Disusun untuk memenuhi Tugas Mata Kuliah Akuntansi Perbankan dan Syariah (Kelas A)
Disusun oleh :
1. Santi Nuriyah 180803102013
2. Fresya Dara Rahmatika 180803102028
3. Galuh Dhindang Kinanti 180803102044
4. Ainun Restu 180803102049
5. Alisa Qottrun Nada Rozana 180803102055
6. Nurul Uslaili 180803102062
Tabungan
Menurut Undang-undang no 10 tahun 1998, tabungan adalah simpanan simpanan yang
penarikannya hanya dapat dilakukan menurut syarat tertentu yang disepakati, tetapi tidak dapat
ditarik melalui cek, bilyet giro. Ketetapan tabungan difatwakan oleh Dewan Syariah Nasional
(DSN) Nomor 2 tentang Tabungan. Mekanisme Tabungan yang benar berdasarkan prinsip
mudharabah dan waidah. Dalam praktik perbankan syariah di Indonesia, sebagian bank syariah
menggunakan skema tabungan mudharabah.
A. Akuntansi Tabungan Mudharabah
Akuntansi tabungan mudharabah dan penghimpunan dana lainnya yang menggunakan
akad mudharabah mengacu pada PSAK 105 tentang akuntansi mudharabah, yang
menyatakan bahwa dana yang diterima dari pemilik dana dalam akad mudharabah diakui
sebagai dana syirkah temporer sebesar nilai kas yang diterima.
Transaksi Penambahan Tabungan Mudharabah
Transaksi pada tabungan mudharabah dapat mengakibatkan bertambahnya saldo
tabungan mudharabah. Transkasi tersebut antara lain setoran tunai nasabah, transfer dari
kantor cabang lain ke rekening nasabah, transfer dari bank lain ke rekening nasabah, dan
penerimaan bagi hasil mudharabah ke rekening nasabah.
Untuk transaksi yang bersifat transfer antarkota, dalam praktik perbankan
digunakan rekening sementara dengan nama Rekening Antar Kantor (RAK). Sedangkan
transaksi yang melibatkan transaksi antar bank yang berbeda, diselesaikan dalam
mekanisme yang difasilitasi oleh Bank Indonesia atau pihak yang ditunjuk oleh Bank
Indonesia. Mekanisme ini biasa disebut dengan kliring. Dalam transaksi kliring, semua
penerimaan atau pembayaran kepada bank lain dilakukan melalui rekening giro pada
Bank Indonesia.
Transaksi pengurangan tabungan mudharabah
Transaksi yang dapat mengakibatkan berkurangnya saldo tabungan mudharabah
adalah penarikan tunai oleh nasabah, transfer ke rekening lain pada bank yang sama,
transfer kepada nasabah bank lain, serta penarikan biaya administrasi tabungan, pajak,
dan lainnya oleh bank.
Giro
Giro adalah simpanan yang penarikannya dapat dilakukan setiap saat dengan
menggunakan cek,bilyet, giro, sarana perintah pembayaran lainnya, atau pemindahbukuan.
Dalam perbankan terdapat 2 jenis giro yang dibenarkan, yaitu giro wadiah dan giro mudharabah.
A. Giro Wadiah
Giro Wadiah harus mengikuti fatwa DSN tentang wadiah. Akad wadiah adalah akad
penitipan dana dengan ketentuan penitip dana mengizinkan kepada bank untuk
memanfaatkan dana yang dititipkan tersebut dan bank wajib mengembalikan apabila
sewaktu-waktu penitip mengambil dananya. Dalam giro wadiah, nasabah sebagai penitip
dana (mudi’) sedangkan bank sebagai penerima dana titipan (muda’). Keuntungan
pengelolaan dana titipan menjadi milik bank, karena hakikat wadiah adalah qardh dan tidak
ada bonus yang diberikan bank kepada pemilik dana wadiah.
