Anda di halaman 1dari 36

BAB II

KERANGKA TEORITIS

A. Landasan Teori

1. Audit (Pemeriksaan Akuntansi)

a. Definisi Audit

Menurut Arens, Elder, & Beasley (2014:24) audit adalah akumulasi dan

evaluasi tentang informasi untuk menentukan dan melaporkan tingkat

kesesuaian antara informasi dan kriteria yang didirikan. Audit harus dilakukan

oleh orang yang berkompeten dan mandiri.

Mulyadi (2010) mengatakan audit adalah suatu proses yang sistematik

untuk mendapatkan bukti-bukti yang objektif mengenai kegiatan dan kejadian

serta mengevaluasi apakah hal tersebut telah sesuai dengan beberapa kriteria

yang telah di tetapkan.

Konrath (2002:5) mengatakan audit adalah serangkaian proses sistematis

untuk mendapatkan dan mengevaluasi bukti secara objektif mengenai asersi

sebagai kegiatan dan kejadian ekonomi.

b. Tujuan audit

Audit memiliki 5 tujuan yaitu:

1) Tujuan Audit Untuk Keberadaan dan Keterjadian

Tujuan audit ini berkaitan dengan masalah keberadaan dan

keterjadian (existence and occurrence), biasanya auditor akan memastikan

hal-hal sebagai berikut:

Validitas/pisah batas (cut-off): semua transaksi tercatat benar-benar

telah terjadi selama periode akuntansi. Validitas (validity): semua aktiva,

Penetapan mateialitas dan risiko audit pada PT ABC oleh kantor Akuntan Publik Doli, Bambang, Sulistiyanto, dadang & Ali
Susi Gereselawati
kewajiban, ekuitas adalah valid dan telah dicatat sebagaimana mestinya

dalam neraca.

Pada saat auditor memeriksa siklus penjualan dan penagihan, ia

harus mengikuti tiga alur transaksi utama, yaitu: penjualan kredit,

penagihan, dan penyesuaian penjualan. Waktu dan perhatian yang

diberikan kepada tujuan audit ini tergantung pada kepentingan dan

materialitas transaksi pada proses bisnis inti entitas.

2) Tujuan Audit untuk Kelengkapan

Tujuan audit ini berkaitan dengan masalah kelengkapan

(completeness), auditor biasanya akan memastikan hal-hal sebagai berikut:

Kelengkapan/pisah batas (cut-off): semua transaksi yang terjadi

dalam periode itu telah dicatat.Kelengkapan (completeness): semua saldo

yang tercantum dalam neraca meliputi semua aktiva, kewajiban, dan

ekuitas sebagaimana mestinya.

Dalam konteks siklus penjualan dan penagihan, biasanya auditor

akan menekankan perhatian tentang transaksi penjualan, penerimaan kas,

dan penyesuaian penjualan serta akumulasinya pada saldo piutang usaha.

Masalah pisah batas (cut-off) seringkali di-review oleh para auditor karena

transaksi-transaksi yang tidak tercatat merupakan kesalahan pencatatan

pada periode yang salah. Pentingnya tiga alur transaksi ini tergantung pada

sifat bisnis entitas dan proses bisnis inti.

3) Tujuan Audit Untuk Hak dan Kewajiban

Tujuan audit ini tentang masalah hak dan kewajiban (right and

obligations). Biasanya auditor menguji kepemilikan (ownership),

kesesuaian atas hak entitas terhadap aktiva, serta hak kepemilikan yang

Penetapan mateialitas dan risiko audit pada PT ABC oleh kantor Akuntan Publik Doli, Bambang, Sulistiyanto, dadang & Ali
Susi Gereselawati
jelas terhadap aktiva. Apabila ingin mempertimbangkan kelangsungan

usaha dan arus kas, auditor akan mengukur risiko kemungkinan klien telah

menggadaikan atau menjual piutang dan selanjutnya merencanakan untuk

melakukan pengujian atas hak kepemilikan yang sesuai.

4) Tujuan Audit Untuk Penilaian atau Alokasi

Tujuan audit ini berkaitan dengan masalah penilaian dan alokasi

(valuation allocation), biasanya auditor akan memastikan hal-hal sebagai

berikut:

Penerapan GAAP (Generally Accepted Accounting Principles)

bahwa saldo telah dinilai sebagaimana mestinya untuk mencerminkan

penerapan GAAP dalam hal penilaian kotor dan alokasi jumlah tertentu

antarperiode (seperti penyusutan dan amortisasi). Pembukuan dan

pengikhtisaran (posting and summarization). Transaksi telah dibukukan

dan diikhtisarkan sebagaimana mestinya dalam jurnal dan buku besar. Nilai

bersih yang dapat direalisasikan (net realizable value). Saldo-saldo telah

dinilai sebagaimana mestinya pada nilai bersih yang dapat direalisasikan.

Terdapat beberapa tujuan audit pokok atas asersi penilaian atau

alokasi dimana masing-masing mencerminkan jenis salah saji yang berbeda

dan akan memerlukan bukti audit yang berbeda pula. Auditor akan

menggunakan pengetahuannya tentang GAAP, pengetahuan tentang

volume kegiatan bisnis, dan pemeriksaan bukti yang mendukung transaksi

penjualan untuk menilai kelayakan penjualan menurut nilai kotornya.

Penetapan mateialitas dan risiko audit pada PT ABC oleh kantor Akuntan Publik Doli, Bambang, Sulistiyanto, dadang & Ali
Susi Gereselawati
5) Tujuan Audit Untuk Penyajian dan Pengungkapan

Tujuan audit ini berkaitan dengan masalah penyajian dan

pengungkapan (presentation and disclosure), biasanya auditor akan

memastikan hal-hal sebagai berikut:

a) Pengklasifikasian (classification). Transaksi dan saldo telah

diklasifikasikan sebagaimana mestinya dalam laporan keuangan.

b) Pengungkapan (disclosure). Semua pengungkapan yang

dipersyaratkan oleh GAAP telah tercantum dalam laporan keuangan.

Tujuan audit spesifik dibuat sedemikian rupa agar sesuai untuk

setiap klien. AU 326.09, Evidential Matter (SAS Nos. 31, 48, dan 80),

menyebutkan bahwa auditor harus mempertimbangkan:

a) keadaan dimana klien beroperasi

b) sifat kegiatan ekonominya, dan

c) praktik akuntansi yang unik untuk industri tersebut.

Sebagai contoh, tujuan spesifik tambahan akan diperlukan apabila

sebagian dari transaksi dan piutang entitas dinyatakan dalam valuta asing.

Demikian juga, jumlah tujuan spesifik untuk setiap kategori asersi akan

beragam.

c. Jenis-jenis Audit

Ada tiga jenis aktivitas utama audit yang dilakukan akuntan publik menurut

Arens, Elder & Beasley (2014:33) sebagai berikut:

1) Audit Operasional

Audit operasional mengevaluasi efesiensi dan efektivitas dari setiap

bagian metode dan prosedur operasi suatu organisasi. Hasil dari audit

Penetapan mateialitas dan risiko audit pada PT ABC oleh kantor Akuntan Publik Doli, Bambang, Sulistiyanto, dadang & Ali
Susi Gereselawati
operasional biasanya berupa saran-saran bagi manajemen untuk

memperbaiki operasinya. Bidang yang diaudit biasanya tidak hanya meliputi

akuntansi tapi juga mencakup evaluasi atas struktur organisasi, operasi,

metode produksi dan lain sebagainya.

