Anda di halaman 1dari 13

AKUNTANSI PENGHIMPUNAN DANA

Ketentuan Syariah

Penghimpunan dana masyarakat di perbankan syariah menggunakan instrumen yang


sama dengan penghimpunan dana pada perbankan konvensional, yaitu instrumen giro, tabungan,
dan deposito. Ketiga jenis instrumen ini biasa disebut dengan istilah Dana Pihak Ketiga (DPK).
Kendati menggunakan instrumen yang sama, mekanisme kerja masing-masing instrumen
penghimpunan pada bank syariah berbeda dengan instrumen penghimpunan bank konvensional.
Perbedaan mendasar mekanisme kerja instrumen penghimpunan dana syariah terletak pada tidak
adanya bunga yang lazim digunakan oleh bank konvensional dalam memberikan keuntungan
kepada nasabah, Ketentuan tentang larangan haramnya menggunakan mekanisme bunga bagi
bank syariah difatwakan oleh Dewan Syariah Nasional (DSN) dalam fatwa DSN Nomor 1
tentang Giro, Nomor 2 tentang Tabungan, dan Nomor 3 tentang Deposito.

Pada masing-masing fatwa tersebut, juga difatwakan mekanisme alternatif yang


dibenarkan prinsip syariah. Berdasarkan fatwa DSN Nomor 1 Tahun 2000 tentang Giro,
disebutkan bahwa mekanisme giro yang dibenarkan berdasarkan prinsip syariah adalah giro yang
berdasarkan prinsip mudharabah dan wadiah. Selanjutnya, berdasarkan fatwa DSN Nomor 2
Tahun 2000 tentang Tabungan, mekanisme tabungan yang dibenarkan bagi bank syariah adalah
tabungan yang berdasarkan prinsip mudharabah dan wadiah. Adapun untuk deposito, dinyatakan
dalam fatwa DSN Nomor 3 Tahun 2000, bahwa deposito yang dibenarkan adalah deposito yang
berdasarkan prinsip mudharabah. Oleh karena mekanisme penghimpunan dana pihak ketiga
hanya mengenal dua jenis, yaitu wadiah (titipan) dan mudharabah (bagi hasil), secara teori
pengklasifikasian penghimpunan dana di bank syariah didasarkan pada penghimpunan
berdasarkan wadiah dan penghimpunan berdasarkan mudharabah. Oleh karena buku ini
difokuskan pada kemudahan pemahaman sisi praktiknya, pembahasan akan dilakukan dengan
berdasarkan klasifikasi tabungan, giro, dan deposito.

Tabungan

Tabungan menurut Undang-undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan adalah simpanan
yang penarikannya hanya dapat dilakukan menurut syarat tertentu yang disepakati, tetapi tidak
dapat ditarik dengan cek, bilyet giro, dan/atau alat lainnya yang dipersamakan dengan itu. Sama
halnya dengan giro, mekanisme tabungan yang dibenarkan oleh DSN bagi bank syariah adalah
tabungan yang berdasarkan prinsip mudharabah dan wadiah. Tabungan mudharabah harus
mengikuti ketentuan mudharabah yang ditetapkan DSN, sedang tabungan wadiah harus
mengikuti ketentuan wadiah yang difatwakan DSN. Dalam praktik perbankan syariah di
Indonesia, sebagian besar bank syariah menggunakan skema tabungan mudharabah. Berikut akan
dibahas lebih detail tentang akuntansi tabungan mudharabah terlebih dahulu, kemudian
dilanjutkan dengan pembahasan tabungan wadiah.

Akuntansi Tabungan Mudharabah

Akuntansi untuk tabungan mudharabah dan penghimpunan dana bentuk lainnya yang
menggunakan akad mudharabah pada dasarnya mengacu pada PSAK 105 tentang Akuntansi
Mudharabah, khususnya yang terkait dengan akuntansi untuk pengelola dana. Berdasarkan
PSAK 105 paragraf 25, dinyatakan bahwa dana yang diterima dari pemilik dana (nasabah
penabung) dalam akad mudharabah diakui sebagai dana syirkah temporer sebesar jumlah kas
atau nilai wajar aset non-kas yang diterima. Pada akhir periode akuntansi, dana syirkah temporer
diukur sebesar nilai tercatatnya.