Transaksi Penambahan Rekening Giro Wadiah
Rekening giro wadiah bertambah melalui transaksi penyetoran tunai, transfer dari
tabungan maupun giro cabang lain dari bank yang sama, penerimaan cek dari nasabah
bank lain yang diuangkan oleh nasabah suatu bank, dan penerimaan bonus giro wadiah
dari bank syariah. Transaksi antarkantor, dalam praktiknya digunakan rekening
sementara dengan nama RAK. Adapun transaksi antarbank yang berbeda diselesaikan
dalam mekanisme yang difasilitasi oleh Bank Indonesia atau pihak yang ditunjuk oleh
Bank Indonesia
Transaksi Pengurangan Giro Wadiah
Transaksi yang mengakibatkan berkurangnya saldo giro wadiah adalah penarikan cek
oleh nasabah giro wadiah untuk ditukar secara tunai, penarikan bilyet giro untuk
ditransfer ke cabang lain bank yang sama atau ke nasabah bank lain, serta potongan
administrasi dan pajak tabungan.
B. Giro Mudharabah
Giro mudharabah merupakan penghimpunan dana melalui giro yang menggunakan akad
mudharabah. Akad mudharabah adalah akad yang digunakan dalam perjanjian antara pihak
penanam dana dan pengelola dana untuk melakukan kegiatan usaha, dengan pembagian
keuntungan atara kedua belah pihak berdasarkan nisbah yang telah disepakati.
Perbedaan akuntasi giro wadiah dengan giro mudharabah terdapat pada penerimaan insentif.
Dalam giro wadiah, insentif yang diterima adalah bonus yang bersifat sukarela dan tidak
disyaratkan di muka. Sedangakan intensif yang diterima giro mudharabah adalah bagi hasil
dalam persentase tertentu yang harus dibayar oleh bank secara periodic sesuai dengan tingkat
keuntungan bank syariah.
Deposito Mudharabah
Menurut UU Nomor 21 Tahun 2008, deposito adalah investasi dana berdasarkan akad
mudharabah atau akad lain yang tidak bertentangan dengan prinsip syariah yang penarikannya
hanya dapat dilakukan pada waktu tertentu berdasarkan akad antara nasabah penyimpan dan
bank syariah. Dalam transaksinya, nasabah bertindak sebagai pemilik dana (shahibul maal) dan
bank bertindak sebagai pengelola dana (mudharib). Modal yang di depositokan harus dinyatakan
dalam bentuk tunai dan bukan piutang. Pembagian piutang harus dinyatakan dalam bentuk
nisbah dan dituangkan dalam pembukuan rekening.
Selama jangka waktu deposito, saldo deposito bersifat tetap, karena pengambilan atau
penambahan deposito hanya dilakukan saat jatuh tempo, bagi hasil yang diterima oleh nasabah
dimasukkan ke rekening yang lain, dan pajak yang mesti dibayar langsung diambil dari bagi
hasil yang akan diberikan kepada nasabah.
Jawaban
1. Perbedaan penghimpunan dana bank konvensional dengan bank syariah yaitu terdapat
pada akad yang digunakan, jika di bank konvensional hanya mengenal sistem
penghimpunan dana lewat tabungan maupun giro dengan tambahan berupa bunga yang
sudah dipatok dari awal besarannya sedangkan di perbankan syariah juga sama dengan
sistem tabungan dan giro tapi menggunakan akad mudharabah dan wadiah. Kedua akad
tersebut dapat diaplikasikan dalam tabungan dan giro dengan tambahan yang didasari
bonus bukan bunga layaknya yang diterapkan di bank konvensional.
2. Giro wadiah adalah giro yang harus mengikuti fatwa DSN tentang wadiah. Akad wadiah
adalah akad penitipan dana dengan ketentuan penitip dana meingzinkan kepada bank
untuk memanfaatkan dana yang dititipkan tersebut dan bank wajib mengembalikan
apabila penitip mengambil dana tersebut. Keuntungan aras pengelolaan dan titipan
tersebut menjadi milik bank, karena hakikat wadiah adalah qardh dan pada prinsipnya
tidak ada bonus yang diberikan oleh bank kepada pemilik dana wadiah. Kendati
demikian, bank syariah diperbolehkan memberikan bonus sukarela kepada pemilik dana
wadiah, dengan syarat tidak diperjanjikan dimuka.
