Anda di halaman 1dari 83

LAPORAN TUGAS AKHIR

PERENCANAAN DAN PERANCANGAN BANGUNAN


RUMAH SUSUN SEDERHANA MILIK DAN PASAR MODERN
DI KAWASAN CAKUNG

Disusun oleh :
KINANTI SASKY FAUZI
41215120022

PROGRAM STUDI ARSITEKTUR


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS MERCU BUANA
2020
Laporan Tugas Akhir
Perencanaan dan Perancangan Rusunami dan Fasilitas Pendukung
Di Cakung Barat

BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


1.1.1. Latar Belakang Proyek
Pertumbuhan penduduk perkotaan yang cenderung meningkat dari tahun ke tahun
telah menimbulkan peningkatan permintaan terhadap kebutuhan akan tempat
tinggal. Dimana tempat tinggal atau rumah merupakan kebutuhan dasar yang akan
terus berkembang sesuai dengan siklus kehidupan manusia serta mempunyai peran
yang penting dalam pembentukan watak dan kepribadian bangsa Indonesia.

Hal tersebut sesuai dengan Pasal 28H ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945 yang menegaskan bahwa setiap orang berhak
hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal, dan mendapatkan lingkungan
hidup yang baik dan sehat serta berhak memperoleh pelayanan kesehatan.
Berdasarkan ketentuan tersebut diatas diketahui bahwa salah satu unsur pokok
kesejateraan penduduk yaitu terpenuhinya kebutuhan akan tempat tinggal bagi
setiap warga negara Indonesia. Oleh karena itu, negara bertanggung jawab
menjamin pemenuhan hak akan tempat tinggal dalam bentuk rumah yang layak
huni dan terjangkau di dalam lingkungan yang sehat, aman, harmonis dan
berkelanjutan di seluruh wilayah Indonesia.

Dalam rangka pembangunan perumahan diperlukan adanya kebijakan agar


pembangunan perumahan dapat berjalan dengan baik. Sehubungan dengan itu
berdasarkan penjelasan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2001 tentang Perumahan
dan Kawasan Permukiman, maka kebijakan umum pembangunan perumahan
diarahkan untuk:
a. Memenuhi kebutuhan perumahan yang layak dan terjangkau dalam lingkungan
yang sehat dan aman yang didukung prasarana, sarana dan utilitas umum secara
berkelanjutan serta yang mampu mencerminkan kehidupan masyarakat yang
berkepribadian Indonesia;

1
Program Studi Arsitektur
Universitas Mercu Buana
Laporan Tugas Akhir
Perencanaan dan Perancangan Rusunami dan Fasilitas Pendukung
Di Cakung Barat

b. Ketersediaan dana murah jangka panjang yang berkelanjutan untuk pemenuhan


kebutuhan rumah, perumahan, permukiman, serta lingkungan hunian
perkotaan dan perdesaan;
c. Mewujudkan perumahan yang serasi dan seimbang sesuai dengan tata ruang
serta tata guna tanah yang berdaya guna dan berhasil guna;
d. Memberikan hak pakai dengan tidak mengorbankan kedaulatan negara;
dan
e. Mendorong iklim investasi asing.
Sejalan dengan arah kebijakan umum tersebut, dimana pemerintah telah
berusaha menyediakan perumahan bagi masyarakat miskin atau golongan bawah
melalui pembangunan rumah murah yang diharapkan dapat memperbaiki taraf
hidup demi terciptanya kemakmuran bagi rakyat Indonesia. Akan tetapi dalam
kenyataannya, keadaan perumahan di Indonesia masih jauh dari mencukupi, baik
dalam hal jumlah maupun kondisi perumahan sebagian besar belum memenuhi
syarat yang layak.
Hal tersebut disebabkan oleh jumlah penduduk yang besar baik dari pertumbuhan
alamiah (kelahiran) maupun urbanisasi dengan seiring pesatnya pembangunan dan
pengembangan wilayah kota cenderung masih bersifat horizontal serta dengan
jumlah ketersediaan tanah yang terbatas.

Dalam rangka peningkatan daya guna dan hasil guna tanah bagi pembangunan
perumahan dan kawasan permukiman, serta meningkatkan efektivitas dalam
penggunaan tanah terutama pada daerah yang padat penduduknya, maka perlu
dilakukan penataan atas tanah sehingga pemanfaatannya dapat dirasakan oleh
masyarakat banyak. Dengan demikian pemerintah membuat kebijakan
pembangunan suatu bangunan yang digunakan untuk hunian, kemudian atas
bangunan tersebut dapat digunakan secara bersama-sama dengan masyarakat
lainnya, sehingga terbentuklah adanya rumah susun.

Pembangunan rumah susun merupakan cara yang baik untuk memecahan masalah
kebutuhan tempat tinggal terutama di daerah yang penduduknya terus meningkat
karena pembangunan rumah susun dapat mengurangi penggunaan tanah dan

2
Program Studi Arsitektur
Universitas Mercu Buana
Laporan Tugas Akhir
Perencanaan dan Perancangan Rusunami dan Fasilitas Pendukung
Di Cakung Barat

membuat ruang-ruang terbuka kota lebih lega (Arie S Hutagalung, 1998).


Kebijakan pembangunan rumah susun di Indonesia telah dituangkan dalam
berbagai peraturan perundang-undangan, salah satunya adalah Undang-Undang
No. 20 Tahun 2011 tentang Rumah Susun.

Sasaran rumah susun ini sebagian besar adalah masyarakat urbanisasi, yaitu
masyarakat yang berpindah dari desa ke kota untuk mencari penghidupan yang
lebih baik. Masyarakat urbanisasi ini memiliki kebudayaan atau cara hidup
masyarakat desa yang menonjolkan keguyuban dalam berinterkasi sosialnya, dan
budaya ini masih melekat meskipun mereka sudah berpindah ke kota.

Oleh karena itu dibutuhkan bentuk rumah susun yang mengakomodasi kebutuhan
masyarakat urbanisasi ini, supaya mereka betah tinggal di rusun, dan kegiatan me-
rusun-kan masyarakat berpenghasilan rendah ini bisa terlaksana dengan baik dan
tidak menimbulkan permasalahan baru seperti rumah susun yang mangrak, atau
kumuh, penghuni rusun yang salah sasaran, dan permasalahan lainnya.

1.1.2. Latar Belakang Tema


Latar Belakang Topik Dalam perkembangan di bidang arsitektur di zaman kini
semakin pesat, perkembangan ini di pengaruhi oleh faktor perilaku manusia baik
dalam dari segi fungsi ruang, perilaku, maupun dari segi estetika bangunan.
Mengingat kembali kita di zaman sekarang harus mulai peduli terhadap isuisu yang
sedang di alami bumi saat ini, karena hal tersebut akan membawakan dampak untuk
generasi berikutnya. Pembangunan seharusnya selalu mengikutsertakan pemikiran
akan keberlanjutan di masa depan, tentunya harus dipikirkan bagaimana mengatasi
permasalahan pemanasan global sehingga bagaimana mendesain bangunan yang
bisa meminimalkan atau menghemat penggunaan energi pada bangunan tersebut.

Mengingat kembali isu yang gencar saat ini yaitu global warming, maka dari itu
perlu adanya kesadaran membangun bangunan dengan konsep arsitektur
berkelanjutan. Pembangunan seharusnya di dasari oleh pemikiran akan
berkelanjutan. Menurut buku A green building is one that considers and then

3
Program Studi Arsitektur
Universitas Mercu Buana
Laporan Tugas Akhir
Perencanaan dan Perancangan Rusunami dan Fasilitas Pendukung
Di Cakung Barat

reduces it impact on the environment and human health yang berarti bangunan yang
hijau merupakan bangunan yang dapat mengurangi dampak yang negatif terhadap
lingkungan dan kesehatan manusia. (Green Building Through Integrated Design,
Jerry Yudelson, 2009).

1.2. Rumusan Masalah


Dari latar belakang masalah diatas, rumusan masalahnya adalah: bagaimana
merancang hunian vertikal murah yang layak bagi masyarakat berpenghasilan
menengah kebawah atau sering dikenal dengan istilah rusunami. Hunian ini
terintegrasi dengan pasar modern yang bentuknya maupun fasilitas-fasilitasnya
mampu mengakomodasi kebutuhan masyarakat urbanisasi yang masih memiliki
budaya keguyuban.

1.3. Maksud , Tujuan, dan Manfaat Perancangan


1.3.1. Maksud Perancangan
Penyusunan laporan mempunyai maksud yang akan menjadi acuan dalam meninjau
dan menganalisa sehingga menciptakan strategi desain dan konsep desain bagi
rumah susun sederhana milik dan pasar modern di daerah Cakung. Dan mendesain
suatu rumah susun dan pasar modern dengan tema Green Architecture dan
menerapkan hemat energi.

1.3.2. Tujuan Perancangan


Laporan ini merupakan upaya akademik dalam merancang dan mendesain sebuah
bangunan. Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam proposal ini ialah :
1. Mampu merancang dan mendesain Rumah Susun dan Pasar Modern yang dapat
mengakomodasi kebutuhan masyarakat urbanisasi yang memiliki cara hidup
masyarakat desa yang menonjolkan keguyuban dalam berinterkasi sosial tanpa
menimbulkan permasalahan baru seperti rumah susun yang kumuh, dan
permasalahan lainnya.
2. Memperhatikan aspek keselamatan, keamanan dan kenyamanan bagi penghuni
maupun pengguna bangunan sesuai dengan standar dan persyaratan yang
berlaku.

4
Program Studi Arsitektur
Universitas Mercu Buana
Laporan Tugas Akhir
Perencanaan dan Perancangan Rusunami dan Fasilitas Pendukung
Di Cakung Barat

1.3.3. Manfaat Perancangan


Adapun manfaat dalam perencanaan kasus proyek ini adalah sebagai berikut:
1. Perencanaan dan perancangan Rumah Susun dan Pasar Modern ini diharapkan
memberikan ilmu dalam perencanaan Rumah Susun dan Pasar Modern untuk
mahasiswa/mahasiswi dari universitas lainnya.
2. Memberikan ide atau inovatif untuk merancang Rumah Susun dan Pasar
Modern dengan tema green architecture.
3. Meningkatkan potensi pemanfaatan iklim daerah setempat dan lingkungan
sekitar melalui desain arsitektur bangunan bandar udara di Indonesia.

1.4. Ruang Lingkup


Perancangan ini dibatasi dengan ketentuan-ketentuan yang sudah tercantum pada
Kerangka Acuan Kerja (KAK), meliputi lokasi, batasan tema atau konsep
rancangan, jumlah lantai, luas bangunan, kebutuhan ruang, serta peraturan
peraturan pembangunan yang berlaku di wilayah tersebut, yang selanjutnya akan
menjadi acuan utama pada perancangan ini. Adapun penulisan ini dibatasi pada
pekerjaan perancangan komplek rumah susun dengan lingkup:
1. Lingkup Substansial
a. Ruang lingkup penulisan membahas sebuah Rumah susun dan pasar
modern yang dapat mengakomodasi kebutuhan masyarakat urbanisasi
atau masyarakat berpenghasilan rendah.
b. Pengolahan tampilan bangunan dan tatanan massa akan dilakukan dengan
melakukan pengolahan tata ruang luar berdasarkan pendekatan gagasan
Bangunan Hijau.
c. Bagian-bagian obyek studi yang akan diolah sebagai penekanan studi
adalah fasilitas hunian, bangunan utama sebagai main building, area
pelayanan, fasilitas pendukung dan fasilitas tambahan lainnya, pola
sirkulasi dan pejalan kaki serta tata ruang luar dan interaksinya dengan
ruang di luar bangunan rumah susun dan pasar modern.
d. Bagian literatur yang dipelajari adalah tentang standar hunian.

5
Program Studi Arsitektur
Universitas Mercu Buana
Laporan Tugas Akhir
Perencanaan dan Perancangan Rusunami dan Fasilitas Pendukung
Di Cakung Barat

2. Lingkup Spasial
Secara spasial kawasan studi yang dilakukan penulis terbatas pada kawasan site
yang telah ditentukan, yaitu : Wilayah Kota Jakarta Timur, Jakarta.

1.5. Sistematika Penulisan


Berikut adalah sistematika pembahasan laporan:
BAB I: PENDAHULUAN
Bab ini menjelaskan mengenai latar belakang, permasalahan, maksud tujuan,
lingkup batasan dan sistematika penulisan yang berkaitan dengan perancangan
rumah susun.

BAB II: STUDI PUSTAKA


Bab ini berisikan studi pustaka pemahaman tentang KAK ( Kerangka Acuan Kerja),
menjelaskan mengenai tinjauan umum, tinjauan teoritis proyek, definisi, jenis,
tinjauan tema, dan studi preseden terkait dengan proyek rumah susun.

BAB III: DATA DAN ANALISA


Berisi analisa pemilihan tapak/lokasi, analisa konteks lingkungan tapak (kondisi
tapak, kondisi sosial ekonomi, infrastruktur, potensi tapak, peta dan foto tapak
beserta lingkungan), analisa tapak (fisik), analisa program perencanaan dan
perancangan (non fisik) mencakup analisa pendekatan pelaku dan aktifitas serta
program ruang, analisa arsitektur bangunan, analisa struktur dan perlengkapan
bangunan.

BAB IV: KONSEP PERANCANGAN


Berisi tentang gambaran konsep dasar perancangan rumah susun, konsep tapak dan
lingkungan, konsep perencanaan bangunan dan perlengkapan bangunan.

BAB V: HASIL PERANCANGAN


Berisi hasil rancangan yang berupa gambar perencanaan (denah tampak potongan),
gambar detail, dan gambar 3D visualisasi interior maupun eksterior.

6
Program Studi Arsitektur
Universitas Mercu Buana
Laporan Tugas Akhir
Perencanaan dan Perancangan Rusunami dan Fasilitas Pendukung
Di Cakung Barat

DAFTAR PUSTAKA
Berisi sumber-sumber referensi teori kajian untuk memperkuat gagasan atau ide
dalam perancangan yang dibuat penulis dalam proposal ini.

LAMPIRAN
Dokumen tambahan dari laporan utama.

7
Program Studi Arsitektur
Universitas Mercu Buana
Laporan Tugas Akhir
Perencanaan dan Perancangan Rusunami dan Fasilitas Pendukung
Di Cakung Barat

1.6. Kerangka Berpikir

Latar Belakang
Pembangunan rumah susun merupakan salah satu dari bentuk
pengimplementasian peremajaan kota dan merupakan solusi dari tingginya
kepadatan penduduk yang tidak diimbangi dengan ketersediaan lahan untuk

Rumusan Masalah
Merancang rumah susun untuk masyarakat berpenghasilan menengah kebawah
yang terintegrasi dengan pasar modern yang bentuknya maupun fasilitas-
fasilitasnya mampu mengakomodasi kebutuhan masyarakat urbanisasi yang
masih memiliki budaya keguyuban.

Tujuan
Memberikan pemahaman yang utuh mengenai perancangan desain rumah susun
untuk kalangan menengah kebawah yang baik dan layak huni serta memberikan
kontribusi dalam kehidupan lingkungan kota

Data Primer Pengumpulan Data Data Sekunder

Anallisa Perancangan

Konsep Perancangan

Rancangan Desain

Gambar 1. 1 Kerangka Berpikir


(Sumber: Pribadi)

8
Program Studi Arsitektur
Universitas Mercu Buana
Laporan Tugas Akhir
Perencanaan dan Perancangan Rusunami dan Fasilitas Pendukung
Di Cakung Barat

BAB II
TINJAUAN UMUM
2.1. Kerangka Tinjauan Umum

Perancangan Low Cost


Housing dan Pasar Modern
Green building

Tinjauan Tinjauan Tinjauan Tinjauan Studi Banding


Kerja Pustaka Tema Arsitek
(KAK)

1. Lingkup 1. Rusun 1. Arsitektur 1. Arsitektur 1. Park Hill,


Perancang Hemat kontekstua Inggris
an 2. Rusunami Energi l
2. Rusun
2. Landasan 3. Pasar 2. Arsitektur Harum
Hukum Modern Kontekstu Tebet
al
3. Keriteria 3. Rusun
Perancang Pasar
an Rumput

Gambar 2. 1 Kerangka Tinjauan Umum

2.2. Pemahaman Terhadap Kerangka Acuan Kerja


2.2.1. Dasar Pemikiran
Berdasarkan uraian KAK yang telah diberikan, menjelaskan mengenai perencanaan
dan perancangan sebuah Rusunami dengan Pasar Modern yang terletak di Cakung
dengan memepertimbangkan kebutuhan masyarakat urbanisasi dan masyarakat
berpenghasilan rendah.

2.2.2. Dasar Pemikiran Tema


Green Building Merupakan upaya untuk mendukung praktik berkelanjutan yang
ramah lingkungan di kawasan berorientasi transit. Tujuannya adalah untuk dapat
mengurangi dampak jejak ekologis dengan menerapkan prinsip – prinsip
pembangunan berkelanjutan di setiap fungsi nya, mempertimbangkan aspek iklim

9
Program Studi Arsitektur
Universitas Mercu Buana
Laporan Tugas Akhir
Perencanaan dan Perancangan Rusunami dan Fasilitas Pendukung
Di Cakung Barat

tropis dan mendukung upaya penggunaan energy yang efisien serta pemanfaatan
maksimal potensi tata lingkungan secara cerdas. Serta, konsep Green Arsitekture
yang bertujuan mempunyai kontribusi menahan laju pemanasan global dengan
membenahi iklim mikro. Dalam pemanasan global, hal yang perlu diperhatikan
adalah dengan penghematan air dan energi serta penggunaan energi terbarukan.

