Anda di halaman 1dari 16

MODUL PERKULIAHAN

Perpajakan I

Dasar dan Penggolongan Pajak

Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh


Ekonomi dan Bisnis S1 Akuntansi 01410003 Dr. Diana Sari, S.E., M.Si., Ak., QIA., CA

02 Citra Mariana, S.Pd., M.Ak..


Diah Andari, S.E., M.Acc., Ak.
Hafied Noor Bagja, S.H., M.Kn.
Radhi Abdul H.R.,SE.,M.M.,Ak.,CA.,BKP.,CSRA.
Yoga Tantular Rachman, S.E., M.Si.

Abstract Kompetensi
Hukum Pajak adalah Suatu Mahasiswa memiliki kemampuan
kumpulan peraturan -peraturan yg menjelaskan dan memahami tentang
mengatur hubungan antara dasar dan penggolongan pajak
pemerintah sebagai pemungut pajak
dan masyarakat sebagai pembayar
pajak. Pajak digolongkan menurut
jenisnya, sifatnya, dan pemungutnya.
Hukum Pajak, Hukum Pemungutan Pajak di Indonesia, Penggolongan
Pajak

Pendekatan Pajak
1. Segi Ekonomi:
Dalam pendekatan ini, pajak-pajak akan dinilai dalam fungsinya dan dikaji dampaknya
terhadap masyarakat, penghasilan seseorang, pola konsumsi, harga pokok, permintaan
dan penawaran
2. Segi Pembangunan
Dalam pendekatan ini pajak-pajak akan dinilai dalam funsinya dan dikaji dampaknya
terhadap pembangunan. Pajak baru bermanfaat terhadap pembangunan kalau jumlah
pajaknya lebih besar dari pengeluaran rutin sehinga terdapat public saving yang dapat
digunakan untuk pembangunan
3. Segi Penerapan Praktis
Dalam pendekatan ini yg diutamakan adalah penerapannya, siapa yang dikenakan, apa
yang dikenakan, berapa besarnya, bagaimana cara menghitungnya, tanpa banyak
menghiraukan segi hukumnya, termasuk kepastian hukumnya.
4. Segi Hukum
Pendekatan ini menitik beratkan pada perikatan,hak dan kewajiban wajib pajak, subyek
pajak dalam hubungannya dengan subyek hukum, hak penguasa untuk mengenakan
pajak, timbulnya utang pajak, hapusnya utang pajak, penagihan pajak dengan paksa,
sanksi administratif maupun sanksi pidana, penyidikan,, pembukuan, keberatan, banding,
ordonansi kepatutan, dan kedaluwarsa

Definisi Hukum Pajak


Hukum Pajak adalah Suatu kumpulan peraturan -peraturan yg mengatur hubungan antara
pemerintah sebagai pemungut pajak dan masyarakat sebagai pembayar pajak.
Dalam Hukum Pajak diatur mengenai;
 Siapa yg menjadi Subjek Pajak & Wajib Pajak
 Obyek apa saja yang menjadi Objek Pajak
 Kewajiban wajib pajak terhadap pemerintah
 Timbul & hapusnya utang pajak

‘20 Perpajakan 1 Biro Akademik dan Pembelajaran


2 Tim Dosen http://www.widyatama.ac.id
 Cara penagihan pajak
 Cara mengajukan keberatan dan banding

Kedudukan Hukum Pajak


1. Hukum perdata
Adalah yaitu mengatur hubungan antara satu individu dengan individu yang lain
2. Hukum publik
Adalah yaitu mengatur hubungan antara pemerintah dengan rakyatnya
 hukum tata negara
 hukum administrasi
 hukum tata usaha
 hukum pajak
 hukum pidana

Pengertian hukum pajak menurut Dr. Rochmat Somitro adalah suatu kumpulan peraturan
yang mengatur hubungan antara pemerintah sebagai pemungut pajak dengan rakyat
pembayar pajak. Dengan kata lain hukum pajak menerangkan: siapa-siapa pajak
(subjek) dan apa kewajiban-kewajiban mereka terhadap pemerintah, hak-hak
pemerintah, objek-objek apa yang dikenakan pajak, cara penagihan, cara pengajuan
keberatan-keberatan dan sebagainya.

