Anda di halaman 1dari 28

KELOMPOK 1

AKUNTANSI PERBANKAN DAN LPD


(Akuntansi Giro dan Kliring) serta
(Akuntansi Unit Deposito dan Tabungan)

DISUSUN OLEH :

NI MADE DWI SURYA RAHAYU (20192413021)


NI PUTU EKA ASTITI PUTRI (20192413023)
NI MADE MIA WULANDARI (20192413026)
NI LUH MADE PUTRI CANDRA DEWI (20192413027)
SANTI LEONARDA GUTERRES (20192413029)

PROGRAM STUDI AKUNTANSI


FAKULTAS BISNIS DAN PARIWISATA
UNIVERSITAS TRIATMA MULYA
BADUNG
2O22
AKUNTANSI GIRO DAN KLIRING

(GIRO)

A. Pengertian Akuntansi Giro

Pengertian giro menurut Undang-undang Perbankan nomor 10 tahun 1998 adalah

simpanan/dana pihak ketiga, dimana penarikannya dapat dilakukan setiap saat dengan

menggunakan media yaitu cek (cheque), bilyet giro dan sarana perintah pembayaran lainnya.

Akuntansi giro adalah prinsip akuntansi yang digunakan untuk mencatat/mengelola transaksi

giro.

B. Giro Bank Indonesia

Giro Bank Indonesia merupakan rekening giro milik bank komersial dalam valuta asing

maupun valuta rupiah di Bank Indonesia. Dengan Giro BI, bank data membiayai transaksi

antara cabang maupun antarbank melalui penyelesaian kliring, transfer. Disamping itu dapat

digunakan untuk membayar penarikan deposito yang relatif besar, pemberian kredit. Transaksi

Giro BI lebih banyak berkaitan dengan transaksi kliring (nota debet/nota kredit),

pemindahbukuan, pengambilan dan penyetoran uang tunai ke BI oleh bank komersial. Contoh:

a. Pada tanggal 2 Juli 2005 Bank Sukses Bandung mengambil dana di BI Bandung sebesar

Rp1.500.000.000.

b. Pada tanggal 7 Juli 2005 Bank Sukses Bandung menyetor tunai untuk Giro di Bank

Indonesia sebesar Rp500.000.000.

c. Pada tanggal 9 Juli 2005 Bank Sukses Bandung menerima tagihan dari Bank Artha

Jakarta sebesar Rp250.000.000 untuk beban Tn.Yuniar.

d. Tanggal 16 Juli 2005 Bank Sukses menyerahkan warkat kliring ke BI sebesar


Rp200.000.000 untuk keuntungan giro Tn.Donny.

Pencatatannya adalah:

No Tgl Rekening Debit (Rp) Kredit (Rp)


a. 2/7-05 Dr. Kas 1.500.000.000
Cr. Giro BI 1.500.000.000

b. 7/7-05 Dr. Giro BI 500.000.000


Cr. Kas 500.000.000

c. 9/7-05 Dr. Giro Tn. Yuniar 250.000.000


Cr. Giro BI 250.000.000

d. 16/7-05 Dr. Giro BI 200.000.000


Cr. Giro Tn. Donny 200.000.000

C. GIRO WAJIB MINIMUM

Giro Wajib Minimum (statutory reserve), atau yang untuk selanjutnya disebut

GWM, adalah simpanan minimum yang harus dipelihara oleh bank dalam bentuk saldo

rekening giro pada Bank Indonesia yang besarnya ditetapkan oleh Bank Indonesia

sebesar persentase tertentu dari Dana Pihak Ketiga (DPK).

D. PERHITUNGAN GIRO WAJIB MINIMUM

Menurut Peraturan Bank Indonesia Nomor 6/15/PBI/2004 Tentang Giro Wajib

Minimum Bank Umum Pada Bank Indonesia Dalam Rupiah:

Pasal 3 Ayat (1):

GWM dalam rupiah sebesar 5% (lima perseratus) wajib dipenuhi oleh seluruh Bank

tanpa memperhatikan jumlah DPK dalam rupiah yang dimiliki.


Ayat (2) Huruf a

Sebagai contoh:

Bank mempunyai DPK dalam rupiah Rp5.000.000.000.000,00 (lima triliun rupiah).

Bank wajib memelihara GWM dalam rupiah sebesar:

a. 5% (lima perseratus) dari Rp5.000.000.000.000,00 (lima triliun rupiah); ditambah

dengan

b. 1% (satu perseratus) dari Rp5.000.000.000.000,00 (lima triliun rupiah).

Huruf b

Sebagai contoh:

Bank mempunyai DPK dalam rupiah Rp25.000.000.000.000,00 (dua puluh lima triliun

rupiah). Bank wajib memelihara GWM dalam rupiah sebesar:

a. 5% (lima perseratus) dari Rp25.000.000.000.000,00 (dua puluh lima triliun rupiah);

ditambah dengan

b. 2% (dua perseratus) dari Rp25.000.000.000.000,00 (dua puluh lima triliun rupiah).

Huruf c

Sebagai contoh:

Bank mempunyai DPK dalam rupiah Rp55.000.000.000.000,00 (lima puluh lima triliun

rupiah). Bank wajib memelihara GWM dalam rupiah sebesar:

a. 5% (lima perseratus) dari Rp55.000.000.000.000,00 (lima puluh lima triliun rupiah);

ditambah dengan

b. 3% (tiga perseratus) dari Rp55.000.000.000.000,00 (lima puluh lima triliun rupiah).


