Anda di halaman 1dari 193

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.

id

TUGAS AKHIR
KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

HOTEL DAN SHOPPING MALL


DI PURWOKERTO DENGAN PENDEKATAN ARSITEKTUR HIJAU

Disusun oleh:
REVI AULIA PURBANDINI
I0207079

Dosen Pembimbing:

Ir. EDI PRAMONO SINGGIH, MT

YOSAFAT WINARTO, ST.MT

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

PROGRAM STUDI ARSITEKTUR


JURUSAN ARSITEKTUR
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2011
ABSTRAK

Hotel dan Shopping Mall di Purwokerto dengan Pendekatan Arsitektur Hijau


oleh:

Revi Aulia Purbandini


I0207079

Hotel dan Shopping Mall di Purwokerto dengan Pendekatan Arsitektur Hijau adalah
suatu bangunan yang memiliki dua fungsi kegiatan di dalamnya yang berupa wadah pelayanan
untuk penginapan berupa hotel bagi orang-orang yang melakukan perjalanan, serta
menyediakan sarana perbelanjaan baik bagi penginap maupun masyarakat umum dengan
menerapkan konsep arsitektur yang meminimalkan pengaruh buruk terhadap lingkungan dan
menghasilkan tempat hidup yang lebih baik dan sehat. Dampak fenomena pemanasan global
ditandai dengan makin buruknya kondisi alam di muka bumi. Sektor bangunan justru menjadi
kontributor terhadap kerusakan alam dan konsumsi energi. Arsitektur seringkali didesain
dengan orientasi estetis dan ekonomis semata, serta mengesampingkan aspek keberlanjutan.
Arsitektur Hijau merupakan salah satu konsep yang dapat mengatasi permasalahan dis-
orientasi tersebut melalui konsep efisiensi energi dan ramah lingkungan. Tulisan ini bertujuan
untuk merumuskan landasan konseptual perencanaan dan perancangan hotel dan shopping
mall dalam satu bangunan yang mampu melayani wisatawan dan masyarakat Purwokerto dan
sekitarnya.

Kata Kunci: hotel, shopping mall, purwokerto, arsitektur hijau

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

ABSTRACT

Hotel and Shopping Mall in Purwokerto with Green Architecture Approach


by:

Revi Aulia Purbandini


I0207079

Hotel and Shopping Mall in Purwokerto with Green Architecture Approach is a building
that has two functions that form of activity inside the container in the form of service for
hotel accommodation for people who travel, and provide shopping facilities for both
residential as well as the general public by applying the concept of architecture that minimize
impacts on the environment and produce a better life and healthier. The impact of global
warming phenomenon is characterized by worsening natural conditions on earth. Building
sector became contributors to the destruction of nature and of energy consumption.
Architectures are often designed with aesthetic and economic orientation only, and exclude
aspects of sustainability. Green architecture is a concept that can overcome the problems of
dis-orientation through the concept of energy efficiency and environmentally friendly. This
concept aims to formulate a conceptual foundation of planning and design of the hotel

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

and shopping mall in one building that can cater to tourists and peoples in Purwokerto
and surrounding communities.

Key Word: hotel, shopping mall, purwokerto, green architecture

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

BAB I PENDAHULUAN

I.1. PENGERTIAN JUDUL JUDUL :Hotel dan Shopping Mall di


Purwokerto

SUB JUDUL :Hotel dan Shopping Mall di Purwokerto dengan


Pendekatan Arsitektur Hijau
Hotel
Hotel menurut surat keputusan Dirjen Pariwisata No 14/U/1988 adalah
suatu jenis akomodasi yang mempergunakan sebagian atau seluruh bangunan
untuk menyediakan jasa pelayanan, makan dan minum serta jasa lainnya bagi
umum, yang dikelola secara komersial dam memenuhi ketentuan persyaratan
yang telah ditetapkan dalam keputusan tersebut.
Shopping Mall
Shopping Mall menurut Frank H. Spink Jr,1977 adalah suatu kelompok
fasilitas komersial (pertokoan dan jasa) yang menyatu secara arsitektural.
Fasilitas ini didirikan dalam suatu tapak (dalam satu bangunan) yang
direncanakan, dikembangkan, dimiliki, dan diatur sebagai suatu unit.

Purwokerto

Kota Administratif Purwokerto merupakan ibu kota Kabupaten Daerah

Tingkat II Banyumas yang terletak di Propinsi Jawa Tengah, terletak di antara

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

108 derajat 39 ‘17’’ - 109 derajat 27 ‘15’’ Bujur Timur dan 7 derajat 15 ‘05’’ -

7 derajat 37 ‘10’’ Lintang Selatan. Kota Purwokerto merupakan salah satu

bagian wilayah Propinsi Jawa Tengah yang berada di jalur transportasi antar

propinsi baik transportasi bus antar kota maupun kereta api, menjadikan kota
Purwokerto sangat strategis untuk menjadi tujuan bagi para pengunjung dari luar
kota.
Perbatasan wilayah meliputi:
Utara : Kabupaten Tegal dan Kabupaten Pemalang
Timur :Kabupaten Purbalingga, Kabupaten Banjarnegara, dan Kabupaten

Kebumen.

Selatan : Kabupaten Cilacap

Barat : Kabupaten Cilacap dan Kabupaten Brebes

Jarak Kabupaten Purwokerto dengan kota-kota disekitarnya sebagai berikut:

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

- Ke Purbalingga = 20 km
- Ke Banjarnegara = 65 km
- Ke Cilacap = 53 km
- Ke Kebumen = 85 km

Gambar 1.1. Batas Wilayah Kabupaten Banyumas


Sumber: www.purwokerto.go.id

Arsitektur Hijau

Konsep arsitektur yang berusaha meminimalkan pengaruh buruk

terhadap lingkungan dan menghasilkan tempat hidup yang lebih baik dan lebih
sehat.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Jadi, Hotel dan Shopping Mall di Purwokerto dengan Pendekatan


Arsitektur Hijau adalah suatu bangunan yang memiliki dua fungsi kegiatan di
dalamnya yang berupa wadah pelayanan untuk penginapan berupa hotel bagi

orang-orang yang melakukan perjalanan, serta menyediakan sarana

perbelanjaan baik bagi penginap maupun masyarakat umum dengan

menerapkan konsep arsitektur yang meminimalkan pengaruh buruk terhadap

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Gambar 1.2 : Peta Kepadatan Penduduk KabupatenBanyumas


Sumber: RUTRK/RDTRK Kota Purwokerto

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Ditambah dengan adanya kesepakatan era globalisasi sekarang

ini, yang membuat Negara-negara sibuk untuk mengantisipasi hal

tersebut, termasuk Indonesia yang aktif dengan AFTA sebagai salah satu
upaya untuk menghadapi dan mengantisipasi era globalisasi.

Pembangunan pada beberapa pusat kawasan bisnis di kota-kota di


Indonesia saat ini mengarah pada konsep superblock. Dengan konsep ini
mengakibatkan munculnya konsep lain seperti CBD (Central Business
Distric), Superblock, Mix Use Development, yang merupakan upaya dari
pemanfaatan ruang lahan yang semakin terbatas.
Laju pembangunan yang terjadi pada dewasa ini sangat pesat, hal
ini terjadi karena pertambahan penduduk yang sangat cepat dan
mengakibatkan terjadinya pemekaran kota yang akhirnya menimbulkan
berbagai persoalan pemenuhan kebutuhan aktivitas penduduknya. Dengan
bertambahnya aktivitas penduduk tersebut maka semakin banyak wadah-
wadah atau sarana kegiatan aktivitas penduduk tersebut maka semakin
banyak wadah-wadah atau sarana kegiatan aktivitas penduduk yang
mengalami perkembangan selaras dengan perkembangan peradaban
manusia yang semakin berkembang. Demikian juga dengan sarana
perdagangan perlu peningkatan.

Semakin pesatnya pertumbuhan kota-kota di Indonesia maka

semakin meningkat pula kota sebagai pusat dari perdagangan, sehingga

pusat-pusat perbelanjaaan tersebut akan lebih mendapat perhatian. Tak


terkecuali juga dengan kota Purwokerto yang sedang berkembang.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

I.2.2. Perekonomian Purwokerto

Tahun 2009 krisis global masih mewarnai perekonomian dunia,


tidak terkecuali Indonesia. Terjadinya kenaikan harga BBM tahun 2008,
mengakibatkan kenaikan harga barang dan jasa yang tentunya berpengaruh
pada proses produksi. Kenaikan harga barang dan jasa mengakibatkan
kenaikan pada biaya produksi barang dan jasa yang

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

sangat berpengaruh pada kondisi perekonomian. Namun demikian,

kinerja perekonomian Purwokerto selama tahun 2008 dan 2009 masih


menunjukkan kenaikan.

Selama periode 2005-2009, kinerja perekonomian Purwokerto

yang ditunjukkan dengan nilai Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)


selalu meningkat dari tahun ke tahun. Pada tahun 2009, nilai PDRB atas
dasar harga berlaku mencapai Rp. 9,19 triliun. Secara nominal, PDRB
Kabupaten Purwokerto pada kurun waktu 2005-2009 mengalami kenaikan
sebesar Rp.3,6 triliun. Namun demikian, kenaikan ini masih mengandung
kenaikan harga barang dan jasa yang diproduksi selama kurun waktu
tersebut.
Berdasarkan harga kenstan 2000, nilai PDRB juga mengalami
kenaikan dari Rp. 3,6 triliun pada tahun 2005 menjadi Rp. 4,40 triliun di
tahun 2009. Hal ini menunjukkan bahwa perekonomian Purwokerto
mengalami pertumbuhan yang positif. Kenaikan tersebut murni sebagai
peningkatan produksi, karena nilai PDRB atas dasar harga konstan telah
terbebas dari pengaruh inflasi.1

Tabel 1.1. Pertumbuhan Ekonomi Sektoral di Kota Purwokerto

2005-2009 (persen)
Sektor 2005 2006 2007 2008*) 2009
1. Pertanian 1,70 1,73 3,14 5,15 4,89
2. Penggalian 4,09 4,62 5,17 4,68 5,12
3. Industri Pengolahan 2,45 3,24 3,47 3,33 3,04
4. Listrik & Air Bersih 9,11 5,16 7,51 4,39 6,36

1 Pendapatan Regional Kabupaten Banyumas 2009.Katalog BPS: 9200.3302 commit to user


perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

5. Konstruksi 4,12 4,07 4,71 5,38 6,60


6. Perdagangan, Hotel, & Restoran 3,80 6,72 6,48 5,69 5,19
7. Pengangkutan & Komunikasi 3,13 4,32 5,18 5,95 4,60
8. Keuangan, Persewaan, & Jasa 5,60 6,85 8,04 5,96 8,01

9. Jasa-jasa 3,54 6,70 7,90 6,90 7,56


PDRB 3,21 4,48 5,30 5,38 5,49
*) = angka perbaikan

Sumber: BPS Kabupaten Banyumas

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

10

ditetapkan kota Purwokerto sebagai salah satu kawasan prioritas

pengembangan untuk wilayah Jawa Tengah, dengan harapan kota

Purwokerto dapat berperan sebagai pusat atau kutub pertumbuhan yang

akan menetaskan hasil pembangunan ke wilayah sekitarnya. 2


2 Pemerintah Administratif Kota Purwokerto,RENCANA UMUM TATA RUANG KOTA, Tahun

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

11

Kota Purwokerto diharapkan dapat tumbuh dan berkembang

menjadi salah satu pusat pertumbuhan di bagian selatan barat wilayah

propinsi Jawa Tengah berperan memeratakan pembangunan propinsi

Jawa Tengah bagian selatan.

Berdasarkan Kebijaksanaan Dasar Kabupaten Dati II Banyumas,

maka diharapkan peran sebagai pusat tersebut akan meningkatkan

ekonominya secara mandiri, bahkan akan membantu mengembangkan


daerah sekitarnya.

Di samping sebagai ibukota Kabupaten Banyumas, yang


merupakan salah satu kabupaten di Propinsi Jawa Tengah, kota
Purwokerto juga merupakan kota transit jalur lalu lintas yang kuat dari
Jawa Tengah dan Jawa Barat yang merupakan simpul distribusi
perdagangan yang nantinya akan menjadi wilayah penyangga (hinterland)
bagi kota Cilacap yang merupakan kota industri yang menjadi wilayah
pengembangan Jawa Tengah Selatan bagian barat.3 Perkembangan kota
Purwokerto dari tahun ke tahun semakin meningkat dan bertambah pesat.
Beberapa fasilitas umum ditingkatkan dan ditambah. Tak terkecuali
dengan fasilitas untuk perbelanjaan dan hunian dengan menyatukan
beberapa kegiatan fungsi utama pada satu lahan yang merupakan salah
satu kegiatan di Purwokerto. Dengan terpenuhinya fasilitas tersebut, maka

2005-2015.
3 M.Koderi, PURWOKERTO Wisata dan Budaya, Purwokerto: Penerbit CV. Metro Jaya
Purwokerto,Tahun 1991.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

12

sektor perdagangan akan mengalami perkembangan pula seperti sektor


industri, sektor pendidikan, dan juga

sektor pariwisata adalah rangkaian yang saling mendukung dan saling

terkait yang masih memerlukan sarana-sarana untuk mendukung di


bidang lainnya.

I.2.4. Industri Pariwisata di Purwokerto

Meningkatnya volume dan dinamika ekonomi Asia Pasifik telah

menjadi salah satu faktor sangat kuat dari terjadinya transformasi industri
pariwisata dunia.

Transformasi industri pariwisata dunia telah menempatkan negara-negara

Asia Pasifik menjadi pasar yang semakin penting bagi industri pariwisata

Indonesia, dan membuka peluang bagi Indonesia untuk mengembangkan

peranan di sektor pariwisata sebagai elemen sangat strategis di dalam

strategi pembangunan nasional.


Adanya perkembangan pariwisata Indonesia yang cukup baik,
mendukung terbukanya peluang berbagai pihak terkait dalam industri
pariwisata untuk ikut berperan di industri pariwisata seperti: hotel,

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

13

restorant, biro-biro perjalanan, dan cindera mata yang masih sangat


terbuka untuk dimasuki para investor penanam modal. Dalam industri
pariwisata, Purwokerto sangat potensial untuk dikembangkan sebagai kota
mode dan kota belanja. Hal ini semakin memacu pertumbuhan kota
Purwokerto di bidang-bidang industri pariwisata yang terkait seperti hotel-
hotel dan pusat-pusat perbelanjaan (Shopping Mall). Dengan adanya
fasilitas tersebut tidak terlepas dari desakan globalisasi dan keseriusan
pembangunan kepariwisataan nasional.
Dalam Propeda (Program Pembangunan Daerah) Kota
Purwokerto, merumuskan 4 (empat) prioritas pembangunan daerah, dan

bidang budaya dan pariwisata mendapatkan tempat pertama dalam

susunannya, yaitu: membangun ketahanan budaya sebagai unsur perekat

kehidupan masyarakat dengan komitmen cinta kota dan mengembangkan


pariwisata daerah.

Program – program Prioritas:

a.
Peningkatan apresiasi nilai budaya dan pelestarian asset budaya,

b.
Pengembangan promosi serta potensi wisata dan budaya daerah,
c.
Pemberdayaan fasilitas obyek dan daya tarik wisata, serta sarana dan
prasarana wisata,
d.
Pembinaan dan pengembangan kelembagaan seni dan budaya daerah,
e.
Pembangunan dan pengembangan seni dan budaya daerah,
f.
Pengembangan jaringan wisata.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

14

Bidang Pariwisata di kota Purwokerto cukup strategis apabila

dilihat dari kondisi, potensi, visi, dan misi kota. Bidang pariwisata sangat

dipengaruhi oleh faktor–faktor intern maupun ekstern dan bersifat

multidimensi. Sehingga dalam pengembangan bidang pariwisata tidak

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

15

Objek Wisata Pengunjung (orang)

2005 2006 2007 2008 2009


Curug Cipendok 29.418 29.730 45.374 49.941 52.349

Telaga Sunyi 3.942 3.144 3.425 2.611 3.415

Pancuran Tiga 21.361 23.191 22.557 16.207 24.111

Pancuran Tujuh 64.610 66.977 26.327 12.352 21.894

Bumi Perkemahan Baturaden 10.443 2.590 1.518 2.323 1.750

Lokawisata Baturaden 412.444 464.876 385.143 428.978 346.873

Kalibacin 5.057 6.741 4.858 5.394 5.988

Wanawisata Baturaden 58.245 52.023 27.058 14.706 13.044

Curug Gede 15.542 1.602 16.133 25.218 22.605

Curug Ceheng 15.542 14.490 8.537 10.827 12.950


Museum Wayang Sendang 1.150 2.246 1.208 788 1.702
Mas
THR Pangsar Soedirman - 3.670 10.791 18.838 12.356
Masjid Saka Tunggal - 6.622 6.655 5.248 5.765

dapat dipandang dari satu bidang pariwisata saja tetapi juga harus didukung
oleh bidang – bidang yang lain.
Tabel 1.2. Banyaknya Pengunjung Objek Wisata di Wilayah Purwokerto
Selama Tahun 2005-2009

Sumber: -Perum Perhutani KPH Purwokerto Timur


- Dinas Pariwisata Kabupaten Banyumas

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

16

Kegiatan pariwisata Kota Purwokerto sangat didukung oleh


keberadaan budaya khas Purwokerto dan keberadaan objek–objek wisata.

Kegiatan pariwisata di kota Purwokerto juga disemarakkan

dengan adanya event–event budaya yang menampilkan kesenian khas

Purwokerto. Promosi dan pemasaran di bidang pariwisata telah didukung


dengan adanya siaran rutin bidang pariwisata di stasiun radio,
selebaran/pamflet/leaflet promosi pariwisata melalui Biro Perjalanan
Wisata, pameran, serta pemantauan jaringan internet.
I.2.5. Peluang Perhotelan di Purwokerto
Tahun 2005 menjadi titik awal baru bagi dunia pariwisata Kota
Purwokerto dan sekitarnya. Jumlah wisatawan yang berkunjung ke Kota
Purwokerto tahun 2005 cenderung mengalami peningkatan setelah
beberapa tahun sebelumnya mengalami penurunan yang disebabkan oleh
berbagai hal salah satunya adalah kenaikan harga BBM.
Jumlah hotel berbintang di Purwokerto selama tahun 2009
berjumlah 7 buah, sedangkan untuk hotel non bintang sebanyak 164 buah.
Tabel 1.3. Banyaknya Hotel di Wilayah Kabupaten Purwokerto
Tahun 2009

Hotel Bintang Hotel Non Bintang Jumlah


Sumber: BPS Kabupaten Banyumas (Listing Hotel Tahunan)
7 164 171
Terus membaiknya bisnis perhotelan di Purwokerto, dengan

semakin meningkatnya potensi wisata dan bisnis Kota Purwokerto, maka


sarana penunjang berupa hotel sebagai tempat menginap akan terus
mengalami peningkatan. Bahkan menurut kalangan biro perjalanan wisata,

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

17

menyatakan bahwa fasilitas bagi wisatawan di Purwokerto sejauh ini


masih kurang memadai. Sebagai contoh, jumlah hotel di Purwokerto
dan sekitarnya masih perlu ditambah. Hal tersebut dimaksudkan agar

wisatawan yang datang berkunjung ke Kota Purwokerto dan sekitarnya


mempunyai banyak pilihan untuk menginap.

Tabel 1.4. Hotel-hotel di Purwokerto

Nama Hotel Juml Juml


ah ah
Kam Bed
ar
Dynasti *** 103 179
Queen Garden *** 69 138
Rosenda *** 100 198
Borobudur * 31 70
Palapa * 50 85

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

18

Puri Wisata

Astro
Cendrawasih 18 36
Mutiara 17
Darajati 17 37
Wisata Niaga
Sumber: Purwokerto Guine Book (HMJM FE Universitas Jendral

Soedirman)

Potensi wisata kota yang semakin meningkat beberapa tahun

terakhir ini juga akan berdampak bagus dalam prospek perencanaan hotel

berbintang ini nantinya. Ditambah laju pertumbuhan bisnis Kota

Purwokerto yang semakin meningkat secara tidak langsung dapat

berhubungan juga dengan pariwisata kota. Peningkatan mobilitas para

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

19

pelaku bisnis tersebut pada akhirnya akan berimbas hingga ke sektor


pariwisata. Hal tersebut dikarenakan kesempatan pre dan past kegiatan
utama diisi dengan kegiatan wisata. Selain itu traveling yang mereka
lakukan biasanya tidak dilakukan sedirian melainkan melibatkan keluarga
yang kegiatan utamanya adalah berwisata. Dengan demikian keseluruhan
kegiatan tersebut mencangkup dua sektor yaitu bisnis dan pariwisata.

Dalama dunia pariwisata sendiri kegiatan tersebut merupakan suatu

business travel, yaitu kegiatan wisata dengan tujuan utama adalah bisnis.

Dari gambaran di atas sangatlah terbuka bagi kota Purwokerto untuk

dapat menarik wisatawan dan pelaku bisnis datang ke Purwokerto, yang


tentunya hal tersebut juga harus ditunjang dengan fasilitas yang memadai
sehingga nantinya para pengunjung tadi memperoleh kemudahan dan
fasilitas yang menunjang kegiatan mereka selama berada di Kota
Purwokerto.
I.2.6. Peluang Shopping Mall di Purwokerto
Hadirnya beberapa pusat perbelanjaaan yang sedang dibangun di
Purwokerto serta meningkatnya minat dan daya beli masyarakat
Purwokerto terhadap pusat perbelanjaan dan pusat hiburan yang lengkap,
menyebabkan Shopping Mall mempunyai masa depan yang cerah dalam
dunia perdagangan di kota Purwokerto.
Tabel 1.5. Banyaknya Pasar di Purwokerto Tahun 2009
Department Pasar Pusat Pasar
Store Swalayan Perbelanjaan
Umum Hewan
Jumlah 1 21 - 86 12

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

20

Sumber: Dinas Perindagkop Kabupaten Banyumas

Keberadaan Shopping Mall di kawasan Purwokerto dan


sekitarnya belum ada, tetapi untuk jumlah pasar swalayan cukup banyak.

Namun diantaranya masih minim yang menyediakan kelengkapan

fasilitas rekreasi dan penginapan untuk wisatawan dan pebisnis dari luar
kota. Mereka hanya sekedar menyediakan fasilitas perbelanjaan saja.
Fasilitas rekreasi di Purwokerto masih terpisah–pisah dan tersebar,
sehingga kurang efisien karena harus menyita waktu untuk menempuh
perjalanan. Untuk menjawab kebutuhan tersebut, perlu adanya unsur–
unsur rekreatif untuk dimasukkan ke dalam kawasan perdagangan

sehingga dapat memberikan warna baru akan pusat bisnis dan pusat
perbelanjaan yang sudah ada, misalnya:

a. Bioskop

b. Café, Restaurant, Foodcourt yang dilengkapi hotspot


c. Aneka jenis permainan dan ketangkasan seperti game center, billiard,
bowling
d. Tempat untuk melepas kepenatan seperti taman dan pusat jajan
e. Di sisi lain ada bagian yang terhubung ke hotel, sehingga pengunjung hotel
juga mengakses fasilitas di mall.
Penyebaran fasilitas perdagangan lebih banyak terkonsentrasi di
pusat kota. Hal ini menunjukkan belum adanaya pemerataan pelayanan
fasilitas perdagangan lokasi yang berupa toko. Perkiraan kebutuhan
pertokoan, juga pusat perbelanjaan untuk lingkungan dan perbelanjaan
seluruh kota.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

21

Tabel 1.6. Tempat-tempat Perbelanjaan di Purwokerto


No Nama Toko Alamat Keterangan
1 Sri Ratu Jl. Jend. Soedirman Dept. Store & Supermarket
2 Moro Jl. Jend Soedirman Supermarket
3 Rita Jl. Jend. Soeprapto Dept. Store & Supermarket
4 Matahari Jl. Jend. Soedirman Dept. Store & Supermarket
5 Metro Jaya Komplek Book Store
Kebondalem
6 Intan Jl. Jend Soedirman Dept. Store & Supermarket
7 Aroma Jl. Jend Soedirman Dept. Store
8 Super Ekonomi Jl. Kyai Moch. Safii Dept. Store & Supermarket
Sumber: Analisa Pribadi
Hampir di setiap kota-kota besar dan sebagian kota kecil di

Indonesia telah terdapat suatu tempat perbelanjaan dengan berbagai

fasilitas pendukung telah berdiri, yaitu sebuah tempat perbelanjaan yang

terdiri dari pertokoan, pasaraya, department store, dan toko sebagai

tempat perbelanjaan, disertai dengan berbagai fasilitas hiburan dan


pendukung lainnya, yang kesemuanya tadi saling mendukung satu sama
lainnya.
Lain halnya di kota Purwokerto, fasilitas perbelanjaan yang ada
belum disertai dengan berbagai fasilitas hiburan dan pendukung lainnya.
Jadi keberadaannya pun masih belum terpusat karena antara fasilitas yang
satu dengan fasilitas yang lain keberadaannya saling berjauhan.
Perkembangan dan penyebaran fasilitas perdagangan dan jasa di
Purwokerto lebih banyak terdapat di sekitas jalan utama (jalan Gerilya dan
jalan Jendral Sudirman). Fasilitas perdagangan tersebut berupa pertokoan

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

22

dengan skala pelayanan lokal. Maka bagi Purwokerto yang sedang


berkembang perlu diadakannya tempat perbelanjaan skala kota yang
dilengkapi dengan fasilitas rekreasi atau hiburan yang keberadaannya
saling mendukung dan melengkapi.

I.2.7. Kondisi Ekologis di Purwokerto

I.2.7.1. Jumlah penduduk selalu bertambah baik penduduk asli


maupun pendatang.