Jenis Hukum pajak


1. Hukum Pajak Material;

Yaitu memuat norma – norma yang angkan tentang keadaan, perbuatan, obyek pajak,
subyek pajak. Contoh:
a. Undang Undang Nomor : 7 Tahun 1983 sebagaimana diubah dengan Undang
Undang Nomor : 36 Tahun 2008 Tentang Pajak Penghasilan.
b. Undang Undang Nomor : 8 Tahun 1983 sebagaimana diubah dengan Undang
Undang Nomor : 18 Tahun 2000 Tentang Pajak Pertambahan Nilai Barang dan Jasa
dan Pajak Penjualan Atas Barang Mewah.
c. Undang Undang Nomor : 12 Tahun 1985 sebagaimana diubah dengan Undang
Undang Nomor : 12 Tahun 2000 Tentang Pajak Bumi dan Bangunan.
2. Hukum Pajak Formal;

Yaitu memuat tata cara bagaimana hukum materiil tersebut dilaksanakan. Contoh: UU
Nomor 6 Tahun 1983 sebagaimana Diubah Terakhir Dengan UU Nomor 28 Tahun 2007
Tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan, yang memuat Memuat
‘20 Perpajakan 1 Biro Akademik dan Pembelajaran
3 Tim Dosen http://www.widyatama.ac.id
ketentuan-ketentuan yang mendukung ketentuan hukum pajak material, yang
diperlukan untuk melaksanakan/ merealisasikan ketentuan hukum material.
Dalam UU KUP, ketentuan Hukum Formal antara lain mengatur:
 SPT ( masa maupun tahunan)
 SSP
 SKP ( SKPKB,SKPKBT,SKPLB,SKPN)
 STP
 Pembukuan dan Pemeriksaan
 Penyidikan
 Surat Paksa
 Keberatan Dan Banding
 Sanksi Administrasi, Sanksi Pidana, dll

Dalam UU Pengadilan Pajak, ketentuan Hukum Formal, mengatur mengenai:


 Sengketa Pajak
 Banding dan Gugatan
 Susunan Pengadilan Pajak
 Hukum Acara
 Pembuktian
 Pelaksanaan Putusan, dll

Dalam UU PPSP, ketentuan Hukum Formal, mengatur mengenai:


 Penagihan Pajak
 Juru Sita Pajak
 Penagihan Seketika dan Sekaligus
 Surat Paksa
 Penyitaan
 Lelang
 Pencegahan Dan Penyanderaan
 Gugatan dll.

Ketentuan Hukum Formal diatur secara terpisah dengan hukum pajak Material
Ketentuan hukum pajak formal diatur dalam UU KUP, yaitu UU no 6 tahun 1983

‘20 Perpajakan 1 Biro Akademik dan Pembelajaran


4 Tim Dosen http://www.widyatama.ac.id
sebagaimana telah diubah beberapa kali dan yang terakhir dgn UU No 28 Th 2007
tentang: “Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan”

Ketentuan hukum pajak material terdapat dalam:


1. UU PPh
2. UU PPN dan PPnBM

Hukum Pajak Material memuat mengenai:


a. Subjek pajak
b. Wajib Pajak
c. Objek Pajak
d. Tarif Pajak

UU yang memuat Hukum Pajak material dan Formal:


1. UU no 12 tahun 1985 yang telah diubah dgn UU no 12 tahun 1994 tentang PBB
2. UU no 18 tahun1987 yang telah diubah dgn UU no 28 tahun 2009 tentang PDRD
3. UU no 21 tahun1997 yang telah diubah dengan UU no 20 tahun 2000 tentang
BPHTB

Hubungan serta Pengaruh Hukum Pajak terhadap Hukum Perdata


 Hukum Pajak mencari dasar kemungkinan pemungutan pajak atas dasar peristiwa
(kematian, kelahiran), keadaan (kekayaan), perbuatan (jual beli, sewa menyewa) yang
diatur dalam Hukum Perdata
 Lex specialis derogat lex generale (Peraturan yg khusus mengalahkan peraturan yg
umum)
 Ketentuan dalam Hukum Pajak mengenyampingkan ketentuan dalam Hukum Perdata

Dasar Hukum Pemungutan Pajak


 taxation without representation is robery

(pajak tanpa perwakilan/undang2x adalah perampokan)


 to tax is to destroy people purchasing power

(memajaki adalah merusak daya beli masyarakat)


