Anda di halaman 1dari 10

UJIAN AKHIR SEMESTER

DASAR - DASAR ILMU LINGKUNGAN

DEVID RISWANDY PODAJOW

(202065017)

PROGRAM STUDI S1 TEKNIK INFORMATIKA

JURUSAN TEKNIK INFORMATIKA

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS PAPUA

MANOKWARI

2020
1. Review Jurnal Pertama

Pemenuhan Luasan Hutan Kota Sebagai Pencegah Masalah


Judul
Lingkungan di Surabaya
Jurnal Jurnal Ilmu Hukum
Volume/Halaman Volume 17 No.1
Tanggal Publikasi Februari 2021
Penulis Martika Dini Syaputri dan Nany Suryawati
Reviewer Devid Riswandy Podajow
Tanggal 17 Desember 2022
Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk menganalisa
pemberlakuan Perda Hutan Kota di Surabaya serta mengetahui upaya
Tujuan Penelitian
pemerintah daerah dalam memenuhi lahan hutan kota pada wilayah
perkotaan.
Subjek Penelitian Penelitian ini dilakukan di Kota Surabaya
Metode dalam penelitian ini menggunakan analisa secara yuridis
normatif dengan mengkaji serta menganalisa Perda No. 15-2014
untuk dapat memberi jawaban atas masalah yang diajukan. Selain
Metode Penelitian
menggunakan pendekatan perundang-undangan, penelitian ini juga
menggunakan pendekatan konseptual yakni dengan menggunakan
literatur, jurnal maupun laporan-laporan lainnya yang mendukung
agar dapat menjawab dari rumusan masalah yang dibahas.
Kebijakan Hutan Kota di Surabaya
Kesadaran pemerintah untuk penyelenggaraan hutan kota pada
wilayah perkotaan didasarkan pada pertimbangan: a) pohon dan
tumbuhan dalam hutan kota berfungsi untuk menyerap gas
Hasil dan Pembahasan karbondioksida dan menghasilkan oksigen; b) mobilisasi penduduk
kota menggunakan kendaraan bermotor serta berkembangnya
kegiatan industri yang menyebabkan pencemran udara; c) semakin
luasnya wilayah permukiman pada perkotaan akibat peningkatan
jumlah penduduk yang tidak selaras dengan tuntutan masyarakat
untuk hidup nyaman pada wilayah perkotaan.
Upaya Pemenuhan Luasan Hutan Kota
Hutan kota dapat dikatakan sebagai hutan kota apabila telah
mendapatkan penetapan dari Walikota. Oleh karenanya, upaya
lainnya yang dapat dilakukan oleh pemerintah daerah adalah
melakukan penetapan hutan kota sehingga luasan hutan kota dapat
terpenuhi. Selain itu, pemerintah daerah juga perlu melakukan
pengelolaan dengan baik hutan kota yang telah ditetapkan. Sehingga
tidak hanya mengacu pada target luasan, namun juga pengelolaan dari
hutan kota sehingga dapat berfungsi sebagaimana mestinya.
Penyelenggaraan hutan kota dapat berjalan dengan baik sesuai
dengan tujuan dan manfaatnya dengan masyarakat untuk bersama-
sama melakukan pembinaan maupun pengawasan terhadap
keberadaan hutan kota. Upaya pemerintah dalam memberikan
pembinaan kepada masyarakat dapat dilakukan melalui pemberian
pedoman, bimbingan, pelatihan, arahan maupun supervisi. Adapun
tujuan dan mafaat adanya penyelenggaraan hutan kota adalah sebagai
wujud pelestarian lingkungan serta menyeimbangkan ekosistem di
wilayah perkotaan antara lingkungan, sosial dan budaya.
Berdasarkan pembahasan yang telah diuraian diatas, maka dapat
disimpulkan bahwa kebijakan penyelenggaraan hutan kota di
Surabaya telah ditetapkan berdasarkan Perda No. 15-2014. Dimana
kebutuhan hutan kota pada wilayah perkotaan sangat penting guna
menjaga serta memperbaiki keseimbangan ekosistem lingkungan.
Dengan keseimbangan ekosistem, tuntutan masyaraat untuk
Kesimpulan
mendapatkan kualitas lingkungan yang baik dapat terpenuhi sesuai
dengan amanat yang diberikan oleh kebijakan dasar negara kita.
Keberadaan hutan kota di Surabaya memiliki fungsi dan peran yang
cukup besar. Oleh karenanya penyelenggaraan hutan kota di Surabaya
menjadi prioritas pada program pembangunan nasional. Hutan kota
sebagai bagian dari RTH juga perlu mendapatkan tempat yang
strategis dan tepat mengingat fungsinya dalam mengurangi emisi
pencemaran udara dan air cukup efektif. Hutan kota tidak hanya
sebagai estetika kota nemun juga mampu menurunkan suhu serta
mencegah terjadinya krisis air di wilayah perkotaan. Sehingga
keberadaan hutan kota dapat mencegah terjadinya masalah
lingkungan di wilayah perkotaan. Upaya pemenuhan hutan kota di
Surabaya dapat memanfaatkan bentuk hutan kota secara menjalur,
yakni memanfaatkan sempadan sungai yang ada di Surabaya.
Penyelenggaraan hutan kota tidak hanya berfokus pada pemenuhan
luasan saja, namun juga perlu diperhatikan jenis dantipe dari hutan
kota itu sendiri. Dengan demikian hutan kota yang dikelola dapat
berfungsi dengan baik dan memberikan dampak yang signifikan
dalam menekan pencemaran udara maupun pencemaran air. Selain
untuk pemenuhan luasan hutan kota, pemerintah juga perlu
melakukan pengelolaan dan pengawasaan dalam penyelenggaraan
hutan kota sebagi bentuk keberlanjutan hutan kota dimasa yang akan
datang
2. Review Jurnal Kedua

