Anda di halaman 1dari 33

ANALISIS INVESTASI DAN DEPRESIASI

MAKALAH
UNTUK MEMENUHI TUGAS MATA KULIAH
Matematika Ekonomi Lanjut
yang dibina oleh Bapak Drs. Ir. Yohanes Hadi Soesilo, S.Th., M.Div., ME

Oleh:
1. Idam Maulana 160432600750

2. Janitra Trieska Harjunadhi 160432609066

3. Karim Kamil 160432600717

UNIVERSITAS NEGERI MALANG


FAKULTAS EKONOMI
JURUSAN EKONOMI PEMBANGUNAN
Februari 2018
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kepada Allah SWT berkat dan rahmat-Nya sehingga karya
tulis dengan judul “Analisis Investasi dan Depresiasi” dapat terselesaikan.

Kontribusi matematika dalam ilmu ekonomi menjadi semakin penting,


sepertihalnya mengkalkulasi investasi maupun penyusutan atau depresiasi . Oleh
karena itu, penulis sebagai mahasiswa ekonomi tertarik untuk mempelajari lebih
rinci tentang analisis investasi dan depresiasi.

Karya tulis terwujud bukan semata-mata karena upaya penulis, melainkan


karena bimbingan dan bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis
menyampaikan terima kasih kepada:

1. Bapak Yohanes Hadi Soesilo, selaku Dosen dari Mata Kuliah Matematika
Ekonomi Lanjut yang telah member bimbingan dan pengarahan dalam
menyusun karya tulis ini.

2. Sahabat dan teman-teman penulis yang memberi masukan melalui


pertanyaan yang membangun tentang kemajuan karya tulis ini.

Semoga dengan segala kebaikan mereka mendapat berkat yang berlimpah


dari Allah SWT.

Karya tulis ini sepenuhnya tanggung jawab penulis. Penulis telah berusaha
secara maksimal untuk menyusun karya tulis ini. Penulis memohon maaf jika
penulisan makalah ini masih jauh dari sempurna. Dengan kesadaran tersebut,
penulis membuka diri untuk semua kritik dan saran yang membangun demi
perbaikan dan penyempurnaan karya tulis ini.

Malang, 25 Februari 2018

3
DAFTAR ISI

Halaman
KATA PENGANTAR......................................................................................... ii
DAFTAR ISI...................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah............................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah...................................................................... 1

BAB II PEMBAHASAN “ANALISIS INVESTASI DAN DEPRESIASI”


2.1 Analisis Investasi........................................................................ 2
2.1.1 Investasi Statis.................................................................... 2
2.1.1.1 Perbandingan Biaya................................................ 3
2.1.1.2 Perbandingan Keuntungan..................................... 4
2.1.1.3 Rentabilitas............................................................. 5
2.1.1.4 Amortisasi.............................................................. 6
2.1.2 Investasi Dinamis............................................................... 7
2.1.2.1 Net Present Value (NPV)........................................ 7
2.1.2.2 Internal Rate of Return (IRR)................................. 8
2.1.2.3 Net Benefit-Cost (Net B/C)....................................10
2.1.2.4 Gross Benefit-Cost Ratio (Gross B/C)...................12
2.1.2.5 Profitibility Indeks.................................................13
2.2 Depresiasi................................................................................. 16
2.2.1 Metode Garis Lurus........................................................... 16
2.2.2 Metode Saldo Menurun..................................................... 18
2.2.3 Metode Saldo Menurun Ganda......................................... 21
2.2.4 Metode Jumlah Angka Tahun............................................ 22
2.2.5 Metode Bunga Efektif....................................................... 25
2.2.6 Metode Unit Produksi....................................................... 26

4
BAB III KESIMPULAN DAN SARAN
3.1 Kesimpulan................................................................................. 29

DAFTAR RUJUKAN......................................................................................... 30

5
6

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Era globalisasi dan MEA (Masyarakat Ekonomi Asean) merupakan tantangan


Indonesia pada saat ini. Mengacu pada hal itu, paradigma masyarakat umum
Indonesia maupun di lingkup pemerintahan harus memiliki pemikiran yang
komprehensif dan arif dalam setiap tindakan yang diambil. Pengambilan keputusan
atau tindakan tentu saja harus memiliki dasar yang benar dan pasti, terlebih lagi
ketika berinteraksi dalam ruang lingkup agregat.

Pemahaman yang baik mengenai matematika ekonomi adalah salah satu


komponen untuk mengadapi era globalisasi dan perdagangan bebas, jika negara
tersebut menginginkan keberhasilan dan kemajuan pada era ini. Hal ini dikarenakan
banyaknya konsep-konsep/teori matematika ekonomi yang diimplementasikan,
dibutuhkan, dan bisa dijadikan bahan pertimbangan untuk melakukan suatu tindakan
ekonomi.

Analisis investasi dan depresiasi merupakan pokok bahasan yang menarik


karena hal ini merupakan salah satu konsep dasar yang bisa dimanfaatkan serta
diimplementasikan, pada berbagai kasus ekonomi. Oleh karena itu, penulis
mengangkat tema ini dengan judul “Analisis Investasi dan Depresiasi” dengan tujuan
untuk memahami lebih rinci tentang konsep dasar dan kognisinya dalam matematika
ekonomi lanjut karena sangat esensial untuk menghadapi era sekarang maupun
beberapa dekade mendatang.

1.2 Rumusan Masalah

Dalam karya tulis ini penulis akan membahas rumusan masalah tentang:

1. Bagaimana konsep dasar analisis investasi?

2. Bagaimana konsep dasar depresiasi?


7

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Analisis Investasi

Suatu analisis finansial mengasumsikan bahwa suatu investasi akan


dilaksanakan dengan harapan bahwa segala kegiatan investasi akan menghasilkan di
kemudian hari. Jumlah pendapatan, biaya dan lain-lain yang terjadi akan menentukan
seorang investor mau mengeluarkan modal atau tidak. Makin besar resiko yang
berkaitan dengan arus pendapatan di kemudian hari, makin kecil kemauan seorang
investor mengeluarkan modalnya. Paling tidak, seorang investor mengharapkan
modal kembali plus sejumlah pendapatan bersih yang cukup mengimbangi resiko dan
ketidakpastian investasi di kemudian hari. Dengan kata lain, setiap kegiatan yang
hendak menanamkan yang dengan aman dapat juga digolongkan sebagai investasi.

Dalam rangka menentukan suatu kriteria tentang layak tidaknya suatu proyek,
telah dikembangkan berbagai macam kriteria. Disamping itu, kriteria investasi ini
dapat juga dipakai untuk menentukan prioritas atau urutan ranking dari berbagai
usulan investasi menurut tingkat keuntungan masing-masing. Perkembangan metode
pemilihan investasi secara umum dapat digolongkan ke dalam dua kelompok besar,
yaitu perhitungan investasi statis dan perhitungan investasi dinamis.

2.1.1 Investasi Statis

Analisis investasi statis megasumsikan bahwa arus dana dianggap konstan


karena pada analisis statis ini tidak memasukkan faktor suku bunga di dalamnya. Hal
ini dianggap kurang realistis karena sifat konstan arus dana selama jangka waktu
beberapa tahun tidak dapat dipertahankan lagi. Namun demikian, faktor suku bunga
juga dapat digunakan pada perhitungan-perhitungan investasi statis.
8

Ada 4 kriteria investasi statis, kriteria perbandingan biaya (cost comparison),


perbandingan keuntungan (profit comparison), rentabilitas dan amortisasi. Kriteria
tersebut akan dijelaskan secara garis besar saja, mengingat analisis investasi statis ini
kurang banyak diminati.

2.1.1.1 Perbandingan Biaya

Kriteria pemilihan investasi cara perbandingan biaya ini berangkat dari


penilaian biaya produksi satuan yang terkecil. Jika proyek mempunyai biaya atau
ongkos produksi satuan yang lebih kecil maka proyek itulah yang akan dipilih.
Dengan demikian, jika ada beberapa proyek menghasilkan produk yang sama, maka
urutan-urutan alternatif yang dipilih akan dimulai dari proyek yang mempunyai
ongkos produksi satuan dari yang terkecil sampai yang terbesar.

Contohnya, seorang pengusaha mempunyai dua altefnatif pabrik yang


keduanya mempunyai umur ekonomis 15 tahun. Biaya investasi masing-masing
pabrik diperkirakan mencapai 400 juta rupiah untuk pabrik A dan 500 juta rupiah
untuk pabrik B, sedangkan kapasitas produksi masing-masing pabrik sama yaitu
20.000 unit per tahun. Seperti pada tabel dibawah ini, pabrik mana yang akan dipilih.

Uraian Satuan Pabrik A Pabrik B


1. Modal Rp juta 400 500
2. Kapasitas produksi Unit/tahun 20.000 20.000
3. Umur ekonomis Tahun 15 15
4. Biaya produksi
 Bahan baku Rp juta/tahun 35 35
 Gaji rutin Rp juta/tahun 5 9
 Maintenan peralatan Rp juta/tahun 10 13
 Lain-lain Rp juta/tahun 5 7
5. Depresiasi Rp juta/tahun 40 50
6. Cicilan bunga Rp juta/tahun 20 25
a. Biaya total 115.000.000 139.000.000
b. Biaya produksi satuan (RP) 5.750 6.950
Biaya produksi pabrik A < B. Maka pabrik A yang dipilih

2.1.1.2 Perbandingan Keuntungan


9

Kriteria pemilihan investasi cara perbandingan keuntungan ini sama dengan


perbandingan biaya dimana proyek yang mempunyai keuntungan yang lebih besar
akan dipilih. Kriteria dengan cara ini banyak sekali mendapat kritikan-kirtikan karena
model perbandingan keuntungan ini melepaskan kaitan yang cukup penting antara
total dalam hubungannya dengan stuktur modal ataupun masalah finansial yang
muncul sebagai faktor yang sangat menentukan dalam kriteria pemilihan suatu
proyek.

Contohnya, seperti pada contoh soal di atas, jika kapasitas produksi pabrik A
sebesar 21.000 unit per tahun dan harga satuan penjualan masing-masing produksi
sama, yaitu Rp 10.000 per unit, pabrik mana yang akan dipilih?

Uraian Satuan Pabrik A Pabrik B


1. Modal Rp juta 400 500
2. Kapasitas produksi Unit/tahun 21.000 20.000
3. Umur ekonomis Tahun 15 15
4. Biaya produksi
 Bahan baku Rp juta/tahun 35 35
 Gaji rutin Rp juta/tahun 5 9
 Maintenan peralatan Rp juta/tahun 10 13
 Lain-lain Rp juta/tahun 5 7
5. Depresiasi Rp juta/tahun 40 50
6. Cicilan bunga Rp juta/tahun 20 25
a. Biaya total 115.000.000 139.000.000
b. Biaya produksi satuan (RP) 5.476 6.950
c. Pendapatan dihitung 210.000.000 200.000.000
menurut kapasitas total
d. Keuntungan/laba (C – A) 95.000.000 61.000.000
Laba pabrik A > B. Maka pabrik A yang dipilih

2.1.1.3 Rentabilitas

Rentabilitas adalah perbandingan antara tingkat keuntungan atau laba dengan


modal yang dicerminkan dalam persamaan berikut ini:
10

Keuntungan
Rentabilitas= × 100
Modal

Rentabilitas juga dapat didefinisikan sebagai laju balik modal (Returm On


Investment atai ROI). Dengan demikian kriteria ini memungkinkan bagi seorang
investor mengambil keputusan dalam pemilihan suatu proyek yaitu proyek yang
mempunya tingkat rentabilitas yang tertinggi yang akan dipilih.

Pada kasus pemilihan pabrik diatas, dapat dihitung tingkat rentabilitas


masing-masing pabrik yaitu:

95.000 .000
Rebtabilitas → A= ×100 =23,75
400.000 .000

61.000 .000
Rebtabilitas → B= ×100 =12,20
500.000 .000

Rebtabilitas A > B→ pabrik A yang dipilih .

2.1.1.4 Amortisasi

Amortisasi adalah waktu yang diperlukan mulai awal kegiatan proyek hingga
biaya-biaya dan modal yang dikeluarkan sama dengan pendapatan dari penjualan
produk. Jika waktu amortisasi dinotasikan sebagai TA, maka waktu amortisasi
dinyatakan dalam hubungan berikut ini:

I
TA = + TK
R−C

Dimana, I = Investasi

R = Pendapatan penjualan

C = Biaya yang dikeluarkan

TK = Waktu konstruksi

Contoh 21.
11

Sebuah pabrik perakitan mobil mempunyai waktu konstruksi 3 tahun dengan


investasi awal sebesar Rp. 3 miliar. Jika penjualan per tahun diproyeksikan sebesar
Rp. 2 miliar dan biaya-biaya diperkirakan mencapai Rp. 1 miliar termasuk bunga
pinjaman. Hitunglah waktu amortisasi jika dikenakan pajak sebesar 50%.

Diketahui,

I = Rp. 3.000.000.000 R = Rp. 2.000.000.000 TK = 3 tahun

C = Rp. 1.000.000.000 + {50% x (2.000.000.000 – 1.000.000.000)}

= Rp. 1.500.000.000

Waktu amortisasi

I 3.000 .000.000
TA = + TK= +3
R−C 2.000 .000 .000−1.500 .000 .000

3.000 .000 .000


= +3=6+3=9
500.000 .000

Jadi, waktu amortisasi pabrik mobil adalah 9 tahun.

2.1.2 Investasi Dinamis

Berbeda dengan perhitungan-perhitungan investasi statis, pada analisis


investasi dinamis faktor tingkat suku bunga sangat berperan di dalam pembicaraan
dan merupakan bagian penting dari investasi model dinamis. Di sini digunakan
prinsip nilai waktu dari uang.

Ada 5 (lima) kriteria investasi dinamis yang dibicarakan dalam bab ini. Uraian
berikut akan menjelaskan masing-masing kriteria tersebut.

2.1.2.1 Net Present Value (NPV)

Pendapatan bersih sekarang adalah suatu model untuk membandingkan


pendapatan (benefit) dan biaya (cost) dengan cara mendiskontokan masing-masing ke
12

waktu sekarang. Semua biaya yang telah didiskon dijumlah dan dikurangkan pada
pendapatan diskon akan terdapat selisih (nilai sekarang) pendapatan bersih.

Secara matematis, nilai NPV dari arus-arus benefit dan biaya dapat dituliskan
sebagai berikut:

1+i¿ 1
1+i¿
1
1+i ¿
2 3
1+i ¿ ¿ 1+i ¿
1
1+i¿ n
NPV = [ B¿ + ¿
B2 + ¿
B3 + ....... + ¿ ] -[ C¿ +
1 ¿ 1
¿ ¿ ¿ Bn−1 ¿
¿

1 1+i¿ t
1+i¿ ¿
1+i¿ 2
1+i¿ 3 ¿ ¿
¿ ¿ 1+i¿ n Bt −C
+ + ....... + ] =
t

C1 C3 ¿ ¿
¿ ¿
¿ ¿ C n−1 n

¿ ∑¿
t =1

Keterangan :

Bt = Pendapatan/benefit pada tahun ke-t.

Ct = Biaya pada tahun ke-t.

i% = Suku bunga yang ditunjukkan sebagai suku bunga sosial (social


discount rate).

t = Tahun pendapatan diterima dan biaya dikeluarkan.

n = Periode investasi (umur ekonomis).


13

Jika: NPV > 0 = Proyek “go” (diterima).

NPV = 0 = Proyek mengembalikan persis sama dengan suku bunga sosial


(social discount rate).

NPV < 0 = Proyek ditolak, artinya ada penggunaan lain yang lebih
menguntungkan untuk sumber – sumber yang diperlukan.

2.1.2.2 Internal Rate of Return (IRR)

IRR (Internal Rate of Return) adalah faktor diskon yang dapat menjadikan
NPV sama dengan nol, atau nilai sekarang jumlah arus pendapatan yang diharapkan
di kemudian hari sama dengan biaya proyek tersebut. Jika pada kriteria NPV suku
bunga ditentukan lebih dahulu, maka pada perhitungan IRR ini justru yang akan
dicari suku bunga (r%) yang menjadikan arus pendapatan dan biaya tersebut
berjumlah nol.

Secara matematis, pernyataan ini dapat dirumuskan sebagai berikut:

t t
1+r ¿ 1+r ¿
¿ ¿
¿ ¿
Bt Ct
NPV = ¿ ]– ¿ ] = 0 sehingga:
¿ ¿
n n

∑¿ ∑¿
t=1 t=1

1+r ¿t
¿
¿
Bt −C
NPV = ]=0
t

¿
¿
n

∑¿
t=1

Untuk menghitung harga r secara langsung sangat sulit dilakukan. Pemecahan


persoalan ini dapat ditempuh dengan cara coba-coba (trial and error), yaitu mencari
14

nilai NPV1 dengan sebarang r1, lalu dicari lagi untuk NPV2 pada suku bunga r2.
Asalkan salah satu kedua perkiraan NPV tidak terlalu jauh dari nol (yang baik jika
NPV1 dan NPV2 berlawanan tanda), maka perkiraan nilai IRR dapat dipecahkan
dengan interpolasi sebagai berikut:

Gambar 1.1 Mencari IRR

Kurva lengkung pada gambar 1.1 di atas akan memotong sumbu r untuk nilai NPV =
0 dan harga r adalah IRR yang kita cari. Dengan cara interpolasi gambar tersebut
dapat dipandang bahwa segitiga-segitiga r1-IRR-NPV1 dan r2-IRR-NPV2 dianggap
mempunyai sisi-sisi lurus, yaitu garis NPV1-IRR-NPV2 dianggap garis lurus. Dengan
mengetahui nilai NPV1 dengan sembarang r1 dan nilai NVP2 dengan sembarang r2
maka secara sistematis pernyataan ini dapat dirumuskan sebagai berikut:
15

NPV 1
IRR = r1 + (r2 – r1)
NPV 1−NPV 2

Atau

NPV 2
IRR = r2 + (r2 – r1)
NPV 1−NPV 2

Jika:

IRR > i : Proyek diterima

IRR = i : Mengembalikan persis sama dengan suku bunga sosial (social


discount rate) yang menjadikan NPV = 0.

IRR < i : Proyek ditolak. Ada penggunaan lain yang lebih menguntungkan
untuk sumber-sumber yang diperlukan.

Kriteria IRR ini dapat diartikan bahwa suatu kegiatan investasi dapat diterima
jika nilai IRR lebih besar dari suku bunga sosial ataupun bila IRR lebih besar
daripada biaya modal.

2.1.2.3 Net Benefit-Cost (NET B/C)

Analisis Net B/C adalah variasi dari Net Present Value. Kriteria ini digunakan
pada proyek-proyek pemerintah yang seringkali nilai benefit (manfaat) atau biaya
yang terjadi pada proyek sulit diperoleh. Pada proyek pemerintah, benefit memiliki
pengertian yang luas daripada profit (keuntungan) pada proyek swasta. Manfaat yang
ditimbulkan oleh suatu proyek publik adalah benefit tanpa melihat kepada siapa
manfaat tersebut diberikan.

Secara matematis, Net B/C ini dapat dirumuskan sebagai berikut:


16

[ ]
n
Bt−C t
∑ (1+ i)
t
… [ Bt −C t ] >0
t=1
Net B /C=
C t −Bt … [ Bt −C t ] <0
∑[ ]
n

t
t−1 (1+ i)

Jika: Net B/C > 1 → Proyek diterima.

Net B/C < 1 → Proyek ditolak.

Nilai Net B/C dapat dihitung jika terdapat paling sedikit salah satu dari angka
[ B t−C t ]< 0 (negatif). Jika tidak demikian, maka nilai Net B/C maupun nilai IRR
akan menjadi tak terhingga.

Contoh:

Seorang investor akan melakukan investasi pada suatu proyek. Diperkirakan umur
proyek 20 tahun. Jumlah pendapatan (manfaat) dan biaya dari proyek disajikan pada
tabel di bawah ini:

Dalam rupiah
Tahun Biaya Manfaat (Benefit)
1 45.000.000 0
2 15.000.000 25.000.000
3 15.000.000 25.000.000
4 15.000.000 25.000.000
5-15 15.000.000 25.000.000
6-20 15.000.000 25.000.000

Jika digunakan tingkat suku bunga diskonto 18%, hitunglah a. NPV, b. IRR, dan
c.Net B/C dari proyek tersebut dan berikan analisis apakah proyek tersebut layak
diteruskan atau tidak.

Penyelesaian dapat dibuat dengan tabulasi:


17

Dari tabel diatas dapat dihitung:

a. NPV pada 18% = Rp 17.652.000,- (kolom berwarna kuning)


NPV 25
b. ¿ 25 + ( 26 −25 )
NPV 25 −NPV 26
1,452
¿ 25 + ∗1
1,452−(−0,110)
¿ 25 + 0,93
¿ 25,93
(Perhitungan yang cukup teliti menghasilkan IRR = 25,926263%)
Rp38.136 .000,−¿=1,463
c. Net B/C Ratio pada Rp 55.788.000,− ¿
¿
18 =¿
d. Hasil evaluasi: NPV > 0, IRR > 18% dan Net B/C > 1 sehingga proyek
tersebut layak dilanjutkan.
18

2.1.2.4 Gross Benefit-Cost Ratio (GROSS B/C)

[ ]
n
Bt
∑ (1+i)
t
t −1
Gross B/ C=
∑[ ]
n
Ct
t
t −1 (1+i)

Rumus ini sangat berbeda dengan rumus Net B/C, karena arus pendapatan
kotor dan arus pengeluaran kotor di diskonto secara terpisah yang menyebabkan
Gross B/C sangat peka terhadap berbagai perubahan pada pos-pos biaya rutin
terhadap benefit kotor tiap tahun. Dengan demikian, sebagai salah satu kriteria
penilaian proyek, kriteria Gross B/C ratio hendaknya tidak dipakai dalam analisis
benefit-cost.

2.1.2.5 Profitibility Indeks

Profitability Indeks dapat didefinisikan sebagai angka perbandingan nilai


sekarang dari benefit suatu proyek dibagi dengan biaya investasi pada awal proyek.
Indeks ini membedakan antara biaya modal Kt dengan biaya Ct . Rumus
Profitability Indeks ini adalah:

[ ]
n
Bt −Ct
∑ (1+i)t
t−1
Profita−ility Indeks( PI )= n

∑ Kt
t−1

Keterangan bila dipakai menilai proyek swasta:

Bt : Pendapatan total penjualan selama 1 tahun

Ct : Semua pos-pos pengeluaran selama kurun waktu proyek, termasuk pajak,


depresiasi, tips, dana siluman, biaya KKN yang harus dikeluarkan oleh
perusahaan
19

Angka PI umumnya lebih mendekati Net B/C Ratio. Jika benefit dan biaya rutin
mulai muncul hanya sesudah proses investasi selesai yaitu jika biaya tahunan pertama
suatu proyek hanya pada biaya modal saja maupun biaya rutinnya tidak lebih dari
benefit kotornya, maka indeks ini akan sama dengan Net B/C ratio-nya.

Contoh:

Jika suku bunga i = 18% sedangkan harga-harga investasi awal sama, hitunglah Gross
B/C ratio dan Profitability Indeks nya.

Dengan melihat hasil-hasil perhitungan yang tertuang dalam tabel, maka hasil
perhitungan di depan antara lain:

Rp105.715 .000,−¿=1,167
a. Gross B/C Ratio Rp123.367 .000,− ¿
¿
¿¿

[ ]
n
Bt −Ct n
b. Besaran ∑ t
=55,788 juta dan ∑ K t =38,136 (juta) sehingga
t =1 (1+i) t =1

Profitability Indeksnya adalah:


Rp 55.788 .000
PI ¿ =1,463
Rp 38.136 .000
Hasil PI ini ternyata sama dengan Net B/C ratio-nya (karena investasi awal
atau modal hanya sekali saja muncul pada tahun pertama).

Contoh:

Seorang pengusaha akan melakukan investasi pada suatu proyek. Diperkirakan umur
proyek 10 tahun. Jumlah pendapatan dan biaya dari proyek disajikan pada tabel
dibawah ini. Jika digunakan tungkat suku bunga diskonto 17%, hitunglah:

a. NPV
b. IRR
c. Net B/C
d. Gross B/C
e. Profitability Indeks (PI)
20

Penyelesaian dapat dibuat dalam bentuk tabulasi yaitu:

Dari tabel tabulasi diatas dapat dihitung:

a. NPV pada 17% = Rp 106.801.000


21

NPV 32
b. IRR ¿ 32 + (33 −32 )
NPV 32 −NPV 33
0,979
¿ 32 + ∗1
0,797−(−3,315)
¿ 32 +0,194
¿ 32,194
Rp 277.741 .000
c. Net B/C Ratio pada 17 = =1,625
Rp 170.940 .000
Rp 350.070 .000
d. Gross B/C Ratio ¿ =1,439
Rp 243.269 .000
n
e. Pembentukan modal : ∑ K t =( 170.940 .000+7.305 .000 )=178.245 .000
t =1
Rp 277.741.000
sehingga, PI ¿ =1,1558
Rp 178.245 .000

2.2 Depresiasi

Penyusutan (depreciation) adalah alokasi biaya perolehan atau sebagian besar


harga perolehan suatu aset tetap selama masa manfaat aset itu. Besar nilai yang dapat
disusutkan adalah selisih antara harga perolehan dengan nilai sisa, yaitu nilai aset itu
pada akhir masa manfaatnya. Besar penyusutan untuk setiap periode dapat ditentukan
dengan menggunakan beberapa metode, yaitu:

1. Metode garis lurus (straight line)


2. Metode saldo menurun (declining balance)
3. Metode saldo menurun ganda (double declining)
4. Metode jumlah angka tahun (sum of the years’ digits)
5. Metode bunga efektif (effective interest method)
6. Metode unit produksi (production unit)

2.2.1 Metode Garis Lurus

Metode garis lurus adalah metode penyusutan yang paling sederhana dan
mudah sehingga paling sering digunakan dalam praktik. Dalam metode ini kita
mengasumsikan bahwa kegunaan suatu asset tetap akan mengalami penurunan secara
linier atau tetap/konstan untuk setiap periode masa manfaatnya. Berdasarkan asumsi
22

tersebut, biaya penyusutan per periode akan sama besar dan dapat dinyatakan dengan
persamaan:

C−S
Rk =
n

W
Rk =
n

B
Sedangkan akumulasi penyusutan (D k ) dan nilai buku (¿¿ k ) dinyatakan
¿
dengan persamaan berikut:

Dk =k−R k

B k =C−k . Rk

Contoh:

Pada tanggal 1 Januari 2010 PT Sukamakmur membeli sebuah mesin seharga Rp


40.000.000,- untuk memperlancar produksi. Umur ekonomis dari mesin tersebut
diperkirakan 5 tahun dan nilai sisanya Rp 4.000.000,-. Hitung biaya penyusutan per
tahun apabila digunakan metode garis lurus dan buat tabel penyusutannya.

C=Rp 40.000.000

S=Rp 4.000 .000

n=5Tahun

W =C−S

W =Rp 40.000 .000−Rp 4.000.000

W =Rp 36.000 .000

W
Rk =
n
23

Rp 36.000 .000
¿
5

¿ Rp7.200 .000

Dasar Akumulasi
Penyusutan Nilai Buku
Tahun Penyusutan Penyusutan
(Rp) (Rp)
(Rp) (Rp)
- - - 40.000.000
1 36.000.000 7.200.000 7.200.000 32.800.000
2 36.000.000 7.200.000 14.400.000 25.600.000
3 36.000.000 7.200.000 21.600.000 18.400.000
4 36.000.000 7.200.000 28.800.000 11.200.000
5 36.000.000 7.200.000 36.000.000 4.000.000

2.2.2 Metode Saldo Menurun

Metode saldo menurun atau metode dipercepat akan menghasilkan biaya


penyusutan yang tidak sama untuk setiap periode, tetapi menurun dari satu periode ke
periode berikutnya. Dalam metode ini, biaya penyusutan yang dibebankan pada
tahun-tahun awal lebih besar daripada biaya penyusutan pada tahun-tahun berikutnya.
Pembebanan biaya penyusutan yang demikian berdasarkan asumsi bahwa pada tahun-
tahun awal suatu aset memberikan kontribusi yang lebih besar dibandingkan dengan
tahun-tahun berikutnya.

Pertimbangan lain penggunaan metode saldo menurun dan variasinya adalah


perataan total biaya yang berhubungan dengan aset tetap. Kita ketahui bahwa biaya
perawatan dan pemeliharaan aset tetap di awal periode adalah kecil dan menjadi
semakin besar dengan bertambahnya umur aset. Dengan demikian, total biaya
operasional aset tetap yang terdiri atas biaya perawatan, biaya pemeliharaan, dan
biaya penyusutan menjadi stabil.

Jika metode saldo menurun digunakan, kita memerlukan tarif penyusutan, d,


yang dapat diperoleh jika diberikan variabel-variabel C,S, dan n, yaitu:
24

d=1−

n S
C

Sedangkan biaya penyusutan per tahun dihitung dengan mengalihkan tarif penyusutan
yang didapat dengan nilai buku aset pada akhir tahun sebelumnya. Persamaan untuk
menghitung biaya penyusutan adalah sebagai berikut:

Rk =d . Bk−1

Biaya penyusutan dengan metode ini semakin lama semakin kecil nilainya. Pada awal
tahun pertama, nilai buku suatu aset tetap sama dengan harga perolehannya, dan pada
akhir tahun pertama besarnya biaya penyusutan didapat dari mengalikan tarif
penyusutan dengan harga perolehan. Sedangkan pada akhir tahun kedua, besarnya
biaya penyusutan didapat dari mengalikan tarif penyusutan dengan nilai buku aset
pada akhir tahun pertama. Perhitungan ini berlaku seterusnya sepanjang umur aset
yang bersangkutan. Mencari biaya penyusutan dan nilai buku aset secara lengkap per
akhir tahun dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut:

Akhir Tahun Biaya Penyusutan Nilai Buku Aset

1 dC C−Cd−( 1−d ) C
2 d (1−d) C ( 1−d ) C−d ( 1−d ) C−d (1−d)2 C
3 d (1−d)2 C (1−d)2 C−d (1−d )2 C−d (1−d )3 C
k d (1−d)k C (1−d)k−1 C−d (1−d )k−1 C−d (1−d )k C

Pada tabel diatas, terlihat bahwa apabila perhitungan biaya penyusutan dan
nilai buku aset kita lanjutkan sampai tahun k, maka nilai buku aset pada akhir tahun k
akan dapat dihitung dengan persamaan berikut:

k
B k =(1−d ) C

Sedangkan nilai akumulasi penyusutan atau Dk pada akhir tahun k dapat dihitung
dengan persamaan berikut:

k
D k =C−(1−d ) C
25

Contoh:

Sebuah mobil dengan harga perolehan Rp 300.000.000,- disusutkan dengan


menggunakan metode saldo menurun dengan tarif 30%. Buat tabel penyusutan untuk
3 tahun pertama, kemudian hitung nilai buku pada akhir tahun ke-4 dan biaya
penyusutan untuk tahun ke-5.

C=Rp300.000 .000

d=30 =0,3

a. Tabel penyusuan dengan metode saldo menurun:

Akumulasi
Tahun Penyusutan (Rp) Nilai Buku (Rp)
Penyusutan (Rp)
- - 300.000.000
1 90.000.000 90.000.000 210.000.000
2 63.000.000 153.000.000 147.000.000
3 44.100.000 197.100.000 102.900.000

b. Nilai buku pada akhir tahun ke-4 ( B 4 ) dapat dihitung dengan


menggunakan persamaan sebagai berikut:
k
B k =(1−d ) C
B k =(1−0,3)4∗Rp300.000 .000
¿ Rp72.030 .000

R
c. Biaya penyusutan untuk tahun ke- (¿¿ 5) dapat dihitung dengan
¿
menggunakan persamaan:

Rk =d . Bk−1
R5=( 0,3 )∗B5−1
¿ ( 0,3 )∗Rp 72.030 .000
¿ Rp21.609 .000

2.2.3 Metode Saldo Menurun Ganda


26

Metode saldo menurun yang menggunakan tarif penyusutan 2 kali tarif


penyusutan garis lurus untuk tarif manfaat yang sama. Maksudnya, jika manfaat suatu
aset tetap adalah 5 tahun sehingga tarif penyusutan garis lurusnya 20% maka tarif
penyusutan saldo menurun ganda adalah 40%.

Untuk menghitung biaya penyusutan dengan metode ini, tarif penyusutan


dikalikan dengan nilai buku sedangkan nilai sisa diabaikan; sama seperti metode
saldo menurun; sama seperti metode saldo menurun. Untuk tahun pertama, tarif
penyusutan dikalikan dengan nilai perolehan. Untuk penyusutan tahun terakhir,
pembulatan nilai penyusutan harus dilakukan untuk memastikan kita mendapatkan
nilai sisa dengan yang sudah ditetapkan.

Contoh 8.5

Sebuah peralatan dengan harga perolehan Rp. 410.000.000 disusutkan selama


lima tahun. Nilai sisa peralatan ini setelah akhir masa manfaat diperkirakan adalah
Rp. 10.000.000. Buat tabel penyusutan lengkap jika digunakan metode metode
penyusutan saldo menurun ganda.

Jawab :

Tarif penyusutan = 2 x 1/5 x 100% = 40%

Tahun Penyusutan Akumulasi Nilai Buku


(Rp) Penyusutan (Rp)
(Rp)
- - 410.000.000
1 164.000.000 164.000.000 246.000.000
2 98.400.000 262.400.000 147.600.000
3 59.040.000 321.440.000 88.560.000
4 35.424.000 356.864.000 53.136.000
5 43.136.000* 400.000.000 10.000.000
*Pembulatan untuk mendapatkan nilai sisa Rp. 10.000.000.

Contoh 8.6
27

Hitung nilai buku sebuah kendaraan yang dibeli dengan harga Rp.
250.000.000 pada akhir tahun kedua jika masa manfaat adalah 4 tahun dan nilai sisa
adalah Rp. 50.000.000.

Jawab :

d = 2 x ¼ x 100%

= 50% = 0,5

K =2

B4 = C (1 – d)2

= Rp. 250.000.000 x (1 – 0,5)2

= 62.500.000

2.2.4 Metode Jumlah Angka Tahun

Metode jumlah angka tahun akan menghasilkan pola penyusutan yang sama
dengan metode saldo menurun atau saldo menurun ganda dalam arti biaya penyusutan
akan semakin kecil dari tahun ke tahun. Perbedaannya adalah metode ini
menggunakan dasar penyusutan (selisih harga perolehan dengan nilai sisa) dan tidak
menggunakan nilai buku seperti pada metode saldo menurun.

Penetapan tarif penyusutan dalam metode ini adalah merupakan bilangan


pecahan yang semakin lama semakin kecil. Pembilang (numerator) pada angka
pecahan ini merupakan angka tahun yang ada selama masa manfaat aset tetap
tersebut. Sedangkan untuk bilangan penyebutnya (denominator) adalah jumlah angka
tahun yang ada. Misalnya, sebuah mesin memiliki masa manfaat 5 tahun, maka
pembilang untuk tahun pertama adalah angka tahun terakhir (dalam contoh ini adalah
5). Pembilang untuk tahun ke-2 adalah angka kedua sebelum angka terakhir, yaitu 4.
Hal ini berlaku seterusnya hingga pembilang pada tahun ke-5 adalah angka tahun
yang pertama, yaitu 1. Sedangkan untuk bilangan penyebutnya adalah jumlah seluruh
masa manfaat, yang dalam contoh ini adalah 1 + 2 + 3 + 4 + 5 = 15. Apabila n adalah
28

masa manfaat dan S adalah denominator, maka S = 1 + 2 + ... + n. Apabila umur


ekonomis sangat besar, kita dapat menggunakan persamaan S = (n/2)(1 + n).

Untuk mencari besar biaya penyusutan pada tahun k (Rk) dengan metode
jumlah angka tahun dapat digunakan persamaan:

n – k +1
Rk = (C – S)
S

Seperti metode saldo menurun, metode ini dipakai untuk menghitung biaya
penyusutan aset tetap yang memberikan kontribusi yang besar di tahun – tahun awal
masa manfaat.

Contoh 8.7

Pada tanggal 2 Januari 2010 PT. Milenium membeli sebuah peralatan


komputer seharga Rp. 5.000.000 yang memiliki masa manfaat 5 tahun dengan nilai
sisa Rp. 500.000. Apabila perusahaan memakai metode jumlah angka tahun untuk
menghitung biaya penyusutan setiap tahunnya dan tampilkan dalam tabel.

Jawab :

C = Rp. 5.000.000

S = Rp. 500.000

W =C–S

= Rp. 5.000.000 – Rp. 500.000

= Rp. 4.500.000

n = 5 tahun

n – k +1
Rk = (C – S)
S
29

a. Biaya penyusutan tahun pertama:


R1 = 5/15 X Rp. 4.500.000
= Rp. 1.500.000
b. Biaya penyusutan tahun kedua:
R2 = 4/15 X Rp. 4.500.000
= Rp. 1.200.000
c. Biaya penyusutan tahun ketiga:
R3 = 3/15 X Rp. 4.500.000
= Rp. 900.000

d. Biaya penyusutan tahun keempat:


R4 = 2/15 X Rp. 4.500.000

= Rp. 600.000

e. Biaya penyusutan tahun kelima:


R5 = 1/15 X Rp. 4.500.000

= Rp. 300.000

f. Tabel penyusutan dengan metode jumlah angka tahun:

Tahun Dasar Peyusutan Akumulasi Nilai Buku


(Rp) (Rp)
Penyusutan Penyusutan
(Rp)
(Rp)
- - - 5.000.000
1 4.500.000 1.500.000 1.500.000 3.500.000
2 4.500.000 1.200.000 2.700.000 2.300.000
3 4.500.000 900.000 3.600.000 1.400.000
4 4.500.000 600.000 4.200.000 800.000
5 4.500.000 300.000 4.500.000 500.000

2.2.5 Metode Bunga Efektif

Penggunana metode penyusutan saldo menuurn, saldo menurun ganda dan


jumla angka tahun mempunyai kesamaan, yaitu biaya penyusutan akan besar di
periode-periode awal dan mengecil di periode-periode akhir. Untuk tujuan
meminimumkan pajak, ketiga metode ini dirokemendaskan.
30

Meskipun demikian, metode-metode di atas juga mempunyai kelemahan.


Ketiga metode ini tidak disukai para manajer yang kinerjanya dievaluasi berdasarkan
laba bersih. Untuk menghindari penurunan bonus yang akan diterimanya akibat
rendahnya laba bersih, manajer tidak bersedia untuk melakukan atau menyetujui
pembelian asset tetap. Sikap seperti ini dapat merugikan perusahaan karena asset
tetap yang lama sangat mungkin sudah tidak layak atau tidak efisien lagi unutuk
dioperasikan. Keengganan membeli tambahan mesin baru juga dapat menghambat
peningkatan produksi atau penambahan kapasitas.

Ringkasnya, metode pencatatan biasay penusutan yang menurun dapat


menyebabkan ketidaksesuaian tujuan manajer dan tujuan perusahaan atau goal
incongruence. Dalam banyak kesempatan, manajer akan cenderung mementingkan
tujuannya dan menomorduakan tujuan perusahaan.

Untuk mengatasi ketidaksesuaian tujuan diatas, metode saldo meningkat yang


merupakan kebalikan metode di atas, dianjurkan. Metode ini membebankan biaya
penyusutan ang kecil di tahun-tahun awal dan meningkat di tahun-tahun berikutnya.
Metode penyusutan seperti ini disebut metode bunga efektig dan mempunyai
metode perhitungan yang sama seperti perhitungan kolom pembaaran pokok dalam
skedul amortisasi utang.

Metode penyusutan ini akan menyelaraskan tujuan manajer dan tujuan


perusahaan. Manajer tidak takut bonusnya berkurang akibat keputusan pembelian
asset teta[ baru atau penggantian asset lama.

2.2.6 Metode Unit Produksi

Dalam lima metode yang telah dibahas sebelumnya, taksiran masa manfaat
dinyatakan dalam satuan waktu. Dalam metode unit produksi, estimasi masa manfaat
asset tetap dinyatakan denga satuan unit produksi. Unit produksi tersebut dapat
dinyatakan dalam bentuk jam pemakaian, kilometer pemakaian, jumlah output dan
lain-lain.
31

Dasar penyusutan dalam metode ini dihitung dengan mengurangkan harga


perolehan dengan nilai sisa asset tetap tersebut. Persamaan untuk menghitung
penyusutan dengan metode unit produksi adalah:

Dasar penyusutan ( c−s)


Tarif penyusuta= =
Kapasitas produksi n

Biaya penyusutan (Rk) = Tarif x Jumlah produksi (pemakaian)

(Rk) = tarif x (C – S)

(Rk) = tarif x W

Contoh :

Sebuah mesin seharaga Rp 15.000.000 diestimasikan memiliki asa manfaat selama 5


tahun dan nilai sisa Rp 2.500.000. Mesin tersebut diperkirakan mampu bekerja
selama 20.000 jam. Jika diasumsikan unit produksi aktual dari mesin tersebut selama
5 tahun adalah 5.000 jam, 4.500 jam, 3.900 jam, 3.500 jam dan 3.100 jam, sementara
perusahaan memakai metode unit produksi dalam menghitung biaya penyusutan per
tahun, hitung:

a. Dasar penyusutan.
b. Tarif penyusutan per jam.
c. .biaya penusutan per tahun dan tabelnya.

Jawab:

C = Rp 15.000.000

S = Rp 2.500.000

n = 20.000 jam
32

a. Dasar penyusutan:

W =C–S

= Rp 15.000.000 – Rp 2.500.000

= Rp 12.500.000

b. Tarif penyusutan per jam:

W
Tarif =
n

Rp 12.500 .000
¿
20.000

¿ Rp625 per jam

c. Biaya penyusutan per tahun dan tabelnya:

Tahun Produksi Penyusutan Akumulasi Nilai Buku


dalam rupiah (Rp) Penyusutan (Rp)
(jam) (Rp)
- - - - 15.000.000
1 5.000 3.125.000 3.125.000 11.675.000
2 4.500 2.812.500 5.937.500 9.062.500
3 3.900 2.437.500 8.375.000 6.625.000
4 3.500 2.187.500 10.562.500 4.437.500
5 3.100 1.937.500 12.500.000 2.500.000

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
33

Suatu investasi dilakukan dengan harapan bahwa, kegiatan investasi itu akan
menghasilkan keuntungan di kemudian hari. Jumlah pendapatan, biaya dan lain-lain
yang terjadi akan menentukan seorang investor mau mengeluarkan modal atau tidak.
Perkembangan metode pemilihan investasi secara umum dapat digolongkan ke dalam
dua kelompok besar, yaitu perhitungan investasi statis dan perhitungan investasi
dinamis.

Disamping itu, terdapat penyusutan, yang akan dialami setiap aset. Penyusutan
(depreciation) adalah alokasi biaya perolehan atau sebagian besar harga perolehan
suatu aset tetap selama masa manfaat aset itu. Besar nilai yang dapat disusutkan
adalah selisih antara harga perolehan dengan nilai sisa, yaitu nilai aset itu pada akhir
masa manfaatnya. Besar penyusutan untuk setiap periode dapat ditentukan dengan
menggunakan beberapa metode, yaitu:

1. Metode garis lurus (straight line)


2. Metode saldo menurun (declining balance)
3. Metode saldo menurun ganda (double declining)
4. Metode jumlah angka tahun (sum of the years’ digits)
5. Metode bunga efektif (effective interest method)
6. Metode unit produksi (production unit)

DAFTAR RUJUKAN

Frensidy, Budi. 2011. Matematika Keuangan. Jakarta: Salemba Empat.

Wibisono, Yusuf. 1999. Manual Matematika Ekonomi. Yogyakarta: Gajah Mada


University Press.

Anda mungkin juga menyukai