Anda di halaman 1dari 15

TUGAS MANDIRI

MANAJEMEN INVESTASI

SAHAM-SAHAM YANG PERNAH MELAKUKAN BUYBACK

DISUSUN OLEH :

NAMA : SANTI M SIMANJUNTAK

NPM : 190910230

DOSEN : DARIS PURBA, S.E.I, M.S.I

TAHUN AJARAN : 2021-2022

PROGRAM STUDI MANAJEMEN


FAKULTAS HUMANIORA
UNIVERSITAS PUTERA BATAM
2022
KATA PENGANTAR

S egal a puj i syukur ki t a panj at kan kepada Tuhan YME at as berkat dan
anugrahN ya makalah ini dapat terselesaikan dengan tepat waktu dan sesuai dengan yang
ditentukan oleh dosen pengampu.Saya berharap makalah yang telah saya buat dapat berguna
untuk menambah wawasan dan pengetahuan bagi yang membacanya.
Saya menyadari masih sangat banyak kekurangan dalam penulisan makalah ini, tidak terlepas
bantuan dari berbagai pihak yang terlibat didalam penulisan makalah ini.
Dalam penulisan makalah ini saya mengambil tema ANALISA SAHAM-SAHAM YANG
PERNAH MELAKUKAN BUYBACK yang tidak terlepas dengan keadaan Indonesia di masa
sekarang yang terlihat dengan kesan sedang memburuk, oleh karena itu saya mengharapakan
bentuk kritik dan saran dari berbagai pihak. Semoga makalah ini dapat diterima dengan baik.

Batam, 29 Desember 2021

Santi M Simanjuntak
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................................................................. 2