2) Audit Kepatuhan

Audit kepatuhan bertujuan untuk menentukan apakah suatu

organisasi telah mengikuti prosedur, peraturan, ketentuan tertentu yang

ditetapkan oleh otoritas yang lebih tinggi. Hasil dari audit ini umumnya

dilaporkan kepada manajemen, bukan kepada pihak luar, karena

manajemen adalah pihak utama yang berkepentingan atas tingkat

kepatuhan terhadap prosedur dan peraturan yang ditetapkan.

3) Audit Laporan Keuangan

Audit laporan keuangan bertujuan untuk menentukan apakah

laporan keuangan (informasi diverifikasi) telah dinyatakan sesuai dengan

kriteria yang telah ditetapkan. Kriteria atau standar yang digunakan dalam

laporan keuangan adalah Generally Accepted Accounting Principle

(GAAP) atau PSAK sebagai prinsip yang berlaku di Indonesia. Audit

laporan keuangan disusun dengan menggunakan basis kas atau dasar yang

lain dari akuntansi yang sesuai pada organisasi.

d. Tahapan Audit

Menurut Arens, Elder & Beasly (2014:231) menjelaskan empat tahap

dalam proses audit yaitu:

Penetapan mateialitas dan risiko audit pada PT ABC oleh kantor Akuntan Publik Doli, Bambang, Sulistiyanto, dadang & Ali
Susi Gereselawati
1) Merencanakan dan merancang pendekatan audit

Pada tahap ini auditor merancang pendekatan audit dimulai dari

penerimaan klien dan perencanaan awal audit, memahami bisnis dari

industri klien, melakukan prosedur analitis, menetukan tingkat

materialitas, risiko audit yang dapat diterima, risiko inheren. Auditor juga

melakukan pemahaman atas kontrol internal klien serta menilai risiko atas

kontrol tersebut.

2) Melakukan pengujian pengendalian dan pengujian substantif transaksi

Pada fase ini tujuan auditor adalah untuk memperoleh bukti dalam

mendukung auditor dalam melakukan penilaian mengenai risiko

pengendalian atas laporan keuangan, yang didapatkan dengan melakukan

pengujian pengendalian. Auditor juga melakukan pengujian substantif

yaitu memastikan bahwa jumlah yang dicatat sesuai dan tidak ada salah

saji yang material dalam perhitungan jumlah uang pada transaksi-transaksi

yang dilakukan maupun saldo akhir setiap akun.

3) Melaksanakan prosedur analitis dan ujian rincian saldo

Tujuan pelaksaanaan prosedur analitis merupakan cara auditor

untuk mengetahui hubungan-hubungan antar akun satu ke akun yang lain,

membandingkan presentase perubahan dari tahun ketahun,

membandingkan perubahan-perubahan ke perusahaan sejenis dan

sebagainya sehingga auditor dapat memberi kesimpulan apakah jumlah

rupiah masing-masing akun wajar atau tidak. Pengujian rincian saldo

merupakan prosedur audit yang sangat penting dalam kegiatan audit

karena sebagian besar bukti yang digunakan adalah bukti dari pihak ketiga

sehingga dinilai lebih terpercaya seperti konfirmasi hutang piutang di

Penetapan mateialitas dan risiko audit pada PT ABC oleh kantor Akuntan Publik Doli, Bambang, Sulistiyanto, dadang & Ali
Susi Gereselawati
dalam pengujian rinci saldo ini auditor berusaha untuk menilai tingkat

pemenuhan objektif-objektif audit saldo akhir.

4) Melengkapi proses audit dan menerbitkan laporan keuangan

Fase terakhir adalah fse penyelesaian audit dimana auditor

mengakumulasi seluruh bukti dan informasi yang diperoleh dari fase

sebelumnya untuk mencapai suatu kesimpulan mengenai kewajaran

laporan keuangan klien dengan peraturan akuntansi yang berlaku dan tidak

ada salah saji yang material. Tahap akhir yang dilakukan auditor juga

mencakup melakukan uji tambahan untuk penyajian dan pengungkapan,

mengevaluasi hasil, membuat laporan audit, serta mengkomunikasikan

hasil audit pada komite audit dan manajemen perusahaan.

e. Opini Audit

Menurut SPAP (Standar Profesional Akuntan Publik) tahun 2013, opini audit

ada 5 macam, yaitu:

1) Pendapat wajar tanpa pengecualian (Unqualified Opinion)

Pendapat wajar tanpa pengecualian menyatakan bahwa laporan

keuangan menyajikan secara wajar, dalam semua hal yang material, posisi

keuangan, hasil usaha, dan arus kas entitas tertentu sesuai dengan prinsip

akuntansi yang berlaku umum di Indonesia. Ini adalah pendapat yang

dinyatakan dalam laporan auditor bentuk baku.

2) Opini Wajar Tanpa Pengecualian dengan Paragraf Penjelasan (Modified

Unqualified Opinion)

Penetapan mateialitas dan risiko audit pada PT ABC oleh kantor Akuntan Publik Doli, Bambang, Sulistiyanto, dadang & Ali
Susi Gereselawati
Keadaan tertentu mungkin mengharuskan auditor menambahkan

suatu paragraf penjelasan (atau bahasa penjelasan yang lain) dalam laporan

auditnya.

3) Pendapat wajar dengan pengecualian (qualified opinion)

Pendapat wajar dengan pengecualian, menyatakan bahwa laporan

keuangan menyajikan secara wajar, dalam semua hal yang material, posisi

keuangan, hasil usaha, dan arus kas entitas tertentu sesuai dengan prinsip

akuntansi yang berlaku umum di Indonesia, kecuali untuk dampak hal-hal

yang berhubungan dengan yang dikecualikan.

4) Pendapat tidak wajar (Adverse Opinion)

Pendapat tidak wajar menyatakan bahwa laporan keuangan tidak

menyajikan secara wajar posisi keuangan, hasil usaha, dan arus kas entitas

tertentu sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia.

5) Pernyataan tidak memberikan pendapat (Disclaimer of Opinion)

Pernyataan tidak memberikan pendapat menyatakan bahwa

auditor tidak menyatakan pendapat atas laporan keuangan. Opini ini

dikeluarkan ketika auditor tidak puas akan seluruh laporan keuangan yang

disajikan.

f. Bukti Audit

Arens, Elder & Beasley (2014:195) mendefinisikan bukti sebagai setiap

informasi yang digunakan auditor untuk menentukan apakah informasi yang

diaudit dinyatakan sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan. Keputusan

yang dibuat auditor adalah menetukan ketepatan jenis dan jumlah bukti yang

harus dikumpulkan untuk membantu auditor dalam menentukan kewajaran

Penetapan mateialitas dan risiko audit pada PT ABC oleh kantor Akuntan Publik Doli, Bambang, Sulistiyanto, dadang & Ali
Susi Gereselawati
laporan keuangan klien secara keseluruhan. Dalam penentuan bukti ini auditor

biasanya mempertimbangkan:

1) Prosedur audit mana yang akan dilakukan,

2) Ukuran sampel yang dipilih untuk prosedur audit tertentu,

3) Unsur mana yang akan dipilih dari populasi dan

4) Kapan harus melakukan audit.

Jenis-jenis bukti menurut Arens, Elder & Beasley (2014:199) adalah:

1) Pemeriksaan fisik

Pemeriksaan yang dilakukan auditor pada aset berwujud.

Pemerikasaan fisik merupakan salah satu bukti yang paling sering

dikaitkan dengan persediaan dan setara kas, tetapi juga berlaku untuk

verifikasi saham, wesel tagih, dan asset tetap berwujud.

