Anda di halaman 1dari 30

Laporan Praktek Kerja Lapangan (PKL)

BAB I
PENDAHULUAN

Bab ini akan membahas latar belakang, maksud, tujuan dan sasaran, lingkup dan waktu
pelaksanaan kerja praktik, metode pembahasaan, dan sistematika laporan.

1.1      Latar Belakang
Era pembangunan dewasa ini telah sedemikian jauh menjangkau aspek dan dimensi
kehidupan manusia, baik dalam konteks pembangunan fisik maupun dalam konteks
pembangunan mental yang meliputi pembangunan manusia-manusia dengan mental dan jiwa
yang siap membangun

Dalam mengikuti perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi dewasa ini, ilmu
arsitektur tidak akan berarti bila hanya berkembang melalui teori-teori yang diperoleh dari
bangku kuliah. Oleh karena itu, kurikulum disiplin ilmu arsitektur harus ditunjang melalui praktik
lapangan yang secara langsung membentuk sikap profesionalisme mahasiswa. Kerja praktik
profesi yang merupakan gabungan dari kerja praktik I (pengamatan proyek di lapangan) dan
kerja praktik II (praktikan berperan sebagai arsitek junior) , yang mencakup bidang
pelaksanaan, bidang pengawasan dan bidang perencanaan.

Berdasarkan pengalaman, sebagian besar masalah yang timbul dalam pembangunan


fisik suatu rancangan terdapat dalam kenyataan di lapangan, apakah mengenai pelaksanannya
maupun dalam perencanaannya.

Dengan mengikuti kerja praktik, mahasiswa dapat secara langsung menerapkan


sebagian besar teori-teori ilmu arsitektur yang didapat dari bangku kuliah.  Kerja praktik dapat
menambah wawasan berpikir dan pengetahuan tentang dunia profesionalisme arsitektur,
seperti pengetahuan struktur dan konstruksi bangunan, bagaimana manajemen perusahaan
dan sebagainya.

Merujuk kepada alasan di atas, maka saya sebagai Mahasiswa Teknik Jurusan
Arsitektur dituntut untuk mengikuti kerja praktik profesi yang memberikan kesempatan untuk
melibatkan diri secara langsung pada sebuah biro kontraktor, sehingga pada akhirnya menjadi
seorang  perencana/arsitek yang benar-benar menguasai profesinya.

1.2      Maksud, Tujuan dan Sasaran Kerja Praktik Profesi Perencanaan


1.2.1  Maksud Pelaksanaan Kerja Praktik Profesi Perencanaan
a.    Mengetahui apa dan bagaimana biro kontraktor
b.    Mengetahui cara kerja biro kontraktor
c.    Mengetahui tahap-tahap perencanaan dalam suatu proyek dan bagaimana prosedur
penyelesaian suatu permasalahan.

1.2.2      Tujuan Pelaksanaan Kerja Praktik Profesi Perencanaan


a.    Memenuhi persyaratan kurikulum mata kuliah kerja praktik.
b.    Memberi pengetahuan tambahan bagi mahasiswa yang mungkin tidak didapat di bangku kuliah.
c.    Memberikan kesempatan pada mahasiswa untuk membandingkan apa yang didapatkan di
bangku kuliah dalam bentuk teori dengan apa yang ada di lapangan pada pekerjaan suatu
bangunan.
d.    Memberi pengalaman berupa pengamatan serta perbandingan yang lebih jelas dalam bidang
perencanaan.

1.2.3      Sasaran Pelaksanaan Kerja Praktik Profesi Perencanaan


a.    Untuk menambah kedisiplinan kerja.
b.    Untuk mengetahui seluk beluk pengawasan dan penyelesaian suatu proyek.
c.    Untuk  mengetahui  bagaimana  sistem kerja suatu kontraktor, konsultan atau manajemen
konstruksi dalam pelaksanaan dan mengatasi masalah-masalah yang timbul di lapangan.
d.    Untuk mengetahui kebijaksanaan-kebijaksanaan yang ditempuh oleh konsultan perencana dan
manajemen konstruksi dalam pelaksanaan pekerjaan.

1.3      Lingkup dan Waktu Pelaksanaan Pekerjaan Kerja Praktik II


Lingkup kerja praktik II, dibatasi dalam bidang drafter (menjadi juru gambar dari gambar-
gambar yang direvisi) pada suatu proyek. di mana praktikan terjun langsung ke proyek melalui
biro kontraktor, dalam hal ini menyangkut bagaimana suatu praktikan dapat turut serta
melaksanakan dan menyelesaikan pekerjaan teknis maupun non-teknis mengenai perencanaan
proyek di lapangan, pemahaman gambar-gambar kerja, dan pengamatan lapangan.
Pelaksanaan kerja praktik bidang perencanaan ini berlangsung selama 8 minggu (2
bulan), mulai dari tanggal 1 Mei 2008 sampai tanggal 30 Juni 2008.

1.4  Metoda Pembahasan Tahapan Pelaksanaan Pekerjaan KP II


 Dalam menyelesaikan laporan penyusun memperoleh data-data di lapangan dengan cara
pengamatan langsung sekaligus mewawancarai pihak-pihak yang terlibat di lapangan serta dari
studi literatur.

Gambar 1.2 Metoda pembahasan

1.5  Sistematika Laporan
Laporan ini akan diuraikan dengan sistematika pembahasaan sebagai berikut:
BAB  I         Pendahuluan
Merupakan bab yang berisi latar belakang, manfaat, tujuan dan saran, lingkup dan waktu
pelaksanaan, metode pembahasan, dan sistematika laporan.
BAB II        Deskripsi Proyek Hotel Grand Pasundan Bandung
Bab ini berisi tentang tinjau khusus proyek hotel grand pasundan Bandung, latar belakang
proyek, maksud dan tujuan proyek, pihak-pihak yang terlibat dalam proyek, cara mendapatkan
proyek, dan alas an praktikan memilih kerja praktik pada biro jasa kontraktor.
BAB III      Tinjuan Umum Hotel
Bab yang menjelaskan tentang prinsip dan pertimbangan perancangan hotel, dan klasifikasi
hotel
BAB  IV     Tinjauan Khusus Terhadap Lingkup Perancangan Hotel Grand Pasundan Bandung
Bab ini akan menguraikan tentang tinjauan terhadap progres perancangan Hotel Grand
Pasundan Bandung.
BAB V       Kesimpulan
Merupakan rangkuman dari pembahasan dan pengamatan di lapangan.

BAB II
DESKRIPSI PROYEK
HOTEL GRAND PASUNDAN BANDUNG

Bab ini akan menjelaskan tentang, tinjauan khusus proyek hotel grand pasundan, pihak-
pihak yang terlibat dalam proyek dan  cara mendapatkan proyek

2.1              Tinjauan Khusus Proyek


   Data Proyek
oyek                  : HOTEL GRAND PASUNDAN
Alamat Proyek               : Jl. Peta No.147-149 Bandung
Pemilik Proyek               : Grand Pasundan Convention Hotel
Perencana                       : P.T. Rekatama Konstruksindo
Kontraktor Pelaksana     : P.T. Pulau Intan Bajaperkasa Konstruksi
Fungsi Bangunan           : Hotel
mbangunan      : 10 September 2007 -7 Agustus 2008( ±12  Bulan) 
Luas Lahan                    : 47 x 78=3.666M2
Luas Bangunan              : 18.552,10M2
Jumlah Lantai                 : 11 Lantai + Top Floor
Tinggi Bangunan            : 35,50 Meter
2.2              Latar Belakang Proyek
Pengembangan Hotel Grand Pasundan Bandung Jawa Barat ini berupakan suatu
kebutuhan akomodasi.  Di mana Hotel Grand Pasundan ini merupakan hotel berbintang tiga
yang memiliki komitmen akan memberikan pelayanana terbaik terhadap pengunjung yang
datang.
Pelayanan Hotel Grand Pasundan ini tidak terbatas sebagai hotel penyedia kamar-
kamar saja tapi melainkan menyediakan tempat-tempat lainnya seperti ruang pertemuan,
tempat hiburan dll.  Lokasi yang strategis dari Hotel Grand Pasundan ini mendorong pihak hotel
untuk mengembangkan lagi luas Hotel Grand Pasundan, pengembangan ini akan mencukupi
permintaan akan sarana akomodasi yang meningkat.
Pengembangan Hotel Grand Pasundan ini salah satu program dari Grand Pasundan
Convention Hotel sendiri, di mana permintaan konsumen yang makin meningkat dan ramai
menjadi suatu alasan perlunya ruang-ruang yang baru guna menyediakan pelayanan
akomodasi yang baik dan lengkap melalui perluasan bangunannya.

2.3              Maksud dan Tujuan


Pengembangan Hotel Grand Pasundan khususnya untuk kawasan Bandung dan
sekitarnya ini adalah sebagai salah satu sarana fasilitas jasa penginapan.
Adapun maksud dan tujuan dari pengembangan Hotel Grand Pasundan ini adalah:
1.      Penambahan fasilitas kawasan akomodasi di kota Bandung
2.      Memperluas bangunan Hotel Grand Pasundan
3.      Sebagai sarana wisata pada kota Bandung.
Sasaran terbangunnya Hotel Grand Pasundan dengan fasilitas meeting room, chinese
restaurant, executive club, ruang karaoke, salon, sewimming pool & kapasitas
akomodasi, standart room 43 unit, deluxe room 16 unit, executive room 21 unit, studio suite
room 1 unit, junior suite room 1 unit, untuk menunjang kebutuhan jasa penginapan di Bandung.

