Anda di halaman 1dari 26

NAMA : EPI SUKMAWATI

NIM : 3201807080
KELAS : 3C
DOSEN : IQBAL WINTANI, ST.,MT
 ARSITEKTUR HIJAU
Arsitektur hijau disebut juga arsitektur ekologis atau arsitektur ramah lingkungan, adalah satu pendekatan desain dan
pembangunan yang didasarkan atas prinsip-prinsip ekologis dan konservasi lingkungan, yang akan menghasilkan satu karya
bangunan yang mempunyai kualitas lingkungan dan menciptakan kehidupan yang lebih baik dan berkelanjutan.
Arsitektur hijau diperlukan untuk menjawab tantangan persoalan lingkungan yang semakin memburuk dan hal ini disebabkan
karena pendekatan pembangunan yang terlalu berorientasi pada aspek ekonomi jangka pendek semata.

 BANGUNAN HIJAU
Bangunan hijau adalah satu pendekatan pembangunan bangunan yang didasarkan atas prinsip-prinsip ekologis. Pendekatan
ini dipilih berdasarkan kenyataan bahwa selama ini 50% sumberdaya alam dipakai untuk bangunan dan 40% energi dikonsumsi
bangunan. Sementara itu lebih dari 50% produksi limbah berasal dari sektor bangunan. Kenyataan ini menunjukkan adanya
ketidak seimbangan lingkungan yang berakibat pada menurunnya kualitas lingkungan dan kehidupan manusia.

 Apa tujuan bangunan hijau?


Ada dua tujuan utama penerapan bangunan hijau:
 Meminimalkan pemakaian energi dan sumberdaya, terutama yang berasal dari sumberdaya yang tidak dapat diperbaharui,
misalnya bahan tambang
 Meminimalkan emisi (buangan) yang berasal dari proses konstruksi, pemakaian dan pembongkaran bangunan.
Ada beberapa prinsip yang harus dipenuhi oleh sebuah bangunan agar dapat disebut
sebagai bangunan hijau, yaitu:
• Konservasi energi
Bangunan harus dibangun dengan tujuan meminimalkan kebutuhan bahan bakar untuk pengoperasian
bangunan tersebut. Efisiensi energi dapat dilakukan mulai saat pembangunan/konstruksi bangunan,
pemakaian atau pengoperasian bangunan, dan saat bangunan dirobohkan.
• Penyesuaian dengan iklim
Bangunan harus dirancang sesuai dengan iklim dan sumber energi alam yang ada. Ikilim diIndonesia adalah
panas lembab, sehingga bangunan harus dirancang untuk mengatasi udara panas, kelembaban dan curah
hujan tinggi.
• Meminimalkan pemakaian sumberdaya
Bangunan harus dirancang untuk mengurangi pemakaian sumberdaya, terutama yang tidak dapat diperbarui
dan diakhir pemakaian bangunan dapat membentuk sumberdaya baru untuk arsitektur bangunan lain.
• Memperhatikan pemakai
Bangunan hijau harus memberi perhatian pada keterlibatan manusia dalam pembangunan dan pemakaian
bangunan. Bangunan harus memberi kenyamanan, keamanan dan kesehatan bagi penghuninya. Rancangan
bangunan juga harus memperhatikan budaya dimana bangunan didirikan, dan perilaku pemakainya.
• Memperhatikan lahan (site)
Bangunan harus “membumi”. Ada interaksi antara bangunan dan lahan. Bangunan harus dirancang dan
dibangun sesuai dengan potensi lahan tempat bangunan akan didirikan.
• Holistik
Bangunan hijau memerlukan pendekatan holistik (menyeluruh) dari seluruh prinsip yang ada.
Daur hidup bangunan berkaitan dengan efisiensi pemakaian sumberdaya dan energi, limbah dan
polusi yang dihasilkan di setiap tahapnya, dan kenyamanan penghuninya. Daur hidup bangunan
hijau yang perlu diperhatikan yaitu:

Tahap perencanaan dan perancangan bangunan, meliputi: pemilihan site; pemakaian energi
(termasuk bahan bangunan); rancangan bangunan; dan pemilihan konstruksi