E. GIRO WAJIB MINIMUM LDR DALAM RUPIAH

Menurut Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 15/41/DKMP Tanggal 1 Oktober 2013

Perihal Perhitungan Giro Wajib Minimum Sekunder Dan Giro Wajib Minimum

Berdasarkan Loan to Deposit Ratio Dalam Rupiah:

Contoh Perhitungan GWM LDR dalam Rupiah

➢ LDR Bank berada dalam kisaran LDR Target Dalam masa laporan sejak tanggal 8

sampai dengan 15 Desember 2013, Bank memiliki rata-rata harian total DPK dalam

Rupiah sebesar Rp50.000.000.000.000,00 (lima puluh triliun rupiah) dan LDR Bank

sebesar 90% (sembilan puluh persen). Sebagaimana dimaksud dalam butir IV.A, batas

bawah LDR Target ditetapkan sebesar 78% (tujuh puluh delapan persen) dan batas atas

LDR Target sebesar 92% (sembilan puluh dua persen) sehingga LDR Bank berada

dalam kisaran LDR Target. Dengan demikian GWM LDR dalam Rupiah harian Bank

untuk masa laporan sejak tanggal 24 Desember sampai dengan 31 Desember 2013

adalah sebesar 0% (nol persen) dari DPK dalam Rupiah. GWM dalam Rupiah harian

Bank untuk masa laporan sejak tanggal 24 sampai dengan 31 Desember 2013 yang

wajib dipenuhi adalah sebesar:

a. GWM Primer sebesar 8% (delapan persen) dari DPK dalam Rupiah yaitu sebesar:

8% x Rp50.000.000.000.000,00 = Rp4.000.000.000.000,00 dipenuhi dalam bentuk

saldo Rekening Giro Rupiah pada Bank Indonesia;

b. GWM Sekunder sebesar 4% (empat persen) dari DPK dalam Rupiah yaitu sebesar:

4% x Rp50.000.000.000.000,00 = Rp2.000.000.000.000,00 dipenuhi dalam bentuk

SBI, SDBI, SBN, dan/atau Excess Reserve; dan


c. GWM LDR sebesar 0% (nol persen) dari DPK dalam Rupiah yaitu sebesar Rp0,00

(nol rupiah).

➢ LDR Bank lebih kecil dari batas bawah LDR Target

Dalam masa laporan sejak tanggal 8 sampai dengan tanggal 15 Desember 2013, Bank

memiliki rata-rata harian total DPK dalam Rupiah sebesar Rp50.000.000.000.000,00

(lima puluh triliun rupiah) dan LDR Bank sebesar 60% (enam puluh persen).

Sebagaimana dimaksud dalam butir IV.A:

a. Batas bawah LDR Target ditetapkan sebesar 78% (tujuh puluh delapan persen) dan

batas atas LDR Target ditetapkan sebesar 92% (seratus persen).

b. Parameter Disinsentif Bawah ditetapkan sebesar 0,1 (nol koma satu).

LDR Bank lebih kecil dari batas bawah LDR Target, sehingga GWM LDR dalam

Rupiah harian Bank untuk masa laporan sejak tanggal 24 sampai dengan 31 Desember

2013 adalah sebesar:

Parameter Disinsentif Bawah x (Batas bawah LDR Target – LDR Bank) x DPK dalam
Rupiah

= 0,1 x (78% - 60%) x DPK dalam Rupiah

= 0,1 x 18% x DPK dalam Rupiah

= 1,8% x DPK dalam Rupiah

GWM dalam Rupiah harian Bank untuk masa laporan sejak tanggal 24 sampai dengan

31 Desember 2013 yang wajib dipenuhi adalah sebesar:

a. GWM Primer sebesar 8% (delapan persen) dari DPK dalam Rupiah yaitu sebesar:

8% x Rp50.000.000.000.000,00 = Rp4.000.000.000.000,00 dipenuhi dalam


bentuk saldo Rekening Giro Rupiah pada Bank Indonesia;

b. GWM Sekunder sebesar 4% (empat persen) dari DPK dalam Rupiah yaitu sebesar:

4% x Rp50.000.000.000.000,00 = Rp2.000.000.000.000,00 dipenuhi dalam

bentuk SBI, SDBI, SBN, dan/atau Excess Reserve; dan

c. GWM LDR sebesar 1,8% (satu koma delapan persen) dari DPK dalam Rupiah

yaitu: 1,8% x Rp50.000.000.000.000,00 = Rp900.000.000.000,00 dipenuhi dalam

bentuk saldo Rekening Giro Rupiah pada Bank Indonesia.

F. REKENING GIRO

Rekening Giro adalah rekening pihak eksternal tertentu di Bank Indonesia yang

merupakan sarana bagi penatausahaan transaksi dari simpanan yang penarikannya

dapat dilakukan setiap saat. Menurut PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR

6/15/PBI/2004 Tentang Giro Wajib Minimum Bank Umum Pada Bank Indonesia

Dalam Rupiah Dan Valuta Asing bab 1 pasal 1 ada 2 jenis rekening giro, antara lain:

a. Rekening giro dalam rupiah adalah rekening giro dalam mata uang rupiah yang

penarikannya dapat dilakukan dengan menggunakan cek Bank Indonesia, bilyet

giro Bank Indonesia, atau sarana lainnya sebagaimana dimaksud dalam

ketentuan Bank Indonesia yang berlaku tentang hubungan rekening giro antara

Bank Indonesia dengan pihak ekstern.

b. Rekening giro dalam valuta asing, yang untuk selanjutnya disebut rekening giro

valas, adalah rekening giro yang penarikannya dapat dilakukan dengan cara

pemindahbukuan atau sarana lainnya sebagaimana dimaksud dalam ketentuan


Bank Indonesia yang berlaku tentang hubungan rekening giro antara Bank

Indonesia dengan pihak ekstern.