DAFTAR ISI................................................................................................................................................. 3
BAB I ............................................................................................................................................................ 4
PENDAHULUAN ........................................................................................................................................ 4
1.1 Latar Belakang .................................................................................................................................... 4
1.2 Rumusan Masalah ............................................................................................................................... 7
1.3 Tujuan Penelitian ................................................................................................................................ 7
1.4 Manfaat Penelitian .............................................................................................................................. 7
BAB II........................................................................................................................................................... 8
TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................................................................... 8
2.1 PT JASA MARGA Tbk ...................................................................................................................... 8
2.2 PT PP Tbk ........................................................................................................................................... 9
2.3 PT Aneka Tambang Tbk ..................................................................................................................... 9
2.4 PT Bank Rakyat Indonesia................................................................................................................ 10
2.5 PT Bukit Asam Tbk .......................................................................................................................... 10
2.6 PT Bank Negara Indonesia ............................................................................................................... 11
2.7 PT Medco Energi Internasional Tbk (MEDC) .................................................................................. 12
BAB III ....................................................................................................................................................... 13
PENUTUP .................................................................................................................................................. 13
3.1 KESIMPULAN ................................................................................................................................. 13
3.2. SARAN ............................................................................................................................................ 13
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................................. 15
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Dalam dunia pasar modal, emiten atau perusahaan yang go public sering melakukan aksi
korporasi untuk meningkatkan kinerja masa depan. Aksi korporasi (corporate action) adalah
tindakan yang diambil oleh perusahaan, yang dapat berdampak terhadap kepemilikan saham
investor atau harga sahamnya itu sendiri (May, 2017). Aksi korporasi yang dapat dilakukan oleh
perusahaan sangat beragam, karena sesuai dengan maksud dan tujuan emiten itu sendiri.
Buyback merupakan salah satu bentuk dari aksi korporasi emiten. Buyback adalah proses
pembelian kembali saham yang beredar di publik (outstanding share) oleh perusahaan. Aksi
buyback mengakibatkan berkurangnya saham yang beredar di publik, sehingga buyback sering
direspon positif oleh para investor dan mengakibatkan harga saham naik (May, 2017). Menurut
(J. Fred Weston, Mark L. Mitchell, 2004) Metode buyback dapat dilakukan melalui proses tender
offer, open market, negosiasi (dutch auction). Perusahaan harus mengumumkan
informasiinformasi penting yang harus diketahui publik terkait buyback saham, informasi
tersebut antara lain: harga saham, besarnya presentase kepemilikan yang akan dibeli serta jangka
waktu buyback saham. Pada Agustus 2013, IHSG turun hingga 23,91% atau mulai dari 5.214,98
menjadi 3.967,84 poin sejak 20 mei hingga 27 Agustus 2013. Kondisi ini diperburuk dengan
tekanan global dan domestik yang masih berlanjut, kemudian dianggap sebagai kondisi lain yang
memperbolehkan dilakukannya buyback saham. 2 Langkah awal untuk menanggulangi dampak
krisis di pasar modal, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mengeluarkan peraturan nomor
2/POJK.04/2013. Peraturan ini berisi tentang pembelian kembali saham yang dikeluarkan oleh
emiten atau perusahaan publik dalam kondisi pasar yang befluktuasi secara signifikan. Di tahun
2015, kondisi perekonomian global mengalami perlambatan yang mengakibatkan kondisi
perekonomian ikut mengalami perlambatan. IHSG turun sebesar 25,39% mulai dari 5.523,29
menjadi 4120,50 poin terhitung 7 April 2015 hingga 28 September 2015 Hal ini berdampak
dengan munculnya tekanan pada perdagangan saham di Bursa Efek Indonesia. Sebagai tindak
lanjut tersebut, OJK mengeluarkan Surat Edaran OJK 21 Agustus 2015, Nomor
22/SEOJK.04/2015 tentang “Kondisi lain sebagai Kondisi Pasar yang Berfluktuasi Secara
Signifikan dalam Pelaksanaan Pembelian Kembali Saham yang Dikeluarkan oleh Emiten atau
Perusahaan Publik”. Pada saat kondisi pasar berpotensi krisis maka perusahaan diperbolehkan
melakukan buyback tanpa terlebih dahulu melakukan RUPS sebesar maksimal 20% dari modal
setoran. Adanya peraturan terkait buyback saham yang terus diperbahurui, menandakan bahwa
aksi korporasi buyback (pembelian kembali saham) merupakan sebuah alternatif kebijakan yang
perlu diperhatikan oleh emiten. Pada saat krisis, aksi buyback saham menjadi sebuah kebijakan
yang dapat digunakan untuk mengurangi dampak pasar yang berfluktuasi secara signifikan.
Peraturan buyback semakin dipermudah mengakibatkan bertambahnya jumlah perusahaan yang
ingin maupun telah melakukan buyback saham. 3 Gambar 1.1 Jumlah Perusahaan Buyback
Tahun 2012-2016 Hasil dari diagram tersebut dapat dikatakan bahwa tiap tahun perusahaan yang
melakukan buyback saham selalu ada, entah saat krisis maupun tidak. Tentu saja, alasan yang
dilakukan perusahaan dalam melakukan aksi korporasi buyback juga berbeda-beda. Harga saham
yang terlalu murah (undervalued) dari harga wajar, entah karena dari penurunan keuntungan,
kondisi ekonomi yang buruk, hal yang lain merupakan salah satu alasan yang paling sering
dilontarkan pihak emiten yang akan melakukan buyback saham (Atmaja, 2016). Maka dari itu,
Investor juga harus mengetahui apa motif dari emiten melakukan aksi buyback saham . Hal
tersebut berguna bagi investor/calon investor untuk dijadikan keputusan investasi dalam menilai
suatu emiten dalam aksi korporasinya. Menurut (Dittmar, 2000) banyak alasan yang mendasari