Tahap pembangunan, meliputi: pemakaian energi; limbah dan polusi yang dihasilkan
keselamatan pekerja

Tahap pemakaian, meliputi: kenyamanan pemakai; kesehatan pemakai; limbah dan polusi
yang dihasilkan, konservasi bangunan

Tahap pembongkaran, meliputi: pemanfaatan kembali bahan bangunan; limbah yang dihasilkan
• Bangunan hijau memperhatikan falsafah penciptaan
alam dan menghayati peran manusia sebagai pengelola
Konsep sekaligus perawat alam, yang justru tercermin dari
bangunan budaya tradisional di mana di dalamnya terdapat
hijau pembelajaran tentang kearifan terhadap kelestarian
alam, menciptakan aturan-aturan untuk merawat alam
dalam bentuk adaptasi dan nilai religi.
Contoh arsitektur hijau ( green house )
 Definisi Arsitektur Hemat Energi
Desain hemat energi diartikan sebagai perancangan bangunan untuk meminimalkan penggunaan energi tanpa membatasi
fungsi bangunan maupun kenyamanan atau produktivitas penghuninya. “Designing building to minimize the usage of energy
without constraining the building function nor the comfort of productivity of occupants..” (Hawkes Dean, 2002)
Arsitektur Hemat energi menurut, Tri Harso Karyono (2007), adalah: Kondisi dimana energi dikonsumsi secara hemat
(minimal), tanpa harus mengorbankan kenyamanan fisik manusia.
Perancangan sebuah bangunan yang hemat energi merupakan salah satu aspek dalam mewujudkan arsitektur
berkelanjutan, menurut Ken Yeang (2006) “Ecological design, is bioclimatic design, design with the climate of the locality,
and low energy design.” yang menekankan perancangan pasif yang berbasis pada integrasi kondisi ekologi setempat, iklim
makro dan mikro, kondisi tapak, program bangunan, konsep design dan sistem yang tanggap pada iklim, penggunan energi
yang rendah.
 Perancangan pasif menekankan pada kondisi iklim setempat, dengan mempertimbangkan: Konfigurasi bentuk bangunan
dan perencanaan tapak, Orientasi bentuk bangunan (fasad utama dan bukaan), Desain fasade (termasuk jendela, lokasi,
ukuran dan detail), Perangkat penahan radiasi matahari (misalkan sunshading pada fasad dan jendela), Perangkat pasif
siang hari, Warna dan bentuk selubung bangunan, Tanaman vertikal, serta Angin dan ventilasi alami.
 Menurut sebuah artikel di Alpensteel.com Perancangan pasif merupakan cara penghematan energi melalui pemanfaatan
energi matahari secara pasif, yaitu tanpa mengonversikan energi matahari menjadi energi listrik. Rancangan pasif lebih
mengandalkan kemampuan arsitek bagaimana rancangan bangunan dengan sendirinya mampu “mengantisipasi”
permasalahan iklim luar, dengan mengandalkan kemampuan perancang untuk mengantasi fluktuasi iklim luar melalui
solusi arsitektural.
Contoh arsitektur hemat energi:
Kenyamanan Thermal
Bagaimana bangunan dapat mengontrol perolehan sinar matahari sesuai
dengan kebutuhannya. Bangunan yang berada pada iklim dingin harus mampu
menerima radiasi matahari yang cukup untuk pemanasan, sedangkan
bangunan yang berada pada iklim panas, harus mampu mencegah radiasi
matahari secukupnya untuk pendinginan.

Kenyamanan Visual
Membahas mengenai bagaimana bangunan dapat mengontrol perolehan
cahaya matahari (penerangan) sesuai dengan kebutuhannya.
Perancangan suatu
bangunan yang sadar
energi, menurut Ken
Yeang dalam
bukunya. The Green
Kontrol Lingkungan Pasif
Skyscraper (Yeang,
Dilakukan untuk mencapai kenyamanan thermal maupun visual dengan
memanfaatkan seluruh potensi iklim setempat yang dikontrol dengan elemen –
2000), menyatakan
elemen bangunan (atap, dinding, lantai, pintu, jendela, aksesoris, lansekap)
bahwa terdapat
yang dirancang tanpa menggunakan energi (listrik).
beberapa parameter
yang menjadi konsep
dasar desain sadar
energi, yaitu: Kontrol Lingkungan Aktif
Dilakukan untuk mencapai kenyamanan thermal dan visual dengan
memanfaatkan potensi iklim yang ada dan dirancang dengan bantuan
teknologi maupun instrumen yang menggunakan energi (listrik).

