Anda di halaman 1dari 57

TERMINOLOGI

PEMERINTAHAN DAERAH,
OTONOMI, SERTA KONSEP
PEMEKARAN DAERAH

1
HUKUM ADMINISTRASI NEGARA DAN
PEMERINTAHAN DAERAH
 Hukum administrasi negara menjadi dasar pijakan
utama dan legitimasi kebijakan penyelenggaraan
pemerintahan daerah, sehingga format hukum
sangat menentukan nuansa dan dialektika
otonomi daerah yang ditetapkan pemerintah
pusat.
 Hukum tidak dapat dilepaskan dari kebijakan
pemerintahan daerah karena melalui hukum
dapat diperoleh arah tujuan negara dalam
membagi kewenangan antar-tingkatan
pemerintahan.

2
KEDUDUKAN HUKUM PEMERINTAHAN DAERAH
DALAM HUKUM ADMINSTRASI NEGARA

SISTEM

DAERAH PROSEDUR
OTONOM
KEBIJAKAN

HUKUM
HAN PEMERINTAHAN DAU

DAERAH KEUANGAN
DAK
DAERAH
PAD

PEMBINAAN
PENGAWASAN

3
Definisi
Definisi Pemerintahan Daerah
 (Pasal 1 angka 2 UU Nomor 32 Tahun 2004)
“Penyelenggaraan urusan pemerintahan oleh
pemerintah daerah dan DPRD menurut asas
otonomi dan tugas pembantuan dengan
prinsip otonomi seluas-luasnya dalam sistem
dan prinsip Negara Kesatuan Republik
Indonesia sebagaimana dimaksud dalam UUD
1945.”
Definisi Pemerintah Daerah
 (Pasal 1 angka 3 UU Nomor 32 Tahun 2004):
“Gubernur, Bupati, atau Walikota, dan
perangkat daerah sebagai unsur
penyelenggara pemerintahan daerah.” 4
Legaligrafi pemerintahan daerah

1. UU NOMOR 1 TAHUN 1945


2. UU NOMOR 22 TAHUN 1948
3. UU NOMOR 44 TAHUN 1950
4. UU NOMOR 1 TAHUN 1957
5. UU NOMOR 6 TAHUN 1959
6. UU NOMOR 5 TAHUN 1960
7. UU NOMOR 18 TAHUN 1965
8. UU NOMOR 5 TAHUN 1974
9. UU NOMOR 22 TAHUN 1999
10. UU NOMOR 32 TAHUN 2004
5
KERANGKA DASAR HUKUM
PEMERINTAHAN DAERAH

”Pembagian Daerah Indonesia atas daerah


besar dan kecil dengan bentuk susunan
pemerintahannya ditetapkan dengan
undang-undang dengan memandang dan
mengingati dasar permusyawaratan dalam
sistim Pemerintahan Negara, dan hak-hak
asal usul dalam daerah yang bersifat
istimewa.”

Pasal 18 UUD 1945 Pra-Perubahan


6
HAKIKAT PEMBAGIAN DAERAH
MENURUT PASAL 18 UUD 1945
PRA-PERUBAHAN
1. PEMBENTUKAN DAERAH DI INDONESIA
DIMUNGKINKAN SEBAGAI WUJUD PRULARISTIS
BANGSA INDONESIA YANG EKA DALAM KESATUAN
NEGARA REPUBLIK INDONESIA.

