DISUSUN OLEH :
(GIRO)
simpanan/dana pihak ketiga, dimana penarikannya dapat dilakukan setiap saat dengan
menggunakan media yaitu cek (cheque), bilyet giro dan sarana perintah pembayaran lainnya.
Akuntansi giro adalah prinsip akuntansi yang digunakan untuk mencatat/mengelola transaksi
giro.
Giro Bank Indonesia merupakan rekening giro milik bank komersial dalam valuta asing
maupun valuta rupiah di Bank Indonesia. Dengan Giro BI, bank data membiayai transaksi
antara cabang maupun antarbank melalui penyelesaian kliring, transfer. Disamping itu dapat
digunakan untuk membayar penarikan deposito yang relatif besar, pemberian kredit. Transaksi
Giro BI lebih banyak berkaitan dengan transaksi kliring (nota debet/nota kredit),
pemindahbukuan, pengambilan dan penyetoran uang tunai ke BI oleh bank komersial. Contoh:
a. Pada tanggal 2 Juli 2005 Bank Sukses Bandung mengambil dana di BI Bandung sebesar
Rp1.500.000.000.
b. Pada tanggal 7 Juli 2005 Bank Sukses Bandung menyetor tunai untuk Giro di Bank
c. Pada tanggal 9 Juli 2005 Bank Sukses Bandung menerima tagihan dari Bank Artha
Pencatatannya adalah:
Giro Wajib Minimum (statutory reserve), atau yang untuk selanjutnya disebut
GWM, adalah simpanan minimum yang harus dipelihara oleh bank dalam bentuk saldo
rekening giro pada Bank Indonesia yang besarnya ditetapkan oleh Bank Indonesia
GWM dalam rupiah sebesar 5% (lima perseratus) wajib dipenuhi oleh seluruh Bank
Sebagai contoh:
dengan
Huruf b
Sebagai contoh:
Bank mempunyai DPK dalam rupiah Rp25.000.000.000.000,00 (dua puluh lima triliun
ditambah dengan
Huruf c
Sebagai contoh:
Bank mempunyai DPK dalam rupiah Rp55.000.000.000.000,00 (lima puluh lima triliun
ditambah dengan
Menurut Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 15/41/DKMP Tanggal 1 Oktober 2013
Perihal Perhitungan Giro Wajib Minimum Sekunder Dan Giro Wajib Minimum
➢ LDR Bank berada dalam kisaran LDR Target Dalam masa laporan sejak tanggal 8
sampai dengan 15 Desember 2013, Bank memiliki rata-rata harian total DPK dalam
Rupiah sebesar Rp50.000.000.000.000,00 (lima puluh triliun rupiah) dan LDR Bank
sebesar 90% (sembilan puluh persen). Sebagaimana dimaksud dalam butir IV.A, batas
bawah LDR Target ditetapkan sebesar 78% (tujuh puluh delapan persen) dan batas atas
LDR Target sebesar 92% (sembilan puluh dua persen) sehingga LDR Bank berada
dalam kisaran LDR Target. Dengan demikian GWM LDR dalam Rupiah harian Bank
untuk masa laporan sejak tanggal 24 Desember sampai dengan 31 Desember 2013
adalah sebesar 0% (nol persen) dari DPK dalam Rupiah. GWM dalam Rupiah harian
Bank untuk masa laporan sejak tanggal 24 sampai dengan 31 Desember 2013 yang
a. GWM Primer sebesar 8% (delapan persen) dari DPK dalam Rupiah yaitu sebesar:
b. GWM Sekunder sebesar 4% (empat persen) dari DPK dalam Rupiah yaitu sebesar:
(nol rupiah).