2.2.3. Kriteria Perancangan


Desain diharapkan dapat menjawab kebutuhan dan tuntutan perancangan yang
diminta, yaitu :
1. Perancangan Kota ; Desain mempertimbangkan RTRW kawasan agar selaras
dengan pengembangan perencanaan dan perancangan Kawasan karena
ketinggian Rusun ini sesuai dengan lokasi masing-masing.
2. Masterplan ; di lokasi akan direncanakan beberapa menara bangunan Rusun
dengan unit satuan rumah susun seluas ±36 m2. Fungsi untuk lantai-lantai
terbawah adalah untuk fasilitas pasar, fasilitas umum dan fasilitas sosial
termasuk kantor Pengelola. Sedangkan lantai diatasnya untuk fasilitas untuk
fasilitas hunian. Dengan prosentase untuk fasilitas hunian 70% dan untuk
fungsi non hunian 30% dari keseluruhan bangunan.
3. Arsitektur Hemat Energi ; Perancangan bangunan menerapkan kaidah
arsitektur berkelanjutan berupa konsumsi energi dan air yang efisien dan
fleksibel terhadap penggunaan sumber energi. Penerapan Zero Run Off/
Water Harvesting. Perencanaan Kaidah Arsitektur Hemat Energi juga
mengacu pada PERMEN PU Nomor 05/PRT/2007 tentang Pedoman Teknis
Pembangunan Rumah Susun Sederhana Bertingkat Tinggi dan PERGUB
DKI Jakarta Nomor 032 tahun 2012 tentang Bangunan Hijau
4. Tipe ; Arsitektur bangunan Rusun dapat mencerminkan bahwa bangunan
tersebut adalah hunian vertikal di lokasi kawasan masing-masing dan
diharapkan memiliki ciri khas tertentu untuk bangunan sejenis di DKI Jakarta
dengan tetap mempertimbangkan sebagai ciri khas lingkungan disekitarnya
(kearifan lokal).
5. Lansekap ; Meminimalkan perkerasan dalam lokasi dan memberi peneduhan
yang cukup pada permukaan perkerasan. Memiliki ruang terbuka sebagai

10
Program Studi Arsitektur
Universitas Mercu Buana
Laporan Tugas Akhir
Perencanaan dan Perancangan Rusunami dan Fasilitas Pendukung
Di Cakung Barat

ruang publik atau communal space pada bangunan dan lansekap yang selaras
dan berkesinambungan. Perancangan jalur pedestrian yang nyaman terpisah
dengan jalur kendaraan bermotor serta Penyediaan aksesibilitas bagi para
difabel baik di area dalam dan luar bangunan serta lingkungannya. Pada
lokasi disediakan parkir kendaraan untuk fasilitas hunian sebesar 5% persen
dari keseluruhan jumlah hunian, dan untuk fasilitas pasar kapasitas parkir
kendaraannya sesuai dengan ketentuan peraturan atau standar yang berlaku.
Untuk jalur sirkulasi wajib disediakan untuk keperluan jalur pemadam
kebakaran, ambulans dan Drop Off.
6. Sosial ; Calon Penghuni diutamakan adalah masyarakat berpenghasilan
rendah yang tinggal di permukiman kumuh kota merupakan masyarakat
urbanisasi masih menganut budaya keguyuban. Unit hunian maupun
ruangruang public harus merespon pola hidup masyarakat yang sebagian
besar belum terbiasa tinggal dalam hunian vertikal dimana perlu
dipertimbangkan waktu didalam proses adaptasi tersebut, dengan pengguna
bangunan antara lain:
a. Keluarga penghuni :
1. Masyarakat permukiman kumuh setempat yang merupakan
masyarakat urbanisasi yang masih menganut budaya keguyuban
(berbasis komunitas) dan berpenghasilan menengah ke bawah.
2. Masyarakat dari luar yang membeli unit rusun di lokasi tersebut
b. Pengelola
1. Developer yang kemudian akan dilimpahkan kepada P3SRS
(Perhimpunan Pemilik dan Penghuni Satuan Rumah Susun)
2. PD Pasar Jaya sebagai pengelola pasar
c. Pelaku-pelaku unit usaha.
d. Pengunjung lain.

Adapun fasilitas-fasilitas yang diperlukan adalah:


a. Unit hunian
b. Pasar modern dengan skala pelayanan kecamatan
c. Ruang publik setiap lantai

11
Program Studi Arsitektur
Universitas Mercu Buana
Laporan Tugas Akhir
Perencanaan dan Perancangan Rusunami dan Fasilitas Pendukung
Di Cakung Barat

d. Ruang terbuka di luar bangunan (play ground, shelter, RTH)


e. Ruang kantor unit pengelola yang terdiri atas ruang-ruang kerja dan ruang
konsultasi, arsip, dan gudang, ruang rapat terbatas, keamanan, dan lain-lain.
f. Ruang kantor RT/RW
g. Ruang serbaguna di lantai dasar atau lantai 1 untuk acara-acara tertentu.
h. Ruang penitipan anak/bayi dan/atau ruang Pendidikan anak usia dini
(PAUD).
i. Ruang PKK/Posyandu.
j. Klinik.
k. Koperasi.
l. Musholla.
m. Ruang-ruang utilitas untuk mendukung fungsi bangunan.
n. Dan lain-lain yang bisa ditambahkan sesuai dengan kebutuhan.

2.2.4. Data Proyek Cakung


a. Nama Proyek : Rumah Susun Sederhana Milik dan Pasar Modern Cakung
Barat.
b. Lokasi Proyek : Jl. Inspeksi Cakung Drain Tim. Cakung Barat, Kec.
Cakung, Kota Jakarta Timur, Jakarta, 13910
c. Pemilik : Developer dan PD Pasar Jaya.

12
Program Studi Arsitektur
Universitas Mercu Buana
Laporan Tugas Akhir
Perencanaan dan Perancangan Rusunami dan Fasilitas Pendukung
Di Cakung Barat

d. Peta Lokasi

Gambar 2. 2 Peta Lokasi


Sumber: Google Maps

e. Batas Tapak
Utara : Jalan Gg. Swadaya Albo
Timur : Lahan Warga
Barat : Jalan Inspeksi Cakung Drain Timur
Selatan : Gudang PT. Sayap Mas 3
f. Data Tapak
Luas Lahan : 50.635 m²
GSB :
KDB : 55%
KLB : 3.00
KB : 8 Lantai
KDH : 35%
KTB : 50%
Tipe : Tunggal
PSL : Kurang Padat

13
Program Studi Arsitektur
Universitas Mercu Buana
Laporan Tugas Akhir
Perencanaan dan Perancangan Rusunami dan Fasilitas Pendukung
Di Cakung Barat

2.3. Tinjauan Teoritis Proyek


2.3.1. Mixed-Use Building
A. Definisi Mixed-Used Building
Menurut Endy Marlina, Mixed Use adalah salah satu upaya pendekatan
perancangan yang berusaha menyatukan berbagai aktivitas dan fungsi yang berada
dibagian area suatu kota (luas area terbatas, harga tanah mahal, letak strategis, nilai
ekonomi tinggi) sehingga terjadi satu struktur yang komples dimana semua
kegunaan dan fasilitas saling berkaitan dalam kerangka integrasi yang kuat.

Sedangkan menurut R.Michael Hampto Mixed Use adalah penggabungan dua masa
bangunan atau lebih ke dalam satu wadah dengan cara yang terkoordinasi dan saling
terikat satu sama lain, seperti : kantor, tempat perbelanjaan, hotel, atau perumahan.

Dan menurut Dudley H.William Mixed Use adalah suatu kompleks dimana terdapat
berbagai fungsi kegiatan termasuk hotel, pusat konveksi, apartemen dan
perumahan, perkantoran, pusat perbelanjaan dan pusat kebudayaan lainnya.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa Kawasan mixed-use merupakan kawasan yang
mengintegrasikan fungsi hunian, retail, kantor, dan rekreasi didalamnya.

B. Ciri-Ciri Mixed-Use Building


1. Mewadahi 3 fungsi urban atau lebih, misalnya terdiri dari retail, perkantoran,
hunian, hotel dan entertaintment.
2. Terjadi integrasi dan sinergi fungsional.
3. Terdapat ketergantungan kebutuhan masing-masing fungsi di dalamnya.
4. Kelengkapan fasilitas yang tinggi, memberikan kemudahan bagi
pengunjungnya.
5. Peningkatan kualitas fisik lingkungan.
6. Efisiensi pergerakan karena adanya pengelompokan berbagai fungsi.

14
Program Studi Arsitektur
Universitas Mercu Buana
Laporan Tugas Akhir
Perencanaan dan Perancangan Rusunami dan Fasilitas Pendukung
Di Cakung Barat

C. Konfigurasi Mixed-Use Building


Menurut Sumargo (2003) terdapat berbagai kemungkinan konfigurasi tata letak
bangunan di dalam Kawasan mixed-use, yaitu:
1. Mixed-use Tower, merupakan struktur tunggal dari segi massa ataupun
ketinggian dengan peletakan fungsi-fungsi dalam lapiran-lapisan tersebut.
Biasanya berupa high rise tower dengan fungsi tumpuk atau dengan struktur
bawah diperbesar.
2. Multi towerered Megastructure, memiliki podium dengan tower-tower yang
menyatu secara arsitektural dengan atrium atau kompleks perbelanjaan.
Bangunan dapat berupa high rise tower dengan fungsi bertumpuk atau dengan
struktur bawah yang diperbesar.
3. Freestanding Structure with Pedestrian Connection, kumpulan bangunan
tunggal yang disatukan oleh jalur pedestrian.
4. Combination, merupakan penggabungan dari tiga bentuk tersebut dalam
sebuah kawasan.

Gambar 2. 3 Konfigurasi Mixed Use Building

2.3.2. Rumah Susun


A. Pengertian Rumah Susun
Menurut Peraturan Menteri Pekerjaan Umum tentang pedoman teknis
pembangunan rumah susun sederhana bertingkat tinggi, pengertian rumah susun
adalah adalah bangunan gedung bertingkat yang dibangun dalam suatu lingkungan

15
Program Studi Arsitektur
Universitas Mercu Buana
Laporan Tugas Akhir
Perencanaan dan Perancangan Rusunami dan Fasilitas Pendukung
Di Cakung Barat

yang terbagi dalam bagian-bagian yang distrukturkan secara fungsional dalam arah
horizontal maupun vertikal dan merupakan satuan-satuan yang masingmasing dapat
dimiliki dan digunakan secara terpisah, yang berfungsi untuk tempat hunian, yang
dilengkapi dengan bagian bersama, benda bersama dan tanah bersama.

Sedangkan pengertian rumah susun sederhana adalah adalah rumah susun yang
diperuntukan bagi masyarakat berpenghasilan menengah bawah dan
berpenghasilan rendah. Dan rusunami merupakan istilah khusus di Indonesia,
sebagai program pemerintah dalam menyediakan rumah tipe hunian bertingkat
untuk masyarakat menengah bawah. Rusunami bisa dimiliki melalui kredit
pemilikan apartemen (KPA) bersubsidi dari pemerintah, untuk kalangan
masyarakat tertentu.

B. Susunan Unit Lantai Rumah Susun


Berdasarkan John Macsai, Housing dalam Dr.Rumiati Rosaline Tobing Hadian
Agustinus (2012) susunan unit rusun dibagi menjadi 3 yaitu:
1. Unit Simplex
Satu unit hunian dilayani oleh satu lantai, dalam satu lantai ini juga terdiri
dari beberapa unit hunian, dan merupakan bentuk yang paling sederhana dan
paling ekonomis.

Gambar 2. 4 Unit Simplex

16
Program Studi Arsitektur
Universitas Mercu Buana
Laporan Tugas Akhir
Perencanaan dan Perancangan Rusunami dan Fasilitas Pendukung
Di Cakung Barat

2. Unit Duplex
Kebutuhan satu hunian dilayani dalam dua lantai. Selain itu tidak semua
lantai membutuhkan koridor, jadi dapat mengeliminasi kebutuhan ruang
untuk koridor. Namun membutuhkan tangga di dalam setiap unit hunian,
untuk menghubungkan lantai satu dan lantai dua unit hunian. Dalam setiap
unit area privat terpisah dengan publik area

Gambar 2. 5 Unit Duplex

3. Unit Triplex
Kebutuhan satu unit hunian dilayani dalam tiga lantai sehingga, kegiatan
dalam setiap unit hunian dapat dilanjutkan dalam area yang terpisah.

Gambar 2. 6 Unit Triplex

C. Kriteria Pembangunan Rumah Susun


a. Kriteria Umum
Penyelenggaraan Rusuna Bertingkat Tinggi harus memenuhi kriteria
umum perencanaan sebagai berikut :
a. Bangunan Rumah Rusuna Bertingkat Tinggi harus memenuhi
persyaratan fungsional, andal, efisien, terjangkau, sederhana namun

17
Program Studi Arsitektur
Universitas Mercu Buana
Laporan Tugas Akhir
Perencanaan dan Perancangan Rusunami dan Fasilitas Pendukung
Di Cakung Barat

dapat mendukung peningkatan kualitas lingkungan di sekitarnya dan


peningkatan produktivitas kerja.
b. Kreativitas desain hendaknya tidak ditekankan kepada kemewahan
material, tetapi pada kemampuan mengadakan sublimasi antara fungsi
teknik dan fungsi sosial bangunan, dan mampu mencerminkan
keserasian bangunan gedung dengan lingkungannya;
c. Biaya operasi dan pemeliharaan bangunan gedung sepanjang umurnya
diusahakan serendah mungkin;
d. Desain bangunan rusuna bertingkat tinggi dibuat sedemikian rupa,
sehingga dapat dilaksanakan dalam waktu yang pendek dan dapat
dimanfaatkan secepatnya.
e. Bangunan rusuna bertingkat tinggi harus diselenggarakan oleh
pengembang atau penyedia jasa konstruksi yang memiliki Surat
Keterangan Ahli sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.

b. Kriteria Khusus
a. Rusuna bertingkat tinggi yang direncanakan harus
mempertimbangkan identitas setempat pada wujud arsitektur bangunan
tersebut;
b. Masa bangunan sebaiknya simetri ganda, rasio panjang lebar (L/B) <
3, hindari bentuk denah yang mengakibatkan puntiran pada
bangunan;
c. Jika terpaksa denah terlalu panjang atau tidak simetris : pasang dilatasi
bila dianggap perlu;
d. Lantai Dasar dipergunakan untuk fasos, fasek dan fasum, antara lain:
Ruang Unit Usaha, Ruang Pengelola, Ruang Bersama, Ruang Penitipan
Anak, Ruang Mekanikal-Elektrikal, Prasarana dan Sarana lainnya,
antara lain Tempat Penampungan Sampah/Kotoran;
e. Lantai satu dan lantai berikutnya diperuntukan sebagai hunian yang
1 (satu) Unit Huniannya terdiri atas : 1 (satu) Ruang Duduk/Keluarga,

18
Program Studi Arsitektur
Universitas Mercu Buana
Laporan Tugas Akhir
Perencanaan dan Perancangan Rusunami dan Fasilitas Pendukung
Di Cakung Barat

2 (dua) Ruang Tidur, 1 (satu) KM/WC, dan Ruang Service (Dapur dan
Cuci) dengan total luas per unit adalah 30 m2.
f. Luas sirkulasi, utilitas, dan ruang-ruang bersama maksimum 30% dari
total luas lantai bangunan;
g. Denah unit rusuna bertingkat tinggi harus fungsional, efisien dengan
sedapat mungkin tidak menggunakan balok anak, dan memenuhi
persyaratan penghawaan dan pencahayaan;
h. Struktur utama bangunan termasuk komponen penahan gempa
(dinding geser atau rangka perimetral) harus kokoh, stabil, dan efisien
terhadap beban gempa;
i. Setiap 3 (tiga) lantai bangunan rusuna bertingkat tinggi harus
disediakan ruang bersama yang dapat berfungsi sebagai fasilitas
bersosialisasi antar penghuni.
j. Sistem konstruksi rusuna bertingkat tinggi harus lebih baik, dari segi
kualitas, kecepatan dan ekonomis (seperti sistem formwork dan sistem
pracetak) dibanding sistem konvensional;
k. Dinding luar rusuna bertingkat tinggi menggunakan beton pracetak
sedangkan dinding pembatas antar unit/sarusun menggunakan beton
ringan, sehingga beban struktur dapat lebih ringan dan menghemat
biaya pembangunan.
l. Lebar dan tinggi anak tangga harus diperhitungkan untuk
memenuhi keselamatan dan kenyamanan, dengan lebar tangga minimal
110 cm;
m. Railling/pegangan rambat balkon dan selasar harus
mempertimbangkan faktor privasi dan keselamatan dengan
memperhatikan estetika sehingga tidak menimbulkan kesan
masif/kaku, dilengkapi dengan balustrade dan railling;
n. Penutup lantai tangga dan selasar menggunakan keramik,
sedangkan penutup lantai unit hunian menggunakan plester dan acian
tanpa keramik kecuali KM/WC;
o. Penutup dinding KM/WC menggunakan pasangan keramik dengan
tinggi maksimum adalah 1.80 meter dari level lantai.