Transaksi Penambahan Tabungan Mudharabah

Beberapa transaksi terkait tabungan mudharabah dapat mengakibatkan bertambahnya


saldo tabungan mudharabah. Transaksi tersebut antara lain adalah setoran tunai nasabah, transfer
dari kantor cabang lain ke rekening nasabah, transfer dari bank lain ke rekening nasabah, dan
penerimaan bagi hasil mudharabah ke rekening nasabah. Berikut adalah ilustrasi transaksi yang
mengakibatkan bertambahnya rekening tabungan mudharabah nasabah.

Kasus 6.1 Transaksi Penambahan Saldo Rekening Tabungan Mudharabah

02 Jun 20XA Bank Murni Syariah (BMS) cabang Yogyakarta menerima setoran tunai
pembukaan tabungan mudharabah atas nama Ursila sebesar Rp3.500.000.

08 Jun 20XA Ursila menerima transfer dari nasabah BMS cabang Solo sebesar Rp500.000.

17 Jun 20XA Ursila menerima kiriman dari nasabah Bank Peduli Syariah (BPS) sebesar
Rp1.500.000.

31 Jun 20XA Ursila menerima bagi hasil tabungan mudharabah dari BMS sebesar Rp20.000.
Jurnal untuk transaksi di atas adalah sebagai berikut.

Tanggal Rekening Debit (Rp) Kredit (Rp)

02/06/XA Db kas 3.500.000

Kr Tab. Mudharabnah-ursila 3.500.000

08/06/XA Db RAK cabang Solo 500.000

Kr Tab. Mudharabnah-ursila 500.000

17/06/XA Db Giro pada Bank Indonesia 1.500.000

Kr Tab. Mudharabnah-ursila 1.500.000

31/06/XA Db Hak pihak ketiga atas bagi hasil 20.000

Kr Tab. Mudharabnah-ursila 20.000

*RAK juga dicatat di cabang yang mengirim

Untuk transaksi yang bersifat transfer antarkantor, dalam praktik perbankan biasa digunakan
rekening sementara dengan nama rekening antarkantor (RAK), seperti dapat dilihat pada jurnal
transaksi tanggal 8 Juni. Adapun untuk transaksi yang melibatkan transaksi antarbank yang
berbeda, biasanya diselesaikan dalam mekanisme yang difasilitasi oleh Bank Indonesia atau
pihak yang ditunjuk oleh Bank Indonesia. Mekanisme ini biasa disebut dengan kliring. Pada
transaksi kliring, semua penerimaan dari atau pembayaran kepada bank lain dilakukan melalui
rekening giro pada Bank Indonesia, seperti yang terlihat pada jurnal transaksi tanggal 17 Juni.

Transaksi Pengurangan Tabungan Mudharabah

Beberapa transaksi yang dapat mengakibatkan berkurangnya saldo tabungan mudharabah adalah
penarikan tunai oleh nasabah, transfer ke rekening lain pada bank yang sama, transfer kepada
nasabah bank lain, serta penarikan biaya administrasi tabungan, pajak, dan lainnya oleh bank.
Berikut adalah ilustrasi transaksi yang mengakibatkan berkurangnya saldo rekening tabungan
mudharabah nasabah.
Kasus 6.2 Transaksi Pengurangan Saldo Rekening Tabungan Mudharabah

07 Jun 20XA Ursila, nasabah Bank Murni Syariah (BMS) cabang Yogyakarta menarik tunai
tabungan mudharabah sebesar Rp1.500.000,

11 Jun 20XA Ursila mentransfer sebesar Rp500.000 dari rekeningnya ke rekening tabungan
nasabah BMIS cabang Sola

14 Jun 20XA Unsila mentransfer sebesar Rp250.000 dari rekeningnya ke rekening giro
nasabah Bank Syariah Muhammadiyah (BSM)

31 Jun 20XA Potongan tabungan mudharabah Ursila untuk administrasi tabungan sebesar
Rp2.000 dan pajak sebesar Rp4.000 (20% dari bagi hasil yang diterima sebesar
Rp20.000 pada transaksi Kasus 6.7 di atas).

Jurnal untuk transaksi di atas adalah sebagai berikut.