perusahaan dalam melakukan buyback. Perusahaan bisa melakukan buyback sebagai bentuk
substitusi dari pembayaran dividen. Perusahaan bisa juga melakukan buyback karena merasa
bahwa saham mereka undervalued dan aksi buyback bisa membantu perusahaan 2012 2013 2014
2015 2016 Jumlah Perusahaan Melakukan Buyback Saham 8 26 8 21 16 8 26 8 21 16 0 5 10 15
20 25 30 Perusahaan Buyback Tahun 2012 - 2016 4 dalam meningkatkan nilai saham
perusahaan. Modal atau kas perusahaan yang berlebih juga menjadi salah satu alasan perusahaan
melakukan buyback. Selain itu, ukuran perusahaan serta rasio leverage perusahaan juga dapat
menjadi motif perusahaan dalam melakukan buyback. Kebijakan dividen merupakan hal yang
penting bagi perusahaan karena terkait dengan bagaimana perusahaan memakmurkan pemegang
saham. Perusahaan harus memiliki kebijakan terkait seberapa besar presentase laba yang
dibagikan untuk pemegang saham dan presentase laba yang digunakan untuk kepentingan
investasi perusahaan. Presentase laba yang dibagikan kepada pemegang saham tersebut dapat
dilihat melalui dividen payout ratio perusahaan. Dalam substitution hypothesis adanya perbedaan
pajak antara dividen dan capital gain menjadi alasan yang mendasari perusahaan dalam
memutuskan apakah akan mendistribusikan kekayaanya kepada pemegang saham melalui
dividen atau dengan buyback saham (Rahmadhani dan Mawardi, 2016). Dalam penelitian yang
dilakukan oleh (Jiang et al , 2013) mendapati adanya pengaruh negatif dan signifikan antara
dividen payout ratio dengan buyback. Hasil penelitian tersebut membuktikan dividen substitution
hypothesis bahwa buyback merupakan substitusi dari dividen dalam mendistribusikan kekayaaan
kepada pemegang saham. Namun hasil penelitian yang berbeda didapat oleh (Jansson dan
Larsson-Olaison, 2010) dimana dalam hasil penelitianya menemukan bahwa dividen payout ratio
berpengaruh positif dan signifikan terhadap buyback. Hasil tersebut bertolak belakang dengan
teori dividend substitution hypothesis serta hasil penelitan sebelumnya. Selain itu, hasil
penelitian dari (Aharoni, Brown, dan Wang, 5 2011) dan (Rahmadhani dan Mawardi, 2016) juga
mendapati hasil yang berbeda dimana dividen payout ratio berpengaruh positif namun tidak
signifikan terhadap buyback saham. Tingkat undervalued suatu perusahaan juga dapat
mempengaruhi keputusan perusahaan dalam melakukan buyback. Dalam undervaluation
hypothesis perusahaan yang memiliki saham yang undervalued akan melaksanakan buyback
untuk mengirim sinyal kepada pasar dengan harapan akan direspon positif oleh pasar. Respon
positif dari pasar akan menaikan harga saham perusahaan. Tingkat undervalued suatu saham
dapat diukur dengan market to book ratio. Terdapat perbedaan penelitian terkait dengan
undervaluation sebagai faktor yang mempengaruhi buyback. Berdasarkan penelitian yang
dilakukan oleh (Dittmar, 2000) dan (Jiang et al., 2013) mendapati bahwa market to book ratio
berpengaruh negatif dan signifikan terhadap buyback. Hasil penelitian tersebut membuktikan
bahwa saham yang undervalued mempengaruhi tingkat buyback yang dilaksanakan perusahaan,
namun (Ana Mufidah, 2011) dan (Rahmadhani dan Mawardi, 2016) mendapati hasil penelitian
yang berbeda dimana market to book ratio berpengaruh positif namun tidak signifikan terhadap
buyback. Penelitian yang dilakukan oleh (Ardana & Rasyid, 2013) menyatakan bahwa
undervaluation tidak berpengaruh terhadap keputusan melakukan aksi buyback. Perusahaan yang
memiliki kelebihan modal atau kas (free cash flow) dapat menjadi alasan perusahaan melakukan
buyback. Ketika perusahaan memiliki modal atau kas yang berlebih, perusahaan dapat menahan
kas tersebut untuk kepentingan 6 investasi perusahaan ataupun didistribusikan kepada pemegang
saham. Buyback merupakan salah satu alat untuk mendistribusikan kas yang berlebih tersebut
kepada pemegang saham (Dittmar, 2000). Menurut (Houcine, 2013) segala bentuk
pendistribusian cash flow kepada pemegang saham merupakan mekanisme yang efisien untuk
mengurangi konflik keagenan. Pembelian kembali saham beredar merupakan salah satu bentuk
pendistibusian cash flow kepada pemegang saham yang digunakan sebagai instrument oleh
perusahaan untuk memberikan informasi kepada pemegang saham. Mereka menganggap bahwa
dengan pembelian kembali saham sebagai suatu sinyal atas kondisi dan prospek perusahaan. Free
cash flow dapat menimbukan konflik kepentingan antara pihak manajemen dengan pemegang
saham (Jensen, 1986). Para pemegang saham akan lebih memilih agar setiap free cash flow
perusahaan dibagikan baik dalam bentuk deviden atau dalam bentuk buyback saham, tetapi
biasanya perusahaan lebih tertarik menggunakan free cash flow tersebut untuk meningkatkan
pendapatan perusahaan. Terdapat perbedaan hasil penelitian terkait free cash flow sebagai faktor
yang mempengaruhi buyback. Penelitian yang dilakukan oleh (Ana Mufidah, 2011) dan
(Rahmadhani & Mawardi, 2016) bahwa adanya pengaruh positif dan signifikan antara free cash
flow dengan buyback. Hasil penelitian tersebut membuktikan bahwa adanya kas berlebih yang
dimiliki perusahaan merupakan faktor yang mempengaruhi buyback. Namun hasil penelitian
berbeda didapat oleh (Reddy Yarram, 2014) dan (Ardana & Rasyid, 2013) adalah free cash flow
tidak berpengaruh signifikan terhadap buyback. 7 Earning per share merupakan suatu rasio yang
memperlihatkan tingkat laba setelah pajak per jumlah saham yang beredar. Informasi EPS
digunakan untuk melihat seberapa besar keuntungan yang diperoleh investor berdasarkan per
lembar sahamnya. Buyback akan melakukan pengurangan jumlah saham yang beredar dengan
membeli saham tersebut di pasaran. Sehingga pembagi dari laba setelah pajak tersebut semakin
kecil, dan hasil dari EPS tersebut semakin besar. Penelitian yang dilakukan (Ramakrishnan,
Ravindran, dan Ganesan, 2007) dan (Nadarajan & Ahmad, 2009) menyimpulkan bahwa earning
per share berpengaruh positif terhadap keputusan perusahaan melakukan buyback. Hasil
penelitian tersebut tidak konsisten yang dilakukan oleh (Suranta, Midiastuty, & Wijaya, 2012)
yang menyatakan bahwa Earning per share berpengaruh negatif terhadap keputusan perusahaan
melakukan buyback. Alasan peneliti memilih dividend payout ratio sebagai variabel independen
karena dividen merupakan pembagian laba kepada pemegang saham atas kinerja perusahaan. Hal
itu penting karena investor berinvestasi ingin mendapatkan dividen dan capital gain.. Variabel
independen yang kedua, Undervaluation adalah rasio yang digunakan untuk mengukur harga
wajar suatu saham. Variabel independen yang ketiga adalah free cash flow, variabel ini dpilih
karena adanya kelebihan dana dalam arus kas perusahaan. Variabel independen terakhir adalah
earning per share, variabel ini dipilih karena EPS merupakan indikator dalam melihat laba per
lembar saham dari tahun ke tahun. Perbedaan penelitian ini dengan yang sebelumnya, peneliti
menambahkan variabal EPS yang jarang dimasukkan dalam peneltian.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang masalah yang ada maka dapat dibuat perumusan masalah sebagai
berikut:

