Anda di halaman 1dari 16

Makalah

Manajemen Keuangan I
Investasi Dalam Kas

Dosen Pengampu:

Disusun oleh :
Irma Wulandari (S10218082)
Nova Heriyanti (S10218170)
Rida Aryanti (S10218127)
Risna (S10218227)
Rizky Maulana (S10218140)

SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI


(STIE) BINANIAGA
Jl. Pajajaran No. 100 Bogor
2020
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan nikmat-Nya yang tidak
terhingga, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah investasi dalam kas ini.

Makalah ini disusun agar pembaca dapat memperoleh banyak informasi mengena
iinvestasi dalam kas, yang bertujuan untuk menambah wawasan dan pengetahuan bagi
pembacanya maupun pihak yang terkait di dalamnya serta dapat memberikan motivasi atau
dorongan agar memiliki rasa ingin tahu di dalam dunia keuangan.

Penulis menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangan baik dari segi tulisan
maupun materi. Untuk itu, saran dan kritik yang bersifat membangun senantiasa penulis terima
dengan tangan terbuka. Semoga makalah ini dapat memberikan informasi kepada saudara-
saudara, bermanfaat untuk pembacanya dan dapat memberikan semangat untuk membawa
sesuatu ke arah yang positif.

Akhir kata, penulis sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan
serta dalam penyusunan makalah ini dari awal hingga akhir. Semoga Allah SWT meridhoi segala
usaha dan langkah kita semua. Amin.
DAFTAR ISI
Kata Pengantar....................................................................................................................... i
Daftar Isi................................................................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang.............................................................................................................. 1
1.2. Rumusan Masalah........................................................................................................ 1
1.3. Tujuan Penulisan.......................................................................................................... 1

BAB II PEMBAHASAN
2.1. Aliran Kas Dalam Perusahaan....................................................................................... 3
2.1.1. Gambar Aliran Kas Dalam Perusahaan............................................................. 3
2.1.2. .......................................................................................................................... 4
2.2. Faktor – Faktor yang Mempengaruhi besarnya persediaan kas maksimal.................. 7
2.2.1. Perimbangan Antara Kas Masuk Dengan Aliran Kas Keluar............................. 7
2.2.2. Penyimpangan Terhadap Aliran Kas yang Diperkirakan................................... 7
2.2.3. Adanya Hubungan yang Baik Dengan Bank- Bank............................................ 10
2.3. Budget Kas.................................................................................................................... 10
2.3.1. Contoh Soal 1.................................................................................................... 10
2.3.2. Tabel 1............................................................................................................... 11
2.3.3. Tabel 2............................................................................................................... 12
2.3.4. Tabel 3............................................................................................................... 12
2.4. ...................................................................................................................................... 14
2.4.1. .......................................................................................................................... 14
2.4.2. .......................................................................................................................... 15
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan...................................................................................................................... 19