Tanggal Rekening Debit (Rp) Kredit (Rp)

07 Jun 20XA Db Tab. Mudharabah-ursila 1.500.000

Kr kas 1.500.000

11 Jun 20XA Db Tab. Mudharabah-ursila 500.000

Kr RAK cabang solo 500.000

14 Jun 20XA Db Tab. Mudharabah-ursila 250.000

Kr Giro pada bank indonesia 250.000

31 Jun 20XA Db Tab. Mudharabah-ursila 2.000

Pendapatan administnrasi tab. 2.000


Mudharabah

Db Tab. Mudharabah-ursila 4.000

Titipan kas negara-pajak 4.000


tabungan

* Pajak PPh Pasal 4 (2) atas bunga atau pendapatan yang dapat disamakan dengan itu (bagi hasil
atau bonus dalam transaksi perbankan syariah) adalah sebesar 20% dan dimasukkan dalam
rekening titipan kas negara.
Akuntansi Tabungan Wadiah

Akuntansi tabungan wadiah pada prinsipnya sama dengan akuntansi tabungan


mudharabah. Perbedaan akuntansi tabungan wadiah dengan tabungan mudharabah adalah dalam
hal insentif yang diterima oleh nasabah. Berdasarkan PAPSI 2013, tabungan wadiah diakui
sebesar nominal penyetoran atau penarikan yang dilakukan oleh pemilik rekening. Setoran
tabungan wadiah yang diterima secara tunai diakui pada saat uang diterima. Setoran tabungan
wadiah melalui kliring diakui setelah efektif diterima (hal. 11.2). Insentif yang diberikan kepada
nasabah tabungan mudharabah disebut dengan hak pihak

ketiga atas bagi hasil yang dihitung dalam persentase tertentu yang harus dibayar oleh
bank secara periodik sesuai dengan tingkat keuntungan bank syariah. Adapun nasabah tabungan
wadiah, menerima insentif dalam bentuk bonus wadiah' yang bersifat sukarela dan tidak
disyaratkan di muka, Berdasarkan PAPSI 2013, pemberian bonus atas simpanan kepada nasabah
diakui sebagai beban pada saat terjadinya.

Berdasarkan ilustrasi jurnal pada PAPSI 2013 (hal 11.2), transaksi pembayaran pajak
terhadap bonus wadiah, langsung mengurangi tabungan wadiah.

Db. Beban honus tabungan wadiah

Kr. Tabungan wadiah

Kr. Kewajiban pajak penghasilan

Akan tetapi, dalam praktik, Bank cenderung menunjukkan jumlah total bonus yang
diberikan dalam buku tabungan. Misalkan pada tanggal 5 Maret 20XA, Haniya nasabah
tabungan wadiah Bank Peduli Syariah (BPS) menerima bonus wadiah sebesar Rp20.000 dan
dipotong pajak Rp4.000. Maka jurnalnya adalah sebagai berikut:

Tanggal Rekening Debit (Rp) Kredit (Rp)

05/03/XA Db beban bonus tabungan wadiah 20.000

Kr Tab. Wadiah - Haniya 20.000

Db tabungan wadiah 4.000

Kr titipan kas negara – pajak 4.000


tabungan
Giro

Giro adalah simpanan yang penarikannya dapat dilakukan setiap saat dengan
menggunakan cek, bilyet, giro, sarana perintah pembayaran lainnya, atau dengan
pemindahbukuan. Dalam perbankan syariah, mekanisme giro yang dibenarkan ada dua jenis,
yaitu wadiah dan mudharabah. Dengan demikian, dikenal istilah giro wadiah dan giro
mudharabah. Dalam praktik perbankan, skema yang umum digunakan adalah giro wadiah.
Bagian berikut akan membahas kedua jenis giro tersebut.

Giro Wadiah

Giro wadiah adalah giro yang harus mengikuti fatwa DSN tentang wadiah. Akad wadiah
adalah akad penitipan dana dengan ketentuan penitip dana mengizinkan kepada bank untuk
memanfaatkan dana yang dititipkan tersebut dan bank wajib mengembalikan apabila sewaktu
waktu penitip mengambil dana tersebut. Dalam transaksi giro wadiah ini, nasabah bertindak
sebagai penitip dana (mudi") dan bank bertindak sebagai penerima dana titipan (muda"). Bank
berkewajiban menjaga dana titipan dan bertanggung jawab atas pengembaliannya bila sewaktu
waktu ditarik oleh nasabah pemilik dana titipan.

Keuntungan atas pengelolaan dana titipan tersebut menjadi milik bank, karena hakikat
wadiah adalah qardh dan pada prinsipnya tidak ada bonus yang diberikan oleh bank kepada
pemilik dana wadiah. Kendati demikian, bank syariah diperbolehkan memberikan bonus sukarela
kepada pemilik dana wadiah, dengan syarat tidak diperjanjikan di muka.

