Anda di halaman 1dari 12

Perancangan Desain Interior

Pusat Pengembangan Industri Rotan


di Surakarta

Adam Sangesti / C0815002


Desain Interior Universitas Sebelas Maret

ABSTRAK

Proyek Desain Interior Pusat Pengembangan Industri Rotan di Surakarta ini


merupakan proyek perancangan fasilitas umum untuk melaksanakan kegiatan
yang berhubungan dengan penigkatan nilai guna produk rotan yang melibatkan
seluruh aspek masyarakat. Pusat Pengembangan Industri Rotan bertujuan sebagai
tempat yang menjembatani antara berbagai sektor industri rotan, baik itu
produsen, petani, pengrajin, pelaku industri, desainer, ahli desain dan peneliti.
Proyek ini menggunakan konsep “Luwes”, dengan menerapkan konsep Luwes
pada desain Pusat Pengembangan ini bertujuan untuk membentuk sinergi yang
bersifat saling menguntungkan bagi seluruh masyarakat yang terlibat. Untuk
mencapai tujuan tersebut perlunya pendekatan perilaku pada sektor industri rotan.
Mayoritas industri rotan saat ini masih terjebak dengan cara kerja yang tradisional
dan minimnya efisiensi dalam proses produksi serta distribusi. Dalam penerapan
konsep Luwes, diharapkan mampu mengurai cara kerja yang kaku dan memicu
terjadinya kolaborasi untuk mendorong efisiensi produksi dan distribusi.
Penerapan konsep Luwes pada desain interior ditekankan pada visual, sirkulasi,
fungsi dan fasilitas ruang yang dapat mempengaruhi perilaku pengguna ruang
serta mempermudah segala aktivitas yang ada didalamnya.
Kata kunci : desain interior, pusat pengembangan, industri, rotan, luwes

ABSTRACT
The project of Interior Design for Rattan Industry Development Center
in Surakarta is a public facility concept to carry out activities related to
increasing the use-value of rattan products involving every aspect of society. The
Rattan Industry Development Center designed as a place to connect various
sectors in the rattan industry, namely producers, farmers, craftsmen, business
owners, designers, expert designers, and researchers. In the hope of achieving
these objectives, a behavioral approach in various sectors of the rattan industry
is needed. The majority of the rattan industry nowadays is still using traditional
ways, which results in poor efficiency in the production and distribution process.
The project use “Luwes” concept, the aim of this concept is expected to unravel
the rigid production process and initiate the collaboration of both parties to
improve the production and distribution efficiency. The use of “Luwes” concept

1
emphasizes visual, circulation, function, and spatial facilities that can improve
the behavior of the facility user and facilitate every activity inside the facility.
Keyword : interior design, development center, industry, rattan, luwes.

1. PENDAHULUAN

Ruang untuk mewadahi kegiatan edukasi publik atau peningkatan intelektual


masyarakat saat ini belum dapat memenuhi kebutuhan secara lengkap. Saat ini pada
umumnya segala kegiatan tentang pemanfaatan, pengolahan, dan pengembangan rotan di
Indonesia masih menggunakan fasilitas sederhana dan sangat tradisional. Perlunya ruang
edukatif yang memiliki fasilitas untuk memudahkan kegiatan didalamnya. Dengan
begitu maka akan membuka kesempatan bagi seluruh kalangan masyarakat untuk
meningkatkan kesadaran intelektual yang berpengaruh dalam jangka panjang.
Perencanaan interior Pusat Pengembangan Industri Rotan menyelesaikan
permasalahan pada kesulitan para pengembang dan peneliti rotan yang dibatasi oleh
fasilitas. Maka ruang yang dapat mendukung kegiatan pengkajian rotan dapat dirancang
sebagai solusi untuk mempermudah kegiatan pengkajian rotan secara modern. Selain
diperuntukan oleh peneliti atau pengambang, perlunya fasilitas ruang edukatif yang
bersifat publik sehingga dapat dimanfaatkan secara terbuka oleh masyarakat.
Untuk dapat dinikmati oleh kalangan masyarakat luas, maka perlunya penerapan
perencanaan pada desain dan konsep yang mengacu pada sifat luwes namun fungsi utama
tetap sebagai sarana edukatif. Maka dari itu, pendekatan desain yang dapat menarik minat
masyarakat dan fasilitas sesuai dengan kebutuhan publik diperlukan demi merancang
ruang interior yang tepat sasaran. Selain itu juga, inovasi pada setiap fasilitas ruang
diperlukan supaya masyarakat Indonesia tidak tertinggal dalam teknologi dan informasi
dengan negara-negara maju, serta dapat menjadi peluang besar di sektor ekonomi kreatif
secara internasional pada lingkup MEA (Masyarakat Ekonomi Asia).