Daftar Pustaka........................................................................................................................ 21
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Perkembangan ekonomi suatu negara dapat diukur dengan banyak cara, salah satunya
dengan mengetahui tingkat perkembangan dunia pasar modal dan industri-industri
sekuritas pada negara tersebut. Pasar modal merupakan pasar untuk berbagai instrumen
keuangan jangka panjang dalam bentuk ekuitas dan hutang yang jatuh tempo lebih dari
satu tahun.
Dalam aktivitas di pasar modal, para investor memiliki harapan dari investasi yang
dilakukannya, yaitu berupa capital gain dan dividen. Capital gain merupakan return yang
diperoleh dari selisih harga beli dan harga jual dari transaksi saham yang dilakukan
investor, sedangkan dividen adalah bagian dari laba bersih perusahaan yang dibagikan
untuk pemegang saham perusahaan tersebut. Salah satu bentuk dan aktivitas suatu
perusahaan adalah kegiatan investasi.
Dalam menginvestasikan sejumlah dana, hal utama yang diharapkan seorang investor
adalah adanya keuntungan yang akan diperoleh di masa datang. Untuk itu investor perlu
melakukan analisis untuk menentukan dasar yang dapat digunakan dalam menilai
kelayakan saham emiten untuk dijadikan sebagai salah satu alternatif investasi.
Pembayaran dividen merupakan salah satu cara untuk mengembalikan keuntungan
perusahaan kepada pemegang saham. Besarnya nilai dividen yang akan diterima
pemegang saham sangat tergantung pada kebijakan dividen yang bersangkutan. Kebijakan
dividen merupakan keputusan apakah keuntungan atau laba yang diperoleh perusahaan
pada akhir tahun akan dibagi dalam bentuk dividen kepada pemegang saham atau akan
ditahan sebagai laba ditahan untuk pembiayaan investasi dimasa yang akan datang.
Bagi perusahaan, informasi yang terkandung dalam dividend payout ratio (DPR)
digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam menetapkan jumlah pembagian dividen.
Bagi para pemegang saham, akan digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam
pengambilan keputusan investasi, yaitu apakah akan menanamkan dananya atau tidak
pada suatu perusahaan. Dividen tunai sebuah perusahaan memiliki dampak penting bagi
banyak pihak yang terlibat di masyarakat (Suharli, 2004). Bagi para pemegang saham atau
investor, dividen tunai merupakan tingkat pengembalian investasi mereka berupa
kepemilikan saham yang diterbitkan perusahaan lain. Bagi pihak manajemen, dividen tunai
merupakan arus kas keluar yang mengurangi kas perusahaan.
Perusahaan yang memiliki kemampuan membayar dividen diasumsikan masyarakat
sebagai perusahaan yang menguntungkan. Namun pertimbangan menjadi semakin rumit
apabila kepentingan berbagai pihak diakomodasi. Di satu sisi ada pihak yang cenderung
berharap pembayaran dividen lebih besar atau sebaliknya. Sederhana saja, umumnya
pihak manajemen menahan kas untuk melunasi hutang atau meningkatkan investasi.
Maksudnya pengurangan hutang akan mengurangi cash outflow berupa interest expense
atau investasi dapat memberikan pengembalian berupa cash inflow bagi perusahaan. Di
sisi lain, pemegang saham mengharapkan dividen tunai dalam jumlah relatif besar karena
ingin menikmati hasil investasi pada saham perusahaan.
Pemegang saham berusaha menjaga agar pihak manajemen tidak terlalu banyak
memegang kas karena kas yang banyak akan menstimulus pihak manajemen untuk
menikmati kas tersebut bagi kepentingannya sendiri (Suharli dan Oktorina, 2005).
Fenomena yang terjadi adalah perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tidak
semuanya membagikan dividen kepada para pemegang sahamnya, baik itu dalam dividen
tunai maupun dividen saham.
Hal tersebut disebabkan karena adanya pertimbangan-pertimbangan yang berbeda
dalam membuat keputusan kebijakan dan pembayaran dividen dalam setiap perusahaan.
Sektor manufaktur merupakan sektor yang paling banyak membagikan dividen kepada
pemegang saham. Adapun seluruh perusahaan manufaktur yang tercatat di BEI dari tahun
2012-2014 berjumlah 143 perusahaan dan perusahaan yang membagikan dividen tunai
berturut-turut dari tahun 2012-2014 berjumlah 37 perusahaan. Sumber : (Kustodian
Sentral Efek Indonesia).
Free Cash Flow (aliran kas bebas) menggambarkan tingkat fleksibilitas keuangan
perusahaan. Pasternak (2007:1) menyatakan “forget earnings. If you really want to see if a
company’s dividend is secure, then you need to evaluate the real bottom line-free cash
flow (FCF)”. Ini mengindikasikan meskipun perusahaan memiliki laba dalam aktivitasnya,
namun tersedianya arus kas bebas lebih menjamin agar dividen dapat dibayarkan. Lebih
lanjut Pasternak (2007:1) menyatakan “By contrast, free cash flow represents real money.
It’s the hard cash the company puts in the pocket after paying its bills and investing in the
business. Management can use free cash flow to pay down debt, buy back shares, or do
what’s most important to income investors-pay us our dividends”. Rosidi (2007)
menemukan bahwa arus kas bebas berpengaruh positif terhadap kebijakan dividen.
Namun, hasil penelitian Surya (2007) menunjukkan bahwa arus kas bebas berpengaruh
negatif terhadap dividen kas.
Berbagai kondisi perusahaan dapat mempengaruhi nilai aliran kas bebas, misalnya bila
perusahaan memiliki aliran kas bebas tinggi dengan tingkat pertumbuhan rendah maka
aliran kas bebas ini seharusnya didistribusikan kepada pemegang saham, tetapi bila
perusahaan memiliki aliran kas bebas tinggi dan tingkat pertumbuhan tinggi maka aliran
kas bebas ini dapat ditahan sementara dan bisa dimanfaatkan untuk investasi pada periode
mendatang. Karena kondisi tersebut diatas, maka mengindikasikan bahwa adanya aliran
kas bebas yang besar dalam suatu perusahaan belum tentu menunjukkan bahwa
perusahaan tersebut akan membagikan dividen dengan jumlah yang lebih besar
dibandingkan dengan ketika perusahaan memiliki aliran kas bebas yang kecil. Sehingga
penulis tertarik untuk meneliti bagaimana pengaruh
free cash flow (aliran kas bebas) terhadap kebijakan dividen tunai yang diproksikan oleh
Dividend Payout Ratio. Cash Position yang mencerminkan kemampuan untuk membayar
dividen, dibanding pada laba yang sangat dipengaruhi oleh praktik akuntansi serta hal-hal
lain yang tidak mencerminkan kemampuan untuk membayar dividen. Keputusan dividen
dapat mempengaruhi secara signifikan kebutuhan pembiayaan eksternal perusahaan.
Dengan kata lain, jika perusahaan membutuhkan pembiayaan, maka semakin besar dividen
tunai yang dibayarkan semakin besar jumlah pembiayaan yang harus diperoleh di eksternal
melalui pinjaman atau penjualan saham. Pembagian dividen tunai kepada para pemegang
saham merupakan perbandingan antara dividen yang diusulkan perusahaan dengan laba
bersih setelah pajak.
Debt to equity ratio yaitu rasio yang digunakan untuk menilai perusahaan dalam
meminjam uang untuk melakukan kegiatan operasi dan investasi. Pembagian dividen
dalam perusahaan juga dipengaruhi oleh hutang. Apabila perusahaan memperoleh hutang
baru untuk membiayai perluasan perusahaan, maka sebelumnya perusahaan harus sudah
lebih dahulu merencanakan bagaimana caranya untuk membayar kembali hutang tersebut.
Apabila perusahaan mempunyai kebijakan pelunasan hutang dari dana sendiri yang berasal
dari keuntungan, maka perusahaan harus menahan sebagian besar pendapatannya untuk
keperluan itu yang berarti akan dapat mengurangi jumlah laba yang dapat dibagikan
dividen tunai. Dengan kata lain perusahaan harus membagikan dividen yang rendah.
Laba/Earnings adalah kelebihan seluruh pendapatan atas seluruh biaya untuk suatu
periode tertentu setelah dikurangi pajak penghasilan yang disajikan dalam laporan laba
rugi. Para akuntan menggunakan istilah “net income” untuk menyatakan kelebihan
pendapatan atas biaya dan istilah “net loss” untuk menyatakan kelebihan biaya atas
pendapatan. (Surya, 2007).
Arus kas operasi merupakan aktivitas perusahaan yang terkait dengan laba, selain itu
juga arus kas operasi dikatakan sebagai arus kas masuk dan keluar dari kas dan setara kas
sehingga dikatakan arus kas operasi merupakan aktivitas utama penghasil laba.
Pendapatan dan beban yang disajikan dalam laporan laba rugi, aktivitas operasi juga
meliputi arus kas yang masuk dan arus kas keluar bersih yang berasal dari aktivitas operasi
yang terkait.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa itu investasi dalam kas?
2. Faktor-faktor yang mempengaruhi besar kecilnya kas minimal suatu perusahaan?
3. Apa yang di maksud dengan budget kas?
1.3 Tujuan Penulisan
belum
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 ALIRAN KAS DALAM PERUSAHAAN

            Pengeluaran kas suatu perusahaan dapat bersifat terus-menerus atau kontinyu, misalkan
pengeluaran kas untuk pembelian bahan mentah, pembayaran upah buruh dan gaji, dsb.
Disamping itu ada jugaaliran kas keluar (cash inflow) yang bersifat tidak kontinyu atau
bersifat “intermittent”, misalnya pengeluaran untuk pembayaran bunga, dividend, pajak
penghasilan atau laba, pembayaran angsuran utang, pembelian kembali saham perusahaan,
pembelian aktiva tetap, dsb. Disamping aliran kas keluar juga terdapat aliran kas masuk (cash
inflow) di dalam perusahaan. Di dalam cash inflow terdapat aliran yang yang bersifat kontinyu
dan yang bersifat intermittent.
            Aliran kas masuk yang bersifat kontinyu misalkan aliran kas yang berasal dari hasil
penjualan produk secara tunai, penerimaan piutang, dsb. Sedangkan yang bersifat tidak
kontinyu misalkan aliran kas masuk yang berasal dari penyertaan pemilik perusahaan,
penjualan saham, penerimaan kredit dari Bank, penjualan aktiva tetap yang tidak terpakai, dsb.
Penerimaan dan pengeluaran kas dalam perusahaan akan berlangsung terus selama hidupnya
perusahaan.

                                                              Gambar 1. Aliran kas dalam perusahaan

2.2 FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI BESARNYA PERSEDIAAN KAS MINIMAL

Kas adalah salah satu unsure modal kerja yang paling tinggi tingkat likuiditasnya. Makin
besar jumlah kas yang ada di dalam perusahaan berarti makin tinggi tingkat likuiditasnya. H.G.
guthmann menyatakan bahwa jumlah kas yang ada di dalam perusahaan yang “well finance”
hendaknya tidak kurang dari 5% sampai 10% dare jumlah aktiva lancer.
Persediaan besi kas (persediaan kas minimal) ialah jumlah minimal dari kas yang harus
dipertahankan oleh perusahaan agar dapat memenuhi kewajiban finansiilnya sewaktu-waktu.
Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi besar kecilnya persediaan besi kas suatu
perusahaan dapatlah disebutkan terutama:

a.      Perimbangan Antara Aliran Kas Masuk Dengan Aliran Kas Keluar


Berarti bahwa pengeluaran kas baik mengenai jumlahnya maupun waktunya akan dapat
dipenuhi dari penerimaan kasnya sehingga perusahaan tidak perlu mempunyai persediaan besi
kas yang benar. Adanya perimbangan tersebut antara lain disebabkan karena adanyaa
kesesuaian antara syarat pembelian dengan syarat penjualan.

b.      Penyimpangan Terhadap Aliran Kas Yang Diperkirakan


Untuk menjaga likuiditas perusahaan perlu membuat perkiraan atau estimasi mengenai
aliran kas di dalam perusahaannya.Penyimpangan yang merugikan dalam aliran kas
keluar misalnya karena adanya pemogokan, banjir, angin puyuh dan bencana alam lainnya,
adanya perubahan peraturan pemerintah mengenai pengupahan buruh, sehingga perusahaan
harus sering mengadakan pengeluaran ekstra. Penyimpangan yang merugikan dalam aliran kas
masukmisalnya terjadi karena kegagalan langganan untuk memenuhi kewajiban finansiilnya.
Bagi perusahaan yang sering mengalami penyimpangan yang merugikan dalam aliran kasnya
dirasakan perlu untuk mempertahankan adanya persediaan besi kas yang relative besar.

c.       Adanya Hubungan Yang Baik dengan Bank-Bank


Hal ini akan mempermudah baginya untuk mendapatkan kredit dalam menghadapi
kesukaran finansiilnya, baik disebabkan karena adanya peristiwa yang diduga maupun tidak
diduga sebelumnya. Bagi perusahaan ini tidak perlu mempunyai persediaan besi kas yang besar.

2.3 BUDGET KAS

Budget kas adalah estimasi terhadap posisi kas untuk suatu periode tertentu yang akan
dating. Budget kas dapat disusun untuk periode bulanan atau kuartalan. Budget kas dapat
dibedakan dalam dua bagian, yaitu:
1)      Estimasi penerimaan-penerimaan kas yang berasal dari: hasil penjualan tunai; piutang yang
terkumpul; penerimaan bunga, dividen; hasil penjualan aktiva tetap, dan penerimaan-
penarimaan lain.
2)      Estimasi pengeluaran kas yang digunakan untuk: pembelian bahan mentah; pembayaran
utang-utang; pembayaran upah buruh; pengeluaran untuk biaya penjualan; biaya administrasi
and umum; pembayaran bunga, dividen, tantieme, pajak, premi asuransi, pembelian aktiva
tetap dan pengeluaran-pengeluaran lain.
Budget kas disusun agar supaya pimpinan perusahaan dapat mengetahui:
a)      Kemungkinan posisi kas sebagai hasil rencana operasinya perusahaan;
b)      Kemungkinan adanya surplus atau defisit karena rencana operasinya perusahaan;
c)      Besarnya dana beserta saat-saat kapan dana itu dibutuhkan untuk menutup defisit kas;
d)     Saat-saat kapan kredit itu dibayar kembali.
Penyusutan budget kas biasanya dilakukan dalam beberapa tahap, yaitu:
1)      Menyusun estimasi penerimaan dan pengeluaran menurut rencana operasionil perusahaan.
Transaksi disini merupakan transaksi operasionil.
2)      Menyusun perkiraan atau estimasi kebutuhan dana atau kredit dari Bank atau sumber-sumber
dana lainnya yang diperlukan untuk menutup defisit kas karena rencana operasinya
perusahaan. Transaksi disini merupakan transaksi finansiil.
3)      Menyusun kembali estimasi keseluruhan penerimaan dan pengeluaran setelah adanya
transaksi finansiil, dan budget kas yang final ini merupakan gabungan dari  transaksi operasionil
dan transaksi finansiil yang menggambarkan estimasi penerimaan dan pengeluaran kas
keseluruhan.
Untuk lebih jelasnya bagaimana menyusun budget kas dapat diberikan contoh di bawah ini.