Pengelolaan Sampah Berbasis Sosial Budaya: Upaya Mengatasi


Judul
Maslah Lingkungan di Bali
Jurnal Bumi Lestari
Volume/Halaman Volume 11 No.1/Halaman 167-177
Tanggal Publikasi Februari 2011
Penulis I Nyoman Wardi
Reviewer Devid Riswandy Podajow
Tanggal 17 Desember 2022
Penelitian ini bertujuan untuk menginventarisasi dan
mendeskripsikan sistem pengelolaan sampah pemukiman yang
Tujuan Penelitian dilakukan oleh masyarakat, dan mengidentifikasi berbagai
permasalahan yang dihadapi dalam pengelolaan sampah berbasis
masyarakat.
Penelitian ini di lakukan pada beberapa kabuaten/kota (Denpasar,
Subjek Penelitian
Bandung dan Gianyar)
Metode Data yang terkumpul dianalisis secara deskriptif kualitatif
dengan menekankan substansi permasalahan (makna) yang
menyangkut hubungan antar variabel yang saling mempengaruhi
dalam proses pengelolan sampah yang berbasis sosial ke
masyarakatan, seperti aspek kependudukan dengan lingkungan,
Metode Penelitian
keberadaan dan interaksi antarorganisasi/kelembagaan sosial, jenis
dan teknik pemanfaatan perlatan/teknologi, dan aspek aktivitas
ekonomi, sosial politik, dan sosial budaya yang berpengaruh dalam
pengelolaan sampah tersebut.
Faktor yang mempengaruhi keberadaan sampah
Semakin banyak jumlah penduduk semakin banyak aktivitas sosial
ekonomi dan budaya yang dilakukan, semakin banyak energi yang
dikonsumsi dan limbah atau sampah yang dihasilkannya pun
meningkat. Kualitas sampah yang dihasilkannya juga cendrung
semakin banyak sampah yang tidak dapat membusuk (refuse). Terkait
dengan jumlah penduduk dan kegiatan ekonomi yang dilakukan,
diasumsikan poduksi sampah mencapai 3,68 lt/orang/hari ( Pemda
Provinsi Bali, 2007 : II-43).
Kecendrungan di atas sedang terjadi di daerah Bali, khususnya pada
kota-kota besar yang padat jumlah penduduk dan aktivitas sosial
ekonomi dan budaya seperti halnya di Denpasar, Kabupaten Badung
bagian Selatan, dan Gianyar (Ubud). Sumber sampah di perkotaan
umumnya berasal dari kegiatan perkantoran, industri (pasar,
pariwisata (akomodasi dan restoran) pertokoan,
Hasil dan Pembahasan
supermarket/minimarket, mall, perbengkelan, rumah sakit, dan
sampah rumah tangga,dsb. Sementara sumber sampah di daerah
pedesaan lebih banyak berasal dari kegiatan ekonomi warung dan
pasar tradisional (pasar tenten), kegiatan ritual, dan sampah rumah
tangga.
Dampak Terhadap Lingkungan dan Kesehatan Masyarakat
Dampak tidak langsung dapat dirasakan oleh masyarakat akibat
proses pembusukan, pembakaran, dan pembuangan sampah.
Dekomposisi sampah biasanya terjadi secara aerobik, dilanjutkan
secara fakultatif dan secara anaerobik apabila oksigen telah habis.
Dekomposisi anaerob akan menghasilkan cairan yang disebut
leachate berserta gas. Leachate atau lindi adalah cairan
yangmengandung zat padat tersuspensi yang sangat halus dan hasil
penguraian mikroba. Tergantung dari kualitas sampah, maka leachate