1. Apakah dividen payout ratio berpengaruh terhadap buyback saham?

2. Apakah Undervaluation berpengaruh terhadap buyback saham?

3. Apakah Free cash flow berpengaruh terhadap buyback saham?

4. Apakah Earning per share berpengaruh terhadap buyback saham?

1.3 Tujuan Penelitian


Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah yang telah dibuat maka tujuan yang akan
dicapai dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui pengaruh dividen payout ratio terhadap buyback saham

2. Untuk mengetahui pengaruh Undervaluation terhadap buyback saham

3. Untuk mengetahui pengaruh Free cash flow terhadap buyback saham

4. Untuk mengetahui pengaruh Earning per share terhadap buyback saham

1.4 Manfaat Penelitian


1. Bagi Perusahaan 9 Penelitian ini diharapkan dapat memberikan acuan atau referensi bagi
perusahaan yang ingin melaksanakan buyback saham.

2. Bagi Investor Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi informasi yang menggambarkan
kondisi dari perusahaan yang melaksanakan program buyback saham, sehingga investor dapat
mengambil keputusan investasi yang tepat saat terjadi fenomena buyback saham.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Menanggapi kondisi pasar saat ini, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) memberikan keleluasaan
pada emiten untuk bisa melakukan pembelian kembali saham (buyback) tanpa melalui Rapat
Umum Pemegang Saham (RUPS). Kebijakan ini disampaikan melalui Surat Edaran OJK Nomor
3/SOJK/04.2020 tanggal 9 Maret 2020 lalu. Kebijakan tersebut sambut oleh sejumlah emiten dan
sudah menyampaikan keterbukaan informasi untuk melakukan buyback.

Lalu siapa saja emiten yang sudah menyampaikan rencana buyback-nya?