Transaksi Penambahan Rekening Giro Wadiah

Rekening giro wadiah dapat bertambah melalui transaksi penyetoran tunai, transfer dari
tabungan maupun giro cabang lain dari bank yang sama, penerimaan cek dari nasabah bank lain
yang diuangkan oleh nasabah suatu bank, dan penerimaan bonus giro wadiah dari bank syariah.
Berikut adalah ilustrasi transaksi yang mengakibatkan bertambahnya saldo rekening giro wadiah
nasabah.

Kasus 6.3 Transaksi Penambahan Saldo Rekening Giro Wadiah

01Mar20XA Bank Murni Syariah (BMS) cabang Yogyakarta menerima setoran tunai
pembukaan tabungan mudharabah atas nama Ursila sebesar Rp35.000.000.

05Mar20XA Thariq menerima transfer dari BMS cabang Solo sebesar Rp5.000.000.

10Mar 20XA Thariq menerima bilyet giro dari nasabah Bank Peduli Syariah (BPS) yang
pernah membeli sesuatu dari Thariq seharga Rp15.000.000. Bilyet Giro
tersebut dicairkan oleh Thariq untuk dimasukkan ke rekening giro wadiah
Thariq di BMS.

31 Mar 20XA Thariq menerima bonus giro wadiah dari BMS sebesar Rp50.000

Jurnal untuk transaksi di atas adalah sebagai berikut:

Tanggal Rekening Debit (Rp) Kredit (Rp)

01 Mar 20XA Db kas 35.000.000

Kr giro wadiah-Thariq 35.000.000

05 Mar 20XA Db RAK cabang solo 5.000.000

Kr Giro wadiah - Thariq 5.000.000

10 Mar 20XA Db Giro pada bank indonesia 15.000.000

Kr giro wadiah - Thariq 15.000.000

31 Mar 20XA Db beban bonus giro wadiah 50.000

Kr giro wadiah - Thariq 50.000

Untuk transaksi yang bersifat transfer antarkantor, dalam praktik perbankan biasa
digunakan rekening sementara dengan nama RAK, seperti dapat dilihat pada jurnal transaksi
tanggal 5 Maret. Adapun untuk transaksi yang melibatkan transaksi antarbank yang berbeda,
biasanya diselesaikan dalam mekanisme yang difasilitasi oleh Bank Indonesia atau pihak yang
ditunjuk oleh Bank Indonesia.

Transaksi Pengurangan Giro Wadiah

Beberapa transaksi yang berakibat terjadinya berkurangnya saldo giro wadiah antara lain
adalah penarikan cek oleh nasabah giro wadiah untuk ditukar secara tunai, penarikan bilyet giro
untuk ditransfer ke cabang lain bank yang sama atau ke nasabah bank lain, serta potongan
administrasi dan pajak tabungan.

Berikut adalah ilustrasi transaksi yang mengakibatkan berkurangnya rekening giro


wadiah nasabah.
Kasus 6.4 Transaksi Pengurangan Saldo Rekening Giro

03Mar20XA Thariq menggunakan cek untuk mencairkan dana ndi rekening giro
wadiahnya di Bank Murni Syariah (BMS) secara tunai sebesar Rp12.000.000

07Mar20XA Thariq menggunakan bilyet giro untuk mentransfer sejumlah dana ke


nasabah giro wadiah BMS cabangjakarta sebesar Rp5.000.000

12Mar 20XA Thariq menggunakan bilyet giro untuk pembayaran pembelian sebuah mesin
kepada nasabah giro bank lain snebesar Rp10.000.000

31 Mar 20XA Dipotong giro wadah Thariq untuk administrasi giro wadah sebesarRp15.000
dan untuk pajak sebesar Rp10.000 (20% dari bonus giro wadiah yang
diterima sebesar Rp50.000 seperti yang sudah dicatat pada kasus 6.3)

Jurnal untuk transaksi ndi atas adalah sebagai berikut:

Tanggal Rekening Debit (Rp) Kredit (Rp)

