Anda di halaman 1dari 10

AKUNTANSI PENGHIMPUNAN DANA

A.Ketentuan Syariah
Pengihimpunan dana masyarakat di perbankan Syariah menggunakan
instrument yang sama dengan penghimpun dana pada perbankan konvensional, yaitu
instrument giro, tabunagan dan deposito. Ketga jenis instrument ini biasa disebut
dengan istilah Dana Pihak Ketiga (DPK). Kendati menggunakan instrument yang
sama, mekanisme keja masing-masing instrument penghimpunan pada bank Syariah
bebeda dengan instrument penghimpun bank konvensional. Perbedaan mendasar
mekanisme kerja instrument penghimpunan dana Syariah terletak pada tidak adanya
bunga yang lazim digunakan oleh bank konvensional dalam memberikan keuntungan
kepada nasabah. Ketentuan tentang larangan haramnya menggunakan mekanisme
bunga bagi bank Syariah difatwakan oleh Dewan Syariah Nasional (DSN) dalam
fatwa DSN Nomor 1 tentang Giro, Nomor 2 tentang Tabungan dan Nomo 3 tentang
Deposito.
Pada masing-masing fatwa tersebut, juga difatwakan mekanisme alternative
yang dibnarkan prisip Syariah. Berdasarkan fatwa DSN Nomor 1 Tahun 2000 tentang
Giro, disebutkan bahwa mekanisme giro yang dibenarkan bedasarkan prinsip Syariah
adalah giro yang berdasarkan prinsip mudharabah dan wadiah. Selanjutnya,
berdasarkan fatwa DSN Nomor 2 Tahun 2000 tentang Tabungan, mekanisme
tabungan yang dibenarkan bagi bank Syariah adalah tabungan yang berdasarkan
prinsip mudaraah dan wadiah. Adapun untuk deposit, dinyatakan dalam fatwa DSN
Nomor 3 Tahun 2000, bahwa deposito yang dibenarkan adalah deposito yang
berdasarkan prinsip mudharabah. Oleh karena mekanisme penghimpunan dana pihak
ketiga hanya mengenal dua jenis, yaitu wadiah (titipan) dan mudharabah (bagi hasil),
secara teori pengklasifikasian penghimpunan dana di bank Syariah didasarkan pada
penghimpunan berdasarkan wadiah dan penghimpunan berdasarkan mudharabah.

B.Tabungan

Tabungan menurut Undang-undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan


adalah simpanan yang penarikannya hanya dapat dilakukan menurut syarat tertentu
yang disepakati, tetapi tidak dapat ditarik dengan cek, bilyet giro, dan/atau alat
lainnya yang dipersamakan dengan itu. Sama halnya dengan giro, mekanisme
tabungan yang dibenarkan oleh DSN bagi bank Syariah adalah tabungan yang
berdasarkna prinsip mudharabah dan wadiah. Tabungan mudharabah harus mengikuti
ketentuan wadiah yang difatwakan DSN. Dalam praktik perbankan Syariah di
Indonesia, sebagian besar bank Syariah menggunakan skema tabungan mudharabah.

1. Akuntansi Tabungan Mudharabah


Akuntansi untuk tabungan mudharabah dan penghimpunan dana bentuk
lainnya yang menggunakan akad mudharabah pada dasarnya mengacu pada PSAK
10 tentang Akuntansi Mudharabah, khususnya yang terkait dengan akuntansi
untuk pengelola dana. Berdasrkan PSAK 105 paragraf 25, dinyatakan bahwa dana
yang diterima dari pemilik dana (nasabah penabung) dalam akad mudharabah
diakui sebagai dana syirkah temporer sebesar jumlah kas atau nilai wajar asset non
kas yang diterima. Pada akhir periode akuntansi, dana syirkah tempore diukur
sebesar nilai tercatatnya.
Transaksi Penambahan Tabungan Mudharabah
Beberapa transaksi terkait tabungan mudharabah dapat mengakibatkan
bertambahnya saldo tabungan mudharabah. Transaksi tersebut antara lain adalah
setoran tunai nasabah, transfer dari kantor cabang lain ke rekening nasabah,
transfer dari bank lain ke rekening nasabah, dan penerimaan bagi hasil
mudharabah ke rekening nasabah.
Berikut adalah ilustrasinya