2. SEBAGAI KONSEKUENSI YURIDIS BENTUK


NEGARA KESATUAN, HUBUNGAN FORMALISTIS
ANTAR-DAERAH DAN PEMBENTUKAN DAERAH
DILAKUKAN OLEH PEMERINTAH PUSAT MELALUI
UNDANG-UNDANG YANG HARUS MENDAPAT
PERSETUJUAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT
(DPR). 7
Pasal 18 UUD 1945 Setelah Perubahan
1) Negara Kesatuan Republik Indonesia dibagi atas daerah-daerah provinsi
dan daerah provinsi itu dibagi atas kabupaten dan kota, yang tiap-tiap
provinsi, kabupaten, dan kota itu mempunyai pemerintahan daerah,
yang diatur dengan undang-undang.
2) Pemerintahan daerah provinsi, daerah kabupaten, dan kota mengatur dan
mengurus sendiri urusan pemerintahan menurut asas otonomi dan tugas
pembantuan.
3) Pemerintahan daerah provinsi, daerah kabupaten, dan kota memiliki
Dewan Perwakilan Rakyat Daerah yang anggota-anggotanya dipilih
melalui pemilihan umum.
4) Gubernur, Bupati dan Walikota masing-masing sebagai Kepala Pemerintah
Daerah Provinsi, Kabupaten dan Kota dipilih secara demokratis.
5) Pemerintah daerah menjalankan otonomi seluas-luasnya, kecuali urusan
pemerintahan yang oleh undang-undang ditentukan sebagai urusan
Pemerintah Pusat.
6) Pemerintahan daerah berhak menetapkan peraturan daerah dan
peraturan-peraturan lain untuk melaksanakan otonomi dan tugas
pembantuan.
7) Susunan dan tata cara penyelenggaraan pemerintahan daerah diatur
dalam undang-undang.
8
Pasal 18A UUD 1945
1)Hubungan wewenang antara pemerintah pusat
dan pemerintah daerah provinsi, kabupaten,
dan kota atau antara provinsi dan kabupaten dan
kota, diatur dengan Undang-undang dengan
memperhatikan kekhususan dan keragaman
daerah.
2)Hubungan keuangan, pelayanan umum,
pemanfatan sumber daya alam dan sumber daya
lainnya antara pemerintah pusat dan
pemerintahan daerah diatur dan dilaksanakan
secara adil dan selaras berdasarkan undang-
undang.
9
Pasal 18B UUD 1945
1)Negara mengakui dan menghormati satuan-
satuan pemerintahan daerah yang bersifat
khusus atau bersifat istimewa yang diatur
dengan Undang-undang.
2)Negara mengakui dan menghormati
kesatuan-kesatuan masyarakat hukum adat
serta hak-hak tradisonalnya sepanjang masih
hidup dan sesuai dengan perkembangan
masyarakat danprinsip Negara Kesatuan
Republik Indonesia, yang diatur dalam
undang-undang.
10
PEMBAGIAN DAERAH

KABUPATEN

NEGARA
REPUBLIK PROVINSI
INDONESIA
KOTA

Pembentukan Daerah Otonom harus


dilakukan dengan Undang-Undang 11
ALASAN YURIDIS PEMBENTUKAN DAERAH
MELALUI UNDANG-UNDANG

(1) pembentukan daerah harus merupakan wujud


kemauan pemerintah dan rakyat melalui wakil-
wakilnya di DPR;
(2) konstruksi pembagian daerah harus
diselaraskan dengan kepentingan dan
kebutuhan rakyat yang dilegitimasi oleh hukum;
(3) pembentukan daerah merupakan perjanjian
publik yang mengakui suatu wilayah sebagai
daerah otonom yang akan memiliki hak dan
kewajiban sebagai subyek hukum;
(4) jaminan penyerahan hak otonomi akan disertai
dengan jaminan pengakuan hak mengatur
rumah tangganya sendiri yang diserahkan dari
pemerintah pusat. 12
PENGERTIAN, PRINSIP DAN
TUJUAN OTONOMI DAERAH

Istilah otonomi berasal dari bahasa


Yunani autos yang berarti sendiri dan
namos yang berarti Undang-undang
atau aturan. Dengan demikian
otonomi dapat diartikan sebagai
kewenangan untuk mengatur dan
mengurus rumah tangga sendiri