Kontrol Lingkungan Hibrid


Dilakukan untuk mencapai kenyamanan thermal maupun visual dengan
kombinasi pasif dan aktif untuk memperoleh kinerja bangunan yang maksimal.
Contoh tindakan yang menggunakan energi secara efisien
adalah :
• Menggunakan lampu tipe compact fluorescent lamp (CFL) sebagai
pengganti lampu pijar yang bisa menghemat penggunaan energi hingga
40% untuk menghasilkan intensitas cahaya yang sama,
• Memperbanyak jendela di langit-langit (skylights), sehingga bisa
menghindari penggunaan lampu di siang hari.
• Menggunakan teknologi yang efisiensi energi,
• Mengaplikasikan teknologi proses produksi di industri yang hemat energi
Berikut adalah contoh pengunaan bahan bangunan hemat energi di
gedung secara garis besar :

• Proses merombak ulang sebuah bangunan, atau sebagai bagian


dari bangunan yang telah dibangun, guna memaksimalkan
Retrofitting Gedung performa gedung

• Gedung harus memiliki sistem operasional dan peralatan yang


Sistem oprasional dan juga hemat energi misalnya sistem HVAC (Heating, Ventilating
and Air Conditioning) yang efisien, pencahayaan alami yang
peralatan gedung maksimal serta peralatan yang hemat energi.

• Desain gedung hemat energi, membatasi lahan terbangun,


Desain gedung hemat layout sederhana, ruang mengalir, kualitas bangunan bermutu,
efisiensi bahan, dan material ramah lingkungan
energi
• 1.) Semen, keramik, batu bata, aluminium, kaca, dan baja sebagai bahan
baku utama dalam pembuatan sebuah bangunan berperan penting dalam
mewujudkan konsep bangunan ramah lingkungan.
• 2.) Kerangka bangunan utama dan atap, sekarang material kayu sudah
mulai digantikan material baja ringan.
3.) Kusen jendela dan pintu juga sudah mulai menggunakan bahan
aluminium sebagai generasi bahan bangunan masa datang.
4.) Bahan dinding dipilih yang mampu menyerap panas matahari dengan
Berikut adalah bahan baik.
bangunan hemat 5.) Penggunaan keramik pada dinding menggeser wallpaper merupakan
energi yang sering salah satu bentuk inovasi desain
ditemui dalam 6.) Fungsi setiap ruang dalam rumah berbeda-beda sehingga membuat
kehidupan sehari-hari: desain dan bahan lantai menjadi beragam, seperti marmer, granit, keramik,
teraso, dan parquet.
• 7.) Konsep ramah lingkungan juga telah merambah ke dunia
sanitasi. Septic tank dengan penyaring biologis (biological filter septic
tank) berbahan fiberglass dirancang dengan teknologi khusus untuk tidak
mencemari lingkungan
• 8.) Penggunaan panel sel surya meringankan kebutuhan energi listrik
bangunan dan memberikan keuntungan tidak perlu takut kebakaran,
hubungan pendek (korsleting), bebas polusi, hemat listrik, hemat biaya
listrik, dan rendah perawatan.
DEFINISI
• Pencahayaan adalah salah satu
pelajaran penting ketika kita belajar
mengenai Desain Interior dan
Dekorasi nya, tapi apa itu
pencahayaan?
• Definisi Pencahayaan adalah sebagai
penerangan rumah atau bangunan kita
agar kita dapat merasakan
kenyamanan dalam beraktivitas baik
di dalam maupun diluar.
• Contoh penggunaan pencahayaan di
dalam bangunan seperti untuk
mengerjakan aktivitas membaca,
menulis, melihat sekeliling dan
sebagainya, dapat dibuat dengan
desain penerangan umum (General
Lighting). Namun apabila penggunaan
pencahayaan digunakan untuk
aktivitas efek visualisasi, display,
estetika, karya seni (lukisan, patung,
dll) sering disebut desain pencahayaan
khusus (Special Lighting).
PENCAHAYAAN BUATAN TERDIRI DARI:

1. Pencahayaan buatan menurut jenisnya


• a) Pencahayaan tidak langsung ( indirect lighting )
• Jenis pencahayaan yang di pancarkan melalui langit-langit
• b) Pencahayaan semi tidak langsung ( semi indirect lighting )
• 60 - 90% cahaya di arahkan ke langit-langit, sedangkan 10 - 40% diarahkan ke bawah.
• c) Pencahayaan langsung tidak langsung ( direct – indirect lighting )
• Jenis pencahayaan ke atas dan ke bawah dengan menghasilkan cahaya yang teduh.
• d) Pencahayaan semi langsung ( semi direct lighting )
• Jenis pencahayaan yang diarahkan ke bidang kerja, selebihnya di arahkan ke langit-langit
• e) Pencahayaan langsung ( direct lighting )
• Jenis pencahayaan yang seluruhnya hampir dipancarkan pada bidang kerja, dapat
dirancangmenyebar!terpusat, tergantung yang digunakan.
Pencahayaan buatan menurut arah pencahayaan:
• Pencahayaan kebawah( downlight )
• Pencahayan keatas (uplight)
• Pencahayana dari belakang ( backlight )
• Pencahayaan dari samping ( sidelight )
• Pencahaayaan dari depan ( frontlight )
• Pencahayaan sempit ( spotlight )
• Pencahayaan lebar ( floodlight )
• Pencahayaan dinding ( walllight )

Pencahayaan buatan menurut cakupan cahaya :


• Pencahayaan umum ( general lighting )
• Pencahayaan dialokasi ( localized lighting )
• Pencahayaan ambien ( ambient lighting)
• Pencahayaan setempat ( taks lighting )
• Pencahayaan aksen ( accen lighting )
• Pencahayaan dekoratif ( decorative lighting )
Pencahayaan buatan menurut pencahayaan arsitektur:

•Pencahayaan langsung dari ficture yang terpasang menerus


Pencahayaan cove pada dinding

Pencahayaan •Jenis pencahayaan pada kantung (coffer) plafond kantung


cofeer diletakan kantung persegi berbentuk persegi

Pencahayaan •Sumber cahaya seragam dengan memakai element penyabar


lominaus yang digantung dibawah ruang lampu secara seragam

Pencahayaan •Dinding yang kena cahaya hanya dari atas dan palfon yang
cornice tidak terkena cahaya kan terlihat gelap

Pencahayaan •Jenis pencahaya pada bidan atas dan bawah pelindung


valance dinding
Pencahayaan buatan atau artificial lighting:
• Pencahayaan yang memanfaatkan teknologi buatan manusia atau
energi olahan seperti lampu.Kelebihan dari konsep pencahayaan
buatan adalah, intensitas cahaya yang lebih stabil serta pilihan
warna yang bervariasi. Lalu, berdasarkan arah penyinarannya,
pencahayaan buatan dibedakan menjadi :
Sistem pencahayaan langsung (direct lighting)
• Sistem pencahayaan langsung merupakan penempatan sumber
cahaya secara langsung ke arah permukaan bidang aplikasi
Sistem pencahayaan tidak langsung (indirect lighting)
• Sistem ini merupakan sistem yang menempatkan sumber cahaya
dibalik suatu bidang aplikasi,dan memanfaatkan refleksi cahaya
dari balik bidang tersebut untuk membentuk kesan cahayatertentu.
Berdasarkan cakupan penyinarannya,
artificial lighting terbagi menjadi tiga:

General Lighting
• General lighting atau pencahayaan umum adalah sistem pencahayaan yang
menjadi sumber penerangan utama.

Task Lighting
• Task lighting merupakan sistem pencahayaan yang difokuskan pada suatu area
dengan tujuanmembantu aktivitas tertentu.

