Anda di halaman 1dari 12

Halaman |1

Studi Kasus : Budaya Pembuangan Sampah di Kabupaten Pulang Pisau

BAB I
PENDAHULUAN
Halaman |2

BAB I
PENDAHULUAN

Etika Lingkungan berasal dari dua kata, yaitu Etika dan Lingkungan. Etika berasal dari
bahasa yunani yaitu “Ethos” yang berarti adat istiadat atau kebiasaan. Ada tiga teori mengenai
pengertian etika, yaitu: etika Deontologi, etika Teologi, dan etika Keutamaan. Etika Deontologi
adalah suatu tindakan di nilai baik atau buruk berdasarkan apakah tindakan itu sesuai atau tidak
dengan kewajiban.Etika Teologi adalah baik buruknya suatu tindakan berdasarkan tujuan atau
akibat suatu tindakan.Sedangkan Etika keutamaan adalah mengutamakan pengembangan
karakter moral pada diri setiap orang.

Lingkungan adalah segala sesuatu yang ada di sekitar manusia yang mempengaruhi
kelangsungan kehidupan kesejahteraan manusia dan makhluk hidup lain baik secara langsung
maupun secara tidak langsung.Jadi, etika lingkungan merupakan kebijaksanaan moral manusia
dalam bergaul dengan lingkungannya.etika lingkungan diperlukan agar setiap kegiatan yang
menyangkut lingkungan dipertimbangkan secara cermat sehingga keseimbangan lingkungan
tetap terjaga. Jadi, etika lingkungan merupakan kebijaksanaan moral manusia dalam bergaul
dengan lingkungannya.etika lingkungan diperlukan agar setiap kegiatan yang menyangkut
lingkungan dipertimbangkan secara cermat sehingga keseimbangan lingkungan tetap terjaga.

1.1 Latar Belakang

Kabupaten Pulang Pisau merupakan kabupaten yang muda dan baru terbentuk pada tahun
2002 dari pemekaran wilayah Kabupaten Kapuas (Undang-Undang No. 5 tahun 2002) dengan
melihat semakin tahun perkembangan wilayah yang cukup meningkat dari tahun ke tahun
walau di dominasi dengan sektor pertanian dan perkebunan tapi pertumbuhan penduduk dan
kawasan permukiman juga mengalami kenaikan, menurut data dari Badan Pusat Statistik, laju
pertumbuhan dari 2020-2023 sebesar 0,71 % dengan jumlah penduduk per tahun 2022 adalah
sebesar ± 138.000 jiwa (Pulang Pisau Dalam Angka 2023) dengan pertumbuhan penduduk
seperti disebutkan pada sebelumnya maka banyak masalah perkotaan yang dialami oleh
Kabupaten Pulang Pisau itu sendiri.

Dengan perkembangan penduduk seperti itulah maka tantangan yang dialami Kabupaten
Pulang Pisau sekarang adalah masalah persampahan. Masalah persampahan ini terjadi akibat
kurangnya manajemen lingkungan sendiri di bidang penanganan sampah yang disumbang oleh
Halaman |3

masyarakat (sampah rumah tangga) yang memang harus diatur regulasi dan penanganannya
oleh masyarakat akan tetapi hal yang mungkin terlupa sebelum ada hal tersebut adalah
bagaimana sebenarnya cara masyarakat membuang sampah harian mereka itu sendiri. Dalam
hal ini adalah peran masyarakat sebagai mahluk individu yang tidak luput dalam kontribusi
hasil sisa sampah rumah tangga masing-masing dan inilah yang menjadi budaya masyarakat
dalam pembuangan sampah mereka. Dengan begitu artinya permasalahan persampahan ini bisa
dikatakan dari unsur individu masyarakat sebagai subjeknya harus juga mengerti pembuangan
sampah yang baik itu seperti apa dan yang selanjutnya peran pemerintah sebagai penyedia
infrastruktur dan regulasi terkait persampahan tersebut sehingga menciptakan budaya yang
baik dalam pengelolaan pembuangan sampah.

Kabupaten Pulang Pisau mempunyai regulasi permasalahan manajemen sampah yang


sudah di atur demikian rupa akan tetapi masih belum di iringi dengan penyediaan infrastruktur
persampahan yang memadai sehingga menjadi pemicu masyarakat dalam budaya cara
membuang sampahnya

1.2 Identifikasi Masalah

Identifikasi masalah yang ada didalam makalah ini adalah bagaimana sebenarnya peran
budaya masyarakat Kabupaten Pulang Pisau sebagai mahluk individu yang berkontribusi
dalam penyumbang sampah setiap hari nya.