bisa pula didapat mikroba patogen, logam berat dan zat yang
berbahaya. Selain itu, sampah yang beserakan, terutama bekas-bekas
pecahan logam atau wadah plastik yang secara kebetulan menampung
air hujan, menjadi sarang berbiaknya nyamuk yang memicu
munculnya penyakit DBD yang akhir-akhir ini cendrung meningkat
di daerah perkotaan. Sampah juga dapat menimbulkan keracunan,
atau bencana kebakaran akibat gas metan atau puntung rokok yang
dibuang oleh pemulung; Pembuangan sampah yang tidak pada
tempatnya sering menimbulkan tersumbat atau macetnya saluran air
irigasi subak, atau meluapnya air ke jalan di perkotaan sehingga
mempercepat rusaknya prasarana transportasi (jalan).
Mekanisme dan Kendala Pengelolaan Sampah Pada Beberapa
Desa di Bali
Berdasarkan hasil observasi dan wawancara dapat diungkapkan,
beberapa faktor yang mempengaruhi masyarakat Bali melakukan
swakelola sampah, di antaranya : (1) kesadaran terhadap tantangan
permasalahan sampah yang timbul dan cendrung semakin kompleks
di lingkungannya, (2) desa sebagai daerah atau tujuan wisata (eco-
tourism), (3) lomba kebersihan lingkungan yang diprakarsai oleh
pemerintah, (4) peran proaktif LSM lingkungan untuk
memberdayakan masyarakat dalam pengelolaan sampah, dan (5)
kesadaran budaya (lingkungan sakral/suci); Namun kebanyakan
faktor yang memotivasi munculnya pengelolaan sampah oleh
masyarakat desa tersebut akibat terjadinya sinergis dari berbagai
faktor tersebut di atas. Umumnya yang terjadi di lapangan, yaitu
pengelolaan berawal dari jasa pengangkutan sampah ke TPA
kemudian berkembang menjadi pengolahan sampah menjadi kompos.
Sampah yang dikelola dengan baik oleh masyarakat dapat
memberikan keuntungan dalam bentuk kompos, keuntungan ekonomi
dalam bentuk pendapatan desa, menampung tenaga kerja lokal untuk
Kesimpulan
mengurangi pengangguran, dan keuntungan sosial lainya yang tidak
ternilai harganya (external cost), seperti kesehatan dan estetika, dan
yang bersangkutan dapat mengaktualisasikan diri dalam kegiatan
sosial budaya di desa. Sebaliknya sampah yang tidak dikelola dengan
baik dapat mengganggu estetika lingkungan (bau dan pemandangan
yang tidak sedap) bahkan dapat menjadi sumber bencana penyakit
bagi masyarakat sekitarnya, dan penceraman udara.
Model pengelolaan sampah yang berbasis sosial dan budaya dapat
dilakukan secara adaptif dengan memperhatikan aspek karakteristik
sosial dan budaya masyarakat, aspek ruang (lingkungan), volume dan
jenis sampah yang dihasilkan. Pola pengelolaan sampah berbasis
sosailbudaya sebaiknya dilakukan secara sinergis (terpadu) dari
berbagai elemen (Desa, pemerintah, LSM, pengusaha /swasta,
sekolah, dan komponen lain yang terkait) dengan menjadikan
komunitas lokal sebagai objek dan subjek pembangunan, khususnya
dalam pengelolaan sampah untuk menciptakan lingkungan bersih,
sehat, aman, asri, dan lestari.
3. Review Jurnal Ketiga

