Anda di halaman 1dari 20

MATA KULIAH:

HUKUM PAJAK
Dosen Pengampu: Dr. Iwan E. Joesoef, SH., Sp.N., M.Kn

UNIVERSITAS
PEMBANGUNAN NASIONAL VETERAN
JAKARTA
HUKUM PAJAK:
PENGERTIAN, TUGAS, TUJUAN
& FUNGSI, SISTEMATIKA

2
HUKUM PAJAK
Kuliah ke-4
Dosen: Dr. Iwan E. Joesoef, SH., Sp.n., M.Kn
PENGERTIAN HUKUM PAJAK
3
 Hukum pajak dimasukkan sbg bagian dari hukum publik sbg cabang HAN/ TUN
karena mencakup pengaturan dan hubungan hukum antara penguasa dgn rakyat.
 Dalam hukum pajak diatur hubungan antara penguasa/ pemerintah dalam fungsinya
sebagai “FISKUS” (pemungut pajak) dgn rakyatnya sbg “WAJIB PAJAK” (pembayar
pajak).
 Hukum pajak mempunyai tugas yg bersifat khusus dan mandiri dari hukum
administrasi Negara pada umumnya, yaitu sbg alat untuk menentukan politik
perekonomian Negara.
 Hukum pajak mempunyai tata tertib hukum, prinsip atau asas2 dan istilah2 tersendiri
dalam pembentukan, pengaturan dan penegakkan hukumnya.
 Tugas Negara sbg “BESTUURZORG” yaitu menyelenggarakan dan meningkatkan
kesejahteraan umum yg membawa konsekuensi pemerintah harus aktif dalam
pergaulan dgn warganya dalam rangka campur tangan dalam segala bidang kehidupan
masyarakatnya demi kepentingan umum dan kesejahteraan rakyat.
Tugas Negara (Van Vollen Hoven, Lemaire, Stelinga dan Sardjito)
4
Tugas Negara(Bestuurzorg)

Fungsi Pemerintah dlm pungut Pajak: UU (John Austin):


1).Buat UU Pajak (regeling, wetgeving). 1).Hak & Kwajiban
2).Jalankan UU Pajak dan Pemerintahan (bestuur) utk 2). Perintah.
kesejahteraan (bestuurzorg). 3). Sanksi
3).Melayani Warga Negara (burger).
4).Pencegahan & penegakkan hukum (politie).
5).Menyelesaikan dan mengadili sengketa (rechtpraak)
Good Governance
(AUPB)
Good Governance
(Asas2 Umum Pemerintahan Yang Baik – AUPB)
5 UU 28 tahun 1999 tentang Penyelenggaran Negara yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi dan Nepotisme
menegaskan kembali tekad untuk bersungguh-sungguh mewujudkan penyelenggaran pemerintahan negara dan
pembangunan yang didasarkan pada prinsip-prinsip Good Governance/ Asas-Asas Umum (AUPB) diberikan
definisi sebagai “prinsip yang digunakan sebagai acuan penggunaan Wewenang bagi Pejabat Pemerintahan
dalam mengeluarkan Keputusan dan/atau Tindakan dalam penyelenggaraan pemerintahan”. Secara pokok ada
7 asas yg telah mendapat tempat yg jelas dalam praktek hukum di Belanda yaitu:
1) Asas Persamaan;
2) Asas Kepercayaan;
3) Asas Kepastian Hukum;
4) Asas Bertindak Cermat;
5) Asas Pemberian Alasan;
6) Asas Larangan “detournement de pouvoir” (penyalahgunaan wewenang);
7) Asas Larangan Bertindak Sewenang-wenang.
(Asas2 ini berkembang oleh para ahli hukum administrasi termasuk di Indonesia).
Kebijakan Negara atas Pajak (John F Due “Keuangan Negara”)

6 Kebijakan Pajak (sbg alat):


1. Penerimaan Negara
2. Pengeluaran Negara
3. Kebijakan utang negara

Perspektif Hukum:
Perspektif Ekonomi: 1).Harus berdasarkan Hukum dan
Beralihnya sumber daya dari sector privat ke Konstitusi
sector publik:
2).Harus menjamin kepastian,
1).Berkurangnya kemampuan individu dlm
menguasai sumber daya (barang dan jasa).
perlindungan hukum dan rasa
keadilan.
2).Bertambahnya kemampuan Negara dlm
penyediaan (barang dan jasa) kpd publik yg
merupakan kebutuhan masyarakat.
Unsur2 (Karakteristik) & Klasifikasi Pajak
7
UNSUR2 PAJAK (Rochmat Soemitro, dkk):
1). Kontribusi Wajib Pajak (WP) pd Negara.
2). Terutang oleh WP (pribadi & badan).
3). Bersifat Memaksa (UU).
4). Tidak Mendapat Imbalan Langsung.
5). Untuk Keperluan Negara.
6). Untuk Mewujudkan Kemakmuran Rakyat.

HUKUM PAJAK HUKUM PAJAK


MATERIEL FORMIL
HUKUM PAJAK MATERIEL
8 HUKUM PAJAK MATERIEL MENGATUR MENGENAI:

1) Subjek Pajak, yaitu siapa saja yang dikenakan pajak.


2) Wajib Pajak (WP), yaitu pihak yg dibebani tugas memotong, memungut dan
membayar pajak beserta konsekuensi hak & kewajiban yg timbul darinya.
3) Penanggung Pajak, yaitu representasi dari WP yg bertanggung jawab atas
pelunasan hutang pajak.
4) Objek Pajak, yaitu terhadap apa saja (perbuatan, keadaan dan peristiwa) yg dapat
dikenakan pajak menurut syarat sah (“tatbestand”) pungut pajak.
5) Kapan dan Bagaimana Cara Menetapkan Timbul dan Hapusnya Utang Pajak.
6) Ketentuan Daluarsa dan Sanksi di bidang perpajakan.
HUKUM PAJAK FORMIEL
9

Kewenangan Fiskus & WP: Prosedur (tata cara) Dalam


Penyelesaian Sengketa:
1).Prosedur (tata cara) WP dlm
1).UPAYA ADMINISTRASI
memotong/ pungut pajak, PERPAJAKAN: permohonan
pembayaran, pelaporan dan tata pengurangan, tunda, hapus, batal,
cara pengenaan, perhitungan & keberatan atas SKP/STP (surat
batas waktu. ketetapan/ tagihan pajak).
2).Prosedur Fiskus dlm 2).UPAYA HUKUM
pelayanan, pengawasan & PERPAJAKAN: gugatan, banding,
PK kpd institusi peradilan
penegakkan hukum. (pengadilan pajak & Mahkamah
Agung).
SISTEMATIKA HUKUM PAJAK
10 Hukum pajak memiliki sistematika yg diperlukan sbg ilmu hukum spesialis (lex spesialis)
dibidang perpajakan thd hukum umum (HAN/HTN, Pedata, Pidana dan Hukum
Internasional) sbg lex generalis. Infrastruktur dan sistematika hukum pajak, yaitu:
1) Sumber2 Hukum Pajak.
2) Subjek Hukum Pajak.
3) Objek Kajian Hukum Pajak.
4) Asas2 Hukum Pajak.
5) Peristiwa Hukum di bidang Pajak.
6) Hubungan Hukum di bidang Pajak.
7) Hak dan Kewajiban Perpajakan.
8) Pertanggungjawaban Hukum Perpajakan.
9) Akibat Hukum Pajak.
10) Lembaga2 Hukum Pajak.
(1) SUMBER2 HUKUM PAJAK
11  Hukum pajak bersumber dari peraturan2 per-UU-an Perpajakan (UU, PERPU,
PP, Perpres dan Perda Perpajakan, berikut Peraturan Pelaksanaan Teknis
(PMK, PER, dan SE), sbg pedoman administrasi dan pedoman hukum dalam
pelaksanaan hak dan kewajiban perpajakan, yg berpijak pd landasan
konstitusional dan yuridis.
 Sumber2 hukum pajak ini juga menyesuaikan diri dengan falsafah dan politik
hukum yg dianut dan juga menyesuaikan diri dgn keadaan sosial-ekonomis
sbg akibat dinamika progresivitas kehidupan masyarakat yg berpengaruh pd
pengenaan dan pemungutan pajak.
(2) SUBJEK HUKUM PAJAK
12  Penentuan subjek hukum pajak dikualifikasi secara terbatas:
(1). Negara: pejabat yg berwenang dibidang perpajakan dan fiskus (tax officers)
yaitu petugas penghimpun penerimaan pajak.
(2). Wajib Pajak (WP): yg berkewajiban sbg pembayar pajak (tax payers)
(3). Konsultan dan Kuasa Hukum Pajak: sbg pihak ketiga yg bertugas karena
keahlian dan profesinya dan berdasarkan kuasa utk bertindak mewakili WP
dalam melaksanakan hak & kewajiban perpajakan.
 Subjek Hukum Pajak berkaitan dgn HAN/ HTN dan hukum perdata makna
diperluas seperti WP orang dan badan hukum baik perdata maupun publik
(badan usaha milik perorangan, milik Negara, milik daerah).
(3) OBJEK HUKUM PAJAK
13  Sebagai sarana administrasi yg digunakan sbg basis data pengenaan pajak,
adalah berupa: catatan, pembukuan dari akumulasi kegiatan/ transaksi
berkaitan dgn penerimaan penghasilan/ perolehan harta yg diproyeksikan
dalam bentuk laporan keuangan.
 Data2 tesebut kemudian diterapkan ketentuan hukumnya untuk merealisasi
tugas dan tujuan yg diemban hukum pajak yaitu sebagai fungsi budgeter dan
fungsi regular.
 Data2 tersebut merupakan objek pemungutan pajak yang didasarkan atas
peristiwa hukum pajak.
(4) ASAS2 HUKUM PAJAK
14  Ada beberap asas hukum khusus berkaitan dgn diferensoasi perpajakan, yg berlaku
dalam “pengenaan”, “pemungutan” dan “penagihan” pajak oleh Pemerintah:
(1) ASAS PREALABLE: tindakan penagihan pajak dgn surat paksa, yg dapat
ditindaklanjuti dgn tindakan penyitaan yg dilakukan oleh jurusita pajak yg bersifat
eksekutorial (“revindicatoir” dan “conservatoir” beslag) sehingga penyitaan tsb
dapat langsung dilaksanakan tanpa izin pengadilan (menyimpang dari ketentuan
hukum perdata)
(2) ASAS IN PERSONA: dalam hukum acara pengadilan pajak, dimana kehadiran WP
dalam sidang gugatan/ banding tidak mutlak diperlukan kehadiran, mengingat
objek pemeriksaan perkaranya adalah data , dokumen, dan informasi yg bersifat
administrative.
 Pemeriksaan sengketa pajak tetap berlangsung dgn atau tanpa WP, dan dgn UU No.
14 Tahun 2002 tth Pengadilan Pajak, penyelesaian sengketa pajak dilakukan oleh
majelis hakim pd Pengadilan Pajak yg mempunyai hukum acaranya tersendiri,
menyimpang dari hukum acara perdata, pidana, dan administrasi Negara.
(5) PERISTIWA HUKUM PAJAK
15  Penentuan segala hal yg meliputi peristiwa hukum pajak yg akan dijadikan
objek pajak adalah: “keadaan”, “perbuatan” dan “peristiwa” hukum yg terjadi
di wilayah bisa ditingkat regional, nasional dan internasional. Setiap peristiwa
tsb mengandung nilai ekonomis, manfaat maupun nilai tambah yg dianggap
telah memenuhi syarat subjektif dan objketif serta syarat sah (tatbestand)
untuk dikenakan pajak:
(1). Keadaan: berkaitan dgn kekayaan dan kepemilikan asset yg menjadi
objek pajak. Contoh aturan batas tidak kena pajak atas pajak penghasilan.
(2). Perbuatan: berkaitan transaksi dagang (bisnis). Contoh PPh dan PPn.
(3). Peristiwa: berkaitan peristiwa tertentu yg tidak direncanakan. Contoh
peristiwa kematian yang menimbulkan peristiwa waris atas harta dari
pewaris kepada ahli waris baik berupa bea balik nama harta waris tanah
dan bangunan (BPHTB) maupun kendaraan (BBNKB).
(6) HUBUNGAN HUKUM PAJAK
16  Hubungan hukum terjadi antar subjek hukum yg menimbulkan hak &
kewajiban, yang bersifat timbal balik (resiprokal, inter realtionaship) antara
Negara (fiskus) dgn WP.
 Hubungan antar Negara (fiskus) dgn WP, bisa bersifat:
(1) Administratif: yaitu terkait dgn pelayanan dan pengawasan dari fiskus thd
pelaksanaan tugas yg dilakukan WP agar proses pemotongan, pungutan
dan pelaporan pajak berjalan baik.
(2) Yuridis: yaitu terkait dgn tindakan korektif, preventif, persuasif, dan
represif yg dilakukan fiskus berdasarkan kewenangan yg diberikan UU
Pajak (kewenangan atributif) dalam rangka menjamin pembayaran pajak
secara tepat waktu dan mengamankan penerimaan pajak dari segala
bentuk tindakan penghindaran, pengelakan, penggelapan pajak oleh WP.
(7) HAK & KEWAJIBAN PAJAK
17  Fiskus dalam melaksanakan tugas dan fungsi yg menjadi kewajibannya berhak
mendapatkan perlindungan hukum, bekerjasama dgn pihak lain yg terkait,
memanfaatkan sarana dan prasarana penunjangnya serta memperoleh insentif
prestasi dari Negara/ pemerintah.
 WP juga dalam menjalankan tugas pemotongan, pemungutan, pembayaran dan
pelaporan pajaknya dgn baik, maka WP berhak memperoleh fasilitas dan
berbagai insentif perpajakan serta jaminan penyelesaian sengketa pajaknya
dari Negara/ pemerintah sesuai dgn ketentuan peraturan per-UU-an yg
berlaku.
(8) PERTANGGUNGJAWABAN HUKUM PAJAK
18  Tugas dan Kewajiban yg dibebankan pd Fiskus dan WP dalam pemenuhan hak
dan kewajiban perpajakan melahirkan pertanggungjawaban hukum bagi
keduanya sesuai dgn kapasitas dan kualifikasi masing2 berdasarkan peraturan
per-UU-an pajak.
 Bentuk peratnggungjawaban hukum fiskus dapat berupa pencapaian target
penerimaan pajak.
 Bentuk pertanggunjawaban hukum WP berupa pembayaran dan pelaporan
pajak terutang atas dirinya atau yg dipungut pihak lain lawan transaksinya
(9) AKIBAT HUKUM PAJAK
19  Akibat hukum adalah akibat yg ditimbulkan oleh peristiwa hukum, atau akibat
yg ditimbulkan oleh adanya suatu tindakan dari subjek hukum dalam suatu
hubungan hukum.
 Contoh Fiskus melaksanakan tugas penetapan pajak tidak sesuai UU Pajak,
melebihi batas kewenangan, menyalahgunakan kewenangan,
menyalahgunakan kekuasaan, melanggar hukum pidana pajak dan kode etik,
dapat dikenakan sanksi disiplin atau sanksi pidana sesuai peraturan yg berlaku.
 Begitu juga WP dan kuasanya yg melalaikan tugas dan kewajiban memberikan
data dan informasi perpajakan, membocorkan rahasia perpajakan, melakukan
tindak pidana perpajakan baik secara sengaja (dolus), turut serta (delneming),
percobaan (poging) dan/atau pengulangan (residiv) maka dapat dikenakan
sanksi administrasi dan pidana sbg akibat hukum.
(10) LEMBAGA2 HUKUM PAJAK
20  Lembaga2 hukum pajak (tax law institution) dilakukan secara mendiri oleh berbagai instansi,
institusi, dan asosiasi yg berperan dalam pelaksanaan, pengawasan dan penegakkan hukum
pajak. Lembaga2 tsb:
(1). Instansi Pajak pada Pemerintah Pusat dan Daerah: berfungsi utk memberi pelayanan
adminsitrasi, pemeriksaan, penagihan dan pengenaan sanksipajak, sbg polisi pajak
melakukan penyelidikan dan penyidikan tindak pidana pajak, sbg jurusita pajak yg
melakjkan pencekalan, penyitaan dan pelelangan, dilengkapi dg sarana (kantor2) dan
prasarana (sistem dan prosedur).
(2). Institusi Peradilan Pajak dan Mahkamah Agung: dalam rangka penyelesaian sengketa
pajak.
(3). Asosiasi Konsultan Pajak: berperan sbg subjek hukum pajak perantara yg mewakili
kepentingan administrasi WP atau advokasi kuasa hukum pajak yg mewakili dan
membela kepentingan hukum WP dan Fiskus saat pemeriksaan sengketa disidang
pengadilan.
 Penyelesaian sengketa pajak dilakukan secara berjenjang: (1) Upaya Administrasi diajukan
ke DJP/ DJBC/ Dispenda, (2) Upaya Hukum diajukan ke Pengadilan Pajak, dan (3) Mahkamah
Agung. Sesuai UU No. 14 Th 2002 Ttg Pengadilan Pajak.

Anda mungkin juga menyukai