1.3 Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah terkait makalah ini adalah sebagai berikut :

• Budaya masyarakat Pulang Pisau dalam membuang sampah


• Keadaan dan Jumlah infrastruktur persampahan aja yang tersedia di Kabupaten Pulang
Pisau
• Analisa Keterkaitan etika lingkungan dalam manajemen persampahan di Kabupaten
Pulang Pisau
Halaman |4

1.4 Tujuan

Tujuan dari penulisan makalah ini agar mengetahui keterkaitan antara peranan masyarakat dan
pemerintah dalam membentuk suatu budaya pembuangan sampah yang dimana dikaitkan dengan teori
etika lingkungan.
Halaman |5

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

II.I Penerapan Etika Lingkungan

Nilai-nilai etika lingkungan sangat mudah dipahami oleh segenap lapisan masyarakat,
melalui penerapan konsep lingkungan hidup melalui pendidikan formal yang terintegrasi
dengan mata pelajaran lain misalnya PPKn, Pendidikan Agama, Pendidikan Biologi,
Pendidikan Geografi serta mata pelajaran lainnya yang relevan. Kementerian Pendidikan
Nasional melalui Biro Perencanaan ke Luar Negeri merupakan institusi pemerintah yang sangat
apresiasi dalam menjaga kualitas lingkungan hidup, melalui peningkatan sumber daya
manusia. Hal ini dilakukan agar tercipta intelektual-intelektual muda yang lebih bermartabat,
bersaing dan berdaya guna dalam menyongsong era globalisasi transformasi, menuju Indonesia
yang lebih baik, adil dan makmur.

Penerapan Etika Lingkungan Hidup Sikap ramah terhadap lingkungan hidup harus bisa
menjadi sesatu kebiasaan yangd ilakukan oleh setiap manusia dalam menjalankan kehidupan
baik dalam lingkungankeluarga, sekolah, dan lingkungan masyarakat. Beberapa hal yang dapat
dilakukan dalam membudayakan sikap tersebut antara lain :

A. Lingkungan Keluarga

Lingkungan keluarga adalah salah satu tempat yang sangat efektif menanamkan nilai- nilai
etika lingkungan.Hal itu dapat dilakukan dengan :

1. Menanam pohon dan memelihara bunga di pekarangan rumah. Setiap orangtua memberi
tanggung jawab kepada anak-anak secara rutin untukmerawatnya dengan menyiram dan
memberi pupuk.
2. Membiasakan diri membuang sampah pada tempatnya. Secara bergantian,setiap anggota
keluarga mempunyai kebiasaan untuk menjaga kebersihandan merasa malu jika
membuang sapah sembarang tempat.
3. Memberikan tanggung jawab kepada anggota keluarga untuk menyapurumah dan
pekarangan rumah secara rutin.
Halaman |6

B. Lingkungan Sekolah
Kesadaran mengenai etika lingkungan hidup dapat dilakukan di lingkungan
sekolahdengan memberikan pelajaran mengenai lingkungan hidup dan etika
lingkungan,melalui kegiatan ekstrakulikuler sebagai wujud kegiatan yang konkret
denganmengarahkan pada pembentukan sikap yang berwawasan lingkungan seperti:
- Pembahasan atau diskusi mengenai isu lingkungan hidup
- Pengelolaan sampah
- Penanaman Pohon
- Penyuluhan kepada siswa
- Kegiatan piket dan jumat bersih

C. Lingkungan Masyarakat
Pada lingkungan masyarakat , kebiasaan yang berdasarkan pada etika lingkungan dapat
ditetapkan melalui :
1. Membuangan sampah secara berkala ke tempat pembuangan sampah
2. Kesiadaan untuk memisahkan antara sampah organic dan sampah nonorganik
3. Melakukan kegiatan gotong - royong atau kerja bakti secara berkala dilingkungan tempat
tinggal
4. Menggunakan kembali dan mendaur ulang bahan-bahan yang masihdiperbaharui
Halaman |7

BAB III
PEMBAHASAN

Dalam hal ini fakta yang ditemukan dalam budaya pembuangan sampah di Kabupaten
Pulang Pisau yaitu :