2.1 PT JASA MARGA Tbk


PT Jasa Marga (Persero) Tbk akan mengeluarkan dana sebesar Rp 500 miliar untuk melakukan
buyback sahamnya. Periode pembelian sahamnya ini akan dilakukan mulai 13 Maret hingga 12
Juni 2020. “Pembelian kembali saham akan dilakukan secara bertahap dalam waktu tiga bulan
sejak tanggal keterbukaan informasi ini,” demikian bunyi keterbukaan informasi Jasa Marga
yang dikutip Kompas.com pada Kamis (12/3/2020). Manajemen Jasa Marga dalam surat
keterbukaan itu menjelaskan, kondisi perdagangan saham di Bursa Efek Indonesia sejak awal
2020 hingga saat ini mengalami tekanan yang signifikan. Hal tersebut diindikasikan dari
penurunan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) sebesar 18,46 persen. Kondisi perekonomian
regional dan global juga mengalami tekanan perlambatan yang disebabkan oleh wabah virus
corona. JSMR sebesar 15,9 persen dari Rp 5.175 per lembar saham menjadi Rp 4.350 per lembar
saham. Dana Saham Penurunan harga saham secara signifikan dinilai tidak menunjukan kinerja
yang positif. Atas dasar itu, untuk menunjukan komitmen perseroan dalam meningkatkan nilai
pemegang saham dengan cara mengembalikan kelebihan arus kas bebas kepada pemegang
sahamnnya melalui aksi buyback saham. Sebelumnya, Kementerian BUMN telah
menginstruksikan beberapa perusahaan plat merah untuk melakukan buyback saham. Hal ini
dilakukan untuk merespon melemahmya Harga Saham Gabungan (IHSG). “Tadi sudah
koordinasi untuk buyback saham, ada 12 bumn yang akan buyback nilainya Rp 7 sampai Rp 8
triliun,” ujar Staf Khusus Menteri BUMN Arya Sinulingga di Kementerian BUMN, Selasa
(10/3/2020). Arya menambahkan, perusahaan plat merah yang akan melakukan buyback
sahamnya, yakni Bank Mandiri, BRI, BNI, BTN, Wijaya Karya, Adhi Karya, PP, Jasa Marga,
Waskita Karya, Antam, Bukit Asam dan Timah. “Periodenya sudah mulai diserahkan kepada
masing-masing perusahaan strateginya,” kata Arya. Arya menjelaskan, aksi korporasi itu
dilakukan demi merespon kondisi pasar yang saat ini terjadi. “Alasannya IHSG turun, baru nilai
fundamental perushaaan melebihi nilai transaksi di pasar,” ucap dia.
2.2 PT PP Tbk
Emiten konstruksi pelat merah PT PP (Persero) Tbk (PTPP) telah melaksanakan pembelian
kembali (buyback) saham dengan nilai Rp 8 miliar. Direktur Keuangan dan Manajemen Risiko
PT PP (Persero) Tbk Agus Purbianto mengatakan buyback saham PTPP dilakukan di harga rata-
rata Rp 550 per saham. Bila dihitung menggunakan harga rata-rata tersebut, berarti jumlah
saham yang telah dibeli kembali oleh PTPP mencapai 14,54 juta saham. Dus, realisasi buyback
PTPP baru mencapai 0,23% dari modal di setor. Setelah melakukan buyback tahap pertama ini,
Agus mengatakan PTPP masih akan melihat kondisi pasar apakah akan melanjutkan aksi
buyback hingga batas maksimal jumlah. "Kita lihat market, tapi masih ada sisa alokasi," jelasnya
kepada Kontan.co.id, Senin (20/4).

Aksi buyback yang dilakukan PTPP ini menyusul surat edaran dari OJK bahwa emiten dapat
melakukan buyback tanpa RUPS. Adapun ketentuan maksimal saham yang bisa dibeli kembali
sekitar 20% dari saham yang disetor, dengan minimal saham yang beredar 7,5% dari saham di
setor. Selain itu, PTPP juga berkoordinasi dengan Kementerian BUMN dan 11 emiten pelat
merah lainnya untuk berkomitmen melakukan buyback di tengah pasar saham yang turun akibat
Covid-19. Adapun PTPP berkomitmen melakukan buyback dengan alokasi dana sebesar Rp 250
miliar.

2.3 PT Aneka Tambang Tbk


PT Aneka Tambang Tbk (Antam) akan tetap melakukan pembelian kembali saham meski
kondisi perekonomian mengalami perburukan akibat terimbas Covid-19. Kondisi pasar yang
berfluktuasi secara signifikan mendorong perusahaan membeli saham yang beredar di pasar
modal."Rencana ini juga bertujuan untuk meningkatkan nilai pemegang saham perusahaan," ujar
Dalam melakukan buyback saham, Kunto memastikan Antam senantiasa mengedepankan
pertimbangan-pertimbangan yang cermat. Selain itu, perusahaan turut memperhatikan
perkembangan pasar dan outlook industri.Berdasarkan keterbukaan informasi di Bursa Efek
Indonesia (BEI), Antam berencana membeli kembali saham pada periode 17 Maret 2020 hingga
16 Juni 2020. Antam menunjuk PT Mandiri Sekuritas sebagai broker transaksi pembelian
kembali saham. Antam telah mengalokasikan sebanyak-banyaknya Rp 100 miliar untuk
melakukan aksi korporasi tersebut. Jumlah itu sudah termasuk biaya pembelian kembali saham,
komisi pedagang perantara serta biaya lain berkaitan dengan aksi buyback. Pada hari ini, saham
Antam ditutup melemah 3,11 persen ke level Rp 436 per saham. Secara year to date, saham
Antam bahkan sudah terkoreksi cukup dalam. Pada awal tahun, harga saham Antam masih
berada dikisaran Rp 900.Analis Reliance Sekuritas Indonesia Lanjar Nafi mengatakan tren
penurunan saham yang terjadi akhir-akhir ini bukan hanya dipengaruhi katalis dalam negeri.
Penurunan lebih disebabkan oleh sentimen global yang sedang memburuk yaitu penyebaran
Covid-19 yang semakin meluas dan memicu terjadinya krisis global.