Kerusakan Lingkungan Dalam Kegiatan Peningkatan


Judul
Produktivitas Manusia Sebagai Tantangan Pemerintah Daerah

Jurnal Jurnal Administrasi Publik

Volume/Halaman Volume 3, No.2

Tahun Publikasi 2018

Penulis M.Awaluddin dan Rahmad Hidayat

Reviewer Devid Riswandy Podajow

Tanggal 17 Desember 2022

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui permasalahan apa saja


Tujuan Penelitian yang terjadi di daerah terkait pembangunan dan pengembangan
daerah untuk meningkatkan produktivitas masyarakat lokal.

Penelitian ini menggunakan metode deskriptif dengan pendekatan


Metode Penelitian
kualitatif dengan teknik pengumpulan data yaitu, observasi, kajian
pustaka, wawancara dan dokumentasi.
Pada kenyataannya pemerintah daerah hanya memberikan sosialisasi
tampa ada tindakan nyata dan bantuan yang berkelanjutan untuk
memecahkan masalah tersebut. Masyarakat mengetahui bahwa apa
yang dilakukan adalah sebuah kesalahan tetapi karena tidak ada
pilihan yang tepat serta komunikasi yang efektif tidak berjalan antara
pemerintah dan masyarakat serta solusi yang diberiksn hanya dalam
bentuk pengarahan dan himbauan menyebabkan masyarakat tetap
memilih merusak lingkungan sehingga membawa masalah di masa
yang akan datang. Kurang terintegrasinya komunikasi antara
pemerintah dan masyarakat dalam bentuk mencari solusi dan di
Hasil dan Pembahasan implementasikan serta di berikan pengawasan sehingga peningkatan
produktivitas manusia tidak menimbulkan dampak lain yang
membawa masalah baru dalam kehidupan masyarakat. Pemerintah
harus memiliki strategi yang memcahkan masalah kerusakan
lingkungan, misalnya dengan bekerjasasama dengan sektor swasta
atau dengan mengelola pendapatan daerah untuk diarahkan ke
perbaikan lingkungan yang rusak serta meminta sumbangsih dari
sektor swasta untuk membantu masyarakat dan pemerintah untuk
mengatasi masalah kerusakan lingkungan.
Hasil penelitian ini menunjukan bahwa kurang terintegrasinya kinerja
antara pemerintah daerah dengan masyarakat terkait pelaksanaan
program peningkatan produktivitas manusia sehingga kurang
memperhatikan keberlanjutan dari pelaksanaan tersebut,
menyebabkan kerusakan lingkungan sehingga menimbulkan
kerugian dan masalah baru bagi masyarakat itu sendiri.
Adanya penyelenggaran pemerintahan daerah di harapkan dapat
mempercepat terwujudnya kesejahteraan masyarakat melalui
peningkatan pelayanan, pemberdayaan, dan peran serta masyarakat,
Kesimpulan
serta peningkatan daya saing daerah dengan memperhatikan prinsip
demokrasi, pemerataan, keadilan, dan kekhasan suatu daerah dalam
sistem Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai