Disusun Oleh :
Nama : Marsha
NIM : 33110100
Kelas : C
November 2013
i
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI.............................................................................................................................................ii
DAFTAR TABEL & GAMBAR...................................................................................................................iii
BAB I......................................................................................................................................................2
PENDAHULUAN.....................................................................................................................................2
1.1. Latar Belakang Penulisan......................................................................................................2
1.2. Identifikasi Masalah..............................................................................................................3
1.3. Rumusan Masalah.................................................................................................................3
1.4. Tujuan Penulisan...................................................................................................................4
1.5. Manfaat Penulisan................................................................................................................4
BAB II.....................................................................................................................................................5
KERANGKA TEORI..................................................................................................................................5
2.1. Teori yang Berhubungan dengan Revenue & Gains.............................................................5
2.2. Teori yang berhubungan dengan Expense & Loss..............................................................12
2.3. Teori yang Berhubungan dengan Asset..............................................................................19
2.4. Teori yang Berhubungan dengan Liabilities........................................................................24
2.5. Teori yang Berhubungan dengan Capital............................................................................32
2.6. Teori yang Berhubungan dengan Pengungkapan...............................................................40
2.7. Regulasi...............................................................................................................................47
BAB III..................................................................................................................................................53
KERANGKA PEMIKIRAN & METODE ANALISIS DATA............................................................................53
3.1. Kerangka Pemikiran............................................................................................................53
3.2. Metode Analisis Data..........................................................................................................57
BAB IV..................................................................................................................................................58
PEMBAHASAN.....................................................................................................................................58
BAB V...................................................................................................................................................61
KESIMPULAN & SARAN........................................................................................................................61
5.1. Kesimpulan..........................................................................................................................61
5.2. Saran....................................................................................................................................61
DAFTAR PUSAKA...................................................................................................................................iv
ii
DAFTAR TABEL & GAMBAR
iii
BAB I
PENDAHULUAN
Manfaat air bagi kehidupan merupakan harga mati untuk permasalahan hidup
di muka bumi ini. Semua jenis kehidupan sangat bergantung pada air untuk tetap
hidup dan berkembang. Sepertiga bumi ini terdiri dari air, sama seperti manusia yang
55% - 78% tubuhnya terdiri dari air. Bahkan begitu pentingnya air bagi kehidupan,
manusia hanya bisa bertahan hidup paling lama lima hari tanpa air. Dalam skala yang
lebih luas, air bersih dan sehat sangat penting bagi perkembangan sosial dan ekonomi.
Dengan melihat kebutuhan manusia terhadap air yang begitu besar, maka
industri di bidang pengolahan air menjadi air bersih yang siap untuk diminum
merupakan industri yang fundamental. Oleh karena itu, penulis tertarik untuk
menganalisis laporan keuangan dari PT Tri Banyan Tirta (ALTO) yang bergerak
dalam industri ini.
Berkembangnya dunia usaha di Indonesia yang semakin kompetitif menuntut
setiap perusahaan untuk dapat mengolah dan melaksanakan manajemen perusahaan
menjadi lebih profesional. Bertambahnya pesaing disetiap saat, baik pesaing yang
berorientasi lokal maupun pesaing yang berorientasi international (multinational
corporation), maka setiap perusahaan harus berusaha menampilkan yang terbaik, baik
dalam segi kinerja perusahaan, juga harus ditunjang dengan strategi yang matang
dalam segala segi termasuk dalam manajemen keuangan.
Manajemen keuangan sangat berpengaruh terhadap kelangsungan kegiatan
dan eksistensi suatu perusahaan serta berpengaruh pula pada setiap individu yang ada
dalam perusahaan tersebut. Oleh karena itu, seorang manajer keuangan dituntut untuk
dapat menjalankan manajemen keuangan dengan baik, hal ini dilakukan agar
perusahaan dapat melaksanakan kegiatan operasional perusahaan dengan lebih efektif
dan efisien, sehingga perusahaan dapat mengembangkan dan mempertahankan
aktivitas serta keberadaan perusahaan.
1
Selain manajemen yang baik, dalam suatu perusahaan juga memerlukan
analisis terhadap laporan keuangan untuk mengetahui kemampuan perusahaan dalam
mengatasi masalah-masalah keuangan perusahaan serta mengambil keputusan yang
cepat dan tepat. Melalui analisis laporan keuangan, manajemen dapat mengetahui
posisi keuangan, kinerja keuangan dan kekuatan keuangan (financial strength) yang
dimiliki perusahaan. Selain berguna bagi perusahaan dan manajemennya, analisis
laporan keuangan juga diperlukan oleh pihak-pihak yang berkepentingan lain seperti
kreditor, investor dan pemerintah untuk menilai kondisi keuangan perusahaan dan
perkembangan dari perusahaan tersebut.
Seorang akuntan dituntut untuk mempu menilai kondisi dan perkembangan
perusahaan melalui laporan keuangan agar dapat mempertahankan keberadaaan
perusahaan dan mampu meningkatkan pertumbuhan perusahaan ditengah
pertumbuhan ekonomi yang semakin pesat dan persaingan usaha yang semakin ketat.
Berdasarkan uraian tersebut di atas maka penulis mempersiapkan Teori
Akuntansi mengenai, “Penerapan Revenue, Expense, Gain, Loss, Asset, dan
Liabilities pada PT Tri Banyan Tirta”
2
1.4. Tujuan Penulisan
Ada beberapa manfaat yang penulis harapkan dalam penulisan makalah ini
yaitu sebagai berikut:
1. Meningkatkan wawasan dan pengetahuan tentang seluk beluk ilmu akuntansi dan
penerapannya dalam perusahaan manufaktur.
2. Meningkatkan rasa disiplin dan tanggung jawab dalam menyelesaikan suatu
masalah atau pekerjaan yang dibebankan orang lain kepada penulis.
3. Sebagai bahan bacaan dan acuan bagi diri sendiri, rekan-rekan, serta generasi
yang akan datang.
3
BAB II
KERANGKA TEORI
Gambar 2.1
Masalah Teoritis Pendapatan
4
Prosedur pengakuan merupakan masalah teknis pembukuan di tingkat
perusahaan yang diwujudkan dalam kebijakan akuntansi perusahaan (company
accounting policy). Masalah definisi/pengertian pendapatan hendaknya dibedakan dan
dipisahkan dengan masalah pengakuan pendapatan. Suatu objek yang masuk dalam
definisi pendapatan tidak dengan sendirinya dapat diakui sebagai pendapatan dan
terefleksi dalam statemen keuangan.
Pengertian
The definition of income ecompasses both revenue and gains. Revenue arises
in the course of the ordinary activities of an enterprise and is referred to by a
variety of different names including sales, fees, interests, dividends, royalties,
and rents (hlm. 18).
5
Gains represent other items that can meet the definition of income and may, or
may not, arise in the course of the ordinary activities of an enterprise. Gains
represent increases in economic benefits and as such are no different in nature
from revenues. Hence, they are not regarded as constituting a separate
element in this framework (hlm. 18).
Untung
6
konsep penghasilan (income). Seperti pendapatan, kata-kata kunci yang melekat pada
pengertian untung adalah:
Untung perlu didefinisi dan dibedakan dengan pendapatan oleh FASB karena
adanya karakteristik sumber yang dapat dibedakan dengan operasi utama. Dua hal
yang menyebabkan bahwa transaksi atau kejadian berbeda dengan opersi utama yaitu
yang bersifat terkendali dan di luar kendali atau antisipasi manajemen. FASB merinci
lebih lanjut mengenai transaksi, kejadian, atau keadaan yang menimbulkan untung
menjdi empat sumber atau karakteristik yaitu (SFAC No. 6, prg. 85):
Pengakuan Pendapatan
Pengakuan adalah pencatatan jumlah rupiah secara resmi ke dalam sistem
akuntansi sehingga jumlah tersebut terefleksi dalam statement keuangan.Secara
konseptual pendapatan hanya dapat diakui kalau memenuhi kualitas keterukuran
(measurability) dan keterandalan (reliability).