Investor pun mulai khawatir akan dampak dari sejumlah kebijakan yang dikeluarkan oleh
berbagai bank sentral dalam merespons dampak Covid-19 itu. Menurut Lanjar, kebijakan yang
dirilis secara agresif justru memicu pasar melakukan aksi jual. "Sejumlah kelonggaran yang
diberikan ditangkap pasar sebagai sinyal perlambatan ekonomi," kata Lanjar.SVP Corporate
Secretary Kunto Hendrapawoko kepada Republika.co.id, Rabu (1/4).

2.4 PT Bank Rakyat Indonesia


Periode pembelian kembali saham (buyback) oleh PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk.
telah berakhir pada 12 Juni 2020. Emiten pelat merah itu merealisasikan buyback senilai 1,58
persen dari alokasi dana yang disiapkan untuk buyback. Corporate Secretary Bank Rakyat
Indonesia Amam Sukriyanto menyampaikan laporan hasil pembelian kembali saham perseroan
tahun 2020. Dalam laporannya, dia menjelaskan pelaksanaan buyback oleh perseroan telah
selesai dilaksanakan. Pelaksanaan pembelian kembali saham yang dikeluarkan oleh emiten atau
perusahaan publik telah dilakukan secara bertahap dalam periode 13 Maret 2020 sampai dengan
12 Juni 2020. Pelaksanaan buyback dalam rangka kondisi lain sebagai kondisi pasar yang
berfluktuasi secara signifikan.

"Total jumlah saham yang telah dibeli sebanyak 16,4 juta lembar saham. Jumlah dana yang
digunakan sebesar Rp47,25 miliar. Harga rata-rata pembelian sebesar Rp2.881,34," katanya
dalam keterbukaan informasi, Rabu (15/7/2020). Dalam keterbukaan informasi 13 Maret 2020,
emiten bersandi saham BBRI ini mengalokasikan Rp3 triliun dalam pembelian kembali saham
perseroan. Jumlah saham yang akan dibeli kembali tidak akan melebihi 20 persen dari jumlah
modal disetor dengan ketentuan paling sedikit saham yang beredar adalah 7,5 persen dari modal
disetor dalam perseroan. Bank BRI telah menunjuk PT Danareksa Sekuritas untuk bertindak
sebagai perusahaan perantara perdagangan efek dalam pelaksanaan transaksi tersebut.

2.5 PT Bukit Asam Tbk

PT Bukit Asam Tbk (PTBA) akan melakukan pembelian kembali (buyback) saham yang
tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI) dengan nilai sebanyak-banyaknya Rp 300 miliar. Jumlah
saham yang dibeli kembali tidak akan melebihi 20% dari modal disetor. Buyback bakal
dilakukan secara bertahap dalam jangka waktu tiga bulan, mulai 17 Maret 2020 sampai dengan
16 Juni 2020. Perusahaan tambang batubara ini akan membeli kembali saham-saham tersebut
pada harga yang dianggap baik dan wajar oleh manajemen PTBA.Yang jelas, pembelian kembali
tersebut akan dilakukan pada harga yang lebih rendah atau sama dengan harga penutupan
perdagangan sebelumnya. PTBA menunjuk PT Danareksa Sekuritas untuk melaksanakan
buyback ini. Berdasarkan keterbukaan informasi PTBA, Senin (16/3), dana buyback yang
sebesar Rp 300 miliar ini bersumber dari kas internal. Nilai tersebut belum termasuk biaya
transaksi pembelian kembali saham.

Meskipun begitu, manajemen PTBA menyatakan bahwa buyback ini tidak akan membawa
dampak material pada operasional PTBA sehingga laba rugi diperkirakan masih sejalan dengan
target. Selain itu, potential loss dari pengalihan aset berupa kas menjadi saham treasury
diprediksi tidak akan mempengaruhi pendapatan PTBA secara signifikan. Malahan, dengan
asumsi dana tersebut ditempatkan pada deposito bertenor 12 bulan, PTBA justru akan
memperoleh pendapatan bunga 6,25% per tahun. PTBA juga yakin, realisasi buyback ini tidak
akan memberi dampak negatif pada kegiatan usahanya. Alasannya, PTBA memiliki modal kerja
dan arus kas yang cukup untuk melaksanakan pembiayaan transaksi bersamaan dengan kegiatan
usaha. Sebagai gambaran, per Desember 2019, aset PTBA mencapai Rp 26,1 triliun dengan
ekuitas sebesar Rp 18,42 triliun. Langkah buyback saham ini diambil sehubungan dengan
kondisi perdagangan saham di BEI yang sejak awal tahun 2020 mengalami tekanan signifikan.
Sebagaimana diketahui, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) merosot 25,54% sepanjang
tahun ini ke level 4.690,65 per Senin (16/3).