Fenomena ini tentunya menuntut berbagai pembangunan

untuk memenuhi kebutuhan hidup masyarakatnya sekaligus

melengkapi fasilitas–fasilitas yang belum ada. Hal ini


mengakibatkan semakin berkurangnya lahan hijau untuk ruang
publik di dalam kota. Padahal ruang publik merupakan salah satu
aspek penting dalam elemen kota. Kebanyakan pembangunan
yang ada tidak bersahabat dengan alam.
I.2.7.2. Penebangan pohon secara besar-besaran

Aksi babat pohon yang dilakukan Pemerintah Kabupaten

Purwokerto akhir-akhir ini banyak menimbulkan kontroversi di

masyarakat. Tidak sedikit masyarakat yang kemudian mengecam

tindakan tersebut karena dianggap merusak lingkungan dan

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

23

ekosisitem. Jalan – jalan di Kota Purwokerto dirasa semakin


panas dan gersang akibat ditebangnya pepohonan di sepanjang
jalan tersebut.
Sumber: Harian Suara Merdeka, edisi 9 Agustus 2010
I.2.7.3. Peningkatan polusi di Purwokerto
Peningkatan polusi udara berasal dari industri manufaktur,
transportasi, dan bangunan untuk menunjang kehidupan modern
manusia yang berada di Kota Purwokerto.
Sumber: Harian Suara Merdeka, edisi Juni 2009

I.3. PERMASALAHAN DAN PERSOALAN


I.3.1. Permasalahan
Diperlukannya bangunan dwi fungsi yang didalamnya merupakan

gabungan hotel dan shopping mall di suatu kawasan bisnis Purwokerto

yang mampu melayani wisatawan maupun masyarakat setempat yang

terintegrasi dengan baik sehingga dapat saling menunjang satu sama

lainnya dengan menerapkan konsep arsitektur yang meminimalkan

pengaruh buruk terhadap lingkungan dan menghasilkan tempat hidup


yang lebih baik dan sehat.

I.3.2. Persoalan
a. Pemilihan lokasi
Bagaimana menentukan lokasi dan site yang tepat untuk hotel dan
shopping mall, sesuai dengan fungsi kegiatan dan keberadaannya

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

24

sebagai bangunan komersial sehingga sarana fisik yang direncanakan


akan mempunyai daya tarik yang tinggi bagi penyewa dan
pengunjung.

b. Pengolahan site

Bagaimana mengolah site yang tepat sehingga site dapat merespon

dengan baik kegiatan perbelanjaan, promosi sekaligus rekreasi dan


menghasilkan gubahan massa yang sesuai dengan data fisik yang ada,
sehingga akan mengoptimalakan gubahan masa hotel dan shopping
mall sebagai bangunan komersial dan akan mengoptimalkana
arsitektur hijau pada desain.
c. Sistem Kegiatan dan Peruangan
- Bagaimana menentukan jenis dan pola kegiatan yang mampu
mewadahi kebutuhan konsumen dan pengguna dalam memenuhi
kebutuhan kegiatan perbelanjaan sekaligus rekreasi.
- Bagaimana menentukan program ruang dimana menata dan
mengatur fasilitas berdasarkan jenis kegiatan dan kebutuhan ruang
yang menunjang efisiensi ruang bangunan komersial yang
mempertimbangkan aspek kelancaran dan sirkulasi, kenyamanan,
keseimbangan kebutuhan ruang fungsional, dan servis.

d. Tampilan

Bagaimana mewujudkan bentuk fisik hotel dan shopping mall, baik

interior maupun eksterior yang mampu mencitrakan sebuah bangunan

komersial yang representatif sebagai pusat perbelanjaan di kota

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

25

Purwokerto dengan penerapan arsitektur hijau yang unik dan sesuai

dengan jaman (20 – 25 tahun) sebagai daya tarik awal pengunjung dan

penyewa.
e. Bagaimana menentukan tata lansekap yang dapat menunjang kegiatan
perbelanjaan sekaligus rekreasi .
f. Bagaimana menentukan sistem struktur, konstruksi, material dan utilitas
yang diperlukan.
I.4. TUJUAN DAN SASARAN

1.4.1. Tujuan

Merumuskan landasan konseptual perencanaan dan perancangan

hotel dan shopping mall dalam satu bangunan yang mampu melayani

wisatawan dan masyarakat Purwokerto dan sekitarnya.


I.4.2. Sasaran
Mewujudkan hotel dan shopping mall menjadi sebuah hunian dan
pusat perbelanjaan yang dapat mewadahi seluruh kegiatan yang mampu
memberi kepuasan pengunjung, penyewa maupun investor melalui
penyusunan strategi penataan atau pengaturan retail dan fasilitas
pendukung lainnya yang tepat dengan didukung arsitektur hijau, meliputi:
a. Konsep lokasi
b. Konsep site
c. Konsep sistem kegiatan dan peruangan
d. Konsep tampilan bangunan yang meliputi: konsep bentuk ruang, bentuk
massa banguanan, interior dan eksterior fasade bangunan yang sesuai

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

26

dengan karakter arsitektur hijau yang menerjemahkan karakter hotel dan


shopping mall yang identik dengan gaya hidup masyarakat
urban.

e. Konsep penataan lansekap

f. Konsep sistem struktur, konstruksi, material, dan utilitas.

I.5. LINGKUP BATASAN MASALAH

Pembahasan yang akan dilakukan dibatasi pada hal-hal yang

menyangkut disiplin ilmu arsitektur dan masalah lain yang dianggap dapat
mendasari dan mendukung pemecahan masalah pada pembahasan dalam
penulisan ini. Adapun topik batasan tersebut adalah:
a. Pembahasan ditekankan pada disiplin arsitektur dan hal–hal yang berkaitan
dengan hotel dan shopping mall yang ditekankan pada strategi-strategi
penataan ruang dan fasitas pendukung lainnya yang tepat dan didukung
oleh

arsitektur hijau pada desainnya. Hal–hal di luar disiplin ilmu arsitektur

seperti aspek sosial, ekonomi, bisnis, dan sebagaimana dianggap

menentukan dan mendasari perencanaan dan perancangan fisik akan dibahas

secara umum berdasarkan literatur yang terbatas dan logika yang sederhana.
b. Dalam pembahasan hotel dan shopping mall ini diproyeksikan dalam jangka
waktu 20–25 tahun mendatang sengan pertimbangan untuk mempertahankan
konsep hijau yang sesuai dengan jaman pada periode

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

27

tersebut.
c. Untuk mendapatkan fungsi hotel dan mall dengan tampilan arsitektur hijau
yang optimal, maka masalah finansial tidak ditekankan dan dianggap sudah
tersedia,

I.6. METODE PENGUMPULAN DATA


Metode yang akan dilakukakan guna mendapatkan data yang akan
digunakan untuk proses dasar penyusunan sebuah konsep. Dalam hal ini terdapat
beberapa metode yang dilakukan guna tujuan tersebut, terdiri dari metode
pengumpulan data primer dan sekunder.

I.6.1. Metode Pengumpulan Data Primer


Melalui survey terhadap hotel dan shopping mall yang telah ada, survey yang dilakukan guna

mendapatkan data pendukung berupa data statistik fakta-fakta tentang perkembangan hotel dan

shopping mall yang terdapat di Purwokerto.


Melakukan studi banding untuk menentukan preseden. Studi banding
dilakukan terhadap bangunan hotel dan shopping mall yang sesuai dengan
konsep hotel dan shopping mall yang direncanakan.

I.6.2. Metode Pengumpulan Data Sekunder

Studi Literatur


Mencari referensi buku yang berkaitan dan representatif dengan

konsep sebuah hotel, shopping mall, dan arsitektur hijau

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

28


Mencari buku di perpustakaan baik perpustakaan umum, maupun
perpustakaan jurusan Arsitektur

Mencari referensi kasus konsep perancangan yang sudah ada sebelumnya.

Mencari refrensi mengenai hotel dan shopping mall melalui pencarian di
internet

Mencari buku-buku yang berkaitan dengan hotel dan shopping mall
melalui toko buku.
I.6.3. Metode Mengolah Data
Terdapat beberapa langkah dalam mengolah data yang didapat baik
data primer maupun data sekunder, diantaranya:
I.6.3.1 Penyortiran Data
Menyortir data-data yang diperlukan, penyortiran

dilakukan sesuai dengan aspek penekanan hotel dan shopping


mall yang ingin dirancang.

I.6.3.2 Korelasi data

Mengkorelasikan/menghubungkan antara data yang satu


dengan data yang lainnya, data primer, dan data sekunder.

I.6.3.3 Pemaparan Data

Memaparkan hasil data yang didapat dan disajikan dalam


beberapa bentuk, diantaranya:
• Deskripsi data
• Gambar
• Dokumentasi
• Tabel

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

29

• Grafik

I.6.3.4 Analisis Data


Analisa data yang didapat di lapangan (data primer) dengan data yang didapat
melalui refrensi (data sekunder).

Menganalisa data, guna mendapatkan aspek-aspek yang sesuai dengan dasar-
dasar arsitektur hijau.

Membagi tiap-tiap data yang didapat kedalam pokok-pokok
pembahasan dan dijadikan sebagai data pendukung.

Mencari benang merah antara hotel dan shopping mall dari data yang didapat
dengan arsitektur hijau berdasarkan data yang sudah didapat
I.6.3.5. Menarik kesimpulan

I.7. TAHAPAN PEMBAHASAN TAHAP


I PENDAHULUAN
Merupakan pendahuluan yang menjelaskan latar belakang, permasalahan,

persoalan, tujuan dan sasaran, batasan dan lingkup pembahasan, metode


pembahasan, dan sistematika pembahasan.

TAHAP II TINJAUAN PUSTAKA

Membahas mengenai tinjauan data informasi secara teoritik, empiris, dan

preseden; serta Mencakup tinjauan data fisik kota, data non fisik, konteks

(peraturan, sosial budaya, lingkungan, dan teknologi), dan tinjauan obyek yang

direncanakan.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

30

TAHAP III BANGUNAN YANG DIRENCANAKAN


Membahas tentang gambaran umum mengenai hotel dan shopping mall di
Purwokerto yang direncanakan.
TAHAP IV ANALISIS PENDEKATAN KONSEP PERENCANAAN DAN
PERANCANGAN

Menganalisa pendekatan konsep perencanaan dan perancangan hotel dan


shopping mall di Purwokerto, meliputi pendekatan pelaku, kegiatan dan
peruangan, penentuan lokasi, pemilihan site, pengolahan site, sistem sirkulasi,
bentuk dan massa bangunan,
environmen
, serta struktur bangunan.
t
TAHAP V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN
Merupakan hasil pengolahan TAHAP IV, proses penentuan konsep
melalui analisa terhadap pengguna dan site untuk mendapatkan suatu
kesimpulan mengenai peruangan, orientasi bangunan,
pencapaian, tampilan
bangunan, tata massa bangunan, utilitas bangunan, dan struktur
bangunan.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

23

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN TINJAUAN KOTA

II.1. TINJAUAN HOTEL

II.1.1.Sejarah Singkat Hotel


Hotel berasal dari kata hostel, konon diambil dari bahasa Perancis kuno.
Bangunan public ini sudah disebut–sebut sejak akhir abad ke–17, Maknanya
kira–kira, “tempat penampungan buat pendatang” atau bisa juga “bangunan
penyedia pondokan dan makanan untuk umum”. Jadi pada mulanya hotel
memang diciptakan untuk meladeni masyarakat. Tapi, seiring perkembangan
zaman dan bertambahnya pemakai jasa, layanan inap–makan ini mulai
meninggalkan misi sosialnya. Tamu pun dipungut bayaran. Sementara bangunan
dan kamar – kamarnya mulai ditata sedemikian rupa membuat tamu betah.
Meskipun demikian, bertahun–tahun standar layanan hotel tak banyak berubah.
Di Indonesia, kata hotel dikonotasikan sebagai bangunan penginapan
yang cukup mahal. Umumnya Indonesia dikenal hotel berbintang, hotel melati
yang tarifnya cukup terjangkau umum hanya menyediakan tempat–tempat

menginap dan sarapan pagi, serta guest house baik yang dikelola sebagai usaha

swasta (seperti halnya hotel melati) ataupun mess yang dikelola oleh

perusahaan-perusahaan sebagai tempat menginap bagi para tamu yang ada


kaitannya dengan kegiatan atau urusan perusahaan.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

24

II.1.2. Pengertian Hotel

Secara harfiah, kata hotel berasal dari bahasa Latin yaitu hospitium,

yang artinya ruang tamu. Kata ini kemudian mengalami proses perubahan
pengertian dan untuk membedakan guest house dengan mansion house yang
berkembang saat itu, maka rumah besar disebut hostel. Hostel disewakan pada
masyarakat umum untuk menginap dan beristirahat sementara waktu, dan
dikoordinir oleh seorang host. Seiring perkembangan dan adanya tuntutan
terhadap kepuasan, di mana orang tidak menyukai peraturan yang terlalu

banyak pada hostel, maka kata hostel kemudian mengalami perubahan, yakni

penghilangan huruf “s” pada kata hostel sehingga menjadi hotel.

Definisi hotel menurut SK Menparpostel Nomor KM 94/ HK 103/MPPT 1987

adalah suatu jenis akomodasi yang mempergunakan sebagian atau seluruh


bangunan untuk menyediakan jasa pelayanan penginapan, makan dan minum
serta jasa lainnya bagi umum, yang dikelola secara komersial.
Hotel adalah sarana tempat tinggal umum untuk wisatawan dengan memberikan
pelayanan jasa kamar, penyedia makanan dan minuman serta akomodasi dengan
syarat pembayaran (Lawson,1976:27).
Hotel adalah suatu bangunan atau suatu lembaga yang menyediakan kamar
untuk menginap, makan dan minum serta pelayanan lainnya untuk umum
(kamus Webster).

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

25

Jadi, dapat disimpulkan pengertian hotel adalah suatu bangunan yang


menyediakan jasa penginapan, makanan dan minuman, serta jasa lainnya yang
diperuntukan bagi umum dan dikelola secara komersial.
II.1.3. Penggolongan Hotel
a. Hotel Berdasarkan Lokasi

1)
Hotel Kota

Hotel yang terletak dipusat kota yang mendukung pengunjung yang

mempunyai tujuan utama untuk urusan bisnis dan kegiatan yang


lainnya yang berlokasi di kota.

2)
Hotel Pegunungan

Hotel yang diperuntukkan bagi pengunjung yang ingin menikmati

keindahan alam pegunungan serta budaya masyarakat setempat atau


mempunyai kegiatan lain disekitar pegunungan.
3)
Hotel Pantai
Hotel yang diperuntukan bagi pengunjung yang ingin menikmati atau
mempunyai kegiatan lain disekitar pantai.
4)
Hotel Pedalaman

Hotel yang terletak disuatu daerah yang sebagian alamnya masih asli

seperti hutan tropis, cagar alam khusus diperuntukkan bagi wisatawan

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

26

yang ingin menikmati keindahan flora dan fauna alam, serta adat

istiadat suatu penduduk asli pedalaman.


b. Hotel berdasarkan Lamanya Menginap
1) Seasonal Hotel
Hotel yang diperuntukkan bagi tamu yang menginap dalam jangka
waktu tertentu (singkat).
2) Transit Hotel
Hotel yang diperuntukan bagi pengunjung, dimana hotel tersebut dekat
dengan jalur lalu lintas dan dipergunakan sebagai transit karena dekat
dengan fasilitas umum. Biasanya merupakan tempat singgah atau
istirahat sebelum melanjutkan tujuan.
3) Residential Hotel
Hotel diperuntukan bagi tamu yang tinggal dalam jangka waktu lama
tetapi tidak menetap.
c. Hotel Berdasarkan Peruntukan Hotel

1) Businness Hotel

Untuk tamu yang bertujuan bisnis / kegiatan lain yang berhubungan


degan profesi misalkan olahragawan, peserta seminar, dsb.

2) Resort Hotel

Salah satu bentuk akomodasi bagi wisatawan yang berlibur.

3) Pleasure Hotel

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

27

Pengunjung hotel pada umumnya menginap dengan tujuan untuk


bersenang-senang dan menikmati suasana serta fasilitas hiburan dari
pihak hotel.
4) Country Hotel
Hotel bagi tamu antar antarnegara.
5) Research Hotel

Hotel yang menyediakan akomodasi bagi tamu yang menginap dengan


tujuan mengadakan penelitian / riset.

6) Sport Hotel

Hotel di mana pengunjung pada umumnya adalah olahragawan.


d. Penggunaan Hotel berdasarkan Jumlah Kamar yang tersedia 1)
Hotel kecil : jumlah kamarnya antara 10 – 49 kamar.
2) Hotel menengah : jumlah kamarnya antara 50 - 100 kamar.
3) Hotel besar : jumlah kamarnya lebih dari 100 kamar.
e. Hotel berdasarkan Kesibukan Lalu Lintas
1) Hotel Lintas (Highway / Motor Hotel / Motel)
Hotel yang terletak sepanjang jalur antarkota dengan fasilitas utama sara
parkir kendaraan yang letaknya dekat dengan kamar – kamar yang
disewakan.
2) Hotel Station
Hotel yang terletak dekat dengan tempat transportasi darat.
3) Hotel Pelabuhan
Hotel yang terletak di pelabuhan dan difungsikan sebagai pendukung
aktivitas pelabuhan.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

28

f. Hotel berdasarkan Sistem Operasi

1). Chain Hotel Operation

Hotel yang beroperasi secar berantai pada beberapa kota besar di


beberapa negara denga tetap memakai satu nama.

2). Federal Operation Sistem

Beberapa perhotelan yang bersatu dengan tujuan agar dapat saling


memberi informasi dan bantuan kepada yang lain.
3). Franchised Operation Sistem
Beberapa perhotelan secar bersama menunjuk suatu badan yang menjadi
induk dan bertindak sebagai wakil mereka.
g. Hotel Sistem Bintang

Hotel berbintang 1, 2, 3, 4,5 ditetapkan oleh Menteri Perhubungan

RI berdasarkan penilaian oleh tim penilai dan Dirjen Pariwisata selama 3

tahun sekali. Penilaian tersebut antara lain penilaian persyaratan fisik

mengenai kondisi lokasi hotel, pelayanan hotel, kualitas tenaga kerjanya


(tingkat pendidikan dan kesejahteraan), dan fasilitas-fasilitas lain yang
terdapat pada hotel tersebut antara lain seperti fasilitas hiburan, olahraga
dan sebagainya.
II.1.4. Pelaku Kegiatan dan Organisasi Pengelolaan Hotel

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

29

a. Pelaku Kegiatan Hotel


• Tamu Hotel
Tamu hotel terdiri dari wisatawan yang bertujuan melakukan kegiatan
wisata atau kegiatan bisnis di kota Surakarta, dengan kegiatan
utamanya antara lain istirahat, makan – minum, rekreasi.
• Pengelola
Pengelola adalah orang yang mengelola fasilitas hote dapat berlangsung
baik, seperti:
- Melakukan kegiatan administrasi hotel.

- Memberikan pelayanan bagi para tamu hotel.

Melakukan perawatan unit kamar.


-

b. Organisasi Pengelolaan Hotel

Pada dasarnya susunan organisasi pengelolaan hotel mempunyai

persamaan karena setiap hotel mempunyai pelayanan pokok yang sama

yaitu pelayanan penginapan, makanan dan minuman. Secara umum


pembagian organisasi ruang hotel dapat dibedakann menurut fungsi, sifat
maupun standart internasional.
Pembagian organisasi ruang menurut fungsi

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

30

Public Space Recreation and


Sport Space

Consession & Food and


Rentable Space Beverage Space

Guest Room General Service


Space Space

Diagram II.1. Organisasi ruang menurut fungsi


(Sumber : Analisa Pribadi)

• Public Space, kelompok ruang untuk umum termasuk lobby utama


danfront officesertafunction room.
• Consession and rentable space
, kelompok ruang yang disewakan
untuk melayani keperluan tamu hotek dan juga usaha bisnis lainnya
yang terpisah dari kegiatan hotel.
• Food and beverage space
, kelompok ruang yang melayani bagian
makan dan minum bagi tamu yang menginap maupun yang tidak
mengianap, disamping juga melayani bagi keperluan function room
dan termasuk kelompok ini adalah
restaurant, coffe chop
, bar,
kitcendan gudang.
• General Service space
, kelompok ruang pelayanan meliputi bagian
penarimaan,storage employee’s room, employee dining room,
laundry, linen room, house keeping, maintenance
, dll.

• Guest Room Space, kelompok yang terdiri daei ruang tidur bagi

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

31

tamu yang menginap yang dilengkapi fasilitas untuk ruang tidur,


toilet, koridor, lift dan perlengkapan lainnya.
• Recreation and sport space, kelompok fasilitas rekreasi dan

olahraga yang biasanya diprioritaskan untuk tamu hotel yang


memerlukan selain itu terbuka bagi masyarakat luar.

Pembagian Organisasi Ruang menurut sifatnya

Bed Room Public Room

Service Room

Diagram II.2. Organisasi ruang menurut Sifat


(Sumber : Analisa Pribadi)
• Public Room
, kelompok ruang yang dipakai untuk keperluan umum
seperti lobby utama,
front office, restaurant, recreation, and sport
centre, function room, and rentable room.
• Bed room, kelompok ruang yang sifatnya melakukan pelayanan
yaitu kitchen, laundry, linen, general store, house keeping,
maintenance
, dll.

II.1.5. Waktu Operasional Hotel

Waktu operasional hotel secara garis besar beroperasi 24 jam, dengan


spesifikasi kegiatan :

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

32

• Waktu aktifitas penerimaan tamu : 24 jam

• Waktu aktifitas clening service and laundry : 07.00 – 17.00

• Waktu aktivitas kantor : 08.00 – 17.00

• Waktu aktifitas Shopping mall : 09.00 – 21.00

• Waktu aktifitas keamanan : 24 jam

II.1.6. Sistem Penilaian Hotel

World Trade Organization telah menetapkan beberapa persyaratan dan

sistem klasifikasi untuk dapat menjadi pertimbangan dalam menilai kualitas

atau tingkatan sebuah hotel. Persyaratan – persyaratan dan sistem klasifikasi

tersebut telah digunakan oleh banyak Negara. Di Indonesia ada instansi yang
berwenag dalam hal itu yaitu Dirjen Pariwisata dan menentukan persyaratan –
persyaratan sesuai dengan kondisi lokal.
a. Penilaian World Trade Orrganization (WTO)
Sejak tahun 1962 telah menetapkan sistem penggolongan hotel yang
telah diterima secara universal. Proposal yang sama telah diajukan oleh
IHA (International Hotel Association). Confederation of National and
Restaurant association (HOTREC) atau konfederasi hotel nasional dan
asosiasi restaurant Negara – Negara Eropa menemukan sistem alternative
menggunakan symbol untuk mewakili fasilitas yang ada tanpa klasifikasi.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

33

Pada tahun 1995 terdapat lebih dari 100 sistem klasifikasi yang
beroperasi mayoritas berdasarkan standar WTO, tetapi disesuaikan dengan
kondisi lokal. Sistem yang telah meluas dibagi dalam 2 grup, yaitu
klasifikasi resmi dan penilaian bebas.

Klasifikasi resmi merupakan standar yang telah ditetapkan oleh

pemerintah, biasanya oleh menteri pariwisata. Hal tersebut merupakan

syarat wajib untuk pendaftaran atau pemberian ijin. Untuk penilaian bebas
dilakukan dengan cara hotel diperiksa dan dinilai oleh asosiasi perhotelan.

Beberapa hal yang menjadi pertimbangan dalam menentukan

tingkat sebuah hotel menurut WTO adalah :


• Infrastruktur lokal
Persyaratan dasar, seperti suplai air bersih, sanitasi dan pengeramikan
perlu dispesifikasi di Negara – Negara berkembang.
• Kulaitas keseluruhan

Beberapa perusahaan memiliki cirri- cirri yang istimewa baik itu

sejarah, lokasi dan karakter. Beberapa pola berdasarkan poin berharga


tersebut.

• Dasar yang sesungguhnya


Seluruh pola mempertimbangkan factor yang nyata seperti ruangg,
fasilitas, cirri – cirri dan penyediaan pelayanan. Aspek kulaitatif seperti

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

34

penampilan dan pelayanan pribadi yang melibatkan penilaian subjektif


cenderung lebih bervariasi.
• Lokasi dan kebutuhan pasar
Persyaratan pengguna untuk hotel resort berbeda dengan hotel di pusat
kota. Standar yang terpisah dapat diterapkan.
• Perawatan
Kualitas hotel tergantung pada kebersihan dan perawtan yang mampu menghalangi kenyamanan
dan keamanan, namun sulit untuk
dimonitor.
Berdasarkan persyaratan – persyaratan tersebut, WTO memberikan

penilaian secara umum bagi sebuah hotel yaitu :

• Hotel dengan fasilitas dasar yang baik dan menjamin kenyamanan

akomodasi. Pelayanan makanan dibatasi pada hotel ini. Termasuk


golongan ini adalah hotel pribadi kecil.

• Hotel yang memiliki standar – standar akomodasi yang lebih tinggi

dan memiliki fasilitas lebih untuk kenyamanan bagi tamu. Termasuk

golongan ini adalah hotel pribadi.