G. JENIS REKENING GIRO

a. Giro Swasta adalah giro yang dimiliki oleh perseorangan, korporasi, kelompok,

instansi swasta, yayasan sosial, dan badan non-pemerintah lainnya.

b. Giro Pemerintah adalah giro yang dimiliki oleh instansi pemerintah, misalnya

giro kelurahan, giro departemen, giro dinas perpajakan.


(KLIRING)

A. Pengertian Akuntansi Kliring

Kliring adalah suatu tata cara perhitungan utang piutang dalam bentuk surat-surat

dagang dan surat-surat berharga dari suatu bank terhadap bank lainnya, dengan maksud

agar penyelesaiannya dapat terselenggara dengan mudah dan aman, serta untuk

memperluas dan memperlancar lalu lintas pembayaran giral.

Lalu lintas pembayaran giral adalah suatu proses kegiatan bayar membayar dengan

warkat atau nota kliring, yang dilakukan dengan cara saling memperhitungkan diantara

bank-bank, baik atas beban maupun untuk keuntungan nasabah yang bersangkutan.

B. Peserta Kliring

➢ Peserta langsung yaitu: bank-bank yang sudah tercatat sebagai peserta kliring dan

dapat memperhitungkan warkat atau notanya secara langsung dengan BI atau

melalui PT. Trans Warkat sebagai perantara dengan BI. Contoh: Bank Retail, Bank

Devisa.

➢ Peserta tidak langsung yaitu: bank-bank yang belum terdaftar sebagai peserta

kliring akan tetapi mengikuti kegiatan kliring melalui bank yang telah terdaftar

sebagai peserta kliring. Contoh: BPR.

C. Warkat dan Dokumen Kliring

➢ Warkat adalah alat pembayaran bukan tunai yang diperhitungkan atas beban atau

untuk untung rekening nasabah atau bank melalui kliring. Warkat yang

diperhitungkan adalah :

1. Cek, perintah tak bersyarat pada bank untuk membayar sejumlah uang tertentu
atas beban rekening penarikan cek.

2. Bilyet Giro , perintah kepada bank untuk memindah bukukan uang sejumlah

tertentu atas beban rekening penarik pada tanggal tertentu kepada pihak yang

tercantum dalam bilyet giro tersebut.

3. Wesel Bank untuk Transfer (WBUT), Wesel yang diterbitkan oleh bank khusus

untuk transfer.

4. Surat Bukti Penerimaan Transfer(SBPT), Surat bukti penerimaan transfer dari

luar kota yang dapat ditagihkan kepada bank peserta penerima dana transfer

melalui kiring lokal.

5. Nota Debet, warkat yang digunakan untuk menagih dana pada bank lain untuk

nasabah bank yang menyampaikan warkat.

6. Nota Kredit, warkat yang digunakan untuk menyampaikan dana pada bank

lain untuk nasabah bank yang menerima warkat.

➢ Dokumen Kliring Dokumen kliring merupakan dokumen yang berfungsi sebagai

alat bantu dalam proses perhitungan kliring di tempat penyelenggaraan.

D. Neraca Kliring

Pada akhir hari kliring, akan dibuatkan neraca kliring sebagai laporan akhir

transaksi kliring. Contoh apabila dalam pembukuan transaksi kliring, bank Omega

selalu mempergunakan rekening sementara kliring dan pendebetan atau pengkreditan

rekening giro pada BI dilaksanakan pada akhir hari kliring, untuk mengetahui apakah

bank menang atau kalah kliring, maka kekalahan kliring diatas akan dibukukan

sebagai berikut:
D : Kliring Rp. 80.000.000,-

K : B I – Giro Rp. 80.000.000,-

Dilihat dari sudut BI, tidak akan terdapat selisih pendebetan maupun pengkreditan

rekening giro masing-masing bank peserta kliring. Selanjutnya untuk mencatat

transaksi hasil kliring diatas, oleh BI akan dibukukan sebagai berikut:

Selanjutnya untuk mencatat transaksi hasil kliring diatas, oleh BI akan dibukukan
sebagai berikut:

D : Giro – Bank Omega Rp. 80.000.000,-

K : Giro – Bank ABC Rp. 30.000.000,-

K : Giro – Bank Lippo Rp. 50.000.000,-

Melalui kalah atau menang kliring ini, oleh BI akan dipantau saldo minimum dari

Reserve Reqiurement. Bila suatu bank reserve requirement-nya lebih rendah dari pada

apa yang seharusnya dipelihara, maka kepada bank yang tidak memenuhi persyaratan

tersebut akan dikenakan denda oleh BI.

E. Sistem Kliring

Saat ini penyelenggaraan sistem kliring lokal di Indonesia dilakukan dengan 3 macam

sistem kliring yaitu kliring manual, kliring semi otomatis, dan kliring otomatis.