• Masyarakat yang buang sampah ke tempat TPS

Masyarakat yang membuang sampah ke Tempat Pembuangan Sampah (TPS) ini adalah
rata-rata masyarakat yang mempunyai kesadaran akan kebersihan lingkungan dalam hal ini
adalah salah satu penerapan Etika Lingkungan pada keluarga yaitu membiasakan diri
membuang sampah pada tempatnya. Secara bergantian, setiap anggota keluarga mempunyai
kebiasaan untuk menjaga kebersihan dan merasa malu jika membuang sampah sembarang
tempat, akan tetapi kekurangan disini adalah masalah sampah yang dibuang belum ada
pemilihan secara baik seperti sampah sisa makanan dengan sampah plastik, ini lah yang
membuat kondisi TPS yang ada di Kabupaten Pulang Pisau menjadi memprihantikan kondisi
nya.

Gambar III.1 Kondisi TPS di Pulang Pisau

• Masyarakat yang buang sampah ke bantaran sungai

Awal perkembangan permukiman Kabupaten Pulang Pisau adalah kehidupan bantaran


Sungai Kahayan, tentunya kebudayaan nya pun berikatan erat dengan budaya pinggir sungai,
artinya kehidupan mereka banyak berkegiatan dan aktivitas terhubung dengan sungai, begitu
pula dengan proses pembuangan sampah hasil sisa mereka, banyak masyarakat masih
menganggap sungai sebagai tempat pembuangan sampah karena dapat mengalirkan sampah
Halaman |8

mereka ke tempat yang jauh, hal ini tidak bisa di pungkiri dan itu memang fakta yang kita
temukan juga di kota kota besar yang kota nya masih memiliki budaya permukiman dengan
sungai. Etika lingkungan disini harusnya berperan sebagai katalisator terkait budaya
pembuangan sampah disungai. Dibutuhkan edukasi pentingnya bahaya pembuangan sampah
langsung ke Sungai karena pada prinsipnya lingkungan akan tercemar baik untuk mahluk hidup
di sungainya dan abiotiknya juga sehingga kualitas hidup pun akan menurun karena sungai
sebagai sumber air baku juga tercemar.

Gambar III.2 Permukiman di Pinggir Sungai Kahayan

• Masyarakat yang buang sampah dengan cara membakar

Sebagian masyarakat kabupaten pulang pisau juga masih ada yang membuang sampah
dengan cara membakarnya langsung,walau tidak banyak yang penduduk tapi beberapa juga
masih melakukan pembakaran sampah ini, apalagi Ketika kemarau kering, pembakaran
sampah ini juga membahayakan menjadi kebakaran lahan dan hutan di Kabupaten Pulang
Pisau.

• Kondisi Infrastruktur Persampahan di Kabupaten Pulang Pisau

Kondisi infrastruktur persampahan juga tidak terlalu banyak tersebar di kecamatan-


kecamatan di Kabupaten Pulang Pisau, TPS yang ada di Pulang Pisau sekarang hanya tersentra
di satu titik di Kelurahan Kahayan Hilir sedangkan jangkauan nya belum bisa memenuhi
perkotaan Pulang Pisau sendiri apalagi Kabupaten, Armada pun juga terbatas kondisi sekarang,
armada truk pengangkut sampah cumin 2 unit sisanya ada motor gerobak sekitar 3 unit dari
DLH dan 3 Unit dari Kecamatan Kahayan Hilir, tentunya ini sangat sangat sedikit sehingga
Halaman |9

pengangkutan sampah ini mempengaruhi budaya masyarakat sendiri dalam membuang


sampahnya. Kemudian kondisi Tempat Pembuangan Akhir (TPA) hampir mencapai batasnya
karena sistemnya masih open dump dan alat untuk memproses sampahnya sampai saat ini
belum ada.

• Kaitan Etika Lingkungan terkait budaya membuang sampah

Dari penjelasan budaya yang eksisting di penjelasan di atas, maka dapat digambarkan
keterkaitan etika lingkungan sebagai berikut dalam diagram :

Kebijakan
dan Regulasi

Infrastruktur

Masyarakat Etika Lingkungan Pemerintah

Budaya

Bagan III.1 Keterkaitan Etika Lingkungan dengan masalah persampahan

Dapat dilihat jelas dengan diagram keterkaitan hubungan etika lingkungan dengan
masyarakat dan pemerintah, yaitu etika lingkungan ini akan membentuk sebuah budaya ketika
memang masyarakat sudah mempunyai nilai – nilai moril dan sosialnya terhadap lingkungan
nya akan tetapi Pendidikan moral terkait lingkungan ini menghadapi tantangan yaitu adalah
bagaimana masyarakat sendiri di penerapan pada lingkungan paling kecil yaitu keluarga
H a l a m a n | 10

apabila tidak di berikan etika lingkungan akan membuat pelencengan sendiri di dalam etika
moral tersebut missal satu keluarga tidak di ajarkan bagaimana membuang sampah dan
memilah dengan baik maka tentunya ketika generasi mendatang akan berakibat bahwa mereka
tidak mengetahui seperti apa sebenarnya bahaya dari membuang sampah itu sendiri.

Kemudian dari etika lingkungan juga dapat mempengaruhi dalam pengambilan kebijakan
dan keputusan pada pemerintah karena pemerintah berkewwajiban untuk menjaga kualitas
hidup dari masyarakat, yaitu yang paling sangat penting adalah menjaga lingkungan dengan
yang baik, dengan pemahaman terkait etika lingkungan tersebut maka pemerintah dapat
menciptakan kebijakan dan regulasi yang sesuai untuk keberlanjutan lingkungan ke depannya
dan pemerintah juga dapat menyediakan infrastruktur yang memadai dalam menjalankan
regulasi tersebut.

Apabila memang sudah memadai maka kebijakan, regulasi dan infrastruktur ini akan
menjadi modal yang sangat berharga untuk masyarakat karena ini akan membentuk sebuah
kebudayaan baru dalam etika lingkungan misal kita dapat melihat negara maju seperti negara
jepang, yang dimana kebudayaan buang sampah sudah di tanamkan sejak Pendidikan usia dini
dan kemudian pemerintah juga menyediakan infrastruktur yang memadai sehingga sangat
membantu dalam membuat budaya yang akan sadar lingkungan. Dalam hal ini Kabupaten
Pulang Pisau masih berjuang untuk pendekatan terkait poin poin hal tersebut karena memang
dalam fakta yang sudah disebutkan pada pembahasan sebelumnya bahwa masih banyak
kekurangan dalam pengelolaan atau manajemen pembuangan sampah dari masyarakat sendiri,
mungkin untuk sekarang bukan akan menjadi ancaman besar akan tetapi di kemudian hari akan
menjadi sesuatu yang sangat berbahaya apabila pemberian edukasi terhadap etika lingkungan
ini tidak berjalan.
H a l a m a n | 11

BAB IV
KESIMPULAN
Kabupaten Pulang Pisau masih mempunyai problem persampahan terkait hasil dari
limbah rumah tangga sehari-hari maupun dari sektor lainnya yang menghasilkan limbah, ada
beberapa fakta penyebab sulitnya penanganan sampah ini seperti budaya masyarakat yang
masih belum paham pemilahan sampah rumah tangga sisa makanan dengan sampah plastik,
budaya membuang sampah ke sungai maupun budaya membakar sampah. Adajuga peranan
pemerintah yang masih belum efektif dalam penanganan sampah seperti kurang tersedianya
jumlah titik Tempat Pembuangan Sementara (TPS) dan kurang nya pengolahan sampah di
Tempat Pembuangan Akhir (TPA) yang masih bersifat Open Dump. Dengan berkaca
permasalahan yang ada tersebut perlu disadari bahwa kedua hal tersebut harusnya memikirkan
secara duduk bersama bahwa lingkungan yang terancam dari manajemen sampah yang kurang
baik ini akan mempengaruhi kualitas hidup itu sendiri. Apabila poin poin kekurangan itu dapat
di penuhi perlahan-lahan maka sebenarnya tujuan dari etika lingkungan untuk menciptakan
kesadaran dalam keberlanjutan itu sendiri akan tercapai.
H a l a m a n | 12

DAFTA PUSTAKA

Soeriaatmadja, R.E.2003.Ilmu Lingkungan.Bandung: ITB


http://id.wikipedia.org/wiki/pengertian_etika_lingkungan
http://www.findyou.com.pdf/2010/04/10/Etika_lingkungan_hidup

Anda mungkin juga menyukai