2.4              Pihak-Pihak Yang Terlibat Dalam Proyek


2.4.1    Nama dan alamat proyek
          Nama Proyek :

“Pengembangan HOTEL GRAND PASUNDAN”


         Alamat Proyek :

Jalan Peta No. 147-149


Bandung

2.4.2    Pemilik atau pemberi tugas


Pemilik atau pemberi tugas dalam proyek ini adalah :
GRAND PASUNDAN CONVENTION HOTEL
Kantor Pusat,
Jalan Peta No. 147-149
Bandung
2.4.3    Konsultan perencana
Konsultan perencana adalah konsultan yang telah ditunjuk oleh pemberi tugas untuk
melaksanakan perencanaan proyek ini, dalam batas-batas yang ditentukan, baik teknis maupun
administratif.  Dalam hal ini konsultan yang ditunjuk adalah : PT. REKATAMA
KONSTRUKSINDO.

2.4.4    Kontraktor
Pemborong atau kontraktor adalah pihak perusahaan yang ditunjuk pemilik melalui
proses tender untuk melaksanakan pembangunan dan telah menandatangani surat perjanjian
pemborongan.  Dalam hal ini kontraktor yang ditunjuk adalah:
PT. Pulau Intan Contractors
Kantor Pusat,
Jalan Daan Mogot No. 327 C
Jakarta Barat 11460
Telepon  : (021) 5452489
Fax : (021) 5405734

2.5              Cara Mendapatkan Proyek


Sistem penunjukan langsung
Sistem Penunjukan Langsung  ini terbagi dalam dua jenis :
1. Task Werk
Pemilik proyek menunjuk pihak lain untuk melaksanakan proyek, sedangkan material
telah disediakan oleh pemilik. Atau pemilik menunjuk pihak lain sebagai pelaksana proyek
sekaligus penyedia material.
2. Penunjukan Penuh
Pemilik proyek menunjuk kontraktor sebagai pelaksana proyek secara keseluruhan, baik
sebagai penyedia sumber dana maupun material. Biasanya sistem ini berlaku untuk proyek
pemerintah yang memerlukan tugas-tugas khusus, seperti perbaikan gedung tua dan
sebagainya.
Untuk proyek Hotel Grand Pasundan Bandung, sistem yang digunakan adalah
penunjukan penuh di mana pelaksanaan proyek secara keseluruhan ini di laksanakan oleh
kontraktor PT. PULAU INTAN.

2.6              Struktur Organisasi Proyek Hotel Grand Pasundan Bandung


Struktur organisasi proyek hotel grand pasundan Bandung dapat dilihat pada gambar 2.1.
(terlampir pada lampiran)

2.7              Latar Belakang Memilih Kerja Praktik Di Biro Kontraktor


a.    Pengertian kontraktor dan konsultan perencana
     Kontraktor
      Kontraktor adalah sebagai pelaksana pekerjaan proyek fisik di lapangan dan merupakan
mitra kerja yang akan bertanggung jawab sepenuhnya atas proses pelaksanaan proyek
bangunan tersebut.
     Konsultan perencana
Secara umum pengertian Konsultan Perencana dapat diuraikan sebagai berikut :
1.           Konsultan Perencana adalah suatu perusahaan yang memenuhi persyaratan untuk
melaksanakan tugas konsultansi dalam bidang perencanaan dan perancangan suatu
bangunan. (Sumber : Dirjen Cipta Karya; Tentang Pedoman Operasional Pengisian
Pelaksanaan Dip.)
2.          Konsultan Perencana dalam kegiatannya merupakan suatu badan usaha yang dengan
mempergunakan keahliannya dan berdasarkan suatu pemberian tugas mengerjakan
perencanaan, perancangan dan atau pengawasan pembangunan di bidang teknik
bangunan.  (Sumber : Buku IAI ; Pedoman Hubungan Kerja Antara Arsitek dan Pemberi
Tugas).

b.   Perbedaan kerja praktik di kontraktor dengan konsultan


Kerja praktik pada biro jasa kontraktor dinilai lebih memiliki bobot ketimbang di biro jasa
konsultan perencana karena kerja praktik pada kontraktor ini selain memberikan pengalaman
pengawasan proyek secara langsung di lapangan juga praktikan dilatih untuk bisa menggambar
(drafter) beberapa perubahan gambar yang terjadi (shop drawing) jadi faktor lebih dari kerja
praktik di kontraktor dibandingkan  di biro jasa konsultan perencana adalah dapat mengawasi
langsung proses pelaksanaan proyek di lapangan, dapat ikut serta dalam pembuatan gambar-
gambar kerja serta gambar-gambar yang mengalami perubahan (shop drawing)
Sedangkan kerja praktik yang dilakukan di biro jasa konsultan perencana itu hnaya dititik
beratkan pada proses perancangan suatu proyek (ikut serta menggambar/drafter)

BAB III
TINJAUAN UMUM HOTEL

Bab ini akan membahas tentang pengertian hotel, prinsip dan pertimbangan
perancangan hotel, dan klasifikasi hotel.

3.1   Pengertian Hotel
Hotel adalah suatu bentuk akomodasi yang dikelola secara komersial, disediakan bagi
setiap orang untuk memperoleh pelayanan, penginapan berikut makan dan minum (Berdasar
SK Mentri Perhubungan No. PM 16/PW 301/PHB 77 Tanggal 22 Desember 1977 pada bab I
pasal 7 ayat a).  Berdasarkan pengertian ini, hotel memerlukan pengelolaan secara terus
menerus melayani konsumennya.  Hal ini juga sesuai dengan rumusan dari aspek pariwisata
yang menyatakan bahwa hotel adalah suatu jenis akomodasi yang menggunakan sebagian
atau seluruh bagian dari bangunan untuk menyediakan jasa penginapan, makan dan minum,
serta jasa lainnya bagi kepentingan umum yang dikelola secara komersial (Keputusan Mentri
Pariwiasata, Pos dan Telekomunikasi RI)
Berdasarkan pengertian di atas, pada awalnya layanan dalam suatu hotel diutamakan
dalam hal penginapan serta makan dan minum bagi konsumennya.  Namun, dalam
perkembangan lebih lanjut sebagai sebuah fasilitas komersial, rancangan sebuah hotel perlu
mempertimbangkan upaya-upaya untuk memenuhi kebutuhan konsumennya secara lengkap.
3.2   Prinsip dan Pertimbangan Perancangan Hotel
3.2.1         Kebutuhaan pengguna sebagai dasar perancangan ruang
 Perencanaan dan perancangan yang baik setidaknya meliputi tiga aspek besar, yaitu
fungsi, teknik, dan estetika.  Rumusan Vitruvius ini akan menjadi lebih lengkap dan sesuai untuk
rancangan sebuah hotel dengan penambahan dua aspek berikutnya, yaitu kenyamanaan dan
keamanaan.

Perancangan bangunan yang tepat perlu diawalai dengan pemahaman aktivitas


penggunanya secara tepat pula karena setiap aktivitas akan menuntut ruang yang sesuai untuk
mewadahinya.  Secara umum, kegiatan utama yang akan terjadi pada sebuah hotel adalah
kegiatan bermukim dengan tuntutan ruang-ruang seperti pada tempat tinggal.  Namun, sebuah
hotel tidak dapat dirancang begitu saja menyerupai tempat tinggal atau rumah.

Perancangan bangunan yang baik harus selalu memperhatikan tuntutan pengguna


bangunan.  Dengan demikian, sebelum mulai tahap perancangan bangunan, terlebih dahulu
wajib dikenali keseluruhan aktivitas dan tuntutan pengguna bangunan yang perlu
diwadahi.  Fungsi utama sebuah hotel adalah bermukim sehingga jabaran aktivitasnya adalah
aktivitas-aktivitas yang terjadi dalam permukiman sehari-hari.    Selain itu, karakter aktivitas
perlu diketahui yang selanjutnya akan mewarnai rancangan ruangnya.  Contoh penjabaran
kegiatan pada hotel dapat dilihat pada tabel berikut ini

Tabel 3.1  Penjabaran aktivitas pengguna pada bangunan hotel


Fungsi Aktivitas Ruang/wadah Karakter akivitas
Fungsi utama bermukim Istirahat Kamar tidur Nonformal, santai
Makan Ruang makan Nonformal-formal
Membersihkan diri Kamar mandi/wc Privat,nonformal
Fungsi pendukung :
     Standar : Interaksi sosial Ruang tamu, ruang Nonformal-formal,
Interaksi sosial santai santai, rekreatif
Administrasi Lobby, resepsionis Formal-nonformal,
informatif
     Tambahan : *) sesuai jenis hotel *) sesuai jenis hotel *) menyesuaikan
(sesuai jenis hotel yang yang dibangun yang dibangun dengan aktivitasnya
dibangun)

Fungsi perlengkapan : Manajemen Ruang-ruang kantor Formal, disiplin


Pengelolaan Administratif Ruang-ruang kantor Formal, disiplin
bangunan Service Gudang, parkir, Disiplin, nonformal,
ruang karyawan, aktif
dapur

Pemeliharaan Gudang, ruang Disiplin, nonformal,


bangunan karyawan aktif

Sumber: Diolah dari Rutes, W. & Penner, R, 1992


Penjabaran aktivitas pengguna bangunan secara detail akan membantu proses
perancangan khususunya dalam penentuan kebutuhan ruang.  Semakin detail rincian aktivitas
yang dijabarkan, semakin spesifik rancangan ruang yang dapat dibuat.