19
Program Studi Arsitektur
Universitas Mercu Buana
Laporan Tugas Akhir
Perencanaan dan Perancangan Rusunami dan Fasilitas Pendukung
Di Cakung Barat

p. Penutup meja dapur dan dinding meja dapur menggunakan keramik.


Tinggi maksimum pasangan keramik dinding meja dapur adalah 0.60
meter dari level meja dapur;
q. Elevasi KM/WC dinaikkan terhadap elevasi ruang unit hunian, hal ini
berkaitan dengan mekanikal-elektrikal untuk menghindari sparing air
bekas dan kotor menembus pelat lantai;
r. Material kusen pintu dan jendela menggunakan bahan allumunium
ukuran 3x7 cm, kusen harus tahan bocor dan diperhitungkan agar tahan
terhadap tekanan angin. Pemasangan kusen mengacu pada sisi dinding
luar, khusus untuk kusen yang terkena langsung air hujan harus
ditambahkan detail mengenai penggunaan sealant;
s. Plafond memanfaatkan struktur pelat lantai tanpa penutup
(exposed);
t. Seluruh instalasi utilitas harus melalui shaft, perencanaan shaft harus
memperhitungkan estetika dan kemudahan perawatan;
u. Ruang-ruang mekanikal dan elektrikal harus dirancang secara
terintegrasi dan efisien, dengan sistem yang dibuat seefektif mungkin
(misalnya : sistem plumbing dibuat dengan sistem positive suction
untuk menjamin efektivitas sistem).
v. Penggunaan lif direncanakan untuk lantai 6 keatas, bila diperlukan
dapat digunakan sistem pemberhentian lif di lantai genap/ganjil.

D. Teknis Pembangunan Rusuna


Teknis pembangunan rumah susun sederhana dapat dilihat dari Peraturan Menteri
Pekerjaan Umum No: 05/PRT/M/2007 yang memuat antara lain:
A. Ketentuan Teknis Tata Bangunan
a. Peruntukan dan Intensitas Bangunan
1. Bangunan rusuna bertingkat tinggi harus diselenggarakan sesuai
dengan peruntukan lokasi yang diatur dalam ketentuan tata ruang dan
tata bangunan dari lokasi yang bersangkutan yang ditetapkan dalam:
a. Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Daerah;
b. Rencana Rinci Tata Ruang (RRTR); dan/atau

20
Program Studi Arsitektur
Universitas Mercu Buana
Laporan Tugas Akhir
Perencanaan dan Perancangan Rusunami dan Fasilitas Pendukung
Di Cakung Barat

c. Peraturan bangunan setempat dan Rencana Tata Bangunan dan


Lingkungan (RTBL).
2. Bangunan rusuna bertingkat tinggi yang dibangun harus memenuhi
persyaratan kepadatan (Koefisien Dasar Bangunan) dan ketinggian
(Jumlah Lantai Bangunan, Koefisien Lantai Bangunan) bangunan
gedung berdasarkan rencana tata ruang wilayah daerah yang
bersangkutan, rencana tata bangunan dan lingkungan yang ditetapkan,
serta peraturan bangunan setempat, dengan tetap
mempertimbangkan:
a. kemampuan dalam menjaga keseimbangan daya dukung lahan dan
optimalisasi intensitas bangunan;
b. tidak mengganggu lalu lintas udara.
3. Dalam hal pembangunan rusuna bertingkat tinggi dibangun dalam
skala kawasan, maka perhitungan KDB-nya didasarkan pada total luas
lantai dasar bangunan rusuna bertingkat tinggi terhadap total luas
daerah/kawasan perencanaan.
4. Bangunan rusuna bertingkat tinggi harus memenuhi ketentuan garis
sempadan bangunan dan jarak bebas antar bangunan gedung, dengan
ketentuan sebagai berikut:
a. Dalam hal bangunan rusuna bertingkat tinggi dibangun berbatasan
dengan jalan, maka tidak boleh melanggar garis sempadan jalan
yang ditetapkan untuk jalan yang bersangkutan.
b. Dalam hal bangunan rusuna bertingkat tinggi dibangun berbatasan
dengan sungai, maka tidak boleh melanggar garis sempadan sungai
yang ditetapkan untuk sungai yang bersangkutan.
c. Dalam hal bangunan rusuna bertingkat tinggi dibangun di tepi
pantai/danau, maka tidak boleh melanggar garis sempadan
pantai/danau yang bersangkutan.
d. Jarak bebas bangunan rusuna bertingkat tinggi terhadap bangunan
gedung lainnya minimum 4 m pada lantai dasar, dan pada setiap
penambahan lantai/tingkat bangunan ditambah 0,5 m dari jarak

21
Program Studi Arsitektur
Universitas Mercu Buana
Laporan Tugas Akhir
Perencanaan dan Perancangan Rusunami dan Fasilitas Pendukung
Di Cakung Barat

bebas lantai di bawahnya sampai mencapai jarak bebas terjauh 12,5


m.
e. Jarak bebas antar dua bangunan rusuna bertingkat tinggi dalam
suatu tapak diatur sebagai berikut:
1) dalam hal kedua-duanya memiliki bidang bukaan yang saling
berhadapan, maka jarak antara dinding atau bidang tersebut
minimal dua kali jarak bebas yang ditetapkan;
2) dalam hal salah satu dinding yang berhadapan merupakan
dinding tembok tertutup dan yang lain merupakan bidang
terbuka dan/atau berlubang, maka jarak antara dinding tersebut
minimal satu kali jarak bebas yang ditetapkan;
3) dalam hal kedua-duanya memiliki bidang tertutup yang saling
berhadapan, maka jarak dinding terluar minimal setengah kali
jarak bebas yang ditetapkan.
f. Ketentuan tentang garis sempadan dan jarak bebas antar bangunan
ditetapkan oleh pemerintah daerah setempat dan/atau peraturan
menteri.

b. Arsitektur Bangunan Gedung


1. Persyaratan Penampilan Bangunan Gedung
a. Bentuk denah bangunan gedung rusuna bertingkat tinggi sedapat
mungkin simetris dan sederhana, guna mengantisipasi kerusakan
yang diakibatkan oleh gempa.
b. Dalam hal denah bangunan gedung berbentuk T, L, atau U, atau
panjang lebih dari 50 m, maka harus dilakukan pemisahan struktur
atau delatasi untuk mencegah terjadinya kerusakan akibat gempa
atau penurunan tanah.
c. Denah bangunan gedung berbentuk sentris (bujursangkar,
segibanyak, atau lingkaran) lebih baik daripada denah bangunan
yang berbentuk memanjang dalam mengantisipasi terjadinya
kerusakan akibat gempa.

22
Program Studi Arsitektur
Universitas Mercu Buana
Laporan Tugas Akhir
Perencanaan dan Perancangan Rusunami dan Fasilitas Pendukung
Di Cakung Barat

d. Atap bangunan gedung harus dibuat dari konstruksi dan bahan


yang ringan untuk mengurangi intensitas kerusakan akibat gempa.

Gambar 2. 7 Pemisahan Struktur

2. Perancangan Ruang Dalam


a. Bangunan rusuna bertingkat tinggi sekurang-kurangnya memiliki
ruang-ruang fungsi utama yang mewadahi kegiatan pribadi,
kegiatan keluarga/bersama dan kegiatan pelayanan.
b. Satuan rumah susun sekurang-kurangnya harus dilengkapi dengan
dapur, kamar mandi dan kakus/WC.
3. Persyaratan Tapak Besmen Terhadap Lingkungan
a. Kebutuhan besmen dan besaran koefisien tapak besmen (KTB)
ditetapkan berdasarkan rencana peruntukan lahan, ketentuan
teknis, dan kebijaksanaan daerah setempat.
b. Untuk keperluan penyediaan Ruang Terbuka Hijau Pekarangan
(RTHP) yang memadai, lantai besmen pertama (B-1)

23
Program Studi Arsitektur
Universitas Mercu Buana
Laporan Tugas Akhir
Perencanaan dan Perancangan Rusunami dan Fasilitas Pendukung
Di Cakung Barat

tidak dibenarkan keluar dari tapak bangunan (di atas tanah) dan
atap besmen kedua (B-2) yang di luar tapak bangunan harus
berkedalaman sekurangnya 2 (dua) meter dari permukaan tanah
tempat penanaman.
4. Sirkulasi dan Fasilitas Parkir
a. Sirkulasi harus memberikan pencapaian yang mudah, jelas dan
terintegrasi dengan sarana transportasi baik yang bersifat
pelayanan publik maupun pribadi.
b. Sistem sirkulasi yang direncanakan harus telah memperhatikan
kepentingan bagi aksesibilitas pejalan kaki termasuk penyandang
cacat dan lanjut usia.
c. Sirkulasi harus memungkinkan adanya ruang gerak vertikal
(clearance) dan lebar jalan yang sesuai untuk pencapaian darurat
oleh kendaraan pemadam kebakaran, dan kendaraan pelayanan
lainnya.
d. Sirkulasi perlu diberi perlengkapan seperti tanda penunjuk jalan,
rambu-rambu, papan informasi sirkulasi, elemen pengarah
sirkulasi (dapat berupa elemen perkerasan maupun
tanaman), guna mendukung sistem sirkulasi yang jelas
dan efisien serta memperhatikan unsur estetika.
e. Setiap bangunan rusuna bertingkat tinggi diwajibkan menyediakan
area parkir dengan rasio 1 (satu) lot parkir kendaraan untuk
setiap 5 (lima) unit hunian yang dibangun.
f. Penyediaan parkir di pekarangan tidak boleh mengurangi daerah
penghijauan yang telah ditetapkan.
g. Perletakan Prasarana parkir bangunan rusuna bertingkat tinggi
tidak diperbolehkan mengganggu kelancaran lalu lintas, atau
mengganggu lingkungan di sekitarnya.
5. Pertandaan (Signage)
a. Penempatan pertandaan (signage), termasuk papan
iklan/reklame, harus membantu orientasi tetapi tidak mengganggu
karakter lingkungan yang ingin diciptakan/dipertahankan, baik

24
Program Studi Arsitektur
Universitas Mercu Buana
Laporan Tugas Akhir
Perencanaan dan Perancangan Rusunami dan Fasilitas Pendukung
Di Cakung Barat

yang penempatannya pada bangunan, kaveling, pagar, atau ruang


publik.
b. Untuk penataan bangunan dan lingkungan yang baik untuk
lingkungan/kawasan tertentu, Kepala Daerah dapat mengatur
pembatasan-pembatasan ukuran, bahan, motif, dan lokasi dari
signage.
6. Pencahayaan Ruang Luar Bangunan Gedung
a. Pencahayaan ruang luar bangunan harus disediakan dengan
memperhatikan karakter lingkungan, fungsi dan arsitektur
bangunan.
b. Pencahayaan yang dihasilkan harus memenuhi keserasian dengan
pencahayaan dari dalam bangunan dan pencahayaan dari jalan
umum.
c. Pencahayaan yang dihasilkan dengan telah menghindari
penerangan ruang luar yang berlebihan, silau, visual yang tidak
menarik, dan telah memperhatikan aspek operasi dan
pemeliharaan.

B. Ketentuan Teknis Andalan Bangunan


a. Persyaratan Keselamatan
Berisi tentang persyaratan keselamatan struktur bangunan gedung,
pesyaratan kemampuan bangunan terhadap kebakaran, dan pesyaratan
kemampuan bangunan terhadap bahaya petir dan kelistrikan

b. Persyaratan Kesehatan Bangunan Gedung


1. Persyaratan Sistem Penghawaan
a. Setiap bangunan rusuna bertingkat tinggi harus mempunyai
ventilasi alami dan/atau ventilasi mekanik/buatan sesuai dengan
fungsinya.
b. Bangunan rusuna bertingkat tinggi harus mempunyai bukaan
permanen, kisi-kisi pada pintu dan jendela dan/atau bukaan
permanen yang dapat dibuka untuk kepentingan ventilasi alami.

25
Program Studi Arsitektur
Universitas Mercu Buana
Laporan Tugas Akhir
Perencanaan dan Perancangan Rusunami dan Fasilitas Pendukung
Di Cakung Barat

c. Persyaratan teknis sistem ventilasi, kebutuhan ventilasi, harus


mengikuti standar yang berlaku
2. Persyaratan Sistem Pencahayaan
a. Setiap bangunan rusuna bertingkat tinggi harus memenuhi
persyaratan sistem pencahayaan alami dan/atau pencahayaan
buatan, termasuk pencahayaan darurat sesuai dengan fungsinya.
b. Bangunan rusuna bertingkat tinggi harus mempunyai bukaan
untuk pencahayaan alami yang optimal, disesuaikan dengan
fungsi bangunan hunian dan fungsi masing-masing ruang di
dalamnya.
c. Pencahayaan buatan harus direncanakan berdasarkan tingkat
iluminasi yang dipersyaratkan sesuai fungsi ruang-dalam
bangunan rusuna bertingkat tinggi dengan mempertimbangkan
efisiensi, penghematan energi yang digunakan, dan
penempatannya tidak menimbulkan efek silau atau pantulan.
d. Pencahayaan buatan yang digunakan untuk pencahayaan darurat
harus dipasang pada bangunan rusuna bertingkat tinggi, serta
dapatbekerja secara otomatis dan mempunyai tingkat
pencahayaan yang cukup untuk evakuasi yang aman.
e. Semua sistem pencahayaan buatan, kecuali yang diperlukan
untuk pencahayaan darurat, harus dilengkapi dengan pengendali
manual, dan/atau otomatis, serta ditempatkan pada tempat yang
mudah dicapai/dibaca oleh penghuni.
f. Pencahayaan alami dan buatan diterapkan pada ruangan dalam
bangunan rusuna bertingkat tinggi baik di dalam bangunan maupun
di luar.
g. Persyaratan pencahayaan harus mengikuti standar yang berlaku.
3. Persyaratan Sistem Air Minum dan Sanitasi
a. Setiap bangunan rusuna bertingkat tinggi harus menyediakan
sistem air minum yang memenuhi ketentuan:

26
Program Studi Arsitektur
Universitas Mercu Buana
Laporan Tugas Akhir
Perencanaan dan Perancangan Rusunami dan Fasilitas Pendukung
Di Cakung Barat

i. Sistem air minum harus direncanakan dan dipasang dengan


mempertimbangkan sumber air minum, kualitas air bersih,
sistem distribusi, dan penampungannya.
ii. Sumber air minum dapat diperoleh dari sumber air
berlangganan dan/atau sumber air lainnya yang memenuhi
persyaratan kesehatan sesuai pedoman dan standar teknis yang
berlaku.
iii. Perencanaan sistem distribusi air minum dalam bangunan
gedung harus memenuhi debit air dan tekanan minimal yang
disyaratkan.
iv. Penampungan air minum dalam bangunan gedung
diupayakan sedemikian rupa agar menjamin kualitas air.
v. Penampungan air minum harus memenuhi persyaratan
kelaikan fungsi bangunan gedung.
vi. Persyaratan plambing dalam bangunan rusuna bertingkat
tinggi harus mengikuti standar yang berlaku.
b. Sistem Pengolahan dan Pembuangan Air Limbah/Kotor
i. Sistem pembuangan air limbah dan/atau air kotor harus
direncanakan dan dipasang dengan mempertimbangkan jenis
dan tingkat bahayanya.
ii. Pertimbangan jenis air limbah dan/atau air kotor
diwujudkan dalam bentuk pemilihan sistem
pengaliran/pembuangan dan penggunaan peralatan yang
dibutuhkan.
iii. Pertimbangan tingkat bahaya air limbah dan/atau air kotor
diwujudkan dalam bentuk sistem pengolahan dan
pembuangannya.
iv. Air limbah yang mengandung bahan beracun dan berbahaya
tidak boleh digabung dengan air limbah domestik.
v. Air limbah yang berisi bahan beracun dan berbahaya (B3)
vi. harus diproses sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

27
Program Studi Arsitektur
Universitas Mercu Buana
Laporan Tugas Akhir
Perencanaan dan Perancangan Rusunami dan Fasilitas Pendukung
Di Cakung Barat

vii. Air limbah domestik sebelum dibuang ke saluran terbuka


harus diproses sesuai dengan pedoman dan standar teknis yang
berlaku.
viii. Persyaratan teknis air limbah harus mengikuti standar yang
berlaku.
c. Persyaratan Pematusan/penyaluran Air Hujan
i. Setiap bangunan rusuna bertingkat tinggi dan pekarangannya
harus dilengkapi dengan sistem penyaluran air hujan.
ii. Sistem penyaluran air hujan harus direncanakan dan
dipasang dengan mempertimbangkan ketinggian permukaan
air tanah, permeabilitas tanah, dan ketersediaan jaringan
drainase lingkungan/kota.
iii. Kecuali untuk daerah tertentu, air hujan harus diresapkan ke
dalam tanah pekarangan dan/atau dialirkan ke sumur
resapan dan/atau sumur penampungan sebelum dialirkan ke
jaringan drainase lingkungan/kota sesuai dengan ketentuan
yang berlaku.
iv. Pemanfaatan air hujan diperbolehkan dengan mengikuti
ketentuan yang berlaku.
v. Bila belum tersedia jaringan drainase kota ataupun sebab lain
yang dapat diterima, maka penyaluran air hujan harus
dilakukan dengan cara lain yang dibenarkan oleh instansi yang
berwenang.
vi. Sistem pematusan/penyaluran air hujan harus dipelihara
untuk mencegah terjadinya endapan dan penyumbatan pada
saluran.
vii. Persyaratan penyaluran air hujan harus mengikuti standar yang
berlaku.
d. Persyaratan Tempat Sampah, Penampungan Sampah, dan/atau
Pengolahan Sampah.

