Anda di halaman 1dari 3

Ruang lingkup hubungan pusat dan daerah dalam penyelenggaraan pemerintahan

di Indonesia.

NAMA : RISKILA ANJAIYANI

NIM : 042342743

PENDAHULUAN

Indonesia merupakan negara kesatuan yang negara merdeka dan berdaulat yang
pemerintahannya diatur oleh pemerintah pusat. Dalam konstitusi Republik Indonesia
yaitu Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dalam pasal 4 ayat
(1) dikatakan bahwa Presiden Republik Indonesia memegang kekuasaan pemerintahan
menurut Undang-Undang Dasar. Sehingga dalam pasal ini dapat ditafsirkan bahwa
pemegang kekuasaan tertinggi di negara Indonesia adalah presiden.

Namun karena luasnya daerah-daerah di Indonesia yang terbagi-bagi atas beberapa


provinsi, kabupaten serta kota maka daerah-daerah tersebut memiliki pemerintahan
daerah dengan maksud guna mempermudah kinerja pemerintah pusat terhadap
daerahnya sehingga digunakanlah suatu asas yang dinamakan asas otonomi sesuai
dengan yang diatur dalam pasal 18 ayat (2) UndangUndang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945. Pemerintah telah menetapkan undang-undang yang mengatur
tentang kewenangan pemerintah daerah tidak kurang dari 9 undang-undang sejak
kemerdekaan sampai sekarang. Undang-undang yang telah ditetapkan itu kemudian
menjadi penentu corak dan model hubungan pemerintah pusat dengan pemerintah
daerah.

PEMBAHASAN

Dalam Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah disebutkan


bahwa : “Pemerintahan daerah adalah penyelenggaraan urusan pemerintahan oleh
pemerintah daerah dan DPRD menurut asas otonomi dan tugas pembantuan dengan
prinsip otonomi seluas-luasnya dalam sistem dan prinsip Negara Kesatuan Republik
Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945.” Yang tertuang dalam Pasal 18 UUD 1945, menyatakan bahwa
“Negara Kesatuan RI dibagi atas daerah-daerah provinsi dan daerah provinsi itu dibagi
atas daerah kabupaten dan kota, yang masing-masing mempunyai pemerintahan daerah
yang diatur dengan undang-undang”, maka sistem pemerintahan di Indonesia mengenal
adanya pemerintah pusat dan pemerintah daerah.

Untuk mengurus penyelengaraan pemerintahan secara lebih efektif dan efisien


berdasarkan atas penyelenggaraan otonomi keseluruh pelosok wilayah negara maka
dibentuklah pemerintahan daerah yang menyelenggarakan urusan atau fungsi-fungsi
pemerintahan di daerah.

Penyelenggaraan otonomi daerah dilakukan berdasarkan 3 asas, yaitu :


 Asas Desentralisasi
merupakan pemberian wewenang untuk menjalankan pemerintahan kepada
daerah otonom berdasarkan struktur NKRI dan dasar hukum yang berlaku
 Asas Dekosentrasi
merupakan pelimpahan wewenang dari pemerintah pusat kepada gubernur yang
bertugas sebagai wakil pemerintah dan atau perangkat pusat daerah.
 Asas Tugas Pembantuan
merupakan pemberian tugas dari pemerintah pusat kepada pemerintah daerah
untuk melaksanakan tugas tertentu dengan biaya, sarana dan prasarana, serta
sumber daya manusia. Tugas tersebut harus dipertanggungjawabkan dan
dilaporkan kepada yang berwenang.

Sedangkan asas umum penyelenggaraan negara adalah:

 Asas Kepastian Hukum, yaitu asas yang mengacu pada peraturan perundang-
undangan serta keadilan dalam penyelenggaraan kegiatan negara.
 Asas Tertib Penyelenggara, yaitu asas yang menjadi pedoman
keteraturan,keserasian,dan keseimbangan dalam mengendalikan
penyelenggaraan negara.
 Asas Kepentingan Umum, yaitu asas yang berfokus pada kesejahteraan umum
dengan cara asporatif, akomodatif, dan selektif.
 Asas Tertib Penyelenggara, yaitu asas yang menjadi pedoman ketertauran dan
keserasian.
 Asas Keterbukaan, yaitu asas yang terbuka atas hak masyarakat untuk
mendapatkan informasi yang benar,jujur,serta tidak dikriminatif tentang
penyelenggaraan negara dengan tetap memperhatikan perlindungan atasa hak
asasi pribadi, golongan, dan rahasian negara.
 Asas Proposionalitas, yaitu asas yang mengutamakan keseimbangan antara hak
dan kewajiban.
 Asas Profesionalitas, yaitu asas yang mengutamakan keadilan yang
berlandaskan kode etik dan ketentuan peraturan perundang-undangan yang
berlaku.
 Asas Akuntabilitas, yaitu asas yang memastikan setiap kegiatan dan hasil dari
kegiatan penyelenggara negara bisa dipertanggungjawabkan kepada rakyat atau
masyarakat.
 Asas Efisiensi dan efektifitas, yaitu asas yang menjamin terselenggaranya
penggunaan sumber daya yang tersedia secara optimal dan bertanggungjawab
untuk kesejateraan masyarakat.