 Tax is the price for civilization

‘20 Perpajakan 1 Biro Akademik dan Pembelajaran


5 Tim Dosen http://www.widyatama.ac.id
(pajak adalah suatu harga dari peradaban)
 tax can be said as people contribution for supporting the government to finance its
duty in order to serve public

(pajak dapat dikatakan sebagai kontribusi masyarakat untuk menyokong pemerintah


dalam mebiayai tugas-tugasnya untuk melayani masyarakat)

Landasan Hukum Perpajakan:


Pasal 23 A amandemen UUD 1945 yang berbunyi:
“Pajak dan pungutan lain yang bersifat memaksa untuk keperluan negara diatur dengan
Undang-undang”

Syarat pemungutan pajak


1. Syarat Keadilan  artinya pemungutan pajak harus adil.
2. Syarat Yuridis  berdasarkan UU.
3. Syarat ekonomis  pemungutan pajak tidak mengganggu kelancaran kegiatan
ekonomi, sehingga tidak menimbulkan kelesuan ekonomi masyarakat.
4. Syarat finansiil  efisien dalam biaya pemungutannya.
5. Syarat sederhana  sistem pemungutan pajak harus sesederhana mungkin sehingga
memudahkan masyarakat untuk memenuhi kewajibannya.

Teori – Teori yang Mendukung Pemungutan Pajak


1. Teori asuransi  asumsi bahwa negara melindungi keselamatan jiwa, harta benda, dan
hak – hak rakyatnya, oleh karena itu rakyat harus membayar pajak yang diibaratkan
suatu premi asuransi karena memperoleh jaminan perlindungan tersebut,
2. Teori Kepentingan  pajak yang dibebankan kepada rakyat tersebut berdasarkan
kepentingan masing – masing orang kepada negara,
3. Teori Gaya Pikul  beban pajak untuk semua orang harus sama beratnya, artinya
pajak yang dibayar harus sesuai daya pikul masing – masing orang.
4. Teori Bakti  pemungutan pajak didasarkan pada hubungan antara rakyat dengan
negaranya, sebagai warga yang berbakti maka rakyat harus selalu menyadari bahwa
membayar pajak adalah suatu kewajiban,
5. Teori Asas Daya Beli  artinya bahwa memungut pajak berarti menarik daya beli dari
rumah tangga – rumah tangga masyarakat untuk rumah tangga negara yang
selanjutnya negara akan menyalurkan kembali dalam bentuk pemeliharaan
kesejahteraan masyarakat.

‘20 Perpajakan 1 Biro Akademik dan Pembelajaran


6 Tim Dosen http://www.widyatama.ac.id
Perkembangan Undang Undang Perpajakan Indonesia
Sampai dengan tahun 1983
1. Warisan Belanda (Sifatnya kolonialistik)
2. Sistem official assessment
Setelah tahun 1983 - ……..
1. Melakukan reformasi

Memperkenalkan Self Assessment


2. Menghilangkan kelemahan sistem perpajakan yang ada dengan memperluas objek dan
subjek pajak, menyederhanakan sistem dan prosedur perpajakan

‘20 Perpajakan 1 Biro Akademik dan Pembelajaran


7 Tim Dosen http://www.widyatama.ac.id
Pemungutan Pajak
1. Stelsel Pajak
- Stelsel Nyata: Pengenaan pajak didasarkan pada objek (penghasilan yang nyata),
sehingga pemungutannya baru dapat dilakukan pada akhir tahun pajak, yakni
setelah penghasilan yang sesungguhnya diketahui.

‘20 Perpajakan 1 Biro Akademik dan Pembelajaran


8 Tim Dosen http://www.widyatama.ac.id
- Stelsel Fiktif: Pengenaan pajak didasarkan pada suatu anggapan atau perkiraan
yang diatur oleh UU. (misalnya: penghasilan suatu tahun dianggap diatur sama
dgn tahun sebelumnya, sehingga pada awal tahun pajak sudah dapat ditetapkan
besarnya pajak yang terutang untuk tahun pajak berjalan.
- Stelsel campuran: Stelsel ini merupakan kombinasi antara stelsel nyata dengan
stelsel anggapan. Dimana pada awal tahun, besarnya pajak dihitung berdasarkan
suatu anggapan, kemudian pada akhir tahun besarnya pajak disesuaikan dengan
keadaan sebenarnya.