• Hotel yang amat baik dengan akomodasi yang nyaman kebanyakan dengan kamar mandi
pribadi. Fasilitas dan minum disediakan secara lengkap pada hotel ini.
• Hotel kualitas tinggi dilengkapi dengan furniture dan perlengkapan

standar kenyamanan tinggi, pelayanan yang luas untuk tamu dan


pengunjung.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

35

• Hotel luar biasa dengan kulaitas akomodasi perlengkapan khusus dengan standar
kenyamanan internasional menyediakan kenyamanan
dan keleluasaan.
b. Penilaian Dirjen Pariwisata
Dirjen Pariwisata telah menetapkan persyaratan – persyaratan
penilaian yang digunakan untuk menentukan klasifikasi bintang bagi
sebuah hotel yaitu :
• Persyaratan fisik, meliputi lokasi hotel dan kondisi bangunan.
• Bentuk pelayanan yang diberikan.
• Jumlah kamar minimum yang tersedia.
• Kulifikasi tenaga kerja, meliputi pendidikan dan kesejahteraan
karyawan.
• Fasilitas olahraga dan rekreasi.
Berdasarkan persyaratan – persyaratan tersebut, maka klasifikasi

bintang yang ditetapkan bagi sebuah hotel adalah :

1. Hotel Bintang I

a. Jumlah kamar minimum 10 kamar

b. Ukuran kamar + kamar mandi minimum:

Kamar single : 18 m2

Kamar double : 20 m2

c. Ruangan umum luasnya 3 m2 x jumlah kamar tidur minimal,


lobby, ruang makan (luas lantai minimal 30 m2)

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

36

d. Pelayanan : akomodasi + penitipan barang berharga


2. Hotel Bintang II
a. Jumlah kamar minimum 14 kamar + 1 suite room
b. Ukuran kamar + kamar mandi minimum:

Kamar single : 20 m2

Kamar Doule : 24 m2

c. Ruangan umum luasnya 3 m2 x jumlah kamar tidur minimal,

lobby, bar, ruang makan (luas lantai minimal 36 m2)


d. Pelayanan ; akomodasi + penitipan barang berharga.
3. Hotel Bintang III
a. Jumlah kamar minimum 28 kamar + suite room
b. Ukuran kamar + kamar mandi minimum
Kamar single : 24 m2
Kamar double : 28 m2
c. Ruangan umum luasnya 3 m2 x jumlah kamar tidur minimal, lobby,
bar (minimal 25 m2), ruang makan (minimal 72 m2)
d. Pelayanan : akomodasi + penitipan barang berharga + penukaran uang
asing + portal service + antar jemput.
4. Hotel Bintang IV
a. Jumlah kamar minimum 47 kamar + 3 suite room
b. Ukuran kamar + kamar mandi minimum

Kamar single : 24 m2

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

37

Kamar duble : 28 m2

c. Ruang umum luasnya 3 m2 x jumlah kamar tidur, minimal lobby,

bar (minimal 40 m2), ruang makan (minimal 100 m2)

d. Pelayanan : akomodasi + penitipan barang berharga + penukaran

uang asing + portal service + antar jemput + pelayanan laundry dan

dry cleaning dalam waktu 24 jam.


e. Fasilitas penunjang antara lain :
Ruang lena minimal 0,5 m2 x jumlah kamar tidur
Ruang laundry minimal 40 m2
Dry cleaning minimal 20 m2
Dapur minimal 60% dari keseluruhan ruang makan.

f. Fasilitas tambahan berupa pertokoan, kantor biro perjalanan,

maskapai penerbangan, drug store, ruang konvensi, banquet hall,


fasilitas olahraga dan rekreasi, sauna dan pijat.

5. Hotel Bintang V
a. Jumlah kamar minimum 96 kamar +4 suite room
b. Ukuran kamar + kamar mandi minimum
Kamar single : 24 m2
Kamar duble : 28 m2

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

38

c. Ruang umum luasnya 3 m2 x jumlah kamar tidur, minimal lobby, bar


(minimal 75 m2), ruang makan (minimal 135 m2)
d. Pelayanan : akomodasi + penitipan barang berharga + penukaran uang
asing + portal service + antar jemput + pelayanan laundry dan dry
cleaning dalam waktu 24 jam.
e. Fasilitas penunjang antara lain :
Ruang lena minimal 0,5 m2 x jumlah kamar tidur
Ruang laundry minimal 30 m2
Dry cleaning minimal 20 m2

Dapur minimal 60% dari keseluruhan ruang makan.

f. Fasilitas tambahan berupa pertokoan, kantor biro perjalanan,

maskapai penerbangan, drug store, ruang konvensi, banquet hall,


fasilitas olahraga dan rekreasi, sauna dan pijat.

II.1.7. Organisasi Fungsional Hotel

Secara prinsip, hotel dapat dibagi menjadi 3 area aktivitas, antara lain:

• Private area
Area ini merupakan area untuk kegiatan pribadi pengunjung, seperti kamar
pada hotel.

• Public area

Area ini merupakan area pertemuan antara yang melayani, yaitu karyawan
dengan yang dilayani, yaitu tamu dan juga tamu dengan tamu lainnya.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

39

• Semi Public area


Area ini merupakan area untuk kegiatan para karyawan terutama
karyawan administrasi, ruang rapat, zona di mana hanya orang-orang
tertentu yang dapat memasukinya.
• Service area
Area ini merupakan area khusus untuk karyawan, di sini segala macam
pelayanan disiapkan untuk kebutuhan pengunjung.
Secara fungsional, hotel mempunyai 2 bagian utama, antara lain:
• Front of the house (sektor depan hotel)
Terdiri dari private area dan public area. Yang termasuk dalam area front of
the house yaitu:
A. Guest Room
Kamar tamu, ruang tempat tamu menginap.
B. Public Space Area

Merupakan tempat dimana suatu hotel dapat memperlihatkan isi dan

tema yang

ingin disampaikan kepada tamunya. Daerah ini menjadi pusat kegiatan

utama dari aktivitas yang terjadi pada hotel, dalam hal ini menjadi jelas
bahwa wajah sebuah hotel dapat terwakili olehnya.

Lobby

Tempat penerima pengunjung untuk mendapatkan informasi,

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

40

menyelesaikan masalah administrasi dan keuangan yang bertalian


dengan penyewaan kamar.
Ruang-ruang yang termasuk dalam lobby:
o Entrance hall
Ruang penerima utama yang menghubungkan ruang luar atau

main entrance dengan ruang-ruang dalam hotel. Bersifat terbuka


dengan besaran ruang yang cukup luas.

o Front desk / Reception desk

Terdiri atas ruang-ruang personil front desk yang berfungsi untuk


memproses dan mengelola administrasi pengunjung.
o Guest elevator
Sebagai sarana sirkulasi vertikal untuk para tamu dari lobby atau
public area menuju guest room atau fungsi lainnya di atas.
o Sirkulasi
Merupakan hal penting dalam publik area yang berfungsi sebagai
sarana untuk menghubungkan fungsi-fungsi di dalamnya untuk
kegunaan pengunjung.
o Seating Area
Menyediakan wadah bagi tamu untuk beristirahat atau sekedar
berbincangbincang. Sarana ini sangat berguna untuk terjadinya
kontak sosial di antara pengunjung.
o Retail Area

Berfungsi untuk menyediakan kebutuhan pengunjung sehari-hari

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

41

o Bell man

Sebagai sarana pelayanan kepada tamu yang baru datang atau

hendak meninggalkan hotel dengan pelayanan berupa


membawakan koper-koper pengunjung.

o Support function

Sebagai sarana penunjang untuk tamu yang berada si publik area,


antara lain seperti toilet, telepon umum, mesin ATM, dan lain-
lain.

o Consession space

Pada dasarnya ruang-ruang ini termasuk retail area, tetapi untuk

hotel berbintang, ruang-ruang konsesi ini terpisah sendiri dan


merupakan bagian dari publik area, yang antara lain terdiri dari:

- Travel agent room

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

42

Yaitu ruangan yang disediakan untuk berbagai macam penemuan


antara lain:

• Pameran

• Seminar

• Pertemuan / pernikahan

Area rekreasi
Daerah yang dipergunakan oleh para pengunjung untuk berekreasi,
berolah raga, santai dan lain-lain, yang antara lain:

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

43

• Swimming pool • Food court


• Retail area • Kolam dan kanal buatan , Amphitheatre + Dancing Fountain


Taman


Sarana olahraga


Fitness

Spa dan Sauna

Back of the house (sektor belakang hotel)
Terdiri dari area servis. Yang termasuk back of the house yaitu: Daerah
dapur dan gudang (food and storages area)
Area ini merupakan gudang penyimpanan makanan dan minuman.
Terdapat gudang kering dan gudang basah, disesuaikan dengan
kebutuhan makanan dan minuman yang dimasukkan.
Daerah bongkar muat, sampah dari gudang umum (receiving, trash and
general storage area)
Area ini merupakan tempat turun naiknya barang dari dan ke dalam
mobil pengangkut.
Daerah pegawai / staff hotel (employees area)

Area ini merupakan ruang karyawan yang berisi loker untuk


karyawan, gudang, dll.

Daerah pencucian dan pemeliharaan (laundry and housekeeping)

Untuk hotel berbintang, laundry berukuran cukup luas dan berfungsi

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

44

sebagai tempat mencuci, mengeringkan, setrika, dan mesin press yang

digunakan untuk melayani tamu dan juga karyawan. Pada area

housekeeping, terdapat ruang kepala dan asisten departemen, gudang,


tempat menjahit kain, sarung bantal, gorden, dll. Yang disiapkan untuk
melayani tamu hotel.
Daerah mekanikal dan elektrikal (Mechanical and Engineering Area)
Ruang ini berisi peralatan untuk heating dan cooling yang berupa

tangki dan pompa untuk menjaga sistem operasi mekanikal secara

keseluruhan. Yang harus diperhatikan adalah bahwa ruang publik juga harus

berhubungan dengan ruang pelayanan dan mempunyai batas yang jelas,

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

45

sehingga bagian publik tidak terganggu dengan aktivitas servis. Untuk itulah,

Hotel

Kamar Tamu
Administrasi
Public space
Lobby

F&B outlet Area rekreasi

R. serbaguna Area parkir

Diagram 2.3 Penzoningan Area Privat, Publik dan Semipublik pada Hotel
Sumber: Analisis Pribadi

penzoningan berdasarkan jenis area sangat penting.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

46

II.1.8. Karakter Pengunjung Hotel

Menurut tujuan kedatangannya, pengunjung hotel terbagi dua, yaitu

untuk tujuan bisnis dan wisata. Karakteristik pengunjung hotel dapat dibagi
atas:

Tabel 2.1. Karakteristik pengunjung hotel:

Jenis Karakter Tujuan Tipe kamar


Pengunjung Pengunjung
malam profesional  Rapat memiliki area ganti
pelatihan dan pakaian
Bisnis  75% pria,
perdagangan
25% wanita  Terdapat area
Group •HargaSingle
tidakatau Konvensi dan  kerjaKing,
yang twin,
baik
double
dipermasalahkan konferensi doubledouble

Peroran • Menginap 2-  Perkumpulan Kamar mandi yang


King
4 Kerjasama
gan
bisnis Kamar
 Perdagangan mandi
 Konvensi dan standar dengan
• Single  shower 
konferensi Terdapat area
Menginap 1-2
kerja
malam
• 85% pria,
15% wanita
Sangat
memperhitungka
n biaya

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

47

Wisata
Keluarg • Liburan keluarga Double-double,
a Double-plus king, sofa,
• Bertamasya
(termasuk kamar
anakanak) • Olahraga, aktivitas berdekatan
1-4 malam, keluarga
 Area duduk dan
bahkan lebih televisi
lama di area Kamar mandi
resort
 Harga Memiliki
balkon, teras, dan
menengah jalan masuk dari
luar
Pasanga Double Tour, clubs, King
n perkumpulan 
• 1-7 • Area makan
ma Bertamasya dan
la  kerja
m
Teater,berolahraga • Areapenyimpa
• Ha Liburan akhir nan
rga pekan Kamar mandi
menengah ke  Belanja, liburan
atas
Single  Single Tour, clubs, Queen
• Profesional perkumpulan  Area makan dan
muda Budaya, seni, teater kerja
• Harga  berbelanja Kamar mandi

menengah ke atas standar

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

48

II.1.9. Perkembangan Hotel di Indonesia


Dalam buku Hotel Management, Sihite (2000:63) mengatakan hotel
berfungsi sebagai suatu sarana untuk memenuhi kebutuhan tamu (wisatawan
atau pelancong), sebagai tempat tinggal sementara selama berada jauh dari
tempat asalnya.
Seiring dengan perkembangan kedatangan wisatawan asing ke
Indonesia yang lebih memerlukan sarana akomodasi pariwisata bersifat
memadai, maka semasa penjajahan kolonial Belanda, mulai berkembanglah
hotel-hotel di Indonesia.
Menurut buku Pariwisata Indonesia dari Masa ke Masa, tercatat hotel-

hotel yang sudah hadir pada saat itu diantaranya :

• Jakarta, dibangun Hotel Des Indes, Hotel Der Nederlanden, Hotel Royal
dan Hotel Rijswijk.

• Surabaya, berdiri Hotel Sarkies dan Hotel Oranje.

• Semarang, berdiri Hotel Du Pavillion.

• Malang, Palace Hotel.

• Solo, Slier Hotel.

• Yogyakarta, Grand Hotel ( sekarang Hotel Garuda )

• Bandung, Hotel Savoy Homann, Hotel Preanger dan Pension Van Hangel ( kini Hotel
Panghegar ).

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

49

• Bogor, Hotel Salak.


• Purwokerto, Hotel de Boer dan Hotel Astoria.

• Makasar, Grand Hotel dan Staat Hotel.

Setelah periode pemerintahan Orde Baru, pembangunan dan kehadiran

hotel di Indonesia sangat berkembang pesat. Terutama setelah masuknya

beberapa manajemen hotel international yang banyak merambah ke kota-kota


besar di Indonesia.
Sejalan dengan berkembangnya hotel di indonesia ,wajah arsitektur
hotel di Indonesia pun sangat berkembang dan inovatif. Hal ini menjadi satu
tolak ukur sejarah baru untuk hotel di Indonesia.
Adapun peranan usaha perhotelan dalam menunjang pembangunan
bangsa dan negara, antara lain:

• Meningkatkan industri dan penghasilan masyarakat

• Menciptakan lapangan kerja sekaligus alih teknologi

II.1.10. Perkembangan Hotel di Purwokerto


Perkembangan hotel di Purwokerto mengalami pertumbuhan yang
sangat baik, tercatat ada beberapa hotel berbintang dan berskala internasional

yang tertarik untuk mengembangkan usahanya di Purwokerto, salah satunya

adalah Hotel Aston yang dibangun dengan investasi 50 milliar, jumlah yang

sangat fantastis dan ini mungkin sudah diperhitungkan oleh investornya yang

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

50

percaya akan perkembangan ekonomi di kota Purwokerto, kebijakan

pemerintah daerah yang sangat mendukung dunia investasi merupakan salah

satu pemicu yang menarik bagi para investor untuk dapat menanamkan

bisnisnya di Purwokerto, kemudian ada juga Hotel Santika walaupun


pembangunannya agak terhenti mudah-mudahan dapat juga tetap dilanjutkan
dan terselesaikan pada akhirnya.
Sementara untuk hotel-hotel yang telah beroperasi, ada beberapa yang
tengah berbenah dan mengembangkan usahanya antara lain Hotel Wisata
Niaga yang terletak di jalan Merdeka dan Hotel Astro yang sedang

mempercantik diri dengan fasilitas pendukung seperti café, tempat karaoke,


billiard dan ruang meeting.

Purwokerto merupakan kota yang cukup pesat pertumbuhan

ekonominya setelah kota Semarang dan kota Solo, sehingga sarana


pendukung seperti hotel sangat dibutuhkan sebagai sarana penunjang kegitan
bisnis di kota Purwokerto, meskipun boleh dibilang cukup banyak hotel di
Purwokerto, diperkirakan ada sekitar 170 hotel baik yang berkelas bintang
sampai yang melati, semua dapat hidup dan beroperasi dengan baik, ini
menandakan perekonomian Purwokerto sangat kondusif.
Adapun daftar hotel yang berada di Purwokerto berdasarkan bintang
antara lain:
Tabel 2.2. Daftar Hotel di Purwokerto

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

51

Nama Hotel Bintang Alamat

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

52

Dynasti Hotel *** Jl. Dr Angka No. 11 Purwokerto


Queen Garden Hotel *** Jl. Baturaden Munegangsari, Purwokerto
Rosenda Hotel *** Jl. Pariwisata Baturaden
Borobudur Hotel *
Jl. Yos Sudarso No. 32, Purwokerto
Palapa Hotel * Jl. S. Parman, Purwokero
Puri Wisata Hotel Jl. Raya Baturaden
Astro Hotel Jl. Suparjo Rustam Km. 4 Purwokerto
Cendrawasih Hotel Jl. Jend. Sutoyo, Purwokerto
Mutiara Hotel Jl. Gatoto Subroto No. 70, Purwokerto
Darajati Hotel Jl. HR. Bunyamin Purwokerto
Wisata Niaga Hotel Jl. Merdeka Purwokerto
Atrium Resort and Hotel Jl. Supardjo Rustam Purwokerto
Green Valley Hotel Jl. Raya Baturaden km. 8 Purwokerto
Moro Seneng Hotel Jl. Raya Baturaden km. 13
Ardi Kencana Hotel Jl. Raya Baturaden
Perhutani Alam Wisata Jl. Bumi Perkemahan Wana Wisata Baturaden
Resort Prima Hotel Jl. Pariwisata Baturaden
Madurodam Hotel Jl. Pariwisata 99, Baturaden
Asri Hotel Jl. Raya Baturaden
Orlando Hotel Jl. DI. Panjaitan, Purwokerto
Teratai Mas Hotel Jl. DI. Panjaitan, Purwokerto
Pandawa Hotel Jl. Gatot Subroto No. 08

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

53

Tiara Hotel

Jl. Jend. S. Parman No. 130, Purwokerto

Wijaya Hotel Jl. Gerilya Timur, Purwokerto


Anggrek Hotel Jl. Dr. Soeparno No. 100
Cahya Nirwana Hotel Jl. Kol. Sugiono P, Purwokerto
Fatmaba Hotel Jl. Kedungbulu, Ajibarang
Arya Guna Hotel Jl. Raya Buntu
Kelapa Gading Indah Jl. Raya Timur No. 1317,

Sumber: http://hotelpurwokerto.com

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

54

II.2.TINJAUAN SHOPING MALL

II.2.1. Pengertian

Terdapat beberapa pengertian shopping mall, yaitu:

• Shopping mall diartikan sebagai suatu area pergerakan (linier) pada suatu

area pusat bisnis kota yang lebih diorientasikan bagi pejalan kaki;
berbentuk pedestrian dengan kombinasi plaza dan ruang-ruang
interaksional (Rubinstein, 1978).
• Shopping mall adalah shopping mall yang berintikan satu atau beberapa
departemen store besar sebagai daya tarik dari retail-retail kecil dan rumah
makan dengan tipologi bangunan seperti toko yang menghadap ke koridor

utama mall atau pedestrian yang merupakan unsur utama dari sebuah

shopping mall, dengan fungsi sebagai sirkulasi dan sebagai ruang komunal

bagi terselenggaranya interaksi antarpengunjung dan pedagang ( Maitland,

1987).

• Shopping mall sebagai kelompok kesatuan komersial yang dibangun pada


sebuah lokasi yang direncanakan, dikembangkan, dimulai dan diatur
menjadi sebuah unit operasi, berhubungan dengan lokasi, ukuran, tipe toko,
dan area perbelanjaan dari unit tersebut. Unit ini juga menyediakan parkir
yang dibuat berhubungan dengan tipe dan ukuran total toko-toko (Urban
Land Institute, 1997).

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

55

II.2.2. Klasifikasi Shopping mall


II.2.2.1. Menurut Bentuk Fisik
Pusat Perbalanjaan dapat digolongkan dalam tujuh bentuk, yaitu:
1. Shopping Street, yaitu deretan pertokoan di sepanjang sisi jalan.
2. Shopping Centre, yaitu komplek pertokoan yang terdiri dari stand-stand
(toko) yang disewakan atau djual.

3. Shopping Precint, yaitu komplek pertokoan dengan stand menghadap ke


ruang terbuka yang bebas dari kendaraan.

4. Departement Store, merupakan toko yang sangat besar, biasanya terdiri dari beberapa lantai
yang menjual macam-macam barang termasuk pakaian. Perletakkan barang-barang memiliki
tata letak yang khusus, memudahkan sirkulasi dan memberikan kejelasan akses. Luas lantai

berkisar 10000-20000 m2.


5. Supermarket, mempunyai toko-toko yang menjual barang kebutuhan sehari-hari dengan
sistem self service. Area penjualan makanan tidak melebihi 15% dari seluruh area penjualan.
Luas lantai berkisar 1000-

2500 m2.

6. Department store dan supermarket, merupakan bentuk-bentuk


perbelanjaan modern dengan penggabungan dua jenis perbelanjaan.

7. Super store merupakan toko satu lantai yang menjual macam-macam


barang kebutuhan sandang dengan sistem self-servixe dengan luas 5000-
7000 m2 dan luas area penjualan maksimum 2500 m2. 4

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

56

II.2.2.2. Menurut variasi barang yang dijual 4


1. Speciality Shop, pertokoan yang menjual hanya satu jenis barang.
2. Variety and General Household Store, pertokoan yang menjual dengan
harga murah.
3. Super Market, pertokoan eceran yang sebagian besar menjual makanan
dan dilengkapi dengan barang-barang rumah tangga.
4. Hyper Market, pertokoan yang menjual barang-barang kebutuhan rumah
tangga dengan harga relative murah, swalayan dalam jumlah besar dan
pembayaran kontan.
5. Departement Store, usaha penyediaan kebutuhan masyarakat mulai dari
jenis makanan kepada peralatan dan bahan kebutuhan rumah tangga serta
jasa.

II.2.2.3. Menurut jenis barang yang diperdagangkan 6

1.
Convenience Store, toko yang menjual barang kebutuhan yang bersifat
member kesenangan belaka, seperti toko aksesoris dan toko mainan.

2.
Demand Store, toko yang menjual berbagai kebutuhan sehari-hari, missal
toko makanan, pakaian.

4 Agung 1997, mengutip David Mun, 1981, h-14


6
Endin, 1997, mengutip Nadine 1982, h-23

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

57

Gruen, Victor, 1960, p-23


3.
Impulse Store, toko yang menjual barang-barang yang sifatnya

memberikan penampilan khusus, missal yang menjual parfum, jam


tangan, jas.

II.2.2.4. Menurut sifat barang yang diperdagangkan 5

1. Cair, missal sirup dan makanan botolan.


2. Kering, misal pakaian, ikat pinggang.
3. Tahan lama, missal sepatu, arloji.
4. Mudah rusak, missal buah-buahan, roti.
II.2.2.5. Menurut penyajian barang yang diperdagangkan 6
1. Table Fixture atau Meja Menerus, biasanya untuk tempat buku-buku.
2. Counter Fixture atau Almari Rendah, missal untuk tempat mainan
anakanak.
3. Cases Fixture atau Almari Transparan, missal untuk pakaian sejenis,
sewarna dalam keadaan terlipat.
4. Box Fixture atau Kotak Terbuka, missal untuk pakaian-pakaian yang
diobral.
5. Rack Fixture atau Rak Terbuka, missal untuk tempat sepatu, peralatan
mandi.

5 Guntoro, 1997, Shopping Mall di Lampung


6 ibid 9 Dedy, 1984, dikutip Guntoro,
h-20

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

58

6. Hanging Lose atau Almari Penggantung, missal untuk kemeja, jaket, jas.

7. Etalase atau Ruang Peraga, berfungsi untuk memajang pakaian atau


produk-produk baru dengan penataan menarik.

II.2.2.6. Menurut Sistem Pembelian9

1.
Grosir, pertokoan yang menjual barang dalam jumlah besar, transaksi
dapat dilakukan di toko dan disana hanya tersedia samplenya saja.

2.
Eceran (retail), toko yang melayani penjualan dalan jumlah satuan, jenis ini
menawarkan banyak variasi dalam hal barang yang ditawarkan.

II.2.2.7. Menurut Lingkup Pelayanan10

1. Neighbordhood Center (Shopping mall Lokal), jangkauan pelayanan

antara 5.000-40.000 penduduk skala lingkungan. Luas area lebih kurang

30.000-100.000 sqq.ft. (2..87-9.290 m2). Unit terbesar berupa

supermarket atau bersifat eceran.


2. Community Center (Shopping mall Distrik), jangkauan pelayanan antara
40.000-150.000 penduduk dalam skala lingkungan. Luas area lebih
kurang 100.000-300.000 sq.ft. unit terbesar berupa junior Departement
Store dan jenis-jenis toko.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

59

3. Main Center (Shopping mall Regional), jangkauan pelayanan antara


150.000-400.000 penduduk dalam skala lingkungan. Luas area berkisar
antara lebih kurang 300.000-1.000.000 sq.ft. (27.870-92.990 m 2). Unit
terbesar berupa junior Departement Store, Departement Store dan
jenisjenis toko.

II.2.3. Jenis-jenis Mall


II.2.3.1. Menurut Rubenstein7
1. Full Mall, terbentuk atas ruas jalan tertutup yang semula digunakan untuk lalu

lintas kendaraan, kemudian berkembang menjadi pedestrian atau plaa linier

dengan perkerasan paving block dan dilengkapi furnishing

(pepohonan,bangku, lampu, patung/sculpture, dan air mancur).

2. Transit Mall, sebuah transit atau jalur transit merupakan pengembangan dari

jalur pergerakkan kendaraan yang hanya memperbolehkan angkutan umum

seperti bus taksi. Perparkiran dilarang, area pejalan kaki diperluas dan fasilitas
kenyamanan ditambah.