2
2. METODE DESAIN

PROYEK
PERANCANGAN

STUDI RUMUSAN STUDI


LITERATURE LAPANGAN

DATA PROYEK

FAKTOR MANUSIA KONSEP DESAIN INTERIOR SISTEM

ASPEK EKONOMI SKETSA DESAIN ASPEK TEMA

ASPEK LINGKUNGAN NORMA DESAIN


ALTERNATIF
DESAIN
ASPEK KEAMANAN

DESAIN TERPILIH

EVALUASI DESAIN

DESAIN

Skema 1 (Skema Pola Pikir Desain)


Sumber : Panduan Menyusun TA Desain Interior UNS

Data fisik dan non fisik serta permasalahan yang terdapat dalam kasus yang akan
ditentukan konsep dalam desain ruang serta mengacu pada literatur (sumber dari pustaka)
dan parameter berupa gambar foto sebagai pembanding dengan desain studio animasi
lainnya. Permasalahan yang akan dipecahkan melalui analisa serta sintesis dan nantinya
akan menghasilkan gagasan ide atau alternatif desain. Hasil akhir berupa desain akhir
yang akan diwujudkan.

Dalam proses desain ini ada beberapa tahapan berdasarkan bagan pola pikir desain
dan apa yang dilakukan desainer pada tahap tersebut. Tahapannya adalah sebagai berikut:

3
a. Emphatize
Tahap pertama yang dilakukan adalah memahami permasalahan yang ada
pada industri kerajinan rotan sebagai dasar latar belakang perancangan,
diantaranya dengan cara mengenali objek, mencari data-data dengan
mengadakan pengamatan langsung pada objek, mencari informasi dan
melakukan wawancara dengan pihak terkait serta mengumpulkan data-data yang
menunjang untuk melakukan perancangan, termasuk aktivitas yang terjadi.
b. Define
Merupakan proses penetapan atau pemfokusan terhadap tujuan yang akan
dicapai. Data-data yang terkumpul diseleksi agar diperoleh data yang lebih
ringkas dan langsung pada sasaran perancangan. Pengumpulan data
dikelompokkan menjadi beberapa bagian, yaitu dengan melakukan studi
literatur, pengumpulan data tipologi, dan analisa dokumen
c. Ideate
Merupakan proses pencarian dan pemfokusan ide desain dan cara-cara
memecahkan masalah atau mencari solusi. Pada tahap ini yang dilakukan adalah
membuat brainstorming.
d. Prototype
Tahap membuat maket studi yang akan diuji kesesuaiannya berdasarkan
konsep, tujuan, dan solusi agar dapat diketahui apakah desain perancangan ini
sudah berhasil menjawab atau memecahkan permasalahan.
e. Test
Tahap yang dilakukan sebagai bentuk kritik desain, masukan-masukan dari
orang lain, serta evaluasi dari perancangan desain yang telah dibuat.