1. Kliring manual adalah sistem penyelenggaraan kliring lokal yang dalam


pelaksanaan perhitungan, pembuat bilyet saldo kliring serta pemilahan warkat

dilakukan secara manual oleh setiap peserta. Pada mekanisme

penyelenggaraan kliring manual, terdapat dua tahapan yang harus dilakukan

oleh peserta, yakni:

a. Kliring Penyerahan, merupakan mekanisme kliring manual yang

segala kegiatannya dilakukan di tempat pihak peserta dan juga pihak

penyelenggara. Setiap peserta akan menyerahkan warkat debet keluar

dan warkat kredit keluar. Warkat debet keluar dapat diartikan sebagai

warkat yang diberikan oleh nasabah bank untuk keuntungan dari

rekening nasabah itu sendiri. Berbeda dengan warkat kredit keluar

yang merupakan warkat yang proses pembebanannya disalurkan ke

rekening nasabah yang memberikan setoran dan bertujuan untuk

kepentingan atau keuntungan nasabah lainnya.

b. Kliring Pengembalian, adalah kliring manual yang mekanisme

penerimaan warkat kliring pesertanya berupa warkat debet masuk dan

warkat kredit masuk.Warkat debet masuk berasal dari beban nasabah

bank yang dikumpulkan oleh peserta yang menerima warkat tersebut.

Sementara warkat kredit keluar adalah warkat hasil pemberian peserta

lain yang digunakan untuk kepentingan nasabah bank yang menerima

warkat.

2. Kliring Semi Otomatis

Sistem semi otomasi, yaitu sistem penyelenggaraan sistem lokal yang dalam
pelaksanaan perhitungan dan pembuatan bilyet saldo kliring dilakukan secara

otomasi, sedangkan pemilahan warkat dilakukan secara manual oleh setiap

peserta. Pada proses sistem semi otomasi perhitungan kliring akan didasarkan

pada DKE yang dibuat oleh peserta kliring sesuai dengan warkat yang

dikliringkan. Saat ini peraturan mengenai sistem semi otomasi (SOKL) terdapat

pada surat edaran Bank Indonesia No. 2/8/DSAP tanggal 4 Mei 2000 perihal

penyelenggaraan kliring lokal secara semi otomasi. Pada sistem semi otomasi,

penyelenggaraan fungsi-fungsi kliring telah dilakukan dengan menggunakan

sarana komputer, dengan ciri-ciri sebagai berikut:

➢ Peserta merekam data setiap lembar warkat yang akan dikliringkan

kedalam disket.

➢ Perhitungan kliring dilakukan oleh penyelenggara dibantu computer.

➢ Pembuatan daftar kliring oleh peserta.

➢ Rekapitulasi neraca, dan saldo bilyet kliring dibuat oleh penyelenggara.

➢ Perhitungan baik oleh penyelenggara maupun oleh peserta dibantu

komputer.

➢ Identitas peserta menggunakan sandi bank.

➢ Pemilahan/penyampaian warkat melibatkan semua peserta.

➢ Menggunakan warkat baku namun dengan menggunakan standar kertas

sekuriti yang lebih rendah dibandingkan denagn sistem otomasi dan

elektronik.

➢ Kesalahan perhitungan dapat diminimalkan.


3. Kliring Otomatis

Untuk aktivitas kliring otomatis, maka seluruh pencatatan baik bilyet

maupun warkat semua terlaksana secara otomatis. Sehingga dapat dilakukan

dengan cepat dan tanpa memakan banyak waktu.

Dalam pelaksanaan kegiatan kliring secara otomatis melalui ACH, bank

penarikan tidak perlu bertemu langsung dengan bank tertarik. Bank peserta

kliring yang terlibat dalam transaksi kliring akan saling mengkliring warkat-

warkatnya melalui media elektronik komputer yang online. Adapun langkah-

langkahnya adalah sebagai berikut ini:

➢ Warkat secara fisik dikirimkan langsung ke BI untuk tujuan

pengendalian dan pemantauan kegiatan kliring. Disini pihak bank

penarikan akan berbeda sikapnya dengan bank tertarik.

➢ Bank penarik akan bersikap lebih agresif dalam melakukan kliring

keluar atas warkat debet keluarnya. Disini akan terjadi percepatan

penarikan dana dari warkat kliring karena harus memperhitungkan

jumlah hari atau jam pengendapan dana kliring tersebut. Dengan

demikian bank penarikan tidak akan membiarkan dananya menganggur

belum tertarik walau sehari. Dipihak lain bank tertarik akan bersikap

pasif. Bank tertarik tidak akan mempermasalahkan kapan bank tertarik

akan melakukan kliring.


F. Jenis Akuntansi Kliring

➢ Kliring Umum. Kliring jenis ini merupakan kliring yang pelaksanaannya

dilakukan oleh antar bank dan aktivitasnya berada dalam pengawasan Bank

Indonesia.

➢ Kliring Lokal. Merupakan bentuk aktivitas kliring yang dilakukan antar

bank namun sesuai dengan peraturan yang diterapkan di area tersebut.

Sehingga akan terbatas pada wilayah yang memiliki kesepakatan bersama

saja.

➢ Kliring Antar Cabang. Kliring ini dapat dilakukan oleh cabang bank yang

satu pada cabang bank yang lain dalam satu wilayah. Sehingga aktivitas

tersebut hanya dilakukan sesuai aturan yang ditetapkan oleh bank itu sendiri.