Pembentukan pendapatan
7
Realisasi pendapatan
Pendapatan baru dapat dikatakan terjadi atau terbentuk pada saat terjadi
kesepakatan atau kontrak dengan pihak independen (pembeli) untuk membayar
produk baik produk telah selesai dan diserahkan atau maupun belum dibuat sama
sekali. Pendapatan terbentuk pada saat produk selesai dikerjakan dan terjual langsung
atau pada saat terjual atas dasar kontrak penjualan.
8
3. Pada saat produk selesai, jika tidak ada kontrak sebelumnya, hanya kriteria yang
terbentuk yang dipenuhi. Pengakuan pendapatan atas dasar saat produk selesai
diproduksi dapat dianggap layak untuk industri ekstraktif (pertambangan) termasuk
pertanian. Kondisi ini memungkinkan untuk menaksir dengan cukup tepat nilai jual
yang dapat direalisasi suatu persediaan barang menjadi ada pada tanggal tertentu.
Jadi, kondisi ini dapat mengganti kriteria cukup pasti terealisasi.
4. Pada saat penjualan, pengakuan ini merupakan dasar yang paling umum karena
pada saat penjualan kriteria penghimpunan dan realisasi telah terpenuhi. Dengan
demikian, saat penjualan merupakan saat yang kritis dalam operasi perusahaan
sehingga menjadi standar utama dalam pengakuan pendapatan. Transaksi penjualan
mengakibatkan masuknya aset baru ke dalam perusahaan untuk menutup kos yang
terserap untuk melaksanakan kegiatan produksi dengan penyerahan produk,
menyediakan dana sebagai imbalan untuk pembayaran pajak kepada pemerintah,
bunga kepada kreditor, dan deviden kepada pemegang saham. Kendati saat
penjualan menjadi standar umum pengakuan pendapatan, terdapat beberapa hal
yang sering diajukan sebagai keberatan terhadap dasar tersebut. Hal pertama
berkaitan dengan kepastian pengukuran pendapatan akibat kos purna-jual atau
pasca-jual (after-sales-cost atau after costs). Ada kegiatan yang masih dilakukan
perusahaan untuk menuntaskan penjualan kos yang menimbulkan kos. Masalah
lain berkaitan dengan kemungkinan atau pengembalian barang. Akhirnya, masalah
kemungkinan ketaktertagihan piutang bila penjualan tidak tunai (masalah
kolektibilitas). Ini berarti piutang belum merupakan bukti penuh terrealisasinya
pendapatan.
Masalah pengakuan yang timbul saat penjualan yaitu, kembalian dan potongan
tunai, kos purnajual, hak pengembalian barang, kerugian piutang, dan makna
penjualan. Potongan tunai dari setiap pengurangan dalam harga yang tetap, seperti
kerugian piutang yang tidak tertagih, merupakan penyesuaian yang diperlukan
9
untuk menghitug ekuivalen kas netto yang sebenarnya atau nilai diskonto tunai dari
klaim uang, shingga harus dikurangkan ketika menghitung pendapatan.
5. Pada saat kas terkumpul, pengakuan pada saat kas terkumpul sebenarnya
pengakuan pendapatan berdasarkan asas kas (cash basis). Alasan digunakannya
dasar ini adalah adanya ketidakpastian tentang kolektibilitas atau ketertagihan
piutang. Dengan cara ini, pendapatan diakui sejumlah kas yang diterima pada saat
kas diterima atau terkumpul (sampai akhir periode) dan baru kemudian
menentukan biaya yang berkaitan dengan pendapatan dasar kas tersebut. Dengan
kata lain, pendapatan suatu periode diakui secara proposional atas dasar kas yang
telah diterima dalam periode tersebut.
Definisi Beban
10
Dalam SFAC No. 6, FASB mendefinisi biaya (expenses) dan rugi (losses)
sebagai berikut:
FASB dan IAI memiliki sudut pandang yang berbeda dalam mendefinisikan
beban. IAI mendefinisikan biaya dari sudut pandang peristiwamoneter seperti
penurunan aktiva, kenaikan hutang atau ekuitas. SedangkanFASB memiliki sudut
pandang sebagai berikut:
11
3. Apabila dilihat dari sudut pandang tradisional definisi yang dikemukakanFASB
menunjukkan bahwa beban hanya dihasilkan dari pemakaian aktivauntuk tujuan
menghasilkan pendapatan pada periode yang berjalan.
IAI dan FASB membedakan kos menjadi beban dan rugi, sedangkan IAI tidak.
IAI dan FASB memang mempertimbangkan pendapatan dalam mengklasifikasi
apakah kos tersebut termasuk ke dalam beban ataukah rugi. Apabila kos tersebut tidak
menghasilkan pendapatan, baik secara langsungmaupun tidak langsung, maka kos
tersebut akan dianggap sebagai rugi (misalnya pemberian donasi, pembayaran pajak,
dan lain-lain). Sedangkan IAI membedakan kos hanya dari kadaluarsanya. Kos yang
sudah kadaluarsa akan dialui sebagai beban, sedangkan yang belum sebagai aset.
Perbedaan tersebut dijelaskan oleh gambar 2.2. di bawah ini.
Gambar 2.2
12
dimaksud adalah semua aset perusahaan. Jadi konsumsi atau pemakaiannya
diartikan bahwa manfaat ekonomi aset itu telah habis karena melekat padabarang
atau jasa yang telah diserahkan dari kesatuan aset tersebut, sehingga perusahaan
sudah tidak menguasai lagi manfaat tersebut.
2. Operasi utama atau sentral
Dinyatakan oleh Suwardjono dalam Teori Akuntansi Perekayasaan Pelaporan
Keuangan bahwa tidak semua penurunan atau konsumsi aset membentuk biaya,
untuk itu biaya konsumsi harus berkaitan dengan kegiatan utama. Yang dimaksud
kegiatan utama adalah kegiatan penciptaan pendapatan (laba) yangdirepresentasi
dalam kegiatan memproduksi barang. Sehingga biaya adalah penurunan aset yang
berkaitan dengan operasi dan bukan dengan investasi dan pendanaan.
3. Kenaikan kewajiban
Terdapat suatu keadaan dimana perusahaan telah memanfaatkan barang dan jasa
namun sebelumnya tidak mengakuinya sebagai aset atau belum mengakui
kewajiban atas penggunaan barang dan jasa yang dikuasai pihak lain. Hal tersebut
menimbulkan keharusan perusahaan untuk membayar atau melakukan
pengorbanan ekonomik di masa datang sehingga timbul kewajiban.
4. Penurunan ekuitas
Dalam operasi sentral perusahaan, dengan adanya penurunan aset atau kenaikan
kewajiban akan mengubah ekuitas atau menurunkan ekuitas. Namun, penurunan
ekuitas merupakan karakteristik pendukung karena tidak setiap penurunan aset
mengakibatkan penurunan ekuitas. Misalnya pembagian deviden yang
menyebabkan penurunan aset tetapi tidak disebut sebagai beban.
5. Diukur atau dikaitkan dengan kos Dalam hal ini beban timbul dari adanya kos
yang dikeluarkan oleh perusahaan untuk memperoleh aset. Beban diukur
berdasarkan jumlah kos dari aset yang telah dimanfaatkan selama periode
berjalan.
6. Bukan berasal dari transaksi dengan pemilik Berdasarkan prinsip kesatuan usaha,
maka harus ada pemisahan antara beban yang dihasilkan oleh perusahaan dan
pemilik. Beban yang diakui dalam laporan keuangan merupakan beban yang
berasal dari transaksi perusahaan, bukan pemilik.
7. Untuk menghasilkan pendapatan Beban merupakan pengorbanan perusahaan dari
barang atau jasa yang telah dikonsumsi perusahaan untuk memperoleh
pendapatan.
13
Rugi
Menurut Suwardjono (Edisi Ketiga, Hlm. 9) terdapat tiga kata kunci pada
pengertian rugi yaitu penurunan ekuitas, bukan merupakan transaksi ke pemilik, dan
transaksi periferal atau insidental. Dalam hal ini yang membedakan biaya dan rugi
adalah mengenai transaksi periferal atau insidental atau di luar kendali manajemen.
Berbeda dengan beban yang timbul akibat dari kendali manajemen yaitu aktivitas
penggunaan aset (barang dan jasa). Namun, dari definisi yang terdapat dalam Konsep
Dasar Penyusunan dan Penyajian Laporan Keuangan, IAI (1994) tidak memisahkan
biaya dengan rugi. Jadi semua potensi jasa baik yang digunakan secara langsung
ataupun tidak langsung untuk memperoleh pendapatan disebut dengan biaya. IAI
(1994) bahkan secara spesifik menyebutkan hal tersebut seperti yang tertulis pada
paragraf 78 berikut ini : kerugian termasuk dalam kelompok beban. Pada dasarnya
pembedaan antara beban dan rugi hanya untuk kepentingan pengungkapan seperti
pada pendapatan dan untung.
Pengakuan Beban
Pengakuan beban menurut kerangka kerja IASB terdiri dari dua kriteria utama
yaitu :
14
Semua kos dapat ditangguhkan pembebanannya apabila kos tersebut
memenuhi kriteria sebagai aktiva yaitu:
Beban juga dapat timbul dalam laporan laba rugi pada saat timbul kewajiban
tanpa adanya pengakuan aktiva. Misalnya adanya hutang garansi produk.
Pengukuran Beban
Sejalan dengan penilaian aktiva, biaya dapat diukur atas dasar jumlahrupiah
yang digunakan untuk penilaian aktiva dan hutang. Oleh karena itu,pengukuran biaya
dapat didasarkan pada:
Kos Historis
Kos historis merupakan jumlah rupiah kas atau setaranya yang dikorbankan untuk
memperoleh aktiva. Pengukuran beban atas dasar koshistoris dapat digunakan
untuk jenis aktiva seperti gedung, peralatan, dan sebagainya.
Kos Pengganti / Kos Masukan Terkini (Replacement Cost / Curent Input Cost )
15
Kos masukkan terkini menunjukkan jumlah rupiah harga pertukaran yangharus
dikorbankan sekarang oleh suatu entitas untuk memperoleh aktiva yang sejenis
dalam kondisi yang sama. Contohnya, penilaian untuk persediaan.
Alokasi Beban
Salah satu cara untuk mengukur beban adalah dengan mengalokasikan beban-
beban tersebut ke periode-periode dimana beban tersebut dinikmati. Hal ini biasanya
disebut dengan matching concept. Konsep tersebut memperlakukan kos dengan
mengalokasikan kos yang sudah kadaluarsa (beban) ke periode-periode dimana beban
tersebut terjadi. Namun, pengalokasian tersebut hanya bersifat estimasi. Dalam
akuntansi, pencocokan antara beban dan pendapatan merupakan fungsi utama, namun
hal tersebut tetap saja sulit untuk dilakukan karena berhubungan dengan penilaian
akuntan tersebut. Akuntan harus mengidentifikasi mana aset yang telah digunakan
(kadaluarsa) dan jumlah yang harus ditulis sebagai tandingan pendapatan pada periode
tersebut.
16
a. Hubungan Sebab dan Akibat
Gambar 2.3
Konsep Matching
17
2.3. Teori yang Berhubungan dengan Asset
18
Dengan berbagai definisi diatas, pada dasarnya dapat disimpulkan bahwa
terdapat tiga karakteristik utama yang harus dipenuhi agar suatu objek atau pos dapat
disebut sebagai aset, yaitu:
a) Manfaat ekonomik
Untuk dapat disebut sebagai aset, suatu objek harus mengandung manfaat
ekonomik di masa datang yang cukup pasti. Ini mengisyaratkan bahwa manfaat
tersebut terukur dan dapat dikaitkan dengan kemampuannya untuk
mendatangkan pendapatan atau aliran kas di masa datang.
b) Dikuasai oleh entitas
Untuk dapat dikuasai sebagai asset, suatu objek atau pos tidak harus dimiliki oleh
entitas tapi cukup dikuasai oleh entitas. Pemilikan (ownership) mempunyai
makna yuridis atau legal. Artinya, untuk memiliki suatu objek diperlukan proses
yang disebut transfer hak milik (transfer of title). Konsep penguasaan (kendali)
lebih penting daripada konsep pemilikan. Hal ini disebabkan oleh konsep dasar
substansi mengungguli bentuk yuridis (substance over form). Substansi atau
tujuan dari pemilikan adalah penguasaan yang berarti kemampuan perusahaan
untuk mendapatkan, memelihara/menahan, menukarkan, menggunakan manfaat
ekonomik dan mencegah akses pihak lain terhadap manfaat tersebut. Most (1982,
hlm. 341-342) mengemukakan bahwa penguasaan atau kendali terhadap suatu
objek dapat diperoleh dengan cara:
1. Pembelian (by purchase): dengan pengeluaran / pengorbanan.
2. Pembelian (by gift)
3. Penemuan (by discovery)
4. Perjanjian (by agreement)
5. Produksi / transformasi (by production / transformation)
6. Penjualan (by sale)
7. Lain-lain seperti pertukaran (by barter), peminjaman (by loan), penjaminan
(by bailment), pengkonsignasinaan (by consignment), dan berbagai transaksi
komersial (by commercial transaction) yang diakui hukum atau kebiasaan
bisnis
c) Akibat transaksi atau kejadian masa lalu
Kriteria ini menyempurnakan kriteria penguasaan dan sekaligus sebagai kriteria
atau tes pertama (first-test) pengakuan objek sebagai aset tetapi tidak cukup untuk
mengakui secara resmi dalam sistem pembukuan. Jadi, manfaat ekonomik dan
19
penugasan atau hak atas manfaat saja tidak cukup untuk memasukkan suatu objek
ke dalam aset kesatuan usaha untuk dilaporkan via statemen keuangan (neraca).
Pengakuan harus didahului oleh transaksi atau kejadian ekonomik.
Pengukuran
20
Penilaian
Penilaian adalah proses penentuan jumlah rupiah suatu objek untuk
menentukan makna ekonomiknya di masa lalu, sekarang, atau mendatang. Di dalam
akuntansi, istilah pengukuran dan penilaian sering tidak dibedakan karena adanya
asumsi bahwa akuntansi menggunakan unit moneter untuk mengukur makna
ekonomik suatu objek, pos, atau elemen. Pengukuran biasanya digunakan dalam
akuntansi untuk menunjuk proses penentuan jumlah rupiah yang harus dicatat untuk
objek pada saat pemerolehan. Penilaian biasanya digunakan untuk menunjuk proses
penentuan jumlah rupiah yang harus dilekatkan pada tiap elemen atau pos statemen
keuangan pada saat penyajian.
Konsep dasar kontinuitas usaha menempatkan aset sebagai sisa potensi jasa
yang akan menjadi upaya dalam menghasilkan pendapatan sehingga dasar penilaian
yang paling menggambarkan makna tersebut adalah kos historis. Akan tetapi, pada
kenyataannya pos-pos aset tidak hanya memiliki atribut sebagai sisa potensi jasa
tetapi juga atribut yang lain. Karena adanya bebragai atribut yang disandang oleh pos-
pos aset, berbagai dasar penilaian harus digunakan dalam penyajian agar informasi
semantik yang dikandung berpaut (relevan) bagi pemakai statemen keuangan.
Hendricksen dan Van Breda (1992) membahas konsep dan dasar penilaian aset
untuk tujuan pelaporan keuangan dari dimensi yaitu arah aliran aset dan waktu. Nilai
pertukaran aset itu sendiri dapat dipandang dari dua sisi yaitu pertukaran dalam
pemerolehan dan pertukaran dalam pemanfaatan aset. Nilai yang diperoleh atas dasar
pertukaran pemerolehan disebut dengan nilai masukan (input/entry values atau
exchange input values) sedangkan nilai yang diperoleh dari pertukaran pemanfaatan
disebut nilai keluaran (output/exit values atau exchange output values).
Walaupun penyajian aset adalah untuk saat tertentu yang dalam dimensi waktu
dapat diletakkan sebagai titik sekarang (current), nilai pertukaran yang dapat dijadikan
basis penilaian dapat nilai pertukaran masa lalu (past), atau masa mendatang (future).
Dimensi waktu dan arah (pemerolehan atau pemakaian) menghasilkan enam basis
pengukuran sebagaimana dikemukakan Hendrickesn dan Van Breda (1992, hlm. 489)
21
yaitu: kos historis (historical cost), kos pengganti (replacement cost), kos harapan
(expected costs), harga jual masa lalu (pas selling prices), harga jual sekarang (current
selling prices), dan nilai terealisasi harapan (expected relizable values). Gambar 2.4
berikut menyarikan hubungan antara berbagai dasar pengukuran tersebut.
Gambar 2.4
Jadi, konsep nilai masukan dan keluaran sebenarnya berkaitan dengan konsep
kesatuan usaha yang dianggap menguasai sumber ekonomik (aset) dan harus
mempertanggungjelaskan aset tersebut. Oleh karena itu, yang dimaksud masukan
tidak lain adalah transaksi pertukaran (exchange) dalam rangka “menjual” suatu pos
aset atau objek jasa tertentu. Dasar penilaian yang akan dipilih sebenarnya
menggambarkan nilai pertukaran tersebut.
Pengakuan
Suatu jumlah rupiah atau kos diakui sebagai aset apabila jumlah rupiah
tersebut timbul akibat transaksi, kejadian, atau keadaan yang mempengaruhi aset.
Pada umumnya pengakuan aset dilakukan besamaan dengan adanya transaksi,
kejadian, atau keadaan tersebut. Di samping memenuhi definisi aset, kriteria
keterukuran, keberpautan, dan keterandalan harus dipenuhi pula. Dengan mengutip
Sterling, Belkaoui (1993, hlm. 194-195) menunjukan kondisi perlu (necessary) dan
kondisi cukup (sufficient) yang merupakan penguji (tests) yang cukup rinci untuk
mengakui aset yaitu:
1. Deteksi adanya aset (detection of existence test). Untuk mengakui aset, harus ada
transaksi yang menandai timbulnya aset.
22
2. Seumber ekonomik dan kewajiban (economic resources and obligation test).
Untuk mengakui aset, suatu objek harus merupakan sumber ekonomik yang
langka, dibutuhkan dan berharga.
3. Berkaitan dengan entitas (entity association test). Untuk mengakui aset, kesatuan
usaha harus mengendalikan atau menguasai objek aset.
4. Mengandung nilai (non-zero magnitude test). Untuk mengakui aset, suatu objek
harus mempunyai manfaat yang terukur secara moneter.
5. Berkaitan dengan waktu pelaporan (temporal association test). Untuk mengakui
aset, semuapenguji diatas harus dipenuhi pada tanggal pelaporan (tanggal neraca).
6. Verifikasi (verification test). Untuk mengakui aset, harus ada bukti pendukung
untuk meyakinkan bahwa kelima penguji diatas dipenuhi.
Apa yang dikemukakan Belkaoui diatas sebenarnya adalah apa yang disebut
sebagai kaidah pengakuan (recognition rules) yang merupakan petunjuk teknis atau
prosedur untuk menerapkan empat kriteria pengakuan (recognition criteria) FASB
yaitu definisi, keterpautan, keterukuran, dan keterandalan. Kaidah tersebut diperlukan
karena kriteria pengakuan di atas sebenarnya berkaitan dengan masalah apakah suatu
kos dikapitalisasi (capitalized) atau dibiayakan (expensed). Bila kaidah pengakuan
diatas tidak dipenuhi, kos diperlakukan menjadi beban pendapatan sebagai biaya atau
rugi.
Kewajiban merupakan hutang masa kini yang timbul dari peristiwa masa lalu,
penyelesaiannya diharapkan megankibatkan arus keluar dari sumber daya
perusahaan yang mengandung manfaat ekonomi. (paragraph 62), IAI (1994)
23
Kewajiban adalah pengorbanan manfaat ekonomi di masa depan yang
mungkin timbul karena kewajiban suatuan usaha pada saat ini untuk
menyerahkan aktiva atau memberikan jasa kepada satuan-satuan usaha lain di
masa depan sebagai hasil dari peristiwa masa lalu.
Dari definisi yang dikemukakan FASB di atas, pengertian hutang memiliki dua
komponen utama yaitu :
1. Kewajiban itu harus ada pada saat ini. Saat ini, yaitu yang dilihat muncul dari
beberapa transaksi atau kejadian masa lalu.
2. Kewajiban atau tugas yang setara atau konstruktif harus dimasukkan jika hal itu
didasarkan pada keperluan untuk membuat pembayaran masa depan guna
mempertahankan hubungan bisnis yang baik atau jika hal itu sesuai dengan
praktik bisnis yang normal.
3. Harus tidak ada atau sedikit kebebasan untuk menghindari pengorbanan masa
depan. Tidak perlu bahwa jumlah kewajiban itu diketahui secara pasti selama
kewajiban masa depan itu mungkin sekali.
5. Lazimnya, harus ada nilai jatuh tempo yang dapat ditentukan atau perkiraan
untuk pembayaran suatu jumlah yang ditentukan oleh estimasi layak akan
diwajibkan pada suatu waktu tertentu di masa depan, sekalipun ketentuan waktu
yang tepat belum diketahui saat ini. Waktu pembayaran dapat diperpanjang
dengan menggantikannya dengan kewajiban baru, atau kewajiban itu dapat
diakhiri dengan mengkonversinya menjadi ekuitas pemegang saham.
Perpanjangan yang berulang atau konversi dari utang tidak mengubah
klasifikasi awalnya sebagai suatu kewajiban.
6. Biasanya, pihak yang dibayar harus diketahui atau diidentifikasikan baik secara
spesifik atau sebagai suatu kelompok. Akan tetapi, selama yang dibayar akan
menjadi dapat diidentifikasikan pada tanggal penyelesaian, tidak perlu si
24
pembayar mengetahui identitas dari yang dibayar atau bahwa kreeditor
meneguhkan klaim itu atau mempunyai pengetahuan tentang itu pada saat ini.
Dalam SFAS 87, FASB telah mengizinkan kewajiban pendiun diofsetka oleh
dana pensiun di neraca perusahaan yang mensponsori. Yang paling baik, jumlah
selisih ditampakkan.
Pengakuan
25
Pada prinsipnya, kewajiban diakui pada saat keharusan telah mengikat akibat
transaksi yang sebelumnya telah terjadi. Mengikatnya suatu keharusan harus di
evaluasi atas dasar kaidah pengakuan. Empat kaidah pengakuan untuk menandai
pengakuan kewajiban, yaitu:
26
Yang menjadi masalah teknis adalah kapan keempat kaidah di atas dipenuhi.
Hal ini berkaitan dengan penentuan saat pengakuan kewajiban. Hendriksen dan Van
Breda menunjukkan saat–saat untuk mengakui kewajiban yaitu:
a. Pada saat penandatanganan kontrak bila pada saat itu hak dan kewajiban telah
mengikat. Dalam hak kontrak eksekutori, pengakuan menunggu sampai salah satu
pihak memanfaatkan/menguasai manfaat yang diperjanjikan atau memenuhi
kewajibannya.
b. Bersamaan dengan pengakuan biaya jika barang dan jasa yang menjadi biaya
belum dicatat sebagai aset sebelumnya.
c. Bersamaan dengan pengakuan aset. Kewajiban timbul ketika hak untuk
menggunakan barang dan jasa diperoleh.
d. Pada akhir perioda karena penggunaan asas akrual melalui proses penyesuaian.