28
Program Studi Arsitektur
Universitas Mercu Buana
Laporan Tugas Akhir
Perencanaan dan Perancangan Rusunami dan Fasilitas Pendukung
Di Cakung Barat

i. Sistem pembuangan sampah padat direncanakan dan


dipasang dengan mempertimbangkan fasilitas penampungan
dan jenisnya.
ii. Pertimbangan fasilitas penampungan diwujudkan dalam
bentuk penyediaan tempat penampungan kotoran dan
sampah pada masing-masing bangunan rusuna bertingkat
tinggi, yang diperhitungkan berdasarkan jumlah penghuni, dan
volume kotoran dan sampah.
iii. Pertimbangan jenis sampah padat diwujudkan dalam bentuk
penempatan pewadahan dan/atau pengolahannya yang tidak
mengganggu kesehatan penghuni, masyarakat dan
lingkungannya.
iv. Ketentuan pengelolaan sampah padat
1) Bagi pengembang perumahan wajib menyediakan
wadah sampah alat pengumpul dan tempat pembuangan
sampah sementara, sedangkan pengangkutan dan
pembuangan akhir sampah bergabung dengan sistem yang
sudah ada.
2) Potensi reduksi sampah padat dapat dilakukan dengan
mendaur ulang, memanfaatkan kembali beberapa jenis
sampah seperti botol bekas, kertas, kertas koran, kardus,
aluminium kaleng, wadah plastik dan sebagainya.
3) Sampah padat kecuali sampah Bahan Beracun dan
Berbahaya (B3) harus dibakar dengan insinerator yang
tidak mengganggu lingkungan.
4. Persyaratan Penggunaan Bahan Bangunan
a. Bahan bangunan rusuna bertingkat tinggi yang digunakan harus
aman bagi kesehatan penghuni dan tidak menimbulkan dampak
negatif terhadap lingkungan.
b. Penggunaan bahan bangunan yang tidak berdampak negatif
terhadap lingkungan harus:

29
Program Studi Arsitektur
Universitas Mercu Buana
Laporan Tugas Akhir
Perencanaan dan Perancangan Rusunami dan Fasilitas Pendukung
Di Cakung Barat

i. menghindari timbulnya efek silau dan pantulan bagi


pengguna bangunan gedung lain, masyarakat, dan lingkungan
sekitarnya;
ii. menghindari timbulnya efek peningkatan temperatur
lingkungan di sekitarnya;
iii. mempertimbangkan prinsip-prinsip konservasi energi; dan
iv. menggunakan bahan-bahan bangunan yang ramah
lingkungan.
v.
c. Persyaratan Kenyamanan Bangunan Rusuna Bertingkat Tinggi
1. Persyaratan Kenyamanan Ruang Gerak dalam Bangunan Gedung
a. Persyaratan Kenyamanan Ruang Gerak dan Hubungan Antar ruang
i. Untuk mendapatkan kenyamanan ruang gerak dalam
bangunan gedung, harus mempertimbangkan:
1) fungsi ruang, jumlah pengguna, perabot/peralatan,
aksesibilitas ruang, di dalam bangunan gedung; dan
2) persyaratan keselamatan dan kesehatan.
ii. Untuk mendapatkan kenyamanan hubungan antarruang
harus mempertimbangkan:
1) fungsi ruang, aksesibilitas ruang, dan jumlah pengguna dan
perabot/peralatan di dalam bangunan gedung;
2) sirkulasi antarruang horizontal dan vertikal; dan
3) persyaratan keselamatan dan kesehatan.
2. Persyaratan Kenyamanan Kondisi Udara Dalam Ruang
a. Persyaratan Kenyamanan Termal Dalam Ruang
i. Untuk kenyamanan termal dalam ruang di dalam bangunan
gedung harus mempertimbangkan temperatur dan
kelembaban udara.
ii. Untuk mendapatkan tingkat temperatur dan kenyamanan
termal dalam ruang harus memperhatikan letak geografis dan
orientasi bangunan, penggunaan bentuk masa yang

30
Program Studi Arsitektur
Universitas Mercu Buana
Laporan Tugas Akhir
Perencanaan dan Perancangan Rusunami dan Fasilitas Pendukung
Di Cakung Barat

menimbulkan shading (bayangan), ventilasi alami dan


penggunaan bahan bangunan.
iii. Untuk mendapatkan tingkat temperatur dan kelembaban
udara di dalam ruangan dapat dilakukan dengan alat
pengkondisian udara yang mempertimbangkan:
1) prinsip-prinsip penghematan energi dan ramah
lingkungan;
2) kemudahan pemeliharaan dan perawatan.
iv. Persyaratan kenyamanan termal dalam ruang harus
mengikuti standar yang berlaku.
3. Persyaratan Kenyamanan Pandangan
a. Persyaratan Kenvamanan Pandangan Visual
i. Untuk mendapatkan kenyamanan pandangan (visual) harus
mempertimbangkan kenyamanan pandangan dari dalam
bangunan ke luar dan dari luar ke dalam bangunan.
ii. Kenyamanan pandangan (visual) dari dalam bangunan ke luar
harus mempertimbangkan:
1) gubahan massa bangunan, rancangan bukaan, tata ruang-
dalam dan luar bangunan, dan rancangan bentuk luar
bangunan; dan
2) pemanfaatan potensi ruang luar bangunan gedung dan
penyediaan RTH.
iii. Kenyamanan pandangan (visual) dari luar ke dalam
bangunan harus mempertimbangkan:
iv. Untuk kenyamanan pandangan (visual) pada bangunan
gedung harus dipenuhi persyaratan teknis, yaitu Standar
kenyamanan pandangan (visual) pada bangunan gedung.
4. Persyaratan Kenyamanan Terhadap Tingkat Getaran dan Kebisingan
a. Persyaratan Getaran
i. Untuk mendapatkan tingkat kenyamanan terhadap kebisingan dan
getaran pada bangunan rusuna bertingkat tinggi harus mengikuti

31
Program Studi Arsitektur
Universitas Mercu Buana
Laporan Tugas Akhir
Perencanaan dan Perancangan Rusunami dan Fasilitas Pendukung
Di Cakung Barat

standar tata cara perencanaan kenyamanan terhadap getaran pada


bangunan gedung.
ii. Dalam hal masih ada persyaratan lainnya yang belum tertampung,
atau yang belum mempunyai SNI, digunakan standar baku
dan/atau pedoman teknis.
b. Persyaratan Kebisingan
i. Untuk mendapatkan tingkat kenyamanan terhadap
kebisingan pada bangunan rusuna bertingkat tinggi harus
mempertimbangkan jenis kegiatan, penggunaan peralatan,
dan/atau sumber bising lainnya baik yang berada pada bangunan
gedung maupun di luar bangunan gedung.
ii. Setiap bangunan rusuna bertingkat tinggi harus dipenuhi standar
tata cara perencanaan kenyamanan terhadap kebisingan pada
bangunan gedung.
iii. Dalam hal masih ada persyaratan lainnya yang belum
tertampung, atau yang belum mempunyai SNI, digunakan standar
baku dan/atau pedoman teknis.

d. Persyaratan Kemudahan Bangunan Rusuna Bertingkat Tinggi


1. Persyaratan Hubungan Ke, Dari, dan di Dalam Bangunan Rusuna
a. Persyaratan Kemudahan Hubungan Horisontal dalam Bangunan
Rusuna Bertingkat Tinggi
i. Setiap bangunan rusuna bertingkat tinggi harus memenuhi
persyaratan kemudahan hubungan horizontal berupa tersedianya
pintu dan/atau koridor yang memadai untuk terselenggaranya
fungsi bangunan gedung tersebut.
ii. Jumlah, ukuran, dan jenis pintu, dalam suatu ruangan
dipertimbangkan berdasarkan besaran ruang, fungsi ruang, dan
jumlah pengguna ruang.
iii. Arah bukaan daun pintu dalam suatu ruangan
dipertimbangkan berdasarkan fungsi ruang dan aspek keselamatan.

32
Program Studi Arsitektur
Universitas Mercu Buana
Laporan Tugas Akhir
Perencanaan dan Perancangan Rusunami dan Fasilitas Pendukung
Di Cakung Barat

iv. Ukuran koridor/selasar sebagai akses horizontal antarruang


dipertimbangkan berdasarkan fungsi koridor, fungsi ruang, dan
jumlah pengguna, minimal 1.2 m.
b. Persyaratan Kemudahan Hubungan Vertikal
i. Setiap bangunan rusuna bertingkat tinggi harus menyediakan
sarana hubungan vertikal antarlantai yang memadai untuk
terselenggaranya fungsi bangunan gedung tersebut berupa
tersedianya tangga dan lif.
ii. Jumlah, ukuran, dan konstruksi sarana hubungan vertikal harus
berdasarkan fungsi luas bangunan, dan jumlah pengguna ruang,
serta keselamatan penghuni bangunan gedung.
iii. Jumlah, kapasitas, dan spesifikasi lif sebagai sarana hubungan
vertikal dalam bangunan rusuna bertingkat tinggi harus mampu
melakukan pelayanan yang optimal untuk sirkulasi vertikal pada
bangunan, sesuai jumlah pengguna bangunan gedung.
iv. Salah satu lif yang tersedia harus memenuhi persyaratan lif
kebakaran. Lif kebakaran dapat berupa lif khusus kebakaran
atau lif penumpang biasa atau lif barang yang dapat diatur
pengoperasiannya sehingga dalam keadaan darurat dapat
digunakan secara khusus oleh petugas kebakaran.
c. Persyaratan Sarana Evakuasi
i. Setiap bangunan rusuna bertingkat tinggi harus
menyediakan sarana evakuasi bagi semua orang termasuk
penyandang cacat dan lansia yang meliputi sistem peringatan
bahaya bagi pengguna, pintu keluar darurat, dan jalur evakuasi
yang dapat menjamin penghuni bangunan gedung untuk
melakukan evakuasi dari dalam bangunan gedung secara aman
apabila terjadi bencana atau keadaan darurat.
d. Persyaratan Aksesibilitas Bagi Penyandang Cacat dan Lansia
i. Setiap bangunan rusuna bertingkat tinggi harus
menyediakan fasilitas dan aksesibilitas untuk menjamin
terwujudnya kemudahan bagi penyandang cacat dan lansia masuk

33
Program Studi Arsitektur
Universitas Mercu Buana
Laporan Tugas Akhir
Perencanaan dan Perancangan Rusunami dan Fasilitas Pendukung
Di Cakung Barat

dan keluar, ke, dan dari bangunan gedung serta beraktivitas dalam
bangunan gedung secara mudah, aman, nyaman dan mandiri.
ii. Fasilitas dan aksesibilitas meliputi toilet, tempat parkir, telepon
umum, jalur pemandu, rambu dan marka, pintu, ram, tangga, dan
lif bagi penyandang cacat dan lansia.
iii. Penyediaan fasilitas dan aksesibilitas disesuaikan dengan luas dan
ketinggian bangunan gedung.
e. Persyaratan Kemudahan harus mengikuti standar yang berlaku

2.3.3. Pasar
Pasar mengandung arti tempat berjual beli atau berkumpul untuk tukar menukar
barang. Pasar dapat dikatakan pula sebagai salah satu dari struktur tetap pembentuk
suatu permukiman urban, selain pembentuk lain seperti pusat pemerintahan, tempat
peribadatan, dan lain lain. Boleh dikatakan juga, pasar (permanen) merupakan
unsur penting yang dapat memberi kontribusi terhadap perkembangan
permukiman. Sedangkan Pasar Rakyat adalah suatu area tertentu tempat
bertemunya pembeli dan penjual, baik secara langsung maupun tidak langsung,
dengan proses jual beli berbagai jenis barang konsumsi melalui tawar menawar.

A. Klasifikasi Pasar
Menurut Peraturan Menteri Perdagangan No. 37/M-DAG/PER/5/2017, pasar
Rakyat diklasifikasikan menjadi empat, yaitu:
• Pasar Rakyat Tipe A
Merupakan Pasar Rakyat dengan operasional pasar harian, jumlah kapasitas
pedagang paling sedikit 400 (empat ratus) orang, dan/atau luas lahan paling
sedikit 5.000 m2(lima ribu meter persegi).
• Pasar Rakyat Tipe B
Merupakan Pasar Rakyat dengan operasional pasar paling sedikit 3 (tiga) hari
dalam 1 (satu) minggu, jumlah kapasitas pedagang paling sedikit 275 (dua ratus
tujuh puluh lima) orang, dan/atau luas lahan paling sedikit 4.00 m2(empat ribu
meter persegi).
• Pasar Rakyat Tipe C

34
Program Studi Arsitektur
Universitas Mercu Buana
Laporan Tugas Akhir
Perencanaan dan Perancangan Rusunami dan Fasilitas Pendukung
Di Cakung Barat

Merupakan Pasar Rakyat dengan operasional pasar paling sedikit 2 (dua) kali
dalam 1 (satu) minggu, jumlah kapasitas pedagang paling sedikit 200 (dua
ratus) orang, dan/atau luas lahan paling sedikit 3.000 m2(tiga ribu meter
persegi).
• Pasar Rakyat Tipe D
Merupakan Pasar Rakyat dengan operasional pasar paling sedikit 1 (satu) kali
dalam 1 (satu) minggu, jumlah kapasitas pedagang paling sedikit 100 (seratus)
orang, dan/atau luas lahan paling sedikit 2.000 m2(dua ribu meter persegi).

B. Ketentuan Pembangunan Pasar


Pada Pasal 6 Peraturan Menteri Perdagangan No. 37/M-DAG/PER/5/2017 dalam
hal Pasar Rakyat dibangun tidak berdasarkan prototipe sebagaimana diatur dalam
Peraturan Menteri ini, Pasar Rakyat dapat dibangun dengan ketentuan:
a. luas bangunan paling sedikit 6.000 m2(enam ribu meter persegi);
b. jumlah pedagang paling sedikit 2.500 (dua ribu lima ratus) pedagang; - 10 –
c. jenis barang yang diperdagangkan tidak terbatas pada barang kebutuhan sehari-
hari dan/atau komoditi tertentu;
d. memiliki nilai sejarah yang perlu dipertahankan; dan/atau
e. memiliki sumbangan terhadap Produk Domestik Bruto daerah.

Dan pada Pasal 7 Peraturan Menteri Perdagangan No. 37/M-DAG/PER/5/2017


dinyatakan bahwa Pasar Rakyat harus dilengkapi dengan sarana dan prasarana
penunjang paling sedikit berupa kantor pengelola, toilet, pos ukur ulang, pos
keamanan, ruang menyusui, ruang peribadatan, sarana pemadam kebakaran, tempat
parkir, dan tempat penampungan sampah sementara.