2) Konfirmasi

Konfirmasi juga merupakan bukti yang andal, karena bukti ini

dikeluarkan oleh pihak ketiga yang independen. Namun kekurangannya

adalah biaya yang mahal untuk mendapatkan bukti ini, serta tidak dapat

digunakan dalam setiap kondisi karena seringnya pihak yang diminta

konfirmasi tidak selalu merasa nyaman untukmemberikan informasi yang

dibutuhkan. Untuk pengauditan aset tetap dapat diverifikasi secra memadai

dengan menggunakan dokumentasi dan melakukan pemeriksaan fisik.

3) Dokumentasi

Auditor dapat melakukan pemeriksaan atas dokumen dan ctatan

klien untuk membuktikan suatu informasi. Mendapatkan bukti berupa

dokumen yang melibatkan pihak luar (dokumen eksternal) merupakan

bukti yang lebih andal dibandingkan dokumen internal, terutama ketika

Penetapan mateialitas dan risiko audit pada PT ABC oleh kantor Akuntan Publik Doli, Bambang, Sulistiyanto, dadang & Ali
Susi Gereselawati
pengendalian internal klien dinilai lemah. Prosedur audit yang dilakukan

auditor terkait penggunaan dokumen untuk mendukung perlakuan atas

pencatatan atau jumlah, disebut

4) Prosedur Analitis

Prosedur analitis merupakan prosedur yang sangat penting

dilakukan auditor, yaitu evaluasi informasi keuangan dengan analisis yang

masuk akal antara hubungan data keuangan dan non keuangan.

5) Tanya jawab dengan klien

Bukti ini merupakan jawaban yang diperoleh auditor dari hasil

pertanyaan yang dilontarkan auditor. Namun bukti ini tidak cukup menarik

kesimpulan, dan di butuhkan bukti pendukung lain, karena jawaban yang

dikeluarkan bisa saja bias.

6) Perhitungan ulang

Auditor melakukan perhitungan ulang untuk menguji akurasi

matematis dari perhitungan yang telah dilakukaan klien. Pada audit aset

tetap, umumnya auditor akan melakukan perhitungan ulang atas beban

penyusutan dan membandingkan dengan perhitungan yang dilakukan oleh

klien.

7) Pengerjaan ulang

Pengujian yang dilakukan auditor terhadap prosedur yang

sebelumnya dilakukan oleh klien. Jika perqhitungan ulang difokuskan

pada akurasi matematis, pengerjaan ulang, auditor menguji prosedur-

prosedur lain terkait prosedur pembukuan dan pengendalian klien.

Penetapan mateialitas dan risiko audit pada PT ABC oleh kantor Akuntan Publik Doli, Bambang, Sulistiyanto, dadang & Ali
Susi Gereselawati
8) Pengamatan

Auditor dapat menggunakan seluruh panca indera untuk mengamati

dan menilai aktifitas yang dilakukan klien, contohnya dengan melakukan

kunjungan. Namun risikonya adalah perubahan tingkah laku klien mereka

tahu sedang diamati oleh auditor. Sehingga bukti ini harus dilengkapi

dengan bukti pendukung lain.

g. Asersi Manajemen dan Tujuan Audit

1) Klasifikasi Asersi manajemen

Arens, Elder & Beasley (2014:174) mendefinisikan asersi

manajemen sebagai pernyataan yang tersirat oleh manajemen mengetahui

kelompok-kelompok transaksi dan akun-akun serta pengungkapan dalam

laporan keuangan. Asersi tersebut di klasifikasikan kedalam 4 katagori

yaitu:

a) Eksistensi (existance or occurance)

Asersi mengenai eksistensi atau keberadaan berkaiatan dengan

aktiva, kewajiban serta modal yang tercantum dalam neraca memang

benar-benar ada pada tanggal neraca. Berbagai asersi tentang

eksistensi berkaitan dengan apakah berbagai transaksi yang tercatat

dalam laporan keuangan memang benar-benar terjadi selama periode

akuntansi tersebut.

b) Kelengkapan (completeness)

Asersi mengenai kelengkapan menyatakan bahwa seluruh

transaksi dan akun yang seharusnya disajikan dalam laporan keuangan

telah disajikan secara keseluruhan.

Penetapan mateialitas dan risiko audit pada PT ABC oleh kantor Akuntan Publik Doli, Bambang, Sulistiyanto, dadang & Ali
Susi Gereselawati
c) Penilaian atau alokasi (valluation or allocation)

Asersi ini berkaitan dengan apakah nilai-nilai yang tersaji dalam

akun aset, kewajiban, modal, pendapatan, maupun beban dalam

laporan keuangan merupakan nilai yang tepat.

d) Hak dan kewajiban (right and obligation)

Asersi ini membahas tentang apakah ada waktu tertentu asset

merupakan hak perusahaan dan hutang merupakan kewajiban

perusahaan.

2) Tujuan Audit Terkait Saldo

a) Keberadaan (existance)

Tujuan ini membahas tentang apakah transaksi yang tercatat

memang benar-benar telah terjadi. Pencatuman atas transaksi

pengakuan polis ke dalam buku jurnal pengeluaran kas jika sebenarnya

tidak terjadi merupakan pelanggaran terhadap tujuan keberadaan.

Auditor harus memjastikan bahwa asset tetap yang dicatat perusahaan

benar-benar ada secara fisik lapangan.

b) Kelengkapan (completeness)

Tujuan audit ini menentukan apakah semua nilai-nilai yang

seharusnya dimasukkan kedalam laporan keuangan telah benar-benar di

masukkan. Pada akun aset tetap, seluruh aset tetap yang dimiliki

perusahaan harus tercatat tanpa ada yang terlewat.

c) Akurasi (accuracy)

Tujuan ini membahas tentang akurasi informasi berbagai

transaksi akuntansi. Untuk transaksi pengeluaran kas, dimungkinkan

Penetapan mateialitas dan risiko audit pada PT ABC oleh kantor Akuntan Publik Doli, Bambang, Sulistiyanto, dadang & Ali
Susi Gereselawati
terjadi pelanggaran terhadap tujuan transaksi apabila jika jumlah nilai

premi asuransi yang dibayarkan perusahaan berbeda nilainya antara

nilai yang berada dalm catatan keuangan perusahaan dengan nilai yang

ada pada polis asuransi.

d) Klasifikasi (classification)

Tujuan audit untuk menentukan apakah item yang terdapat

dalam daftar klien telah dimasukan dengan benar dan tepat kedalam

akun buku besar (general ledger). Pada aset tetap, auditor harus

memastikan bahwa klien mengklasifikasikan asset tetap secara benar

terutama terkait klasifikasi asset yang masih dalam pembangunan.

e) Pisah batas (cut-off)

Tujuan audit ini untuk menentukan apakah transaksi telah

dicatat dan dimasukkan kedalam saldo akun pada periode yang tepat.

Sebuah saldo akun dapat menjadi dalah saji, terutama ketika transaksi

tersebut mendekati tanggal neraca. Pada asset tetap, tujuan audit untuk

saldo terkait pisah batas misalnya pengakuan beban penyusutan untuk

setiap tahunnya harus diakui dalam periode yang tepat.

f) Kaitam rinci (detail tie-in)

Tujuan audit ini menekankan bahwa rincian pada daftar telah

disusun secara akurat, dan dijumlahkan dengan benar, serta apakah

memilikijumlah yang sama dengan buku besar. Tujuan audit kaitan

rinci untuk saldo asset tetap misalnya adanya kecocokan antara

pencatatan dalam buku besar dengan daftar asset tetap yang dimiliki

perusahaan.