Pengakuan ini menimbulkan pos utang atau kewajiban akruan.
Keempat kaidah tersebut di atas sebagai bukti teknis dan ketentuan saat
pencatatan pada umumnya mudah diidentifikasi dan diterapkan untuk keharusan
kontraktual, konstruktif, dan demi keadilan.
27
- Klaim atau pungutan yang telah diajukan/dikenakan atau yang
mungkin (possible) terjadi
- Risiko rugi akibat bencana yang ditanggung oleh perusahaan asurnsi kerugian dan
kecelakaan dan perusahaan reasuransi
- Jaminan bank komersial dalam ikatan standby letters of credit
- Perjanjian untuk membeli kembali piutang atau asset yang terkait yang telah
dijual
Pengukuran
Pengukur yang paling objektif untuk menentukan kos kewajiban pada saat
terjadinya adalah penghargaan sepakatan dalam transaksi–transaksi tersebut dan
bukan jumlah rupiah pengorbanan ekonomik masa datang. Jadi, konsep dasar
penghargaan berlaku baik untuk aset mupun untuk kewajiban. Hal ini berlaku
khususnya untuk kewajiban jangka panjang. Untuk kewajiban jangka pendek, kos
penundaan dianggap tidak cukup material sehingga jumlah rupiah kewajban yang
tidak akan sama dengan jumlah pengorbanan sumber ekonomik (kas) masa datang.
28
nilai moneter dari barang dan jasa itu dapat berubah, tetapi kuantitas dan kualitasnya
tidak.
ARB 43, secara spesifik memasukkan di dalam kewajiban lancar, uang muka
untuk penyerahan barang atau pelaksanaan jasa dalam kegiatan operasi yang normal.
Perlakuan uang muka sebagai kewajiban lancar benar karena dua alasan:
1. Uang muka itu adalah transaksi pendanaan masa berjalan dan bukan tranasaksi
penghasilan pendapatan. Meskipun alasan lain dapat mengakibatkan adanya uang
muka itu, seperti suatu upaya untuk menghindarkan kerugian piutang tak tertagih,
hasilnya adalah suatu bantuan dalam pendanaan operasi perusahaan
bersangkutan.
2. Kewajiban untuk memberikan barang atau jasa umumnya merupakan bagian dari
operasi berjalan.
Pelunasan
Pelunasan adalah tindakan atau upaya yang sengaja dilakukan oleh kesatuan
usaha sehingga bebas dari kewajiban tersebut. Pelunasan biasanya pemenuhan secara
langsung kepada pihak yang berpiutang. Pelunasan menjadikan kewajiban tersebut
hapus, tiada atau lenyap secara langsung. Beberapa kewajiban menjadi batal atau
kesatuan usaha menjadi bebas dari kewajiban lantaran penghapusan
seluruhnya/sebagian, kompromi, penimbulan/pengakuan kewajiban baru/pengganti,
pengambilalihan kewajiban oleh pihak lain atau restrukturisasi utang. FASB
menentukan kriteria lenyapnya suatu kewajiban sebagai berikut:
29
bunga serta pokok suatu pinjaman tertentu dan sangat kecil kemungkinan bagi
debitor untuk diharuskan lagi melakukan pembayaran di masa datang yang
berkaitan dengan pinjaman tersebut.
Penilaian
Penilaian kewajiban pada saat tertentu adalah penentuan jumlah rupiah yang
harus dikorbankan seandainya pada saat tersebut kewajiban harus dilunasi. Dengan
kata lain, penilaian adalah penentuan nilai sekarang kewajiban. Atribut Penilaian
Menurut FASB
c. Nilai diskunan aliran kas masa datang (discounted value of future cash flows)
Penyajian
30
harus diklasifikasi sebagai kewajiban jangka panjang. Semua kewajiban diklasifikasi
sebagai jangka pendek bila:
1. Kesepakatan awal perjanjian pinjaman untuk jangka waktu lebih dari dua belas
bulan.
2. Perusahaan bermaksud membiayai kembali kewajibannya dengan pendanaan
jangka panjang.
3. Pembiayaan pendanaan jangka panjang didukung dengan perjanjian
pembiayaan kembali atau penjadualan kembali pembayaran yang resmi
disepakati sebelum laporan keuangan disetujui.
Ekuitas adalah hak residual atas aktiva perusahaan setelah dikurangi semua
kewajiban.
Definisi diatas tidak jauh berbeda dengan apa yang dikemukakan oleh FASB
dalam SFAC No. 6 sebagai berikut:
Equity or net asset is the residual interest in the assets of an entity that
remains after deducting its liabilities.
31
menunjukan bahwa ekuitas buakn kewajiban. Ini berarti ekuitas bukan pengorbanan
sumber ekonomik masa datang. Karena didefinisi atas dasar aset dan kewajiban, nilai
ekuitas juga bergantung pada bagaimana aset dan kewajiban diukur.
Atas dasar konsep kesatuan usaha, kreditor dan pemegang saham sama-sama
mempunyai klaim atau hak untuk dilunasi atas dana yang ditanamkan dalam
perusahaan.
Hak kreditor atau pemilik (pemegang saham) juga berbeda dalam hal
penggunaan aset. Kreditor pada umumya tidak mempunyai akses dan kendali dalam
penggunaan aset perusahaan. Mereka juga tidak mempunyai hak dalam pengambilkan
keputusan operasi perusahaan secara langsung. Di lain pihak, pemilik (khusus dalam
perusahaan peseorangan) mempunyai akses, hak,dan autoritas untuk menjalankan
perusahaan dan menggunakan atau mengendalikan aset.
32
Komponen Ekuitas Pemegang Saham
Dari segi riwayat dan sumbernya, ekutas pemegang saham dibagi menjadi dua
komponen penting, yaitu modal setoran dan laba ditahan. Modal setoran dipecah
menjadi modal saham (capital stock) sebagai modal yuridis (legal capital) dan modal
setoran tambahan (additional paid0in capital), dan komponen lain yang merefleksi
transaksi pemilik (misalnya saham treasuri atau modal sumbangan). Gambar 2.5
berikut melukiskan komponen modal ekuitas pemegang saham dan pos-pos yang
mempengaruhinya (sumber perubahan).
Gambar 2.5
33
Perbedaan Modal Setoran dan Laba Ditahan
Laba ditahan pada dasarnya adalah terbentuk dari akumulasi laba yang
dipindahkan dari akun ikhtisar laba-rugi. Begitu saldo laba ditutup ke laba ditahan,
sebenarnya saldo laba tersebut telah lebur menjadi elemen modal pemegang saham
yang sah. Seperti juga modal setoran, laba ditahan menunjukan sejumlah hak atas
seluruh jumlah rupiah aset bukan hak atas jenis aset tertentu. Dengan demikian untuk
mengukur seluruh hak pemegang saham atas aset, laba ditahan harus digabungkan
dengan modal setoran.
Perbedaan antara dua bagian elemen ekuitas pemegang sangat penting. Dari
segi administrasi keuangan, laba ditahan merupakan indikator daya melaba sehingga
laba ditahan harus selalu dipisahkan dengan modal setoran meskipun jumlah akhirnya
ditotal untuk membentuk ekuitas pemegang saham. Pembedaan ini juga penting
secara yuridis karena modal setoran merupakan dana besar yang harus tetap
dipertahankan untuk menunjukan perlindungan bagi pihak lain. Dana ini hanya dapat
ditarik kembali dalam likuidasi rupiah yang secara yuridis dapat digunakan untuk
pembagian dividen.
Modal Yuridis
34
pemegang saham sebagai jumlah rupiah kontrak antara perseroan dengan pemegang
saham.