02 Juni 2019 Bank Murni Syariah (BMS) cabang Yogyakarta menerima


setoran tunai pembukaan tabungan mudharabah atas nama Jhono
sebesar Rp 3.500.000
08 Juni 2019 Jhono menerima transfer dari nasabah BMS cabang Solo sebesar
Rp500.000
17 Juni 2019 Jhono menerima kiriman dari nasabah Bank Peduli Syariah
sebesar Rp 1.500.000
31 Juni 2019 Jhono menerima bagi hasil tabungan mudharabah dari BMS
sebesar Rp 20.000
Jurnal untuk transaksi di atas

Tanggal Rekening Debit (Rp) Kredit (Rp)


02/06/19 Kas 3.500.000
Tab. Mudharabah-Jhono 3.500.000
08/06/19 RAK cabang Solo 500.000
Tab. Mudharabah-Jhono 500.000
17/06/19 Giro pada Bank Indonesia 1.500.000
Tab. Mudharabah-Jhono 1.500.000
31/06/19 Hak pihak ketiga atas bagi 20.000
hasil
Tab, Mudharabah-Jhono 20.000

Untuk transaksi yang bersifat transfer antarkantor, dalam praktik perbankan


biasa digunakan rekening sementara dengan nama rekening antarkantor (RAK),
seperti dapat dilihat pada jurnal transaksi tanggal 8 Juni. Adapun untuk transaksi
yang melibatkan transaksi antarbank yang berbeda, biasanya diselesaikan dalam
mekanisme yang difasilitasi oleh Bank Indonesia atau pihak yang ditunjuk oleh
Bank Indonesia. Mekanisme ini biasa disebut dengan kliring. Pada transaksi
kliring, semua penerimaan dari atau pembayaran kepada bank lain dilakukan
melalui rekening giro pada Bank Indonesia, seperti yang terlihat pada jurnal
transaksi tanggal 17 Juni.

Transaksi Pengurangan Tabungan Mudharabah


Beberapa transaksi yang dapat mengakibatkan berkurangnya saldo tabungan
mudharabah adalah penarikan tunai oleh nasabah, transfer ke rekening lain pada
bank yang sama, transfer kepada nasabah bank lain, serta penarikan biaya
administrasi tabungan, pajak, dan lainnya oleh bank
Berikut adalah ilustrasinya

07 Juni 2019 Jhono, nasabah Bank Murni Syariah (BMS) cabang


Yogyakarta menarik tunai tabugan mudharabah sebesar Rp
1.500.000
11 Juni 2019 Jhono mentransfer sebesar Rp 500.000 dari rekeningnya ke
rekening nasabah BMS cabang solo
14 Juni 2019 Jhono mentransfer sebesar Rp 250.000 dari rekeningnya ke
rekening giro nasabah Bank Syariah Muhammadiyah
31 Juni 2019 Potongan tabugan Mudharabah Jhono untuk administrasi
tabungan sebesar Rp 2.000 dan pajak sebesar Rp 4.000 (40%
dari bagi hasil yang diterima sebesar Rp 20.000
Jurnalnya sebagai berikut :
Tanggal Rekening Debit (Rp) Kredit (Rp)
07/06/19 Tab. Mudharabah-jhono 1.500.000
Kas 1.500.000
11/06/19 Tab. Mudharabah-Jhono 500.000
RAK cabang solo 500.000
14/06/19 Tab. Mudharabah-Jhono 250.000
Giro pada Bank Indonesia 250.000
31/06/19 Tab. Mudharabah-Jhono 2.000
Pendapatan Administrasi 2.000
Tab. Mudharabah
Tab. Mudharabah-Jhono 4.000
Titipan kas negara-pajak 4.000
tabungan