2. Yurisdiksi Pemungutan
- Asas Tempat tinggal:
a. Pemungutan pajak berdasarkan pada: domisili / tempat tinggal Wajib Pajak
dalam suatu negara.
b. Negara di mana WP bertempat tinggal berhak memungut pajak terhadap Wajib
Pajak tanpa melihat dari mana pendapatan atau penghasilan tersebut diperoleh,
baik dari Dalam Negeri maupun dari Luar Negeri dan tanpa melihat
kebangsaan/kewarganegaraan Wajib Pajak tersebut.
- Asas Sumber:

Pemungutan Pajak didasarkan pada:


Sumber pendapatan/penghasilan dalam suatu negara. Menurut asas ini negara yang
menjadi sumber pendapatan/penghasilan tersebut berhak memungut pajak tanpa
memperhatikan domisili dan kewarganegaraan.
- Asas Kebangsaan:

Pemungutan pajak didasarkan pada:


Kebangsaan/kewarganegaraan dari Wajib Pajak, tanpa melihat darimana sumber
pendapatan/penghasilan tersebut maupun di negara mana tempat tinggal dari Wajib
Pajak yang bersangkutan.

3. Sistem Pemungutan
- Official Assessment
- Self Assessment
- With Holding

‘20 Perpajakan 1 Biro Akademik dan Pembelajaran


9 Tim Dosen http://www.widyatama.ac.id
Penggolongan Jenis Pajak
1. Menurut Golongannya:
- Pajak Langsung

Pajak yang bebannya harus dipikul sendiri oleh wajib pajak dan tidak dapat
dilimpahkan kepada pihak lain serta dikenakan secara berulang-ulang pada
waktu-waktu tertentu, misalnya :PPh
- Pajak Tidak Langsung

Pajak yang bebannya dapat dilimpahkan kepada pihak lain dan hanya dikenakan
pada hal-hal tertentu/ peristiwa-peristiwa tertentu saja, misalnya; PPN

2. Menurut Sifatnya:
- Pajak Subjektif

Jenis pajak yang dikenakan dengan memperhatikan keadaan pribadi wajib pajak
(subjeknya).Setelah diketahui keadaan subjeknya barulah diperhatikan keadaan
objektifnya sesuai daya pikul apakah dapat dikenakan pajak atau tidak misalnya:
PPh
- Pajak Objektif

‘20 Perpajakan 1 Biro Akademik dan Pembelajaran


10 Tim Dosen http://www.widyatama.ac.id
Jenis pajak yang dikenakan dengan memperhatikan objeknya baik berupa
keadaan, perbuatan, atau peristiwa yang menyebabkan timbulnya kewajiban
membayar pajak. Setelah diketahui objeknya barulah dicari subjeknya yang
mempunyai hubungan hukum dengan objek yang telah diketahui, Misalnya:
PPN

3. Menurut Pemungutnya:
a. Pajak Pusat

adalah pajak yang wewenang pemungutannya ada pada pemerintah pusat yang
pelaksanaannya dilakukan oleh Departemen Keuangan melalui DJP.
Pajak-pajak pusat yang dikelola oleh Direktorat Jenderal Pajak meliputi:
1) Pajak Penghasilan (PPh)
PPh adalah pajak yang dikenakan kepada orang pribadi atau badan atas
penghasilan yang diterima atau diperoleh dalam suatu Tahun Pajak. Yang
dimaksud dengan penghasilan adalah setiap tambahan kemampuan
ekonomis yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak baik yang berasal baik
dari Indonesia maupun dari luar Indonesia yang dapat dipakai untuk
konsumsi atau untuk menambah kekayaan Wajib Pajak yang bersangkutan
dengan nama dan dalam bentuk apapun. Dengan demikian maka
penghasilan itu dapat berupa keuntungan usaha, gaji, honorarium, hadiah,
dan lain sebagainya.
2) Pajak Pertambahan Nilai (PPN)
PPN adalah pajak yang dikenakan atas konsumsi Barang Kena Pajak atau
Jasa Kena Pajak di dalam Daerah Pabean (dalam wilayah Indonesia). Orang
Pribadi, perusahaan, maupun pemerintah yang mengkonsumsi Barang Kena
Pajak atau Jasa Kena Pajak dikenakan PPN. Pada dasarnya, setiap barang
dan jasa adalah Barang Kena Pajak atau Jasa Kena Pajak, kecuali
ditentukan lain oleh Undang-undang PPN.
3) Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM)
Selain dikenakan PPN, atas pengkonsumsian Barang KenaPajak tertentu
yang tergolong mewah, juga dikenakan PPnBM. Yang dimaksud dengan
Barang Kena Pajak yang tergolong mewah adalah:
a) Barang tersebut bukan merupakan barang kebutuhan pokok; atau
b) Barang tersebut dikonsumsi oleh masyarakat tertentu; atau
c) Pada umumnya barang tersebut dikonsumsi oleh masyarakat
berpenghasilan tinggi; atau