Dalam hal saham bernilai nominal, modal yuridis dapat sama dengan
jumlah yang dikenal dengan nama modal saham. Modal saham menunjukan jumlah
rupiah perkalian antara cacah saham beredar dengan nilai nominal persaham. Jumlah
ini merupakan jumlah rupiah yang secara yuridis menjadi hak pemegang saham
walaupun dalam transaksi pembelian saham jumlah rupiah yang disetor atau dibayar
melebihi modal yiridis tersebut.
35
dengan harga diatas nominal, dapatkah selisihnya diperlakukan sebagai laba ditahan
karen modal yuridis telah terpenuhi?
1. Pemesanan saham
2. obligasi terkonversi atau brhak tukar
3. saham istimewa terkonversi atau brhak tukar
4. dividen saham
5. hak beli saham, opsi, dan warna
6. saham treasuri
36
Obligasi Terkonversi
Kalau hak tukar tersebut diambil (exercised), yang terjadi adalah perubahan
status kewajiban menjadi modal setoran. Masalah teoritisnya adalah menentukan
jumlah rupiah yang dapat dianggap sebagai modal setoran sehingga modal saham dan
kelebihan di atas modal saham (kalau ada) dapat ditentukan. Dalam hal ini, ada dua
nilai yang dapat digunakan sebagai basis kapitalisasi yaitu:
1. nilai buku (book value) atau nilai bawaan (carrying value) obligasi pada saat
pertukaran.
2. Harga pasar obligasi atau harga pasar saham (mana yang paling objektif).
Dasar pertama yang merekalsifikasi nilai buku menjadi modal saham dan
premium atau diskon modal saham tergantung kasusnya. Dengan demikian, tidak ada
untung atau rugi yang diakui pada saat transaksi pertukaran tesebut. Esensi transaksi
tersebut hanyalah mengubah status jumlah rupiah utang menjadi modal pemegang
saham. Pendekatan ini didasari konsep kesatuan usaha (business entity concept)
karena kreditor dan pemegang saham mempunyai kedudukan yang sama sebagai
investor dengan kepentingan yang sama. Oleh karena itu, pertukaran tersebut tidak
mempunyai substansi ekonomik sehingga tidak dapat menimbulkan untung maupun
rugi.
37
tidak valid karena konversi ini merupakan transaksi modal bukan operasi. Secara
teoritis, transaksi modal tidak menimbulkan pendapatan, laba, atau rugi.
Dividen Saham
Dividen saham adalah distribusi dividen dalam bentuk saham yang sejenis
dengan saham yang mula-mula diterbitkan. Bila distribusi dividen tidak disertai
dengan kapitalisasi laba ditahan, dividen saham akan menyerupai pemecahan saham
(stock split). Pemecahan saham asalah penurunan nominal (atau nilai nyataan/stated
value) per saham dengan cara menukar tiap satu saham yang beredar dengan dua atau
lebih saham baru yang nilai nominal per sahamnya merupakan pecahan dari nilai
nominal saham semula.
Pembagian deviden saham tanpa kapitalisasi laba ditahan sama saja dengan
mempertahankan klasifikasi ekuitas atas dasar sumber. Karena tidak ada kapitalisasi
laba ditahan, masalah penilaian tidak timbul. Dari sudut pandang perusahaan, yang
terjadi adalah saham beredar menjadi lebih banyak tanpa ada perubahan rupiah modal
setoran adan laba ditahan sehingga nominal per lembar saham akan turun. Perusahaan
tidak perlu melakukan penjurnalan apapun dan cukup mengungkapkan informasi
dalam penjelasan atas statemen keuangan.
Bila reklasifikasi ekuitas yang menjadi tujuan pembagian deviden saham dan
nominal per saham dipertahankan, tambahnya saham yang beredar bukan lagi
merupakan pemecahan nominal saham tapi benar-benar merupakan dividen saham.
Pembagian divoden saham ini akan menimbulkan masalah penilaian untuk
menentukan kapitalisasi laba ditahan dan pengungkapan yang memadai. Penilaian
untukmenentukan kapitalisasi laba ditahan dapat menggunakan dasar nominal saham
atau harga pasar saham atau dasar lainny bergantung pada karakteristik atau tujuan
pembagian dividen saham.
38
2.6. Teori yang Berhubungan dengan Pengungkapan
Siapa Dituju
39
ditujukan terutama untuk mereka. Pengungkapan menuntut lebih dari sekedar
pelaporan keuangan tetapi meliputi pula penyampaian informasi kualitatif atau non-
kuantitatif. Karena pihak yang dituju lebih luas dan model pengambilan keputusannya
kurang dapat diidentifikasi, pengungkapan cenderung untuk meluas dan jarang
menjadi sempit (spesifik).
1. Tujuan Melindungi
Tujuan melindungi dilandasi oleh gagasan bahwa tidak semua pemakai cukup
canggih sehingga pemakai yang naif perlu dilindungi dengan mengungkapkan
informasi yang mereka tidak mungkin peroleh atau tidak mungkin olah untuk
menangkap substansi ekonomik yang melandasi suatu pos statemen keuangan.
2. Tujuan Informatif
Tujuan informatif biasanya dilandasi oleh gagasan bahwa pemakai yang dituju
sudah jelas dengan tingkat kecanggihan tertentu. Dengan demikian, pengungkapan
diarahkan untuk menyediakan informasi yang dapat membantu keefektifan
pengambilan keputusan pemakai tersebut. Tujuan ini biasanya melandasi
penyusun standar akuntansi untuk menentukan tingkat pengungkapan.
3. Tujuan Kebutuhan Khusus
Tujuan ini merupakan gabungan dari tujuan perlindungan publik dan tujuan
informatif. Apa yang harus diungkapkan kepada publik dibatasi dengan apa yang
dipandang bermanfaat nagi pemakai yang dituju sementara untuk tujuan
pengawasan, informasi tertentu harus disampaikan kepada badan pengawas yang
berdasarkan peraturan melalui formulir-formulir yang menuntut pengungkapan
secara rinci.
40
Keluasan dan Kerincian Pengungkapan
Hal ini berkaitan dengan masalah seberapa banyak informasi yang harus
diungkapkan yang disebut dengan tingkat pengungkapan (levels of disclosure). Evans
(2003, hlm. 336) mengidentifikasi tiga tingkat pengungkapan yaitu memadai
(adequate disclosure), wajar atau etis (fair or ethical disclosure), dan penuh (full
disclosure). Tingkat ini mempunyai implikasi terhadap apa yang diungkapkan.
Tingkat memadai adalah tingkat minimum yang harus dipenuhi agar statemen
keuangan secara keseluruhan tidak menyesatkan untuk kepentingan pengambilan
keputusan yang diarah. Tingkat wajar adalah tingkat yang harus dicapai agar semua
pihak mendapat perlakuan atau pelayangan informasional yang sama. Artinya, tidak
ada satu pihak yang kurang mendapat informasi sehingga mereka menjadi pihak yang
kurang diuntungkan posisinya. Dengan kata lain, tidak ada preferensi dalam
pengungkapan informasi. Tingkat penuh menuntut penyajian secara penuh semua
informasi yang berpaut dengan pengambilan keputusan yang diarah.
Kendala Pengungkapan
Salah satu hal yang menentukan keluasan dan kerincian pengungkapan adalah
tujuan pengungkapan. Tujuan perlindungan atau protektif biasanya menuntut
41
pengungkapan yang lebih luas dan lebih rinci. Pengungkapan yang lebih luas biasanya
terkendala oleh keengganan perusahaan untuk menyediakan informasi.
42
Gambar 2.6
Regulasi Pengungkapan
43
penyalahgunaan (abuse), (b) eksternalitas (extenalities), (c) asimetri informasi
(information asymetry), dan (d) keengganan manajemen (management reluctance).