C. Peraturan Pembangunan Pasar


Terdapat beberapa peraturan yang memuat pengaturan mengenai pembangunan
Pasar, yaitu Peraturan Menteri Perdagangan No. 37/M-DAG/PER/5/2017 yang
memuat diantaranya:
1. Pembangunan/Revitalisasi Sarana Perdagangan berupa Pasar Rakyat
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18 ayat (1) dilakukan melalui:

35
Program Studi Arsitektur
Universitas Mercu Buana
Laporan Tugas Akhir
Perencanaan dan Perancangan Rusunami dan Fasilitas Pendukung
Di Cakung Barat

a. Pembangunan/revitalisasi fisik;
b. revitalisasi manajemen;
c. revitalisasi ekonomi; dan
d. revitalisasi sosial budaya.
2. Pembangunan/Revitalisasi Sarana Perdagangan berupa Pasar Rakyat melalui
pembangunan/ revitalisasi fisik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a
merupakan upaya perbaikan dan peningkatan sarana dan prasarana fisik Pasar
Rakyat dengan berpedoman kepada:
a. SNI Pasar Rakyat atau perubahannya;
b. desain Prototipe Pasar Rakyat;
c. ketentuan mengenai kebersihan, kesehatan, keamanan, dan lingkungan
(K3LH); dan
d. kemudahan akses transportasi.
3. Pembangunan/Revitalisasi Sarana Perdagangan berupa Pasar Rakyat melalui
revitalisasi manajemen sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b
merupakan upaya perbaikan manajemen pengelolaan Pasar Rakyat dengan
berpedoman kepada:
a. SNI Pasar Rakyat atau perubahannya;
b. upaya peningkatan profesionalisme pengelola Pasar Rakyat;
c. upaya pemberdayaan pelaku usaha perdagangan;
d. upaya penerapan standar operasional prosedur pengelolaan dan
pelayanan Pasar Rakyat; dan
e. upaya penerapan ketentuan produk yang diperdagangkan hams bebas
dari bahan berbahaya.
4. Pembangunan/ Revitalisasi Sarana Perdagangan berupa Pasar Rakyat melalui
revitalisasi ekonomi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c merupakan
upaya perbaikan intermediasi hulu ke hilir Pasar Rakyat, melalui:
a. penerapan ketentuan produk yang diperdagangkan harus bebas dari
bahan berbahaya;
b. peningkatan akses terhadap pasokan barang, khususnya terhadap barang
kebutuhan pokok;

36
Program Studi Arsitektur
Universitas Mercu Buana
Laporan Tugas Akhir
Perencanaan dan Perancangan Rusunami dan Fasilitas Pendukung
Di Cakung Barat

c. peningkatan instrumen stabilisasi harga, khususnya terhadap barang


kebutuhan pokok; dan
d. program membangun konsumen cerdas.
5. Pembangunan/ Revitalisasi Sarana Perdagangan berupa Pasar Rakyat melalui
revitalisasi sosial budaya sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf d
merupakan upaya perbaikan dan peningkatan sistem interaksi sosial budaya
antarpemangku kepentingan Pasar Rakyat, melalui:
a. penyediaan ruang terbuka untuk interaksi sosial;
b. program untuk menjadikan Pasar Rakyat sebagai etalase produk lokal;
c. pemanfaatan Pasar Rakyat sebagai tempat pertunjukan budaya; dan
d. pembinaan terhadap pedagang kaki lima.
6. Pemerintah Pusat dan/atau Pemerintah Daerah dapat bekerja sama dengan
swasta, koperasi, badan usaha milik negara dan/atau badan usaha milik daerah
dalam membangun dan/atau merevitalisasi Sarana Perdagangan berupa Pasar
Rakyat, kepemilikan Pasar Rakyat diatur sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.

2.4. Tinjauan Teoritis Tema


2.4.1. Arsitektur Hemat Energi
Arsitektur hemat energi adalah pemikiran arsitektur yang berlandaskan pada
pemikiran “meminimalkan penggunaan energy tanpa membatasi atau merubah
fungsi bangunan, kenyamanan maupun produktivitas penghuninya “ dengan
memanfaatkan sains dan teknologi mutakhir secara aktif.

Arsitektur ini juga berupaya untuk mengoptimalkan sistem tata udara – tata cahaya,
integrasi antara sistem tata udara buatan-alamiah, sistem tata cahaya buatan-
alamiah serta sinergi antara metode pasif dan aktif dengan material dan insturumen
hemat energi. Credo form follows function bergeser menjadi form follows energy
yang berdasarkan pada prinsip konservasi energi (non-renewable resources).

37
Program Studi Arsitektur
Universitas Mercu Buana
Laporan Tugas Akhir
Perencanaan dan Perancangan Rusunami dan Fasilitas Pendukung
Di Cakung Barat

A. Kriteria Bangunan Hemat Energi


Konsep “hemat energi” bangunan memiliki implikasi langsung pada peraturan,
ekonomi, permintaan energi, dan lingkungan. Definisi juga diperlukan untuk
membandingkan kinerja bangunan energi atau untuk menilai mutlak hemat
energi. Terdapat tiga kriteria untuk sebuah bangunan hemat energi, yaitu:
• bangunan harus dilengkapi dengan peralatan yang efisien dan bahan yang
tepat untuk lokasi dan kondisi;
• bangunan harus menyediakan fasilitas dan layanan yang sesuai dengan
penggunaan bangunan yang dimaksudkan;
• bangunan harus dioperasikan sedemikian rupa untuk memiliki
penggunaan energi rendah dibandingkan dengan, bangunan sejenis
lainnya.

Sebuah bangunan yang efisien harus, minimal, berada di atas rata-rata di tiga
aspek tersebut. Ketika menetapkan standar hemat energi minimum, definisi
hemat energi berdasarkan biaya siklus hidup minimum cenderung menghasilkan
standar yang lebih ketat dan penghematan energi yang lebih besar daripada
strategi berdasarkan menghilangkan unit paling efisien.

B. Aspek Yang Dipertimbangkan


• Konsumsi sumber daya yang hemat dan efisien (energi, material, air dan
lahan).
• Emisi baik terhadap udara, air dan tanah terkait dengan lingkungan dan
kesehatan.
• Lain-lain (seperti kebisingan dan getaran).

Penghematan energi dapat dicapai dengan penggunaan energi secara efisien


dimana manfaat yang sama diperoleh dengan menggunakan energi lebih sedikit,
ataupun dengan mengurangi konsumsi dan kegiatan yang menggunakan energi.
Kegiatan menghemat energi dapat dimulai dari rumah kita sendiri. Banyak cara
yang bisa dilakukan untuk mengefisiensi penggunaan energi dalam rumah, mulai
dari pengaturan cahaya dalam rumah, menggunakan peralatan rumah tangga

38
Program Studi Arsitektur
Universitas Mercu Buana
Laporan Tugas Akhir
Perencanaan dan Perancangan Rusunami dan Fasilitas Pendukung
Di Cakung Barat

yang hemat listrik, membuat sumur resapan, serta membuat ruang terbuka hijau
atau taman rumah yang mensuplai kebutuhan udara bersih.

2.4.2. Arsitektur Kontekstual


Arsitektur kontekstual adalah sebuah metode perancangan yang mengkaitkan dan
menyelaraskan bangunan baru dengan karakteristik lingkungan sekitar. Dimana
desain yang ada harus memperhatikan lingkungan sekitar agar dapat tercipta
komposisi yang selaras dengan bangunan sekitar. Sehingga, dalam metode
perancangannya akan mengkaitkan dan menyelaraskan bangunan baru dengan
karakteristik lingkungan. Yang mana dengan tema ini, rumah susun yang dibangun
akan diarahkan menjadi bangunan yang ramah lingkungan.

Gerakan pengusung paham arsitektur kontekstual sendiri muncul dari penolakan


dan perlawanan terhadap arsitektur modern sebagai ikon gaya internasional yang
antihistoris, monoton, bersifat industrialisasi, dan kurang memerhatikan kondisi
bangunan lama di sekitarnya. Sehingga, kontekstualisme selalu dihubungkan
dengan kegiatan konservasi dan preservasi karena berusaha mempertahankan
bangunan lama khususnya yang bernilai historis dan membuat koneksi dengan
bangunan baru atau menciptakan hubungan yang simpatik, yang akan
menghasilkan sebuah kontinuitas visual.

39
Program Studi Arsitektur
Universitas Mercu Buana
Laporan Tugas Akhir
Perencanaan dan Perancangan Rusunami dan Fasilitas Pendukung
Di Cakung Barat

2.5. Studi Preseden


2.5.1. Park Hill, Inggris

Gambar 2. 8 Site Plan Park Hill

Park Hill adalah Kawasan perumahan di Sheffield, Inggris. Dibangun pada tahun
1957 sampai tahun 1961. Kemudian dilakukan renovasi di Kawasan tersebut
sehingga sekarang didalamnya tidak hanya terdapat hunian, namun juga terdapat
fasilitas belanja yang disebut The Pavement yang terdapat di lantai bawah bangunan
dan juga empat rumah publik.

Park Hill pertama kali dibangun pada tahun 1957, dan dibuka pada tahun 1961 dan
memiliki total 995 unit untuk dihuni dengan berbagai macam tipe diantaranya flat
dengan satu kamar tidur, flat dengan dua kamar tidur, maison dengan dua kamar.
Dan maison dengan tiga kamar. Seluruh unit ini menggunakan konfigurasi triplex.

40
Program Studi Arsitektur
Universitas Mercu Buana
Laporan Tugas Akhir
Perencanaan dan Perancangan Rusunami dan Fasilitas Pendukung
Di Cakung Barat

Gambar 2. 9 Konfigurasi Ruang Perlantai

Arsitek mencoba memaksimalkan semua kualitas terbaiknya, yaitu, pengaturan


aspek ganda, ventilasi alami dan sistem pemanas distrik, balkon pribadi untuk setiap
flat, orientasi flat dengan ruang tamu yang menghadap ke Selatan dan Barat untuk
memaksimalkan sinar matahari alami dan panas, dan kamar tidur yang menghadap
ke Utara atau Timur, serta akses eksternal untuk menuju ke ‘streets in the sky’ yang
memanfaatkan topografi situs dengan menghubungkan jalan setapak yang
ditinggikan ke permukaan tanah

Gambar 2. 10 Fasad Park Hill

41
Program Studi Arsitektur
Universitas Mercu Buana
Laporan Tugas Akhir
Perencanaan dan Perancangan Rusunami dan Fasilitas Pendukung
Di Cakung Barat

2.5.2. Rusun Pasar Rumput


Rusun Pasar Rumput juga ditujukan untuk masyarakat yang terkena dampak
relokasi permukiman kumuh di sepanjang daerah aliran sungai Ciliwung yang
berada di sepanjang sempadan dan sungai mulai dari Pintu Air Manggarai sampai
jembatan MT Haryono Cawang. Konsep pembangunan Rusun Pasar Rumput pada
dasarnya adalah mixed used atau campuran antara kios pasar dan hunian. Selain itu,
adanya integrasi sarana transportasi dan hunian yakni tersedianya Halte
Transjakarta di depan Rusun Pasar Rumput tentunya akan mempermudah
masyarakat dan mengurangi mobilitas keseharian masyarakat dan mengurangi
kemacetan di jalan raya karena penggunaan angkutan umum. Rusunawa ini
dibangun sebanyak tiga tower masing-masing 25 lantai yang terdiri 1.984 unit
hunian dan 1.314 unit kios.

Gambar 2. 11 Akses ke Rusun Pasar Rumput

Dilihat dari lokasi rusunawa pasar rumput, lokasi ini terlihat cukup strategis karena
lokasi berada di sekitar kawasan transit transportasi, jadi rusuna ini terintegrasi
dengan moda transportasi umum yakni Bus Transjakarta, dan Kereta Api. Dari
gambar di atas juga terlihat zonasi untuk masuk area rusuna, masuk untuk penghuni,
dan masuk kendaraan.

42
Program Studi Arsitektur
Universitas Mercu Buana
Laporan Tugas Akhir
Perencanaan dan Perancangan Rusunami dan Fasilitas Pendukung
Di Cakung Barat

Lokasi ini juga berada di lingkungan pemukiman penduduk dan jalan raya,
penduduk sekitar biasanya memiliki kebudayaan atau cara hidup masyarakat yang
menonjolkan keguyuban dalam berinterkasi sosialnya. Sehingga perencana
membuat ruang interaksi sosial sebagai pengikat fungsi/aktivitas yang ada sekaligus
pembentuk hirarki ruang publik/bersama yang di rencanakan dengan cara
penegasan bentuk Defensible Space. Penegasan bentukan Defensible Space
Kesadaran akan Milik Bersama yaitu penggunaan dan pemeliharaan bersama
menghindari okupasi ruang bersama.

Gambar 2. 12 Defenseable Space

Rusunawa Pasar Rumput merupakan hunian vertikal yang terintegrasi pasar


tradisional terbesar yang dibangun Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan
Rakyat (PUPR). Di denah lantai dasar ini adalah penempatan area pasar tradisional
yang dikelola oleh PD Pasar Jaya. Pasar tersedia dari lantai satu sampai lantai 2.

43
Program Studi Arsitektur
Universitas Mercu Buana
Laporan Tugas Akhir
Perencanaan dan Perancangan Rusunami dan Fasilitas Pendukung
Di Cakung Barat

Pasar di lantai satu dan dua dengan total luas 12.433 meter persegi. Jumlah kios
basah dan kering adalah 1.314 unit. Dengan jumlah kios mencapai 1.314 unit kios.

Gambar 2. 13 Denah Rusun Pasar Rumput

Adapun unit hunian tersedia mulai lantai 4 hingga 25. Luas bangunan untuk hunian
secara keseluruhan adalah 119.325 meter persegi dengan jumlah hunian sebanyak
1.984 unit. Luas per unit adalah 36 meter persegi terdiri dari ruang tamu/keluarga,
ruang makan, dua kamar tidur, toilet, kamar mandi dan ruang servis.

44
Program Studi Arsitektur
Universitas Mercu Buana
Laporan Tugas Akhir
Perencanaan dan Perancangan Rusunami dan Fasilitas Pendukung
Di Cakung Barat

Gambar 2. 14 Tipe Hunian Rusun Pasar Rumput

Dengan 2 tipe unit hunian yaitu unit dengan 2 kamar dan unit dengan 3 kamar.
Dengan kamar mandi, dapur dan ruang cuci-jemur besaran sama antara tipe unit.
Peruntukan rusunawa ini terbilang untuk masyarakat yang sudah berkeluarga.
Karena unit terlihat mewah, sehingga rusuna ini hanya sebatas sewa bukan milik.

Gambar 2. 15 Zoning Vertikal Rusun Pasar Rumput

2.5.3. Rusun Harum Tebet


Rumah Susun Sederhana Milik Tebet Barat Raya dimiliki dan dikelola oleh
pemerintah DKI Jakarta. Status kepemilikan rusuna ini adalah milik (rusunami).
Selesai terbangun pada tahun 1995 dan berlokasi di Jl. Tebet Barat Raya No. 102,
Tebet Barat, Tebet, Jakarta Selatan. Pembangunan rumah susun ini merupakan

45
Program Studi Arsitektur
Universitas Mercu Buana
Laporan Tugas Akhir
Perencanaan dan Perancangan Rusunami dan Fasilitas Pendukung
Di Cakung Barat

salah satu program pemerintah untuk menata kawasan kumuh. Kawasan ini
dibangun di area seluas 3.000 m2 bekas pemukiman kumuh yang terbakar.
Pembangunan dimulai pada tahun 1994.

Gambar 2. 16 Lokasi Rusun Tebet

Rusun ini terdiri dari 4 blok yang tiap bloknya terdapat ±80 unit hunian. Tiap blok
memiliki empat lantai hunian dan lantai dasar berupa lantai unit usaha maupun
fasilitas komunal, seperti aula. Fasilitas lainnya yang tersedia di rusun ini antara
lain:
• Musholla;
• Aula Serbaguna;
• Ruang Kantor Pengelola;
• Lapangan;
• Tempat Parkir;
• Tempat Usaha;

46
Program Studi Arsitektur
Universitas Mercu Buana
Laporan Tugas Akhir
Perencanaan dan Perancangan Rusunami dan Fasilitas Pendukung
Di Cakung Barat

• Posyandu;
• Karang Taruna;
• Dan lain-lain.

Gambar 2. 17 Suasana Rusun Tebet

Di rumah susun Tebet Barat Raya terdapat RTH/taman dalam bentuk taman
bermain, kebun koleksi penghuni, jalur hijau, maupun lahan terbengkalai. Luas
RTH pada rusuna ini ± 1/2 dari luas keseluruhan, yang sisanya ± 1/2 adalah ruang
terbangun. Penggunaan RTH/taman antara lain untuk tempat bermain, tempat
berkumpul/bersosialisasi penghuni, serta untuk acara-acara tertentu.

Gambar 2. 18 Denah Per Lantai Blok Rusun Tebet

47
Program Studi Arsitektur
Universitas Mercu Buana
Laporan Tugas Akhir
Perencanaan dan Perancangan Rusunami dan Fasilitas Pendukung
Di Cakung Barat

Koridor yang digunakan dalam rusunami ini berjenis single loaded. Hanya ada satu
tipe unit di rusun ini, yang berukuran 27 meter persegi yang terdiri atas ruang teras,
ruang bersama, kamar tidur, kamar mandi dan area jemur. Unit ini tidak terdapat
pembatas ruang sehingga area tidur dapat dilihat saat pintu masuk dibuka, sehingga
tidak adanya area privasi bagi pemilik hunian.

48
Program Studi Arsitektur
Universitas Mercu Buana
Laporan Tugas Akhir
Perencanaan dan Perancangan Rusunami dan Fasilitas Pendukung
Di Cakung Barat

BAB III
DATA DAN ANALISA

3.1. Data Tapak


3.1.1. Data Lokasi
Data lokasi tapak adalah sebagai berikut:
a. Pemilik : Swasta
b. Nama Gedung : Rusunami dan Pasar Modern (Pasar Jaya) Cakung Barat
c. Kawasan : Perkotaan
d. Sasaran Pelayanan : Masyarakat berpenghasilan rendah sebagai penghuni
rumah susun dan masyarakat sekitar rumah susun

3.1.2. Data Teknis

Gambar 3. 1 Lokasi Tapak

a. Lokasi Lahan : Jl. Inspeksi Cakung Drain Tim, Kec.