Dalam masa laporan sejak tanggal 8 sampai dengan tanggal 15 Desember 2013, Bank
(lima puluh triliun rupiah) dan LDR Bank sebesar 60% (enam puluh persen).
a. Batas bawah LDR Target ditetapkan sebesar 78% (tujuh puluh delapan persen) dan
LDR Bank lebih kecil dari batas bawah LDR Target, sehingga GWM LDR dalam
Rupiah harian Bank untuk masa laporan sejak tanggal 24 sampai dengan 31 Desember
Parameter Disinsentif Bawah x (Batas bawah LDR Target – LDR Bank) x DPK dalam
Rupiah
GWM dalam Rupiah harian Bank untuk masa laporan sejak tanggal 24 sampai dengan
a. GWM Primer sebesar 8% (delapan persen) dari DPK dalam Rupiah yaitu sebesar:
b. GWM Sekunder sebesar 4% (empat persen) dari DPK dalam Rupiah yaitu sebesar:
c. GWM LDR sebesar 1,8% (satu koma delapan persen) dari DPK dalam Rupiah
F. REKENING GIRO
Rekening Giro adalah rekening pihak eksternal tertentu di Bank Indonesia yang
6/15/PBI/2004 Tentang Giro Wajib Minimum Bank Umum Pada Bank Indonesia
Dalam Rupiah Dan Valuta Asing bab 1 pasal 1 ada 2 jenis rekening giro, antara lain:
a. Rekening giro dalam rupiah adalah rekening giro dalam mata uang rupiah yang
ketentuan Bank Indonesia yang berlaku tentang hubungan rekening giro antara
b. Rekening giro dalam valuta asing, yang untuk selanjutnya disebut rekening giro
valas, adalah rekening giro yang penarikannya dapat dilakukan dengan cara
a. Giro Swasta adalah giro yang dimiliki oleh perseorangan, korporasi, kelompok,
b. Giro Pemerintah adalah giro yang dimiliki oleh instansi pemerintah, misalnya
Kliring adalah suatu tata cara perhitungan utang piutang dalam bentuk surat-surat
dagang dan surat-surat berharga dari suatu bank terhadap bank lainnya, dengan maksud
agar penyelesaiannya dapat terselenggara dengan mudah dan aman, serta untuk
Lalu lintas pembayaran giral adalah suatu proses kegiatan bayar membayar dengan
warkat atau nota kliring, yang dilakukan dengan cara saling memperhitungkan diantara
bank-bank, baik atas beban maupun untuk keuntungan nasabah yang bersangkutan.
B. Peserta Kliring
➢ Peserta langsung yaitu: bank-bank yang sudah tercatat sebagai peserta kliring dan
melalui PT. Trans Warkat sebagai perantara dengan BI. Contoh: Bank Retail, Bank
Devisa.
➢ Peserta tidak langsung yaitu: bank-bank yang belum terdaftar sebagai peserta
kliring akan tetapi mengikuti kegiatan kliring melalui bank yang telah terdaftar
➢ Warkat adalah alat pembayaran bukan tunai yang diperhitungkan atas beban atau
untuk untung rekening nasabah atau bank melalui kliring. Warkat yang
diperhitungkan adalah :
1. Cek, perintah tak bersyarat pada bank untuk membayar sejumlah uang tertentu
atas beban rekening penarikan cek.
2. Bilyet Giro , perintah kepada bank untuk memindah bukukan uang sejumlah
tertentu atas beban rekening penarik pada tanggal tertentu kepada pihak yang
3. Wesel Bank untuk Transfer (WBUT), Wesel yang diterbitkan oleh bank khusus
untuk transfer.