14
Beberapa pendapat ahli mengenai
Otonomi Daerah:
 F. Sugeng Istianto, mengartikan otonomi daerah sebagai hak dan
wewenang untuk mengatur dan mengurus rumah tangga daerah
 Ateng Syarifuddin, mengemukakan bahwa otonomi mempunyai
makna kebebasan atau kemandirian tetapi bukan kemerdekaan.
Kebebasan yang terbatas atau kemandirian itu terwujud
pemberian kesempatan yang harus dipertanggungjawabkan
 Syarif Saleh, berpendapat bahwa otonomi daerah adalah hak
mengatur dan memerintah daerah sendiri. Hak mana diperoleh
dari pemerintah pusat
 Benyamin Hoesein, berpendapat bahwa otonomi daerah adalah
pemerintahan oleh dan untuk rakyat di bagian wilayah nasional
suatu Negara secara informal berada di luar pemerintah pusat
15
 Philip Mahwood mengemukakan bahwa otonomi daerah
adalah suatu pemerintah daerah yang mempunyai
kewenangan sendiri yang keberadaannya terpisah dengan
otoritas yang diserahkan oleh pemerintah guna
mengalokasikan sumber sumber material yang substansial
tentang fungsi-fungsi yang berbeda
 Dengan otonomi daerah tersebut, menurut Mariun bahwa
dengan kebebasan yang dimiliki pemerintah daerah
memungkinkan untuk membuat inisiatif sendiri,
mengelola dan mengoptimalkan sumber daya daerah.
Adanya kebebasan untuk berinisiatif merupakan suatu
dasar pemberian otonomi daerah, karena dasar
pemberian otonomi daerah adalah dapat berbuat sesuai
dengan kebutuhan setempat
16
KONSEPSI HUKUM
 Desentralisasi adalah PENYERAHAN wewenang
pemerintahan oleh pemerintah kepada daerah
otonom untuk mengatur dan mengurus urusan
pemerintahan dalam sistem NKRI
 Otonomi Daerah adalah hak, wewenang, dan
kewajiban daerah otonom untuk mengatur dan
mengurus sendiri urusan pemerintahan dan
kepentingan masyarakat setempat sesuai dengan
peraturan perundang-undangan
 Daerah Otonom adalah kesatuan masyarakat hukum
yang mempunyai batas-batas wilayah yang
berwenang mengatur dan mengurus urusan
pemerintahan dan kepentingan masyarakat
setempat menurut prakarsa sendiri berdasarkan
aspirasi masyarakat dalam sistem NKRI

17
SIKLUS OTONOMI DAERAH

(2)
(1) OTONOMI
DESENTRALISASI DAERAH

(3)
DAERAH
OTONOM

18
HAK DAERAH OTONOM
1. Mengatur dan mengurus sendiri
urusan pemerintahan
2. Menjalankan otonomi yang
seluas-luasnya untuk
meningkatkan kesejahteraan
masyarakat, pelayanan umum,
dan daya saing daerah
3. Urusan pemerintahan daerah
dikecualikan atas urusan politik
luar negeri, pertahanan,
keamanan, yustisi, moneter dan
fiskal nasional, serta agama
19
mengangkat pejabat diplomatik dan menunjuk
politik luar negeri
warga negara untuk duduk dalam jabatan
lembaga internasional, menetapkan kebijakan
luar negeri, melakukan perjanjian dengan
negara lain, menetapkan kebijakan
perdagangan luar negeri, dan sebagainya

misalnya mendirikan dan membentuk


pertahanan angkatan bersenjata, menyatakan damai dan
perang, menyatakan negara atau sebagian
wilayah negara dalam keadaan bahaya,
membangun dan mengembangkan sistem
pertahanan negara dan persenjataan,
menetapkan kebijakan untuk wajib militer,
bela negara bagi setiap warga negara dan
sebagainya

20
keamanan misalnya mendirikan dan membentuk kepolisian
negara, menetapkan kebijakan keamanan nasional,
menindak setiap orang, kelompok atau organisasi
yang kegiatannya mengganggu keamanan negara dan
sebagainya
misalnya mendirikan lembaga peradilan, mengangkat
yustisi hakim dan jaksa, mendirikan lembaga
pemasyarakatan, menetapkan kebijakan kehakiman
dan keimigrasian, memberikan grasi, amnesti,
abolisi, membentuk undang-undang, Peraturan
Pemerintah pengganti undang-undang, Peraturan
Pemerintah, dan peraturan lain yang berskala
nasional
moneter dan fiskal nasional kebijakan makro ekonomi, misalnya
mencetak uang dan menentukan nilai mata
uang, menetapkan kebijakan moneter,
mengendalikan peredaran uang dan
sebagainya

21
agama misalnya menetapkan hari libur keagamaan yang
berlaku secara nasional, memberikan pengakuan
terhadap keberadaan suatu agama, menetapkan
kebijakan dalam penyelenggaraan kehidupan
keagamaan dan sebagainya; dan bagian tertentu
urusan pemerintah lainnya yang berskala nasional,
tidak diserahkan kepada daerah.
Khusus dibidang keagamaan sebagian kegiatannya
dapat ditugaskan oleh Pemerintah kepada Daerah
sebagai upaya meningkatkan keikutsertaan Daerah
dalam menumbuh-kembangkan kehidupan beragama.