Cakung, Kota Jakarta Timur, Daerah
Khusus Ibukota Jakarta 13910.
b. Provinsi : DKI Jakarta
c. Luas Tanah : 5 Ha
d. Koefisien Dasar Bangunan : 55%

49
Program Studi Arsitektur
Universitas Mercu Buana
Laporan Tugas Akhir
Perencanaan dan Perancangan Rusunami dan Fasilitas Pendukung
Di Cakung Barat

e. Koefisien Lantai Bangunan : 3.0


f. Sempadan Bangunan : 10 m
g. Lapis Bangunan Maksimum : 8 lantai
h. Elevasi tapak eksisting : Datar

3.1.3. Batas Lahan


a. Utara : Jalan Gg. Swadaya Albo
b. Selatan : Gudang / Gedung PT. Sayap Mas 3
c. Timur : Lahan Pertanian Warga
d. Barat : Jl. Inspeksi Timur Cakung Drain Timur

Batas Barat

Batas Utara

Batas Selatan
Batas Timur

Gambar 3. 2 Batas Tapak

3.2. Analisa Non Fisik


3.2.1. Pelaku Kegiatan
Adapun pelaku kegiatan yang terlibat dalam Rumah Susun dan Pasar Rakyat terdiri
dari beberapa kelompok, antara lain:
A. Penghuni
Kelompok pelaku ini melakukan kegiatan utama didalam bangunan dan
menggunakan bangunan sebagai tempat tinggal.
B. Pengunjung
Pengunjung dapat dibedakan menjadi dua, yaitu

50
Program Studi Arsitektur
Universitas Mercu Buana
Laporan Tugas Akhir
Perencanaan dan Perancangan Rusunami dan Fasilitas Pendukung
Di Cakung Barat

1. Pengunjung Pasar Rakyat


Adalah pengunjung yang hanya mengunjungi pasar rakyat.
2. Pengunjung Rumah Susun (tamu dari penghuni)
Adalah pengunjung yang mengunjungi area blok dan hunian di bangunan rusun.
C. Pengelola
Pengelola juga dapat dibedakan menjadi dua, antara lain:
1. Pengelola Rusun
Pengelola rusun adalah orang yang mengkoordinir segala kegiatan yang
berlangsung di rumah susun dan bertanggung jawab atas kenyamanan bagi
aktifitas bagi penghuni.
2. Pengelola Pasar Rakyat
Pengelola pasar adalah orang yang mengkoordinir segala kegiatan yang
berlangsung di area pasar rakyat dan bertanggung jawab atas kenyamanan bagi
aktifitas bagi pengunjung.
D. Pelaku Usaha
Pelaku usaha adalah orang-orang yang melakukan usaha di Pasar Rakyat.

3.2.2. Analisa Kegiatan dan Organisasi Ruang


Kegiatan di dalam kawasan rusun dapat dibagi menjadi beberapa bagian, yaitu:
a. Kegiatan Utama
Merupakan kelompok aktivitas yang memuat kegiatan yang paling pokok dalam
rumah susun yaitu aktivitas tinggal atau menghuni, menerima tamu, serta aktivitas
kehidupan seharihari. Individu yang terlibat adalah penghuni, dan pengunjung
atau
tamu.
• Aktivitas intern
Aktivitas yang dilakukan oleh penghuni di dalam unit hunian (tidur,
menyiapkan makanan, makan, mandi, buang air besar atau kecil,
menerima tamu, interaksi sosial dan sebagainya).
• Aktivitas ekstern
Aktivitas yang dilakukan oleh penghuni di luar unit hunian (rekreasi, olah
raga, berbelanja, dan sebagainya).

51
Program Studi Arsitektur
Universitas Mercu Buana
Laporan Tugas Akhir
Perencanaan dan Perancangan Rusunami dan Fasilitas Pendukung
Di Cakung Barat

b. Kegiatan Pengelola
Merupakan kelompok aktivitas yang mendukung fungsi rumah susun dalam
haladministrasi, pengawasan, dan maintenance atau perawatan bangunan. Dengan
kata lain, kelompok aktivitas inilah yang mengorganisasikan segala kegiatan yang
terkait dalam rumah susun.
• Kegiatan pimpinan
• Kegiatan kesekretariatan
• Kegiatan teknik (mekanikal elektrikal dan perawatan bangunan)
• Kegiatan non teknik (keuangan dan pemasaran)
• Kegiatan pertemuan staff dan karyawan
• Kegiatan keamanan
c. Kegiatan Pelayanan
Merupakan kelompok aktivitas yang berfungsi sebagai service atau pelayanan
kepada penghuni rumah susun seperti aktivitas transportasi dalam bangunan,
lavatory, ibadah, keamanan dan lainnya.
d. Kegiatan Pelengkap
Merupakan kelompok aktivitas yang berfungsi sebagai pelengkap dalam
rumah susun, seperti : pertokoan, perbankan, telekomunikasi.
e. Kegiatan Pendukung
Merupakan kelompok aktivitas yang berfungsi mendukung aktivitas yang ada.
kelompok aktivitas ini antara lain mencakup aktivitas mekanikal elektrikal, dan
pemeliharaan
f. Kegiatan Parkir
Meliputi parkir penghuni, pengelola, dan pengunjung dan parkir servis.

52
Program Studi Arsitektur
Universitas Mercu Buana
Laporan Tugas Akhir
Perencanaan dan Perancangan Rusunami dan Fasilitas Pendukung
Di Cakung Barat

A. Analisa Kegiatan Makro


Secara garis besar, pihak-pihak yang terlibat dalam kegiatan didalam kawasan ini
adalah:

Penghuni

Pengunjung Pasar Rusun

Pengelola

Pelaku Usaha

Gambar 3. 3 Analisa Pelaku Kegiatan Makro

B. Analisa Kegiatan Mikro


Adapun alur kegiatan secara mikro antara lain:
1. Penghuni Rusun

Datang Parkir
Rusun
Entrance Parkir

Lounge R. Komunal Kamar Tidur Da pur

Pasar Posyandu PAUD Kamar Mandi R. Cuci


Lapangan R. Serbaguna R. Keluarga Balkon
Toilet Berbelanja
Mushola Toilet Kegiatan Berhuni
Toilet Toko / Kios
Fasilitas Hunian

Gambar 3. 4 Analisa Pelaku Kegiatan Mikro Penghuni Rusun

53
Program Studi Arsitektur
Universitas Mercu Buana
Laporan Tugas Akhir
Perencanaan dan Perancangan Rusunami dan Fasilitas Pendukung
Di Cakung Barat

2. Pengunjung

Datang Parkir
Rusun
Entrance Parkir

Lounge R. Komunal Unit Hunian

Pasar Lapangan R. Serbaguna

Mushola Toilet

Toilet Berbelanja Fasilitas Hunian

Toilet Toko / Kios

Gambar 3. 5 Analisa Pelaku Kegiatan Mikro Pengunjung

3. Pengelola
Arsip
R. Arsip
Pengelola Rusun Datang Persiapan Bekerja
Lobby Loker R. Staff Rapat

R. Manager R. Rapat
Toilet
Toilet R. Sekretaris
Penunjang
Datang Parkir R. Pemasaran
Beribadah R. Kontrol
Entrance Parkir
Musholla R. Keamanan

Pengelola Pasar Datang Persiapan Bekerja Arsip

Lobby Loker R. Staff R. Arsip

Toilet R. Manager
Rapat
Toilet R. Sekretaris
R. Rapat
R. Pemasaran
Beribadah
Penunjang
Musholla
R. Kontrol

R. Keamanan

Gambar 3. 6 Analisa Pelaku Kegiatan Mikro Pengelola

54
Program Studi Arsitektur
Universitas Mercu Buana
Laporan Tugas Akhir
Perencanaan dan Perancangan Rusunami dan Fasilitas Pendukung
Di Cakung Barat

4. Pelaku Usaha

Datang Parkir Mengambil Barang Menyimpan Barang Jual-Beli


Entrance Parkir Loading Dock Gudang Kios

Gambar 3. 7 Analisa Pelaku Kegiatan Mikro Pelaku Usaha

3.2.3. Hubungan Ruang dan Zoning Ruang


A. Hubungan Ruang dan Zoning

Gambar 3. 8 Hubungan dan Zoning Ruang

55
Program Studi Arsitektur
Universitas Mercu Buana
Laporan Tugas Akhir
Perencanaan dan Perancangan Rusunami dan Fasilitas Pendukung
Di Cakung Barat

B. Organisasi Ruang

Gambar 3. 9 Organisasi Ruang

56
Program Studi Arsitektur
Universitas Mercu Buana
Laporan Tugas Akhir
Perencanaan dan Perancangan Rusunami dan Fasilitas Pendukung
Di Cakung Barat

3.2.4. Program Ruang


A. Perhitungan Batasan dan Intensitas Lahan
Tabel 3. 1 Perhitungan Batasan dan Intensitas Lahan

A. Perhitung a n Ba ta sa n La ha n
Ketera ng a n Renca na Ba ta sa n
Luas Area 50.000,00 50.000,00
Luas Lantai Dasar 27.500,00
Luas Seluruh Bangunan 150.000,00
KLB (Koefisien Lantai Bangunan)* 3
KDB (Koefisien Dasar Bangunan)* 55%
Ketinggian Bangunan** 8 Lantai
KDH 35%
KTB 55%
* Perhitungan KLB & KTB menggunakan standard peraturan DKI Jakarta.

B. Perhitunga n Ba ta sa n Kegia ta n/F ungsi


Hunian Murni Komersial dan Sarana Penunjang Hunian
70% 105.000,00 30% 45.000,00

C . Perhitung a n Jumla h Unit


Luas Hunian Per
Luas Unit Jumlah Unit Per Lantai Luas Per lantai
Lantai Sirkulasi + MEP 20%
36 38 1.368 274 1.642

Rencana Ketinggian Lantai = 8,00 lantai


Jumlah Blok = 8,00 blok

Total Luas Per Blok = 13.132,80 m2


total keseluruhan = 105.062,40 m2
Jumlah Unit = 2.432 unit

D. Perhitunga n Progra m Rua ng F a sum F a sos


kebutuhan Fasum Fasos berdasarkan Perda DKI Jakarta
Jumlah Unit = 2.432,00 Unit
Jumlah Jiwa = 9.728,00 Jiwa 486,40
* setiap unit x 4 jiwa

B. Kebutuhan Parkir
Tabel 3. 2 Kebutuhan Parkir

Perhitung a n Prog ra m Rua ng Pa rkir Hunia n


JENIS KEBUTUHAN RASIO PARKIR KEBUTUHAN
Hunian Rusunami 1 mobil : 10 unit 243 MOBIL
Fasilitas Rusunami 1 mobil : 100 m2 119 MOBIL
Pasar Modern 1 mobil : 60 m2* 253 MOBIL
Fasilitas Pasar Modern 1 mobil : 100 m2* 12 MOBIL
TOTAL KEBUTUHAN 627 MOBIL

JENIS KEBUTUHAN RASIO PARKIR KEBUTUHAN


Hunian Rusunami 1 Motor : 2 Unit 1.216 MOTOR
Fasilitas Rusunami 1 Motor : 100 m2 258 MOTOR
Pasar Modern 1 mobil : 2 x Parkir Mobil 506 MOBIL
Fasilitas Pasar Modern 1 mobil : 2x Parkir Mobil 24 MOBIL
530 MOBIL
TOTAL KEBUTUHAN
1 .474 MOTOR

57
Program Studi Arsitektur
Universitas Mercu Buana
Laporan Tugas Akhir
Perencanaan dan Perancangan Rusunami dan Fasilitas Pendukung
Di Cakung Barat

C. Program Ruang Rusunami


Tabel 3. 3 Program Ruang Rusun

PROGRAM RUANG RUSUNAMI


JENIS KEGIATAN JENIS RUANG NAMA RUANG STANDAR JUMLAH RUANG TOTAL LUAS SUMBER
TK 1044,48 m² 1 1.044 m² PU/PERDA
Pendidikan
Sekolah Dasar 3379,2 m² 1 3.379 m² PU/PERDA
JUMLAH 4.424 m²
Posyandu
Balai Pengobatan
Kesehatan Praktek Dokter 256 m² 1 256 m² PU/PERDA
Apotek
Rumah Duka
JUMLAH 256 m²
Peribadatan Musholla 102,4 m² 4 410 m² AS
JUMLAH 41 0 m²
Kantor RT 18 m² 48 864 m² PU/PERDA
Kantor RW 36 m² 5 180 m² PU/PERDA
Pelayanan Pemerintah / Pos Keamanan 224 m² 1 224 m² PU/PERDA
Umum Pos Polisi 34,56 m² 1 35 m² PU/PERDA
Gedung Serbaguna 640 m² 1 640 m² PU/PERDA
Kotak Pos 30 m² 4 120 m² PU/PERDA
Ruang Terbuka 3840 m² 1 3.840 m² PU/PERDA
JUMLAH 5.903 m²
Warung 384 m² 4 1.536 m² PU/PERDA
Perniagaan
Pertokoan 640 m² 4 2.560 m² PU/PERDA
JUMLAH 1 4.633 m²
ATM Center 18 m² 4 72 m² SP
Toilet Wanita 7,5 m² 4 30 m² NAD
Fasilitas Umum
Toilet Pria 7,5 m² 4 30 m² NAD
Toilet Disabled 3,6 m² 4 14 m² AS
JUMLAH 1 46 m²
A. JUMLAH F ASILITAS 25.771 m²
R.MVMDP 25 m² 4 100 m² SP
R. Meter Air 10 m² 4 40 m² SP
R. Panel Telkom 10 m² 4 40 m² SP
FCC 10 m² 4 40 m² SP
Elektrikal R.LVMDP 25 m² 4 100 m² SP
R. Travo 25 m² 4 100 m² SP
R. Genset 50 m² 4 200 m² SP
Ruang ME Gardu Listrik 60 m² 1 60 m² SP
R. Panel Meter 30 m² 4 120 m² SP
GWT 96 m² 4 384 m² SP
STP 152 m² 4 608 m² SP
Plumbing
RWT 300 m² 1 300 m² SP
R. Pompa 40 m² 4 160 m² SP
Gudang 50 m² 1 50 m² SP
Pendukung
R.Sampah 150 m² 4 600 m² SP
JUMLAH 2.902 m²
1 mobil : 10 penghuni
Parkir Mobil 192 3.840 m² NAD
20 m²/mobil
Parkir Penghuni
1 motor : 2 penghuni
Parkir Motor 960 9.600 m² NAD
10 m²/motor
10 % parkir pengunjung
Parkir Mobil 19 384 m² NAD
Parkir Parkir Fasilitas 20 m²/mobil
Parkir Motor 25 % parkir mobil 5 120 m² NAD
Parkir Sepeda 50 m² 1 50
Parkir Khusus NAD
Parkir Difabel 30 m²/mobil 5 150
Parkir Bongkar
Parkir Truck 36 m²/truck 4 144 m² NAD
Muat
JUMLAH 1 4.288 m²
B. JUMLAH MEP & PARKIR 1 7.1 90 m²
Tipe 36 standard 43,2 m² 2.408 104.026 m² PU/PERDA
Hunian
Tipe 36 disabilitas 43,2 m² 24 1.037 m² PU/PERDA
JUMLAH 1 05.062 m²
C . JUMLAH HUNIAN 1 05.062 m²

PERHITUNGAN PERSENTASE KESELURUHAN


A. JUMLAH FASILITAS = 25.771 m²
B. JUMLAH MEP & PARKIR = 17.190 m² 11,61%
C. JUMLAH HUNIAN = 105.062 m²
TOTAL KESELURUHAN = 148.024 m²
LUAS YANG DIHITUNG KLB = 128.914 m² 85,94%

58
Program Studi Arsitektur
Universitas Mercu Buana
Laporan Tugas Akhir
Perencanaan dan Perancangan Rusunami dan Fasilitas Pendukung
Di Cakung Barat

D. Program Ruang Pasar


Tabel 3. 4 Program Ruang Pasar

PROGRAM RUANG PASAR MODERN


JENIS KEGIATAN JENIS RUANG NAMA RUANG STANDAR JUMLAH RUANG TOTAL LUAS SUMBER
Kios Pedagang 1.2m x 2.5m= 3 m² 300 900 m² AS
Kios Pedagang 1.2m x 3m= 3,6 m² 300 1.080 m² AS
Kios Pedagang 3m x 3m= 9 m² 200 1.800 m² AS
Perdagangan Zona Basah
Tempat Pemotongan
15m x 15m= 450 m² 1 450 m² AS
Daging
Zona Temporer 3m x 1.5m= 5 m² 100 450 m² AS
Kios Pedagang
3m x 3m= 9 m² 100 900 m² AS
Pakaian
Kios Pedagang Emas 3m x 3m= 9 m² 50 450 m² AS
Perdagangan Zona Kering Kios Peralatan
3m x 3m= 9 m² 200 1.800 m² AS
Rumah Tangga
Kios Campuran 3m x 3m= 9 m² 100 900 m² AS
Zona Temporer 3m x 1.5m= 5 m² 100 450 m² AS
JUMLAH 9.1 80 m²
SIRKULASI 30 % 2.754 m²
JUMLAH 1 1 .934 m²
Dapur 2m x 3m= 6 m² 100 600 m² AS
Tempat Cuci 1.5m x 1.5m= 2 m² 100 225 m² AS
Perdagangan Food Court
Area Saji 2m x 1.5m= 3 m² 100 300 m² AS
Area Makan 3m x 3m= 9 m² 100 900 m² AS
JUMLAH 2.025 m²
SIRKULASI 30 % 608 m²
JUMLAH 2.633 m²
Lobby 1,5 m²/org 200 300 m² AS
Hall Penerima Counter Informasi 1,14 m²/org 5 6 m² NAD
Counter Resepsionis 1,14 m²/org 5 6 m² NAD
ATM Center 3 m²/org 6 18 m² SP
R. Klinik: 0 m²
- Ruang Perawatan 4 m²/org 5 20 m² SP
Penunjang - Ruang Tim Medis 6 m²/org 5 30 m² SP
Musholla: 0 m²
Fasilitas Umum
- Ruang Ibadah 1,2 m²/org 20 24 m² NAD
- Ruang Wudhu 0,8 m²/org 20 16 m² AS
Toilet Wanita 1,2 m²/org 20 24 m² NAD
Toilet Pria 1,2 m²/org 20 24 m² NAD
Toilet Disabled 3,6 m²/org 1 4 m² AS
JUMLAH 471 m²
SIRKULASI 30 % 1 41 m²
JUMLAH 61 2 m²