G. Manfaat Akuntansi Kliring

✓ Layanan lebih cepat, tentu saja memilih kliring akan memberikan layanan

yang cukup cepat dalam melakukan aktivitas keuangan. Sehingga tidak

banyak memakan waktu dan dapat diselesaikan di hari yang sama.

✓ Lebih efisien karena tidak memiliki persyaratan yang rumit dan cukup

melakukan transaksi di bank maupun secara online. Dengan demikian

menghemat waktu dan tenaga untuk melakukan hal ini.

✓ Pencatatan teratur, aktivitas kliring selalu tercatat pada bank dengan jelas.

Sehingga disini laporan keuangan nasabah maupun perusahaan yang

tercatat dalam bank dapat dilihat setiap saat dan akurat.


UNIT TABUNGAN

A. Tabungan

Tabungan adalah suatu simpanan yang berupa uang dari pihak ke tiga (perorangan) atau

suatu badan usaha pada Bank, yang dimana penarikan uangnya dapat dilakukan setiap

saat dengan menggunakan media tertentu, tapi tidak dapat menggunakan biyet giro, cek

ataupun alat-alat lainnya yang sama. Produk tabungan pada prinsipnya mengikuti

ketentuan BI yang pada SK Dir. BI No. 22/63 Kep. Dir. Tanggal 01-12-1989 bahwa

syarat-syarat penyelenggaraan tabungan adalah sebagai berikut:

1. Bank hanya dapat menyelenggarakan tabungan dalam bentuk rupiah.

2. Ketentuan mengenai penyelenggaraan tabungan ditetapkan oleh bank masing-

masing.

3. Penarikan tabungan tidak dapat menggunakan cek, bilyet giro serta surat perintah

bayar lainnya yang sejenis.

4. Penarikan hanya dapat dilakukan dengan mendatangi bank atau alat yang

disediakan untuk keperluan tersebut misalnya Automatic Teller Machine (ATM).

5. Bank penyelenggara tabungan diperkenankan untuk menetapkan sendiri cara

pelayanan, sistem adiministrasi, setoran, frekuensi pengambilan, tabungan pasif,

tingkat suku bunga, cara perhitungan dan pembayaran bunga, pemberian hadiah,

nama tabungan.

6. Bunga tabungan dikenakan pajak penghasilan (PPh) sebesar 15% final untuk

penduduk dan 20% untuk bukan penduduk (Kep. Menteri Keu. No.

1308/KMK.04/1989).
B. Pencatatan Transaksi Tabungan

Setiap setoran tabungan akan dicatat sebesar nilai nominal setoran dan

selanjutnya disajikan sebesar nilai kewajiban. Nilai kewajiban adalah saldo

ditambah bunga yang diperhitungkan dikurangi pajak. Setiap bunga yang

diperhitungkan dikreditkan ke rekening tabungan. Untuk setor tabungan, seorang

penabung bisa menggunakan uang tunai, warkat, transfer masuk dan sebagainya yang

disetujui bank. Setoran menggunakan warkat atau surat berharga lain bisa dikreditkan

ke tabungan kalau warkat tersebut sudah efektif, yang artinya dapat diuangkan pada

saat itu.

Contoh:

Pada tanggal 1 Mei 2015 Rangga membuka tabungan Prima pada Bank Duta Prima

Semarang dengan setoran berupa uang tunai Rp1.000.000, wesel yang telah jatuh

tempo dan telah diendos oleh Bank Maxi Cabang Cilacap sebesar Rp5.000.000, cek

BNI Semarang Rp.10.000.000. Inkaso dan kliring terhadap warkat tersebut

dinyatakan berhasil pada tanggal 1 Mei 2015. Biaya Inkaso Rp50.000, Biaya meterai

untuk surat kuasa Rp10.000. Maka jurnal pada tanggal 1 Mei 2015 adalah:

Keterangan Rekening Debit (Rp) Kredit (Rp)


Terima warkat inkaso Dr. RAR Warkat Inkaso Diterima 5.000.000
Inkaso berhasil . Cr. RAR warkat Inkaso 5.000.000
diterima

Catat ke tabungan Dr. RAK. cabang cilacap 5.000.000


Dr. giro BI 10.000.000
Dr. Kas 1.000.000
Cr. Pendapatan Inkaso 50.000
Cr. Bea materai 10.000
Cr. Tab. Prima-Mas Rangga 15.940.000
Penyetoran tabungan tidak hanya bisa dilakukan pada bank tempat penabung

membuka tabungan, namun bis dilakukan di kantor cabang yang lain. Bila hal ini

terjadi maka akan dicatat pada rekening antar kantor (RAK).

Contoh:

Rangga setor tunai untuk tabungan pada tanggal 5 Mei 2015 sebesar Rp 10.000.000

dari cabang Cirebon. Pencatatannya adalah:

Keterangan Rekening Debit (Rp) Kredit (Rp)


Cabang Semarang Dr. RAK. cabang Cirebon 10.000.000
Cr. tabungan prima 10.000.000

Cabang Cirebon Dr. kas 10.000.000


Cr. RAK cabang Semarang 10.000.000

C. Penarikan Tabungan

Penarikan tabungan hanya bisa dilakukan secara tunai di setiap counter-counter cabang

bank bersangkutan atau dengan menggunakan alat tertentu berupa kartu ATM.