2.Akuntansi Tabungan Wadiah


Akuntansi tabungan wadiah pada prinsipnya sama dengan akuntansi tabungan
mudharabah. Perbedaan akuntansi tabungan wadiah dengan tabungan mudharabah
adalah dalam hal insentif yang diterima oleh nasabah. Berdasarkan PAPSI 2013,
tabungan wadiah diakui sebesar nominal penyetoran atau penarikan yang
dilakukan oleh pemilik rekening. Setoran tabungan wadiah yang diterima secara
tunai diakui pada saat uang diterima. Setoran tabungan wadiah melalui kliring
diakui setelah efektif diterima
Insentif yang dberika kepada nasabah tabungan mudharabah disebut dengan hak
pihak ketiga atas bagi hasil yang dihitung dalam presentase tertentu yang harus
dibayar oleh bank secara periodic sesuai dengan tingkat keuntungan bank Syariah.
Adapun nasabah tabungan wadiah menerima insentif dalam bentuk bonus wadiah
yang bersifat sukarela dan tidak disyaratkan di muka. Berdasarkan PAPSI 2013,
pemberian bonus atas simpan kepada nasabah diakui sebagai beban pada saat
terjadinya.
Berdasrakan ilustras jurnal pad PAPSI 2013 transaksi pembayaran pajak terhadap
bonus wadiah, langsung mengurangi tabungan wadiah.
Db. Beban bonus tabungan wadiah
Kr. Tabungan wadiah
Kr. Kewajiban pajak penghasilan

Akan tetapi dalam praktik, Bank cenderung menunjukkan jumlah total bonus yang
diberikan dalam buku tabungan.
Misalkan pada tanggal 5 Maret 2019, Haniya nasabah tabungan wadiah Bank
Peduli Syariah (BPS) menerima bonus wadiah sebesar Rp 20.000 dan dipotong
pajak Rp 4.000. Maka junalnya adalah sebagai berikut :

Tanggal Rekening Debit (Rp) Kredit (Rp)


05/03/19 Beban bonus tabungan wadiah 20.000
Tabungan Wadiah-Haniya 20.000
Tabungan Wadiah 4.000
Titipan Kas Negara-Pajak 4.000
tabungan

D. GIRO
Giro adalah suatu istilah perbankan untuk suatu cara pembayaran yang hampir
merupakan kebalikan dari sistem cek, berupa surat perintah untuk memindahbukukan
sejumlah uang dari rekening seseorang kepada rekening lain yang ditunjuk surat tersebut.
Suatu cek diberikan kepada pihak penerima pembayaran (payee) yang menyimpannya
di bank mereka, sedangkan giro diberikan oleh pihak pembayar (payer) ke banknya, yang
selanjutnya akan mentransfer dana kepada bank pihak penerima, langsung ke akun mereka.
Atau giro juga bisa di sebut sebuah produk bank dalam rangka menghimpun dana dari pihak
ketiga dan pencairannya dapat diambil sewaktu-waktu atau ditarik sampai ke batas limit yang
telah ditentukan oleh pihak bank.
Perbedaan antara giro dan tabungan:
1. Laporan Bulanan
Sebagaimana kita ketahui, bank tidak akan memberikan laporan bulanan
kepada nasabah pemegang rekening tabungan. Jika nasabah tersebut ingin melihat dan
memeriksa berbagai transaksi keuangan yang dilakukannya setiap bulan, nasabah
tersebut harus mendatangi bank dan meminta pihak bank melakukan pencetakan
berbagai transaksi tersebut pada buku tabungan yang dimilikinya. Namun, hal ini juga
bisa dilakukan dengan cara yang lain. Kalau nasabah tersebut memiliki
fasilitas internet/mobile banking, nasabah tersebut bisa mencetak sendiri berbagai
transaksi tersebut secara online.
Berbeda halnya dengan rekening giro, nasabah akan menerima rekening koran yang
berisi laporan atas dana yang keluar dan juga dana yang masuk ke dalam rekening
tersebut. Rekening koran ini akan dikirimkan setiap bulannya oleh pihak bank ke
rumah ataupun kantor nasabah yang bersangkutan. Dengan begitu, nasabah tidak
perlu repot-repot mendatangi bank untuk mencetak buku tabungannya setiap bulan.

2. Media Penarikan
Rekening tabungan akan disertai dengan penerbitan kartu ATM bagi
pemiliknya. Kartu inilah yang kemudian dijadikan sebagai alat untuk melakukan
berbagi transaksi keuangan dari nasabah tersebut. Untuk rekening giro, bank akan
memberikan layanan cek ataupun bilyet giro sebagai alat pembayarannya. Kedua alat
pembayaran ini memang memiliki persamaan, tetapi keduanya juga memiliki
perbedaan di dalam penggunaannya.