‘20 Perpajakan 1 Biro Akademik dan Pembelajaran


11 Tim Dosen http://www.widyatama.ac.id
d) Barang tersebut dikonsumsi untuk menunjukkan status; atau
e) Apabila dikonsumsi dapat merusak kesehatan dan moral masyarakat,
serta mengganggu ketertiban masyarakat.
4) Bea Meterai
Bea Meterai adalah pajak yang dikenakan atas pemanfaatan dokumen,
seperti surat perjanjian, akta notaris, serta kwitansi pembayaran, surat
berharga, dan efek, yang memuat jumlah uang atau nominal diatas jumlah
tertentu sesuai dengan ketentuan.
5) Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) tertentu
PBB adalah pajak yang dikenakan atas kepemilikan atau pemanfaatan
tanah dan atau bangunan. PBB merupakan Pajak Pusat namun demikian
hampir seluruh realisasi penerimaan PBB diserahkan kepada Pemerintah
Daerah baik Propinsi maupun Kabupaten/Kota.
Mulai 1 januari 2014, PBB pedesaan dan Perkotaan merupakan pajak
daerah. Untuk PBB Perkebunan, Perhutanan, Pertambangan masih tetap
merupakan Pajak Pusat.

b. Pajak Daerah

adalah pajak yang wewenang pemungutan-nya ada pada Pemerintah Daerah


yang pelaksanaan-nya dilakukan oleh Dinas Pendapatan Daerah.
Pajak Daerah dibagi menjadi:
Pajak Daerah Tingkat I, Pajak yang dipungut Pemerintah Provinsi, diantaranya:

Pajak Daerah Tingkat II, pajak yang dipungut Pemerintah Kabupaten/Kota,


diantaranya:

‘20 Perpajakan 1 Biro Akademik dan Pembelajaran


12 Tim Dosen http://www.widyatama.ac.id
Utang Pajak
Yaitu sejumlah uang yg harus dibayar oleh masyarakat (khususnya WP) akibat adanya
keadaan, perbuatan atau peristiwa yg harus dilunasi dgn mekanisme yg berlaku dlm jangka
waktu yg telah ditetapkan. Adanya Utang Pajak berhubungan dengan adanya kewajiban
masyarakat kepada Negara berdasarkan UU.
Hukum pajak Indonesia sebenarnya mendahulukan saat terutangnya pajak pd saat
diakuinya kewajiban atau hak atas transaksi ekonomis (accrual basis). Namun, apabila
transaksi ekonomis telah dilaksanakan secara tunai, maka saat terutangnya pajak mengikuti
saat penerimaan atau pengeluaran uang.

Timbulnya Utang Pajak


Ada 2 ajaran /pendapat mengenai timbulnya utang pajak:
– Ajaran Material:
Utang pajak timbul karena berlakunya UU Perpajakan sehubungan dengan keadaan,
perbuatan, atau peristiwa.
(self assessment system dan withholding system.)
Contoh: Pajak Penghasilan, PPN & PPnBM; karena dalam segmen ini utang pajak
timbul tanpa harus menunggu adanya ketetapan atau penagihan dari fiskus.

– Ajaran Formil:
Utang pajak timbul karena adanya ketetapan pajak yang dikeluarkan Fiskus (Kantor
Pelayanan Pajak). (official assessment system.)
Contoh: Pajak Bumi dan Bangunan: karena dlm segmen ini utang pajak timbul jika
sudah ada penetapan dari fiskus

Hapusnya Utang Pajak


Utang Pajak dapat dihapuskan dengan cara atau alasan sebagai berikut;

‘20 Perpajakan 1 Biro Akademik dan Pembelajaran


13 Tim Dosen http://www.widyatama.ac.id
1. Pembayaran
Pembayaran/pelunasan pajak dapat dilakukan WP dengan menggunakan e-billing.
Pembayaran/pelunasasan pajak dapat dilakukan di Kantor Kas Negara, Kantor Pos &
Giro atau Bank Persepsi. Jangka waktu pembayaran pajak mengikuti ketentuan yang
diatur dalam UU KUP No. 28 tahun 2007.
2. Kompensasi
Kompensasi dapat dilakukan antara jenis pajak yang berbeda dalam tahun pajak yang
sama, misalnya antara kelebihan pemba-yaran PPh dengan kekurangan pembayaran
PPN, ataupun Antara jenis pajak yang sama dalam tahun yang berbeda, misalnya
kelebihan pembay-aran PPh tahun lalu dengan kekurangan pembayaran PPh tahun
berjalan.
3. Daluwarsa
Sesuai dengan UU KUP utang pajak akan hapus jika sudah melewati masa
daluwarsanya, untuk utang pajak sebelum tahun 2008 daluwarsa 10 tahun, sedangkan
mulai tahun 2008 daluwarsa pajak hanya 5 tahun saja. Daluwarsa atas utang pajak,
terjadi setelah lewat waktu 5 tahun terhitung sejak saat terutangnya pajak atau
berakhirnya utang pajak, bagian tahun pajak atau tahun pajak ybs (Psl 22 ayat 1 UU
KUP).
Daluwarsa pajak ditetapkan untuk memberikan kepastian hukum baik bagi WP
maupun Fiskus, shg diberikan batas waktu tertentu untuk pengaihan pajak.
Adapun batas daluwarsa yg sekarang berlaku yaitu:
a) Untuk Pajak Pusat adalah 5 tahun
b) Untuk Pajak Daerah adalah 5 tahun
c) Untuk Retribusi Daerah adalah 3 tahun
d) Sedangkan untuk WP yang terlibat tindak pidana pajak tidak
diberikan batas waktu .
Contoh:
PT. KLM memiliki utang pajak untuk tahun pajak 2008, maka atas utang pajak
tersebut akan kadaluwarsa pada akhir tahun 2013 jika tidak ada penagihan dari
pihak DJP.
4. Pembebasan
Pembebasan pajak biasanya dilakukan dengan kebijakan pemerintah, misal dalam
rangka meningkatkan modal, maka pemerintah memberikan pembebasan pajak untuk
jk waktu ttt/ pembebasan pajak di wilayah-wilayah tertentu.
Contoh:
- Pembebasan Bea Masuk bagi Importir yang memiliki KITE.
- Pengurangan pembayaran PBB terutang bagi veteran perang s/d 75% dll

‘20 Perpajakan 1 Biro Akademik dan Pembelajaran


14 Tim Dosen http://www.widyatama.ac.id
5. Penghapusan
Penghapusan pajak dapat dilakukan karena kondisi WP ybs, misal WP dinyatakan
bangkrut oleh pihak-pihak yg berwenang.
Utang pajak pada prinsipnya dapat dihapuskan karena tidak dapat atau tidak mungkin
ditagih lagi dengan beberapa alasan atau sebab (KMK No.565/KMK.04/2000):
a. WP meninggal dunia dgn tidak meninggalkan harta warisan dan tidak mempunyai
ahli waris atau ahli waris tidak dapat ditemukan
b. WP tidak mempunyai harta kekayaan lagi
c. Hak untuk melakukan penagihan sdh daluwarsa
d. Sebab lain sesuai dengan hasil penelitian

Perlawanan Terhadap Pajak

Daftar Pustaka

Sari, Diana. (2013).


Konsep Dasar
Perpajakan.
Bandung: Refika Aditama.

‘20 Perpajakan 1 Biro Akademik dan Pembelajaran


15 Tim Dosen http://www.widyatama.ac.id
Resmi, Siti. (2014). Perpajakan Teori dan Kasus. Jakarta: Salemba Empat
Direktorat Jendral Pajak, https://www.pajak.go.id

‘20 Perpajakan 1 Biro Akademik dan Pembelajaran


16 Tim Dosen http://www.widyatama.ac.id

Anda mungkin juga menyukai