Penarikan di cabang lain umumnya dibatasi maksimal plafond penarikannya,

sedangkan di cabang tempat membuka tabungan penarikan diijinkan sampai tabungan

bersaldo minimal. Kartu ATM merupakan kartu tunai (cash card) yang hanya bisa

digunakan untuk penarikan tunai dengan menggunakan Automatic Teller

Machine(ATM). Penarikan di cabang lain akan dicatat pada Rekening Perhitungan

Antar Kantor (RAK).

Contoh:
10 Juni 2015 Rangga melakukan penarikan tabungan di Cabang Semarang sebesar

Rp10.000.000. 25 Juni 2015 Rangga mencairkan tabungan di Cabang Surabaya

Rp15.000.000.

Pencatatan transaksi di cabang Semarang maupun cabang Jakarta sebagai berikut:

Cabang semarang 10/5/2015 Dr. tabungan prima 10.000.000


Cr. kas 10.000.000

25/5/2015 Dr. tabungan prima 15.000.000


Cr. RAK. Cab. 15.000.000

Cabang Surabaya 25/5/2015 Dr. RAK. cab, Semarang 15.000.000


Cr. kas 15.000.000
Daftar mutasi tabungan prima a/n Rangga
Tgl Keterangan Debit Kredit Saldo
1/5/2015 Setor pembukaan 15.940.000 15.940.000
5/5/2015 Setor dari cab. Cirebon 10.000.000 25.940.000
10/5/15 Penarikan tunai 10.000.000 15.940.000
25/5/2015 Penarikan tunai dari cab 15.000.000 940.000
Surabaya
AKUNTANSI UNIT DEPOSITO DAN TABUNGAN

UNIT DEPOSITO

A. Deposito

Deposito merupakan simpanan masyarakat atau pihak ketiga yang penarikannya

dapat dilakukan pada waktu tertentu menurut perjanjian antara penyimpan dengan

bank yang bersangkutan. Penarikan deposito hanya boleh dilakukan pada saat tertentu

bulan, 6 bulan, 12 bulan, 18 bulan, dan 24 bulan.

B. Deposito berjangka

1. Pembukaan deposito

Untuk membuka deposito, deposan dapat menggunakan setoran tunai, dengan cek,

bilyet giro, bukti transfer masuk, wesel, atau warkat lain yang disepakati bank. Bank

akan mencatat dalam rekening deposito bila waktu itu telah diuangkan. Deposito akan

dicatat sebesar nilai nominal deposito yang tertera dalam perjanjian.

Contoh: 31 Mei 2015 Reni membuka deposito berjangka di Bank Mitra Niaga

Semarang dengan nilai nominal Rp. 50.000.000, bunga 18% pada jangka waktu 3

bulan. Untuk itu Reni menyerahkan bilyet giro atas nama Reni Rp20.000.000, cek

Bank Mitra Niaga Semarangyang ditarik oleh Sinta sebesar Rp10.000.000, transfer

masuk dari Bank Mitra Niaga Cabang Bandung Rp10.000.000 dan kekurangannya

dibayar tunai. Pajak bunga 15%. Pencatatan transaksi ini adalah:

Tanggal Rekening Debit (Rp) Kredit (Rp)


31 Mei 2015 Dr. Giro Reni 20.000.000
Dr. Giro Sinta 10.000.000
Dr. RAK. Cabang 10.000.000
Bandung
Dr. kas 10.000.000
Cr. Deposito 50.000.000
berjangka
2. Bunga Deposito Berjangka

Beberapa bank memperhitungkan bunga harian untuk deposito. Ini artinya berapa

haripun deposito mengendap akan diberikan bunga sebagaimana tabungan, hanya saja

tetap terikat jangka waktu deposito. Perhitungan bunga yang lazim adalah minimal

mengendap satu bulan. Kalau yang menjadi pedoman ini, maka untuk deposito yang

dibuka akhir bulan bunga akan diperhitungkan pada akhir bulan juga walaupun

tanggalnya berbeda, misalnya deposito dibuka tanggal 31 Januari, maka jatuh tempo

tanggal 28 Februari atau 29 Februari, 31 Maret, 30 April dan seterusnya. Tetapi jika

deposito dibuka tidak pada tanggal akhir bulan maka jatuh tempo bunga akan sama

pada tanggal pembukuan deposito. Contoh deposito dibuka tanggal 15 Januari untuk

3 bulan, maka jatuh tempo bunga pada tanggal 15 Februari, 15 Maret, dan 15 April.

Contoh:

Dengan merujuk soal diatas, dengan asumsi deposan mengambil bunga deposito setiap

tanggal 5 dan pajak bunga 15% dibayarkan setiap tanggal 10 kepada kantor kas negara,

maka pencatatan dan penghitungan bunganya adalah sebagai berikut:


Keterangan Tgl Rekening Debit (Rp) Kredit (Rp)
Bunga ke-1 30 Juni Dr. Biaya Bunga 750.000
Cr. Bunga DB harus dibayar 750.000

Penarikan Bunga 5 Juni Dr. Bunga DB harus dibayar 750.000


Cr. Hutang PPh 112.500
Cr. Kas/Giro 637.500

Pelimpahan Pajak 10 Juni Dr. Hutang PPh 112.500


Cr. Giro Kas Kantor Negara 112.500
Bunga ke-2 31 Juli Dr. Biaya Bunga 750.000
Cr. Bunga DB harus dibayar 750.000