22
DEKOSENTRASI
PELIMPAHAN wewenang
pemerintahan oleh
pemerintah kepada
gubernur sebagai wakil
pemerintah dan/atau kepada
instansi vertikal di wilayah
tertentu

DAERAH
TUGAS PEMBANTUAN
OTONOM PENUGASAN dari
pemerintah kepada daerah
dan/atau desa dari
pemerintah provinsi kepada
kabupaten/kota dan atau
desa serta dari pemerintah
kabupaten/kota kepada desa
untuk melaksanakan tugas
23
tertentu
TITIK BERAT OTONOMI DAERAH
LUAS, keleluasaan daerah untuk
menyelenggarakan pemerintahan yang
mencakup semua bidang pemerintahan,
kecuali untuk urusan tertentu yang
dikecualikan
OTONOMI
DAERAH
DITITIKBERATKAN NYATA, keleluasaan daerah untuk
PADA menyelenggarakan kewenangan
KABUPATEN/ pemerintahan di bidang tertentu yang
KOTA secara nyata ada dan diperlukan

BERTANGGUNG JAWAB, perwujudan


pertanggungjawaban sebagai
konsekuensi pemberian hak dan
kewenangan kepada daerah dalam
wujud tugas dan kewajiban 24
KEWENANGAN DAERAH PROVINSI
 Kewenangan lintas
kabupaten/kota
 Kewenangan yang tidak/belum
dilaksanakan oleh daerah
kabupaten/kota
 Kewenangan bidang
pemerintahan tertentu lainnya

25
POSISI GUBERNUR SEBAGAI
WAKIL PEMERINTAH PUSAT
 Pembinaan dan pengawasan
penyelenggaraan pemerintahan
daerah kabupaten/kota
 Koordinasi penyelenggaraan urusan
pemerintah di daerah provinsi dan
kabupaten/kota
 Koordinasi pembinaan dan
pengawasan penyelenggaraan tugas
pembantuan di daerah provinsi dan
kabupaten/kota 26
PEMBENTUKAN DAERAH OTONOM
 Pembentukan daerah dapat dilakukan
dengan PENGGABUNGAN beberapa daerah
atau bagian daerah yang bersandingan atau
PEMEKARAN dari satu daerah menjadi dua
daerah atau lebih
 Batas minimal PEMEKARAN daerah dilakukan
setelah mencapai usia penyelenggaraan
pemerintahan mencapai 10 tahun (provinsi),
7 tahun (kabupaten/kota), dan 5 tahun
(kecamatan)

27
SYARAT PEMBENTUKAN
DAERAH OTONOM
SYARAT ADMINISTRATIF
PERSETUJUAN DPRD, KEPALA DAERAH YANG MENJADI
CAKUPAN WILAYAH, PERSETUJUAN DPRD INDUK, DAN
GUBERNUR SERTA REKOMENDASI MENTERI DALAM NEGERI

SYARAT TEKNIS
FAKTOR KEMAMPUAN EKONOMI, POTENSI DAERAH, SOSIAL
BUDAYA, SOSIAL POLITIK, KEPENDUDUKAN, LUAS DAERAH,
PERTAHANAN, KEAMANAN, DAN FAKTOR LAINNYA YANG
MEMUNGKINKAN TERSELENGGARANYA OTONOMI DAERAH