Contoh soal 1
Perusahaan “widi” menyusun estimasi penerimaan dan pengeluaran kas selama 6 bulan
pertama dalam tahun 1975 sbb:
Estimasi peneriman:

Estimasi pengeluaran:
Berdasarkan data tersebut kita dapat menyusun budget kas untuk tahap pertama, yaitu
estimasi penerimaan dan pengeluaran menurut rencana operasinya perusahaan (operating
transactions).

Tabel 1.
Perusahaan “WIDI”
Budget penerimaan dan pengeluaran kas untuk operasinya perusahaan (transaksi
operasionil)
Selama 6 bulan pertama tahun 1975 (dalam ribuan rupiah)
Dari estimasi penerimaan dan pengeluaran transaksi operasionil sebagaimana Nampak
dalam skedul tersebut diatas kita dapat mengetahui bahwa selama 6 bulan mendatang
perusahaan akan dalam keadaan ilikuid dalam bulan januari dan februari, sedangkan untuk
bulan-bulan lainnya keadaan likuiditasnya cukup baik. Berhubungan dengan ini maka kita harus
mengadakan transaksi financial untuk dapat menjutup deficit untuk 2 bulan tersebut beserta
menentukan waktu pembayaran kembalinya kredit dan pembayaran bunganya. Untuk
keperluan itu kita perlu menyusun “skedul penerimaan dan pembayaran pinjaman dan bunga”.
Untuk keperluan penyusunan skedul tersebut diperlukan tambahan data sbb:
1)      Estimasi saldo kas pada akhir bulan desember 1974 = Rp 100.000,00.
2)      Persediaan besi kas ditetapkan sebesar Rp50.000,00.
3)      Pinjaman dari Bank “x” diterima pada permulaan bulan dan pembayarab bunga dilakukan
pada akhir bulan. Pembayaran kembali utang dilakukan pada permulaan bulan. Bunga bank
ditetapkan sebesar 2% perbulan.
Berdasarkan data tambahan tersebut perlulah kita menentukan berapa besarnya kredit
yang akan diminta dari bank untuk bulan januari dan februari. Deficit bulan januari sebesar
Rp400.000,00 persediaan besi kas ditetapkan sebesar Rp50.000,00. Pada permulaan bulan
januari tersedia uang kas sebesar Rp100.000,00. Bunga kredit 2% yang harus dibayar pada akhir
bulan. Atas dasar data tersebut dapat diperhitungkan besarnya kredit yang akan diminta yaitu
sebesar:
400.000 + 50.000 – 100.000 + 2/100 X = X
X = 357.143,00.
Kalau kita meminjam dari Bank sebesar Rp357.143,00 maka pada akhir bulan januari
saldo kas adalah sebesar persediaan besi kas. Adapun perhitungannya adalah sbb:
Dalam contoh ini misalnya ditetapkan besarnya jumlah kredit yang diminta dari Bank
“X” untuk bulan januari sebesar Rp360.000,00 dan untuk bulan februari sebesar Rp330.000,00.
Pembayaran kembali kredit tersebut sebagian akan dilakukan pada permulaan bulan april
sebesar Rp200.000,00 dan sisanya sebesar Rp490.000,00 dibayar pada permulaan bulan mei.
Berdasarkan data tersebut dapatlah disusun “skedul penerimaan dan pembayaran pinjaman
dan bunga” yang merupakan transaksi financial. Seperti di bawah ini.
Tabel 2.
Skedul penerimaan dan pembayaran pinjaman dan bunga (dalam ribuan rupiah).

   keterangan:            P.B. = Permulaan bulan


                                    A.B. = Akhir bulan
Sebagai tahap terakhir dalam penyusunan budget kas tersebut adalah penyusunan
budget kas final yang merupakan gabungan dari transaksi operasional dan transaksi financial,
yang menggambarkan esimasi penerimaan dan pengeluaran kas keseluruhan.
Tabel 3. Perusahaan “widi”
Budget kas selama 6 bln Pertama th 1975 (dalam ribuan rupiah)

DAFTAR PUSTAKA
http://dokumen-akuntansi.blogspot.co.id/2013/03/investasi-dalam-kas.html
Home » » INVESTASI DALAM KAS
INVESTASI DALAM KAS
By Najudin , Wednesday, March 13, 2013 5 comments
https://eijiho.wordpress.com/2011/02/09/investasi-dalam-kas/
http://ais-zakiyudin.blogspot.co.id/2012/03/investasi-dalam-kas.html

Anda mungkin juga menyukai