Penarikan Bunga 5 Juli Dr. Bunga DB harus dibayar 750.000


Cr. Hutang PPh 112.500
Cr. Kas/Giro 637.500

Pelimpahan Pajak 10 Juli Dr. Hutang PPh 112.500


Cr. Giro Kas Kantor Negara 112.500

Bunga ke-3 31 Agst Dr. Biaya Bunga 750.000


Dan jatuh tempo Cr. Bunga DB harus dibayar 750.000
Perpanj. Deposito
Dr. Deposito Berjangka-Reni 50.000.000
Cr. Deposito Berjang tlh jth 50.000.000
tempo

Penarikan bunga 5 Agst Dr. Bunga DB harus dibayar 750.000


Dan deposito Dr. DB berjangka tlh jth tempo 50.000.000
Cr. Hutang PPh 112.500
Cr. Kas/Giro 50.637.500

Pelimpahan pajak 10 Agst Dr. Hutang PPh 112.500


Cr. Giro Kas Kantor Negara 112.500

3. Pencatatan Deposito Jatuh Tempo

Pada contoh diatas ditunjukan bahwa penarikan bunga dilakukan setiap tanggal 5,

dengan demikian bank akan membukukan bungan dua kali yaitu saat jatuh tempo dan

saat penariakan bunga. Hal ini sampai dengan jatuh tempo deposito. Oleh karena itu

penarikan deposito diasumsikan terjadi tanggal 5 juga. Pada kasus ini bank harus

membukukan dua kali. Bagaimana kalau bunga dan deposito pada saat jatuh tempo

ditarik tepat pada tanggal jatuh tempo? Bila ini terjadi bank hanya membukukan sekali:
Keterangan Tgl Rekening Debit (Rp) Kredit (Rp)
Penarikan bunga dan 31/08/15 Dr. Deposito berjangka 50.000.000
deposito Dr. Biaya Bunga 750.000
Cr. Kas 50.637.500
Cr, Hutang PPh 112.500

4. Perpanjang Deposito Berjangka

Deposito yang telah jatu tempo dapat diperpanjang dengan dua cara yaitu:

a. Perpanjang otomatis dilakukan karena permintaan deposan yang sudah dibuat

atau diperjanjikan pada saat pembukaan deposito. Dengan demikian bank tidak

perlu menghubungi deposan atau sebaliknya deposan tidak perlu menghubungi

bank untuk memperpanjang deposito.

b. Perpanjangan biasa terjadi apabila ada kesepakatan antara bank dengan deposan

dikemudian hari saat jatuh tempo.

Contoh kalau deposito atas nama Reni diperpanjang saat jatuh tempo (31 Agustus

2015), maka bank akan mencatat:

Dr. Deposito Berjangka (lama) 50.000.000


Cr. Deposito berjangka 50.000.000
(baru)

5. Penarikan Deposito Berjangka Sebelum Jatuh Tempo

Bank umum akan mengenakan penalty tertentu terhadap deposan bila penarikan

dilakukan sebelum jatuh tempo. Penalty deposito dicatat sebagai pendapatan lain-lain

bank. Kebijakan mengenal penalty setiap bank berbeda-beda. Namun secara umum

adalah:
a. Penalty dihitung sekian persen tertentu dari bunga sebelum pajak.

b. Penalty dihitung sekian persen tertentu dari bunga setelah pajak.

c. Penalty dihitung sekian persen tertentu dari nominal deposito.

Contoh:

Intan Nawangsasi memiliki deposito berjangka di Bank Mitra Niaga Semarang

nominal Rp10.000.000, jangka waktu 6 bulan, suku bunga 18% pa. deposito yang

dibuka tanggal 31 Mei 2015, kemudian ditarik kembali oleh Intan Nawangsasi pada

tanggal 30 Juni 2015. Perhitungan dan pencatatan jurnalnya bila:


No Keterangan Jumlah
1 Bunga deposito =Rp10.000.000x 18% x (1/12) 150.000
2 Pajak Bunga =15% x Rp150.000 22.500
3 Bunga setelah pajak 127.500
4 Penalty =20% x Rp150.000 30.000
5 Bunga deposito yang dibayar bank 97.500
Jurnalnya adalah:
Rekening Debit (Rp) Kredit (Rp)
Dr. Deposito Berjangka 10.000.000
Dr. Biaya Bunga 150.000
Cr. Pendapatan lain-lain 30.000
penalty
Cr. Hutang PPh 22.500
Cr. Kas 10.097.500
Penalty dihitung 20% dari bunga setelah pajak. (pajak 15%)
No Keterangan Jumlah
1 Bunga deposito =Rp10.000.000x 18% x (1/12) 150.000
2 Pajak Bunga =15% x Rp150.000 22.500
3 Bunga setelah pajak 127.500
4 Penalty =20% x Rp125.500 25.500
5 Bunga deposito yang dibayar bank 102.000
Jurnalnya adalah sebagai berikut:
Rekening Debit (Rp) Kredit (Rp)
Dr. Deposito Berjangka 10.000.000
Dr. Biaya Bunga 150.000
Cr. Pendapatan lain-lain 25.500
penalty
Cr. Hutang PPh 22.500
Cr. Kas 10.102.000
Penalty dihitung 1% nominal deposito.
No Keterangan Jumlah
1 Bunga deposito =Rp10.000.000x 18% x (1/12) 150.000
2 Pajak Bunga =15% x Rp150.000 22.500
3 Bunga setelah pajak 127.500
4 Penalty =1% x Rp10.000.000 100.000
5 Bunga deposito yang dibayar bank 27.500

6. Perpindahan Deposito Berjangka Antarkantor Cabang

Perpindahan deposito berjangka antar kantor cabang menimbulkan hubungan rekening

antarkantor. Di samping itu harus ada alokasi beban bunga yang sudah berjalan. Alokasi

beban bunga dapat diperhitungkan secara prorate berdasarkan lamanya pengendapan

deposito di suatu cabang.