A. JUMLAH AREA PERDAGANGAN 1 5.1 79 m²


Ruang Kepala 3m x 3m= 9 m² 1 9 m² AS
Ruang Staf 5m x 3m= 15 m² 1 15 m² AS
Kantor Ruang Staf
3m x 3m= 9 m² 1 9 m² AS
Pembinaan administrasi
UMKM Ruang Pelayanan 3m x 3m= 9 m² 1 9 m² AS
Ruang Rapat 3m x 3m= 9 m² 1 9 m² AS
Ruang Tunggu 5m x 5m= 25 m² 1 25 m² AS
Ruang Kepala 3m x 3m= 9 m² 1 9 m² AS
Kantor Ruang Sekertaris 2m x 3m= 6 m² 1 6 m² AS
Pembinaan Ruang Staf 3m x 3m= 9 m² 1 9 m² AS
Ekonomi Syariah Ruang Pelayanan 3m x 3m= 9 m² 1 9 m² AS
Kantor Pengelola Pasar Ruang Rapat 3m x 3m= 9 m² 1 9 m² AS
Ruang Tunggu 5m x 5m= 25 m² 1 25 m² AS
Ruang Direksi Utama 15 m²/org 1 15 m² AS
Ruang Wakil Direksi
Ruang Pimpinan 14 m²/org 2 28 m² AS
Utama
Ruang Sekretariat 12 m²/org 1 12 m² AS
Ruang Manager 10 m²/org 1 10 m² AS
Ruang Kepala Bagian 3 m²/org 2 6 m² AS
Ruang Tata Usaha
Ruang Staff 4,6 m²/org 10 46 m² BDS
Ruang Rapat 2,4 m²/org 20 48 m² PAH
Ruang Manager 10 m²/org 1 10 m² AS
Ruang Kasir 3 m²/org 2 6 m² SP
Ruang Pemasaran
Ruang Konsumen 2 m²/org 4 8 m² SP
Ruang Staff 2,4 m²/org 10 24 m² BDS
Ruang Manager 10 m²/org 1 10 m² AS
Ruang Teknik Ruang Kepala Bagian 3 m²/org 4 12 m² AS
Ruang Staff 2,4 m²/org 15 36 m² BDS

59
Program Studi Arsitektur
Universitas Mercu Buana
Laporan Tugas Akhir
Perencanaan dan Perancangan Rusunami dan Fasilitas Pendukung
Di Cakung Barat
Ruang Manager 10 m²/org 1 10 m² AS
Ruang Kepala Bagian 3 m²/org 1 3 m² AS
Ruang Keamanan Ruang CCTV 5 m²/org 5 25 m² AS
Ruang BAS 5 m²/org 5 25 m² AS
Ruang Staff 2,4 m²/org 10 24 m² BDS
Musholla:
- Ruang Ibadah 1,2 m²/org 20 24 m² NAD
- Ruang Wudhu 0,8 m²/org 10 8 m² AS
Toilet Wanita 1,2 m²/org 10 12 m² NAD
Servis Toilet Pria 1,2 m²/org 10 12 m² NAD
Ruang Loker 2 m²/org 5 10 m² AS
Pantry 2 m²/org 2 4 m² AS
Loading Dock 300 m² 1 300 m² AS
Gudang 20 m² 2 40 m² AS
JUMLAH 91 1 m²
SIRKULASI 30 % 273 m²
JUMLAH 1 .1 84 m²
R.MVMDP 25 m² 2 50 m² SP
R.LVMDP 25 m² 2 50 m² SP
R. Travo 25 m² 4 100 m² SP
Elektrikal
R. Genset 50 m² 2 100 m² SP
R. Panel Meter 30 m² 1 30 m² SP
Gardu Listrik 60 m² 1 60 m² SP
GWT 96 m² 1 96 m² SP
Ruang ME STP 152 m² 1 152 m² SP
RWT 300 m² 1 300 m² SP
Plumbing
R. Pompa 40 m² 1 40 m² SP
Grase Trap 50 m² 1 50 m² SP
Sumpit 50 m² 1 50 m² SP
R. Sampah 200 m² 1 200 m² SP
Pendukung IPAL 100 m² 1 100 m² SP
Gudang 50 m² 1 50 m² SP
JUMLAH 1 .428 m²
1 mobil : 60 m2
Parkir Mobil 253 5.060 m² NAD
20 m²/mobil
Parkir Pengunjung
2 x Parkir Mobil
Parkir Motor 506 5.060 m² AS
10 m²/motor
1 mobil : 100 m2
Parkir Mobil 12 237 m² NAD
Parkir 20 m²/mobil
Parkir Fasilitas
2 x Parkir Mobil
Parkir Motor 12 120 m² NAD
10 m²/motor
Parkir Sepeda 50 m² 1 50
Parkir Khusus NAD
Parkir Difabel 30 m²/mobil 5 150
Parkir Bongkar
Parkir Truck 36 m²/truck 10 360 m² NAD
Muat
JUMLAH 1 1 .036 m²

E. Total Kebutuhan Ruang


Tabel 3. 5 Total Kebutuhan Ruang

PERHITUNGAN PERSENTASE KESELURUHAN


A. JUMLAH PERDAGANGAN = 15.179 m²
B. JUMLAH MEP & PARKIR = 13.648 m² 47,35%
TOTAL KESELURUHAN = 28.827 m²
LUAS YANG DIHITUNG KLB = 16.363 m²

PERHITUNGAN KLB LAHAN

A. JUMLAH KESELURUHAN BANGUNAN HUNIAN 148.024 m²


KOMERSIAL & SP 28.827 m²
TOTAL 176.851 m²
B. PERHITUNGAN MEP KESELURUHAN HUNIAN 2.902 m²
KOMERSIAL & SP 1.428 m²
TOTAL 4.330 m²
C. PERHITUNGAN PARKIR KESELURUHAN HUNIAN 17.190 m²
KOMERSIAL & SP 11.036 m²
TOTAL 28.226 m²
D. PERITUNGAN RUANG TERBUKA HUNIAN 3.840 m²
KOMERSIAL & SP
TOTAL 3.840 m²
E. PERHITUNGAN KLB 142.374,86
E = A - (B+C+(D*50%) 2,85

Keterangan
NAD : Neufert Architect’s Data
SP : Sumber Pribadi

60
Program Studi Arsitektur
Universitas Mercu Buana
Laporan Tugas Akhir
Perencanaan dan Perancangan Rusunami dan Fasilitas Pendukung
Di Cakung Barat

AS : Asumsi
PU/PERDA : Peraturan Daerah

3.3. Analisa Fisik


3.3.1. Kondisi Site

Batas Barat

Batas Utara

Batas Selatan
Batas Timur

Gambar 3. 10 Kondisi Sekitar Site

1. Letak Wilayah
Letak geografis kota Jakarta Timur yaitu 106°22`42" BT sampai 106°58`18"
BT. 5°19`12" LS sampai -6°23`54" LS. Secara geografi, Kotat Jakarta Timur
berbatasan langsung dengan Kota Jakarta Utara di sebelah utara, Kota Bekasi
di sebelah timur, Kota Jakarta Pusat dan Jakarta Selatan di bagian barat, dan
berbatasan dengan Kota Depok di bagian selatan. Kota Jakarta Timur memiliki
ketinggian tanah berkisar antara 0-10 meter di atas permukaan laut dan luas
wilayah kurang lebih adalah 188,03 km².

2. Topografi
Wilayah Jakarta merupakan dataran rendah yang sebagian besar terdiri dari
lapisan batu endapan zaman Pleitosen yang batas lapisan atasnya berada 50
meter di bawah permukaan tanah. Bagian selatan merupakan bagian aleuvial
Bogor yang terdiri atas lapisan alluvial, sedangkan dataran rendah pantai
merentang ke bagian pedalaman sekitar 10 km dan di bawahnya terdapat

61
Program Studi Arsitektur
Universitas Mercu Buana
Laporan Tugas Akhir
Perencanaan dan Perancangan Rusunami dan Fasilitas Pendukung
Di Cakung Barat

lapisan endapan yang lebih tua yang tidak tampak pada permukaan tanah
karena seluruhnya merupakan endapan alluvium. Di bawah bagian utara,
permukaan keras baru terdapat pada kedalaman 10–25 m, makin ke selatan
permukaan keras semakin dangkal pada kedalaman 8–15 m, pada bagian kota
tertentu, lapisan permukaan tanah yang keras terdapat pada kedalaman 40 m.

3. Iklim
Jakarta Timur memiliki iklim yang panas dengan suhu rata-rata sepanjang
tahun sekitar 27 derajad celcius. Curah hujan rata-rata 2.000 mm per tahun
dimana pada umumnya, dengan karakteristik musim penghujan rata-rata pada
bulan Oktober hingga Maret dan musim kemarau pada bulan April hingga
September. Cuaca di kawasan Jakarta dipengaruhi oleh angin laut dan darat
yang bertiup secara bergantian antara siang dan malam. Suhu udara harianrata-
rata di daerah pantai umumnya relatif tidak berubah, baik pada siang maupun
malam hari. Suhu harian rata-rata berkisar antara 26 – 28° C. Perbedaan suhu
antara musim hujan dan musim kemarau relatif kecil. Hal tersebut dapat
dipahami oleh karenaperubahan suhu udara di kawasan Jakarta seperti halnya
wilayah lainnya di Indonesia tidak dipengaruhi oleh musim, melainkan oleh
perbedaan ketinggian wilayah.

3.3.2. Analisa Pencapaian


Lokasi terletak di Kecamatan Cakung, Tepatnya di Jl. Inspeksi Cakung Drain
Timur, Jakarta Timur, Jakarta. Hanya terdapat satu sarana transportasi menuju
lokasi, yaitu bus transjakarta rute 2F yang melayani rute Rumah Susun Cakung
Barat Albo (berada di seberang site) – Pulogadung.

Gambar 3. 11 Bus Transjakarta

62
Program Studi Arsitektur
Universitas Mercu Buana
Laporan Tugas Akhir
Perencanaan dan Perancangan Rusunami dan Fasilitas Pendukung
Di Cakung Barat

3.3.3. Analisa Entrance dan Sirkulasi


Entrance adalah suatu tanda atau sinyal bahwa seseorang telah memasuki suatu area
atau ka Entrance pada dasarnya merupakan suatu tanda atau sinyal bahwa kita
memasuki sebuah kawasan atau telah meninggalkan kawasan itu. Menurut
pendapat Willems dan Ranch (1969) bahwa setiap site memiliki gerbang masuk
yang memisahkan antara ruang umum (public) dan ruang pribadi (private).
Pengguna tanda-tanda (signage) sebagai pengarah diperlukan disini untuk
menggiring pendatang yang cenderung tunduk pada otoritas tertentu.

Gambar 3. 12 Konfigurasi Sirkulasi

Tabel 3. 6 Analisa Sirkulasi

ANALISA ENTRANCE DAN SIRKULASI TANGGAPAN

PASAR
RTH
KANTOR

FASUM
SITE

AREA RUSUN

Gambar diatas menunjukkan bahwa site hanya bisa diakses Dibuat 3 entrance, 2 entrance umum dan 1 entrance
melalui dua jalan. Jalan pertama adalah Jl. Inspeksi Drain loading. Entrance umum diletakkan di dua jalan yang
Timur, dan yang kedua adalah Gg. Swadaya Albo. Jl. berbeda, untuk memudahkan pengunjung pasar nantinya
Inspeksi Drain Timur cenderung lebih kecil dan sulit di lalui lebih dekat untuk menuju ke pasar. Loading dock akan
karena hanya memiliki satu ruas jalur untuk kendaraan diarahkan kebelakang bagian pasar dan rusun, selain
pribadi saja (mobil). Sedangkan di Gg. Swadaya Albo lebih sebagai jalur loading untuk distribusi barang, jalur ini juga
besar, jalan tersebut juga digunakan oleh Rusun Cakung dapat digunakan sebagai jalur mobil pemadam jika suatu
Barat Albo sebagai jalur masuk ke kawasan tersebut. saat diperlukan.

63
Program Studi Arsitektur
Universitas Mercu Buana
Laporan Tugas Akhir
Perencanaan dan Perancangan Rusunami dan Fasilitas Pendukung
Di Cakung Barat

3.3.4. Analisa View


Tabel 3. 7 Analisa View

ANALISA VIEW TANGGAPAN

KAWASAN
KELAPA
GADING

SITE

PERUMAHAN
WARGA
DAN GUDANG
PRODUKSI

Pada sisi utara, timur, dan selatan view yang tersedia


adalah perumahan warga yang padat dan kumuh, serta Untuk mensiasati agar kawasan rusun memiliki view yang
beberapa gudang produksi maupun pabrik. Di sisi barat baik, maka dibuat innercourt untuk mendukung view di
adalah kawasan kelapa gading yang saat ini masih banyak dalam bangunan.
dilakukan pembangunan infrastruktur.

3.3.5. Analisa Matahari

Tabel 3. 8 Analisa Matahari


ANALISA MATAHARI TANGGAPAN

MATAHARI
SORE

SITE
MATAHARI
PAGI

Untuk menanggapi analisa matahari, bangunan yang lebih


Gambar diatas menunjukan sisi site yang memanjang tinggi (lebih dari dua lantai) maka orientasi bangunan di
menghadap frontal terhadap matahari, sehingga jika muka buat ke arah utara-selatan sehingga muka bangunan tidak
bangunan di letakan sejajar dengan sisi bangunan frontal terhadap arah matahari. Untuk bangunan yang
memanjang, maka suhu didalam bangunan akan terasa memiliki 1 atau 2 lantai, vegetasi dapat dijadikan sebagai
lebih panas dan terlalu silau. pembayang sehingga cahaya dan panas yang masuk tidak
akan sampai mengganggu aktivitas didalamnya.

64
Program Studi Arsitektur
Universitas Mercu Buana
Laporan Tugas Akhir
Perencanaan dan Perancangan Rusunami dan Fasilitas Pendukung
Di Cakung Barat

3.3.6. Analisa Angin


Tabel 3. 9 Analisa Angin

ANALISA ANGIN TANGGAPAN

Menganalisa arah angin dan intensitasnya, maka


tanggapan untuk analisa angin yaitu, penempatan
Dari gambar diatas, dapat dilihat bahwa angin yang
bangunan yang rendah di arah datang angin, sehingga
berhembus di daerah ini memiliki kecepatan berkisar
angin dapat diteruskan ke area yang memiliki bangunan
antara 1 - 19 km/h dengan intensitas angin yang banyak
yang lebih tinggi. Untuk di bagian tower, peletakkan masa
dari arah utara hingga timur laut, dan barat.
dapat dibuat berselang sehingga angin dapat dipecah dan
distribusi angin dapat dicapai dengan baik.

3.3.7. Analisa Kebisingan


Tabel 3. 10 Analisa Kebisingan

ANALISA KEBISINGAN TANGGAPAN

BISING
SEDANG

BISING
SEMI-PRIVATE

SITE
PRIVATE
TIDAK BISING

PUBLIC
BISING
SEDANG

Area private yang dimaksud adalah area rusun, dimana di


Area yang tidak bising merupakan area lahan kosong / area rusun dimaksudkan memiliki situasi yang tenang
lahan warga yang dibiarkan kosong untuk bertani. Area karena digunakan untuk beristirahat, sehingga area private
bising sedang di sebelah utara adalah jalan yang diletakan di area yang tingkat kebisingannya paling
berbatasan langsung dengan rumah susun cakung barat, rendah. Area semi-private ayang dimaksudkan adalah
dan area selatan berbatasan dengan gudang produksi. pasar, dimana tetap dapat diletakkan di area yang memiliki
Area bising merupakan jalan yang berbatasan dengan tingkat kebisingan sedang. Untuk area public adalah RTH
permukiman penduduk yang padat di sekitar sungai. sehingga tanaman di RTH juga dapat digunakan sebagai
peredam kebisingan.