7 Rubenstein,Harvey,M.,”Padestrian Malls,Streetscapes,and Urban Spaces”, h-3,4

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

60

10
Gideon Golany, dikutip Guntoro, TA/UII,1997

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

61

3. Semi Mall, pada jenis ini terisi kegiatan lalu lintas namun perparkiran

dikurangi. Pola pedestrian berkembang sebagai akibat dipertingginya nilai

dengan pola perkerasan paving, pepohonan, perlengkapan jalan (bangku,


lampu, dan kenyamanan lain).

II.2.3.2. Menurut Mithland12


Open Mall (Mall Terbuka)
Mall ini memiliki keuntungan; menghasilkan kesan luas, perencanaan teknis
yang mudah. Kerugian dari open mall adalah sulitnya pengaturan suhu
kenyamanan (climatic control) dan kesan pewadahan kurang.
Enclosed Mall (Mall Tertutup)
Keuntungan mall ini adalah kenyamanan klimatik dapat diatur. Kerugiannya
adalah mahalnya biaya dan ruangan terkesan sempit.
Integrated Mall (Mall Campuran)
Mall campuran adalah penggabungan dari open mall dan enclosed mall. Biasa
berupa mall tertutup dengan akhiran mall terbuka. Munculnya bentuk
campuran ini sebagai antisipasi terhadap keborosan energi dan perencanaan
klimatik, mahalnya pembuatan dan perawatan mall tertutup. Mall ini juga
berusaha untuk mengkonsentrasikan daya tarik pengunjung pada mall
tertutup.

II.2.4. Mall sebagai perwujudan kota 8

Shopping Mall juga merupakan gambaran dari sebuah kota yang terbentuk
oleh suatu elemen-elemen:

8 Rubenstein,Harvey,M.,”Padestrian Malls,Streetscapes,and Urban Spaces”, h-25 commit to


user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

62


Magnet (Anchor):

Merupakan transformasi dari “node” yang dapat berfungsi sebagai land


mark. Dalam shopping mall dapat diwujudkan dengan plaza.


Magnet Sekunder:

12
Maithland,Bary,.”Shopping Malls,Planning and Design”,1978
Merupakan transformasi dari “district” perwujudannya berupa took

pengecer, retail store, supermarket, superstore, dan bioskop.

• Street Mall

Merupakan transformasi “path” perwujudan berupa pedestrian yang

menghubungkan magnet-magnet.
Landscaping:
Merupakan transformasi dari
edge”“ sebagai pembatas pusat pertokoan di
tempat-tempat luar.

II.2.5. Karakter Dasar Shopping Mall


14
Karakter shopping Mall menurut Maithlandmemiliki karakter
sebagai berikut:
Koridor : tunggal
Lebar koridor : 8-16 meter
Lantai : maksimal 3
Parkir :mengelilingi bangunan mall (tidak ada parkir di dalam
bangunan)

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

63

a.
b.
c.
d.

e. Pintu masuk : dapat dicapai dari segala arah

f. Atrium : disepanjang koridor

g. Magnet : disetiap akhir koridor (hubungan horizontal)

h. Jarak antar magnet: 100-200 meter

II.2.6. Bentuk Massa Bangunan Shoping Mall

Bentuk massa bangunan menentukan pola sirkulasi didalamnya.

Bentuk ini sedikitnya akan mempengaruhi sukses tidaknya sebuah mall. Di


Amerika Serikat, perencanaan suatu mall biasanya menggunakan bentukbentuk
yang sederhana,missal bentuk T, I, atau L. ini sesuai dengan konsep mall yang
mempunyai akses ke dalam dengan koridor tunggal, sehingga

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

64

14
Dedy, 1994, h-17, dikutip Guntoro

semua outlet berpeluang sama untuk dikunjungi. Beberapa contoh kasus

shoping mall yang sukses dengan bentuk sederhana di Amerika Serikat

adalah: York Dale dengan bentuk L di kota Toronto, Explanade Oxnar dengan

bentuk I yang terletak di kota California, dan Franklin Park Mall dengan

bentuk T di kota Ohio,Toledo. Di Amerika telah diteliti bahwa dimensi


panjang sebuah mall minimal 180 meeter sampai maksimal 240 meter.
Ketentuan tersebut tidak mutlak, tetapi dalam perencanaan suatu mall, tidak
boleh terlalu panjang karena akan membuat pengunjung merasa lelah berjalan
ke ujung mall. Untuk mengantisipasi kelelahan pengunjung biasanya telah
direncanakan sebuah anchor/magnet di tempat-tempat tertentu dengan jarak
antara lebih kurang 100-200 meter. Anchor tersebut dapat berupa: square,
courts, food court atau tempat-tempat santai lainnya yang dimaksudkan supaya
pengunjung dapat melupakan kelelahan dan melanjutkan sampai ke ujung mall.
Anchor tersebut minimal 10% dari total luas lantai dengan pertimbangan total
area mewadahi keluberan (termasuk court dan square). Perencanaan mall
biasanya juga cenderung horizontalism dengan penetapan takaran arsitektur
seperti proporsi,skala, simetri, balance, dan dimensi yang dapat diterapkan
kedalam fisik bangunan.

II.2.7. Fasilitas yang biasa terdapat pada suatu Mall:


Sport Center

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

65


Cinema/Cineplex/Theater


Community Hall


Swimming Pool

Disco/Scate/Ice Scate

Medical Centre

Area Bermain

II.2.8. Pelaku Kegiatan dalam Shopping Mall

Pelaku dalam kegiatan Shopping Mall terbagi atas:

a. Pengunjung

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

66
b. Tenant atau penyewa
c. Supplier
Pengelola
Bagan pelaku dan kegiatan dalam Shopping Mall

Bangunan Shopping Mall

Pengunjung Penyewa Suplier Pengelola


Tujuan Dept.Store Memasok barang Meliputi:
Belanja Supermarket yang dibutuhkan General Manager
Rekreasi Book Store oleh Tenant Staff-staff:
Jalan-jalan Retail-retail Sales and
Makan : Marketing
Administrasi
Accounting
Cleaning Service
Main. Building
Security
d.

Diagram II.4. Pelaku dan Kegiatan dalam Shopping Mall

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

67

(Sumber: Analisa Pribadi)

II.2.9. Jenis-jenis Kegiatan

Kegiatan pelayanan untuk tenant dan supplier antara lain:


Distribusi barang


Penyimpanan dan penyajian barang

Kegiatan perpindahan dan pergerakkan pelaku Kegiatan pengelola antara
lain:

Kegiatan operasional

Kegiatan manajemen


Kegiatan pemeliharaan

II.2.10. Tinjauan Shopping Mall


1.
Mall sebagai fasilitas sebuah kota
Pusat kota dapat terbentuk oleh hadirnya sebuah fasilitas komersial yang
mampu menjadi generator kota. Mall perbelanjaan merupakan satu elemen
pembentuk struktur komersial kota. Suatu bentuk mall yang berhasil tidak
dapat dipisahkan dari area pusat kota dan kota secara keseluruhan
(Frederick Gibbert, 1959).
Selain itu, mall juga tidak dapat dipisahkan dari kebiasaan masyarakat
yaitu mudah dijangkau baik dengan berjalan kaki, berkendaraan pribadi
maupun dengan kendaraan umum.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

68

2.
Mall sebagai fasilitas penunjang
Melihat makin banyaknya bisnis usaha yang terdiri dari grosir dan retail,
macam-macam industry kota formal, maupun informal menuntut suatu
sarana untuk menyampaikannya kepada masyarakat. Maka untuk
memenuhi kebutuhan tersebut perlu dibangun sebuah mall perbelanjaan

yang didalamnya dapat menampung semua bisnis usaha tersebut diatas

dan untuk sarana semua golongan lapisan masyarakat. Oleh karena itu,

dalam perencanaannya mall perbelanjaan harus benar-benar menjadi


shopping mall yang modern, mudah, nyaman, aman, dan fleksibel.

3.
Mall sebagai sarana rekreasi

Pengertian dari rekreasi adalah bersenang-senang; menciptakan kembali. Maksudnya adalah


menciptakan suasana baru setelah melakukan pekerjaan.
Daya tarik mall adalah terletak pada keanekaragaman fungsi yang
dipadukan dengan desain perilaku control sehingga menciptakan suatu
kedinamisan antara fungsi-fungsi tersebut. Keanekaragaman fungsi

komersial yang terdiri atas barang dan jasa mampu menarik pengunjung

untuk dapat melakukan kegiatan dalam satu tempat dan waktu. Sehingga

pengunjung dapat merasakan sarana rekreatif tersebut dan menjadi

hiburan tersendiri meskipun tidak melakukan aktivitas belanja.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

69

II.3. TINJAUAN ARSITEKTUR HIJAU


II.3.1. Pengertian Arsitektur Hijau
Arsitektur hijau memiliki arti seni dan ilmu merancang bangunan. Dalam artian
yang lebih luas, arsitektur mencangkup merancang secara keseluruhan
lingkungan binaan, mulai dari level makro yaitu perencanaan kota, perencanaan
perkotaan, arsitektur lansekap, hingga ke level mikro yaitu desain perabot dan
desain produk. Arsitektur juga merujuk kepada hasil–hasil proses perancanggan
tersebut.
( sumber www.wikipedia.com)
Dalam pengertian yang lebih mendalam, arsitektur hijau berarti wawasan
arsitektur yang memadukan tidak hanya nilai arsitektur umum (kekuatan, fungsi,
kenyamanan, biaya, estetika) tetapi juga dimensi–dimensi lingkungan

berdasarkan kepedulian tentang lingkungan global alami dengan penekanan

pada efisiensi energi (energi efficient), Pola berkelanjutan (sustainable), dan

pendekatan holistic (holistic approach untuk meminimalkan kerusakan–


kerusakan yang terjadi.

II.3.2. Makna dan lambang Arsitektur Hijau

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

70

Gambar 2.1.Lambang Arsitektur Hijau


(Sumberwww.wikipedia.com
: )
Lambang di atas memiliki arti sederhana yaitu :
1. Recycle
Pengolahan kembali, yaitu mengupayakan apapun
digunakan
yang dan
dihasilkan pada proses membangun akan dapat diolah untuk didaur ulang
agar dapat dimanfaatkan untuk kebutuhan orang lain.
2. Reduce
Mengurangipemanfaatan
barang–barang
yang berasal dari
alam.
Pengurangan
yang dilakukan akan memberi pengaruh secara global, baik itu

keberadaan materi itu sendiri di bumi secara kuantitas maupun pengaruhnya


terhadap energi saving yang dengan sendirinya berlangsung.

3. Reuse

Penggunaan kembali, yaitu pemanfaatan kembali material yang telah ada,

tanpa menekankan ego dalam pemanfaatan material baru akan menghemat


energi content yang terbuang.

II.3.3. Perlunya Arsitektur Hijau


Mengapa harus menggunakan arsitektur hijau? Tentu saja ada banyak alasan.
Meskipun biaya arsitektur hijau hampir sama dengan bangunan konvensional,

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

71

tetapi arsitektur hijau lebih estetis, nyaman, dan biaya operasiionalnya relatif
rendah. Arsitektur hijau lebih merespon terhadap panas,
dingin, atau pencahayaan dalam bangunan. Karena mengkonsumsi sedikit

energi, arsitektur hijau lebih sedikit polusi. Biaya utilitas yang rendah

membuatnya lebih mudah untuk dipenuhi. Selain itu, arsitektur hijau lebih

sehat karena hampir dari 80% waktu dari penghuni bangunan dihabiskan di

dalam bangunan.
Beberapa alasan untuk selalu menggunakan arsitektur hijau dalam mendesain
bangunan yaitu:
1. Menguntungkan dari segi ekonomi
Arsitektur hijau selalu berusaha menggunakan prinsip – prinsip
efisiansi terhadap energi, air, maupun limbah. Hal ini menurunkan biaya
operasional dan perawatan banguanan. Berbagai keuntungan – keuntungan
tersebut mendorong kesadaran masyarakat untuk menggunakan desain
dengan prinsip arsitektur hijau. Dalam berbagai proyek bangunan seperti
perumahan dengan konsep green architecture, ternyata lebih laku dibanding
perumahan dengan bangunan konvensional, sehingga lebih menguntungkan
bagi pengembang.
2. Menghemat konsumsi energi
Dalam ukuran yang sama arsitektur hijau akan lebih hemat energi

jika dibanding dengan bangunan konvensional. Pengurangan energi hingga

50% cukup mudah dicapai, dan pengurangan sebesar 80%-90% dapat


dicapai apabila bangunan didesain dengan baik.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

72

3. Meningkatkan Produktivitas

Dalam bangunan yang mewadahi para pekerja, penggunaan

arsitektur hijau dapat meningkatkan produktivitas sebesar 6% -15% bahkan

lebih. Hal ini dikarenakan kualitas ruangan yang tercipta lebih baik sehingga
para pekerja merasa nyaman dan dapat menyelesaikan
pekerjaannya dengan baik dan lebih cepat.

4. Ramah terhadap lingkungan

Desain yang kurang sesuai dapat merusak lansekap, mengurangi

produksi hasil pertanian dan merusak habitat liar. Penggunaan arsitektur

hijau akan menjaga habital alami dan kealamian lansekap. Penggunaan

material secara efisien juga dapat mengurangi kerusakan hutan yang


berdampak buruk terhadap lingkungan.
5. Meningkatkan kesehatan
Bangunan dengan desain yang kurang baik dapat menurunkan
kualitas kesehatan penghuninya. Penyakit–penyakit yang ttimbul misalnya;
sakit mata, sakit kepala, sakit telinga, flu yang diakibatkan pencahayaan
yang kurang, kulaitas penghawaan yang kurang baik, sistem akustik yang
buruk. Dalam arsitektur hijau digunakan pencahayaan alami yang
dikombinasikan dengan pencahayaan buatan, penghawaan alami,
penggunaan material yang bebas racun, dan desain struktur yang ramah
lingkungan sehingga gangguan kesehatan akibat kualitas bangunan dapat
dikurangi.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

73

II.3.4. Unsur Pokok dalam Arsitektur Hijau

Unsur pokok dalam arsitektur hijau mengacu pada pola manusia tradisional

yang mengenal empat unsure yang menjadi dasar dari penyusunan segala jenis

material yang ada di alam. Elemen – elemen tersebut dianggap sebagai pokok

permasalahan dari hubunga timbale balik antara arsitektur (bangunan) dengan


lingkungan. Keempat unsur itu yaitu :

1. Bumi (Tanah)

Merupakan sumber bahan bangunan baik bahan bangunan tradisional seperti


batu, pasir, tanah liat, logam, sulfur, ataupun bahan bangunan modern seperti
semen Portland untuk bahan dasar beton, baja, kaca, alumunium, plastic dan
bahan sintesis lainnya. Setiap bahan bangunan pada dasarnya merupakan
pinjaman yang pada kemudian hari harus kita kembalikan lagi kepada alam.
Manusia pada generasi sekarang harus dapat mempersiapkan generasi yang

akan datang agar mampu mengembalikan atau mempertahankan bahan


bangunan tersebut agar tidak mengalami kerusakan.

2. Udara

Udara merupakan kebutuhan dasar bagi makhluk hidup untuk bernafas agar
tetap hidup. Makin tercemar udara, pernafasan akan semakin sulit dan kualitas
kehidupan manusia akan menurun. Polusi udara juga berdampak buruk pada
lingkungan yaitu timbulnya ozon dan pemanasan global.
3. Air
Bumi ini terbentuk dari daratan dan perairan. Perairan yang terdiri atas lautan,
sungai – sungai, lapisan es pada kutup, serta air bawah tanah mempunyai

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

74

volume yang dominan yaitu sebesar 1,384 x 106 km3. Dan banyaknya air
tersebut 97,4 % merupakan air asin dan 2,6 % merupakan air tawar. Penggunaan
air yang berlebihan serta pencemaran yang terus menerus mengakibatkan
penurunan kualitas air.
4. Api (energi)
Energi selalu dibutuhkan oleh makhluk hidup untuk melakukan aktifitasnya.
Pembangkitan energi selalu membebani lingkungan alam. Energi dapat

digolongkan menjadi dua yaitu energi yang dapat diperbaharui dan energi yang
tidak dapat diperbaharui.

II.3.5. Hemat Energi

Dalam mendesain atau merancang bangunan sebaiknya tidak hanya

mempertimbangkan pembiayaan pada operasional bangunannya saja, tetapi

juga mempertimbangkan pada pembiayaan awal pembangunan dan proses


pembuatannya. Desain bangunannya juga hatus mampu memodifikasi iklim
lingkungan sekitarnya agar dapat berguna dalam bangunan bukan dengan
merubah lingkungan yan sudah ada.

a. Strategi perancangan bangunan hemat energi:

1. Lokasi site

- Ketinggian lokasi yang berpengaruh pada pemanfaatan angin dan sinar

matahari

- Pemanfaatan potensi lingkungan semaksimal mungkin

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

75

- Pemanfaatan topografi, dimensi, dan aliran air tanah


2. Perletakan dan orientasi bangunan
- Pemanfaatan panjang bangunan pada sumbu timur dan barat -
Perancangan overhang pada sisi-sisi riskan bangunan
- Perletakan ruang-ruang servis pada area beban tinggi (barat)
- Mengurangi bukaan langsung arah barat
- Penanaman vegetasi sebagai peneduh dan penyegar ruang pada area
penerima beban panas dan angin yang besar
3. Penyediaan pergantian ruang
- Menyediakan ventilasi yang bekerja terus menerus
- Meletakkan ruang-ruang berjendela dengan pertimbangan ventilasi
silang
- Apabila ruang dirancang menggunakan AC, minimalkan volume ruang,

dan hindari bukaan langsung

4. Elemen bahan bangunan untuk atap, dinding, dan lantai

- Pemilihan bahan lokal yang sudah mempunyai kemampuan adaptasi

terhadap iklim lokal

- Ketahanan bahan pada akibat-akibat tak terduga dalam operasional

bangunan
- Kemudahan dan ketahanan dalam pemasangan
- Kesesuaian biaya yang tersedia
5. Pemilihan struktur dan konstruksi bangunan
- Pertimbangan kondisi tahan gempa

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

76

- Pertimbangan kondisi tahan angin


- Pertimbangan kondisi tahan api

6. Program dan penataan massa bangunan

- Penentuan jumlah dan bentuk serta ketinggian massa yang tidak

mengurangi potensi alam

- Perletakan tidak menghambat laju angin


- Perletakan tidak menghalangi ruang lain untuk mendapatkan sinar
matahari kecuali memang tidak diperlukan
- Perletakan tidak mengganggu akses ke ruang lain
7. Utilitas dan perabot penunjang kegiatan
- Pertimbangan sistem utilitas dari awal, instalasi plumbing, dan sanitasi,
listrik, dan lain-lain.
- Sesuaikan perabot dengan luasan dan volume peruangan yang ada
- Ruang-ruang khusus (KM/WC, kamar mandi,dan lain-lain) yang
membutuhkan instalasi khusus, hendaknya diperhitungkan dari awal.
b. Tidak menggunakan material yang merusak lingkungan
Material yang dianggap hijau biasanya termasuk dalam bahan bangunan
yang dapat diperbaharui seperti bahan tanaman bambu, jerami dan kayu yang
berasal dari hutan yang bersertifikat dan harus dikelola secara

lestari, EPA (Badan Perlindungan Lingkungan Hidup) menyarankan untuk

menggunakan barang industri daur ulang, seperti pembongkaran puing dalam

proyek konstruksi. Bahan bangunan harus diolah kembali tetap pada


penggunaan energi hijau dalam bangunan.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

77

c. Terdapat ruang terbuka hiijau dalam bangunan

Kota-kota di Indonesia memiliki masalah dengan keterbatasan lahan

untuk Runag Terbuka Hijau (RTH). Dimana lahan sudah habis terbangun karena
sifat land hungry (lapar lahan), yaitu sifat mengkonsumsi lahan perkotaan untuk
dijadikan built-space (lahan terbangun). Akibatnya jumlah lahan terbuka hijau
16
makin lama makin berkurang. menurut Evawani untuk memperoleh lahan
terbuka hijau.
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan pada Mal Namba Park Jepang,

atap hijau Namba Park dapat mengurangi panas dan menurunkan suhu di

permukaan hingga 170 celcius. Hal ini mengurangi penggunaan energi listrik

untuk mendinginkan suhu ruang. Selain itu dapat berfungsi sebagai ruang

rekreasi untuk menikmati hijaunya taman. Suasana yang hijau dan nyaman
dapat menurunkan stress bagi pengguna bangunan. 17
Adapun fungsi dari ruang hijau (vegetasi), antara lain:
- Sebagai zona relaksasi dan zona hijau hunian
- Sebagai penyedia oksigen
- Sebagai filter
- Sebagai penahan air, yang dapat disimpan (sebagai cadangan air saat
musim hujan)
Di bawah ini terdapat tiga klasifikasi jenis tanaman pada suatu taman atau
ruang hijau dalam sebuah kawasan dan atau bangunan, yaitu:
- Tanaman kering, merupakan tanaman gurun yang membutuhkan sinar
matahari tinggi, sedikit air, dan tingkat kelembapan yang rendah. Yang
termasuk jenis tanaman kering antara lain jenis-jenis kaktus.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

78

- Tanaman air, merupakan tanaman yang media hidup utamanya yaitu air.

Yang termasuk dalam jenis tanaman air antara lain Nymphaea (teratai),

Cyperus papyrus (papyrus), Nulembo nucifera (lotus), Equisentum hyemale (paku


ekor kuda), Thalia dealbata (kana air), Pistia tratiotes

(kubis air), dan sebagainya.

- Tanaman tropis, terbagi menjadi beberapa klasifikasi tanaman, yaitu:


Peneduh, seperti Cerbera manghas (bintaro), Jatropha integerrina (Batavia), Pisonia alba,
flamboyant, asoka, beringin, dan sebagainya.

Pergola, atau dapat digolongkan dalam tanaman merambat. Beberpa

contoh diantaranya yaitu alamanda, mandevila, bogenvil, Ficus


pumilia (dolar), Ipumea pennata (songgolangit), dan sebagainya.


Tanaman berdaun indah, seperti Aglonema, keladi hias, sansivera,

suplir, paku sarang burung, paku pedang, palem kuning, kuping


gajah, dan sebagainya.

Tanaman berbubga, seperti Anthurium, Adenium, mawar,
eurphorbia, krisan, salvia, soka, krosandra, dan tanaman berbunga
lainnya.

Border plant, seperti lili paris, kucai jepang, ophiopogon sp, dan Cuphea hyssopifolia
(cendrawasih), dan lain-lain

Ground cover, seperti sutra Bombay, rumput jepang, rumput

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

79

manila,dolar hijau, dan lain-lain.


d. Pencahayaan alami
Matahari merupakan salah satu sumber energi alami di alam semesta.
Sebagai salah satu sumber energi di alam semesta matahari dapat digunakan
sebagai sumber cahaya maupun sumber energi. Dalam penggunaannya sebagai

sumber cahaya alami pada suatu bangunan, matahari dapat menimbulkan

beberapa masalah dalam penggunaannya. Seberapa bayak cahaya yang masuk


ke dalam bangunan harus dapat diatur sesuai dengan kebutuhan dalam ruang.

e. Penghawaan alami

Penghawaan alami merupakan suatu usaha untuk mendapatkan suasana

yang nyaman di dalam ruangan, dapat dilakukan dengan mengontrol suhu

ruangan, kelembapan, tingkat penerangan, kualitas udara, dan


menyeimbangkan kondisi buruk dari luar yang mempengaruhi iklim mikro
bangunan. Salah satu cara menghasilkan penyegaran alami terbaik adalah
mengusahakan udara terus bergerak di dalam ruangan.
Sumber energi listrik yang terbatas dan biaya pemakaian listrik yang tinggi

memberikan tantangan untuk membuat suatu desain bangunan yang nyaman

dengan memanfaatkan kondisi alam. Selain itu, penggunaan cara penyejuk

udara alami tidak hanya menghasilkan suatu kenyamanan dan penghematan

energi serta biaya, tetapi juga menyederhanakan konstruksi, pembangunan, dan


perawatannya.

II.3.6 Penerapan prinsip Arsitektur Hijau

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

80

1. Green siting and Land use


Tahap pertama yang harus dilakukan dalam mendirikan sebuah
bangunan adalah menentukan site yang sesuai dengan konsep green siting
dan sesuai dengan tata guna lahan yang sudah ada. Hal ini bertujuan untuk
menggabungkan desain dan konstruksi debgan melakukan modifikasi antara
site dan bangunan untik mencapai kenyamanan secara maksimal dan efisiensi
dalam mengoperasionalkan bangunan (www.doerr.org).
2. Site and Land use efficiency
Pengolahan site pada saat proses perancangan juga harus
memperhatikan ketetapan perbandingan KDB dan KDH dalam konteks

arsitektur hijau. Banyak orang yang memiliki pemahaman berbeda – beda

dalam hal ini. Ada anggapan bahwa besaran volume bangunan (koofisien

dasar bangunan / KDB) harus lebih kecil dari koofisien dasar hijau (KDH)

pada total luas lahan. Sesuai standart, perbandingan KDB (50 – 70 %) dan

KDH (30 – 50 %) yang seimbang diharapkan mampu mewujudkan hunian


ideal dan sehat secara konsisten. (sumber : www.beritaiptek.com).