03Mar20XA Db Giro wadiah-Thariq 12.000.000

Kr kas 12.000.000

07Mar20XA Db Giro wadiah-Thariq 5.000.000

Kr RAK cabang Jakarta 5.000.000

12Mar 20XA Db Giro wadiah-Thariq 10.000.000

Kr Giro pada bank indonesia 10.000.000

31 Mar 20XA Db Giro wadiah-Thariq 15.000

Kr Pendapatan administrasi 15.000


giro wadiah

Db Giro wadiah-Thariq 10.000

Kr Titipan kas negara-pajak 10.000


giro
Giro Mudharabah

Giro mudharabah merupakan instrumen penghimpunan dana melalui produk giro yang
menggunakan akad mudharabah. Giro mudharabah harus mengikuti fatwa DSN tentang
mudharabah. Akad mudharabah adalah akad yang digunakan dalam perjanjian antara pihak
penanam dana dan pengelola dana untuk melakukan kegiatan usaha tertentu, dengan pembagian
keuntungan antara kedua belah pihak berdasarkan nisbah yang telah disepakati sebelumnya.
Penjelasan konsep dasar lebih lanjut dapat dilihat pada pembahasan tentang mudharabah dalam
Bab 7 buku ini.

Akuntansi giro mudharabah pada prinsipnya sama dengan akuntansi giro wadiah.
Pembeda antara akuntansi giro mudharabah dengan giro wadiah yang sudah dibahas adalah
dalam hal insentif yang diterima oleh nasabah. Dalam giro wadiah, insentif yang diterima adalah
bonus giro wadiah yang bersifat sukarela dan tidak disyaratkan di muka. Adapun insentif yang
diterima nasabah giro mudharabah adalah bagi hasil dalam persentase tertentu yang harus
dibayar oleh bank secara periodik sesuai dengan tingkat keuntungan bank syariah.

Sebagai contoh, pada tanggal 5 Maret 20XA Haniya, nasabah giro mudharabah Bank
Peduli Syariah (BPS), menerima imbalan bagi hasil atas rekening gironya sebesar Rp45.000.
Dengan demikian, jurnalnya adalah sebagai berikut.

Tanggal Rekening Debit (Rp) Kredit (Rp)

05/03/20XA Db hak pihak ketiga atas bagi 45.000


hasil

Kr giro mudharabah- 45.000


haniya

05/03/20XA Db Giro mudharabah - haniyah 9.000

Kr titpan kas negara- 9.000


pajak giro

Deposito Mudharabah

Menurut UU Nomor 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah, deposito adalah investasi
dana berdasarkan akad mudharabah atau akad lain yang tidak bertentangan dengan prinsip
syariah yang penarikannya hanya dapat dilakukan pada waktu tertentu berdasarkan akad antara
nasabah penyimpan dan bank syariah dan/atau Unit Usaha Syariah (UUS). Fatwa DSN Nomor 3
Tahun 2000 menyatakan bahwa deposito yang dibenarkan dalam syariah adalah deposito yang
berdasarkan prinsip mudharabah. Dalam transaksi deposito mudharabah, nasabah bertindak
sebagai pemilik dana (shahibul maal) dan bank bertindak sebagai pengelola dana (mudharib).
Dalam kapasitasnya sebagai mudharib, bank dapat melakukan berbagai macam usaha yang tidak
bertentangan dengan prinsip syariah dan mengembangkannya, termasuk bermudharabah dengan
pihak lain.

Modal yang didepositokan harus dinyatakan dalam bentuk tunai dan bukan piutang.
Adapun pembagian piutang harus dinyatakan dalam bentuk nisbah dan dituangkan dalam
pembukaan rekening. Sebagai mudharib, bank menutup biaya operasional deposito dengan
menggunakan nisbah keuntungan yang menjadi haknya dan bank tidak diperkenankan
mengurangi nisbah keuntungan nasabah tanpa persetujuan nasabah yang bersangkutan.

Siklus kegiatan deposito dimulai dari transaksi pembukaan deposito oleh nasabah. Pada
saat itu, antara nasabah dan bank sudah menyepakati nisbah bagi hasil dasar dan jangka waktu
deposito (tanggal pencairan deposito). Selama jangka waktu deposito, saldo deposito bersifat
tetap, karena pengambilan atau penambahan deposito hanya dilakukan saat jatuh tempo atau saat
penutupan jika ingin diambil sebelum jatuh tempo, bagi hasil yang diterima oleh nasabah
dimasukkan ke rekening yang lain, dan pajak yang mesti dibayar langsung diambil dari bagi
hasil yang akan diberikan kepada nasabah. Transaksi berikut adalah ilustrasi terkait dengan
transaksi deposito mudharabah.