Setelah seluruh kebutuhan ruang teridentifikasi, pada tahap selanjutnya dapat dilakukan
perencanaan organisasi ruang untuk hotel baik secara keseluruhan maupun bangian-bangian
tertentu serta ukuran-ukuran standar ruang yang dapat memberikan kenyamanan bagi tamu
hotel.  Oleh karena itu, pengorganisasian ruang perlu diperhatikan, seperti pada gambar 3.1
berikut ini

 
                     
 

Gambar 3.1 Diagram organisasi ruang pada hotel


(Sumber: Rutes, W. & Penner, R, 1992)

3.2.2        Guest room dan ruang-ruang pada bangunan hotel


 Pada sebuah hotel, ruang tidur merupakan ruang privat yang perlu diperhatikan
konfigurasinya untuk memenuhi tuntutan kenyamanan dan privasi konsumen di satu sisi serta
aspek efisiensi merupakan tuntutan yang selalu ada dalam rancangan sebuah hotel.  Namun,
aspek ini perlu didamaikan dengan tuntutan kenyamanan konsumen yang akan mempengaruhi
betah atau tidaknya konsumen menginap di hotel tersebut
Berdasarkan persyaratan fungsionalnya, bangunan hotel dapat dibagi menjadi beberapa
zona dengan karakter dan tuntutan yang berbeda sebagai berikut (Rutes, W. & Penner, R,
1992):

1.  Area publik (misal ruang pertemuan, ruang konferensi, dan lain-lain) memiliki tuntutan sebagai
berikut:

a)          Menggunakan struktur berbentang lebar, ruang terbuka, dan langit-langit yang tinggi untuk
memberikan keleluasaan pengaturan layout dalam ruang karena area ini biasanya berkapasitas
besar dan dituntut untuk mempunyai fleksibilitas pengaturan layout ruang yang tinggi.

b)          Interior ruang bersifat fleksibel, dirancang khusus sesuai image hotel yang ingin ditonjolkan

c)          Berada pada atau dekat level jalan untuk kemudahaan pencapaian, kontrol dan
penyelamatan.  Area publik seringkali merupakan salah satu area dengan intensitas kegiatan
yang tinggi dan biasanya mempunyai kapasitas besar.  Pengguna area ini bukan hanya selalu
tamu yang menginap di hotel tersebut sehingga akses dari luar bangunan perlu dirancang untuk
mendapatkan kemudahan, yaitu mudah dikenali dan mudah dicapai.

2.  Ruang-ruang tamu
Selain area publik yang dirancang untuk mewadahi event-event insidentil, pada sebuah hotel
juga perlu disediakan ruang tamu yang dapat difungsikan untuk menemui pengunjung yang
ingin menemui tamu hotel.  Karakter ruang ini adalah sebagai berikut:

a)          Ruang-ruang kecil, dapat dirancang dengan kadar privasi tinggi maupun rendah, dengan
rancangan modular (berulang)

b)          Penempatan ruang-ruang dikelompokan di sekitar saluran-saluran layanan.

c)          Pemanfaatan dinding luar maksimal untuk cahaya alami dan view.

3.  Area layanan, adalah area yang diakses oleh staf hotel yang difungsikan untuk menyiapkan
layanan bagi tamu hotel.  Area ini mempunyai karakter sebagai berikut:

a)          Perletakannya dirancang untuk memudahkan pencapaian keseluruh bagian hotel sehingga


layanan dapat dilalukan secara efektif dan efisien.
b)           Jalur sirkulasi pada beberapa bagian perlu disediakan khusus, dibedakan dengan jalur
sirkulasi tamu.

c)          Lazimnya area ini ditempatkan pada level basement atau atap agar tidak mengurangi area
sewa terlalu banyak.

Menurut Time Saver Standard, ruang-ruang dalam hotel dibagi menjadi dua kelompok,
yaitu bagian depan (front of the house) dan bagian belakang (back of the house), yang
pengaturan fungsinya adalah sebagai berikut:

he house, biasanya diisi fasilitas sebagai berikut:


a)          Fasilitas laundry
Luasan ruang loundry tergantung dari aktivitas yang ada di dalamnya.  Untuk hotel
berbintang, laundry berukuran cukup luas dan berfungsi sebagai tempat mencuci,
mengeringkan, setrika,  dan mesin press yang digunakan untuk melayani tamu dan juga
karyawan (Rutes, W. & Penner, 1992)

b)           Housekeeping department


Ruang ini mempunyai berbagai fungsi yang meliputi ruang kepala departemen dan ruang
asisten.  Selain itu, juga dibuat gudang untuk menyimpan peralatan yang digunakan
oleh housekeeper dan tempat khusus untuk menjahit kain sprei, sarung bantal, dan gorden
yang dipersiapkan untuk pelayanaan kamar tamu hotel.

c)          Servis makan dan sayuran


Aktivitas ini tidak terlalu membutuhkan ruang yang luas karena makanan dan sayuran tersebut
selalu berjalan dan tidak bertahan lama di tempat tersebut.  Setelah selesai diperiksa, ditimbang
dan disahkan, bahan pangan akan dikirim ke gudang yang kering atau basah sesuai kebutuhan,
atau dimasukan ke dalam pendingin untuk diawetkan.  Khusus makanan kaleng, botol, atau
makanan instan lainnya yang tidak membutuhkan lemari pendingin, akan dipindahkan ke
gudang yang kering.  Sayuran akan langsung dibawa ketempat memasak.  Pada bagian ini
lemari es sangat diperlukan.  Board untuk memotong sayuran juga harus sesuai dengan
ketinggian manusia sehingga memudahkan pekerjaan memasak.  Untuk minuman seperti susu,
penyimpanan dilakukan di dalam lemari es khusus yang terpisah dari sayuran, ikan, dan
daging.

d)         Ruang mekanikal
Ruang ini berisi peralatan untuk heating dan cooling yang berupa tanki dan pompa untuk
menjaga sistem operasi mekanikal secara keseluruhan.

2.  Front of the house, berisi ruang-ruang sebagai berikut:


a)          Ruang registrasi tamu
Penempatan ruang registrasi harus terlihat dan berada di area lobby.  Tidak ada aturan yang
pasti tentang ukuran meja registrasi ini, tetapi hotel berbintang yang mempunyai kamar
berjumlah 100 sampai 200 kamar akan memerlukan dua meja agar dapat melayani semua
pengunjung dengan cepat.  Dalam area tersebut juga dipasang alat pengontrol yang bekerja
secara elektrik untuk membantu tamu yang akan check in dan check out.

b)          Servis penyimpanan kunci


Pada hotel berbintang, area penyimpanan kunci kamar dan area penerima ditempatkan
terpisah.

c)          Kasir
Penempatan kasir berhadapan dengan registration desk.  Untuk hotel berbintang yang memiliki
beberapa restoran dan fasilitas komersial yang lain, perlu dilakukan pengaturan khusus untuk
keuangan yaitu melalui deposit box yang aman.  Jika cara ini digunakan, pihak hotel harus
bekerja sama dengan pihak bank.

d)         Ruang administrasi
Peletakan ruang administrasi harus berhubungan langsung dengan lobby.  Untuk hotel
berbintang, terdapat ruang manajer administrasi beserta ruang asistennya dan juga terdapat
ruang resepsionis yang berada di antara lobby dan ruang manajer.  Untuk hotel yang lebih
modern, terdapat ruang untuk menyediakan makanan bagi manajer dan asistennya.

e)           Lobby
Lobby adalah ruang yang cukup luas yang terletak dekat penerima tamu di front
office.  Ruangan tempat duduk-duduk hotel biasanya berada di lobby, yang merupakan
semacam ruang tunggu.  Selain itu, ruangan ini dilengkapi tempat duduk-duduk yang terpisah,
yang disediakan bagi tamu untuk beristirahat dan bersantai sambil membaca atau menonton
televisi, dan lain-lain.
Kebutuhan ruang lobby berbeda-beda pada setiap hotel, tergantung jenis hotel
tersebut.  Misalnya lobby pada city hotel tidak membutuhkan ruang yang luas,
sedangkan lobby pada resort hotel biasanya justru sebaliknya.  Penataan
ruang lobby sebaiknya lebih menonjol daripada ruang lain, yang dapat dilihat
dari finishing, warna, material, pencahayaan, dan dekorasinya.
f)           Fasilitas transportasi vertikal mekanik (elevator)
Untuk menambah kenyamanan konsumen, sebuah hotel yang berupa bangunan bertingkat
harus dilengkapi dengan alat transportasi vertikal mekanik, biasanya berupa lift
(elevator).  Penempatan elevator harus dapat terlihat oleh publik dari berbagai arah sehingga
harus pula berdekatan dengan entrance dan registration desk.

g)          Guest room
Dalam menentukan rancangan guest room, pertimbangan pertama terletak pada ukuran
ruang.  Panjang dan lebar ruangan ditentuakan oleh jumlah furnitur yang mengisi ruangan dan
tingkat kemewahan suatu hotel.  Guest room yang paling umum terdapat dalam suatu hotel
adalah twin bed room, single bed room, dan suites room.  Unit terkecil memiliki sepasang
tempat tidur kembar, baik yang diletakan secara terpisah dengan adanya meja lampu di
antaranya maupun yang diletakan secara berdempet.  Dari segi efisiensi ruang cara kedua lebih
baik dari pada cara kedua.  Pertimbangan kedua adalah ukuran dan tipe tempat tidur yang
digunakan, yaitu tipe king atau standar twin.  Selain itu, juga perlu dipertimbangkan fasilitas
tempat duduk. 

Sebagai sebuah fasilitas komersial, kenyamanan merupakan aspek penting yang sangat
berkaitan dengan tinggi rendahnya angka kunjungan pada hotel tersebut.  Salah satu realisasi
kenyamanan pada bangunan hotel dapat diklasifikasikan berdasarkan fasilitas yang disediakan
pada setiap kamarnya.  Makin mewah kelengkapan fasilitas yang tersedia, makin tinggi kelas
kamar tesebut.