Dalam mendirikan bangunan, sebisa mungkin perlu dihindari


pembukaan lahan baru untuk mendirikan bangunan. Terutama pada lahan–
lahan yang diperuntukkan sebagai lahana pertanian dan lahan konservasi.
Menggunakan lahan yang sudah ada dan sesuai dengan tata guna lahan akan
lebih efisian dibandingkan dengan membuka lahan baru, selain itu dapat
menjaga kelestarian hutan dan lahan pertanian sehingga keseimbangan

ekosisitem tetap terjaga. (sumber : www,doer.org)

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

81

3. Healthy Site

Site yang dipilih sebaiknya memperhatikan faktor–faktor yang

mempengaruhi kesehatan penghuni di dalamnya. Berikut merupakan tabel


analisis site menurut factor kesehatan:
Tabel 2.3. Analisis Site Menurut Faktor Kesehatan
Analisis Site Menurut Faktor Kesehatan
Nilai Uraian Pembatasan
Sumber-sumber kebisingan di
lingkungan site

Nilai yang dianggap baik :


25-35dB (decibel) pada waktu malam
30-40dB (decibel) pada waktu siang hari di
kamar duduk

Pengaruh lingkungan Instalasi yang mengganggu :


oleh · Kawat Listrik 220V-400kV
buatan
· Transformator-transformator listrik
· Kereta api listrik
· Radio, radar, dan televise (frekuensi
tinggi dan gelombang mikro 100- 100.000MHz

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

82

Pengotoran udara d Disamping asap dank abut atau gas, timbul juga
lingkungan i gangguan oleh bau, misalnya : bau harum,
site pembusukan, peragian, zat pelerang, zat klor,
zat lemas dan sebagainya.

Sinar bumi ya Sinar kosmik : sinar matahari, sinar ultra


kosmik, ng violet, infra merah, frekuensi tinggi, dan

berhubung rendah. Sinar yang berhubungan


an dengan atmosfer :
dengan atmosfer ya
Gaya magnet bumi, medan listrik udara,
alternatif ng

Sinar
kosmik
berhubung
an
dengan bumi dan atmosfer radio aktivitas alam dan buatan.
Sinar yang berhubungan dengan bumi :
Gangguan geopatik, aliran air di bawah tanah,
kerusakan dan kelabilan geologic,perubahan
dalam
Sumber: Frick, Heinz, 1995
4. Transport Orientation
Polusi dan dampak lingkungan dari pemakaian mobil dapat
dikurangi dengan menempatkan bangunan di lokasi yang dekat dengan
akses transportasi umun, jalur sepeda, dan akses pejalan kaki menuju
fasilitas umum. Konstruksi jalan yang baik juga menghemat biaya karena
terhindar dari biaya – biaya perbaikan jalan. (sumber: www,doer.org, 23-7-
2011)

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

83

Gambar 2.2. Bangunan dengan akses langsung ke jalan umum

Sumber: dokumen pribadi, 2011

5. Solar Orientation

Orientasi matahari di dalam site menentukan orientasi bangunan di

dalam site. Orientasi bangunan digunakan untuk menghasilkan kantong


sinar matahari (sun pocket) yaitu kondisi dimana mmatahari berada dalam
integritas paling rendah. Sesuai dengan siklus terbit dan tenggelamnya
matahari serta mempunyai sudut jatuh yang kecil. Dengan demikian area
yang tersinari akan lebih besar dan integritas radiasinya akan lebih rendah.

Gambar 2.3. Skematik desain berdasarkan orientasi matahari dan arah angin
Sumber: www.doer.org
6. Wind Orientation
Dalam penggunaannya untuk orientasi bangunan, bukaan–bukaan
dalam banguanan dimaksimalkan pada sisi utara. Jendela–jendela yang besar
dan ventilasi diperbanyak pada sisi barat lau, sehingga pada musim hujan
angin yang sejuk dapat masuk dengan leluasa ke dalam bangunan. Bukaan

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

84

pada sisi selatan sebaiknya dihindari khususnya pada permukaan yang selalu
terkena radiasi matahari pada saat intensitas tinggi.
Menggunakan sistem air pump (pemompaan angin) dan cross
ventilation untuk mendistribusikan udara yang paling bersih dan sejuk ke

dalam ruangan. Caranya dengan membuat jendela di atas atap (cerobong) untuk menciptakan
tekanan udara yang cukup tinggi di atas bangunan supaya udara panas yang ada di dalam
ruangan naik dan keluar keatas,

tekanan udara dalam ruangan menjadi rendah dan udara dari luar ruangan

yang lebih segar akan masuk ke dalam ruangan, sehingga penggunaan AC

(Air Conditioner) dapat dikurangi.

Gambar 2.4. Pola sirkulasi udara menurut jumlah dan letak ventilasi
Sumber: YB. Mangunwijoyo
7. Vegetative Cooling
Ada empat faktor yang berpengaruh terhadap kenyamanan manusia,
yaitu panas matahari (solar radiation), suhu udara, kecepatan angin, dan
kelembaban. Pada iklim tropis, suhu dan kelembaban sangat berperan dalam
menentukan faktor kenyamanan. Tumbuh–tumbuhan mempunyai
kemampuan sebagai pengensali faktor–faktor tersebut di atas.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

85

Fungsi tanaman sebagai pengendali kelembaban dan suhu lingkungan


yang terkait langsung dengan siklus hidrologi yang dialami tanaman. Proses
tersebut adalah proses evapotranspirasi yaitu proses
penguapan air dari tanah lewat permukaan daun. Karena tumbuhan dapat

berperan sebagai absorban radiasi matahari dab untuk proses

evepotransporasi tersebut memerlukan panas maka tanaman dapat


menurunkan suhu lingkungannya.

Gambarr 2.5.Hubungan Jarak dari permukaan tanah pada suatu naungan pohon

dengan kerapatan dan jenis yang relatif sama dengan tingkat kelembaban dan suhu

udara

sumber : Better Living Environment, 2005

Sumber : Frick, Heinz 2005

8. Vertical Landscaping

Vertikal landscaping adalah penghijauan pada bangunan bertingkat

tinggi. Vertical landscaping mempengaruhi iklim mikro pada fasad

bangunan. Pemecah angin sama seperti kegunaan vegetasi pada Ground–

Plane menyerap CO dan CO2, menyediakan oksigen bagi hasil fotosintesis,


Gb. 2.6 Pohon melindungi bangunan dari panas matahari disekitarnya
dan mengurangi beban pendinginan sebanyak 8 % dari peningkatan 10 % di
(Sumber: Frick, Heinz 2005)
area vegetasi.

Gb. 2.7. Aliran udara pada bangunan dengan pohon disekitarnya


commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

86

Gb2.9. Pengaplikasian green roof

Sumber : laely-widjajati.blogspot.com

Green roof dapat memberikan perlindungan terhadap sinar matahari

di musim kemarau dan mengkondisikan micro-climate pada musim dingin

Sumber: analisis
penulis

Gb.2.10 Green roofdan lapisan penyusunnya


)
(Sumber :www.usemenow.com.20-6-2011
Tabel 2.4. Kelebihan dan kekurangan
green roof
Green roof
Kelebihan Kelemahan
Mengurangi polusi udara Memerlukan desain khusus pada struktur
atap agar dapat menahan beban

Melindungi material atap di Lebih mahal disbanding atap biasa


bawahnya
karena memerlukan konstruksi dan
perawatan khusus
Mengurangi perpindahan kebisingan
dari luar bangunan ke dalam
bangunan

Melindungi bangunan dari suhu yang


sangat kuat

Menyaring polusi dari air hujan

Tabel 2.5. Klasifikasi Green roof

commit to user
Gb. 2.8. Vertical Landscaping
sumber: defpoints.wordpress.com
perpustakaan.uns.ac.id
9. Green roof digilib.uns.ac.id
Green roof
adalah atap dari bangunan yang sebagian atau seluruhnya
ditutupi oleh vegetasi, tanah, atau suatu media tanam yang ditanam diatas
suatu lapisan tahan air. (sumber: . 18-8-2011)
www.wikipedia.org

87

Intensive and Extensive Green roof


Karakter Intensive Green roof Extensive Green roof
istik
Gambar

Tanah Membutuhkan kedalaman min Hanya membutuhkan


30 cm min 2,5 cm

Vegetasi Digunakan untuk


ground
cover dan rumput

Digunakan untuk pohon


besar, semak
belukar,(memerlukan
perawatan dengan baik)

Beban Membebani struktur 80-150 Membebani struktur


12-15 pon/sq.ft
pon/sq.ft
tergantung dari
karakteristik tanah dan
jenis substrat yang
digunakan

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

88

Akses Dapat diakses dengan mudah Biasanya tidak diakses


untuk umum

Perawata Memerlukan perawatan Pemeliharaan dilakukan


n
khusus secara berkala tiap
tahun
Drainase Memerlukan system irigasi dan Menggunakan system
drainase yang kompleks
drainase dan irigasi
sederhana
(Sumber : www.epa.gov, 18-8-2011)
10. Ground cover
Ground cover merupakan sebutan untuk tanaman yang ukurannya
tidak terlalu tinggi (paling tinggi 15 cm) dan tumbuhnya menutupi

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

89

permukaan tanah tempatnya berada. Karena tergolong tanaman kecil, akar


ground cover
pada umumnya berbentuk serabut. Serabut–serabut akar inilah
yang akan mengikat tanah sehingga pada musim hujan, tanah tidak menjadi
becek. Pada musim panas, tanah yang diberi ground cover lebih dingin bila
dibandingkan dengan tanah yang tidak diberi ground cover.
11. Water Cooling
Badan air dalam bentangan alam sangat berpengaruh terhadap iklim
mikro. Pada aplikasi dalam merancang suatu tapak, badan air (kolam atau
danau) dapat direncanakan pada area dimana mendapat penyinaran radiasi
sinar matahari. Dengan demikian panas matahari yang sedang terik-teriknya
akan diserap oleh badan air, sehingga suhu disekitarnya akan turun. Selain
itu, penggunaan air juga dapat ditempatkan dalam suatu bangunan atau
kompleks bangunan. Penurunan suhu dan penaikan lelembaban udara dapat
ditingkatkan dengan memuncratkan air ke
water
udara
fountain
( ) untuk
menambah butir-butir air di udara sekaligus sebagai elemen estetis
tambahan dalam desain lansekap ( Sumber : SENVAR IV, Better Livung
Environment)

Gb. 2. 11. Water cooling (Sumber : Analisa Pribadi)

12. Daylighting ( Pencahayaan Alami)


Daylighting adalah memasukkan cahaya alami melalui suatu celah
atau jendela untuk mengurangi atau menghapuskan pemakaian lampu

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

90

elektrik. Dengan menyediakan suatu mata rantai yang dinamis dan terus
menerus dengan memanfaatkan iliminasi dari luar ruangan, daylighting

dapat membantu terbentuknya rangsangan visual dan menciptakan

lingkungan yang produktif bagi penghuni sekaligus mengurangi biaya


energi.

Keuntungan daylighting :
a. Meningkatkan nilai daur-hidup
Pada suatu perhitungan kenaikan biaya didapatkan bahwa kenaikan
mencapai harga sebesar $0.50-$0.75 / sq.ft pada ruangan dengan cahaya
redup. Daylighting dapat menyimpan $0.05-$0.20 setiap tahun. (sumber :
www.wbdg.org, 8-8-2011)
b. Meningkatkan produktivitas
Daylighting juga membuat orang lebih sehat dan produktif. Hal ini dikarenakan
adanya jendela-jendela yang dapat memperlihatkan
pemandangan di luar bangunan sehingga orang yang bekerja di dalamnya tidak
mengalami kejenuhan dan dapat bekerja lebih baik
c. Mengurangi Emisi
Dengan mengurangi kebutuhan akan konsumsi elektris untuk penerangan
dan pendinginan, penggunaan daylighting dapat mengurangi gas rumah
kaca dan melambat penghabisan bahan bakar fosil. (sumber :

www.wbdg.org, 8-8-2011)

d. Mengurangi biaya operasional

Lambu penerangan elektrik menggunakan 35-50% dari total energi listrik

di dalam bangunan komersial. Dengan menimbulkan sisa pemanasan,

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

91

penerangan ini juga menambah beban mesin pendingin bangunan. Hal ini

dapat dikurangi dengan menggunakan daylighting yang dapat mengurangi


beban pendinginan banguna sebanyak 10-20%. (sumber :
www.wbdg.org, 8-8-2011)

Gb. 2. 12. Day Lighting


Sumber : metaefficient.com, 20-9-2011
Konsep daylighting
Penggunaan pencahayaan alami pada interior bangunan seringkali
mengalami kesulitan karena distribusinya sangat sulit untuk dicapai dan tidak
merata. Oleh karena itu desain harus dilakukan secara tepat. Perencanaan
daylighting sebaiknya menggabungkan ahli dari berbagai cabang ilmu yang
berkaitan seperti arsitektur, mesin, listrik dan
pencahayaan. Tim desain sebaiknya memastikan agar daylighting benar-
benar
dipakai dalam keseluruhan desain. Adapun konsep-konsepnya adalah:

a. Permasalahan visual dan tampilan

· Veiling Reflections (menyelubungi pemantulan)

Menyelubungi pemantulan pada sumber cahaya dengan penerangan

yang tinggi. Pemantulan juga harus segera dicegah bila terjadi

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

92

gangguan pada aspek visual.

· Distribution (distribusi)
Menggunakan daylighting sebanyak mungkin pada interior bangunan.
Mata manusia dapat melakukan penyesuaian pada tingkat yang tinggi
pada cahaya sama panjang dengan distribusinya. Secara umum, cahaya
yang sampai secara tidak langsung (misal : cahaya yang dipantulkan
dari dinding putih akan menyediakan kualitas pencahayaan yang
lebih

baik dibandingkan dengan cahaya langsung dari sumber alami maupun


buatan.

· Glare (silau)

Tujuan dari desain daylighting yang efisien tidak hanya untuk


menyediakan tingkat pencahayaan yang cukup untuk tampilan yang
bagus. Tetapi juga untuk menciptakan kenyamanan dan kepuasan
atmosfer. Silau atau kekontrasan sinar berlebihan dalam pandangan
adalah aspek yang menyebabkan ketidaknyamanan pada penghuni.
Mata manusia dapat berfungsi cukup bagus melebihi cakupan luas dari
pencahayaan lingkungan, namun tidak berfungsi baik jika terdapat
kekontrasan pencahayaan yang sama dalam setiap sudut pandang.
· Variety (variasi)
Beberapa kontras dalam tingkatan brightness mungkin diinginkan
dalam suatu keefektifan ruangan. Warna cahaya yang pudar dalam
pencahayaan dapat mendorong kea rah kelelahan dan dapat mengurangi
konsentrasi sehingga menciptakan lingkungan yang kurang produktif.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

93

b.
Daylighting yang baik memerlukan perhatian pada aspek kualitatif dan

kuantitatif pada desain. Pastikan kombinasi dari pencahayaan alami dan


pencahayaan buatan cukup untuk kebutuhan yang diperlukan.

c.
Agar efektif, daylighting harus dikombinasikan dengan desain

pencahayaan elektrik. Selain ituagar hemat energi, daylighting perlu


digabungkan dengan pengontrol pencahayaan elektrik yang efisien.

Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam perancangan menggunakan


daylighting:
1. Perbandingan luas bukaan 20% dari luas lantai
2. Perbandingan tinggi jendela dengan kedalaman ruang.
Kedalaman ruang yang masih memungkinkan penggunaan pencahayaan

alami secara efektif adalah 2,5 kali ketinggian ruang untuk hunian dan

1,5 kali ketinggian ruang untuk kantor.

3. Batas kedalaman ruang

Frank Lloyd Wright menyarankan 6m sebagai batas ke dalam ruang


untuk pencahayaan alami, sedangkan britis planning legislation dan Ken
Yeang menyarankan dilakukan pada bangunan dengan perbandingan luas
bukaan dengan luas dinding sebesar 15-20%.
Berikut merupakan zona pencahayaan pada ruang :
· Primarily daylight zone sedalam 4,5m dari bukaan, sumber cahaya utama
berupa cahaya alami atau daylight.
· Partially daylight zone 4-5m berikutnya (9m dari bukaan), sebagian
memerlukan pencahayaan buatan.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

94

· Primarily artificial light zone, lebih dari 9m dari bukaan, membutuhkan


penerangan buatan Material dan Konstruksi daylighting
a. Shading
Di iklim yan panas, shading yang dipasang di bagian eksterior bangunan

dapat bekerja dengan baik untuk mengurangi panas dan mendistribusikan


cahaya ke dalam ruangan.

b. Material kaca

Metode termudah yang digunakan untuk memaksimalkan daylighting di

dalam ruangan adalah dengan memasang material kaca. Namun

demikian, sebelumnya perlu dipahami kriteria berikut untuk

menegoptimalkan system penetrasi.


· U-Value
Menciptakan tingkat pemindahan kalor dalam kaitannya dengan
perbedaan temperature melalui pemasangan material kaca.

· Shading Coefficient (SC)

Merupakan perbandingan dari panas matahari pada perakitan kaca


terhadap pemasangan kaca ganda dan kaca tunggal.

· Visible Transmttance (Tvis)

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

95

Merupakan ukuran banyaknya cahaya untuk bangunan dengan skala


besar di beberapa iklim dianjurkan penggunaan kaca dengan nilai SC
sedang dan Nilai VT yang cukup tinggi.
c. Perletakan Lubang Cahaya
Strategi pencahayaan yang sederhana membiarkan
daylighting
untuk
memasuki ruang dan juga menyediakan kemudahan pandangan dan
ventilasi. Hal yang penting untuk diperhatikan yaitu kedalaman penetrasi
daylighting
adalah sekitar 2 atau 1 ½ kali jarak antara bagian puncak
jendela dengan ambang pencahayaan.

Gb. 2.13. Visible transmittance

(sumber : www.wbdg.org, 8-8-2011)

d. Faktor refleksi permukaan ruang


Nilai factor refleksi untuk permukaan ruang akan berdampak secara
signifikan terhadap kualitas tampilan daylighting dan harus dijaga setinggi
mungkin. Hal ini untuk menjaga faktor refleksi di langit-langit melebihi
80%, dinding melebihi 50%, dan lantai meliputi 20%. Pada
kebanyakan jenis ruang, factor refleksi lantai memiliki sedikit pengaruh
pada penetrasi daylighting.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

96

e. Pengabungan dengan alat control pencahayaan elektrik

Desain pencahayaan daylighting yang sukses tidak hanya dari segi

arsitektural, tetapi juga harus digabungkan dengan sistem pencahayaan


elektrik. Dengan menambahkan alat pengontrol, penghuni dapat
menyesuaikan tingkatan daylighting dengan kebutuhan. Tiga jenis alat
control di pasaran meliputi :
· Switching controls
Terdiri dari tombol on/off untuk memadamkan pencahayaan elektrik
ketika daylighting cukup untuk memenuhi kebutuhan pencahayaan, dan
menghidupkan pencahayaan elektrik ketika daylighting dirasa kurang.
· Stepped controls
Menyediakan level menengah pada pencahayaan elektrik dengan
mengontrol lampu tunggal dalam pencahayaan.
· Dimming controls
Secara berkala melakukan penyesuaian pencahayaan elektrik dengan

mengatur masuknya energi ke dalam lampu untuk melengkapi tingkat


iliminasi yang disediakan oleh daylighting.

Gb. 2.14.

Daylighting contribution

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

97

(sumber : www.wbdg.org, 8-8-2011)


Strategi-strategi tersebut sebaiknya diintegrasikan dengan sistem

manajemen bangunan untuk mendapatkan keuntungan dari sistem

pengendali secara keseluruhan didalam bangunan. Agar mendapatkan

keuntungan penuh dari daylighting dan mencegah daerah gelap (dark

zone) perencana harus merencanakan system rangkaian dengan baik.


f. Sistem pengontrol lainnya
Sebagai tambahan dari pengontrol daylighting, alat control elektrik lainnya
perlu ditambahkan untuk mendapatkan biaya yang efektif, diantaranya
meliputi penggunaan :
· Occupancy controls
Gunakan inframerah, ultrasonic atau tekhnologi gelombang mikro,
sensor pemilik untuk menghidupkan atau memadamkan lampu. Ini
dapat menghemat 10-50%.
· Timer
Alat ini digunakan untuk mengatur waktu menghidupkan dan
menyalakan lampu. Alat ini juga efektif untuk menghemat biaya.
13. Natural Ventilation (ventilasi alami)
Ventilasi alami adalah proses memasukkan udara ke dalam bangunan

dan mengeluarkan udara ke luar bangunan secara alami, hal ini dilakukan

dengan memanfaatkan sifat udara yang mengalir dari tekanan tinggi ke

tekanan yang lebih rendah. Penggunaan ventilasi alami dapat menghemat

konsumsi energi di dalam bangunan akibat pengguanaan AC, kipas angin,

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

98

dan lain-lain. (sumber :www.wikipedia.com, 21-6-2011). Selain itu, terus

menerus dalam ruangan tanpa ventilasi alami yang mengalirkan udara segar

masuk ruangan dapat berdampak buruk bagi kesehatan,karena manusia


memiliki kebutuhan akan udara segar dengan standard 17-26 m3 /jam/orang
(van straiten, 1967)

14. Solar Power (Photovoltaic System)

Photovoltaic (PV) adalah teknologi yang menggunakan solar cells

atau solar photovoltaic untuk mengubah energi matahari menjadi energi

listrik. Solar cells menghasilkan listrik arus searah dari sinar matahari yang

dapat digunakan untuk peralatan penghasil energi atau mencharge baterai. Sistem ini
menguntungkan karena biaya pemeliharaannya rendah, tahan lama, dan tidak
menimbulkan polusi namun sistem ini juga mempunyai beberapa kelemahan
diantaranya sangat tergantung pada musim, harganya masih cukup mahal dan
belum banyak diproduksi di negara-negara tertentu termasuk Indonesia.
(Sumber dan : www.wikipedia.com
www.earthtoys.com, 22-6-2011)

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

99

Gambar 2.15. diagram Photovoltaic

Sumber: www.earthtoys.com

Jenis-jenis ventilasi alami :

1. Wind Driven Ventilation


Aliran angin
mengakibatkan tekanan
positif pada arah
datangnya dan tekanan
negative pada sisi
keluarnya. Untuk menyeimbangkan tekanan ini udara luar akan
mengisi bukaan dan mengikuti aliran angin.

2. Stack effect ventilation

commit
Berupa to celah
pemisah/ userkecil pada komponen
upper
structuralbangunan atau cladding yang dapat
yang signifkan.

perpustakaan.uns.ac.id
3. Thermo-shippon effect digilib.uns.ac.id
Menggunakan prinsip yang sama dengan
stack
effect, hanya saja pemanasan udara dibantu oleh
cahaya matahari. Variasi dari sistem ini adalah
solar
chimneydanatrium spaces.
100

15.Building Envelope

Buiding Envelope atau kulit bangunan terdiri dari material struktur dan
finishing ruangan, memisahkan sisi dalam dan luar bangunan. Kulit

bangunan harus seimbang pada ventilasi dan daylighting untuk menyediakan

perlindungan suhu dan kelembaban pada kondisi iklim di dalam site. Kulit

bangunan adalah faktor utama yang menentukan banyaknya biaya operasional


bangunan yang dibutuhkan.

Agar desain berhasil, perancang harus menggabungkan desain kulit

bangunan dengan elemen desain lainnya yang meliputi: pemilihan material,

daylighting, passive solar design, HVAC, dan rencana elektrikal. Hal


terpenting yang paling mempengaruhi desain kulit bangunan adalah iklim.
Perbedaan iklim yang berpengaruh terhadap desain. Faktor kedua yang
berpengaruh adalah kegiatan apa yang diwadahi dalam bangunan tersebut. Jika
aktivitas dan peralatan yang terdapat di dalam bangunan memiliki nilai
panas yang tinggi, beban termal justru lebih banyak secara internal
daripada
secara eksternal (dari matahari).

16. Struktur dan Konstruksi

Struktur dan konstruksi yang baik harus memenuhi kualitas struktur:

a. Kualitas struktur fungsional, lingkungan, bangunan, dan bentuk

• Struktur Fungsional

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

101

Menentukan dimensi geometris yang berhubungan dengan penggunaan


atau fungsi (kebutuhan ruang, ruang gerak, ruang sirkulasi, dimensi
pengaturan ruang, dan sebagainya).
• Struktur Lingkungan
Meliputi lingkungan alam (iklim, topografi, geologi, hidrologi,
florafauna) serta lingkungan buatan (bangunan, sirkulasi, prasarana
teknis, dan radiasi buatan).
• Struktur Bangunan
Susunan kegiatan yang dibutuhkan untuk membangun, memelihara, dan
membongkar suatu gedung.
• Struktur Bentuk
Mengandung masa dan isi, ruang antara dan segala kegiatan
membanguna ruang.

b. Integralistiknya dengan alam

Kualitas struktur kemudian dapat dinilai dari segi integralistiknya dengan

alam

c. Kesinambungan (sustainability) pada struktur

Hubungan antara masa pakai bahan bangunan dan struktur bangunan


mempengaruhi baik pilihan struktur maupun penggunaan bahan bangunan
menurut prinsip-prinsip kualitas struktur :
• Prinsip pembuangan dimana semua unsur dari sebagian bangunan

menyesuaikan diri dalam daya tahannya atas unsur-unsur yang paling


lemah/paling mudah rusak.