2.6 PT Bank Negara Indonesia

PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI) berencana melakukan pembelian saham kembali
(buyback) senilai Rp 1,7 triliun. Berdasarkan keterbukaan informasi di BEI, Rabu (21/7/2021)
aksi buyback tersebut akan dilakukan mulai 22 Juli sampai 21 Oktober 2021.Sesuai dengan
SEOJK No. 3/SEOJK.04/2020, jumlah saham yang akan dibeli kembali tidak akan melebihi 20%
dari modal disetor dengan ketentuan paling sedikit saham yang beredar adalah 7,5% dari modal
disetor."Perseroan meyakini bahwa Pembelian Kembali Saham tidak mempengaruhi kondisi
keuangan Perseroan karena sampai dengan saat ini, Perseroan mempunyai modal yang memadai
untuk membiayai kegiatan usaha Perseroan," demikian di sampaikan.

Di tengah lonjakan kasus positif Covid-19 yang sedang terjadi dan kembali menembus level di
atas 10 ribu kasus per hari sejak 17 Juni 2021, IHSG cenderung bergerak fluktuatif dan
berdampak pada saham BNI yang mengalami penurunan signifikan mencapai - 25.0% year to
date ke level Rp4,630 per 30 Juni 2021. Tekanan jual di pasar akibat sentimen Covid-19 tersebut
membuat saham BNI undervalued dengan Price to Book Value (PBV) per 30 Juni 2021 sebesar
0.75x atau telah jauh berada di bawah rata-rata PBV selama 10 tahun yang sebesar 1.60x.

Berangkat dari situ, perseroan merencanakan untuk melakukan pembelian kembali saham
Perseroan yang telah dikeluarkan dan tercatat di Bursa Efek Indonesia. Atas aksi korporasi ini,
Perseroan yakin bahwa pelaksanaan Pembelian Kembali Saham tidak akan memberikan dampak
negatif yang material bagi kegiatan usaha dan pertumbuhan Perseroan. Sebab, Perseroan pada
saat ini memiliki modal dan cash flow yang cukup untuk melakukan dan membiayai seluruh
kegiatan usaha, kegiatan pengembangan usaha, kegiatan operasional serta Pembelian Kembali
Saham.
2.7 PT Medco Energi Internasional Tbk (MEDC)
PT Medco Energi Internasional Tbk (MEDC) berencana untuk membeli kembali (buyback)
saham. Emiten yang bergerak di bidang tambang minyak dan gas (migas) ini menggelontorkan
biaya sebesar Rp 130,5 miliar atau setara US$ 9 juta, dengan asumsi bahwa US$ 1 adalah setara
dengan Rp 14.500. Dana tersebut termasuk biaya transaksi, biaya pedagang perantara, dan biaya
lainnya sehubungan dengan transaksi pembelian kembali saham. Dalam keterangan di laman
Bursa Efek Indonesia, Selasa (24/8), perkiraan jumlah saham yang akan dibeli kembali oleh
MEDC adalah 190 juta saham atau 0,8% dari modal ditempatkan dan disetor. Jumlah saham
yang dibeli kembali tidak akan melebihi 10% saham (termasuk saham treasuri) MEDC saat ini.

Manajemen menyebut, program buyback ini sebagai bagian dari kelanjutan program
kepemilikan saham karyawan dan manajemen (ESOP dan MSOP) saat ini. Sesuai dengan
ketentuan peraturan pasar modal yang berlaku, Perseroan dapat mengalihkan saham yang
diperoleh kembali dari pembelian kembali saham untuk pelaksanaan program kepemilikan
saham karyawan dan manajemen. Buyback akan berlangsung dalam jangka waktu paling lama
18 bulan terhitung sejak tanggal 26 Agustus 2021 sampai dengan 26 Februari 2023. Buyback
akan dilakukan dengan harga yang lebih rendah atau sama dengan harga transaksi yang terjadi
sebelumnya sesuai ketentuan sebagaimana diatur dalam POJK No. 30. Emiten yang dinakhodai
Hilmi Panigoro ini telah menunjuk BRIDanareksa Sekuritas untuk melakukan pembelian
kembali saham perusahaan. Namun, MEDC dapat menghentikan pembelian kembali saham
setiap waktu sebelum berakhirnya jangka waktu 18 bulan apabila terdapat sejumlah kondisi
berikut. Pertama, jumlah saham yang akan dibeli kembali sudah mencapai 0,8% saham MEDC.