Contoh klasifikasi kelas kamar pada sebuah hotel adalah sebagai berikut:

     Standard room
Adalah jenis kamar yang harganya paling murah di suatu hotel karena fasilitas yang tersedia di
dalam kamar tersebut berlaku umum di semua hotel.  Perlengkapan standar dalam suatu hotel
biasanya adalah sebagai berikut:

-      kamar tidur dilengkapi dengan fasilitas: tempat tidur (meliputi kotak pegas, kasur, penghalang
kepala) tempat tidur yang digunakan di hotel pada umumnya memakai spring bed supaya lebih
kuat, lembut dan tidak perlu dijemur.
-      Meja malam yaitu meja yang diletakan di salah satu sisi tempat tidur.  Umumnya bentuk meja
itu kecil dan biasa dimanfaatkan sebagai sentral tempat pemasangan tombol-tombol seperti
lampu, AC, TV, dan radio.
-      Meja lampu malam yaitu meja yang diletakan di sisi salah satu bed sebagai tempat menaruh
lampu tidur.
-      Telepon, letaknya di atas meja malam.
-      Almari pakaian umumnya terbagi dua bagian, yaitu untuk menggantungkan pakaian dan untuk
menaruh barang-barang.  Almari tersebut dilengkapi dengan laci.  Letak almari berdekatan
dengan kamar mandi, di depan dan atau bersebrangan dengan kamar mandi.
-      Rak barang yaitu tempat untuk menaruh koper.  Biasanya terbuat dari kayu yang dilapisi
dengan bahan yang tahan gesekan untuk menghindari kemungkinan goresan dari koper
-      Meja tulis yang dibuat dengan bentuk praktis karena meja itu juga berfungsi sebagai meja
rias.  Oleh karena itu, di dekat meja tersebut disediakan cermin yang menempel dinding atau
meja.
-      Lain-lain seperti: kursi untuk meja hias, kursi minum, meja kursi serambi, cermin tembok,
keranjang sampah, serta gorden tipis dan tebal (untuk malam hari)

Pada standard room terdapat kamar mandi dengan kelengkapan sebagai berikut: bak


mandi, shower, keran air panas dan dingin, saluran bak mandi dan tutupnya, rak handuk mandi,
tempat sabun mandi pegangan pengaman, tirai mandi, toilet bowl, tanki air, keran penyembur
air, tempat tisu, bak cuci tangan, meja bak cuci tangan, pembuka tutup botol, gantungan
pakaian, dan tempat sampah.

     Deluxe room
Adalah jenis kamar dengan fasilitas yang lebih baik dari kamar standar, misalnya dengan
ukuran kamar yang lebih besar dan tambahan fasilitas lain lebih seperti televisi, lemari es, dan
lain-lain.
     President deluxe suite room
Adalah jenis kamar yang paling mahal dalam suatu hotel.  Kamar ini merupakan kebanggan
dari suatu hotel yang dapat memberikan ciri khas dan biasanya digunakan sebagai alat
promosi.  Ruangan ini hanya ada satu pada suatu hotel.  Fasilitas pada kamar ini lebih lengkap
dibandingkan dengan deluxe room, misal meja kursi baca, sofa untuk bersantai, meja kursi
tamu, kamar mandi yang lebih besar, dan lebih mewah, serta ukuran kamar yang lebih luas.

h)          Fasilitas restoran
Restoran pada hotel harus memperhatikan kenyamanan termasuk coffe shop, yang dapat
dipenuhi dengan pelayanan yang cepat dan variasi menu.  Tamu-tamu yang ingin makan di
restoran dan bar yang ada di hotel dapat memesan di tempat yang disediakan oleh hotel.  Ada
beberapa hotel yang menyediakan klab-klab malam di mana para tamu dapat menikmati musik
dan berdansa sambil menikmati hidangan makanan dan minuman yang dipesan.

i)            Koridor
Berdasarkan pertimbangan kenyamanan sirkulasi, panjang koridor pada hotel maksimal adalah
30 m, dengan ketinggian sekitar 1,8 m.  Perlu diperhatikan juga pada penyelesaian pada lantai
koridor dengan menggunakan karpet (untuk meredam bunyi dan menambah kesan elegan) dan
pencahayaan yang terus menerus dengan pencahayaan buatan.  Pada type single loaded
plan dimungkinkan untuk memberikan pencahayaan alami pada koridor.

Selain bagian kamar, kenyamanan sebuah hotel juga ditentukan oleh pengaturan sirkulasinya,
yang secara umum dapat dibedakan menjadi 2, yaitu:

             Public circulation (sirkulasi publik), terbagi lagi menjadi dua, yaitu resident guest dan non-


resident guest.
Kedua jalur sirkulasi ini harus cukup terpisah dan simpel, dimulai dari entrance
foyer (lobby).  Jika terdapat ballroom suite maka perletakanya harus terpisah dari blok ruang
tidur dan juga dari public room lainya di hotel.  Akses langsung dari reception area ke blok
ruang tidur harus dihindari, dan jalur sirkualsi untuk non-resident guest tidak boleh melalui blok
ruang tidur.  Harus ada akses dari ruang tidur ke public room dan entrance, serta diusahakan
ada akses resident only dari ruang tidur ke dining room.
             Service circulation (sirkulasi staf dan servis duct), harus terpisah dari sirkulasi publik.  Tidak
boleh terjadi sirkulasi silang diantara keduanya.
j)            Kamar mandi guest room
Guest room perlu dilengkapi dengan kamar mandi yang kelengkapanya berbeda-beda
sesuai dengan tingkatan kemewahan guest room tersebut.  Kamar mandi yang digunakan
diantaranya adalah:

             Kamar mandi tamu yang memiliki tab-shower, water closet, dan wastafel sehingga luasan


minimal adalah 1.45m x 2.50m.

             Kamar mandi yang memiliki wastafel, bathtub, dan kloset sehingga luasan minimal adalah


1.55m x 2.50m.

             Kamar mandi yang memiliki bathtub, wastafel, kloset dan tub-shower sehingga luasan minimal


adalah 2.76m x 2.15m.

Kamar mandi juga perlu dilengkapi dengan kotak obat di luar kamar mandi, peletakan handuk
yang strategis dan mudah dicapai, serta dirancang dengan material dinding dan lantai anti-licin.
Selain pengorganisasian ruang, ukuran-ukuran standar masing-masing ruang juga perlu
diperhatikan untuk mencapai keberhasilan fungsi bangunan.  Penggunaan standar ini juga
merupakan upaya untuk mencapai kenyamanan pengguna, khususnya yang tekait dengan
gerak pada setiap ruang.  Untuk menambah kenyamanan dan meningkatkan daya tarik
kunjungan pada sebuah hotel, disediakan pula beberapa fasilitas publik yang dapat difungsikan
bagi kegiatan insidentil, sementara beberapa dapat pula disewa oleh umum seperti:

Archade adalah toko-toko ataupun kios-kios yang ada di hotel dan biasanya disewakan kepada
pihak lain yang digunakan untuk menjual koran, majalah, cinderamata, obat-obatan, kantor
perjalanan wisata, bank, money changer, dan sebagainya.

Ruang bermain anak-anak yang disediakan oleh pihak hotel yang biasanya dilengkapi dengan
peralatan dan perlengkapan dengan berbagai macam tipe alat permainan yang baik untuk
menarik anak-anak yang dibawa tamu-tamu hotel.

Ada dua macam kolam dalam hotel, yaitu indoor swimming pool dan out door swimming
pool.  Fasilitas ini biasanya dilengkapi tempat mandi sauna dan didekorasi dengan
indah.  Banyak perabotan dan handuk-handuk di kolam ini
.

Ruangan-ruangan yang ada di hotel yang digunakan untuk seminar-seminar, rapat-rapat,


perjamuan, dan konferensi yang memang disediakan  untuk maksud-maksud ini.  Ruangan
konferensi biasanya dilengkapi peralatan dan perlengkapan yang baik dengan fasilitas-fasilitas
konvensi.

3.3      Struktur dan Infrastruktur Pada Hotel


            Persyaratan teknis pada banguna meliputi struktur dan konstruksi bangunan yang
digunakan, serta kelengkapan utilitas bangunan untuk menambah kenyamanan dan keamanan
bangunan. Bangunan hotel dapat berupa bertingkat maupun berbentang lebar.  Untuk
mewujudkan hal ini, sistem struktur banguna perlu direncanakan terlebih dahulu.  Pada sistem
struktur rangka, perlu ditentukan grid kolom dan balok yang digunakan, yang sangat terkait
dengan modul ruang-ruang hotel. Pola struktur tergantung pada ukuran ruang tidur.
Penetuan modul struktur pada hotel dirancang sesui fungsi ruang-ruang di dalamnya, yang
secara umum dapat dibagi dua:

1.   Public rooms


Umumnya mempunyai bentang yang relatif lebar.  Ruang diusahakan bebas kolom.
2.  Bedrooms (ruang privat)
Umumnya berbentuk seluler, dengan bentang-bentang kecil dan membutuhkan pemisahan
yang jelas, baik secara visual maupun akustik.  Rancangan grid yang ekonomis menggunakan
asumsi setiap ruang tidur mempunyai kamar mandi sehingga lebar antar kolom (yang
menghubungkan 2 kamar) adalah 20ft.- 25 ft.
 3.4  Klasifikasi Hotel
            Meskipun kegiatan utama yang diwadahi sama, beberapa hotel memiliki keunikan
rancangan yang berbeda-beda, baik dari sisi kelengkapan ruang, kelengkapan layanan,
penampilan bangunan, maupun suasana dalam bangunan yang dirancang.  Hal ini secara
spesifik maupun aktivitas-aktivitas spesifik yang diwadahi dalam setiap hotel.  Proses
perencanaan sebuah hotel perlu memperhatikan bebagai komponen terkait, yang berbeda-beda
sesuai dengan jenis hotel yang direncanakan.  Oleh karena itu, pemahaman pada beberapa
klasifikasi hotel perlu dilakukan, yang dapat ditinjau dari berbagai sudut pandang, yaitu ditinjau
dari tujuan kedatangan tamu, lama tamu menginap, jumlah kamar dan lokasi:

3.4.1 Jenis hotel menurut tujuan kedatangan tamu


  Busness Hotel,merupakan hotel yang dirancang untuk mengakomodasi tamu yang
bertujuan bisnis.  Pada perancangan hotel seperti ini, mengetahui karakter konsumen
merupakan awal perencanaan yang tepat.  Pada dasarnya, hotel merupakan fasilitas komersil
yang bertujuan mewadahi aktivitas bermukim.  Namun, hotel yang sasaran tamunya adalah
para pembisnis akan memerlukan fasilitas dan layanan yang berbeda, yang disesuaikan
dengan karakter tamu tersebut.
Untuk merespon tuntutan tersebut, hotel semacam ini memerlukan berbagai fasilitas olah raga,
bersantai, jamuan makan maupun minum kopi serta fasilitas negosiasi yang lain dengan
kenyamanan dan privasi yang tinggi.