Penetapan mateialitas dan risiko audit pada PT ABC oleh kantor Akuntan Publik Doli, Bambang, Sulistiyanto, dadang & Ali
Susi Gereselawati
g) Nilai teralisasi (realizeble value)

Tujuan audit ini menekankan apakah nilai asset telah dicatat pada

saldo bersihnya, yaitu saldo akun telah dikurangi dengan penurunan

dari nilai perolehan kenilai terealisasi bersih. Penerapannya pada asset

tetap misalnya dengan memastikan bahwa nilai asset tetap yang

disajikan dalam laporan keuangan merupakan nilai perolehan dikurangi

dengan beban penyusutan setiap tahunnya.

h) Hak dan kewajiban (rights and obligations)

Tujuan ini memastikan bahwa asset harus dimiliki perusahaan

sebelum dapat diakui dan dimasukkan kedalam laporan keuangan, hal

yang sama berlaku kewajiban perusahaan.

3) Tujuan Audit Terkait Penyajian dan Pengungkapan

a) Kejadian dan hak dan kewajiban (occurance and rights and

obligations)

Tujuan ini terkait dengan apakah kejadian yang diungkapkanka

klien benar-benar terjadi, dan apakah atas kejadian tersebut

merupakan hak dan kewajiban dari klien.

b) Pada laporan keuanga Kelengkapan (completeness)

Tujuan yang menentukan apakah semua hal yang seharusnya

diungkapkan telah dimasukan kedalam laporan keuangan tanpa ada

yang terlewat.

Penetapan mateialitas dan risiko audit pada PT ABC oleh kantor Akuntan Publik Doli, Bambang, Sulistiyanto, dadang & Ali
Susi Gereselawati
c) Akurasi dan penilaian (accuracy and valuation)

Tujuan ini menentukan apakah informasi yang diungkapkan

klien dalam laporan keuangan telah diungkapkan secara wajar, dan

apakah jumlah yang dilaporkan telah tepat dan akurat.

d) Klasifikasi dan pemahaman (classification and understandability)

Pada laporan keuangan, klien harus mengklasifikasikan

jumlah-jumlah dengan dan dapat dipahami oleh pengguna laporan

keuangan.

h. Standar Audit

Standar auditing merupakan pedoman audit atas laporan keuangan

historis. Standar auditing terdiri atas sepuluh standar yang ditetapkan dan

disahkan oleh Institut Akuntan Publik Indonesia (IAPI), dan dirinci dalam

bentuk Standar Perikatan Audit (SPA). Dengan demikian SPA merupakan

penjabaran lebih lanjut masing-masing standar yang tercantum di dalam

standar auditing. SPA berisi ketentuan-ketentuan dan pedoman utama yang

harus diikuti oleh Akuntan Publik dalam melaksanakan penugasan audit.

Berikut ini penjabaran dari masing-masing standar yang tercancum dalam

standar auditing :

1) Standar Umum

Audit harus dilakukan oleh seorang atau lebih yang memiliki

keahlian dan pelatihan teknis yang cukup sebagai auditor. Dalam semua

hal ynag berhubungan dengan perikatan, independensi dalam sikap mental

harus dipertahankan oleh auditor. Dalam pelaksanaan audit dan

Penetapan mateialitas dan risiko audit pada PT ABC oleh kantor Akuntan Publik Doli, Bambang, Sulistiyanto, dadang & Ali
Susi Gereselawati
penyusunan laporannya, auditor wajib menggunakan kemahiran

profesionanya dengan cermat dan saksama.

2) Standar pekerjaan lapangan

Pekerjaan harus direncanakan sebaik-baiknya dan jika digunakan

asisten harus disupervisi dengan semestinya. Pemahaman memadai atas

pengendalian intern harus diperoleh untuk merencanakan audit dan

menentukan sifat, saat, dan lingkup pengujian yang akan dilakukan. Bukti

audit kompeten yang cukup harus diperoleh melalui inspeksi, pengamatan,

permintaan keterangan, dan konfirmasi sebagai dasar memadai unutk

menyatakan pendapat atas laporan keuanganyang diaudit .

3) Standar Pelaporan

Laporan auditor harus menyatakan apakah laporan keuangan telah

disusun sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia.

Laporan auditor harus menunjukan atau menyatakan, jika ada,

ketidakkonsistenan penerapan prinsip akuntansi dalam penyusunan laporan

keuangan periode berjalan dibandingkan dengan penerapan prnsip

akuntansi tersebut dalam periode berjalan dibandingkan dengan penerapan

prinsip akuntansi tersebut dalam periode sebelumnya. Pengungkapan

informatif dalam laporan keuangan harus dipandang memadai, kecuali

dinyatakan lain dalam laporan auditor. Laporan auditor harus memuat

suatu pernyataan pendapat mengenai laporan keuangan secara keseluruhan

atau suatu asersi bahwa pernyataan demikian tidak dapat diberikan. Jika

pendapat keseluruhan tidak dapat diberikan, maka alasannya harus

dinyatakan. Dalam hal nama auditor dikaitkan dengan laporan keuangan,

Penetapan mateialitas dan risiko audit pada PT ABC oleh kantor Akuntan Publik Doli, Bambang, Sulistiyanto, dadang & Ali
Susi Gereselawati
maka laporan auditor harus memuat petunjuk yang jelas mengenai sifat

pekerjaan audit yang dilaksanakan, jika ada, dan tingkat tanggung jawab

yang ditanggung oleh auditor.

i. Perencanaan Audit (Audit Planing)

Tiga alasan utama mengapa auditor harus merencanakan penugasan

dengan tepat: untuk memungkinkan auditor mendapatkan bukti yang tepat

yang mencukupi pada situasi yang dihadapi, untuk membantu menjaga biaya

audit tetap wajar, dan untuk menghindarkan kesalahpahaman dengan klien.

Delapan bagian utama dari perencanaan audit adalah : tujuh bagian pertama

ditujukan untuk membantu auditor mengembangkan bagian terakhir, yaitu

perencanaan audit dan program audit yang efektif serta efisien secara

keseluruhan.

2.1 Tabel Perencanaan audit

Menerima klien dan melakukan perencanaan audit awal

menilai risiko bisnis klien

Menilai risiko bisnis klien

Melaksanakan prosedur analitis awal

Menetapkan materialitas dan menilai risiko akseptibilitas audit


serta risiko bawaan (inherent risks)

Memahami pengendalian intern dan menilai risiko


pengendalian

Mengumpulkan informasi untuk menilai risikokecurangan


(fraud risks)

Menyusun seluruh rencana serta program audit

Penetapan mateialitas dan risiko audit pada PT ABC oleh kantor Akuntan Publik Doli, Bambang, Sulistiyanto, dadang & Ali
Susi Gereselawati
2. Materialitas

a. Definisi Materialitas

Menurut Arens, Elder dan Beasley ( 2014 ) mendefinisikan bahwa

materialitas adalah pertimbangan utama dalam menentukan ketepatan laporan

audit yang harus dikeluarkan.

FASB 2 mendefinisikan materialitas sebagai : “Besarnya penghapusan

atau salah saji informasi keuangan dengan memperhitungkan situasinya,

menyebabkan pertimbangan seseorang yang bijaksana mengandalkan

informasi tersebut mungkin akan berubah atau terpengaruh oleh penghapusan

atau salah saji tersebut.”