Implementasi otonomi daerah dilandasi oleh semangat untuk mengubah paradigma


penyelenggaraan pemerintahan dari pendekatan yang sifatnya sentralistik menuju
kepada pemerintahan daerah yang desentralistik. Namun perubahan tersebut akan
menimbulkan permasalahan lain, seperti adanya peraturan perundang-undangan sektoral
yang belum sesuai dengan undang-undang otonomi daerah. Akibatnya terjadi tarik
menarik kewenangan antara pusat dengan daerah dan bahkan t erkadang antar daerah
sendiri. Oleh karena itu, yang menjadi pokok permasalahan dalam penelitian ini adalah
bagaimana konsep dasar dalam pembagian kewenangan antara pemerintah pusat dan
daerah serta bagaimana meminimalisir peluang timbulnya konflik kewenangan dalam
penyelenggaraan otonomi daerah.

Implementasi otonomi daerah sebagai wujud hubungan pusat dan daerah dalam
penyelengaraan pemerintahan tentu akan member dampak positif dan negatif. Dampak
positif yang signifikan adalah tumbuh dan berkembangnya prakarsa daerah menuju
kemndirian daerah dalam melaksanakan pembangunan. Dampak negatif yang paling
mengemuka adalah timbulnya friksi pusat-daerah dan antar daerah utama, dalam
pengelolaan sumber daya alam, kewenangan dan kelembagaan daerah. Penyebabnya
seringkali beraumber dari kurang harmonisnya kebijakan sektoral dengan kebijakan
otonomi daerah.

Dalam hubungan pusat-daerah penyelenggaraan pemerintahan di Indonesia pada


dasarnya adalah pendelegasian kewenangan dari pemerintah pusat kepada pemerintah
darah otonom yang dibingkai dalam system negara kesatuan.

Pendelegasian kewenangan dari pemerintah pusat dapat dilakukan dengan baik melalui
dekonsentrasi, delegasi ataupun devolusi. Bentuk atau model pelimpahan kewenangan
dari pemerintah pusat ke daerah dapat dilakukan baik secara simetris maupun asimetris.
Upaya untuk mengurangu atau meminimalisir peluang timbulnya konflik kewenangan
antara pemerintah pusat dan daerah dalam penyelenggaraan otonomi daerah dapat
dilakukan dengan cara mengamandemen atau merevisi beberapa peraturan perundang-
undangan yang tidak sinkron atau tidak sejalan dengan kebijakan otonomi daerah.
Harmonisasi peraturan perundang-undangan sektoral dengan peraturan perundang-
undangan desentralisasi dan otonomi daerah merupakan hal yang sangat penting dan
strategis dalam membentuk peraturan perundang-undangan yang baik dan implementif.

KESIMPULAN

Berdasarkan uraian pada bagian pembahasan maka dapat dibuat kesimpulan sebagai
berikut:

a. Upaya untuk meminimalisir timbulnya konflik kewenangan antara pemerintah


pusat dan daerah dalam penyelengaraan otonomi daerah dapat dilakukan dengan
ara merevisi beberapa peraturan perundang-undangan yang tidak sinkron atau
tidak sejalan kebijakan otonomi daerah.

b. Slogan Bhinneka Tunggal Ika seharusnya menjadi solusi atas perbedaan-


perbedaan yang ada disetiap daerah. Oleh karena itu, dalam hubungan
penyelenggaraan pemerintah antara pemerintah pusat dan daerah harus
memperhatikan efektifitas, fungsi dan kemanfaatannya.

REFERENSI :

BMP IPEM4425
https://journal.unsika.ac.id/
https://ojs.unm.ac.id/index.php/supremasi/article/viewFile/2800/1505

Anda mungkin juga menyukai