BSD City?

Seminggu 3 kali, jumat sabtu minggu

63
Apakah anda mempunyai tempat favorit yang ada di kawasan BSD City? Jika
ada,jelaskan alasannya

Aeon Mall soalnya lengkap sih bisa buat main anak juga

Dengan siapa biasanya anda pergi ke tempat tersebut?

Suami dan anak

Ketika sampai di tempat tersebut, bolehkan anda menyebutkan semua kegiatan yang
anda lakukan di tempat tersebut dari datang sampai ingin pulang?

Ke atm dulu ,jalan-jalan keliling toko,kalau ada yg cocok beli. Main chocho train/zoomoof

Abis makan,jalan-jalan lagi turunin nasi ,pulang

Berapa lama anda berada di tempat tersebut? (berapa jam)

6 jam

64

Anda mungkin juga menyukai