luar kota yang dapat ditagihkan kepada bank peserta penerima dana transfer
5. Nota Debet, warkat yang digunakan untuk menagih dana pada bank lain untuk
6. Nota Kredit, warkat yang digunakan untuk menyampaikan dana pada bank
D. Neraca Kliring
Pada akhir hari kliring, akan dibuatkan neraca kliring sebagai laporan akhir
transaksi kliring. Contoh apabila dalam pembukuan transaksi kliring, bank Omega
rekening giro pada BI dilaksanakan pada akhir hari kliring, untuk mengetahui apakah
bank menang atau kalah kliring, maka kekalahan kliring diatas akan dibukukan
sebagai berikut:
D : Kliring Rp. 80.000.000,-
Dilihat dari sudut BI, tidak akan terdapat selisih pendebetan maupun pengkreditan
Selanjutnya untuk mencatat transaksi hasil kliring diatas, oleh BI akan dibukukan
sebagai berikut:
Melalui kalah atau menang kliring ini, oleh BI akan dipantau saldo minimum dari
Reserve Reqiurement. Bila suatu bank reserve requirement-nya lebih rendah dari pada
apa yang seharusnya dipelihara, maka kepada bank yang tidak memenuhi persyaratan
E. Sistem Kliring
Saat ini penyelenggaraan sistem kliring lokal di Indonesia dilakukan dengan 3 macam
sistem kliring yaitu kliring manual, kliring semi otomatis, dan kliring otomatis.
dan warkat kredit keluar. Warkat debet keluar dapat diartikan sebagai
warkat.
Sistem semi otomasi, yaitu sistem penyelenggaraan sistem lokal yang dalam
pelaksanaan perhitungan dan pembuatan bilyet saldo kliring dilakukan secara
peserta. Pada proses sistem semi otomasi perhitungan kliring akan didasarkan
pada DKE yang dibuat oleh peserta kliring sesuai dengan warkat yang
dikliringkan. Saat ini peraturan mengenai sistem semi otomasi (SOKL) terdapat
pada surat edaran Bank Indonesia No. 2/8/DSAP tanggal 4 Mei 2000 perihal
penyelenggaraan kliring lokal secara semi otomasi. Pada sistem semi otomasi,
kedalam disket.
komputer.
elektronik.
penarikan tidak perlu bertemu langsung dengan bank tertarik. Bank peserta
kliring yang terlibat dalam transaksi kliring akan saling mengkliring warkat-
belum tertarik walau sehari. Dipihak lain bank tertarik akan bersikap
dilakukan oleh antar bank dan aktivitasnya berada dalam pengawasan Bank
Indonesia.
saja.
➢ Kliring Antar Cabang. Kliring ini dapat dilakukan oleh cabang bank yang
satu pada cabang bank yang lain dalam satu wilayah. Sehingga aktivitas
tersebut hanya dilakukan sesuai aturan yang ditetapkan oleh bank itu sendiri.
✓ Layanan lebih cepat, tentu saja memilih kliring akan memberikan layanan
✓ Lebih efisien karena tidak memiliki persyaratan yang rumit dan cukup
✓ Pencatatan teratur, aktivitas kliring selalu tercatat pada bank dengan jelas.
A. Tabungan
Tabungan adalah suatu simpanan yang berupa uang dari pihak ke tiga (perorangan) atau
suatu badan usaha pada Bank, yang dimana penarikan uangnya dapat dilakukan setiap
saat dengan menggunakan media tertentu, tapi tidak dapat menggunakan biyet giro, cek
ataupun alat-alat lainnya yang sama. Produk tabungan pada prinsipnya mengikuti
ketentuan BI yang pada SK Dir. BI No. 22/63 Kep. Dir. Tanggal 01-12-1989 bahwa
masing.
3. Penarikan tabungan tidak dapat menggunakan cek, bilyet giro serta surat perintah
4. Penarikan hanya dapat dilakukan dengan mendatangi bank atau alat yang
tingkat suku bunga, cara perhitungan dan pembayaran bunga, pemberian hadiah,
nama tabungan.
6. Bunga tabungan dikenakan pajak penghasilan (PPh) sebesar 15% final untuk
penduduk dan 20% untuk bukan penduduk (Kep. Menteri Keu. No.
1308/KMK.04/1989).
B. Pencatatan Transaksi Tabungan
Setiap setoran tabungan akan dicatat sebesar nilai nominal setoran dan
penabung bisa menggunakan uang tunai, warkat, transfer masuk dan sebagainya yang
disetujui bank. Setoran menggunakan warkat atau surat berharga lain bisa dikreditkan
ke tabungan kalau warkat tersebut sudah efektif, yang artinya dapat diuangkan pada
saat itu.