3. Jumlah Penarikan dan Transfer


Di dalam rekening tabungan, bank memberikan pembatasan pada jumlah
penarikan tunai dan juga transfer yang bisa dilakukan nasabahnya. Hal ini justru
berbeda pada rekening giro di mana nasabah bisa saja melakukan penarikan setiap
harinya dalam jumlah yang besar. Apalagi ketika melakukan pemindahbukuan ke
rekening milik seseorang melalui cek ataupun giro.

4. Target Pengguna
Rekening tabungan dan rekening giro sama-sama bisa diakses oleh perorangan
ataupun perusahaan. Namun, pembatasan nilai transaksi yang diterapkan di dalam
rekening tabungan tentu bisa saja menimbulkan sejumlah kesulitan bagi nasabah.
Terlebih bagi mereka yang memiliki sejumlah kesibukan dalam melakukan berbagai
transaksi keuangan.
Hal ini jugalah yang menjadi alasan mengapa penggunaan rekening giro menjadi
pilihan bagi banyak perusahaan ataupun orang-orang yang melakukan transaksi
keuangan dengan nilai yang cukup tinggi setiap harinya. Penggunaan cek dan bilyet
giro begitu efisien untuk berbagai transaksi keuangan yang tinggi.
Perbedaan Giro dan Cek
1. Tanggal Efektif dan Tanggal Debit
Berdasarkan tanggal terbitnya, cek dan giro memiliki ketentuan yang berbeda.
Cek tidak memiliki perbedaan antara tanggal terbit dan tanggal efektif. Hal ini
berbeda dengan ketentuan yang terdapat di dalam bilyet giro. Sebab tanggal efektif
dan tanggal terbitnya bisa saja berbeda. Yang dimaksud dengan tanggal efektif pada
bilyet giro adalah tanggal sejumlah dana tersebut dapat dipindahtangankan kepada
orang yang dituju. Sementara tanggal terbit di dalam bilyet giro adalah tanggal pada
saat giro tersebut diterbitkan pemiliknya. Dalam hal ini, bisa saja sejumlah dana yang
tertera di dalam giro tersebut belum tersedia/belum bisa dipindahbukukan ke
rekening penerimanya.

2. Tanggal Jatuh Tempo


Cek tunai tidak mengenal tanggal jatuh tempo. Sejumlah dana yang tertera
pada cek tersebut bisa langsung diuangkan sesaat setelah cek tersebut diterbitkan.
Sementara giro memiliki tanggal jatuh tempo dan hal ini menjadi salah satu hal yang
penting sekali untuk dicermati penerima giro.

3. Pecairan Dana
Cek setara dengan dana tunai. Yang berarti sejumlah dana di dalamnya bisa
langsung dicairkan/diuangkan ke bank yang tertera di dalam cek tersebut. Sementara
pencairan giro harus melalui proses pemindahbukuan. Di mana sejumlah dana
tersebut akan dipindahbukukan terlebih dahulu ke rekening penerima. Lalu bisa
dicairkan atau ditarik penerima yang bersangkutan.

E.DEPOSITO MUDHOROBAH

Menurut UU NO. 21 Tahun 2008 tentang perbankan syariah, deposito adalah


investasi dana berdasarkan akad mudhorobah atau akad lain yang tidak bertentangan dengan
prinsip syariah yang penarikannya hanya dapat dilakukan pada waktu tertentu berdasarkan
akad antara nasabah penyimpanan dan bank syariah dan/ Unit Usaha Syariah (UUS). Fatwa
DSN No.3 Tahun 2000 menyatakan bahwa deposito yang dibenarkan dalam syariah adalah
deposito yang berdasarkan prinsip mudhorobah.
Transaksi Terkait Deposito Syariah
Data Transaksi:
[01 Sept. 2000] Bank murni Syariah (BSM) menerima setoran atas nama bunda dolly
Rp5,000,000 sebagai inestasi deposito mudhorobah untuk jangka waktu satu bulan dengan
nisah 60% untuk nasabah dan 40% untuk BMS.
[30 Sept. 2000] Berdasarkan perhitungan distribusi pendapatan, bagi hasil yang akan
dibayar untuk kelompok deposito mudhorobah adalah Rp15,000,000
[04 Okt. 2000] Dibayarkan bagi hasil deposito mudhorobah kepada bunda dolly
sebesar Rp40,000 dan atas pembayaran tersebut dipotong pajak sebesar 20% pembayaran
bagi hasil dilakukan ke rekening tabungan mudhorobah atas nama pemilik yang sama
[05 Okt 2000] Bunda dolly mencairkan deposito mudhorobah, pencairan dilakukan
secara tunai.
Jurnal Untuk Transaksi Di Atas Adalah Sebagai Berikut:

Tanggal Rekening Debit (Rp) Kredit (Rp)


01/09/2000 Kas 5,000,000
Deposito Mudhorobah – Bunda Dolly 5,000,000
30/09/2000 Hak pihak ke-3 atas bagi hasil – Deposito 15,000,000
mudhorobah
Bagi hasil belum dibagikan – Deposito 15,000,000
04/10/2000 Bagi hasil yang belum dibagikan – deposito 40,000
Tabungan Mudhorobah – deposito 32,000
Titipan kas negara – Pajak deposito 8,000
05/10/2000 Deposito mudhorobah – Bunda Dolly 5,000,000
kas 5,000,000

F. Penyajian Transaksi Penghimpunan Dana


penyajian akun yang berkaitan dengan transaksi penghimpunan dana didasarkan pada
akad yang digunakan . berdasarkan PAPSI 2013 (h. 5.13), terdapat beberapa akun yang
berkaitan dengan penghimpunan dana dengan akad mudharabah disajikan sebagai berikut:
1. dana mudharabah disajikan sebagai dana syirkah temporer dengan memisahkan
antara dana mudharabah yang berasal dari bank dan yang berasal dari bukan bank.
2. bagi hasil dana mudharabah yang sudah diperhitungkan dan telah jatuh tempo
tetapi belum diserahkan kepada nasabah disajikan dalam pos kewajiban segera.
3. bagi hasil dana mudharabah yang sudah diperhitungkan pada akhir periode tetapi
belum jatuh tempo disajikan dalam pos bagi hasil yang belum dibagikan.
untuk penghimpunan dengan skema wadiah, PAPSI 2013 (h. 11.2) menyatakan bahwa
saldo simpanan wadiah disajikan sebesar jumlah nominalnya untuk masing-masing bentuk
simpanan.

G. Pengungkapan Transaksi Penghimpunan Dana


Berdasarkan PASPSI (h. 5.14-15), untuk dana yang dihimpun dengan skema
mudharabah harus mengungkapkan:
1. isi kesepakatan utama akad mudharabah berupa porsi dana dan pembagian hasil usaha.
2. rincian dana mudharabah yang diterima berdasarkan:
a. jenis mudharabah( mudharabah mutlaqah dan mudharabah muqayadah)
b. pemilik dana mudharabah (bank dan bukan bank)
c. jenis mata uang dana mudharabah( rupiah dan valuta asing)
3. rincian dana mudharabah yang disalurkan berdasarkan:
a. sumber dana mudharabah yang berasal dari mudharabah mutlaqah dan mudharabah
muqayyadah
b. penerimaan dana mudharabah bank dan bukan bank syariah
c. jenis mata uang yang digunakan rupiah dan valuta asing
4. pihak-pihak yang berelasi ,baik nasabah,( pemilik dana ,shahibul maal) atau nasabah
penerima Penyaluran dana mudharabah.
5. jumlah simpanan yang diblokir untuk tujuan tertentu antara lain sebagai jaminan
pembiayaan dan atau transaksi perbankan syariah lainnya.
untuk penghimpunan dengan skema wadiah,PAPSI 2013 (h. 11.2) menyebutkan hal-hal
yang harus diungkapkan antara lain:
1. rincian simpanan mengenai:
a. jumlah dan jenis simpanan ,termasuk pihak berelasi.
b. jumlah simpanan yang diblokir untuk tujuan tertentu.
2. pemberian fasilitas istimewa kepada penyimpa
Daftar pustaka

Yaya,Rizla. Martawireja, aji erlangga.Abdurahm Ahim. 2017.Akuntasi Perbankan

Syariah .Jakarta: Salemba Empat

Anda mungkin juga menyukai