Kasus 6.5 Transaksi Terkait Deposito Mudharabah

01 Sep 20XA Bank Murni Syariah(BMS) menerima setoran atas nama bunda Dolly
Rp5.000.000 sebagai investasi deposito mudharabah untuk jangka waktu satu
bulan dengan nisbah 60% untuk nasabah dan 40% untuk BMS

30 Sep 20XA Berdasarkan perhitungan distribusi pendapatan, bagi hasil yang akan dibayar
untuk kelompok deposito mudharabah adalah sebesar Rp15.000.000

04 Okt 20XA Dibayarkan bagi hasil deposito mudharabah kepada bunda Dolly sebesar
Rp40.000 dan atas pembayaran tersebut dipotong pajak sebesar 20%.
Pembayaran bagui hasil dilakukan ke rekening tabungan mdharabah atas nama
pemilik yang sama,

05 Okt 20XA Bunda Dolly mencairkan deposito mudharabah. Pencairan dilakukan secara
tunai.
Jurnal transaksi kasus diatas adalah sebagai berikut:

Tanggal Rekening Debit (Rp) Kredit (Rp)

01/09/20XA Db kas 5.000.000

Kr. Deposito mudharabah- 5.000.000


bunda Dolly

30/09/20XA Db pihak ke-3 atas bagi hasil- 15.000.000


deposito mudharabah

Kr bagi hasil belum 15.000.000


dibagikan-deposito

04/09/ 20XA Db bagi hasil belum di bagikan- 40.000


deposito

Kr.tabungan mudharabah- 32.000


Bunda Dolly

Kr. Titipan kas negara-pajak 8.000


deposito

05/09/20XA Db deposito mudharabah- Bunda 5.000.000


Dolly

Kr. kas 5.000.000

Penyajian Transaksi Penghimpunan Dana

Penyajian akun yang berkaitan dengan transaksi penghimpunan dana didasarkan pada
akad yang digunakan. Berdasarkan PAPSI 2013 (h. 5.13), terdapat beberapa akun yang yang
berkaitan dengan penghimpunan dana dengan akad mudharabah disajikan sebagai berikut:

1. Dana mudharabah disajikan sebagai dana syirkah temporer dengan memisahkan antara
dana mudharabah yang berasal dai bank dan yang berasal dari bukan bank.

2. Bagi hasil dana mudharabah yang sudah diperhitungkan dan telah jatuh tempo tetapi
belum diserahkan kepada nasabah disajikan dalam pos kewajiban segera.
3. Bagi hasil dana mudharabah yang sudah diperhitungkan pada akhir periode tetapi belum
jatuh tempo disajikan dalam pos bagi hasil yang belum dibagikan.

Untuk penghimpunan dengan skema wadiah, PAPSI 2013 (h. 11.2) menyatakan bahwa saldo
simpanan wadiah disajikan sebesar jumlah nominalnya untuk masing-masing bentuk simpanan.

Pengungkapan Transaksi Penghimpunan Dana

Berdasarkan PAPSI 2013 (h. 5.14-15), untuk dana yang dihimpun dengan skema mudharabah
harus mengungkap antara lain:

1. Isi kesepakatan utama akad mudharabah berupa porsi dana dan pembagian hasil usaha.

2. Rincian dana mudharabah yang diterima berdasarkan:

a. Jenis mudharabah (mudharabah mutlaqah dan mudharabah muqayadah).

b. Pemilik dana mudharabah (bank dan bukan bank).

c. Jenis mata uang dana mudharabah (rupiah dan valuta asing).

3. Rincian dana mudharabah yang disalurkan berdasarkan:

a. Sumber dana mudharabah yang berasal dari mudharabah mutlaqah dan mudharabah
muqayadah.

b. Penerima dana mudharabah: Bank dan bukan Bank Syariah.

c. Jenis mata uang yang digunakan: Rupiah dan valuta asing.

4. Pihak-pihak yang berelasi, baik nasabah (pemilik dana, shahibul maal) atau nasabah
penerima penyaluran dana mudharabah..

5. Jumlah simpanan yang diblokir untuk tujuan tertentu antara lain sebagai jaminan
pembiayaan dan atau transaksi perbankan syariah lainnya.

Untuk penghimpunan dengan skema wadiah, PAPSI 2013 (h. 11.2) menyebutkan hal-hal yang
harus diungkapkan antara lain:

1. Rincian simpanan mengenai:

a. Jumlah dan jenis simpanan, termasuk pihak berelasi.

b. Jumlah simpanan yang diblokir untuk tujuan tertentu.

2. Pemberian fasilitas istimewa kepada penyimpan.

Anda mungkin juga menyukai