SA 320 tentang “Materialitas dalam tahap perencanaan dan pelaksanaan

audit” mendefinisikan materialitas pelaksanaan (Performance Materiality)

adalah suatu jumlah yang ditetapkan oleh auditor pada tingkat yang lebih

rendah dari pada materialitas untuk laporan keuangan secara keseluruhan,

untuk mengurangi ke tingkat rendah yang semestinya kemungkinan kesalahan

penyajian tidak dikoreksi dan yang tidak terdeteksi secara agregat melebihi

materialitas untuk laporan keuangna secara keseluruhan. Jika berlaku,

materialitas pelaksanaan dapat ditetapkan oleh auditor pada jumlah yang lebih

rendah dari pada materialitas golongan transaksi, saldo akun atau

pengungkapan tertentu.

Karena bertanggung jawab menentukan apakah laporan keuangan salah

saji secara material, auditor harus, berdasarkan temuan salah saji yang

material, menyampaikan hal itu kepada klien sehingga bisa dilakukan tindakan

koreksi. Bila klien menolak untuk mengoreksi laporan keuangan itu, auditor

Penetapan mateialitas dan risiko audit pada PT ABC oleh kantor Akuntan Publik Doli, Bambang, Sulistiyanto, dadang & Ali
Susi Gereselawati
harus mengeluarkan pendapat wajar dengan pengecualian atas pendapat tidak

wajar, tergantung pada seberapa material salah saji tersebut.

b. Langkah-Langkah dalam Menerapkan Materialitas

Arens, Elder dan Beasley (2014) menyebutkan bahwa langkah-langkah dalam

menerapkan Materialitas adalah sebagai berikut :

a) Merencanakan luas pengujian

1) Menetapkan pertimbangan pendahuluan tentang materialitas.

SA 312 mengharuskan auditor memutuskan jumlah salah saji

gabungan dalam laporan keuangan, akan mereka anggap material

pada awal audit ketika sedang mengembangkan strategi audit secara

keseluruhan. Keputusan ini disebut pertimbangan pendahuluan

tentang materialitas.

Pertimbangan pendahuluan tentang materialitas adalah jumlah

maksimum membuat auditor yakin bahwa laporan keuangan akan

salah saji tetapi tidak mempengaruhi keputusan para pemakai yang

bijaksana.

Auditor menetapkan pertimbangan pendahuluan tentang

materialitas untuk membantu merencanakan pengumpulan bukti

tepat. Semakin rendah nilai uang pertimbangan pendahuluan ini,

semakin banyak bukti audit yang dibutuhkan.

Selama pelaksanaan audit, auditor sering mengubah

pertimbangan pendahuluan tentang materialitas. Hal ini bisa disebut

sebagai pertimbangan tentang materialitas yang direvisi. Auditor

mungkin akan melakukan revisi karena adanya perubahan dalam salah

Penetapan mateialitas dan risiko audit pada PT ABC oleh kantor Akuntan Publik Doli, Bambang, Sulistiyanto, dadang & Ali
Susi Gereselawati
satu faktor yang digunakan untuk menentukan pertimbangan

pendahuluan; karena auditor memutuskan bahwa pertimbangan

pendahuluan terlalu besar atau terlalu kecil.

Beberapa faktor akan mempengaruhi pertimbangan pendahuluan

auditor tentang materialitas untuk seperangkat laporan keuangan

tertentu. Faktor terpenting adalah :

1. Materialitas adalah konsep bersifat relatif ketimbang absolut.

Salah saji dalam jumlah tertentu mungkin saja material bagi

perusahaan kecil, tetapi dapat saja tidak material bagi perusahaan

besar.

2. Dasar diperlukan untuk mengevaluasi materialitas.

Laba bersih sebelum pajak sering kali menjadi dasar utama untuk

menentukan berapa jumlah material bagi perusahaan yang

berorientasi laba, karena jumlah ini dianggap sebagai item

informasi yang penting bagi para pemakai. Dasar utama lainnya

meliputi penjualan bersih, laba kotor, serta total aktiva atau aktiva

bersih.

3. Faktor-faktor kualitatif juga mempengaruhi materialitas.

Jenis salah saji tertentu mungkin akan lebih penting bagi para

pemakai dibandingkan salah saji lainnya, sekalipun nilai dolarnya

sama.

a. Jumlah yang melibatkan kecurangan biasanya dianggap lebih

penting daripada kesalahan tidak disengaja dengan nilai

dolar sama;

Penetapan mateialitas dan risiko audit pada PT ABC oleh kantor Akuntan Publik Doli, Bambang, Sulistiyanto, dadang & Ali
Susi Gereselawati
b. Salah saji yang sebenarnya kecil bisa menjadi material jika

ada konsekuensi mungkin timbul dari kewajiban kontraktual;

c. Salah saji yang sebenarnya tidak material dapat saja menjadi

material jika mempengaruhi tren laba.

2) Mengalokasikan pertimbangan pendahuluan tentang materialitas ke

segmen-segmen.

Alokasi pertimbangan pendahuluan tentang materialitas ke

segmen-segmen perlu dilakukan karena auditor mengumpulkan bukti

per segmen dan bukan untuk laporan keuangan secara keseluruhan.

Hal ini akan membantu auditor dalam memutuskan bukti audit yang

tepat harus dikumpulkan.

Sebagian besar praktisi mengalokasikan materialitas ke akun-

akun neraca dan bukan ke akun-akun laporan laba rugi, karena

kebanyakan salah saji dalam laporan laba rugi memiliki pengaruh

yang sama terhadap neraca akibat digunakannya sistem pembukuan

double-entry.

Ketika auditor mengalokasikan pertimbangan pendahuluan

tentang materialitas ke saldo akun, materialitas yang dialokasikan ke

saldo akun tertentu itu disebut dalam SA 312 sebagai salah saji dapat

ditoleransi.

Auditor menghadapi tiga kesulitan utama dalam

mengalokasikan materialitas pada akun-akun neraca :

1. Auditor memperkirakan akun-akun tertentu mengandung lebih

banyak salah saji dibandingkan akun-akun lainnya;

2. Baik lebih saji maupun kurang saji harus dipertimbangkan;

Penetapan mateialitas dan risiko audit pada PT ABC oleh kantor Akuntan Publik Doli, Bambang, Sulistiyanto, dadang & Ali
Susi Gereselawati
3. Biaya audit relatif mempengaruhi pengalokasian ini.

b) Mengevaluasi hasil-hasil

1) Mengestimasi total salah saji dalam segmen.

Pada saat auditor melaksanakan sejumlah prosedur audit bagi setiap

segmen audit, maka kertas kerja haruslah dipelihara untuk mencatat

semua salah saji yang diketemukan. Berbagai salah saji ini

dipergunakan untuk melakukan estimasi atas total salah saji yang

terkandung dalam persediaan.

2) Estimasi salah saji tersebut dihitung berdasarkan uji-uji audit

sebenarnya, Salah satu cara untuk menghitung estimasi salah saji adalah

dengan membuat suatu proyeksi langsung dari sampel yang ada pada

populasi, serta dengan menambahkan suatu estimasi atas sampling

error.

3) Metodologi sampling disediakan untuk penentuan suatu gabungan

sampling error akan membuat nilai salah saji maksimum ini akan

masuk dalam pertimbangan auditor.

4) Memperkirakan salah saji gabungan.