Contoh:
Pada tanggal 1 Mei 2015 Rangga membuka tabungan Prima pada Bank Duta Prima
Semarang dengan setoran berupa uang tunai Rp1.000.000, wesel yang telah jatuh
tempo dan telah diendos oleh Bank Maxi Cabang Cilacap sebesar Rp5.000.000, cek
dinyatakan berhasil pada tanggal 1 Mei 2015. Biaya Inkaso Rp50.000, Biaya meterai
untuk surat kuasa Rp10.000. Maka jurnal pada tanggal 1 Mei 2015 adalah:
membuka tabungan, namun bis dilakukan di kantor cabang yang lain. Bila hal ini
Contoh:
Rangga setor tunai untuk tabungan pada tanggal 5 Mei 2015 sebesar Rp 10.000.000
C. Penarikan Tabungan
Penarikan tabungan hanya bisa dilakukan secara tunai di setiap counter-counter cabang
bank bersangkutan atau dengan menggunakan alat tertentu berupa kartu ATM.
bersaldo minimal. Kartu ATM merupakan kartu tunai (cash card) yang hanya bisa
Contoh:
10 Juni 2015 Rangga melakukan penarikan tabungan di Cabang Semarang sebesar
Rp15.000.000.
UNIT DEPOSITO
A. Deposito
dapat dilakukan pada waktu tertentu menurut perjanjian antara penyimpan dengan
bank yang bersangkutan. Penarikan deposito hanya boleh dilakukan pada saat tertentu
B. Deposito berjangka
1. Pembukaan deposito
Untuk membuka deposito, deposan dapat menggunakan setoran tunai, dengan cek,
bilyet giro, bukti transfer masuk, wesel, atau warkat lain yang disepakati bank. Bank
akan mencatat dalam rekening deposito bila waktu itu telah diuangkan. Deposito akan
Contoh: 31 Mei 2015 Reni membuka deposito berjangka di Bank Mitra Niaga
Semarang dengan nilai nominal Rp. 50.000.000, bunga 18% pada jangka waktu 3
bulan. Untuk itu Reni menyerahkan bilyet giro atas nama Reni Rp20.000.000, cek
Bank Mitra Niaga Semarangyang ditarik oleh Sinta sebesar Rp10.000.000, transfer
masuk dari Bank Mitra Niaga Cabang Bandung Rp10.000.000 dan kekurangannya
Beberapa bank memperhitungkan bunga harian untuk deposito. Ini artinya berapa
haripun deposito mengendap akan diberikan bunga sebagaimana tabungan, hanya saja
tetap terikat jangka waktu deposito. Perhitungan bunga yang lazim adalah minimal
mengendap satu bulan. Kalau yang menjadi pedoman ini, maka untuk deposito yang
dibuka akhir bulan bunga akan diperhitungkan pada akhir bulan juga walaupun
tanggalnya berbeda, misalnya deposito dibuka tanggal 31 Januari, maka jatuh tempo
tanggal 28 Februari atau 29 Februari, 31 Maret, 30 April dan seterusnya. Tetapi jika
deposito dibuka tidak pada tanggal akhir bulan maka jatuh tempo bunga akan sama
pada tanggal pembukuan deposito. Contoh deposito dibuka tanggal 15 Januari untuk
3 bulan, maka jatuh tempo bunga pada tanggal 15 Februari, 15 Maret, dan 15 April.