4
3. HASIL

a. Permasalahan Desain
“Bagaimana mendesain interior Pusat Pengembangan Industri Rotan yang
dapat mewadahi semua aktivitas yang terkait dengan pengkajian produk rotan
yang ada di Indonesia?”

b. Konsep Desain

Gambar 1 (Ide Gagasan Konsep)


Sumber :Hasil Analis 2019

Secara garis besar konsep yang dipilih untuk menjawab permasalahan desain
interior Pusat Pengembangan Industri Rotan adalah konsep “Flexibility of
Indonesia rattan” atau biasa disebut “Luwes”. Dipilih berdasar karakteristik,
kegunaan, dan target pengguna rotan itu sendiri yang bersifat luwes, fleksibel.
Konsep ini mengacu pada makna luwes yang berarti mudah menyesuaikan,
karakteristik inilah yang akan menjadi acuan pada penerapan desain, perilaku
pengguna ruang, target masyarakat dari beragam kalangan, serta sistem yang
berlaku pada management. Konsep luwes juga memiliki maksud dan tujuan untuk
menyelaraskan beragam segmen industri rotan serta memerepresentasikan wujud
kebebasan kreatifitas masyarakat Indonesia.

5
Perencanaan dan perancangan Pusat Penelitian dan Pengembangan Industri
Rotan ini merupakan proyek perancangan fasilitas yang mewadahi kegiatan
penelitian dan pengembangan terhadap rotan. Dengan merancang fasilitas interior
yang dapat menyediakan sarana lengkap bagi peneliti, pengembang dan
masyarakat umum. Disamping itu juga merancang fasilitas interior inovatif yang
dapat memudahkan kegiatan pengembangan dan penelitian rotan yang lebih
modern.

4. PEMBAHASAN
Aspek-aspek yang menjadi dasar pemilihan konsep perancangan, yaitu:
a. Tujuan Utama Pusat Pengembangan Industri Rotan
Tujuan dari mendesain interior Pusat Pengembangan Industri Rotan meliputi
menghadirkan interior yang dapat mewadahi semua aktivitas yang terkait dengan
pengkajian dan pemanfaatan yang lebih mendalam mengenai rotan di Indonesia.
Sebagai sarana belajar publik, maka desain interior dengan menyertakan fungsi
edukatif dan inovatif. Serta untuk mewadahi seluruh elemen masyarakat maka
diperlukannya fasilitas interior yang memenuhi kriteria ruang publik yang dapat
dinikmati seluruh kalangan.
b. Studi Bentuk dan Karakteristik Rotan

Gambar 2 (Transformasi bentuk rotan)


Sumber :Hasil Analis 2019

6
Bentuk-bentuk yang dimunculkan pada perancangan berupa bentuk yang
berasal dari transformasi karakteristik rotan dan tidak jauh dari makna luwes.
Maka akan mucul bentuk-bentuk sederhana yang dapat dengan mudah
menyesuaikan ukuran dan fungsi ruangan, serta nyaman bagi tiap
penggunanya. Bentuk yang memiliki karakter luwes misalnya lingkaran,
lengkung, persegi, dan menghindari bentuk rumit dengan banyak sudut.

c. Fungsi dan Sasaran

Gambar 3 (Sasaran pengunjung)


Sumber :Hasil Analis 2019

Sasaran pada desain interior pusat pengembangan industri rotan terbagi


menjadi beberapa kelompok yang sangat bergam, meliputi : Peneliti dan
pengembang, industri produk kerajinan dengan bahan baku rotan, desainer
furniture dan produk rotan, mahasiswa atau civitas pendidikan, konsumen
dan penggemar produk rotan, dan masyarakat umum.

7
Desain akhir dari penerapan konsep diatas adalah sebagai berikut :
1. Ruang Lobby

Gambar 4 (Ruang Lobby)


Sumber :Hasil Perancangan 2019

Pada ruang lobby, konsep luwes diaplikasikan pada penggunaan furnitur


berupa bench yang dapat memicu terjadinya interaksi atau komunikasi
dengan baik antar pengunjung atau pengguna ruang. Sedangkan visualisasi
konsep diterapkan melalui rotan yang meliuk sebagai elemen estetis pada
ceiling.