5) Membandingkan salah saji gabungan dengan pertimbangan

pendahuluan atau direvisi tentang materialitas.

c. Penentuan Materialitas dan Materialitas Pelaksanaan dalam

Perencanaan Audit ( SA 320.4 )

Pada saat menetapkan strategi audit secara keseluruhan, auditor harus

menentukan materialitas untuk laporan keuangan secara keseluruhan. Jika

Penetapan mateialitas dan risiko audit pada PT ABC oleh kantor Akuntan Publik Doli, Bambang, Sulistiyanto, dadang & Ali
Susi Gereselawati
dalam kondisi spesifik entitas, terdapat satu atau lebih golongan transaksi,

saldo akun atau pengungkapan tertentu yang mengandung kesalahan

penyajian jumlahnya lebih rendah daripada materialitas laporan keuangan

secara keseluruhan diperkirakan secara masuk akal akan mempengaruhi

keputusan ekonomi yang dibuat oleh para pengguna berdasarkan laporan

keuangan tersebut, maka auditor harus menetapkan materialitas yang akan di

terapkan terhadap golongan transaksi, saldo akun atau pengungkapan tertentu

tersebut.

Auditor harus menetapkan materialitas pelaksanaan untuk menilai

risiko kesalahan penyajian material dan menentukan sifat, saat dan luas

prosedur lanjutan.

Penggunaan tolok ukur dalam menentukan materialitas untuk laporan

keuangan secara keseluruhan :

Penentuan materialitas membutuhkan penggunaan pertimbangan profesional.

Sebagai langkah awal dalam menentukan materialitas untuk laporan

keuangan secara keseluruhan, prsentase tertentu seringkali di terapkan pada

suatu tolok ukur telah dipilih. Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi

proses identifikasi suatu tolok ukur tepat mencangkup :

a) Unsur-unsur laporan keuangan.

b) Apakah terdapat unsur-unsur yang menjadi perhatian khusus para

pengguna laporan keuangan suatu entitas tertentu

c) Sifat entitas, posisi entitas dalam siklus hidupnya, dan industri serta

lingkugan ekonomi yang didalamnya entitas tersebut beroprasi.

d) Struktur kepemilikan dan pendapatan entitas.

e) Fluktuasi relatif tolok ukur tersebut.

Penetapan mateialitas dan risiko audit pada PT ABC oleh kantor Akuntan Publik Doli, Bambang, Sulistiyanto, dadang & Ali
Susi Gereselawati
3. Risiko Audit

a. Definisi Risiko Audit

SA 320 mendefinisikan bahwa risiko audit adalah risiko bahwa auditor

menyatakan opini tidak tepat ketika terdapat kesalahan penyajian material

dalam laporan keuangan.

Menurut SA Seksi 312 Risiko Audit dan Materialitas dalam Pelaksanaan

Audit, “Risiko Audit adalah risiko terjadi dalam hal auditor, tanpa disadari,

tidak memodifikasi pendapatnya sebagaimana mestinya, atas suatu laporan

keuangan mengandung salah saji material”.

Risiko dalam auditing berarti bahwa auditor menerima suatu tingkatan

ketidakpastian tertentu dalam pelaksanaan audit. Auditor menyadari, misalnya,

bahwa ada ketidakpastian mengenai kompetensi bahan bukti, efektif struktur

pengendalian intern klien, dan ketidakpastian apakah laporan keuangan

memang telah tersaji secara wajar setelah audit selesai.

Seorang auditor yang efektif menyadari bahwa risiko-risiko ada dan akan

menangani dengan sepantasnya. Kebanyakan dari risiko tersebut sukar diukur

dan memerlukan penanganan yang hati-hati dan seksama. Misalkan, kalau

auditor menyadari bahwa bidang industri sebuah klien mengalami perubahan

teknologi besar-besaran, tidak saja mempengaruhi klien tadi, tapi juga

pelanggannya.Ini akan menyebabkan usangnya persediaan klien,

mempengaruhi kolektibilitas piutang usaha, bahkan dapat mempengaruhi

Penetapan mateialitas dan risiko audit pada PT ABC oleh kantor Akuntan Publik Doli, Bambang, Sulistiyanto, dadang & Ali
Susi Gereselawati
kesinambungan usahanya. Bagaimana auditor menangani risiko-risiko ini

dengan pantas adalah sangat penting dalam menjaga mutu suatu audit.

b. Konsep Risiko Audit

Auditor menerima beberapa tingkat risiko atau ketidakpastian dalam

melaksanakan fungsi audit. Sebagai contoh, auditor mengakui ketidakpastian

melekat tentang ketepatan bukti, ketidakpastian tentang keefektifan

pengendalian internal klien, serta ketidakpastian tentang apakah laporan

keuangan telah disajikan secara wajar ketika audit selesai dilakukan.

c. Model Risiko Audit

Auditor menangani risiko dalam merencanakan pengumpulan bukti audit

terutama dengan menerapkan model risiko audit. Model risiko audit membantu

auditor memutuskan seberapa banyak dan jenis bukti apa yang harus

dikumpulkan dalam setiap siklusnya.

PDR = AAR

IR x CR

Dimana :

PDR = Planed Detection Risk (Risiko penemuan direncanakan)

AAR = Accceptable Audit Risk (Risiko audit dapat diterima)

IR = Inherent Risk (Risiko bawaan)

CR = Control Risk (Risiko pengendalian)

Penetapan mateialitas dan risiko audit pada PT ABC oleh kantor Akuntan Publik Doli, Bambang, Sulistiyanto, dadang & Ali
Susi Gereselawati
d. Komponen-kompnen dalam Model risiko audit

1) Risiko Penemuan yang direncanakan (Planned Detection Risk)

Risiko Penemuan yang direncanakan (Planned Detection Risk)

adalah risiko bahwa bukti audit untuk suatu segmen akan gagal

mendeteksi salah saji yang melebihi salah saji yang dapat ditoleransi.

Risiko deteksi yang direncanakan tergantung pada tiga faktor lain dalam

model risiko audit. Risiko ini akan berubah hanya jika auditor mengubah

salah satu dari faktor-faktor model risiko. Risiko deteksi yang

direncanakan menentukan jumlah bukti substantif yang direncanakan

akan dikumpulkan auditor, besarnya berlawanan dengan risiko deteksi

yang direncanakan. Kalau nilai risiko penemuan direncanakan

diperkecil, auditor harus mengumpulkan bahan bukti lebih banyak dalam

audit.

2) Risiko Bawaan ( Inherent Risk )

Risiko Bawaan ( Inherent Risk ) mengukur penilaian auditor atas

kemungkinan adanya salah saji (kekeliruan atau kecurangan) material

dalam segmen, sebelum memperhitungkan keefektifan pengendalian

internal. Risiko inheren berbanding terbalik dengan risiko deteksi

direncanakan dan bersifat langsung dengan bukti.

a) Menilai Risiko Bawaan

Masuknya risiko bawaan dalam model risiko audit

merupakan slah satu konsep penting dalam pengauditan. Hal ini

mengimplikasikan bahwa auditor harus mencoba untuk memprediksi

bagian mana kemungkinan terdapat salah saji dalam laporan

Penetapan mateialitas dan risiko audit pada PT ABC oleh kantor Akuntan Publik Doli, Bambang, Sulistiyanto, dadang & Ali
Susi Gereselawati
keuangan. Informasi ini memengaruhi jumlah bukti yang akan

dikumpulkan auditor, penugasan staf dan penelaahan dokumentsi

audit.

Pada awal audit tidak banyak bisa diperbuat untuk mengubah

risiko bawaan. Di bawah ini fakto-faktor utama yang harus ditelaah

dalam menetapkan risiko bawaan :

1) Sifat Usaha Bidang Klien

2) Integritas Manajemen

3) Motivasi Klien

4) Hasil Audit Sebelumnya.