• Prinsip Rolls Royce dimana unsur-unsur yang paling kuat menentukan


daya tahan bagian bangunan masing-masing.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

102

• Prinsip Struktural dimana setiap unsur bangunan yang daya tahannya


berbeda dengan bagian bangunan yang lain dapat diganti tanpa merusak
bahan bangunan yang lebih kuat. Makin banyak bagian bangunan
17. Waste Recycling
Sampah dari sisa-sisa bangunan dan konstruksi gedung merupakan
bagian yang menonjol disamping sampah dari permukiman, perdagangan,
dan perindustrian. Sampah yang dihasilkan dari kegiatan pembangunan
maupun pemugaran tersebut terdiri dari dua macam yaitu sampa organik
(kayu, tripleks, bambu) dan sampah anorganik (semen, pasir, batu bata, ubin,
besi, baja, kaca, kaleng, cat sintesis, pipa plastik dan bahan sintetis lainnya).
Tabel 2.6. Jenis sampah dan cara pengolahannya

Jenis Diolah Kembali Didaur Ulang Digunaka


Sampah n
Kembali
Bahan Dibakar dan abunya diserap kembali Konstruksi atap dan Kusen,
oleh akar tumbuhan pintu jendela
kayu : Masih
diserap
kembali dalam
keadaan
baik
Tripleks Dibakar dan abunya diserap kembali oleh Bekisting
akar tumbuhan beton
tripleks
dapat
menjadi
pelat
langit-
langit
Bambu Dibakar dan abunya

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

103

diserap kembali oleh akar tumbuhan

Kertas/ka Dikumpulkan+diproses ulang menjadi Pembung


rdus kertas kembali (menghemat ± kus
barang-
50% barang

Bahan Tanah
anorgani timbunan
k:
t
a
n
a
h

g
a
l
i
a
n

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

104

Tanah Dicetak batu tanah


liat liat

Dicetak dan dibakar


menjadi batu bata,
genting flam

Pasir/keri Dicampur semen Lapisan


kil kersik
menjadi beton
b
u
a
t

j
a
l
a
n

Ubin/gen Digiling menjadi pasir Lapisan


ting pecahan
beton
batu
untuk
jalan
Batu Digiling menjadi
bata,
semen merah
genting

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

105

flam
Kaca Dilebur menjadi kaca baru Dipasang
pada
jendela
baru
Logam Dilebur menjadi logam baru Dipotong/dilas,di Digunaka
(besi, bentuk baru n sebagai
baja,
kaleng) tulangan
dalam
beton
Bahan Diproses lagi menjadi Dipotong/dilem
sintetis:
bahan sintetis disambung
pipa
berkualitas rendah pipa
plastik,
dsb lagi
(mis: pipa air)
Cat Sisa
sintetis digunakan
pada
tempat
lain

18. Green Material

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

106

Perkembangan pembangunan dewasa ini ditandai dengan peningkatan


macam-macam bahan bangunan dan munculnya bahan bangunan baru.
Keadaan tersebut memungkinkan berbagai ragam alternatif pemilihan bahan
bangunan guna mengkonstruksikan gedung. Maraknya penemuan bahan
bangunan baru juga ditandai dengan kesadara terhadap ekologi, lingkungan
dan fisika bangunan. Membangun berarti suatu
untuk
usaha
menghemat
energi dan sumber daya alam. Teknologi bangunan yang baru menuntut para
ahli supaya mereka terbuka terhadap perkembangan tersebut, karena tidak
jarang teknologi baru menyimpang dari cara pertukangan tradisional. Kajian
ilmu bahan bangunan yang cukup sederhana dan formal selama ini kiranya
perlu diubah sesuai dengan pandangan pembangunan yang menyeluruh.
(Sumber : Frick Heinz, 2005)
• Rantai Bahan Bangunan

Gb.2.16. Rantai Bahan bangunan

Sumber: Frick, Heinz, 2005


Rantai bahan bangunan menerangkan proses dan tingkatan
pengembangan (riwayat hidup bahan) bahan bangunan pada umumnya (dari
bahan mentah hingga menjadi puing dan sampah), dengan perhatian
pada setiap tingkat perubahan transformasi, penggunaan energi dan

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

107

pencemaran lingkungan (tanah, air, dan udara).

• Penggolongan Bahan Bangunan

a.
Penggolongan bahan bangunan secara ekologis

Tabel 2.7. Penggolongan Bahan Bangunan Ekologis


Klasifikasi bahan secara ekologis Contoh bahan
Bahan bangunan yang dapat Bahan nabati:
dibudidayakan kembali (regenerative) kayu, bambu,
rotan, rumbia,
serabut
kelapa, ijuk,
kulit kayu,
kapas, kapuk,
Bahan
hewani:
kulit, binatang,
wol

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

108

Tanah, tanah
liat, lempung,
tras, kapur,
batu kali, batu
alam

Bahan ba ngunan alam yang dapat


digunakan kembali (reuse)

Bahan bangunan buatan yang dapat didaur ulang Limbah,


( recycling) potongan,
sampah,
ampas, bahan
bungkusan
(kaleng,
botol), mobil
bekas, serbuk
kayu,
potongan
bahan sintetis,
kaca, seng
Bahan bangunan alam yang Batu merah,
mengalami conblock,
batako,
perubahan transformasi sederhana genting
(genting flam
dan genting
pres), bis
beton, semen,
beton tanpa
tulangan

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

109

Bahan bangunan yang mengalami beberapa tingkat Plastik, damar


perubahan epoksi, produk
petrokimia
transformasi yang lain
Bahan bangunan komposit Beton
bertulang, pelat
serat semen,
cat kimia,
perekat

Sumber: Frick, Heinz, 2005


b.
Persyaratan bahan bangunan secara ekologis
Eksploitasi dan pembuatan (produksi) bahan bangunan
menggunakan energi yang sesedikit mungkin.
Tidak mengalami perubahan bahan (transformasi) yang tidak dapat
dikembalikan kepada alam.

Eksploitasi, pembuatan (produksi), penggunaan, dan pemeliharaan

bahan bangunan mencemari lingkungan sesedikit mungkin

Bahan bangunan berasal dari sumber alam lokal (di tempat dekat).
19. Water Recycling
Air merupakan salah satu kebutuhan pokok manusia yang harus tersedia setiap
saat. Penggunaan air yang paling besar justru berasal dari operasional
bangunan. Saat ini kebanyakan bangunan tidak memiliki system pengolahan
limbah air dengan baik. Padahal sistem ini seharusnya merupakan hal yang
sangat penting untuk menghemat konsumsi air dan mengurangi dampak
lingkungan seperti pencemaran dan banjir. Air limbah dari bangunan dapat
diatur ulang dengan sistem-sistem sebagai berikut :
1. Grey Water System
Yang dimaksud dengan grey water adalah limbah air yang berasal dari
dapur, air cucian, air dari shower kamar mandi, dll. Sistem kerjanya adalah

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

110

sebagai berikut: air yang berasalhdari grey water ditampung dalam suatu
bak khusus yang dapat menyaring lemak, sabun, dan kotoran-

kotoran lainnya. Setelah itu air dialirkan melalui pipa menuju ke return

water tank. Kemudian air dialirkan untuk memenuhi kebutuhan seperti


menyiram tanaman, menyiram toilet, dan lain-lain.

2. Black Water System

Black Water merupakan air yang berasal dari air limbah yang berasal dari

toilet. Sistem kerja dari Black Water System adalah sebagai berikut: air

limbah dialirkan melalui pipa menuju ke bak penampungan dan diolah di


dalamnya. Setelah bersih air dapat digunakan untuk menyiram tanaman.
3. Rainwater System
Air hujan yang terbuang percuma dapat dimanfaatkan menjadi sumber air
baru. Pada musim penghujan air ditampung dalam bak atau tangki air
kemudian didaur ulang dan digunakan untuk memenuhi kebutuhan air di

dalam bangunan. Air hujan dapat pula digunakan sebagai sumber air

minum karena air hujan cukup bersih dan tidak mengandung kuman-

kuman meskipun tidak mengandung mineral-mineral yang berguna untuk


gigi, tulang dan lain-lain.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

111

II.3.7.1.
1.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

112

Gb. 2.17. Graha Wonokoyo

(Sumber : majalah I-Arch, edisi 3,2006)


Gedung ini dirancang hemat energi dan kontekstual terhadap
lingkungannya yang berupa situs arsitektur kolonial dengan mencitrakan
bangunan yang menghubungkan antara masa lalu dengan masa kini.
2. Program ruang
Bangunan ini terdiri dari 3 massa. Massa pertama berupa bangunan

penerima, terdiri dari satu lantai yang menyelaraskan sendiri dengan

ketinggian bangunan sekitar. Massa kedua merupakan bangunan mediun

tiga lantai, berfungsi sebagai gallery, hall, dan ruang rapat kolektif pada

bagian tengah. Massa ketiga merupakan massa penanda yang berfungsi


sebagai perkantoran.
3. Kriteria Bangunan Green Architecture
a. Hemat Energi
Dicapai dengan penggunaan material hemat energi dan managemen
energi di dalam bangunan.
b. Bekerja dengan iklim
Site menghadap dan memanjang dari barat–timur akan mempengaruhi
fasad dan selubung bangunan.
c. Respek terhadap calon pengguna
Layout ruang menyesuaikan dengan fungsi sebagai kantor sewa yang
mencerminkan efesiensi ruang.
d. Bekerja dengan tapak terpilih
Bangunan ini berusaha untuk menyelaraskan diri dengan

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

113

lingkungannya yang berupa bangunan konservasi arsitektur colonial.

4. Prinsip Green Architecture

a. Building Envelope

- Mengutamakan perhitungan OOTV (Overall Thermal Transfer

Value) untuk membatasi radiasi panas pada selubung bangunan.

- Selubung bangunan merespon arah matahari. Pada bagian utara

full dengan material kaca, sedangkan fasad selatan berupa kisi – kisi
material cladding.
b. Green Structure
Struktur utama konstruksi beton bertulang, dan struktur atap konstruksi
baja. Pemilihan struktur tersebut didasarkan untuk menghindari
kerusakan pada bangunan perumahan yang padat di
sekitar bangunan.

c. Green Material

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

114

Untuk mewujudkan perpaduan yang sinergis antara citra monumental


dengan kriteria hemat energi, material dinding dipilih dari bahan metal
cladding ex indal, high performance glass exstoposal dilapisi kaca film
pada sisi barat, dan pada bangunan penerima dipilih granit dan panel
alumunium.

High performance glass

Panel Alumunium

Gb2.18. Graha Wonokoyo


(Sumber : majalah I-Arch, edisi 3,2006)

II.4. TINJAUAN KOTA PURWOKERTO


II.4.1. Batas Wilayah dan Keadaan Fisik

Kota Administratif Purwokerto merupakan Ibu Kota Kabupaten Daerah

Tingkat II Banyumas yang terletak di Propinsi Jawa Tengah, terletak diantara :

1080 39 ‘17’’ – 1090 27 ‘15’’ BT dan 70 15 ‘05’’ – 70 37 ‘10’’ LS.

Perbatasan wilayah meliputi:

- Sebelah Utara : Kabupaten Tegal dan Kabupaten Pemalang

- Sebelah Timur :Kabupaten Purbalingga, Kabupaten Banjarnegara, dan


Kabupaten Kebumen
- Sebelah Selatan : Kabupaten Cilacap
- Sebelah Barat : Kabupaten Cilacap dan Kabupaten Brebes

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

115

Gambar 2.19. Peta Batas Wilayah Kabupaten Banyumas

Sumber: www.purwokerto.go.id

Kota Admisnistratif Purwokerto terletak pada ketinggian 75 meter di

atas permukaan laut yang meliputi areal seluas 3.873,482 ha dan jumlah

penduduknya sebanyak 233.841 jiwa (pada tahun 2010) dan laju pertumbuhan

penduduk Kabupaten Banyumas per tahun selama sepuluh tahun terakhir yakni

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

116

dari tahun 2000-2010 sebesar 0,58 persen. 9

Aspek fisik kota yang penting untuk pertimbangan pengembangan Tata Ruang

Kota meliputi topografi dan hidrologi yakni;

9 Hasil Sensus Penduduk 2010 Kota Purwokerto

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

117

- Dari kondisi topografi kota Purwokerto, kemiringan yang ada, kota ini cukup

ideal untuk penggunaan tanah sebagai kawasan pemukiman karena kemiringan


yang ada menunjukkan berkisar 0% - 15%.

- Adanya beberapa sungai yang melalui Kota Purwokerto, maka potensi untuk

perencanaan drainase yang baik dapat dikembangkan, sehingga kemungkinan


bahaya banjir dapat dicegah.
Dari kedua pertimbangan tersebut diatas wilayah Kota Purwokerto sangat cocok
untuk kawasan pemukiman atau perkotaan. 10

II.4.2. Data Klimatologi Kota Purwokerto


Keadaan cuaca dan iklim di Purwokerto memiliki iklim tropis basah
karena terletak di antara lereng pegunungan jauh dari pesisir pantai maka
pengaruh angin laut tidak begitu tampak. Namun dengan adanya dataran rendah
yang seimbang dengan pantai selatan angin hampir nampak bersimpangan
antara pegunungan dengan lembah dengan tekanan rata-rata antara 1.001 mbs.
Suhu udara di Purwokerto berkisar antara 23° C - 31° C dengan kelembapan 65-
95% dan kecepatan angin 20 km/jam. (sumber: Badan Meteorologi,
Klimatologi, dan Geofisika, berlaku mulai tanggal 14 Desember
2011 sampai dengan tanggal 15 Desember 2011).

II.4.3. Gambaran Terhadap Kecenderungan Perkembangan Fisik Kota 17

Perkembangan fisik kota disebabkan dari semakin tumbuh dan


berkembangnya beberapa elemen fisi kota seperti:

• Pemukiman
Perkantoran
10 Pemerintah Kota Administratif Purwokerto, RTURK, Op.Cit.
17 Evaluasi dan Revisi RUTRK/RDTRK Kota Purwokerto Tahun 2010, p.II.4 commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

118

• Perdagangan
Fasilitas Pendidikan

• Fasilitas Sosial /
Umum

Perkembangan elemen-elemen tersebut sesuai dengan fungsi atau


peran dan kebutuhan masing-masing elemen kota tersebut.

Kecenderungan perkembangan dan letak elemen fisik Kota Purwokerto pada

umumnya dipengaruhi oleh beberapa factor, yaitu kemudahan-kemudahan

dalam menjalankan fungsi dan perannya serta pertimbangan efisiensi dan

factor ekonominya. Sehingga terlihat bahwa sebagian besar elemen fisik kota

tersebut tumbuh dan berkembang disepanjang jalur-jalur utama kota.


Untuk kawasan perdagangan atau komersial tingkat regional, tumbuh dan
berkembang di pusat kota, tepatnya di sepanjang jalan Jend. Soedirman dan
jalan Gerilya. Perdagangan ini meliputi pasar, pertokoan, warung, dan
sebagainya, dengan Pasar Wage sebagai pusat orientasi utamanya. Dengan
adanya potensi tersebut, di wilayah ini dimungkinkan akan berkembang
kompleks perdagangan, terutama untuk pertokoan dan pasar swalayan dengan
skala sedang dan besar.
II.4.3. Tinjauan Aspek Fisik18
Dari aspek fisik dapat diaplikasikan dalam pola tata peruntukkan tanah
untuk kegiatan sejenis (zoning) yang berbentuk bagian rencana untuk berbagai
dominasi kegiatan fungsi tertentu dan didukung oelh pola jaringan jalan dengan

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

119

berbagai tingkatan fungsi. Pola tata ruang peruntukkan tanah untuk kegiatan
sejenis (zoning) Kota Purwokerto susunannya diatur membentuk
struktur yang dibagi dalam pusat-pusat pengembangan sebagai berikut:

1. Pusat Pengembangan Wilayah Kota (BWK)

Terdiri dari 8 (delapan) Bagian Wilayah Kota (BWK), yaitu:


Bagian Wilayah Kota I, merupakan bagian pusat kota yang meliputi 4

(empat) SBWK.


Bagian Wilayah Kota II, merupakan bagian pengembangan wilayah
kota yang meliputi 3 (tiga) SBWK.


Bagian Wilayah Kota III, merupakan bagian pengembangan wilayah
kota yang meliputi 2 (dua) SBWK.

18
Evaluasi dan Revisi RUTRK/RDTRK Kota Purwokerto Tahun 2010, p.IV.1


Bagian Wilayah Kota IV, merupakan bagian pengembangan wilayah
kota yang meliputi 2 (dua) SBWK.


Bagian Wilayah Kota V, merupakan bagian pengembangan wilayah kota yang meliputi 2
(dua) SBWK.


Bagian Wilayah Kota VI, merupakan bagian pengembangan wilayah
kota yang meliputi 2 (dua) SBWK.

Bagian Wilayah Kota VII, merupakan bagian pengembangan wilayah kota yang meliputi 2
(dua) SBWK.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

120


Bagian Wilayah Kota VIII, merupakan bagian pengembangan wilayah kota yang meliputi 2
(dua) SBWK.
2. Daerah Cadangan Pengembangan dan Ruang Hijau Kota
Dipergunakan sebagai kawasan cadangan pengembangan kota
(kawasan terbangun), sempadan, penghijauan, maupun pertanian, yang
letaknnya menyebar di tiap bagian wilayah kota.
Pusat-pusat pengembangan susunan pola tata ruang peruntukkan
tanah untuk kegiatan sejenis (zoning) Kota Purwokerto membentuk
struktur kota sebagai berikut:

a. Pusat Kota

Sebagai pusat pengembangan terletak disekitar Kantor Kabupaten dan

Pasar Wage (sepanjang Jl. Jend. Soedirman).

b. Pusat Pengembangan Bagian Wolayah Kota (BWK)

Difungsikan oleh kegiatan skala wilayah dengan fasilitas jalan yang

melalui pusat-pusat. BWK dan berbagai fasilitas lingkungan, akan

menjadikan bagian-bagian wilayah kota akan lebih cepat berkembang


sehingga sesuai dengan sasaran di dalam upaya perencanaan kota secara
menyeluruh dan terpadu.
Kelompok fungsi kegiatan eksternal dan internal, terdiri antara dominasi
kegiatan yang satu dengan yang lainnya dan antara kelompok
fungsi kegiatan yang lebih tinggi ketingkat yang lebih rendah
pada
daerah hunian.

Pada fungsi-fungsi eksternal terbagi dalam berbagai dominasi jenis

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

121

kegiatan yaitu:


Pemerintahan • Pendidikan

Perkantoran • Kesehatan, dll

Perdagangan/jasa
Ditinjau dari hirarkinya dalam menguraikan bagian fungsi kegiatan
tersebut menurut tingkatannya dibagi dalam pola jaringan jalan baik
langsung maupun tidak langsung.
II.4.4. Kondisi Umum
II.4.4.1. Penyebaran Kepadatan Penduduk11
Berdasarkan hasil pencacahan Sensus Penduduk 2010, jumlah
penduduk di Kota Purwokerto adalah 233.841 orang, yang terdiri dari 115.348
laki-laki dan 118.493 perempuan dan laju pertumbuhan penduduk Kabupaten
Banyumas per tahun selama sepuluh tahun terakhir yakni dari tahun 2000-2010
sebesar 0,58 persen.
Tabel 2.8. Jumlah Penduduk Kota Purwokerto

KECAMATAN Laki-Laki Perempuan Jumlah Penduduk Sex Ratio


(jiwa) (jiwa) (jiwa)
Purwokerto Utara 28.168 29.010 57.178 97,10
Purwokerto Timur 27.929 29.231 57.160 95,55
Purwokerto Selatan 35.106 35.353 70.459 99,30
Purwokerto Barat 24.145 24.899 49.044 96,97
JUMLAH 115.348 118.493 233.841 388,92
Sumber: Hasil Sensus Penduduk 2010 Kota Purwokerto

Penyebaran kepadatan penduduk di Purwokerto belum sepenuhnya

merata, sebagian besar terkonsentrasi pada daerah pusat kota dan sepanjang

11 Evaluasi dan Revisi RUTRK/RDTRK Kota Purwokerto Tahun 2010, p.III.9

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

122

jalur jalan regional atau jalur jalan utama kota. Perkiraan jumlah penduduk

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

24

Kota Purwokerto sampai tahun 2020 adalah sebesar 235.866 jiwa dan dengan

luas wilayah sebesar 3.858,34 Ha. Maka diperhitungkan kepadatan rata-rata


penduduk Kota Purwokerto 10 tahun mendatang adalah sebesar 56 jiwa/Ha.

Sedangkan untuk kepadatan bersih (Netto) di daerah pemukiman penduduk

dengan peruntukkan lahan terbangun sebesar 2.146,92 Ha adalah sekitar 100


jiwa/Ha. Sehingga dilihat dari proyeksi tingkat kepadatan penduduk netto Kota
Purwokerto di tahun 2020 masih tergolong sebagai kota dengan tingkat
kepadatan penduduk sedang dan dari proyeksi kepadatan penduduk bruto
masih tergolong daerah dengan tingkat kepadatan penduduk rendah.
Sesuai dengan kecenderungan perkembangan penduduk Kota
Purwokerto maka distribusi penduduk untuk masa yang akan dating diarahkan
tidak terlalu terkonsentrasi di pusat kota dan sepanjang jalur jalan utama,
melainkan lebih merata dalam penyebarannya agar distribusi penduduk yang
terjadi lebih seinmbang dengan kondisi daya dukung lahan dan lingkungan
yang ada. Oleh karena itu, distribusi penduduk di Kota Purwokerto diarahkan
sebagai berikut:
• Distribusi kepadatan penduduk akan diarahkan secara lebih merata dan berimbang, dimana
penduduk di daerah pusat kota dan di sepanjang jalur

jalan utama diarahkan pengembangannya ke daerah-daerah yang relative


masih kosong.

• Kepadatan penduduk di daerah pusat kota, pertambahannya akan dibatasi

sesuai dengan daya dukung lahan bagi perumahan di pusat kota yang

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

25

semakin berkurang mengingat tingginya konsentrasi penduduk dan

aktivitas di daerah tersebut.


Berdasarkan pertimbangan tersebut, maka pola distribusi kepadatan
penduduk untuk masa mendatang adalah sebagai berikut:
• Daerah di pusat kota, diarahkan menampung kepadatan penduduk tertinggi

dengan rata-rata kepadatan penduduk rata-rata kepadatan penduduk netto


maksimal 200 jiwa/Ha.

• Daerah di dekat pusat kota, diarahkan menampung kepadatan penduduk menengah/sedang


dengan rata-rata kepadatan penduduk netto maksimal
175 jiwa/Ha.
• Daerah yang jauh dari pusat kota atau daerah pinggiran kota, diarahkan menampung
kepadatan penduduk relatif rendah dengan rata-rata kepadatan penduduk netto maksimal 100
jiwa/Ha.
Berdasarkan perhitungan terhadap proyeksi Kota Purwokerto pada
tahun 2020, maka gambaran distribusi kepadatan penduduk brutto
masingmasing BWK Kota Purwokerto dapat dilihat pada table berikut: Tabel
2.9. Tabel BWK Kota Purwokerto
BWK Luas Wilayah (Ha) Jumlah Penduduk (jiwa) Kepadatan (jiwa/Ha)
I 388,56 40.734 105
II 542,31 26.983 50
III 564,67 25.776 46
IV 319,38 19.948 64
V 525,53 34.854 66
VI 396,95 28.743 72
VII 536,71 36.284 68

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

26

VIII 584,23 22.544 39


Kota 3.858,34 235.866 61
Sumber: Hasil Perhitungan Tim Penyusun RUTRK/RDTRK Purwokerto Tahun 2010

II.4.4.2. Sosial Ekonomi Penduduk

a. Aspek Ekonomi

Dengan melihat keadaan Kota Purwokerto, peningkatan perekonomian wilayah

perlu diupayakan, adapun strategi pengembangan tersebut diperlukan langkah


sebagai berikut:

- Diperlukan pengembangan seoptimal mungkin pada sector perdagangan, jasa, dan


pertanian.

- Kegiatan perekonomian sektor pariwisata perlu ditingkatkan dengan perencanaan

dan pengolahan yang lebih baik, untuk mendukung kepariwisataan Jawa Tengah

Bagian Barat. Dimana Kota Purwokerto dikembangkan sebagai pusat pelayanan


tingkat madya.
- Pengembangan sector tersebut perlu ditunjang oleh pengembangan sector pendukung dan
sarana lainnya. Misalnya sarana dan prasarana transportasi, sarana jasa perdagangan yang
merupakan kunci keberhasilan pengembangan sector
potensial tersebut.
b. Aspek Sosial
- Penyebaran fasilitas sosial diprioritaskan untuk menambah dan melengkapi
terutama pada kota yang sedang dan akan tumbuh menjadi pusat pertumbuhannya

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

27

dapat cepat berlangsung. Strategi ini diharapkan akan mengurangi beban yang
berlatar belakang kurangnya fasilitas social.
- Pemanfaatan peluang yang bertujuan memfungsikan kota kecil atau kota
kecamatan sebagai bumper urbanisasi sepertu yang telah digariskan dalam
National Urban Development Strategi, yaitu dalam strategi pengembangan

Secendory City karena sebagai konsekuensi policy tingkat nasional, urban

infrakstruktur akan lebih disebarkan di kota hirarki ke 3 dan 4 dalam skala


regional.

- Peningkatan kualitas tenaga kerja terutama di daerah yang tingkat pendapatannya

kecil agar mendapat porsi perhatian yang cukup besar karena kendala

pembangunan wilayah biasanya dilihat dari aspek social yang berasal dari sumber
daya manusia akan memberi daya kemungkinan perluasan dan pemerataan
kesempatan kerja.

II.4.5. Kebijaksanaan Dasar Pengembangan Tata Ruang Mikro Kota

Purwokerto12

Kebijaksanaan dasar pengembangan tata ruang mikro Kota

Purwokerto berdasarkan pertimbangan-pertimbangan antara lain :

1. Pemerataan pengembangan meliputi seluruh bagian kota, yakni usaha

12 Pemerintah Administratif Kota Purwokerto, RUTRK, Loc.Cit,p.II.23

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

28

untuk memenuhi dan mengisi serta menciptakan struktur dan bentuk kota
yang kompak.
2. Penyebaran fasilitas pelayanan sebagai usaha untuk memeratakan pelayanan
bagi penduduk kota dan bagian kota, agar tidak terkonsentasi pada suatu
tempat saja. Fasilitas tersebut berupa pelayanan yang merata prasarana dan
sarana kotanya. Untuk penyebaran fasilitas tersebut, baik jenis dan skala
pelayanannya disesuaikan dengan fungsi pelayanan masingmasing bagian
kota.
3. Peningkatan aktivitas kekotaan pada daerah-daerah transisi dan pinggiran
Kota Purwokerto, terutama kegiatan-kegiatan yang bersifat sekunder
(perdagangan dan jasa)
4. Usaha untuk memeratakan arah perkembangan fisik kota ke segala arah,
untuk mengarahkan perkembangan fisik kota agar tidak selalu mengikuti

kecenderungan yang ada saat ini yakni kecenderungan perkembangan fisik


di sekitar jalan utama kota.

Pada bagian-bagian kota yang masih kosong di bagian dalam antara jalan

utama kota, perlu diciptakan suatu kegiatan aktivitas kota agar mendorong

perkembangan daerah tersebut, antara lain berupa kegiatan perdagangan,


rekreasi, perumahan, dan sebagainya.

5. Usaha untuk meningkatkan jumlah dan kepadatan penduduk, agar syarat

sifat kekotaan (minimum 50 jiwa/m2) dapat terpenuhi. Hal ini akan


membuat efisiensi dalam pembangunan prasarana dan sarana kota.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

29

6. Upaya untuk lebih meningkatkan kualitas hidup kekotaan, misalnya dengan

meningkatkan pelayanan sistin prasarana kota berupa pelayanan

pembuangan sampah, pelayanan pemenuhan air bersih, drainase,


penghijauan dan lain sebagainya.

7. Upaya untuk mencegah kemacetan lalu lintas serta kelancaran pergerakan


arus barang dengan membangun dan mengembangkan jalan lingkar dalam
pada jangka pendek, jalan lingkar luar dalam jangka panjangnya, serta jalan
pembagi dan distribusi yang dapat menjangkau ke semua bagian kota.
8. Upaya untuk membuka daerah-daerah yang terisolir di bagian pedalaman
kota, dengan membangun jalan penghubung antar bagian wilayah kota, antar
blok bahkan sub blok.
9. Upaya untuk mengurangi polusi udara kota serta konservasi air dan tanah
dengan merencanakan sabuk hijau kota, daerah terbuka hijau kota serta
pengendalian pembangunan fisik kota yang berorientasi padat bangunan.

II.4.6. Konsep Pengembangan Lokal Kota Purwokerto 13


Rumusan Kebijaksanaan Dasar Perencanaaan (RKDP) Kota merupakan
kebijaksanaan lokal yang diharapkan mampu mengembangkan Kota Purwokerto
untuk mendorong pengembangan potensi yang ada, yaitu antara lain :


Kemandirian kota sebagai kota Administratif

13 Pemerintah Administratif Kota Purwokerto, RUTRK, Loc.Cit,p.II.26

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

30


Keterkaitan dengan pusat-pusat pertumbuhan yang sudah ada yaitu kota

Cilacap sebagai kota pusat pertumbuhan kota


Fungsi dan citra kota yang spesifik serta fungsi-fungsi umum kota lainnya
22
II.4.6.1. Penentuan Fungsi Kota
Berdasarkan pada potensi dan kendala yang ada, RKDP penentuan fungsi
Kota Purwokerto pada masa yang akan dating dapat diarahkan sebagai
berikut:

a. Konsep arahan Fungsi Kota Umum (utama)

- Sebagai pusat pemerintahan dan pelayanan administrative, politis bagi

wilayah Kota Purwokerto khususnya dan Kabupaten Dati II

Banyumas pada umumnya.

- Sebagai pusat pelayanan fasilitas social bagi kota Purwokerto dan

sekitarnya.
- Sebagai pusat pengelolaan dan pengendali pembangunan kota
Administratif Purwokerto.
- Sebagai pusat kegiatan ekonomi dan transportasi.

b. Konsep Arahan Fungsi Khusus


- Sebagai kota transit jalur lalu lintas yang kuat dari Jawa Tengah dengan
Jawa Barat dan simpul distribusi perdagangan.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

31

- Sebagai kota transit pariwisata berskala local dan regional dengan


penyediaan fasilitas-fasilitas penunjang wisata, misalnya taman wisata
remaja dan anak-anak, restoran motel, dan lainnya.
- Sebagai kota pemukiman tujuan pelajon dan penyangga urbanisasi

regional Jawa Tengah di kota besar dengan penyediaan fasilitas


perumahan, tempat kerja, terminal angkutan, dan sebagainya.

- Sebagai kota pendidikan, terlihat dari keberadaan UNSOED dan

UNWIKU yang menampung pelajar dalam skala regional dan

nasional, disamping itu juga sarana pendidikan yang cukup besar

jumlahnya merupakan potensi dasar dalam pengembangan Kota

Purwokerto sebagai Kota Pendidikan.

II.4.6.2. Arahan Penentuan Peran Kota 23

Berdasarkan pada potensi dan kendala, maka RDKP penentuan peran Kota Purwokerto dilihat
dari aspek regional antara lain sebagai berikut:

22 Pemerintah Administratif Kota Purwokerto, RUTRK, ibid


23 Pemerintah Administratif Kota Purwokerto, RUTRK, Loc.Cit,p.II.27

a. Konsep Arahan Peran Kota Terhadap Arahan Kebijaksanaan Propinsi

Dati I Jawa Tengah:

- Ditetapkan Kota Purwokerto sebagai salah satu Kawasan Prioritas

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

32

Pengembangan untuk wilayah Jawa Tengah, dengan harapan Kota

Purwokerto dapat berperan sebagai pusat atau kutub pertumbuhan


yang akan menetaskan hasil pembangunan ke wilayah sekitarnya.
- Ditetapkan Kota Administratif Purwokerto sebagai salah satu kawasan
prioritas juga membawa keuntungan terhadap Kota Purwokerto
khususnya, maupun Kabupaten Dati II Banyumas umumnnya karena
Pemda Tingkat I Jawa Tengah akan lebih memperhatikan pembangunan
di Purwokerto. Konsekuensi dari hal tersebut Kota Purwokerto harus
siap dengan rencana dan program pembangunannya.
- Kota Purwokerto diharapkan dapat tumbuh dan berkembang menjadi
salah satu pusat pertumbuhan di bagian selatan-barat wilayah Propinsi
Jawa Tengah bersama-sama dengan Kota Cilacap untuk berperan
memeratakan pembangunan propinsi Jawa Tengah bagian selatan.
b. Konsep Arahan Peran Kota Terhadap Arahan Kebijaksanaan Dasar
Kabupaten Dati II Banyumas:

- Sebagai Ibukota Kabupaten dan salah satu


pusat wilayah

pembangunan Kabupaten Dati II Banyumas, maka diharapkan peran

sebagai pusat tersebut tidak menjadikan kota Purwokerto akan

menyedot sebagian besar potensi pembangunan Kabupaten Dati II

Banyumas, melainkan akan meningkatkan ekonominya secara mandiri

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

33

dan bahkan membantu mengembangkan daerah sekitarnya.

- Sebagai pusat simpul distribusi perdagangan dan jasa utama di wilayah


Kabupaten Dati II Banyumas.

14
II.4.7. Rancangan Rencana Sistem Jaringan Jalan dan Transportasi Kota

Rencangan rencana pengembangan sistem jaringan jalan dan

transportasi kota diharapkan dapat menunjang fungsi Kota Purwokerto

sebagai terminal sebaran jasa dan barang, kota transit, pendidikan dan

pariwisata. Untuk itu, rancangan rencana pengembangan jaringan jalan dan


transportasi kota adalah:
1. Meningkatkan atau melanjutkan jalan-jalan yang telah ada dan
direncanakan baik yang merupakan jalan regional, jaringan jalan utama
kota, jalan proses wilayah/BWK, dan jalan-jalan proses lingkungan.
2. Mengoptimalisasikan ruang jalan yang tersedia bagi lalu lintas kendaraan
dengan pengelolaan secara menyeluruh dan penambahan rambu-rambu lalu
lintas, penambahan fasilitas pejalan kaki, menyediakan lokasi untuk
pedagang kaki lima di luar badan jalan dan atau pada trotoar, serta
mengurangi parkir pada badan jalan.
3. Menetapkan kembali hirarki jalan-jalan yang ada dengan maksud untuk
memperkecil konflik kepentingan antara pemakai jalan lokal dengan lalu
lintas regional maupun menerus.
4. Mengembangkan sistem jaringan jalan yang menunjang rencana struktur

14 Pemerintah Administratif Kota Purwokerto, RUTRK, Loc.Cit,p.II.15

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

34

dan rencana penggunaan ruang yang ada sesuai dengan rencana


pengembangan Kota Purwokerto.

Adapun rancangan pengembangan sistem perparkiran di Kota

Purwokerto disesuaikan dengan kebijaksanaan criteria sebagai berikut:

1.
Kawasan parkir dapat menempati daerah milik jalan di luar jalan lalu

lintas atau di luar daerah milik jalan berupa taman parkir atau gedung
parkir.

2.
Tidak diperkenankan parkir di tepi jalan (on street parking) pada jalur
jalan kolektor primer dan kolektor sekunder.

3.
Parkir tepi jalan (on street parking) pada jalan lainnya hanya

diperkenankan pada jalan yang tidak padat pada jam sibuk dan bersifat
sementara.

4.
Parkir depan jalan (off street parking) berupa kantong-kantong yang

melayani kawasan tertentu seperti kawasan perdagangan dan kawasan


pemukiman.
Berdasarkan criteria tersebut diatas, konsep rancangan rencana sistem
perparkiran, direncanakan sebagai berikut:

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

35

1. Untuk melayani perdagangan di jalan Gerilya dan Komisaris Bambang Suprapto


dibuat model kantong parkir dengan mengambil salah satu sisi jalur lambat yang ada
dalam pengaturan antara parkir untuk kendaraan roda dua, roda empat, dan plaza
yang dapat dimanfaatkan untuk pedagang kaki lima dalam suatu pengaturan tapak.
2. Untuk melayani terminal induk yang ada sekarang (sub terminal angkutan antar kota
pada tahun 2010) dan sekitarnya direncanakan taman parkir untuk kendaraan roda
dua (termasuk sepeda).
3. Untuk sub terminal pada pertemuan jalur local primer dengan jalur kolektor sekunder
direncanakan du buah kantong parkir di bagian utara kota.

4. Disediakan kantong parkir pada setiap lingkungan pemukiman.

5. Setiap tempat usaha atau kantor dan fasilitas umum lainnya diharapkan
menyediakan pelataran parkir untuk roda dua.

6. Pengaturan sebaran dan besaran sistem perparkiran,perlengkapan-

perlengkapan jalan termasuk di dalamnya pohon-pohon pelindung (strip

trees) dan fasilitas untuk pejalan kaki, tempat penyebrangan, traffic light,

dan pengaturan median.

Konsep dasar struktur jaringan jalan berdasarkan fungsinya dapat


diklasifikasikan dengan berbagai cara, tergantung pada tujuan yang ingin
dicapai (Baewald, 1976: 601). Salah satu cara pengklasifikasian fungsi jalan
yang sering digunakan yaitu berdasarkan pada Peraturan Pemerintah No.
26

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

36

tahun !(*% tentang jalan dan Undang-Undang No. 14 tahun 1992 tentang Lalu

Lintas dan Angkutan Jalan Raya seperti berikut:

1. Jaringan Jalan Arteri Primer

Adalah jalan yang menghubungkan kota jenjang kesatu yang terletak


berdampingan, atau menghubungkan kota jenjang kesatu dengan kota
jenjang kedua. Selain berfungsi sebagai penghubung, jalan ini direncanakan
dengan kecepatan terendah 60 km/jam, sehingga jalan ini merupakan jalan
bebas hambatan yang tidak boleh terganggu oleh lalu lintas ulang alik
maupun lalu lintas local. Untuk jaringan jalan arteri primer di Kota
Purwokerto tidak tersedia atau belum memungkinkan.
2. Jaringan Jalan Arteri Sekunder
Adalah jalan yang menghubungkan kawasan primer dengan kawasan
sekunder kesatu atau menghubungkan kawasan sekunder kesatu dengan
kawasan sekunder kedua. Jalan ini direncanakan dengan kecepatan
terendah sebesar 50 km.jam. untuk jaringan jalan arteri sekunder di Kota
Purwokerto yang dimaksud tidak direncanakan atau
belum memungkinkan.

3. Jaringan Jalan Kolektor Primer

Adalah jalan yang menghubungkan kota jenjang kedua dengan kota

jenjang kedua atau menhubungkan kota jenjang kedua dengan kota

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

37

jenjang ketiga. Jalan ini direncanakan dengan kecepatan terendah sebesar

40 km/jam. Jaringan jalan kolektor primer di Kota Purwokerto ini pada


umumnya merupakan jalan protocol, seperti: Jalan S. Parman, jalan Prof.

Dr. Bunyamin, Jalan Gerilya, Jalan Jend. Sudirman, Jalan Gatot Subroto,
dan jalan lingkar utara.
4. Jaringan Jalan Kolektor Sekunder
Adalah jalan yang menghubungkan antara kawasan sekunder kedua, atau
menghubungkan kawasan sekunder kedua dengan kawasan sekunder

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

38

ketiga. Jalan ini direncanakan dengan kecepatan terendah 30 km/jam.

Jaringan jalan kolektor sekunder yang ada di Kota Purwokerto antara lain

adlah Jalan Dr. Sukarso, Jalan Jend. Achmad Yani, Jalan Kyai Wahi

Hasyim, Jalan Sultan Agung, Jalan Pancurawis, Jalan Pahlawan, Jalan

Perintis Kemerdekaan, dan Jalan Pramuka.


5. Jaringan Jalan Lokal/Lingkungan
Adalah jalan yang melayani pergerakkan dalam suatu lingkungan atau
kegiatan tertentu dengan cirri-ciri perjalanan dekat, kecepatan rata-rata
rendah dan tertinggi sebesar 20 km/jam, serta ajalan masuk tidak dibatasi.
Jaringan jalan local ini dapat berfungsi sebagai local primer maupun local
sekunder tergantung dari fungsi yang dilayaninya. Jaringan jalan local atau
lingkungan di Kota Purwokerto pada umumnya berupa gang-gang dan
jalan-jalan kecil yang ada dalam suatu lingkungan tertentu.

II.4.8. Konsep Arahan Massa dan Bentuk Bangunan 15


Perumusan tata guna lahan di Kota Purwokerto akan menentukan jenis
pola pergerakkan penduduk. Oleh karenanya kedua aspek tersebut berpengaruh
langsung terhadap perkembangan lahan, serta bentuk dan massa bangunan
yang ada.

Keadaan tersebut juga terjadi di Kota Purwokerto yang diwarnai dengan

pertumbuhan dan perkembangan kota. Hal ini disebabkan karena keadaan

sekarang merupakan refleksi sejarah kota yang bersangkutan. Disisi lain setiap

15 Pemerintah Administratif Kota Purwokerto, RUTRK, Loc.Cit,p.II.115commit to user


perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

39

fragmentasi merupakan hasil sebuah keputusan yang bisa berlatar belakang


politik, keamanan, social, dan sebagainya.

Pertumbuhan kota khusunya di Kota Purwokerto merupakan proses


berkesinambungan yang erat kaitannya dengan evaluasi budaya (terutama
peradaban manusia), sehingga bentuk kota Purwokerto bukan hanya sekedar
produk, namun juga menyangkut proses akumulasi, manifestasi fisik dari
kehidupan yang non fisik (poleksosbud) yang dilandasi norma-norma
yang
berlaku dalam masa pertumbuhan.

Konsep arahan “massa dan Bentuk Bangunan” tidak dapat lepas dari

unsure-unsur yang berperan dalam pengambilan keputusan. Pada suatu proses

disain termasuk didalamnya aspek iklim, sumber daya, teknologi, nilai-nilai


social, ekonomi, dan kemasyarakatan. Aspek-aspek tersebut besar pengaruhny
terhadap proses pengambilan keputusan oleh unsure-unsur penentu dalam
menghasilkan masa dan bentuk bangunan di Kota Purwokerto.
Dasar pengendalian massa dan bentuk bangunan di Kota Purwokerto
yang digunakan akan dikaji dari aspek fisik yang diantaranya adalah ketinggian
bangunan. Ketinggian dari berbagai bangunan akan membentuk Skyline kota
yang bukan hanya susunan berbagai bangunan di suatu kota tetapi mempunyai
berbagai makna, diantaranya: skyline sebagai symbol kota, indeks social, alat
orientasi, perangkat estetik, dan perangkat ritual.

II.4.9. Kota Purwokerto Terkait Dengan Pariwisata


Dalam Propeda (Program Pembangunan Daerah) Kota Purwokerto,
merumuskan 4 (empat) prioritas pembangunan daerah, dan bidang budaya dan
pariwisata mendapatkan tempat pertama dalam susunannya, yaitu:

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

40

Membangun Ketahanan Budaya sebagai unsur perekat kehidupan masyarakat


dengan komitmen cinta Kota dan Mengembangkan Pariwisata Daerah.

Program – program Prioritas:

i. Peningkatan apresiasi nilau budaya dan pelestarian asset budaya,

2.
Pengeambangan promosi serta potensi wisata dan budaya daerah,

3.
Pemberdayaan fasilitas obyek dan daya tarik wisata, serta sarana dan
prasarana wisata,
4.
Pembinaan dan pengembangan kelembagaan seni dan budaya daerah, 5. Pembangunan dan
pengembangan seni dan budaya daerah,
6. Pengembangan jaringan wisata.
Bidang Pariwisata di kota Purwokerto cukup strategis apabila dilihat

dari kondisi, potensi, visi dan misi kota. Bidang pariwisata sangat dipengaruhi
oleh factor – factor intern maupun ekstern dan bersifat multidimensi.

Sehingga dalam pengembangan bidang pariwisata tidak dapat dipandang dari

satu bidang pariwisata saja tetapi juga harus didukung oleh bidang – bidang

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

41

yang lain.
didukung oleh

Wanawisata Baturaden

Curug Gede

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

42

Curug Ceheng

Museum Wayang Sendang Mas

THR Pangsar Soedirman

Masjid Saka Tunggal

Kegiatan pariwisata di kota Banyumas juga disemarakkan dengan adanya


event–event budaya yang menampilkan kesenian khas Banyumas. Promosi dan
pemasaran di bidang pariwisata telah didukung dengan adanya siaran rutin bidang
pariwisata di stasiun radio, selebaran / pamflet / leaflet promosi pariwisata melalui Biro
Perjalanan Wisata, pameran serta pemantauan jaringan internet.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

43

II.5. Preseden Bangunan


II.5.1. Hotel dan Mall Citraland

Bangunan multi fungsi ini terletak di daerah Jakarta Barat dengan akses

pencapaian melalui Grogol Fly Over ( jalan Let.Jend. Suparman) maupun dari jalan

Daan Mogot. Daerah sekitar terdapat dua buah instansi pendidikan Universitas Trisakti

dan Universitas Tarumanegara.

• Fungsi Bangunan
Bangunan terdiri dari dua fungsi utama sebuah hotel dan shopping mall. Shopping
mall tersebut difokuskan bagi pengguna hotel dan masyarakat sekitar, terutama
daerah kawasan pendidikan. Sedangkan untuk hotel, difokuskan bagi wisatawan
bisnis dari nusantara maupun mancanegara. Kedua kegiatan tersebut dilengkapi oleh
fasilitas parkir basement dan sebagian di pelataran (pelataran hotel).

• Tata Letak Fungsi


Shopping mall berada di lantai bawah, ground floor, lantai 1-4 untuk shopping mall
retail-retail dengan pola sirkulasi melingkar. Adanya pemisahan escalator naik turun
di ujung-ujung bangunan, tetapi di tengah bangunan terdapat ramp yang dapat
menghubungkan sisi-sisi yang terpisah oleh atrium. Transportasi lainnya adalah lift
berjumlah dua yang terletak agak ke belakang. Atrium terletak di tengah untuk arena
bermain dengan peralatan mainan yang berukuran raksasa.

Untuk hotel terletak di atas dengan fasilitas kamar sesuai dengan bintang empat.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

44

Sirkulasi naik turun pengunjung dilakukan dengan lift yang terletak di tengah
bangunan.

• Pola Pergerakkan dan Sirkulasi

Pola pergerakkan berbentuk huruf L, pemisahan tersebut dimulai dari pintu masuk

yang telah dipisah dengan tanda panah “hotel” dan “mall”. Pemisahan fungsi hotel

dan fungsi mall dimaksudkan untuk tetap menjaga privacy tiap fungsi dengan tanpa

mengabaikan akses ke tiap fungsi tersebut agar interaksi antar fungsi tetap terjalin,
untuk itu dibuat akses jalan laying yang memiliki akses langsung menuju lobby
hotel.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

45

Sejak pembukaannya di tahun 1990, Plaza Indonesia berhasil menjaga reputasi

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

46

sebagai shopping mall kelas atas di Jakarta. Selama 17 tahun beroperasi, Plaza

Indonesia tetap berfokus pada pangsa pasar kelas atas dan membangun reputasi yang

kuat dan terpercaya melalui fashion, gaya hidup, kecanggihan dan kualitas. Keunggulan
Plaza Indonesia dengan para pesaingnya terletak dalam hal eksklusifitas merek-merek
internasional, keunggulan kualitas gedung, pelanggan-pelanggan kelas atas dan lokasi
yang strategis di pusat bisnis Jakarta.
Plaza Indonesia berdiri di atas lahan seluas 38.050 meter persegi pada
pertemuan Jalan M.H. Thamrin dan Jalan Kebon Kacang Raya, tepat di pusat bisnis
Jakarta. Shopping mall ini memiliki area seluas 62.747 meter persegi dengan 4 lantai

area ritel, satu lantai perkantoran dan lantai area parkir bawah tanah. Dengan total area

sewa seluas 41.536 meter persegi, Plaza Indonesia menampung 250 toko kelas atas

yang menyajikan pengalaman belanja kelas atas bagi para pengunjungnya.

Plaza Indonesia terhubung dengan Grand Hyatt Jakarta dan eX. Sinergi bisnis
yang kuat dengan keduanya merupakan salah satu keuntungan yang sangat kompetitif.
Merupakan suatu kebanggaan bagi Plaza Indonesia dengan mempunyai sejumlah butik-
butik papan atas dari merek-merek internasional yang terkenal. Shopping mall ini juga
mempunyai berbagai label fashion internasional, restoran kelas atas yang menawarkan
masakan internasional dan lokal serta berbagai konsep gaya hidupa mewah dan
pelayanan pelanggan.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

47

Gambar 2.22.Grand Hyatt & Plaza Indonesia

Sumber: www.google.com, 2011

• Bangunan ini pada awalnya hanya mengoperasikan hotel yang bekerja sama dengan

manajemen asing Hyatt International. Tetapi, seteelah melakukan studi, dilakukan penambahan
fasilitas yaitu sebuah shopping mall yang bertaraf internasional dan diharapkan dapat memenuhi
kebutuhan tamu hotel, kawasan

perkantoran di jalan M.H. Thamrin ataupun kota Jakarta. Bangunan terdiri dari dua

fungsi utama yaitu sebuah hotel bintang 4 dan shopping mall. Terdapat 3 lantai
basement dengan jumlah parkir mobil menampung 1643 mobil. Penyewa terbesar
dari shopping mall tersebut adalah Sogo denganluas penyewaan lantai lebih kurang
80% dari area retail lainnya.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

48

Gambar 2.23 Grand Hyatt & Plaza Indonesia


• Sumber:
www.google.com
, 2011
Tata Letak Fungsi
Shopping mall berada pada lantai bawah menempati 4 lantai yang terletak pada
basement ground floor, lantai 1,2,3. Sedangkan untuk hotel di lantai 2 podium
sampai 26 tower. Untuk lantai 27 dan 28 adalah ME, lantai 29 untuk helipad. Area
parkir dipisahkan antara hotel dan perbelanjaan pada basement dengan daya
tampung lebih kurang 1643 buah mobil. Pada shopping mall terdapat atrium
pameran lebar dengan koridor perbelanjaan lebih kurang 5-10 meter. Sirkulasi
hotel terpisah dan standar kamar hotel suite (merupakan salah satu unggulan dari
• Pola
hotelPergerakkan
Hyatt, memiliki
dankamar-kamar
Sirkulasi yang luas).

Pola pergetakkan pengunjung hotel dan perbelanjaan letaknya sangat berjauhan.

Ini untuk meminimalkan konflik pengunjung hotel dan perbelanjaan. Terdapat 4

(empat) entrance masuk ke dalam bangunan pada sisi tapak jalan. Untuk

pengunjung dengan kendaraan umum dapat masuk melalui akses yang mudah ke

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

49

shopping mall melalui pintu timur, sedangkan sirkulasi masuk pengunjung hotel

diarahkan dalam bahasa arsitektur berupa penunjuk arah dipersimpangan sirkulasi


perbelanjaan dengan jalan yang tertutup oleh tumbuhan perindang.
II.5.3. Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diambil pada kedua obyek tersebut adalah:
1. Antara kegiatan hotel dan mall tetap terdapat perbedaan peruangan yang jelas.
2. Dipertimbangkan sirkulasi antara hotel dan mall dapat disatukan dengan
menetapkan bahwa hanya pihak pengunjung hotel dapat mengakses ke dalam

bangunan mall, sedangkan untuk pengunjung mall sebaiknya tidak dapat


mengakses ke dalam bangunan hotel.

3. Meminimalkan atau menghindari konflik pertemuan antara pengunjung hotel dan

mall yang dating pada bangunan dwi fungsi tersebut.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

50

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

114

BAB III

LANDASAN PERENCANAAN DAN PERANCANGAN HOTEL DAN


SHOPPING MALL YANG DIRENCANAKAN

III.1. Umum
1. Pengetian judul
Hotel dan Shopping Mall di Purwokerto adalah suatu bangunan yang
memiliki dua fungsi kegiatan di dalamnya yang berupa wadah pelayanan
untuk penginapan berupa hotel bagi orang-orang yang melakukan perjalanan,
serta menyediakan sarana perbelanjaan baik bagi penginap maupun
masyarakat umum.
2. Tujuan
Tujuan dari pembangunan fasilitas hotel dan shopping mall adalah
menyediakan sarana penginapan berupa kamar-kamar hotel yang disewakan
juga menyewakan/ menjual ruang-ruang penjualan/ toko.
Sedangakn tujuan penggabungan dari dua macam fasilitas yang
berbeda dalam satu bangunan, antara lain:
- Kedua fasilitas tersebut diharapkan merupakan dua aktifitas yang saling

menunjang, sehingga akan memberikan sumbangan terhadap keterkaitan


pola aktivitas lingkungan sekitarnya.

- Optimasi penggunaan tanah yang tersedia karena merupakan bangunan


komersial maka pertimbangan ekonomis perlu diperhatikan.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

115

- Hotel dan shopping mall masing-masing memiliki fasilitas umum,

dimana ruang-ruangnya ada yang sama, sehingga memungkinkan


adanya penyatuan kedua fasilitas umum tersebut.

3. Status

Fasilitas hotel dan shopping mall di Purwokerto adalah milik swasta

dengan system Built, Operate, and Transfer (B O T) dengan jangka waktu

20-25 tahun.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

116

Lokasi pendirian Hotel dan Shopping Mall yang direncanakan dipilih di

wilayah Purwokerto Timur dengan memperhatikan beberapa persyaratan


sebagai berikut.

Kriteria pemilihan site secara umum

1.
Berada pada zona komersial berdasarkan RUTRK.

2.
Potensial bagi pengembangan pariwisata dan bisnis.

3.
Pencapaian mudah, dapat diakses kendaraan penulis maupun umum.
4.
Adanya fasilitas pendukung infrastruktur.
5.
Tidak jauh dari pusat kota, memudahkan pencapaian.
Kriteria pemilihan site berdasarkan konsep arsitektur hijau.
1. Sesuai dengan tata guna lahan.
2. Tidak terletak pada lahan konservasi.

3. Tidak terletak pada daerah rawan bencana.

4. Brownfield, memanfaatkan kembali lahan yang terkontaminasi atau terkena

bahaya polusi sebagai respon dan semangat tindakan tanggung jawab

terhadap lingkungan.
5. Memiliki sedikit dampak negatif terhadap kesehatan, kebisingan, polusi dan lain – lain.
III.3. Klasifikasi Jenis Bangunan

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

117

1. Hotel
a. Jenis Bangunan Hotel
Jenis bangunan hotel yang direncanakan berupa “Hotel Kota”,
yaitu jenis hotel atau pelayanan akomodasi yang terletak di pusat kota,
yang ditujukan memberikan fasilitas penginapan bagi pebisnis, dengan
tugas kedinasan dan wisatawan umum.
b. Jumlah Kamar
Hotel kota ini direncanakan dapat menampung jumlah penginap sampai
20-25 tahun mendatang. Berdasarkan perhitungan perkiraan kebutuhan
kamar di Purwokerto sampai tahun 2020 adalah 135 buah

kamar, sedangkan tiap tahunnya membutuhkan 173 kamar. Untuk

mempertahankan tingkat hunian agar tetap tinggi karena pembangunan

hotel di Purwokerto yang berkembang pesat, maka penyediaan kamar

hotel tidak seluruhnya. Penyediaan kamar hotel diasumsikan 78% dari

kebutuhan kamar hotel per tahun di Purwokerto

Kesimpulan:

Bangunan hotel kota yang direncanakan menampung kamar sejumlah


0,78 x 173 = 134,9 ~ 135 kamar.
c. Program ruang
1. Tuntutan:
Sebagai sarana akomodasi, hotel harus mampu memberikan:

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

118

- Keamanan dan keselamatan


Terhadap benda milik pribadi tamu


Terhadap bahaya kebakaran

- Kenyamanan (comfort)

Bebas dari gangguan: panas matahari, hujan, dingin,


kelembaban dan bising.
• Fasilitas makan, minum, tidur.
- Tuntutan sosial dan lingkungan
• Pencapaian mudah
• Fasilitas rekreasi dan olah raga
2. Tinjauan unsur pelaku
a Tamu hotel
. Tamu hotel merupakan wisatawan dengan berbagai kegiatan

seperti perjalanan dinas untuk seminar atau konveksi, bisnis,


maupun hanya sekedar untuk berwisata, dapat ditinjau sebagai
berikut:

Keprivasian yang tinggi


commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

119

- Menempati kamar hotel

Melakukan kegiatan istirahat, santai, maupun tidur.

- Rekreasi dan olah raga

Dengan tujuan sebagai penyegaran fisik dan mental setelah

seharian melakukan tugas/ pekerjaan, sebagai penyaluran


hobi.

b. Pengelola
Pengelola merupakan pihak yang mengatur terselenggaranya
kegiatan perhotelan, seperti:
- Mengatur berlangsungnya kegiatan perhotelan yaitu dari

pemesanan kamar sampai mempersiapkan kamar untuk


ditempati.

- Memberikan pelayanan bagi tamu hotel\melakukan kegiatan

administrasi, dari tamu mulai check-in sampai check out.


- Melakukan kegiatan perawatan unit kamar.
- Mengoordinir dan mengatur jadwal kegiatan fasilitas-fasilitas yang ada di
hotel.
3. Kegiatan yang ditampung
Kegiatan-kegiatan yang terdapat di dalam hotel secara garis
besar dapat dikelompokkan sebagai berikut:
a. Kegiatan utama
- Kegiatan intern

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

120

Kegiatan yang dilakuakan oleh tamu hotel di dalam kamar:


tidur, mandi, makan, minum.
- Kegiatan ekstern
Adalah kegiatan yang dilakukan oleh tamu hotel di luat kamar
hotel: makan, minum, berbelanja, olah raga, dan
rekreasi.

b. Kegiatan penunjang
Kelompok kegiatan penunjang merupakan kegiatan yang

mendukung kegiatan utama, meliputi:

- Kegiatan restaurant

- Kegiatan pertokoan

- Kegiatan klinik kesehatan


- Kegiatan pertemuan
- Kegiatan rekreasi dan olah raga

c. Kegiatan pengelola

- Perkantoran (staf)

- Service (karyawan)

• Pemeliharaan gedung


Pelayanan MEE
Pelayanan tamu hotel
4. Waktu Operasional
commit to user
Waktu operasional hotel secara garis besar beroperasi selama 24
jam, dengan
spesifikasi kegiatan :
• Waktu aktifitas penerimaan tamu : 24 jam
• Waktu aktifitas
clening service
danlaundry: 07.00 - 17.00
2. Shopping Mall
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
a. Tinjauan Shopping Mall
1. Karakteristik Shopping Mall

121

Bentuk mall sebagai konsep shopping center modern


menjadikan sirkulasi pengunjung sebagai titik tolak konsepnya.

Pengembangan bentuk mall adalah pengembangan shopping center

modern, yaitu komplek pertokoan yang terdiri dari stand-stand

(toko) yang disewakan atau djual.

Dalam perencanaan Shopping Mall, ada tiga sistem yang

harus diperhatikan, yaitu:


- Desain
Untuk menghidupkan suasana dan minat pengunjung
shopping mall harus memberikan unsur penarik pengunjung yang

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

122

disebut magnet/anchor, berupa tempat bermain anak,


supermarket, department store, restaurant, dan sebagainya.

Penempatan magnet dapat dilihat bermacam-macam variasinya,

tetapi yang paling baik adalah penempatan magnet yang dapat

menimbulkan efek ping-pong, sehingga membuat mall menjadi

daerah pergerakkan dengan aktivitas tinggi, dengan demikian


tidak ada toko/retail shop yang tidak dilalui pengunjung.
- Tenant Mix
• Mengatur pihak pihak penyewa yang akan menempati retail dan anchor agar
sesuai dengan:
1. Tingkat ekonomi mayoritas pengunjung
2. Selera pengunjung
• Megatur penempatan jenis-jenis retail sesuai dengan
kegiatannya, sehingga antar retail tidak saling mengganggu.
Anchor tenant: retail 40:60 atau 50:50 dengan dasar investasi
dan pengembalian modal.
- Desain criteria
Perencanaan suatu mall harus bersifat relaks, comfort,
dan mudah dilalui serta dapat dinikmati dengan baik karena

bebas dari sirkulasi kendaraan bermotor. Pada perencanaan mall

penempatan pintu masuk dan unit pusat harus jelas. Lay out mall

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

123

harus sederhana, mudah diidentifikasikan serta tidak

membosankan. Dalam sistem display shopping mall, semua retail

harus dapat dilihat pengunjung sehingga tidak ada penyewa yang


dirugikan.

Berdasarkan pertimbangan-pertimbangan standar perencanaan


dan studi perbandingan, maka fasilitas yang direncanakan pada
Shopping Mall adalah:
-
Retail shop - Mini bar - Variety store - Bank dan ATM

-
Restaurant - Tempat permainan anak

- Ice cream dan snack bar - Travel Agent

- Toko buku - Coffe Shop


- Salon - Fitness Center
b. Sistem pengelolaan, pelayanan, dan penjualan
Sistem-sistem yang direncanakan dalam mall ini, antara lain:
1. Sistem pengelolaan
Independent trade
Dikelola oleh suatu badan khusus, dibawah penanganan sebuah
managemen
2. Sistem pelayanan
Self service
Sistem pramuniaga, pembeli dilayani oleh pramuniaga dalam
memilih barang. commit to user
3. Sistem Operasi Penjualan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

124

Clerk Wrapping Central Wrapping

4. Barang yang dijual

Convenience goods Demans goods Impulse goods

c. Sistem pemilikan dan waktu operasioanal 1. Sistem pemilikan


Ruang-ruang atau unit pertokoan yang ada di dalam shopping
mall dapat dimiliki atau dipergunakan melalui sistem kontrak atau
sewa. Penyewa unit retai dibatasi jangka waktu tertentu, kalaupun
penyewa ingin terus menyewa unit retail maka dapat pindah ke
unit
lain. Hal ini dimaksudkan agar kondisi atau suasana mall selalu baru.

Penyewa terbesar disebut “anchor tenant”, dengan harga sewa yang

lebih rendah dibandingkan retail karena jangka waktu pemilikkan

yang lebih lama.


2. Waktu operasional
Waktu operasional shopping mall mempertimbangkan
kebiasaan masyarakat setempat, dimana masyarakat memanfaatkan
waktu dalam sehari kerja.
- Waktu aktifitas pertokoan dan fasilitas penunjang:
09.00-21.00 WIB.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

125

- Waktu aktifitas theatre : 13.00-03.00 WIB - Waktu


aktifitas keamanan 24 jam.
d. Program ruang 1. Tinjauan Unsur Pelaku
- Pengunjung
Yaitu pelaku yang datang untuk tujuan berbelanja atau konsumen
maupun yang datang di samping untuk berbelanja juga berekreasi.

- Penyewa

Yaitu pemakai yang menyewa retail shop sebagai tempat usaha komersial dengan kewajiban
membayar sewa.

- Pengelola

Yaitu pelaku yang bertugas mengelola secara administrasi

umumnya, untuk organisasi fungsional suatu bangunan komersial,


menggunakan tenaga-tenaga untuk menangani bidang-bidang yang
sesuai dengan keahliannya.
2. Kegiatan yang ditampung
a. Kegiatan pengunjung/pembeli
Meliputi:


Kegiatan para pengunjung mall yang ingin berbelanja.


Kegiatan para pengunjung mall yang ingin berjalan – jalan menikmati suasana mall.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

126


Kegiatan para pengunjung
mall yang ingin hiburan di mall. menikmati
fasilitas
b. Penyewa/penjual
Meliputi:
• Menjual barang di outletnya
• Menerima barang dari supplier
• Berhubungan dengan pengelola bangunan
c. Pengelola
- Staf
- Karyawan
3. Skope Pelayanan

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

127

Shopping mall yang direncanakan mempunyai skope pelayanan


lokal yaitu melayani suatu lingkungan dengan jumlah penduduk

antara 10-15 ribu jiwa. Hal ini berdasarkan pada perhitungan jumlah

penduduk pada bab sebelumnya. Fasilitas shopping mall di

Purwokerto, direncanakan untuk melayani:

- Daerah pelayanan primer, yaitu Kecamatan Purwokerto Timur


dengan jumlah penduduk 57.160 jiwa.

- Daerah pelayanan sekunder, merupakan daerah yang dipengaruhi

oleh fasilitas perbelanjaan lainnya, yaitu Kecamatan Purwokerto


Selatan, Kecamatan Purwokerto Utara, dan Kecamatan Purwokerto
Barat dengan jumlah penduduk sekitar 150.000 jiwa.
- Penduduk siang hari yang berada di daerah pelayanan sekitar
30.000 jiwa
Jadi jumlah penduduk yang akan dilayani oleh fasilitas

perbelanjaaan ini adalah237.160 jiwa. Berdasarkan komposisi

penduduknya yang 60% g.b; 355 m.b; 5% m.a, maka kemampuan

daya belinya tidak sama. Jadi diperkirakan disini hanya sekitar

60% dari jumlah seluruhnya yang akan ditampung/dilayani, yaitu

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

128

Kelompok ruang Macam ruang Kebutuhan ruang


Utama 1. Ruang privat • r. tidur
• KM/WC
2. Ruang penjualan • r. ganti/dressing room

• r. unit retail
• r. supermarket . r. penjualan
. r. penitipan barang
. r. kasir
. r. packing
. r. istirahat karyawan
. toilet
. r. direksi
. r. administrasi, gudang
• r. variety store
. r. penjualan/display
. r. pas

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

129

Kesimpulan:
Berdasarkan pada standar kebutuhan ruang shopping
fasilitas mall
untuk kota dengan penduduk padat adalah 0,18 m2 orang ( Sumber:
Dirjen. Cipta Karya, Pedoman Perancangan Lingkungan Pemukiman
Kota. YLPMB, 1979), maka kebutuhan luas lantai shopping mall
2
adalah 0,18 x 9486=1707,5 m

III.4. Program Ruang Hotel dan Shopping Mall

9486
jiwa.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

130

. r. kasir
. r. packing
. r. direksi
. r. administrasi
. r. supplier
. r. istirahat/locker
. toilet
. gudang

• r. toko buku
. r. penjualan
. r. kasir
. r. penitipan barang
. r. packing
. r. direksi
. r. administrasi
. r. istirahat karyawan
. toilet
. gudang

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

131

Penunjang 1. R. Olah Raga • r. fitness . r. senam


. r. loker

. r. shower
. toilet
2. R. rekreasi/hiburan dan . gudang
• Kolam renang
. r. shower
. r. ganti
. loker
. toilet
• r. mandi uap/sauna
. r. mandi uap
. r. pijat dan basuh
. r. ganti
• r. bermain anak

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

132

restoran . r. theater simulator


. r. video game
. r. bom-bom car
. r. kasir
. r. loket
. r. pengelola
. toilet
• Restaurant table
service
. r. makan
. r. kasir
. r. ganti
. r. direksi/administrasi
. r. gudang makanan
. dapur/pantry
• Coffee shop, ice
cream,
snack bar
. r. kasir
. r. makan
. pantry
.
d
a
p
u
r
.
t
o
il

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

133

e
t

• Bar/diskotik . r. duduk
. r. bartender
. gudang
. r. dansa.
• r. rapat pertemuan
• r. prefuncitiom •
gudang
• biro perjalanan
• beauty parlour
• bank/money changer
• pos/telex

3. Function Room

4. Ruang yang disewakan

• drugstore

5. Poliklinik • boutique
• coffee
shop
• r. tunggu
• r. periksa

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

134

Pengelol 1. R. Manager dan Staf • r. GM


a . r. GM
. r. sekretaris
• r.
manajer+sta
f Hotel
. r. manager
hotel
. r. sekretaris
. r. pimpinan
restoran
.r. pimp.
pemasaran+sta
f
.r. pimp.
Pengadaan+st
af
.r. pimp.
Pembelian
.r. pimp.
keuangan+staf
.r. pimp.
Personalia+sta
f
• r.
manager+st
af shopping
mall
.r. manager
perbelanjaan
.r. ass.
Manager
.r. sekretaris
.r. pimp.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

135

Keuangan+sta
f
.r. pimp.
Pemasaran+st
af
• .r. pimp.
Operasional
+staf .r.
pimp.
Personalia+
staf
r. rapat
r. makan
karyawan
r. ganti
karyawan+lok
er
Pemeliha 1. R. Mekanikal&elektrikal • r. pimp.
raan Teknik+staf
.r. r. control
Peralatan
dan MEE .r. sampah
.r. limbah/STP
.r. genset
.r. mesin AC
.r. pemanas air
.r. pompa +
bak
penampung
• r. registrasi
• lobby
• lounge
• save deposit
• toilet

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

136

2. R. Front Office • mail box


• room boy
stasion
• r. linen
• r. jahit
menjahit
• r. laundry
• r. karyawan
(KM+loker)
• r. makan
karyawan
• r. ibadah
• r. uniform
• Gd.
Makanan &
minuman
• Gd.
peralatan&
perlengkapa
n
• Gd.engineer
ing
• Gd. botol
kodong
• Gd. barang
bekas
• Gd.furniture
• parker tamu
hotel
• perkir
konsumen
mall
• parker
pengelola

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
3. Tata Graha

137

4. Gudang
• loading
dock

5. Parkir

6. R. Bongkar muat

7. R. security

III.5. Penggabungan Program Ruang

Penggabungan program ruang antara hotel dan shopping mall,

didasarkan atas: sifat dan tuntutan masing-masing kegiatan yang terjadi di

dalam hotel dan shopping mall, juga dengan mempertimbangkan tuntutan

pelaku kegiatan dari masing-masing fungsi tersebut.


1. Tuntutan Tamu Hotel
- Tingkat privasi masing-masing tamu terjaga, kegiatan
bersifat santai/rileks.
- Ketenangan, hal ini dikaitkan dengan sifat kegiatan yang ada di dalamnya yaitu
tidur/istirahat sehingga dibutuhkan suasana yang tenang, bebas dari gangguan suasana
bising, baik yang ditimbulkan oleh bangunan maupun dari luar. Dibutuhkan
daerah/zone yang tenang, pemakaian elemen kedap suara.
- Kenyamanan, untuk kebutuhan yang berhubungan dengan kegiatan istirahat/santai,
diperllukan suatu suasana yang nyaman, hal ini berhubungan dengan suatu yang dapat

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

138

dirasakan oleh perasaan dan indera fisik manusia. Dalam hal ini dikaitkan dengan
pengkondisian ruang, fasilitas ruang yang baik dan memenuhi syarat.

- Keamanan

- Pelayanan yang cepat dan lancer.

2. Tuntutan Konsumen Shopping Mall

- Kemudahan dalam pergerakkan, dikaitkan dengan luasan ruang berupa

lebar ruangan yang terukur sehingga memungkinkan arus manusia dapat

bergerak dari ruang satu ke ruang yang lain dengan leluasa.


- Kenyamanan pergerakkan dan perpindahan manusia, dikaitkan dengan arah
pencapaian serta jarak yang ditempuh.
- Kemudahan dalam mencari dan memilih barang yang dibutuhkan.

Berdasarkan pada pertimbangan di atas, maka program ruang yang

memungkinkan untuk digabung adalah ruang-ruang yang memiliki fungsi,

sifat, dan tuntutan yang sama. Sehingga, dapat menghasilkan fungsi bangunan

yang optimal dan kemudahan dalam pelayanan. Adapun ruang-ruang tersebut


antara lain:

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

139

1. Ruang Publik
- Atrium/plaza
- Art shop
- Money changer, Bank
- Travel agent
- Restaurant, cafeteria
- Salon kecantikan/ barber shop
- Parkir
2. Ruang Pengelola
- Security office
- House keeping
- Ruang rapat
- Parkir staf
- Mushola

- Dapur

3. Ruang Servis

- Gudang, work shop/bengkel

- Area bongkar muat/loading dock

- Ruang MEE
- Ruang AC/water supplai

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

140

III.6. Sistem Zoning


Perlunya penetapan zoning vertical dan horizontal untuk memisahkan
fungsi-fungsi kegiatan yang berbeda. Zoning horizontal mendasari penempatan
ruang berdasarkan aksesibilitas, hirarki dan prioritas kenampakan. Zoning

vertical mendasari penempatan suatu fungsi dengan pertimbangan aksesibilitas,

segi kenampakan dan privacy yang dikaitkan dengan perletakkan pada level
bangunan.

III.7. Hotel dan Shopping Mall di Purwokerto dengan Pendekatan Arsitektur

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

141

Hijau yang Direncanakan

1. Pola Gubahan Massa

Masing-masing fungsi terletak di dalam bangunan sendiri yang

dihubungkan oleh bangunan yang berfungsi sebagai fasilitas bersama.


Dengan adanya pemisahan, kepadatan traffic pengunjung akan berkurang,
keprivasian tamu hotel akan terjaga.
2. Tata Ruang
a. Tatanan ruang relevan pada penerapan pola massa tunggal yaitu

memisahkan dan mengintegrasikan fungsi ruang dan kegiatan di dalam

bangunan melalui koridor sebagai penghubung dengan titik simpul

(magnet).

b. Tatanan ruang diletakkan pada pola gubahan massa dengan


pemisahan
dan pengintegrasian ruang dan kegiatan serta pengorganisasian
fungsifungsi kegiatan dapat diatur dalam satu system pergerakan yang
saling terkait.
3. Sistem Bangunan
a. Pencahayaan
Sistem pencahayaan yang digunakan dalam bangunan hotel dan
shopping mall terdiri dari dua macam, yaitu pencahayaan alami dan
buatan dimana keduanya memiliki peran dan fungsi yang berbeda akan
tetapi harus dapat saling mendukung satu sama lain. Pencahayaan alami

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

142

pada bangunan akan dimaksimalkan dengan penggunaan jendela yang


lebar dan adanya sky light pada atap.Sedangkan pencahayaan buatan
selain sebagai penerangan adalah sebagai pengarah sirkulasi dan
menonjolkan elemen dekoratif serta nilai estetis. Agar lebih hemat

energi, perlu dipertimbangkan pemilihan jenis lampu yang akan


digunakan.

b. Penghawaan

Penghawaan pada bangunan hotel dan mall dengan pendekatan

arsitektur hijau menggunakan sistem penghawaan alami. Penghawaan

alami pada bangunan juga dibantu dengan sistem penghawaan buatan

untuk mengantisipasi pengguna yang menginginkan penggunaan AC.


Ketika AC dalam ruang dinyalakan, jendela akan ditutup rapat sehingga
dapat mengefisienkan pemakaian energy, namun ketika tidak
membutuhkan AC, maka jendela dapat dibuka dengan mengatur sudut
kemiringan bukaan jendela. Pemakaian jenis jendela yang dapat
mengoptimalkan sistem penghawaan secara pasif, yaitu dengan

menggunakan konstruksi gedung, bahan bangunan, dan pengkondisian

udara tanpa membutuhkan peralatan. Sistem inilah yang nantinya akan

banyak digunakan di dalan ruang–ruang hotel karena biayanya relatif

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

143

murah dan menghemat energi. Prinsip dasar penghawaan alami yang


digunakan adalah cross ventilation. Udara dialirkan melalui bukaan–
bukaan pada dinding yang dipasang berhadapan dan tegak lurus.
c. Sistem Energi Bangunan
Bangunan hotel dan shopping mall merupakan fasilitas yang harus
tercukupi kebutuhan energi dan bebas dari gangguan energi seperti
pemadaman, oleh karena itu pada perencanaan hotel dan shopping mall,
sistem energi menggunakan tiga sumber energi, yaitu PLN (main Energi),
Genset (Backup energy), Solar Cell (alternative Energy).

III.8. Arsitektur Hijau pada Detail Arsitektural


Implementasi konsep Arsitektur Hijau pada perencanaan dan
perancangan hotel dan shopping mall yaitu dalam hal penyelesaian detail
asitektural pada desain bangunan eksterior maupun interior. Berdasarkan

beberapa teori dan preseden yang sudah ada, implementasi konsep

Arsitektur Hijau diwujudkan dalam pemilihan warna, dan material,

dimana dimaksudkan agar menjadi elemen pendukung proses hemat


energi pada bangunan.

III.9. Pendekatan Lokasi sesuai Arsitektur Hijau

Hotel dan shopping mall di Purwokerto diharapkan dapat menjadi


sebuah fasilitas publik yang dapat mewadahi kebutuhan pengunjung

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

144

wisatawan maupun sarana akomodasi bagi pendatang yang datang ke


kota Purwokerto. Dengan penerapan prinsip arsitektur hijau yang
bekerja di dalam bangunan dan lingkungan sekitarnya, dapat
meminimalkan pengaruh terhadap lingkungan dan menghasilkan

tempat hidup yang lebih baik dan lebih sehat. Berikut criteria
pemilihan lokasi untuk hotel dan shopping mall yang direncanakan:

• Sesuai dengan tata guna lahan.


• Tidak terletak pada lahan konservasi.
• Tidak terletak pada daerah rawan bencana.
• Brownfield
, memanfaatkan kembali lahan yang terkontaminasi
atau terkena bahaya polusi sebagai respon dan semangat tindakan
tanggung jawab terhadap lingkungan.
• Memiliki sedikit dampak negatif terhadap kesehatan, kebisingan,
polusi.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

145

commit to user

Anda mungkin juga menyukai