Pleasure Hotel, merupakan hotel yang sebagian besar fasilitasnya ditunjukan untuk


memfasilitasi tamu yang bertujuan berrekreasi.  Sebagai sebuah fasilitas pendukung aktivitas
rekreasi, hotel semacam ini perlu dilengkapi berbagai fasilitas bersantai dan
relaksasi.  Kegiatan ini dapat dilakukan secara indoor (di dalam ruangan) maupun outdoor (di
luar ruangan)
Country Hotel, merupakan khusus bagi tamu antar negara.  Pemilihan lokasi untuk hotel
semacam ini biasanya dipengaruhi pertimbanagan-pertimbangan khusus, misalnya masalah
keamanan tamu.  Kadang-kadang lokasi hotel ini dipilihkan di area pusat kota agar dekat
dengan pusat pemerintahaan suatu negara, atau justru ditempatkan di lokasi tertentu yang
relatif jauh dari pusat kota tetapi mempunyai nilai lebih pada lokasinya, misalnya pemandangan
di sekitar lokasi yang indah sehingga tamu kehormatan yang menginap di hotel tersebut dapat
beristirahat dengan nyaman.
        Sport Hotel, merupakan hotel yang fasilitasnya di tujukan terutama untuk tamu yang
bertujuan untuk berolahraga.  Fasilitas pada hotel jenis ini sedikit banyak mirip dengan pleasure
hotel, tetapi proporsi fasilitas olahraganya lebih besar.

3.4.2 Jenis hotel menurut lamanya tamu menginap


        Hotel merupakan salah satu contoh fasilitas akomodasi yang dikomersilkan dengan sistem
sewa.  Lamanya konsumen menginap di sebuah hotel bervariasi, tergantung beberapa hal, di
antaranya kepentingan konsumen tersebut dan daya tarik hotel.  Daya tarik hotel dapat
mempengaruhi betah atau tidaknya konsumen menginap di hotel tersebut.  Sebagai sebuah
sarana akomodasi komersial yang di tujukan sebagai fasilitas bermukim sementara, konteks
waktu dan durasi bermukim tersebut merupakan salah satu dasar klasifikasi hotel yang
dibedakan menjadi:

1.       Transit Hotel,yaitu dengan waktu inap tidak lama (harian).  Rancangan hotel semacam ini
perlu dilengkapai berbagai fasilitas yang dapat memberikan layanan kepada konsumen dalam
waktu singkat misalnya loundry, restoran, dan agen perjalanan.

2.       Semiresidential Hotel, yaitu hotel dengan rata-rata waktu inap konsumen cukup lama
(mingguan).  Rancangan hotel semacam ini perlu dilengkapi dengan berbagai fasilitas yang
dapat memberikan layanan kepada konsumen relatif lama, tetapi tidak membosankan.  Oleh
karenanya, variasi fasilitas layanan yang disediakan harus cukup banyak, misalnya fasilitas
kebugaran (spa, jogging track, tenis, kolam renang, persewaan sepeda)  dan fasilitas rekreasi
(restoran, cafe, taman bermain, persewaan kendaraan)
3.       Residential Hotel, merupakan hotel dengan waktu kunjungan tamu yang tergolong lama
(bulanan).  Pada jenis hotel ini, kenyamanan dan keamanan sangat perlu diperhatikan, bahkan
mungkin melebihi proporsi pada jenis-jenis hotel yang lain.  Rancangan hotel ini perlu
dilengkapi berbagai fasilitas yang dapat memberikan layanan kepada konsumen serupa dengan
layanan kehidupan sehari-hari seperti fasilitas perbelanjaan (supermarket, departement store),
fasilitas kebugaran (spa, jogging track, tenis, kolam renang, persewaan sepeda), dan fasilitas
rekreasi  (restoran, cafe, taman bermain, persewaan kendaraan)

3.4.3 Jenis hotel menurut jumlah kamar


        Kapasitas sebuah hotel bervariasi, perlu disesuaikan dengan tuntutan masyarakat di
lingkungan sekitar hotel tersebut dibangun.  Di daerah dengan angka kunjungan tinggi perlu
dibangun hotel dengan kapasitas besar untuk memfasilitasi pendatang yang perlu menginap di
daerah tersebut.  Sebaliknya, daerah dengan angka kunjungan kecil sebaiknya dipenuhi
dengan kapasitas kecil agar tidak terjadi idle capacity yang dapat mengakibatkan kerugian pada
hotel.

Berdasarkan jumlah kamar (kapasitas) suatu hotel terdapat klasifikasi sebagai berikut:

1.           Small Hotel, yaitu hotel dengan jumlah kamar yang kecil (maksimal 25 kamar).  Hotel ini
biasanya dibangun di daerah-daerah dengan angka kunjungan yang rendah.

2.           Medium Hotel, yaitu hotel dengan jumlah kamar yang sedang (sekitar 29-299 kamar). Hotel ini
biasanya dibangun di daerah-daerah dengan angka kunjungan sedang.
3.           Large Hotel, yaitu hotel dengan jumlah kamar besar ( minimum 300 kamar).  Hotel ini
biasanya dibangun di daerah-daerah dengan angka kunjungan yang tinggi.

3.4.4 Jenis hotel menurut lokasinya


        Salah satu langkah awal pembangunan sebuah hotel adalah menentukan lokasi hotel
tersebut.  Keputusan ini perlu disesuaikan dengan konsumen target tersebut, yang kemudian
perlu dirancangkan fasilitas hotel yang sesuai dengan kepentingannya.
Berdasarkan lokasinya, suatu hotel dapat diklasifikasikan sebagai berikut:

1.           City Hotel,


City Hotel adalah hotel yang terletak di pusat kota dan biasanya menampung tamu yang
bertujuan bisnis atau dinas.  Letak hotel ini tidak selalu berada di pusat kota, tetapi dapat juga
menyebar di seluruh bagian kota.  Oleh karena konsumen sasarannya adalah tamu pembisnis
atau urusan dinas.

2.           Down Town Hotel


Down town hotel adalah hotel yang berlokasi di dekat pusat perdagangan dan
perbelanjaan.  Hotel ini sering menjadi sasaran tamu yang ingin berwisata belanja ataupun
menjalin relasi dagang.

3.           Suburban Hotel/Motel


Suburban hotel/motel merupakan hotel yang berlokasi di pinggir kota.  Hotel ini sering menjadi
transit hotel bagi tamu yang menginap dengan waktu pendek dan merupakan fasilitas transit
masyrakat yang sedang perjalanan.

4.           Resort Hotel


Merupakan hotel-hotel yang dibangun di tempat-tempat wisata.  Tujuan hotel semacam ini
tentunya adalah sebagai fasilitas akomodasi dari suatu aktivitas wisata.  Resort hotel memiliki
karakteristik yang membedakan dengan jenis hotel yang lain, yaitu:

a)          Segmen pasar
Resort hotel merupakan suatu fasilitas akomodasi yang terletak di daerah wisata.  Sasaran
pengunjung resort hotel adalah wisatawan yang bertujuan untuk berlibur, bersenang-senang,
mengisi waktu luang, dan melupakan rutinitas kerja sehari-hari yang membosankan.

b)          Lokasi
Umumnya resort hotel ini berlokasi di tempat-tempat yang mempunya potensi wisata yang baik,
misalnya tempat-tempat dengan pemandangan alam yang indah seperti pantai, pegunungan,
tepi sungai, danau, atau pun tempat-tempat khusus yang tidak dirusak oleh keramaia kota, lalu
lintas yang padat dan bising, serta polusi udara, meskipun ada juga resort jenis tertentu yang
justru memanfaatkan keramaian kota sebagai daya tariknya.

c)          Fasilitas
Motivasi pengunjung resort hotel untuk bersenang-senang dengan mengisi waktu luang
menuntut tersedianya fasilitas pokok serta fasilitas rekreasi indoor dan outdoor.  
Secara umum fasilitas yang tersedia pada resort hotel terdiri dari 2 kategori utama, yaitu:

             Fasilitas umum, yaitu penyediaan kebutuhan umum seperti akomodasi, pelayanan, hiburan,
rekreasi.  Semua tipe resort menyediakan fasilitas ini.

             Fasilitas tambahan, yang disediakan pada lokasi khusus dengan memanfaatkan kekayaan
alam yang ada pada tapak dan sekitarnya untuk kegiatan rekreasi yang lebih spesifik dan dapat
kealamian resort.

d)         Arsitektur dan suasana


Wisatawan yang berkunjung ke resort hotel cenderung ,mencari akomodasi dengan arsitektur
dan suasana khusus, yang berbeda dengan jenis hotel lain.
Beragam daerah pariwisata yang ada, ini mempengaruhi variasi resort hotel.  Berdasarkan letak
dan fasilitasnya, resort hotel dapat diklasifikasikan sebagai berikut: 

a)          Beach Resort Hotel


Resort hotel ini adalah terletak di daerah pantai, mengutamakan potensi alam pantai dan laut
sebagai daya tariknya.
b)          Marina Resort Hotel
Resort hotel ini terletak di kawasan marina (pelabuhan laut).  Oleh karena terletak di kawasan
marina, rancangan resort ini memanfaatkan potensi utama kawasan tersebut sebagai kawasan
perairan.
c)          Mountain Resort Hotel
Resort hotel ini terletak di daerah pegunungan.  Pemandangan daerah pengunungan yang
indah merupakan kekuatan lokasi yang dimanfaatkan sebagai ciri rancangan resort ini.