5) Penugasan Pertama atau Penugasan Ulang

6) Hubungan Istimewa

7) Transaksi Tidak rutin

8) Pertimbangan yang Diperlukan Untuk Mencatat Saldo dan

Transaksi Secara Benar

9) Kerentanan Terhadap Kecurangan

10) Unsur-unsur Populasi

b) Penetapan Risiko Bawaan

Auditor harus mengevaluasi faktor-faktor diatas dan

memutuskan tingkat risiko bawaan yang pantas untuk setiap siklus,

akun dan seringkali untuk setiap tujuan audit. Walaupun profesi

auditing tidak membuat pedoman atau norma penetapan risiko

bawaan, dipercaya bahwa kebanyakan auditor mengambil langkah

konservatif dalam penetapannya. Bila dalam audit atas persedian

auditor menemukan bahwa;

Penetapan mateialitas dan risiko audit pada PT ABC oleh kantor Akuntan Publik Doli, Bambang, Sulistiyanto, dadang & Ali
Susi Gereselawati
1) Sejumlah besar saah saji ditemukan pada audit sebelumnya dan

2) Perputaran persediaan lambat pada tahun berjalan.

Kebanyakan auditor dalam kondisi ini akan menetapkan risiko

bawaan yang tinggi(100%) untuk tiap tujuan audit berhubungan

dengan persediaan.

c) Mendapatkan Informasi untuk Menentukan Risiko Bawaan

Auditor mulai menetapkan risiko bawaan selama tahap

perencanan dan memutakhirkan penetapan disepanjang audit. Pada

saat auditor melaksanakan berbagai pengujian audit, informasi

tambahan yang diperoleh seringkali mempengaruhi penetapan awal.

3) Risiko Pengendalian ( Control Risk )

Risiko Pengendalian ( Control Risk ) adalah ukuran penilaian

auditor mengenai apakah salah saji yang melebihi jumlah yang dapat

ditoleransi dalam suatu segmen akan dicegah atau terdeteksi secara

tepat waktu oleh pengendalian internal kien.

Risiko pengendalian mengandung unsur

1) Penetapan apakah struktur pengendalian internal klien cukup

efektif untuk mendeteksi atau mencegah kekeliruan, Dan

2) Keinginan auditor untuk membuat penetapan tersebut dibawah nilai

maksimum (100%) dalam rencana audit.

Seperti risiko bawaan, hubungan risiko pengendalian dengan

risiko penemuan adalah berbanding terbalik, sementara dengan bahan

bukti adalah bebanding lurus.

Penetapan mateialitas dan risiko audit pada PT ABC oleh kantor Akuntan Publik Doli, Bambang, Sulistiyanto, dadang & Ali
Susi Gereselawati
Sebelum auditor dapat menetapkan tingkat risiko pengendalian

lebih kecil dari 100% ia harus melakukan 3 hal :

1) Memperoleh pemahaman mengenai struktur pengendalian internal

klien,

2) Mengevaluasi seberapa baik struktur tersebut seharusnya berfungsi

berdasasrkan pemahaman yang diperoleh, dan

3) Melakukan pengujian atas efektifitas pengendalian.

Hal pertama berhubungan dengan menumbukan pemahaman

terhadap perusahana klien yang diperlukan untuk keseluruhan audit.

Dua lainnya adalah langkah menetapkan risiko pengendalian harus

diambil jika auditor menginginkan untuk menetapkan angka risiko

pengendalian dibawah maksimum. Bila auditor memilih untuk tidak

menetapkan risiko pengendalian dibawah nilai maksimumnya, risiko

pengendalian harus dicatat 100% tanpa melihat efektifitas aktual

struktur pengendalian internnya. (dengan asumsi risiko bawaan tinggi).

4) Risiko Audit yang Dapat Diterima (Acceptable Audit Risk )

Risiko Audit yang Dapat Diterima (Acceptable Audit Risk ) adalah

ukuran kesediaan auditor untuk menerima bahwa laporan keuangan

mungkin mengandung salah saji yang material setelah audit selesai, dan

pendapat wajar tanpa pengecualian telah dikeluarkan. Seringkali auditor

menggunakan istilah keyakinan audit, keyakinan menyeluruh, atau

tingkatan keyakinan,adalah istilah risiko audit dapat diterima.

a) Menilai Risiko Audit yang Dapat Diterima

Auditor harus menyelidiki kondisi klien dan menilai faktor-

faktor dapat mempengaruhi derajat ketergantungan pemakai

Penetapan mateialitas dan risiko audit pada PT ABC oleh kantor Akuntan Publik Doli, Bambang, Sulistiyanto, dadang & Ali
Susi Gereselawati
ekstern terhadap laporan, kemungkinan kegagalan keuangan

setelah audit selesai, dan integritas manajemen. Demikian pula,

prosedur analitis pendahuluan berguna untuk mengevaluasi

kemungkinan perusahaan mengalami kesulitan keuangan.

berdasarkan penyelidikan dan penetapan ini, auditor akan dapat

menentukan risiko audit dapat diterima tentatif dan sangat

subjektif bahwa laporan keuangan akan berisi salah saji material

setelah audit selesai.

b) Mengubah Risiko Usaha atau Risiko Audit yang Dapat

Diterima Karena Usaha

Risiko usaha adalah tingkat risiko bahwa auditor atau kantor

akuntan publik akan menderita kerugian yang diakibatkan

hubungan dengan klien, walaupun laporan audit yang diberikan

sudah pantas. Tingkat ketergantungan pemakai pada laporan

keuangan

Kalau pemakai memiliki ketergantungan yang besar pada

laporan keuangan, dengan sendirinya risiko audit perlu diperkecil.

Beberapa faktor dapat dijadikan petunjuk tingkat ketergantungan

pemakai pada suatu laporan keuangan :

1) Ukuran perusahan klien.

2) Distribusi kepemilikan,

3) Jumlah dan sifat kewajiban perusahaan

Kemungkinan akan adanya kesulitan keuangan klien yang

timbul setelah laporan audit diterbitkan, bila klien terpaksa

Penetapan mateialitas dan risiko audit pada PT ABC oleh kantor Akuntan Publik Doli, Bambang, Sulistiyanto, dadang & Ali
Susi Gereselawati
dinyatakan pailit setelah audit selesai, besar kemungkinan auditor

akan diminta untuk mempertahankan kualitas audit yang

dilaksanakan.