44
Atas dasar uraian diatas dapat disimpulkan bahwa regulasi mengenai apa yang
harus diungkapkan dapat dijustifikasi dari berbagai aspek. Bukti empiris juga
memperkuat diperlukannya regulasi dalam pengungkapan informasi.
Metode Pengungkapan
45
Data keuangan diikhtisarkan dan disajikan dalam laporan secara ringkas dan
untuk dapat lebih dimengerti oleh pembaca sebagaian informasi yang terinci dan
signifikan harus dikeluarkan dari laporan dan disajikan dalam daftar pelengkap.
Daftar ini kadang dimasukkan dalam catatan kaki dan kadang dalam satu bagian
setelah laporan dan catatan kaki
6. Laporan Auditor
Laporan ini bertujuan mengungkapkan jenis-jenis informasi berikut :
a. Dampak materil dari penggunaan metode akuntansi yang berbeda dengan
yagn lazim
b. Dampak materil dari perubahan satu metode ke metode akuntansi yang lazim
lainnya.
c. Perbedaan pendapat antara auditor dan klien mengenai kelaziman suatu
metode akuntansi yang digunakan dalam laporan.
7. Pembahasan dan analisis manajemen serta surat direktur utama
Hal-hal yang dapat diidentifikasi manajemen
a. Hasil-hasil arbiter yang disebabkan oleh konvensi pembagian operasi yang
kontinyu menjadi periode-periode akuntansi yang tetap.
b. Estimasi, pertimbangan, dan asumsi yang mereka gunakan dalam pelaporan
keuangan.
c. Ketidakpastian yang signifikan yang mendasari estimasi atau asumsi.
2.7. Regulasi
46
1. Makna PT : Pasal 1 (1)
47
b. Perseroan yang mengelola bursa efek, lembaga kliring dan penjaminan,
lembaga penyimpanan dan penyelesaian, dan lembaga lain
sebagaimana diatur dalam Undang-Undang tentang Pasar Modal.
5. Struktur Organisasi PT :
a. Rapat Umum Pemegang Saham, yang selanjutnya disebut RUPS, adalah
Organ Perseroan yang mempunyai wewenang yang tidak diberikan kepada
Direksi atau Dewan Komisaris dalam batas yang ditentukan dalam Undang-
Undang ini dan/atau anggaran dasar.
48
b. Direksi adalah Organ Perseroan yang berwenang dan bertanggung jawab
penuh atas pengurusan Perseroan untuk kepentingan Perseroan, sesuai
dengan maksud dan tujuan Perseroan serta mewakili Perseroan, baik di
dalam maupun di luar pengadilan sesuai dengan ketentuan anggaran dasar.
c. Dewan Komisaris adalah Organ Perseroan yang bertugas melakukan
pengawasan secara umum dan/atau khusus sesuai dengan anggaran dasar
serta memberi nasihat kepada Direksi.
49
c. Komisaris:
Tugas: Pasal 108 (1)
Dewan Komisaris melakukan pengawasan atas kebijakan pengurusan,
jalannya pengurusan pada umumnya, baik mengenai Perseroan maupun
usaha Perseroan, dan memberi nasihat kepada Direksi.
Tanggung jawab: Pasal 108 (2)
Pengawasan dan pemberian nasihat sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilakukan untuk kepentingan Perseroan dan sesuai dengan maksud dan
tujuan Perseroan.
50
c. Berdasarkan penetapan pengadilan;
d. Dengan dicabutnya kepailitan berdasarkan putusan pengadilan niaga yang
telah mempunyai kekuatan hukum tetap, harta pailit Perseroan tidak cukup
untuk membayar biaya kepailitan;
e. Karena harta pailit Perseroan yang telah dinyatakan pailit berada dalam
keadaan insolvensi sebagaimana diatur dalam Undang-Undang tentang
Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang; atau
f. Karena dicabutnya izin usaha Perseroan sehingga mewajibkan Perseroan
melakukan likuidasi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
SAK Terbaru
PSAK 1 (Revisi 2009): Penyajian Laporan Keuangan
PSAK 7 (Revisi 2010): Pengungkapan Pihak-pihak Berelasi
PSAK 10 (Revisi 2010): Pengaruh Perubahan Kurs Valuta Asing
PSAK 12 (Revisi 2009): Bagian Partisipasi dalam Ventura Bersama
PSAK 13 (Revisi 2011): Properti Investasi
PSAK 16 (Revisi 2011): Aset Tetap
PSAK 19 tentang Aset Tak Berwujud
PSAK 22 (Revisi 2010): Kombinasi Bisnis
PSAK 23 (Revisi 2010): Pendapatan
PSAK 25 (Revisi 2009): Kebijakan Akuntansi, Perubahan Estimasi Akuntansi, dan
Kesalahan
PSAK 30 (Revisi 2011): Sewa
PSAK 33 (Revisi 2011): Akuntansi Pengupasan Lapisan Tanah dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup pada Pertambangan Umum
PSAK 34 (Revisi 2010): Kontrak Konstruksi
PSAK 38 (Revisi 2012): Kombinasi Bisnis Entitas Sepengendali
PSAK 55 (Revisi 2011): tentang Instrumen Keuangan: Pengakuan dan Pengukuran
PSAK 64: Aktivitas Eksplorasi dan Evaluasi pada Pertambangan Sumber Daya
Mineral
51
BAB III
Dalam SFAC No. 6, FASB mendefinisikan pendapatan dan untung sebagai berikut:
Dalam SFAC No. 6, FASB mendefinisi biaya (expenses) dan rugi (losses)
sebagai berikut:
52
services, or carrying out other activities that constitute the entity’s ongoing
major or central operations (prg. 80).
Biaya mempunyai dua karakteistik utama yaitu aliran atau penurunan aset atau
kenaikan kewajiban dan berkaitan dengan operasi utama yang menerus. Rugi
dibedakan dengan biaya karena timbul dari sumber yang secara tidak langsung
berkaitan dengan operasi utama perusahaan. Rugi berasal dari transaksi, kegiatan, atau
sumber berupa periferal, transfer nontimbal-balik, penahanan aset, atau faktor
lingkungan.
Asset
FASB mendefinisi aset dalam rerangka konseptualnya sebagai berikut (SFAC No. 6,
prg.25):
Assets are probable future economic benefits obtained or controlled by a
particular entity as a result of past transaction or events.
(Aset adalah manfaat ekonomik masa datang yang cukup pasti yang
diperoleh atau dikuasai / dikendalikan ole suatu entitas sebagai akibat
transaksi atau kejadian masa lalu.)
53
Liabilities
Capital
Equity or net asset is the residual interest in the assets of an entity that
remains after deducting its liabilities.
Ekuitas didefinisi secara sintaktik sebagai hak residual atas aset perusahaan
setelah dikurangi semua kewajiban. Ekuitas terpaksa didefinisi secara sintaktik bukan
semantik karena keperluan untuk mempertahankan artikulasi statemen keuangan.
Ekuitas mengandung makna pemilikan.
54
Ekuitas berbeda dengan kewajiban dalam tiga hal yaitu hak atas penyelesaian
klaim, hak penggunaan aset, dan substansi perjanjian (yuridis). Walaupun demikian,
atas dasar konsep kesatuan usaha, kreditor dan investor dipandang sebagai pihak luar
perusahaan yang terpisah dari manajemen.
Pengungkapan
Regulasi
55
monopoli. Alasan kedua adalah kemungkinan pasar bebas bertentangan dengan
tujuan sosial. Misalnya, dapat dikatakan pasar bebas tidak cukup mengkomunikasikan
informasi pada kepada pasar sekuritas, mengakibatkan manajer dan pihak dalam
lainnya yang mempunyai informasi, tidak didapatkan pemegang saham. Sebagai
tambahan, informasi yang disediakan pada pasar non-regulasi tidak menyediakan
keterbandingan yang di antara semua perusahaan. Sebuah justifikasi filosofis dari
proses penyusunan standar adalah (disebut kodofikasi) adalah didasarkan pada
perbaikan secara evolusi terhadap standar akuntansi pada sebuah masyarakat yang
terbuka dan demokratis.