d)         Health Resort And Spas


Resort hotel ini dibangun di daerah-daerah dengan potensi alam yang dapat dimanfaatkan
sebagai sarana penyehatan, misalnya melalui aktivitas spa.  Rancangan resort semacam ini
dilengkapi fasilitas untuk pemulihan kesegaran jasmani, rohani, maupun mental serta kegiatan
yang berhubungan dengan kebugaran.
e)          Rural Resort And Counrty Hotels
Rural resort hotel and country hotels adalah resort hotel yang dibangun di daerah pedesaan,
jauh dari area bisnis dan keramaian.
f)           Themed Resort
Resort hotel ini dirancang dengan tema tertentu, dengan menawarkan atraksi yang spesial
dengan daya tariknya
g)          Condominium, Time Share, And Residential Develoment
Resort hotel ini mempunyai strategi pemasaran yang menarik.  Sebagian dari kamar resort ini
ditawarkan untuk disewa selama periode waktu yang telah ditentukan dalam kontrak, biasanya
dalam jangka panjang.
h)          All-Suites Hotel
Resort jenis ini tergolong resort mewah di mana semua kamar yang disewakan dalam hotel
tersebut tergolong dalam kelas suite.
i)            Sight-Seeing Resort Hotel
Resort hotel ini terletak di daerah yang mempunyai potensi khusus atau tempat-tempat menarik
seperti pusat perbelanjaan, kawasan bersejarah, tempat hiburan, dan sebagainya.
Berdasarkan periode pemakaiannya, resort hotel dapat dibagi menjadi:

a)          Winter Resort Hotel, merupakan resort yang dibuka hanya pada musim dingin, biasanya
karena potensi wisatanya memang hanya menonjol di musim dingin, misalnya resort hotel di
kawasan-kawasan wisata ski.
b)          Summer Resort Hotel, merupakan resort yang dibuka hanya pada musim panas saja, biasanya
karena potensi wisata di daerah tersebut hanya menonjol di musim panas.
c)          Year Round Hotel, merupakan resort yang dibuka sepanjang tahun.

3.5 Klasifikasi Hotel Berbintang


Klasifikasi hotel yang berlaku di Indonesia yang didasarkan pada beberapa
pertimbangan, yaitu:

1.          Jumlah kamar
2.          Fasilitas dan peralatan yang disediakan
3.          Model sistem pengelolaan
4.          Bermotto pelayanan

Berdasarkan pertimbangan aspek-aspek di atas, hotel dapat diklasifikasikan menjadi


bebagai tingkatan yang kemudian dinyatakan dalam sebutan bintang dan melati yang masing-
masing terdiri dari lima tingkatan.  Peninjauan terhadap kelas-kelas hotel ini dilakukan setiap
tiga tahun sekali.  Pengklasifikasian tersebut berdasarkan kepada:
1.          Persyaratan fisik yang meliputi luasan bangunan, konstruksi (desain dan dekorasi), entrance,
tangga, fasilitas listrik darurat, lift, telepon umum.
2.          Bedroom meliputi ukuran (single, double, triple), suites, handuk, ruang servis, gudang, tempat
duduk, meja, pencahayaan, finishing lantai, fasilitas ruang lain, akustik, pintu.
3.          Kamar mandi meliputi jumlah, ukuran, standar, fasilitas kamar mandi.
4.          Area publik meliputi toilet umum, koridor, ruang resepsi, tempat parkir, area hijau.
5.          Servis makanan dan fasilitas rekreasi meliputi lounge, breakfast, room service, restaurant,
bar, fasilitas konferensi, cloakroom, entertainment, rekreasi, hairdresser.
6.          Service, meliputi service penerima tamu, service medical, service kasir, loundry, service
postel, service turis dan travel, retil, service bahasa, kondisi dan situasi.

Berdasarkan perimbangan aspek-aspek di atas hotel dapat diklasifikasikan sebagai berikut:

            Hotel Bintang Dua


a)          Umum
                                           Lokasi mudah dicapai, dalam arti akses ke lokasi tersebut mudah
                                           Bebas polusi
                                           Unsur dekorasi Indonesia tercermin pada lobby
                                           Banguna terawat rapi dan bersih
                                           Sirkulasi di dalam bangunan mudah
b)          Bedroom
     Minimum mempunyai 20 kamar dengan luasan 22 m2/kamar
     Setidaknya terdapat 1 kamar suite denga luasan 44 m2/kamar
     Tinggi minimum 2,6 m tiap lantai
     Tidak bising
     Pintu kamar dilengkapi pengaman
     Tata udara dengan pengatur udara
     Terdapat jendela dengan tirai tidak tembus sinar dari luar
     Dalam tiap kamar dan kamar mandi minimum terdapat satu stop kontak
     Dinding kamar mandi kedap air
c)          Dining room
     Standar luas 1,5 m2/tempat duduk
     Tinggi ruangan 2,6 m
     Terdapat akses langsung dengan dapur
     Tata udara dengan/tanpa pengatur udara
d)         Bar
     Standar luas 1,1 m2/tempat duduk
     Terdapat satu buah yang terpisah dari restoran
     Dilengkapi perlengkapan mencuci dengan air panas/dingin
e)          Lobby
     Harus ada lobby
     Tata udara dengan AC/ventilasi
     Kapasitas minimum 150 lux
f)           Sarana olah raga dan rekreasi
Minimum satu buah dengan alternatif pilihan: tenis, golf, fitnes, billiard, jogging, taman bermain
anak, olahraga air (misal kolam renang)/gunung.
g)          Utilitas penunjang
     Terdapat transportasi vertikal yang bersifat mekanis,
     Daya listrik mencukupi,
     Tata udara dengan/tanpa pengatur udara,
     Terdapat ruang mekanik,
     Komunikasi dengan telepon saluran dalam (house phone), telepon lokal, dan interlokal,
     Terdapat fasilitas sentral radio, carcall,
     Terdapat alat deteksi kebakaran awal pada tiap ruang, fire extinguisher, fire hydrant, pintu
kamar tahan api,
     Minimum terdapat satu ruang jaga,
     Terdapat tempat penampungan sampah tertutup,
      Terdapat pembuangan saluran air kotor.

             Hotel Bintang Tiga


1.          Umum
Unsur dekorasi Indonesia tercermin pada lobby, restoran, kamar tidur, dan fungtion room.
2.           Bedroom
     Terdapat minimum 20 kamar standar dengan luas 22 m2/kamar
     Terdapat minimum dua kamar suite dengan luas 44 m2/kamar
     Tinggi minimum 2,6 m tiap lantai
3.           Dining room
Bila tidak berdampingan dengan lobby maka harus dilengkapi dengan kamar mandi/wc sendiri.
4.           Bar
     Apabila berupa ruang tertutup maka harus dilengkapi dengan pengatur udara mekanik (AC)
dengan suhu 24 oC.
     Lebar ruang kerja bartender setidaknya 1 m.
5.          Ruang fungsional
     Minimum terdapat satu buah pintu masuk yang terpisah dari lobby dengan kapasitas minimum
2,5 kali jumlah kamar
     Dilengkapi dengan toilet apabila tidak satu lantai dengan lobby
     Terdapat pre function room
6.           Lobby
     Mempunyai luasan minimum 30 m2
     Dilengkapi dengan lounge
     Toilet umum minimum satu buah dengan perlengkapan
     Lebar korodor minimum 1,6 m
7.           Drug store
     Minimum terdapat drugstore, Bank, money changer, biro perjalanan, air line agent, souvenir
shop, perkantoran, butik dan salon
     Tersedia poliklinik
     Tersedia paramedis
8.          Sarana olahraga dan rekreasi
     Minimum satu buah dengan pilihan: tenis, bowling, golf, fitnes, sauna, billiard, jogging, diskotik,
atau taman bermain anak.
     Terdapat kolam renang dewasa yang terpisah denga kolam renang anak.
     Sarana rekreasi untuk hotel di pantai dapat dipilih dari alternatif berperahu, menyelam,
selancar, atau ski air.
     Sarana rekreasi untuk hotel di gunung dapat dipilih dari alternatif hiking, berkuda, dan berburu.
9.          Utilitas penunjang
                 Terdapat transportasi vertikal mekanis
                 Ketersediaan air bersih minimum 500 liter/orang/hari
                 Dilengkapi instalasi air panas/dingin
                 Dilengkapi dengan telepon lokal dan interlokal
                 Tersedia PABX (private Automatic Branch Exchange)
                 Dilengkapi dengan sentral video/TV, radio, paging, carcall.

2.5.3         Hotel Bintang Empat


1      Umum
Minimum seperti pada hotel bintang tiga
2      Bedroom
     Mempunyai minimum 50 kamar standar dengan luasan 24 m2/kamar.
     Mempunyai minimum tiga kamar suite, dengan luasan minimum 48m2/kamar
     Tinggi minimum 2,6 tiap lantai
     Dilengkapi dengan pengatur suhu kamar di dalam bedroom

3      Dining room
Mempunyai minimum dua buah dining room, salah satunya berupa coffe shop.
4      Bar
Mempunyai ketentuan minimum sama seperti hotel bintang tiga
5      Ruang fungsional
Mempunyai ketentuan minimum sama seperti hotel bintang tiga
6      Lobby
     Mempunyai luasan minimum 100 m2
     Terdapat dua toilet umum untuk pria dan tiga toilet yumum untuk wanita dengan
perlengkapannya
7      Drug store
Mempunyai ketentuan minimal sama seperti hotel bintang tiga
8      Sarana olahraga dan rekreasi
Seperti pada hotel berbintang tiga ditambah dengan diskotik/night club kedap suara dengan AC
dan toilet.
9      Utilitas penunjang
Minimum seperti hotel bintang tiga dengan:
     Transportasi vertikal mekanis,
     Ketersediaan air bersih minimum 700 liter/orang/hari,
     Dilengkapi dengan instalasi air panas/dingin.