SYARAT FISIK KEWLAYAHAN


PALING SEDIKIT 5 KABUPATEN/KOTA UNTUK PEMBENTUKAN
PROVINSI DAN 4 KECAMATAN UNTUK PEMBENTUKAN
KABUPATEN/KOTA, LOKASI CALON IBUKOTA, SARANA, DAN
PRASARANA PEMERINTAHAN
28
PENGHAPUSAN & PENGGABUNGAN
DAERAH OTONOM
 DAPAT DIHAPUS DAN
DIGABUNGKAN DENGAN DAERAH
LAIN APABILA TIDAK MAMPU
MENYELENGGARAKAN OTONOMI
DAERAH
 DILAKUKAN MELALUI PROSES
EVALUASI YANG KEMUDIAN
DITETAPKAN MELALUI UNDANG-
UNDANG
29
URUSAN PEMERINTAHAN
DAERAH
 URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH DIBAGI
ATAS URUSAN WAJIB DAN URUSAN PILIHAN.
 URUSAN PEMERINTAHAN YANG
DISERAHKAN DISERTAI DENGAN SUMBER
PENDANAAN, PENGALIHAN SARANA DAN
PRASARANA, SERTA KEPEGAWAIAN.
 URUSAN PEMERINTAHAN YANG
DILIMPAHKAN KEPADA GUBERNUR
DISERTAI DENGAN PENDANAAN SESUAI
DENGAN URUSAN YANG
DIDEKONSENTRASIKAN
30
PENDANAAN DAN
HUBUNGAN KEUANGAN
 Pemberian sumber keuangan untuk
menyelenggarakan urusan
pemerintahan yang menjadi
kewenangan pemerintahan daerah;
 Pengalokasian dana perimbangan
kepada pemerintahan daerah;
 Pemberian pinjaman dan/atau
hibah kepada pemerintah daerah.
31
PEMBIAYAAN DAERAH YANG
DIBERIKAN
 Bagi hasil pajak dan non-pajak antara
pemerintahan daerah provinsi dan
pemerintahan daerah kabupaten/kota
 Pendanaan urusan pemerintahan yang
menjadi tanggung jawab bersama
 Pembiayaan bersama atas kerja sama
antar-daerah
 Pinjaman dan/atau hibah antar-
pemerintahan daerah

32
KEWENANGAN MENGELOLA
SUMBER DAYA LAUT
 Daerah memperoleh bagi hasil atas pengelolaan
sumber daya alam di bawah dasar dan/atau di dasar
laut.
 Kewenangan daerah dalam mengelola sumber daya
laut adalah:
1. eksplorasi, eksploitasi, konservasi, pengelolaan
kekayaan laut;
2. pengaturan administratif;
3. pengaturan tata ruang;
4. penegakan hukum;
5. pemeliharaan keamanan
6. pertahanan kedaulatan negara
 Luas wilayah pengelolaan sumber daya laut adalah 12
mil dan 1/3 nya untuk kabupaten/kota
33
ORGAN PEMERINTAHAN
DAERAH
 Kepala Daerah dan Wakil Kepala
Daerah
 Dewan Perwakilan Rakyat Daerah
 Perangkat Daerah, yang meliputi
(1) Sekretariat Daerah
(2) Sekretariat DPRD
(3) Dinas Daerah
(4) lembaga teknis Daerah
34
KEPALA DAERAH & WAKIL
 Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah
dipilih melalui pemilihan kepala daerah
langsung.
 Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah
dapat diberhentikan karena meninggal dunia,
permintaan sendiri, atau diberhentikan.
 Kepala Daerah dan atau Wakil Kepala Daerah
dapat diberhentikan Presiden tanpa melalui
usulan DPRD apabila dinyatakan melakukan
tindakan pidana kejahatan dengan pidana
minimal 5 tahun atas tuduhan korupsi,
terorisme, makar, dan atau tindak pidana
terhadap keamanan negara.
35
POSISI YURIDIS DPRD
 Pasal 41 UU Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan
Daerah:
“DPRD memiliki fungsi legislasi, anggaran, dan pengawasan.”

 Pasal 42 huruf c UU Nomor 32 Tahun 2004


Tentang Pemerintahan Daerah:

“DPRD mempunyai tugas dan wewenang melaksanakan


pengawasan terhadap pelaksanaan perda dan peraturan
perundang-undangan lainnya, peraturan kepala daerah, APBD,
kebijakan pemerintah daerah dalam melaksanakan program
pembangunan daerah, dan kerja sama internasional di daerah.”
36
PENGAWASAN
mengarahkan atau
merekomendasikan perbaikan

menyarankan agar ditekan


PENGAWASAN adanya pemborosan

mengoptimalkan pekerjaan
untuk mencapai sasaran
rencana.
37
PENGAWASAN DPRD
Tugas dan kedudukan DPRD sangat penting
untuk mencegah secara dini (early warning
system) penyimpangan pengelolaan APBD dan
kebijakan dalam penyelenggaraan kinerja
pemerintah daerah