3. Perbedaannya terdapat pada jurnal transaksi yang dicatat. Transaksi antarkantor, dalam
praktiknya digunakan rekening sementara dengan nama RAK. Adapun transaksi
antarbank yang berbeda diselesaikan dalam mekanisme yang difasilitasi oleh Bank
Indonesia atau pihak yang ditunjuk oleh Bank Indonesia. Mekanisme terjadinya transfer
adalah satu kantor bank memindah uang ke rekening nasabah lain dikantor bank yang
sama tetapi berbeda wilayah atau kantor cabang lain. Transfer bisa dilakukan dalam
berbeda wilayah maupun antar kota, transfernya bisa langsung melalui RAK. Misalnya A
yang merupakan nasabah Bank BNI Jakarta akan mentransfer uang ke B yang merupakan
nasabah Bank BNI Makasar, maka mekanisme transfer uang tersebut digambarkan oleh
skema berikut ini:
Jika transfer yang digunakan berbeda bank maka proses transfer harus melalui proses
kliring terlebih dahulu. Jadi, jika transfer dilakukan antara bank yang berbeda maka
proses transfer harus melalui proses kliring. Contohnya, Siti (Bank Niaga Jakarta) akan
mentransfer uang ke Ahmad (Bank Mandiri Makasar). Mekanismenya sebagai berikut:
Check list yang termasuk dalam pengungkapan dan penyajian penghimpun dana:
Penyajian transaksi penghimpun dana
Penyajian akun yang berkaitan dengan transaksi penghimpunan dana didasarkan pada
akad yang digunakan. Berdasarkan PAPSI 2013 (h.5.13), terdapat beberapa akun yang
berkaitan dengan penghimpunan dana dengan akad mudharabah disajikan sebagi berikut :
Dana mudharabah disajikan sebagai dana syirkah temporer dengan memisahkan
antara dana mudharabah yang berasal dari bank dan yang berasal dari bukan bank.
Bagi hasil dana mudharabah yang sudah diperhitungkan dan telah jatuh tempo tetapi
belum diserahkan kepada nasabah disajikan dalam pos kewajiban segera.
Bagi hasil dana mudharabah yang sudah diperhitungkan pada akhir periode tetapi
belum jatuh tempo disajikan dalam pos bagi hasil yang belum dibagikan.
Untuk penghimpunan dengan skema wadiah, PAPSI 2013 (h. 11.2) menyatakan bahwa
saldo simpanan wadiah disajikan sebesar jumlah nominalnya untuk masing-masing
bentuk simpanan.
Pengungkapan Transaksi Penghimpunan Dana
Berdasarkan PAPSI 2013 (h. 5.14-15), untuk dana yang dihimpun dengan skema
mudharabah harus mengungkapkan antara lain:
Isi kesepakatan utama akad mudharabah berupa porsi dana dan pembagian hasil
usaha
Rincian dana mudharabah yang diterima berdasarkan:
1. Jenis mudharabah (mudharabah mutlaqah dan mudharabah muqayadah)
2. Pemilik dana mudharabah (bank dan bukan bank)
3. Jenis mata uang dana mudharabah (rupiah dan valuta asing)
Rincian dana mudharabah yang disalurkan berdasarkan:
1. Sumber dana mudharabah yang berasal dari mudharabah mutlaqah dan
mudharabah muqayadah
2. Penerima dana mudharabah: bank dan bukan bank syariah
3. Jenis mata uang yang digunakan: Rupiah dan valuta asing
4. Pihak-pihak ynag berelasi, baik nasabah (pemilik dana, shahibul mal) atau
nasabah penerima penyaluran dana mudharabah
5. Jumlah simpanan yang diblokir untuk tujuan tertentu antara lain sebagai jaminan
pembiayaan dan atau transaksi perbankan syariah lainnya
Untuk penghimpunan dengan skema wadiah, PAPSI 2013 (h. 11.2) menyebutkan
hal-hal yang harus diungkapkan antara lain:
Rincian simpanan mengenai:
1. Jumlah dan jenis simpanan, termasuk pihak berelasi
2. Jumlah simpanan yang diblokir untuk tujuan tertentu
Pemberian fasilitas istimewa kepada penyimpan