2.5.4         Hotel Bintang Lima


1.     Umum
Minimum seperti pada hotel bintang empat
2.     Bedroom
     Mempunyai minimum 100 kamar standar dengan luasan 26m2/kamar
     Mempunyai minimum 4 kamar suite dengan luasan 52 m2/kamar
     Tinggi minimum 2,6 m tiap lantai
     Dilengkapi dengan pengaturan suhu kamar di dalam kamar.
3.     Dining room
Mempunyai minimum 3 buah dining room, salah satunya dengan spesialisasi masakan
(japanese,chinese,european food).
4.     Bar
Minimum seperti pada hotel bintang empat
5      Ruang fungsional
Minimum seperti pada hotel bintang empat
6      Lobby
Minimum seperti pada hotel bintang empat
7      Drug store
Minimum seperti pada hotel bintang empat
8      Sarana olah raga dan rekreasi
Seperti pada hotel berbintang empat ditambah dengan area bermain anak minimum ayunan
atau ungkit (children playground)
9      Utilitas penunjang
Minimum seperti hotel bintang empat dengan:
     Transportasi vertikal mekanis,
     Ketersediaan air bersih minimum 700 liter/orang/hari,
     Dilengkapi dengan instalasi air panas/dingin,
     Dilengkapi dengan central video, musik, teleks, radio, carcall.
10    Business center
Di business center ini tersedia beberapa staf yang dapat membantu dengan bertindak
sebagai co-secretary para tamu yang ingin berkomunikasi dengan kantor pusatnya maupun
relasi bisnisnya.  Selain itu, ada pula fasilitas lain seperti faksimili, teleks, mecanograf.
11    Restoran
Sub-bagian restoran di hotel yang besar dapat dibagi menjadi:
     Main dining room atau ruang makan utama yang menyediakan makanan prancis atau
internasional
     Coffe shop, restoran yang menyedikan dan menyajikan makan pagi dengan menu dan jenis
pelayananya lebih sederhana atau biasa disebut ready on plate.
     Restoran yang spesifik seperti grill-room, pizzarea, japanese, oriental.
     Room service: restoran yang melayani dan menyediakan hidangan makanan dan minuman
kepada tamu hotel yang enggan keluar kamar.  Atas dasar pesanan tamu, makanan dan
minuman diantar langsung ke kamar tamu.
     Take out service dan out side catering: untuk lebih meningkatkan pendapatan penjualan
produk yang dihasilkan oleh dapur hotel, ada beberapa hotel yang melayani pesanan makanan
dan minuman dan penyelenggaraan perjamuan di luar hotel seperti misalnya unuk perjamuan
instansi-instansi pemerintah, perjamuan kenegaraan dan instansi-instansi swasta.
BAB IV
TINJAUAN KHUSUS TERHADAP LINGKUP PERANCANGAN
 HOTEL GRAND PASUNDAN BANDUNG

Bab ini akan menguraikan tentang tinjauan terhadap progres perancangan Hotel Grand
Pasundan Bandung, di antaranya:

ngkup Proses Perancangan Yang Melibatkan Praktikan


        Pada saat praktikan mulai bergabung dan melaksanakan kerja praktik, hampir semua
pekerjaan perencanaan baik itu gambar arsitektural maupun gambar lainnya seperti gambar
struktural, gambar ME dan lain sebagainya sudah selesai dikerjakan. Namun itu belum
merupakan perancangan final, karena tiap minggu pihak kantor mengadakan meeting dengan
pihak owner, hampir tiap pertemuan gambar kerja mengalami perubahan yang dalam minggu
itu juga harus dikerjakan untuk kemudian kembali mengadakan meeting selanjutnya dengan
pihak owner.

knis Pelaksanaan Kerja Praktik


a.   Pengenalan
Hal ini dilakukan agar praktikan tahu betul akan kondisi tempat kerja praktik dan kondisi proyek
yang sedang dikerjakan, termasuk di dalamnya pengenalan dengan staf kantor, karyawan dan
karyawati yang bekerja pada PT. PULAU INTAN, pengenalan akan proyek yang sedang
dikerjakan.
b.  Pengarahan
Sebelum melakukan suatu kegiatan yang berhubungan dengan perencanaan pembangunan
proyek pembangunan Hotel Grand Pasundan Bandung,  praktikan diberikan pengarahan
terlebih dahulu dari koordinator.
c.   Pembagian tugas
Pembagian tugas oleh koordinator dilakukan sesuai dengan kemampuan praktikan. Namun
dalam hal ini pihak PT PULAU INTAN tempat saya melaksanakan praktik banyak memberikan
saya ilmu akan kenyataan dalam suatu proyek di lapangan. Sebagai Praktikan saya dibimbing
dalam membuat gambar perubahan (shop drawing) dengan auto cad.

oses Kerja Praktik II Oleh Praktikan


Selama pelaksanaan kerja praktek pada PT PULAU INTAN BAJAPEKASA KONSTRUKSI,
praktikan ditempatkan sebagai drafter yang  dihadapkan pada beberapa macam tahapan
pekerjaan serta permasalahan-permasalahan desain sehingga menuntut adanya konsentrasi
serta fokus pada setiap item tugas maupun tanggung jawab yang diberikan oleh perusahaan.
Adapun tugas-tugas yang telah dilaksanakan adalah sebagai berikut:
1.  Pekerjaan fisik proyek
Dalam proyek ini praktikan mendapat tugas membantu dalam revisi gambar-gambar
kerja.  Adapun gambar-gambar kerja yang dibuat praktikan selama melaksanakan praktik
adalah  pekerjaan lanjutan yang sebelumnya sudah dikerjakan pihak perusahaan  meliputi :

a.           Perbaikan gambar-gambar yang mengalami perubahan (revisi), detail-detail kamar mandi,


detail tangga, Gambar-gambar terlampir.
hapan-Tahapan Dalam Proses Pengerjaan Desain Arsitektural
TAHAP I: Desain skematik
        Tahap ini merupakan penggalian dan eksplorasi “ide” arsitektural dan lay-
out ruangan.  Arsitek akan menggali semua keinginan klien dan mengadakan diskusi,
memberikan masukan (advis) untuk memaksimalkan hasil rancangan.

TAHAP  II: Pra rancangan


        Tahap ini mengasilkan gambar-gambar awal untuk mendapatkan IMB (Izin Mendirikan
Bangunan).  Proses pengurusan IMB biasanya memakan waktu cukup lama (bisa mencapai
dua atau tiga bulan).   Hasil desain dalam proses ini merupakan konfirmasi utama
dari klien (desain yang sudah matang) serta tidak dapat diubah secara drastis (jikalau terjadi
perubahan, maka perubahannyapun tidak banyak atau mendasar).

TAHAP  III: Pengembangan rancangan


        Menghasilkan gambar-gambar yang lebih detail mengikuti desain tahap pra-
rancangan.  Perlu kami sampaikan bila kita banyak melakukan perubahan dari gambar IMB,
maka kita harus mengajukan IMB lagi.

TAHAP  IV : Gambar kerja


        Tahap ini menghasilkan desain detail konstruksi yang diperlukan pelaksana dalam
membangun proyek tersebut.  Gambar-gambar ini biasanya melingkupi detail-detail
penting.  Kontraktor pelaksana biasanya menyediakan shop drawing (terutama item-item
khusus, seperti : fabrikasi baja, fabrikasi khusus, fabrikasi pintu dan jendela, posisi lubang M/E
dan jalur-jalurnya,dll).  Shop  drawing diajukan kepada arsitek,yang kemudian
mengkoordinasikannya dengan tenaga ahli mekanikal dan elektrikal (jika diperlukan) sebelum
pelaksana membangun atau melaksanakan hal ini.
        Pada tahap inilah praktikan berperan dalam pelaksanaan proyek hotel grand pasundan
Bandung, di mana paraktikan ditempatkan sebagai juru gambar (drafter) dalam pelaksanaan
kerja praktik II ini praktikan melakukan setiap tahap penggambaran pada gambar-gambar revisi

TAHAP  IV a: Rencana anggaran biaya (RAB)


        RAB adalah perkiraan biaya “kasar” (dihitung berdasarkan biaya per pekerjaan dengan
toleransi kesalahannya 15% - 20%).  Arsitek tidak menghitung berapa banyak baut dan mur,
dan lain-lain, yang dipakai dalam proyek,karena hal tersebut nantinya akan dihitung oleh
pelaksana.

TAHAP  IV b: Rencana kerja dan syarat-syarat (RKS)


Rencana Kerja dan Syarat-syarat adalah Dokumen Spesifikasi Teknis, dokumen tertulis
tentang tata cara penawaran, standar kualitas dan bagaimana menawarkannya kepada
pelaksana.

TAHAP  V: Tahap penawaran


        Menyiapkan dokumen tender untuk pelaksana (jika diperlukan) kemudian melakukan
penawaran di pertemuan Aanwijzing Kemudian, Arsitek juga akan menjawab pertanyaan-
pertanyaan tentang hal-hal yang mungkin akan terjadi selama pelaksana melaksanakan proyek.

TAHAP VI: Inpeksi lapangan periodik


        Akan selalu ada hal-hal khusus di lapangan selama proses konstruksi. Merupakan hal
normal bahwa akan ada penyesuaian, klarifikasi,  penambahan atau pengurangan di lapangan
yang mesti dilakukan oleh Arsitek.  Tujuan tahap inspeksi lapangan periodik ini memastikan
bahwa konstruksi proyek ini sesuai dengan kehendak desain.
Catatan 1:
        Petugas inspeksi lapangan mengecek apakah konstruksi sudah mengikuti kehendak
desain.  Hal ini tidak termasuk pada “bagaimana” membangunnya, karena “bagaimana proyek
dibangun” adalah urusan/bidang keahlian pelaksana.

Catatan 2:
        Biasanya inspeksi dilakukan pada waktu-waktu strategis/penting di masa konstruksi
( misalnya: saat memancangkan bangunan, sebelum mengecor pondasi, sebelum membangun
struktur utama, sebelum memplester tembok, sebelum menutup atap, dan sebagainya).