38
HAK DPRD
 INTERPELASI
Hak DPRD untuk meminta keterangan kepada kepala daerah
mengenai kebijakan pemerintah daerah yang penting dan
strategis yang berdampak luas pada kehidupan masyarakat,
daerah, dan negara.
 ANGKET
Pelaksanaan fungsi pengawasan DPRD untuk melakukan
penyelidikan terhadap suatu kebijakan tertentu kepala
daerah yang penting dan strategis serta berdampak luas pada
kehidupan masyarakat, daerah, dan negara yang diduga
bertentangan dengan peraturan perundang-undangan.
 MENYATAKAN PENDAPAT
Hak DPRD menyatakan pendapat terhadap kebijakan kepala
daerah atau mengenai kejadian luar biasa yang terjadi di
daerah disertai dengan rekomendasi penyelesaiannya atau
sebagai tindak lanjut pelaksanaan hak interpelasi dan hak 39
angket
KEPEGAWAIAN DAERAH
 Gaji dan tunjangan PNS Daerah
dibebankan kepada Anggaran Pendapatan
dan Belanja Daerah (APBD) yang
bersumber dari alokasi dasar dalam DANA
ALOKASI UMUM (DAU)
 Pembinaan dan pengawasan PNS Daerah
dikoordinasikan pada tingkat nasional oleh
Menteri Dalam Negeri dan pada tingkat
daerah oleh Gubernur.

40
PERANGKAT DAERAH

SEKRETARIAT
DAERAH KECAMATAN

KEPALA SEKRETARIAT
DAERAH/ DPRD
WAKIL

DINAS DAERAH
KELURAHAN
BADAN/
KANTOR/RSUD

41
PERATURAN DAERAH
MATERI MUATAN PERDA
MENGANDUNG ASAS
1. Pengayoman;
2. Kemanusiaan;
3. Kebangsaan;
4. Kekeluargaan;
DPRD 5. Kenusantaraan;
6. Bhineka tunggal ika;
PERDA 7. Keadilan;
8. Kesamaan dalam hukum dan
pemerintahan;
9. Ketertiban dan kepastuian
hukum
KEPALA DAERAH 10. Keseimbangan, keserasiaan,
dan keselarasan

42
KEUANGAN DAERAH
SUMBER PENDAPATAN
DAERAH
APBD (1) PENDAPATAN ASLI
DAERAH
KEUANGAN BUMD
a. Pajak Daerah
DAERAH b. Retribusi Daerah
c. BUMD
PAJAK d. lain-lain yang sah
DAERAH (2) DANA PERIMBANGAN
(3) LAIN-LAIN
PENDAPATAN
DALAM PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN
DAERAH
KEUANGAN DAERAH TIDAK PERNAH YANG SAH
DIDEFINISIKAN43
DANA PERIMBANGAN

PAJAK
DANA BAGI HASIL
SUMBER
DAYA ALAM
DANA
PERIMBANGAN DANA ALOKASI
UMUM

DANA ALOKASI
KHUSUS

44
KRISIS KEPERCAYAAN TERHADAP
PEMERINTAH DAERAH
 DPRD menggunakan HAK ANGKET jika kepala
daerah dan atau wakilnya menghadapi krisis
kepercayaan karena tindak pidana yang
dilakukannya.
 Jika kepala daerah dan atau wakilnya terbukti
bersalah karena tindak pidana yang dilakukannya
berdasarkan PUTUSAN PENGADILAN YANG
BELUM MEMILIKI KEKUATAN HUKUM TETAP,
DPRD mengusulkan pemberhentian sementara
dengan keputusan DPRD.
 Jika sudah diputuskan dalam PUTUSAN
PENGADILAN YANG MEMILIKI KEKUATAN HUKUM
TETAP, DPRD mengusulkan pemberhentian yang
disampaikan kepada Presiden 45
Otonomi daerah pada prinsipnya mempunyai tiga
aspek, yaitu :
1. Aspek Hak dan Kewenangan untuk mengatur dan
mengurus rumah tangganya sendiri.
2. Aspek kewajiban untuk tetap mengikuti peraturan
dan ketentuan dari pemerintahan di atasnya, serta
tetap berada dalam satu kerangka pemerintahan
nasional.
3. Aspek kemandirian dalam pengelolaan keuangan
baik dari biaya sebagai perlimpahan kewenangan
dan pelaksanaan kewajiban, juga terutama
kemampuan menggali sumber pembiayaan sendiri.