56
BAB IV
PEMBAHASAN
PT Tri Banyan Tirta Tbk adalah perusahaan yang bergerak dalam industri pengolahan
air pegunungan menjadi air kemasan siap minum dengan merk dagang ALTO. Dalam operasi
utama perusahaannya, ia mencari keuntungan dengan cara menjual air mineral dalam
kemasan dengan berbagai ukuran yang dicantumkan dalam akun sales yang ada dalam
laporan laba/rugi perusahaannya. Sales yang dimaksud termasuk dalam kategori pendapatan
karena memenuhi seluruh karakteristik yang membentuk pendapatan, terutama karakteristik
utama yang membatasinya dengan kenaikan aset karena tidak semua kenaikan aset
membentuk pendapatan.
Kenaikan aset yang dapat disebut pendapatan harus berasal dari kegiatan operasi dan
bukan kegiatan investasi dan pendanaan. Kegiatan operasi ini diwujudkan dalam bentuk
memproduksi dan mengirim berbagai barang kepada pelanggan atau menyerahkan atau
melaksanakan berbagai jasa. Hal inilah yang tercakup dalam kegiatan pada akun sales di
laporan laba/rugi PT Tri Banyan Tirta Tbk.
Pada laporan laba/rugi PT Tri Banyan Tirta Tbk periode 2012, tidak terdapat
loss/kerugian. Sedangkan expense PT Tri Banyan Tirta Tbk dibagi menjadi beban pokok
penjualan dan beban usaha. Beban pokok penjualan mencakup beban pabrikasi yang terdiri
dari beban gaji, beban penyusutan aktiva tetap, beban distribusi, beban telepon dan listrik,
beban makloon, beban reparasi dan perawatan, beban operasional pabrik, beban retribusi air,
beban jamsostek, beban pabrik umum, beban keamanan dan kebersihan, beban transportasi,
beban laboratorium, beban asuransi, beban alat tulis kantor, beban donasi, pos & perangko
serta beban lain-lain. Sedangkan bebam usaha mencakup beban bagian penjualan dan beban
bagian umum dan administrasi.
57
dikatakan sebagai biaya ketika telah terjadi transaksi atau kejadian yang menurunkan aset
atau sumber ekonomik adalah beban pokok penjualan dimana manfaat ekonomik aset telah
habis karena melekat pada barang yang telah diserahkan (keluar) dari kesatuan usaha
sehingga kesatuan usaha tidak lagi menguasai manfaat tersebut.
Sedangkan yang termasuk sebagai biaya akibat kegiatan yang membentuk operasi
utama yang menerus adalah beban penjualan dan beban administrasi dan umum, hal ini
dikarenakan karena kedua kelompok beban tersebut berkaitan dengan kegiatan penciptaan
pendapatan yang direpresentasikan dalam kegiatan memproduksi/mengirim barang atau
menyerahkan/melaksanakan jasa.
Aset PT Tri Banyan Tirta Tbk seperti pada perusahaan lain, dibagi menjadi aset lancar
dan aset tidak lancar. Aset lancar PT Tri Banyan Tirta Tbk mecakup kas dan setara kas,
piutang usaha, persediaan, pajak dibayar dimuka, serta uang muka dan biaya dibayar dimuka.
Sedangkan aset tidak lancar PT Tri Banyan Tirta Tbk mencakup aktiva tetap bersih, beban
tangguhan, aktiva pajak tangguhan, dan aktiva tidak lancar lainnya.
APB No. 4 merinci aset yang digolongkan sebagai sumber ekonomik yaitu sumber
produktif (akun bahan baku, gedung, pabrik perlengkapan, sumber alam, paten, dan lain-
lain), produk (barang jadi), uang (kas dan setara kas), dan kalim untuk menerima uang
(piutang usaha). Dengan perincian sebagaimana dijelaskan diatas, maka akun-akun aset PT
Tri Banyan Tirta memenuhi kriteria aset sebagai objek yang memiliki manfaat yang terukur,
dapat dikuasai/dikendalikan serta merupakan akibat dari transaksi-transaksi yang telah terjadi
sebelumnya.
Kewajiban PT Tri Banyan Tirta Tbk mencakup utang usaha, utang lain-lain (uang
muka penjualan dan jaminan galon), utang pajak, utang bank, dan utang pembiayaan
konsumen. Kewajiban-kewajiban yang dimiliki oleh perusahaan ini tidak dapat dipisahkan
dengan pengertian aset. Aset dapat menimbulkan kewajiban dan sebaliknya, timbulnya
kewajiban dapat bersamaan dengan pengakuan aset seperti pada akun utang usaha pada PT
Tri Banyan Tirta Tbk, dimana PT Tri Banyan tirta mengakui aset dengan timbulnya utang
usaha.
Modal PT Tri Banyan Tirta bersumber dari modal saham / modal yuridis. Modal
saham menunjuk jumlah perkalian cacah saham beredar dengan nilai nominal per saham.
Jumlah ini menunjukkan jumlah rupiah yang secara yuridis menjadi hak pemegang saham
58
walaupun dalam transaksi pembelian saham, jumlah rupiah yang disetor melebihi jumlah
modal yuridis tersebut. Pada perusahaan ini, modal saham PT Tri Banyan Tirta Tbk dimiliki
oleh PT Fikasa Bintang Cemerlang, Tn. Bhakti Salin dan Tn. Agung Salim. Pada periode ini,
PT Tri Banyan Tirta Tbk mengalami penurunan ekuitas dibandingkan dengan tahun
sebelumnya.
Pengungkapan pada laporang keuangan PT Tri Banyan Tirta Tbk pada akhirnya
masih dalam tingkat memadai yaitu tingkat minimum yang harus dipenuhi agar statemen
keuangan secara keseluruhan tidak menyesatkan untuk kepentingan pengambilan keputusan
yang diarah. Hal ini disebabkan oleh kurang terperincinya setiap akun-akun yang ada dalam
pelaporan keuangan PT Tri Banyan Tirta Tbk.
59
BAB V
5.1. Kesimpulan
Penerapan teori akuntansi yang berkenaan revenue, expense, gain, loss, asset, dan
liability pada PT Tri Banyan Tirta Tbk telah dilakukas sesuai dengan ketentuan dan
standar yang berlaku. Sehingga pelaporan keuangan PT Tri Banyan Tirta dapat
menjadi contoh konkrit penerapan teori akuntansi dalam aplikasinya terhadap
perusahaan manufaktur khususnya yang bergerak dalam industri pengolahan air
mineral.
5.2. Saran
Saran yang saya berikan adalah dimana PT Tri Banyan Tirta Tbk seharusnya lebih
melakukan pengungkapan secara lebih luas dan lebih rinci sehingga para pemakai
laporan keuangan tidak dirugikan dan para pengambil keputusan dapat menciptakan
keputusan yang tepat sesuai dengan kebutuhannya yang berhubungan dengan PT Tri
Banyan Tirta Tbk.
60
DAFTAR PUSAKA
Chairiri, Anis dan Imam Ghozali. 2001. Teori Akuntansi Edisi Pertama. Semarang: Badan
Penerbit Universitas Diponegoro
Godfrey, J., et.al. 1994. Accounting Theory 7th Edition. Sydney: John Wiley andSons
Ikatan Akuntansi Indonesia. 2004. Standar Akuntansi Keuangan. Jakarta: Salemba Empat
Ikatan Akuntan Indonesia, Standar Akuntansi Keuangan, Buku Dua, Salemba Empat,
Jakarta, 1994.
Rustam. Pendapatan Menurut Standar Akuntansi Keuangan No. 23. USU Digital Library.
2002. http://library.usu.ac.id/download/fe/akuntansi-rustam2.pdf
iv