2. Ruang Seminar

Gambar 5 (Ruang Seminar)


Sumber :Hasil Perancangan 2019

8
Pada ruang seminar, konsep luwes diaplikasikan pada penggunaan
bangku tanpa meja sehingga dapat dengan mudah menyesuaikan metode
pembelajaran atau menyesuaikan kebutuhan ruang. Secara visual, karakter
luwes juga dimunculkan melalui elemen rotan pada ceiling yang juga
berfungsi sebagai peredam/akustik.

3. Ruang Gallery

Gambar 6 (Ruang Gallery)


Sumber :Hasil Perancangan 2019

Pada ruang gallery, konsep luwes diaplikasikan hampir pada seluruh


elemen ruangan. Secara visual dapat terlihat melalui treatment pada dinding,
instalasi pada ceiling, serta penataan pada display.

9
4. Ruang Workshop

Gambar 7 (Ruang Workshop)


Sumber :Hasil Perancangan 2019

Pada ruang workshop, konsep luwes lebih ditekankan pada sistem


sirkulasi dan pembagian zonasi yang mendukung atau mempermudah proses
produksi.

5. Ruang Office

Gambar 8 (Ruang Office)


Sumber :Hasil Perancangan 2019

Pada ruang office, konsep luwes lebih ditekankan pada fungsi. Salah
satunya penggunaan partisi yang terbuka dan transparan, sehingga memberi
kesan terbuka dan santai bagi pengguna ruang.

10
6. Cafeteria

Gambar 9 (Cafeteria)
Sumber :Hasil Perancangan 2019

Pada cafeteria, konsep luwes diterapkan pada penggunaan furnitur yang


dapat dipindahkan atau disusun sesuai kebutuhan. Sedangkan pada elemen
estetis diterapkan pada penggunaan ceiling dengan rotan yang meliuk.

5. KESIMPULAN

Desain Interior Pusat Pengembangan Industri Rotan di Surakarta bertujuan


sebagai tempat yang menjembatani antara berbagai sektor industri rotan, baik itu
produsen, petani, pengrajin, pelaku industri, desainer, ahli desain dan peneliti untuk
saling membangun sinergi antara pemangku kepentingan untuk saling berinteraksi,
belajar, dan bekerja sama.
Perencanaan dan perancangan Pusat Pengembangan Industri Rotan di Surakarta
ini merupakan proyek perancangan fasilitas umum untuk melaksanakan kegiatan
yang berhubungan dengan penigkatan nilai guna produk rotan yang melibatkan
seluruh aspek masyarakat. Dengan menerapkan konsep Luwes pada peranacngan
Pusat Pengembangan ini, bertujuan supaya dapat merangkul dan mewadahi seluruh
kelompok masyarakat yang terlibat sehingga terbentuknya sinergi yang bersifat
mutual bagi semua yang terlibat.

11
DAFTAR PUSTAKA

Kumara, Zulyo. (2018). Perancangan Interior Pusat Inovasi Rotan Nasional


(PIRNas) Palu. Yogyakarta: UPT Perpustakaan Institut Seni Indonesia Yogyakarta.

Alfatha, Muhammad. (2015). Perancangan Interior Gedung PIRNas di Kota Palu


(Eksplorasi material rotan laminasi sebagai elemen interior). Bandung: Laporan
Tugas Akhir Program Studi Desain Interior FIK-Universitas Telkom.

Panero, Julius dan Zenik, Martin. (2003). Dimensi Manusia dan Ruang Interior
(Edisi Terjemahan D.Kurniawan). Jakarta :Erlangga.

Eka Palupi, Andita. Tri Novianto P., dan L. Lauren Nurhadi. (2016). Perancangan
Furniture Berbahan Rotan dan Fasilitas Pendukungnya. Surabaya: Arsitektur
Interior Ciputra.

KEMENPERIN. (2007). Pengembangan Industri Pengolahan Rotan Indonesia.


https://www.kemenperin.go.id/artikel/471/Pengembangan-Industri-Pengolahan-
Rotan-Indonesia. Diakses pada 18 April 2019.

12

Anda mungkin juga menyukai