46
Dengan demikian, bila dikaji lebih jauh isi
dan jiwa Undang-Undang Nomor 32 Tahun
2004, maka otonomi daerah mempunyai
arti bahwa daerah harus mampu :
1.Berinisiatif sendiri yaitu harus mampu
menyusun dan melaksanakan
kebijaksanaan sendiri.
2.Membuat peraturan sendiri (PERDA)
beserta peraturan pelaksanaannya.
3.Menggali sumber-sumber keuangan
sendiri.
4.Memiliki alat pelaksana baik personil
maupun sarana dan prasarananya.
47
Dalam menyelenggarakan otonomi,
daerah mempunyai hak:
a. mengatur dan mengurus sendiri urusan
pemerintahannya;
b. memilih pimpinan daerah;
c. mengelola aparatur daerah;
d. mengelola kekayaan daerah;
e. memungut pajak daerah dan retribusi daerah;
f. mendapatkan bagi hasil dari pengelolaan sumber
daya alam dan sumber daya lainnya yang berada di
daerah;
g. mendapatkan sumber-sumber pendapatan lain
yang sah; dan
h. mendapatkan hak lainnya yang diatur dalam
peraturan perundang-undangan
48
Dalam menyelenggarakan otonomi,
daerah mempunyai kewajiban:
a. melindungi masyarakat, menjaga persatuan, kesatuan dan kerukunan
nasional, serta keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia;
b. meningkatkan kualitas kehidupan masyarakat;
c. mengembangkan kehidupan demokrasi;
d. mewujudkan keadilan dan pemerataan;
e. meningkatkan pelayanan dasar pendidikan;
f. menyediakan fasilitas pelayanan kesehatan;
g. menyediakan fasilitas sosial dan fasilitas umum yang layak;
h. mengembangkan sistem jaminan sosial;
i. menyusun perencanaan dan tata ruang daerah;
j. mengembangkan sumber daya produktif di daerah;
k. melestarikan lingkungan hidup;
l. mengelola administrasi kependudukan;
m. melestarikan nilai sosial budaya;
n. membentuk dan menerapkan peraturan perundang-undangan sesuai
dengan kewenangannya; dan
o. kewajiban lain yang diatur dalam peraturan perundang-undangan

49
KONSEP TEORI
PEMEKARAN DAERAH
 Pemekaran daerah merupakan suatu langkah atau
cara politik sebuah daerah dengan cara membagi
atau memperluas sub bagian wilayah dari daerah
tersebut baik bagian atau daerah yang berbentuk
provinsi baru atau pun kabupaten baru.
 Tujuan dari dilakukannya upaya pemerintah dalam
pemekaran daerah ini adalah tidak lain dengan
meningkatkan berbagai pelayanan sosial yang
diberikan dan meningkatkan keefektivan serta
keefisiensian sebuah daerah dalam mengatur atau
mengelola daerahnya baik dilihat dari sektor
perekonomian, politik serta pelayanan publik untuk
masyarakatnya.
50
 Dalam Undang Undang ttg Pemerintahan Daerah, wacana
pemekaran tidak terlepas dari pemberlakuan prinsip-prinsip
otonomi daerah. Hal ini menyimpulkan bahwa pada
prinsipnya otonomi daerah merupakan media atau jalan
untuk menjawab tiga persoalan mendasar dalam tata
pemerintahan dan pelayanan terhadap publik.
 Sehingga banyak orang berasumsi bahwa pemekaran daerah
merupakan langkah yang diambil setelah diberlakukannya
otonomi daerah, yakni:
1. pemekaran daerah yang dilakukan oleh pemerintah
merupakan jalan atau upaya untuk mendekatkan
pemerintah kepada rakyat.
2. melalui pemekaran daerah juga harus tercipta akuntabilitas
yang terjaga dengan baik.
3. pemekaran daerah diformulasikan menjadi langkah untuk
mengupayakan responsiveness, dimana publik
berpartisipasi aktif dalam pengambilan kebijakan.