Contoh:

Deposito berjangka waktu 6 bulan, nominal Rp10.000.000, telah dibuka di Bank

Mitra Niaga Semarang pada tanggal 31 Mei 2015 dengan suku bunga 18% pa. pada

tanggal 5 juni 2015 deposito tersebut dipindahkan ke bank Mitra Niaga Cabang Solo.
Ketentuan alokasi beban bunga perpindahan deposito di Bank Mitra Niaga

adalah:

Lama Pengendapan Deposito Alokasi Beban Bunga Cabang


1 sampai dengan 7 hari 25%
8 sampai dengan 15 hari 50%
16 sampai dengan 22 hari 75%
22 sampai dengan akhir bulan 100%
Bagaimana alokasi beban bunga dan pencatatan pada jurnal perpindahan deposito?

Kantor Cabang Perhitungan Hasil atau


Jumlah
Bank Mitra Niaga Semarang Bunga=Rp10.000.000 x 18% x (1/2) x 25% 37.500
Pajak= 15% x 112.500 5.625
Bunga setelah pajak pada bulan Juni 2015 31.875

Bank Mitra Niaga Solo Bunga= 10.000.000 x 18% x (1/2) x 25% 112.500
Pajak= 15% x 112.500 16.875
Bunga Setelah pajak bulan Juni 2015 95.625
Jurnal untuk transaksi ini adalah sebagai berikut:
Keterangan Tgl Rekening Debit (Rp) Kredit (Rp)
Bank Mitra Niaga 31/5/2015 Dr. Kas 10.000.000
Semarang Cr. Deposito 10.000.000

5/6/2015 Dr. Deposito Berjangka 10.000.000


Dr. Biaya Bunga 37.500
Cr. Hutang PPh 5.625
Cr. RAK. 10.031.875
Cabang Solo

Keterangan Tgl Rekening Debit (Rp) Kredit (Rp)


Bank Mitra Niaga 5/6/2015 Dr. RAK. Cab. Semarang 10.031.875
Solo Cr. Deposito berjangka 10.000.000
Cr. Bunga DB Harus 31.875
dibayar

30/6/2015 Dr. Biaya Bunga 112.500


Dr. Bunga DB harus dibayar 31.875
Cr. Hutang PPh 16.875
Cr. Kas 127.500
C. Sertifikat Deposito

Sertifikat deposito pada prinsipnya sama dengan deposito berjangka waktu simpanan

dana pihak ketiga/ masyarakat dan terikat oleh jangka waktu. Perbedaannya adalah

sertifikat deposito diterbitkan atas unjuk (pembawa), sedangkan deposito

berjangkaditerbitkan atas tunjuk (nama). Nilai tunai sertifikat deposito dapat ditentukan

dengan rumus:
𝑃 𝑥 360
Nilai tunai sertifikat deposito= 360+(𝑖 𝑥 𝑡)

Keterangan::

P = nilai nominal sertifikat deposito

i= tingkat suku bunga sertifikat deposito

t= jangka waktu (dalam hari)

Contoh:

Tanggal 1 Mei 2015 Diana membeli sertifikat deposito seri A sebanyak 10 lembar

@Rp10.000.000 secara tunai pada Bank Mitra Niaga Semarang. jangka waktu 3 bulan

dengan suku bunga 20%pa. pajak bunga 15%.

No Keterangan Jumlah
1 Nominal sertifikat deposito 100.000.000
2 Nilai tunai= 95.238.095
(Rp100.000.000x360)/(360+(0,20x90)
3 Bunga dibayar dimuka (diskonto) 4.761.905
4 Pajak bunga = 15% x Rp4.761.905 714.286
5 Bunga bersih yang dibayar oleh bank 4.047.619
berdasarkan perhitungan tersebut, maka dapat diketahui junlah yang harus dibayarkan

ke bank oleh deposan untuk membuka sertifikat deposito tersebut, yaitu:

Rp100.000.000 – Rp4.047.619=Rp95.952.381. jurnal transaksi ini adalah:

Keterangan Tgl Rekening Debit (Rp) Kredit(Rp)


Penerbitan sertikat 1/5/2015 Dr. Kas 95.952.381
Deposito Dr. Biaya bunga dibayar dimuka 4.761.905
Cr. Hutang PPh 714.286
Cr. Sertifikat deposito 100.000.000

Amortisasi Bunga 1/6/2015 Dr. biaya bunga 1.587.302


Cr. biaya bunga dibayar dimuka 1.587.302

Amortisasi Bunga 1/7/2015 Dr. biaya bunga 1.587.302


Cr. biaya bunga dibayar dimuka 1.587.302

Amortisasi bunga 1/8/2015 Dr. Biaya Bunga 1.587.302


Dan penarikan Dr. sertifikat deposito 100.000.000
Sertifikat deposito Cr. Biaya bunga dibayar 1.587.302
dimuka
Cr. kas/giro Diana 100.000.000

Anda mungkin juga menyukai