Anda di halaman 1dari 21

Kedudukan Hukum Pajak Dalam Tata

Hukum Nasional
Sistematika Dasar Tata Hukum
Hukum
1. Hukum Negara : a. Hk. Tata Negara
b. Hk. Adminitrasi Negara
- Hukum Pajak
2. Hukum Perdata : a. Hk. Perdata Material
b. Hk. Perdata Formal
3. Hukum Pidana : a. Hk. Pidana Material
b. Hk. Pidana Formal
Hubungan
Hukum Pajak dgn Hukum Perdata
Hukum Perdata mrpkan hubungan hukum yg terjd
antara sesama anggota masyarakat, sedangkan hukum
pajak mrpkan hukum publik (Administrasi negara) yg
mengatur hubungan khusus antara pemerintah (DJP)
dengan masyarakat (WP).
Hukum pajak selalu mencari dasar kemungki-nan
pemungutan pajak berdasarkan perbuatan hukum
perdata.
Misalkan: berupa perjanjian, hal pendapatan,
kekayaan dan warisan
Hk. Pajak (WP) = Hk. Perdata (Subjek Hukum)
Hubungan
Hukum Pajak dgn Hukum Pidana
Hukum Pidana mrpkan bagian dr hukum publik
(mrpkan hubungan hukum yg terjd antara masya- rakat
dgn pemerintah) yg berkaitan dgn masalah pidana.
Ketentuan pidana yg diatur dlm KUHP banyak
digunakan dlm peraturan perpajakan (misalkan:
ketentuan pidana dlm UU KUP sbgmn di atur dlm
Pasal 38 (setiap orang yg krn kealpaannya) dan Pasal
39 (setiap orang yg dgn sengaja)
Dlm proses penyidikan & penuntutan tindak pidana
pajak mengacu pd ketentuan KUHP
Politik Hukum Perpajakan Indonesia

Tidak terlepas dari realitas sosial, politik &


ekonomi yg terjadi, baik di Indonesia mau pun
Internasional,
Berada pd 2 ruang lingkup, yaitu :
a. Legal policy yg meliputi pembangunan
hukum yg berintikan pembuatan & per- baruan
thd materi hukum perpajakan agar dpt
disesuaikan dgn kebutuhan,
b. Pelaksanaan ketentuan hukum yg telah
ada (fungsi lembaga & penegakan hukum)
Tujuan politik hukum perpajakan Indonesia, yaitu
sbg alat / sarana dan langkah yg digunakan
pemerintah utk menciptakan suatu sistem
hukum nasional yg dikehendaki.
Arah pembangunan politik hukum di bidang
perpajakan, selain dimaksudkan utk mendu-kung
kegiatan perekonomian dlm menghada-pi era
perdagangan bebas tanpa merugikan
perekonomian nasional, jg utk menumbuhkan
kepercayaan masyarakat dgn meningkatkan
kesejahteraan, sarana & prasarana, proses
peradilan pajak yg cepat & murah, serta ada nya
pengawasan yg efektif dr masyarakat.
Politik hukum perpajakan Indonesia, khususnya dlm
proses pembentukan peraturan perundang
undangan, dpt dikelompokan dlm bbrp periode:
1. Sebelum reformasi perpajakan,
(thn 1950 s/d 1982UU produk Belanda)
2. Reformasi perpajakan pertama,
(thn 1983 s/d 1993)
3. Reformasi perpajakan kedua
(thn 1994 s/d 1999)
4. Reformasi perpajakan ketiga
(thn 2000 s/d 2007)
5. Reformasi perpajakan keempat
(thn 2007 s/d 2009)
Penegasan fungsi lembaga
- melayani berbagai jenis pajak pd satu kantor
pelayanan pajak (KPP Pratama)
- mengelompokkan jenis pelayanan pd WP dgn
kriteria tertentu (KPP WP Besar & KPP Madya)
- Utk memudahkan petugas pajak dlm mengawa si
kewajiban pelaksanaan perpajakan WP
PMK No.132/PMK.01/2006 tentang Organisasi dan Tata
Kerja Vertikal DJP.

Pembinaan penegak hukum


Pemberian reward and punishment
ASAS PEMUNGUTAN PAJAK
Adam Smith
dalam buku :
An Inguiry into the Nature and Causes of
The Wealth of Nations

(abad ke-18) dikenal dengan

The Four Cannon atau The Four Maxims


1. ASAS EQUALITY
Pembebanan pajak diantara subyek pajak
hendaknya seimbang dgn kemampuannya
(tidak boleh ada diskriminasi di antara sesama
WP asas falsafah hukum)

2. ASAS CERTAINTY
Pajak yg dibayar WP harus jelas dan tdk
mengenal kompromi (not arbitrary) ... (asas
yuridis)

(kepastian hukum diutamakan : subyek, obyek, tarif


pajak dan ketentuan mengenai pembayaran)
3. Asas CONVENIENCE OF PAYMENT
Hendaknya pajak dipungut pd saat yg
paling baik bagi WP (pemajakan dilaku
kan saat paling dekat dimana saat WP
menerima penghasilan/keuntungan
asas ekonomi)

4. Asas ECONOMIC OF COLECTIONS


Pemungutan pajak hendaknya dilaku-
kan sehemat dan seefisien mungkin
(jangan smp biaya pemungutan pajak >
dari penerimaan pajak itu sendiri asas
finansial)
Dasar Teori Pemungutan Pajak

1. Teori Asuransi
Negara dalam melaksanakan tugasnya,
mencakup pula tugas melindungi jiwa raga dan
harta benda perseorangan (jadi negara
dipersamakan dgn perusahaan asuransi)

(Teori ini sudah tidak dipakai lagi karena


kenyataannya tdk ada hubungan langsung antara
pembayaran pajak dengan nilai perlindungan
terhadap pembayar pajak)
2. Teori Kepentingan
Pembayar pajak mempunyai hubungan
dgn kepentingan individu yg diperoleh
dari pekerjaan negara (jadi semakin
banyak individu yg menikmati jasa dari
pekerjaan pemerintah, makin besar juga
pajaknya)
(Teori ini meskipun masih berlaku
(retribusi) tapi sulit dipertahankan krn
kenyataannya seorang miskin/pengang
guran yg justru tidak membayar pajak
tapi menikmati banyak jasa dari pekerjaan
pemerintah)
3. Teori Daya Pikul
Teori ini didasari asas keadilan, dimana
pemungutan pajak harus sesuai dengan
kekuatan (daya pikul) membayar dari WP
(PPh Ps 21 ada PTKP, sehingga hanya
atas penghasilan yg melebihi PTKP-lah
yg dikenakan pajak)
Kelemahan teori ini adlh sulitnya untuk
menentukan secara tepat daya pikul
seseorang karena akan berbeda dan selalu
berubah-ubah)
4. Teori Kewajiban Mutlak / Bakti
Teori ini di dasari paham organisasi negara
(organische staatsleer) yang mengajarkan
bahwa negara sebagai organisasi mempunyai
tugas untuk menyelenggarakan kepentingan
umum (Negara mempunyai hak mutlak untuk
memungut pajak dan rakyat harus
membayar sebagai tanda bakti)
(Kelemahan teori ini adalah negara bisa
menjadi otoriter sehingga mengabaikan aspek
keadilan dalam memungut pajak)
5. Teori Daya Beli
Teori ini adalah teori modern, yg tidak
mempersoalkan asal mulanya negara
memungut pajak, melainkan lebih banyak
melihat efeknya & meman- dang efek yg baik
sbg dasar keadilan (teori ini mengajarkan
bahwa menye- lenggarakan kepentingan
masyarakat inilah yg dpt dianggap sbg dasar
ke- adilan memungut pajak, bukan kepen-
tingan individu & bukan kepentingan
negara). Teori ini menitikberatkan pd fungsi
kedua dari pemungutan pajak yaitu fungsi
mengatur / Regulerend)
YURISDIKSI PEMUNGUTAN PAJAK

1. Asas Domisili (Tempat Tinggal)


Pemungutan pajak berdasarkan domisili
atau tempat tinggal WP dlm suatu negara
tanpa melihat dari mana pendapatan /
penghasilan diperoleh dan tanpa melihat
kebangsaan / kewarganeraan WP.

(Negara dimana WP berdomisili atau


bertempat tinggal berhak memungut pajak)
2. Asas Sumber
Pemungutan pajak di dasarkan pada
sumber pendapatan / penghasilan,
tanpa melihat domisili dan kewarga-
negaraan WP

(negara sumber pendapatan atau


penghasilan berhak memungut pajak)
3. Asas Kebangsaan (Nationaliteit)
Pemungutan pajak didasarkan pada
kebangsaan/kewarganegaraan WP, tanpa
melihat dr mana sumber penda- patan /
penghasilan diperoleh

(UU No. 36/2008 tentang PPh, psl 4 ay (1) Objek


pajak adalah penghasilan.., baik yang berasal
dari Indonesia maupun dari luar Indonesia, .
Indonesia menganut Worldwide Income
STELSEL PEMUNGUTAN PAJAK

1. Stelsel Riil (Pengenaan di Belakang)


Pengenaan pajak didasarkan pd objek atau
penghasilan yg sesungguhnya diperoleh dalam
suatu tahun / periode pajak (PPh Ps 29)
Kelemahan
Pemungutan pajak baru dpt dilakukan pd akhir
tahun / periode pajak
Kelebihan
Besarnya pajak yg dipungut sesuai dengan
besarnya pajak yg sesungguhnya terutang
2. Stelsel Fiksi (Pengenaan di Depan)
Pengenaan pajak didasarkan pd suatu anggapan
(fiksi) & anggapan tsb bergantung pd ketentuan
bunyi UU. (misalkan: diasumsikan penghasilan
tahun pajak berjalan sama dengan penghasilan
tahun pajak tahun yang laluPPh Ps 25)
Kelemahan
Besarnya pajak yg dipungut belum tentu sesuai
dgn besarnya pajak yg sesungguhnya terutang
krn dilakukan berdasarkan suatu anggapan.
Kelebihan
Pemungutan pajak sudah dapat dilakukan pada
awal tahun / periode pajak, karena berdasarkan
pada suatu anggapan.
3. Stelsel Campuran
Kombinasi antara stelsel riil dengan stelsel fiksi
(diawal thn pjk, menggunakan stelsel fiksi, diakhir
thn pjk dihitung kembali berdasarkan stelsel riil).
Kelemahan
Menambah pekerjaan administrasi krn penghitungan
pajak dilakukan 2x (awal-akhir tahun pajak)
Kelebihan
Pemungutan pjk sdh dpt dilakukan pd awal thn &
besarnya pjk yg dipungut sesuai dgn besarnya pjk
yg sesungguhnya terutang, krn dilakukan penghi-
tungan kembali pd akhir thn pajak setelah pengha-
silan yg sesungguhnya diketahui.
(contoh : PPh Ps. 25 dan Ps. 29)

Anda mungkin juga menyukai