Catatan 3:
        Jasa Desain Arsitektur biasanya termasuk pekerjaan-pekerjaan arsitektur
dan engineering agar dapat dibangun oleh pelaksana.  Kontrak akan menetapkan apa “yang
termasuk” dan “yang tidak termasuk” dalam lingkup pekerjaan.  Pada beberapa proyek sering
dibagi menjadi pekerjaan-pekerjaan terpisah kepada konsultan-konsultan spesialis.

nsep Perancangan Hotel Grand Pasundan Bandung


        Sebelum melakukan perancangan, terlebih dahulu disusun konsep perancangan yang
nantinya akan menjadi dasar pegangan dalam melakukan rancangan tersebut

        Tema
moderen minimalis
    Bangunan hotel grand pasundan menggunakan tema perancangannya adalah arsitektur
modern minimalis, prinsip arsitektur modern minimalis sebenarnya mengikuti prinsip
arsitektur form follow function atau bentuk mengikuti fungsi, artinya bentuk-bentuk yang tidak
perlu harus dihilangkan.  Minimalisme telah menjadi sebuah gaya arsitektur yang berdiri sendiri,
gaya minimalis dianggap sebagai istilah penganti untuk arsitektur modern.
Layaknya tren, arsitektur jenis ini tidaklah statis. Fleksibilitas dan sifat kompromistis
terhadap aspek geografis, dan iklim.
Gaya hidup masyarakat kota yang cenderung praktis dan efisien menjadi dasar desain
Hotel Grand Pasundan, dan sekaligus sebagai daya tarik konsumen.
 

Gambar 4.1 Hotel Grand Pasundan


Bandung

        Ciri-ciri
arsitektur minimalis pada bangunan hotel grand pasundan
Hotel Grand Pasundan hadir dengan karakter lebih jelas (bentuk dan ruang geometris,
sederhana), lebih baik (kokoh), dan lebih kuat dengan ruang-ruang yang kosong (sedikit
ornamen dan perabotan).  Minimal menjadi tujuan sekaligus ornamen itu sendiri yang
sederhana dan murni. Garis lurus, bidang datar mulus terkadang kasar, dan pertemuan bidang
serba siku tegak lurus. Blocking massa, material, pencahayaan, pengulangan, sirkulasi ringkas,
optimalisasi multifungsi ruang dan berurut.

            Pemakaian bahan efisien, praktis, ringan tapi kokoh, dan berteknologi tinggi. Beton
ekspos polos atau bertekstur pada dinding hotel, jendela kaca lebar sedikit, atau bahkan tanpa
sambungan. Rangka bangunan dari beton hingga baja.  Bahan kayu polos tanpa ornament,
hanya diplitur atau dicat, tatap banyak digunakan untuk kusen dan daun pintu dan
jendela.  Kusen dari aluminium yang tahan lama 

            Hotel dengan desain minimalis menekankan bentuk desain yang lugas, polos,
sederhana, tidak rumit, kompak, dan efisiensi ruang.  Kreativitas dan inovasi perkembangan
teknologi membuat hotel modern minimalis akan terus berkembang lebih kompak, trendi, dan
praktis, serta tetap menjadi pilihan favorit simbol baru masyarakat urban

        Sejarah
arsitektur modern
Salah satu faktor yang mempengaruhi sejarah perkembangan arsitektur barat adalah
revolusi industri pada awal abad ke 19, terutama industri konstruksi dan meluasnya
pemanfaatan energi listrik yang memacu pemanfaatan teknologi secara aktif di dalam
bangunan.  Situasi klimat yang berbeda, direspon dengan penggunaan teknologi secara
ekstensif.
Revolusi Industri membuka pintu untuk konsumsi umum, sehingga estetika menjadi
ukuran yang dapat dicapai bahkan oleh kelas menengah. Dulunya produk-produk berornamen
estetis terbatas dalam lingkup keterampilan yang mahal, menjadi terjangkau melalui produksi
massal.  Namun Produk-produk sedemikian tidaklah memiliki keindahan dan kejujuran dalam
ekspresi dari sebuah proses produksi.

Ketidakpuasan terhadap situasi sedemikian pada awal abad ke-20 melahirkan


pemikiran-pemikiran yang mendasari Arsitektur Modern, antara lain, Deutscher Werkbund
(dibentuk 1907) yang memproduksi obyek-obyek buatan mesin dengan kualitas yang lebih baik
merupakan titik lahirnya profesi dalam bidang desain industri.   Setelah itu, sekolah Bauhaus
(dibentuk di Jerman tahun 1919) menolak masa lalu sejarah dan memilih melihat arsitektur
sebagai sintesa seni, ketrampilan, dan teknologi.

Ketika arsitektur modern mulai dipraktikan, ia adalah sebuah pergerakan garda depan
dengan dasar moral, filosofis, dan estetis.  Kebenaran dicari dengan menolak sejarah dan
menoleh kepada fungsi yang melahirkan bentuk (form follow function).  Arsitek lantas menjadi
figur penting dijuluki sebagai "master".  Kemudian arsitektur modern masuk ke dalam lingkup
produksi massal karena kesederhanaannya dan faktor ekonomi.  Munculnya gaya arsitektur
minimalis belakangan ini adalah perkembangan dari universal tersebut.

        Awal
munculnya gaya minimalis
   Gaya minimalis mulai diakui menjadi gaya internasional setelah pada tahun 1997,
dunia mengalami kemunduran ekonomi besar-besaran.

ngalaman Praktikan Selama Kerja Praktik


Dalam kegiatan selama kerja paktik, secara umum praktikan memperoleh pengalaman
dalam berbagai bidang antara lain :
1. Pengalaman dalam bidang teknis.
a.       Teknik dalam penampilan gambar yang spesifik.
b.      Pengetahuan akan aspek struktur dalam penggambaran desain bangunan,
c.       Teknik dalam sistem penyajian gambar-gambar kerja / perancangan.
d.      Pengetahuan tentang cara menyusun spesifikasi pekerjaan.

2. Pengalaman dalam manajemen perusahaan.


a.       Pengetahuan tentang peranan dan tanggung jawab pimpinan dan staf biro kontraktor.
b.      Cara-cara kontaktor untuk mendapatkan pekerjaan / proyek.
c.       Prosedur kerja dan  perancangan suatu proyek, mulai dari tahap survei sampai
penggambaran/desain.
3. Pengalaman dalam bidang administrasi ( legalitas ) perusahaan
Dalam mencari data-data (administrasi) perusahaan, praktikan mendapatkan pengetahuan baru
mengenai kelengkapan-kelengkapan yang harus dimiliki oleh sebuah kontraktor.  Kelengkapan
yang harus dimiliki oleh sebuah jasa kontraktor antara lain :
a.       Akta Notaris
b.      Sertifikat AKI (Asosiasi Kontraktor Indonesia)
c.       Surat Izin Tempat Usaha ( SITU )
d.      Nomor Pokok Wajib Pajak, dan lain-lain.
Kelengkapan yang harus dimiliki sebelum memulai suatu proyek perencanaan antara lain :
a.       Surat perjanjian kerja
b.      Surat perjanjian mulai kerja.
4. Pengalaman lainnya.
Dalam melaksanakan kerja praktik ini, selain pekerjaan pokok, praktikan juga memperoleh
kesempatan untuk ikut dalam kegiatan perusahaan, seperti proses sosialisasi desain.
Pengalaman tersebut sangat berguna dan menambah pengetahuan praktikan.
BAB V
KESIMPULAN

Bab ini akan menjelaskan tentang kesimpulan dari proses pelaksanaan kerja praktik II,
yang dilakukan praktikan pada proyek pambangunan Hotel Grand Pasundan Bandung

Kesimpulan
Pelaksanaan Kerja Praktek II ini, dalam bidang perencanaan di PT PULAU INTAN  pada
proyek perencanaan gedung  Hotel Grand Pasundan Bandung, dilaksanakan dalam jangka
waktu ± 2 bulan (bersaman dengan kerja praktik I), dalam jangka waktu tersebut praktikan
memperoleh sedikit banyak pengetahuan dan informasi yang berhubungan dengan disiplin ilmu
yang praktikan tuntut di bangku kuliah khususnya dalam bidang konstruksi bangunan.

Dari pengalaman dan informasi tersebut, praktikan dapat mengambil kesimpulan


sebagai berikut :

1.  Umum
Pelaksanaan kerja praktik ini sangat bermanfaat bagi mahasiswa, sebagai bahan pengamatan
dan bahan komparasi antara teori-teori ilmiah yang didapat di bangku kuliah dengan kenyataan
yang terjadi di lapangan selama proses pembangunan.

2.  Khusus
a.   Tahap pertama yang harus dilakukan oleh Kontraktor adalah membuat
suatu planning mengenai pembagian pekerjaan sesuai dengan time schedule agar dapat
tercapai efektivitas waktu.

b.  Dalam hal pelaksanaan pembangunan, pekerjaan berjalan lancar tanpa suatu masalah yang
berarti, desain yang digambarkan kadang tidak sesuai dengan keinginan pemilik
bangunan/klien, sehingga dalam pelaksanaan terjadi perubahan-perubahan terutama pada
ukuran-ukuran dan bentuk-bentuk perencanaan yang tidak sesuai dengan konstruksi.

c.   Setiap perubahan yang diinginkan oleh owner, selanjutnya dilakuakan pengambaran ulang
serta melaporkannya pada owner melalau konsultan pengawas yang ditunjuk oleh owner.
d.  Dalam pelaksanaan proyek, kontraktor pelaksana membuat laporan harian, mingguan, dan
bulanan untuk dilaporkan kepada owner.  Ini dimaksudkan untuk memberitahukan
kepada owner tentang proses pelaksanaan proyek pembangunan

e.   Kontraktor pelaksana mengadakan rapat mingguan dengan pihak owner (konsultan


pengawas), rapat ini dilakukan untuk memberikan kesempatan kepada owner untuk
memberikan masukan terhadap pelaksanaan pembangunan.

f.   Konsultan pengawas adalah wakil dari owner untuk mengawasai jalannya proses pelaksanaan


pembangunan.

g.  Peran sebuah team work sangat dituntut dalam pengambilan sikap yang cepat dan tepat
sehingga apa yang menjadi keinginan klien dapat terpenuhi.  Serta kepuasan pada dua belah
pihak juga tercapai.

Anda mungkin juga menyukai