65
Program Studi Arsitektur
Universitas Mercu Buana
Laporan Tugas Akhir
Perencanaan dan Perancangan Rusunami dan Fasilitas Pendukung
Di Cakung Barat

3.3.8. Analisa Vegetasi


Tabel 3. 11 Analisa Vegetasi

ANALISA VEGETASI TANGGAPAN

Vegetasi existing dapat di pertahankan, terlebih di bagian


pinggir site (merah) dipertahankan guna menjadi batas
Vegetasi existing di site cukup banyak dan berada di
antara site dan jalan, dan juga menjadi peredam bising,
pinggir site. Vegetasi tersebut dapat di pertahankan
dan panas bagi bangunan rendah yang berada di pinggir
maupun di pindahkan untuk menyesuaikan dengan desain
site. Untuk bagian orange vegetasi existing dapat di atur
pada site.
kembali dan di rapikan sehingga dapat dijadikan RTH pada
site.

3.3.9. Analisa SWOT


Tabel 3. 12 Analisa SWOT

S W O T
Strength Weakness Opportunities Threats

Lahan yang Ancaman banjir


Akses untuk
Tapak dapat melebar karena lokasi
menuju tapak
diakses dengan memudahkan tapak
hanya berupa
bus transjakarta untuk bersebelahan
jalan kecil
meletakkan masa dengan sungai

Lahan berada di
Salah satu akses sekitar pabrik,
berada di dan permukiman
permukiman padat sehingga Terdapat banyak
pada penduduk membangun rusun disekitar
sehingga mudah pasar dan hunian tapak
menimbulkan di area tersebut
kemacetan akan membantu
warga sekitar

66
Program Studi Arsitektur
Universitas Mercu Buana
Laporan Tugas Akhir
Perencanaan dan Perancangan Rusunami dan Fasilitas Pendukung
Di Cakung Barat

3.4. Zoning Akhir


3.4.1. Zoning Lantai Dasar

Gambar 3. 13 Zoning Lantai Dasar


Sumber: Pribadi

Zoning dibuat seperti diatas dengan pertimbangan akan Analisa-analisa yang telah
dilakukan sebelumnya. Penjelasannya adalah sebagai berikut:
1. Area Pasar, diletakkan disana atas pertimbangan Analisa pencapaian, Analisa
entrance, dan kondisi di sekitar site. Lokasi tersebut dianggap cocok karena area
area tersebut memiliki akses yang dekat dengan halte feeder bus transjakarta
rute 2F. Selain itu kondisi jalan Gg. Swadaya Albo lebih besar dan mudah
diakses oleh kendaraan pribadi, umum, maupun loading dock daripada Jalan
Inspeksi Drain Cakung yang kondisinya lebih padat dan lebih kecil luas ruasnya
di banding jalan Gg. Swadaya Albo. Kondisi sekitar site juga turut mendukung
karena di sekitar pasar terdapat rusun lainnya, dan hunian yang berada tidak
jauh dari site tersebut.
2. Area Fasilitas Umum, area fasilitas umum yang dimaksud adalah area yang
biasa dan bisa di akses oleh selain penghuni dan pengunjung rumah susun,
seperti Gedung serbaguna, masjid, kios maupun toko yang menjual makanan,
kantor pengelola, dan kantin karyawan. Pertimbangan meletakkan fungsi

67
Program Studi Arsitektur
Universitas Mercu Buana
Laporan Tugas Akhir
Perencanaan dan Perancangan Rusunami dan Fasilitas Pendukung
Di Cakung Barat

bangunan ini serupa dengan peletakkan area pasar, yaitu karena mudahnya
akses dan pencapaian, kondisi sekitar, dan entrance masuk.
3. Area Fasilitas Rusun, yang dimaksud adalah fasilitas-fasilitas yang khusus bagi
penghuni rusun seperti balai warga, posyandu, PAUD, musholla, lapangan
olahraga, dan sebagainya. Diletakkan di tempat yang berbeda dengan fasilitas
umum dengan mempertimbangkan keamanan bagi penghuni yang memiliki
anak. Terlebih area fasilitas umum merupakan area yang bebas dimasuki oleh
orang manapun. Penempatan fasilitas rusun didasari juga oleh Analisa entrance,
terdapat entrance pula di ruas Jalan Inspeksi Drain Cakung yang di buat dengan
mempertimbangkan lokasi pabrik yang berada di ruas jalan yang sama. Hal ini
diharapkan dapat memudahkan akses bagi pekerja pabrik maupun perusahaan
disekitar apabila memiliki unit di rusun ini.

3.4.2. 3D Zoning Masa Bangunan

Gambar 3. 14 Zoning Masa Bangunan


Sumber: Pribadi

Konfigurasi dan orientasi bangunan tinggi dalam perancangan ini dipengaruhi


oleh Analisa-analisa yang telah dilakukan, antara lain:

68
Program Studi Arsitektur
Universitas Mercu Buana
Laporan Tugas Akhir
Perencanaan dan Perancangan Rusunami dan Fasilitas Pendukung
Di Cakung Barat

1. Perletakan area terbuka hijau pada bangunan, dipengaruhi oleh analisa


angin dan matahari, fungsi ini diletakkan di bagian timur bangunan,
sedangkan area baratnya ditutupi oleh tower2 setinggi 8 lantai, membuat
area ini tidak terlalu terpapar matahari sore yang panas, sebaliknya area ini
terpapar oleh matahari pagi yang baik bagi tubuh, sehingga cocok di
fungsikan sebagai area olahraga berupa lapangan, maupun taman dengan
jogging track
2. Masa bangunan berundak dimaksudkan agar tower yang berada di bagian
utara juga memiliki view ke area ruang terbuka hijau. Undakan ini juga
dapat dimanfaatkan sebagai area komunal yang memiliki view ke arah
area terbuka hijau.
3. Orientasi Gedung block yang berada di sebelah utara dibuat menyerong
juga untuk menanggapi analisa view yang telah dilakukan, yaitu untuk
memaksimalkan view ke arah dalam site.

69
Program Studi Arsitektur
Universitas Mercu Buana
Laporan Tugas Akhir
Perencanaan dan Perancangan Rusunami dan Fasilitas Pendukung
Di Cakung Barat

BAB IV
KONSEP PERANCANGAN

4.1. Konsep Bangunan


4.1.1. Konsep Dasar Bangunan

Gambar 4. 1 Arsitektur Kontekstual

Arsitektur Kontekstual, kontekstual merupakan suatu situasi yang tidak


memungkinkan sebuah obyek ada di suatu tempat tanpa mengindahkan obyek-
obyek yang sudah ada di tempat itu terlebih dahulu. Dengan demikian, perancangan
kontektual memusatkan perhatian terutama pada karakteristik obyek-obyek yang
sudah ada ketimbang pada obyek yang akan dibuat.

Menurut Anthony C Antoniades (Poetics of Architecture), kontekstual merupakan


klasifikasi dari bidang konteks dalam arsitektur yang dapat berhubungan dengan
site dari lingkungan, kondisi bangunan sekitar, masyarakat, budaya, dan material
didaerah setempat. Tujuanya untuk mengarahkan desain ke dalam suatu
perancangan desain.

70
Program Studi Arsitektur
Universitas Mercu Buana
Laporan Tugas Akhir
Perencanaan dan Perancangan Rusunami dan Fasilitas Pendukung
Di Cakung Barat

Jadi, arsitektur kontekstual adalah suatu metode perancangan yang mengkaitkan


bangunan baru dengan menyelaraskan nilai-nilai karakteristik terhadap lingkungan
sekitar.

4.1.2. Konsep Sirkulasi

Servis Mobil Motor Pejalan kaki

Gambar 4. 2 Konsep Sirkulasi

Sirkulasi kendaraan yang diizinkan hanya sebatas di bangunan dengan fungsi semi
publik sehingga kendaraan tidak mengganggu kegiatan penghuni dan pengunjung
rusun.

4.1.3. Konsep Zoning

Public Semi Public Private


Gambar 4. 3 Konsep Zoning

71
Program Studi Arsitektur
Universitas Mercu Buana
Laporan Tugas Akhir
Perencanaan dan Perancangan Rusunami dan Fasilitas Pendukung
Di Cakung Barat

4.1.4. Konsep Gubahan Massa

Gambar 4. 4 Konsep Gubahan Masa

Pembagian masa disesuaikan dengan zona yang sudah terbentuk dari tanggapan
analisa tapak yang sudah dilakukan. Besaran masing-masing fungsi disesuaikan
dengan kebutuhan, lalu dipotong dan diberikan sirkulasi antar tiap fungsi, sehingga
setiap fungsi memiliki keterikatan satu sama lainnya.

Gambar 4. 5 Konsep Gubahan Masa

Menanggapi analisa view keluar, dibuat area terbuka hijau sebagai orientasi view
dari seluruh bangunan block.

72
Program Studi Arsitektur
Universitas Mercu Buana
Laporan Tugas Akhir
Perencanaan dan Perancangan Rusunami dan Fasilitas Pendukung
Di Cakung Barat

Gambar 4. 6 Konsep Gubahan Masa

Agar block yang berada di sebelah utara dapat juga mendapatkan view ke dalam
tapak, maka dilakukan pengurangan masa pada block tertentu, sehingga block
dibelakangnya dapat mendapatkan view yang baik.

Gambar 4. 7 Konsep Gubahan Masa

73
Program Studi Arsitektur
Universitas Mercu Buana
Laporan Tugas Akhir
Perencanaan dan Perancangan Rusunami dan Fasilitas Pendukung
Di Cakung Barat

Membentuk orientasi pandangan dengan membuat bangunan menyerong. Selain itu


bentuk ini juga merupakan bentuk tanggapan dari analisa angin dimana angin dating
dari arah timur laut, sehingga angin dapat diarahkan ke sela-sela yang terdapat di
antara blok satu dengan lainnya. Bangunan tidak dibuat langsung memanjang
karena akan menimbulkan kesan terlalu masif, sehingga bentuk menyerong juga
dibuat untuk memperkecil tampilan bangunan apabila dilihat secara lurus.

Gambar 4. 8 Konsep Gubahan Masa

Perlakuan yang sama didapatkan dari block yang berada di sebelah utara, bangunan
yang berada di dalam dikurangi masanya, dan block satuya dibuat memiliki masa
menyerong sehingga pandangan dapat terarahkan ke arah dalam tapak.

Bagian block sebelah utara diberikan ruang komunal sendiri karena letaknya yang
cukup jauh dari ruang terbuka hijau yang berada ditengah block. Untuk membuat
kesan unity ruang komunal tersebut disambungkan dengan lantai dasar yang dapat
langsung mengakses ruang terbuka hijau yang berada di tengah bangunan block.

74
Program Studi Arsitektur
Universitas Mercu Buana
Laporan Tugas Akhir
Perencanaan dan Perancangan Rusunami dan Fasilitas Pendukung
Di Cakung Barat

Gambar 4. 9 Konsep Gubahan Masa

4.1.5. Konsep Fasad dan Material Perancangan


Berkaitan dengan konsep dasar bangunan, konsep fasad yang dituju juga
merupakan hasil dari pencerminan terhadap situasi di luar tapak, yang mana area
sekitar tapak merupakan area perumahan dan rusun dengan kepadatan sedang.
Untuk mencapai gambaran tersebut, penggunaan material yang tepat akan
menghasilkan kesan yang serupa terhadap lingkungan sekitarnya.

Gambar 4. 10 Konsep Fasad dan Material

75
Program Studi Arsitektur
Universitas Mercu Buana
Laporan Tugas Akhir
Perencanaan dan Perancangan Rusunami dan Fasilitas Pendukung
Di Cakung Barat

4.1.6. Konsep Tata Ruang Dalam


Konsep ruang dalam yang diinginkan sesuai dengan tema yang tidak melupakan
design dari konsep dasar yang telah ditetapkan.

Gambar 4. 11 Konsep Tata Ruang Dalam

4.1.7. Konsep Tata Ruang Luar


Konsep yang digunakan adalah konsep yang dapat menciptakan kualitas ruang yang
baik dan berkelanjutan dengan memberikan kontribusi positif bagi lingkungan, dan
masyarakat sekitar serta menjadi penghubung antara satu fungsi dan fungsi lainnya
di dalam tapak.

Gambar 4. 12 Konsep Tata Ruang Luar

76
Program Studi Arsitektur
Universitas Mercu Buana
Laporan Tugas Akhir
Perencanaan dan Perancangan Rusunami dan Fasilitas Pendukung
Di Cakung Barat

4.2. Konsep Struktur Dan Utilitas


4.2.1. Konsep Struktur
Konsep sistem struktur bangunan Rusun dan Pasar yang dipilih adalah sistem
struktur yang mendukung bentuk bangunan, yaitu sistem struktur sederhana yaitu
rangka kaku dan pondasi bore pile pada bangunan bentang lebar. Sedangkan pada
bangunan dengan struktur bentang normal menggunakan pondasi sumuran. Jenis
struktur pada masa bangunan ini adalah struktur portal dengan menggunakan
material beton bertulang. Jenis pondasi yang dipakai adalah jenis pondasi tiang
pancang. Ketinggian bangunan yang dirancang setinggi 8 lantai.

Gambar 4. 13 Aksonometri Struktur Kolom dan Balo

4.2.2. Konsep Utilitas


A. Jaringan Air Bersih
Sistem yang digunakan adalah down feed system. Down feed system dipilih karena
lebih hemat tenaga, menggunakan gaya gravitasi untuk distribusinya. Tanki air
diletakkan di lantai teratas. Tangki-tangki itu digunakan untuk memenuhi
kebutuhan air dari seluruh ruangan yang ada dibawahnya.

Bangunan rusun ini nantinya akan menggunakan sistem pengolahan air asin/payau
dengan teknologi sistem osmosa balik (Reverse Osmosis disingkat RO). Berikut
merupakan skema distribusi air bersih di bangunan ini.

77
Program Studi Arsitektur
Universitas Mercu Buana
Laporan Tugas Akhir
Perencanaan dan Perancangan Rusunami dan Fasilitas Pendukung
Di Cakung Barat

Gambar 4. 14 Konsep Jaringan Air Bersih

B. Jaringan Air Kotor


Jaringan pembuangan air kotor pada bangunan menggunakan instalasi (pipa PVC)
menuju instalasi riser dan kemudian dialirkan dengan sistem gravitasi ke saluran
gedung (gutter). Sistem pembuangan air kotor menggunakan pemisahan sistem
pipa, yaitu antara air kotor (waste pipe) dan kotoran padat (soil waste).

Gambar 4. 15 Konsep Pembuangan Air Kotor

Karena pertimbangan peletakan massa yang menyebar, maka jaringan pembuangan


akhir sanitasi dirancang diberbagai titik dan pengaturan jarak dengan sistem air
bersih. Air kotor banyak mengandung lemak, sabun dan minyak disaring di bak

78
Program Studi Arsitektur
Universitas Mercu Buana
Laporan Tugas Akhir
Perencanaan dan Perancangan Rusunami dan Fasilitas Pendukung
Di Cakung Barat

penampungan lemak. Sedangkan air hujan ditampung di water treatment, kemudian


digunakan sebagai cadangan air pemadam kebakaran dan menyiram tanaman.

C. Jaringan Listrik
Konsep jaringan listrik menggunakan arus PLN, sedangkan penggunaan genset
untuk keadaan darurat, dengan kombinasi.

Gambar 4. 16 Konsep Jaringan Listrik

D. Jaringan Kominukasi
Sistem komunikasi dimaksudkan untuk menujang kegiatan operasional dan fasilitas
berupa:
• Telepon tiga saluran, yaitu lokal, interlokal, dan internasional.
• Telepon dalam/ internal, jumlah minimal saluran telepon adalah sesuai
dengan jumlah kamar.
• PABX, musik pengiring, audio system yang disalurkan keseluruh ruangan
untuk memberikan informasi.

E. Jaringan Pengamanan Kebakaran


Pendekatan konsep perlindungan terhadap bahaya kebakaran keamanan dan
keselamatan bagi pemakai terhadap kemungkinan yang terjadi akibat kebakaran.
Berdasarkan pendekatan tersebut, maka konsep perancangan perlindungan terhadap
bahaya kebakaran antara lain :
• Konsep pencegahan: penggunaan alat peringatan dini smoke dan heat
detector. Sprinkler pada ruang yang beresiko terhadap kebakaran.
• Konsep penanggulangan: menggunakan alat pemadam fire exthinguisiner
untuk permulaan dan hydrant bila api sudah membesar.

79
Program Studi Arsitektur
Universitas Mercu Buana
Laporan Tugas Akhir
Perencanaan dan Perancangan Rusunami dan Fasilitas Pendukung
Di Cakung Barat

• Konsep penyelamatan: penggunaan tangga darurat yang terbuka ke arah luar


dengan memberikan kemudahan jalur evakuasi.

F. Jaringan Pembungan Sampah.


Sampah yang dihasilkan berupa sampah basah maupun sampah kering ditangani
dengan cara menyediakan tempat-tempat sampah pada lokasi, untuk kemudian
diangkut ke tempat pembuangan sampah sementara kemudian diangkut ke tempat
pembuangan akhir (TPA).

80
Program Studi Arsitektur
Universitas Mercu Buana

Anda mungkin juga menyukai