Sulit bagi auditor untuk meramalkan kesulitan keuangan

sebelum benar-benar terjadi, namun beberapa indikator dapat

dicatat:

1) Posisi likuiditas

2) Laba(rugi) tahun sebelumnya

3) Metode pertumbuhan pembiayaan

4) Sifat operasi klien

5) Kompetensi manajemen

6) Evaluasi auditor atas integritas manajemen

c) Menetapkan Risiko Audit yang Dapat Diterima

Auditor harus menyelidiki kondisi klien dan menilai faktor-

faktor yang dapat mempengaruhi derajat ketergantungan pemakai

ekstern terhadap laporan, kemungkinan kegagalan keuangan

setelah audit selesai, dan integritas manajemen. Demikian pula,

prosedur analitis pendahuluan berguna untuk mengevaluasi

kemungkinan perusahaan mengalami kesulitan keuangan.

berdasarkan penyelidikan dan penetapan ini, auditor akan dapat

menentukan risiko audit yang dapat diterima tentatif dan sangat

subjektif bahwa laporan keuangan akan berisi salah saji material

setelah audit selesai

Penetapan mateialitas dan risiko audit pada PT ABC oleh kantor Akuntan Publik Doli, Bambang, Sulistiyanto, dadang & Ali
Susi Gereselawati
e. Menilai Risiko Kecurangan

Untuk memenuhi standar audit, lebih penting bagi auditor untuk

menilai risiko dan memberikan respon kepadanya daripada hanya

mengidentifikasikan mereka sebagai risiko akseptibilitas audit, risiko inheren

atau risiko pengendalian. Untuk menilai risiko kecurangan, auditor

mengumpulkan informasi untuk menentukan luasnya keberadaan kondisi

kecurangan. Tiga kondisi yang pada umumnya sering muncul saat salah saji

yang disebabkan oleh kecurangan adalah

1) Insentif atau tekanan

2) Kesempatan

3) Perilaku/ rasionalisasi

Untuk menilai luas dimana ketiga kondisi kecurangan ini hadir, auditor harus

mempertimbangkan berikut ini :

1) Factor risiko khusus yang berhubungan dengan pelaporan keuangan yang

curang dan penyalahgunaan aktiva

2) Semua informasi yang diperoleh mengenai perusahaan dan industrinya

3) Respon pertanyaan auditor dari manajemen tentang pandangan mereka

tentang risiko kecurangan serta tentang program dan pengendalian untuk

membahasnya.

4) Hasil prosedur analitis yang diperoleh selama perencanaan menunjukan

kemungkinan tidak jujur

5) Pengetahuan yang diperoleh melalui hal seperti penerimaan klien dan

keputusan retensi.

Penetapan mateialitas dan risiko audit pada PT ABC oleh kantor Akuntan Publik Doli, Bambang, Sulistiyanto, dadang & Ali
Susi Gereselawati
Saat salah saji akibat kecurangan teridentifikasi, maka auditor dapat

meresponnya dengan 3 (tiga) cara :

1) Merancang dan melakukan prosedur audit untuk mengarah kepada

risiko kecurangan teridentifikasi

2) Mengubah keseluruhan perilaku dari audit untuk merespon risiko

kecurangan teridentifikasi

3) Melakukan prosedur untuk mengarahkan risiko manajemen menguasai

control.

f. Prosedur Penilaian Risiko

Prosedur audit yang dilaksanakan untuk memperoleh suatu

pemahaman tentang entitas dan lingkungannya, termasuk pengendalian

internal entitas, untuk mengidentifikasi dan menilai risiko kesalahan

penyajian material, apakah karena kecurangan atau kesalahan, pada tingkat

laporan keuangan dan asersi. Auditor harus melaksanakan prosedur

penilaian risiko untuk menyediakan suatu dasar bagi pengidentifikasian dan

penilaian risiko kesalahan

g. Hubungan antar Risiko dengan Bukti Audit dan Faktor –faktor

Mempengaruhi Risiko

Ada hubungan yang searah antara bukti audit dengan risiko bawaan

dan begitu pula dengan risiko pengendalian. Hubungan searah juga terjadi

antara risiko akseptibilitas audit dengan risiko deteksi terencana. Sebagai

tambahan untuk memodifikasi bukti audit, ada dua cara lainnya dimana

auditor bisa mengubah audit untuk merespon usaha misalnya :

Penetapan mateialitas dan risiko audit pada PT ABC oleh kantor Akuntan Publik Doli, Bambang, Sulistiyanto, dadang & Ali
Susi Gereselawati
1) Perjanjian itu mungkin membutuhkan staff lebih berpengalaman

2) Perjanjian akan ditelaah kembali lebih teliti daripada biasanya.

Ada batasan utama dalam penerapan model risiko yaitu kesulitan

pengukuran berbagai komponen model. Untuk mengimbanginya, para

auditor mempergunakan istilah-istilah pengukuran lebar dan subyektif

seperti tinggi, sedang dan rendah.

h. Mengevaluasi Hasil

Setelah auditor melakukan perencanaan penugasan dan

mengumpulkan bukti audit, hasil audit dapat dinyatakan pula dalam

sejumlah istilah dari versi evaluasi atas model risiko audit. Model risiko

audit untuk mengevaluasi risiko audit dinyatakan sebagai berikut :

ACAR= IR x CR x ACDR

Dimana :

ACAR = Achieved audit Risk, sutau pengukuran risiko yang dilakukan oleh

auditor dan menyatakan bahwa suatu akun dalam laporan keuangan

mengandung salah saji yang material setelah auditor melakukan

pengumpulan bukti audit.

IR = Inherent Risk ( risiko bawaan)

CR = Control Risk ( risiko pengendalian)

ACDR = Achieved detection Risk (risiko deteksi tercapai)

Penetapan mateialitas dan risiko audit pada PT ABC oleh kantor Akuntan Publik Doli, Bambang, Sulistiyanto, dadang & Ali
Susi Gereselawati
Formula ini menunjukan bahwa terdapat tiga cara untuk mengurangi

tingkat risiko audit yang tercapai hingga mencapai tingkat risiko yang dapat

diterima.

1) Mengurangi tingkat risiko inheren

2) Mengurangi tingkat risiko pengendalian

3) Mengurangi tingkat risiko deteksi yang tercapai dengan

meningkatkan uji-uji yang substantive.

Penggabungan ketiga jenis factor ini dilakukan secara subyektif

untuk mencapai tingkat risiko audit yang dapat diterima yang rendah

membutuhkan pertimbangan professional yang matang.

i. Merevisi Risiko-risiko dan Bukti Audit

Perhatian yang cermat harus diberikan dalam melakukan revisi atas

factor-faktor risiko ketika hasil audit yang secara actual diperoleh tidak

sesuai dengan direncanakan sebelumnya. Tidak terjadinya kesullitan

apapun pada saat auditor mengumpulkan bukti audit yang direncanakan

serta menyimpulkan bahwa penilaian atas setiap risiko tersebut telah wajar

atau lebih baik daripada pemikiran pertama kali. Kemudian auditor akan

menimpulkan bahwa bukti audit yang cukup kompeten berhasil

dikumpulkan untuk akun atau siklus tertentu.

Dalam kondisi seperti ini, auditor harus melakukan pendekatan dengan dua

langkah sebagai berikut:

1) Auditor harus merevisi penilaian awal tentang tingkat risiko tepat.

Penetapan mateialitas dan risiko audit pada PT ABC oleh kantor Akuntan Publik Doli, Bambang, Sulistiyanto, dadang & Ali
Susi Gereselawati
2) Audiotr harus mempertimbangkan pengaruh revisi tersebut tehadap

kebutuhan akan bukti audit, tanpa mempergunakan model risiko audit.

Auditor harus melakukan evluasi dengan sangat hati-hati atas

implikasi-implikasi yang akan diperoleh dari revisi risiko serta melakukan

modifikasi bukti audit tepat, tanpa menggunakan model risiko audit.

B. Perumusan Masalah dalam Pelaksanaan Praktik Kerja Lapangan

Perumusan masalah dalam pelaksanaan praktek kerja lapangan yaitu

bagaimana Kantor Akuntan Publik Doli, Bambang, Sulistiyanto, Dadang & Ali

menetapkan materialitas dan risiko audit pada PT ABC.

Penetapan mateialitas dan risiko audit pada PT ABC oleh kantor Akuntan Publik Doli, Bambang, Sulistiyanto, dadang & Ali
Susi Gereselawati

Anda mungkin juga menyukai