51
Tujuan pemekaran daerah diantaranya :

1. meningkatkan kesejahteraan masyarakat


2. meningkatkan pelayanan masyarakat
3. mempercepat pertumbuhan demokrasi
4. mempercepat pelaksanaan pembangunan
ekonomi daerah
5. mempercepat pengelolaan potensi daerah
6. meningkatkan keamanan dan ketertiban
7. meningkatkan hubungan yang serasi antara
pusat dan daerah Pembentukan pemekaran
daerah dan daerah otonom Pemekaran daerah
dapat terjadi di setiap wilayah di Indonesia ini.

52
Suatu daerah otonom dapat melakukan suatu pemekaran
dengan melihat indikator keberhasilan pembangunan
daerah.
Indikator dalam implementasi struktur, fungsi dan tugas
dalam kepemerintahan suatu daerah dapat ternilai apakah
daerah tersebut mampu dalam menjalankan situasi,
mengoperasikan serta meningkatkan pelayanan dalam
daerah otonomnya. Penilaian ini dilakukan dengan melihat
indikator yang secara sederhana dapat dikategorikan
sebagai berikut :
1. Aspek ekonomi daerah.
2. Aspek pelayanan publik.
3. Aspek pembangunan demokrasi politik.

53
1. ASPEK EKONOMI DAERAH
Indikator aspek ini akan menjawab seperti apakah nantinya
kekuatan ekonomi dari daerah-daerah yang menjadi bagian
dari wilayah yang hendak dimekarkan. Selanjutnya,
potensi-potensi apa yang bisa dimaksimalkan dalam
membangun ekonomi daerah. Ini perlu dilakukan,
mengingat pertimbangan ekonomi adalah salah satu unsur
utama didalam memandirikan suatu daerah. Sebab
indikator ini menggunakan dasar penilaian dengan
menggunakan dasar ”apakah pembangunan yang terjadi
selama enam tahun terakhir ini adalah pembangunan yang
merangsang pertumbuhan ekonomi di masyarakat lokal.”
Hal ini perlu dijalankan dengan melakukan kajian
mendalam, sehingga kelihatanlah seberapa besar pengaruh
otonomi daerah, baik di tingkat kabupaten/kota maupun
secara regional, untuk memacu pertumbuhan ekonomi
masyarakat. Dengan demikian akan bisa kita ketahui
bahwa apakah otonomi daerah selaras dengan upaya
dalam meningkatkan kesejahteraan rakyat.
54
2. ASPEK PELAYANAN PUBLIK
Dalam konteks ini, harus dinilai seberapa dekat
pemerintah daerah dengan masyarakat, yang
tercermin dalam urusan- urusan pelayanan publik
yang terbuka, efisien dan efektif. Apakah publik
merasa dipuaskan melalui pelayanan pemerintah
lokal, atau justru pemerintah lokal
mengharapkan pelayanan dari masyarakat.
Apakah mental-mental KKN dan primordialisme
masih sangat kental dalam urusan-urusan publik.
Masih terdapat ketidakadilan, kemudian politik
kongkalikong di antara elit lokal masih kerap
terjadi.

55
3.ASPEK PEMBANGUNAN DEMOKRASI
POLITIK
Menjadi penting juga mengkaitkan antara
pelaksanaan otonomi daerah dengan
upaya-upaya pelembagaan demokrasi
ditingkat lokal. Potret ini bisa terlihat dari
beberapa kritiskah rakyat dalam melihat
kebijakan-kebijakan yang dikeluarkan oleh
pemerintah lokal? Atau seberapa besarkah
kontribusi dari masyarakat lokal dalam
pengambilan keputusan strategis di
daerahnya ?

56
Indikator diatas merupakan sebagai batu
loncatan yang harus dipertimbangkan baik-
baik oleh pemerintah dalam menyetujui
terbentuknya daerah baru dari pemekaran
otonomi daerah. Sehingga pada akhirnya
daerah yang dimekarkan dapat sungguh-
sungguh mampu dalam mengelola
daerahnya. Jawaban supaya suatu daerah
mampu melewati indikator dan membentuk
sebuah daerah baru atau memekarkan
daerahnya adalah dengan mempercepat
laju pertumbuhan pembangunan daerahnya
dari berbagai aspek kegiatan
kepemerintahannya.
57
SEKIAN
TERIMA KASIH

58

Anda mungkin juga menyukai