Contoh:
Dengan merujuk soal diatas, dengan asumsi deposan mengambil bunga deposito setiap
tanggal 5 dan pajak bunga 15% dibayarkan setiap tanggal 10 kepada kantor kas negara,
Pada contoh diatas ditunjukan bahwa penarikan bunga dilakukan setiap tanggal 5,
dengan demikian bank akan membukukan bungan dua kali yaitu saat jatuh tempo dan
saat penariakan bunga. Hal ini sampai dengan jatuh tempo deposito. Oleh karena itu
penarikan deposito diasumsikan terjadi tanggal 5 juga. Pada kasus ini bank harus
membukukan dua kali. Bagaimana kalau bunga dan deposito pada saat jatuh tempo
ditarik tepat pada tanggal jatuh tempo? Bila ini terjadi bank hanya membukukan sekali:
Keterangan Tgl Rekening Debit (Rp) Kredit (Rp)
Penarikan bunga dan 31/08/15 Dr. Deposito berjangka 50.000.000
deposito Dr. Biaya Bunga 750.000
Cr. Kas 50.637.500
Cr, Hutang PPh 112.500
Deposito yang telah jatu tempo dapat diperpanjang dengan dua cara yaitu:
atau diperjanjikan pada saat pembukaan deposito. Dengan demikian bank tidak
b. Perpanjangan biasa terjadi apabila ada kesepakatan antara bank dengan deposan
Contoh kalau deposito atas nama Reni diperpanjang saat jatuh tempo (31 Agustus
Bank umum akan mengenakan penalty tertentu terhadap deposan bila penarikan
dilakukan sebelum jatuh tempo. Penalty deposito dicatat sebagai pendapatan lain-lain
bank. Kebijakan mengenal penalty setiap bank berbeda-beda. Namun secara umum
adalah:
a. Penalty dihitung sekian persen tertentu dari bunga sebelum pajak.
Contoh:
nominal Rp10.000.000, jangka waktu 6 bulan, suku bunga 18% pa. deposito yang
dibuka tanggal 31 Mei 2015, kemudian ditarik kembali oleh Intan Nawangsasi pada
antarkantor. Di samping itu harus ada alokasi beban bunga yang sudah berjalan. Alokasi
Contoh:
Mitra Niaga Semarang pada tanggal 31 Mei 2015 dengan suku bunga 18% pa. pada
tanggal 5 juni 2015 deposito tersebut dipindahkan ke bank Mitra Niaga Cabang Solo.
Ketentuan alokasi beban bunga perpindahan deposito di Bank Mitra Niaga
adalah:
Bank Mitra Niaga Solo Bunga= 10.000.000 x 18% x (1/2) x 25% 112.500
Pajak= 15% x 112.500 16.875
Bunga Setelah pajak bulan Juni 2015 95.625
Jurnal untuk transaksi ini adalah sebagai berikut:
Keterangan Tgl Rekening Debit (Rp) Kredit (Rp)
Bank Mitra Niaga 31/5/2015 Dr. Kas 10.000.000
Semarang Cr. Deposito 10.000.000
Sertifikat deposito pada prinsipnya sama dengan deposito berjangka waktu simpanan
dana pihak ketiga/ masyarakat dan terikat oleh jangka waktu. Perbedaannya adalah
berjangkaditerbitkan atas tunjuk (nama). Nilai tunai sertifikat deposito dapat ditentukan
dengan rumus:
𝑃 𝑥 360
Nilai tunai sertifikat deposito= 360+(𝑖 𝑥 𝑡)
Keterangan::
Contoh:
Tanggal 1 Mei 2015 Diana membeli sertifikat deposito seri A sebanyak 10 lembar
@Rp10.000.000 secara tunai pada Bank Mitra Niaga Semarang. jangka waktu 3 bulan
No Keterangan Jumlah
1 Nominal sertifikat deposito 100.000.000
2 Nilai tunai= 95.238.095
(Rp100.000.000x360)/(360+(0,20x90)
3 Bunga dibayar dimuka (diskonto) 4.761.905
4 Pajak bunga = 15% x Rp4.761.905 714.286
5 Bunga bersih yang dibayar oleh bank 4.047.619
berdasarkan perhitungan tersebut, maka dapat diketahui junlah yang harus dibayarkan