Kedua, dana yang dikeluarkan oleh MEDC sudah mencapai Rp 130,50 miliar. Ketiga,
penghentian dianggap perlu oleh manajemen Medco. Dalam hal tersebut, MEDC akan
mengumumkan kepada masyarakat atas penghentian pembelian kembali saham.

MEDC memperkirakan tidak ada efek terhadap penurunan pendapatan atas pelaksanaan buyback
saham ini. Hal tersebut karena buyback baru akan dilaksanakan di masa yang akan datang dan
harga pembelian kembali berdasarkan pada harga transaksi yang terjadi sebelumnya.Untuk
melancarkan aksi korporasi ini, MEDC akan menggelar rapat umum pemegang saham tahunan
(RUPST) pada Kamis (26/8).
BAB III

PENUTUP

3.1 KESIMPULAN
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana pengaruh pengumuman stock buyback
terhadap harga saham dan return saham pada perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia
(BEI) tahun 2011 hingga tahun 2016 dengan melihat perbedaan rata-rata harga saham dan return
saham yang diperoleh antara sebelum dan sesudah pengumuman stock buyback. Berdasarkan
analisis yang telah dilakukan pada bab sebelumnya, maka dapat diambil beberapakesimpulan
yaitu:

1. Pada hipotesis pertama penelitian ini menyatakan harga saham sebelum pengumuman stock
buyback lebih rendah dari harga saham sesudah pengumuman stock buyback. Peningkatan rata-
rata harga saham sesudah pengumuman, menunjukkan bahwa pengumuman stock buyback
memberikan sinyal positif bagi investor, sehingga dapat meningkatkan jumlah permintaan dan
penawaran saham perusahaan di pasar modal, dan secara otomatis meningkatkan harga saham.

2. Pada hipotesis kedua menyatakan return saham sebelum pengumuman stock buyback lebih
rendah dari return saham sesudah pengumuman stock buyback. Namun perbedaan yang terjadi
tidak sesignifikan harga saham sehingga Ha ditolak dan H0 diterima. Walaupun begitu, dengan
adanya perbedaan mean yang positif yang berarti adanya reaksi positif dari investor sesudah
pengumuman stock buyback. Perbedaan hasil yang terjadi pada harga saham dan return saham
disebabkan karena ketika peningkatan harga yang terjadi tidak sebesar peningkatan di hari
sebelumnya, maka walaupun harga meningkat tetapi tingkat return nya akan menurun.

3. Karena harga saham dan return saham sebelum pengumuman stock buyback lebih rendah
dibandingkan harga saham dan return saham sesudah pengumuman stock buyback maka dapat
diartikan bahwa perbedaan tersebut terjadi karena terpengaruhi oleh adanya pengumuman stock
buyback tersebut.

3.2. SARAN
Hasil dari penelitian ini masih memiliki keterbatasan dan kelemahan, oleh karena itu untuk
penelitian selanjutnya maka saran-saran yang dapat diberikan adalah:

1. Bagi Investor
Investor harus memperhatikan kebijakan perusahaan melakukan stock buyback karena
pengumuman tersebut mengandung suatu informasi positif yang dapat dijadikan sebagai bahan
pertimbangan oleh investor ketika akan melakukan pengambilan keputusan investasi secara
tepat. Selain itu investor juga harus melihat kinerja keuangan perusahaan yang melakukan
pengumuman stock buybacksebelum memutuskan apakah harus menjual, membeli atau
mempertahankan saham yang dimilikinya karena tidak semua perusahaan yang melakukan stock
buyback memiliki kinerja keuangan yang baik sehingga signal yang diberikan perusahaan bahwa
harga saham undervalued tidak menggambarkan kondisi yang sebenarnya.

2. Bagi Perusahaan

Perusahaan disarankan senantiasa dapat menjaga kestabilan kinerja keuangannya agar


penggunaan alternatif kebijakan stock buybackdengan tujuan untuk meningkatkan harga saham
beredar yang telah jatuh di pasar dapat berhasil sehingga dapat meningkatkan image perusahaan.

3. Bagi Peneliti Selanjutnya

Peneliti selanjutnya yang akan melakukan penelitian dengan fokus yang sama, disarankan untuk
melakukan analisis kinerja keuangan perusahaan yang melakukan stock buyback sehingga dapat
diketahui manfaat dan tujuan stock buyback secara lebih terperinci.
DAFTAR PUSTAKA

https://www.cnbcindonesia.com/market/20200317085905-17-145396/jangan-ketinggalan-ini-
daftar-emiten-yang-lakukan-buyback

Anda mungkin juga menyukai