di Indonesia.
NIM : 042342743
PENDAHULUAN
Indonesia merupakan negara kesatuan yang negara merdeka dan berdaulat yang
pemerintahannya diatur oleh pemerintah pusat. Dalam konstitusi Republik Indonesia
yaitu Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dalam pasal 4 ayat
(1) dikatakan bahwa Presiden Republik Indonesia memegang kekuasaan pemerintahan
menurut Undang-Undang Dasar. Sehingga dalam pasal ini dapat ditafsirkan bahwa
pemegang kekuasaan tertinggi di negara Indonesia adalah presiden.
PEMBAHASAN
Asas Kepastian Hukum, yaitu asas yang mengacu pada peraturan perundang-
undangan serta keadilan dalam penyelenggaraan kegiatan negara.
Asas Tertib Penyelenggara, yaitu asas yang menjadi pedoman
keteraturan,keserasian,dan keseimbangan dalam mengendalikan
penyelenggaraan negara.
Asas Kepentingan Umum, yaitu asas yang berfokus pada kesejahteraan umum
dengan cara asporatif, akomodatif, dan selektif.
Asas Tertib Penyelenggara, yaitu asas yang menjadi pedoman ketertauran dan
keserasian.
Asas Keterbukaan, yaitu asas yang terbuka atas hak masyarakat untuk
mendapatkan informasi yang benar,jujur,serta tidak dikriminatif tentang
penyelenggaraan negara dengan tetap memperhatikan perlindungan atasa hak
asasi pribadi, golongan, dan rahasian negara.
Asas Proposionalitas, yaitu asas yang mengutamakan keseimbangan antara hak
dan kewajiban.
Asas Profesionalitas, yaitu asas yang mengutamakan keadilan yang
berlandaskan kode etik dan ketentuan peraturan perundang-undangan yang
berlaku.
Asas Akuntabilitas, yaitu asas yang memastikan setiap kegiatan dan hasil dari
kegiatan penyelenggara negara bisa dipertanggungjawabkan kepada rakyat atau
masyarakat.
Asas Efisiensi dan efektifitas, yaitu asas yang menjamin terselenggaranya
penggunaan sumber daya yang tersedia secara optimal dan bertanggungjawab
untuk kesejateraan masyarakat.
Implementasi otonomi daerah sebagai wujud hubungan pusat dan daerah dalam
penyelengaraan pemerintahan tentu akan member dampak positif dan negatif. Dampak
positif yang signifikan adalah tumbuh dan berkembangnya prakarsa daerah menuju
kemndirian daerah dalam melaksanakan pembangunan. Dampak negatif yang paling
mengemuka adalah timbulnya friksi pusat-daerah dan antar daerah utama, dalam
pengelolaan sumber daya alam, kewenangan dan kelembagaan daerah. Penyebabnya
seringkali beraumber dari kurang harmonisnya kebijakan sektoral dengan kebijakan
otonomi daerah.
Pendelegasian kewenangan dari pemerintah pusat dapat dilakukan dengan baik melalui
dekonsentrasi, delegasi ataupun devolusi. Bentuk atau model pelimpahan kewenangan
dari pemerintah pusat ke daerah dapat dilakukan baik secara simetris maupun asimetris.
Upaya untuk mengurangu atau meminimalisir peluang timbulnya konflik kewenangan
antara pemerintah pusat dan daerah dalam penyelenggaraan otonomi daerah dapat
dilakukan dengan cara mengamandemen atau merevisi beberapa peraturan perundang-
undangan yang tidak sinkron atau tidak sejalan dengan kebijakan otonomi daerah.
Harmonisasi peraturan perundang-undangan sektoral dengan peraturan perundang-
undangan desentralisasi dan otonomi daerah merupakan hal yang sangat penting dan
strategis dalam membentuk peraturan perundang-undangan yang baik dan implementif.
KESIMPULAN
Berdasarkan uraian pada bagian pembahasan maka dapat dibuat kesimpulan sebagai
berikut:
REFERENSI :
BMP IPEM4425
https://journal.unsika.ac.id/
https://ojs.unm.ac.id/index.php/supremasi/article/viewFile/2800/1505