Accent Lighting
• Accent lighting digunakan untuk menyorot atau memfokuskan pada suatu benda
agar dapat lebihterlihat.
Berdasarkan jenis-jenisnya lampu pijar
dibedakan menjadi beberapa kelompok
antara lain:

1. Lampu Incandescent (Lampu


Pijar)

2. Lampu Holagen

3. Lampu Flourescent

4. Lampu LED
1. Lampu Incandescent (Lampu Pijar)
Lampu pijar adalah sumber cahaya buatan yang
dihasilkan melalui penyaluran arus
listrik melalui filamen yang kemudian memanas dan
menghasilkan cahaya. Kaca yang menyelubungi
filamen panas tersebut menghalangi udara untuk
berhubungan dengannya sehingga filamen tidak akan
langsung rusak akibat teroksidasi.
2. Lampu Holagen
Lampu halogen adakan sebuah lampu pijar di mana
sebuah filamen wolfram disegel di dalam sampul transparan kompak
yang diisi dengan gas lembam dan sedikit
unsur halogen seperti iodin atau bromin. Putaran halogen menambah
umur dari bola lampu dan mencegah penggelapan kaca sampul
dengan mengangkat serbuk wolfram dari bola lampu bagian dalam
kembali ke filamen. Lampu halogen dapat mengoperasikan
filamennya pada suhu yang lebih tinggi dari lampu pijar biasa tanpa
pengurangan umur. Lampu ini memberikan efisiensi yang lebih tinggi
dari lampu pijar biasa (10-30 lm/W), dan juga memancarkan cahaya
dengan suhu warna yang lebih tinggi.
3. Lampu Flourescent
Sebuah lampu neon , atau neon , adalah tekanan
rendah uap merkuri lampu lucutan gas yang
menggunakan fluoresensi untuk menghasilkan cahaya
tampak. Arus listrik dalam gas memicu uap merkuri ,
yang menghasilkan sinar ultraviolet gelombang
pendek yang kemudian menyebabkan lapisan fosfor di
bagian dalam lampu menyala .
4. Lampu LED
Lampu LED adalah produk diode pancaran
cahaya (LED) yang disusun menjadi sebuah lampu.
Lampu LED memiliki usia pakai dan efisiensi
listrik beberapa kali lipat lebih balik daripada lampu
pijar dan tetap jauh lebih efisien daripada lampu neon,
beberapa chip bahkan dapat menghasilkan lebih dari 300
lumen per watt.
PERHITUNGAN TITIK LAMPU DAN DAYA PADA RUANG

Contoh : ruangan kantor berukuran 20 x 10 x 3 m direncanakan memakai TL 4 x 40 watt dengan penerangan E


= 300 lux. Hitunglah, jumlah lampu dan daya listrik yang dibutuhkan.
Penyelesaian :
Untuk 1 bh TL 40 watt, jumlah lumen = 40 x 75 = 3000 lumen. Untuk 4 TL 40 watt, jumlah lumen = 4 x 3000
= 12.000 lumen.
Dipilih CU 60 % dan LLF 0,8
Jumlah lampu yang dibutuhkan ( N ) = E x A dibagi lampu x CU x LLF = 300 x 200 dibagi 12000 x 0,6 x 0,8
= 10,4
Jadi N = 11 buah 4 x TL 40 watt. Pemakaian watt untuk lampu TL 40 watt termasuk ballast = 50 watt. Jumlah
beban dari lampu = 11 x 4 x 50 watt = 2200 watt. Untuk stop kontak peralatan kantor diperhitungkan 20 %
dari beban lampu = 20 % x 2200 watt = 440 watt. Total kebutuhan watt = 2640 watt, atau watt/m2 = 13, 4.
Untuk perumahan, jumlah stop kontak diperhitungkan masing2 satu buah @ 100 watt pada kamar tidur, ruang
tamu dan dapur. Daya cadangan listrik ( generator set diesel ) harus dapat melayani emergency load.
Rumusnya :
Cavity Ratio ( CR ) = 2,5 x area of cavity wall dibagi area of work plane
SEKIAN DAN TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai