Anda di halaman 1dari 17

PENGARUH KONDISI KEUANGAN, DEBT DEFAULT, AUDIT TENURE,

DAN OPINI AUDIT TAHUN SEBELUMNYA TERHADAP PENERIMAAN


OPINI AUDIT GOING CONCERN

(Studi Pada Perusahaann Sektor Consumer Cyclical Yang Terdaftar Di Bursa


Efek Indonesia (BEI) Tahun 2015-2019)

PROPOSAL USULAN PENELITIAN

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Dalam Mencapai Gelar Sarjana
Ekonomi Pada Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Universitas Padjadjaran

Disusun Oleh:

HASNATUL HIDAYAH

120110170035

PROGRAM STUDI AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS PADJADJARAN

JATINANGOR

2021
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Penelitian


Dalam Entity Theory (Teori Entitas) suatu perusahaann digambarkan

sebagai suatu entitas yang terpisah dari aktivitas pihak-pihak berkepentingan.

Pihak-pihak berkepentingan disini meliputi pemilik perusahaann, pihak

kreditor, ataupun pihak berkepentingan lainnya. Sebagai suatu entitas yang

terpisah, maka perusahaann harus melakukan pencatatan dan pembukuan

yang terpisah antara kegiatan yang terkait dengan bisnis perusahaann dan

kegiatan pribadi para pihak berkepentingan atau non bisnis. Pencatatan dan

pembukuan sebagai proses accounting dilakukan oleh perusahaann dengan

tujuan untuk menghasilkan suatu laporan keuangan sebagai salah satu bentuk

tanggung jawab manajemen perusahaann kepada stakeholder perusahaann.

Laporan keuangan merupakan salah satu bagian terpenting yang tidak

dapat dipisahkan dari suatu perusahaann. Melalui laporan keuangan,

perusahaann dapat menyampaikan serta menginformasikan kondisi keuangan

perusahaann maupun informasi kegiatan operasional perusahaann kepada

stakeholder perusahaann (Stevanus & Rohman, 2013). Selain itu, laporan

keuangan merupakan gambaran kondisi perusahaann yang dapat digunakan

oleh kreditor maupun investor untuk melihat bagaimana manajemen

perusahaann melakukan pengelolaan perusahaann. Melalui laporan keuangan


ini juga diharapkan pihak-pihak yang berkepentingan terhadap perusahaann

dapat mengambil keputusan dengan tepat (Sari & Rahardja, 2012).

Berdasarkan Statement of Financial Accounting Concepts (SFAC)

Nomor 1 dapat dipahami bahwa inti dari penyusunan laporan keuangan

adalah dalam rangka untuk menyediakan informasi yang mendukung dalam

pembuatan keputusan terkait bisnis. Pengambilan keputusan yang tepat

dipengaruhi oleh kualitas laporan keuangan. Terdapat hubungan positif searah

antara kualitas laporan keuangan dengan pengambilan keputusan yang tepat.

Laporan keuangan yang berkualitas akan mencerminkan kondisi perusahaann

sebenarnya, sehingga keputusan yang diambil oleh para stakeholder akan

tepat dan benar. Oleh karena itu, penting bagi perusahaann menyajikan

laporan keuangan secara wajar dan benar.

Laporan keuangan yang disusun oleh manajemen perusahaann

seharusnya mampu menyediakan informasi yang berkualitas. Hal tersebut

dikarenakan keputusan para kreditor, investor, dan staeholder lainnya akan

sangat dipengaruhi oleh informasi yang disajikan pada laporan keuangan.

Oleh karena itu, penting bagi perusahaann untuk mampu menyediakan

laporan keuangan yang berkualitas karena akan mempengaruhi penyedia

modal dan pemegang kepentingan lainnya berkaitan dengan alokasi sumber

daya bagi perusahaann.

Seperti yang telah dijelaskan diatas, dalam Entity Theory (Teori

Entitas) perusahaann merupakan entitas yang terpisah dari pemilik. Sehingga

diharuskan adanya pemisahan antara pemilik perusahaann dan manajemen


atau pengelola perusahaann. Melalui pemisahan antara kepemilikan dan

pengelola perusahaann ini akan menimbulkan suatu konflik yang terjadi

antara pihak pemilik perusahaann dan pihak pengelola perusahaann. Menurut

Agency Theory (Teori Agensi) adanya pemisahan ini akan berakibat pada

munculnya konflik antara agen dan prinsipiel. Terjadinya konflik ini

disebabkan oleh adanya kepentingan yang berbeda dan bertentangan antara

agen dan prinsipiel. Agen dan prinsipiel sama-sama mempunyai tujuan untuk

memaksimalkan utilitas-nya dalam perusahaann. Namun, antara agen dan

prinsipiel mempunyai motivasi yang berbeda. Sehingga terdapat

kemungkinan bahwa agen tidak selalu bertindak sesuai dengan harapan dan

keinginan prinsipiel (Jensen & Meckling, 1976). Pihak agen atau manajemen

perusahaann mempunyai kepentingan tertentu teruatama berkaitan dengan

laporan keuangan perusahaann. Manajemen perusahaann akan cenderung

menyusun laporan keuangan perusahaann sesuai dengan tujuannya dan buka

demi kepentingan prinsipiel. Tindakan manajemen perusahaann ini tentunya

akan memberikan dampak negatif bagi laporan keuangan yang disajikan di

mana laporan keuangan tidak lagi mencerminkan kondisi sebenarnya

perusahaann. Tindakan pihak manajemen ini akan menurunkan kualitas

laporan keuangan perusahaann dan mengakibatkan kesalahan dalam

pengambilan keputusan oleh prinsipiel. Oleh karena itu, diperlukan peran

auditor yang independen untuk dapat memberikan opini dalam ,menilai

kewajaran laporan keuangan yang disajikan oleh pihak agen atau manajemen.

Dengan adanya pemeriksaan oleh auditor independen tersebut diharapkan


investor, kreditor dan stakeholder lainnya dapat mengambil keputusan

dengan tepat.

Auditor independen akan melakukan pemeriksaan dan penilaian atas

laporan keuangan yang disusun oleh manajemen perusahaann. Hasil akhir

dari pemeriksaan ini adalah dikeluarkannya opini audit atas kewajaran

laporan keuangan perusahaann. Selain itu, auditor juga akan memeriksa

apakah laporan keuangan yang telah disusun oleh manajemen perusahaann ini

telah menggambarkan kondisi perusahaann sebenarnya.

Opini audit yang dikeluarkan oleh auditor independen sangat

berpengaruh bagi investor, kreditor, dan stakeholder lainnya. Berdasarkan

opini audit yang dikeluarkan oleh auditor, investor, kreditor, dan stakeholder

lainnya akan mengambil keputusan bisnis yang akan mempengaruhi kondisi

keuangan perusahaann. Oleh karena itu, opini audit yang menilai kewajaran

penyajian laporan keuangan sangat penting bagi perusahaann.

Auditor tidak hanya melakukan penilaian atas kewajaran laporan

keuangan, melainkan juga bertanggung jawab untuk menilai apakah terdapat

kesangsian besar terkait kemampuan perusahaann dalam mempertahankan

kelansungan hidupnya (going concern) dalam waktu kurang dari satu tahun

per tanggal laporan audit (Kartika, 2012). Apabila dalam pemeriksaannya

auditor tidak menemukan kesangsian besar berkaitan dengan kemampuan

perusahaann mempertahankan kelansungan hidupnya, maka auditor akan

memberikan opini audit non going concern. Sedangkan apabila dalam

melakukan pemeriksaan ditemukan adanya indikasi perusahaann mempunyai


permasalahan terkait kelansungan hidup maka auditor akan memberikan opini

audit going concern (Sari & Rahardja, 2012).

Pemberian opini audit going concern bagi suatu perusahaann

merupakan bad news bagi pengguna laporan keuangan perusahaann tersebut.

Dengan diterbitkannya opini audit going concern di khawatirkan akan

mempercepat proses kebangkrutan perusahaann. Hal ini bisa terjadi

dikarenakan faktor penarikan dana dalam jumlah besar oleh investor yang

membatalkan investasinya atau kreditor kreditor yang menarik dana pinjaman

kepada perusahaann (Venuti, 2007). Namun, pada kondisi suatu perusahaann

memenuhi kriteria terdapat kesangsian besar dalam kelansungan hidup

perusahaann di masa yang akan datang dan auditor tidak memberikan opini

audit dengan penekanan pada permasalahan going concern atau bahkan

memanipulasi hasil audit akan sangat merugikan stakeholder perusahaann.

Seperti yang terjadi pada kasus bank century. Pada kasus ini ditemukan fakta

bahwa adanya persekongkolan yang terjadi antara auditor dan internal

perusahaann.

Banyak faktor yang mempengaruhi kelansungan hidup suatu entitas.

Dilihat dari penelitian terdahulu ditemukan adanya perbedaan hasil pada

faktor yang mempengaruhi penerimaan opini audit dengan penekanan going

concern. Terdapat beberapa faktor yang dapat dikaji lebih jauh berkaitan

sebagai faktor yang mempengaruhi penerimaan opini audit going dengan

penekanan pada going concern, yaitu kondisi keuangan perusahaann, debt

default, audit tenure, dan opini audit sebelumnya.


Kondisi keuangan perusahaann dapat dilihat dari laporan keuangan

perusahaann. Dari laporan keuangan perusahaann kita juga dapat melihat

tingkat kesehatan perusahaann. Hal tersebut dikarenakan pada laporan

keuangan perusahaann dijelaskan secara rinci posisi keuangan perusahaann

untuk setiap tahun serta menggambarkan prospek keuangan perusahaann di

masa mendatang. Perusahaann yang mempunyai kondisi keuangan yang baik

akan mempunyai kecenderungan prospek masa mendatang yang baik juga.

Semakin baik kondisi keuangan suatu perusahaann maka peluang

perusahaann tersebut mendapatkan opini audit dengan paragraf penekanan

pada going concern akan semakin kecil. Hal ini berlaku juga sebaliknya

apabila kondisi keuangan perusahaann semakin memburuk maka peluang

mendapatkan opini audit dengan paragraf penekanan going concern juga akan

semakin besar.

Dalam Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP, 2001) seksi 341

paragraf dua dinyatakan bahwa auditor bertanggung jawab untuk menilai

setelah melakukan evaluasi tentang apakah terdapat kesangsian besar bagi

suatu entitas dalam mempertahankan kelansungan hidupnya dalam periode

satu tahun kedepan sejak tanggal pelaporan laporan keuangan. Sedangkan

pada paragraf satu dinyatakan bahwa salah satu informasi yang dapat

digunakan untuk menilai apakah terdapat kesangsian besar pada kelansungan

hidup entitas adalah ketidakmampuan entitas dalam memenuhi kewajibannya

pada saat tanggal jatuh tempo dengan tidak melakukan penjualan asset kepada

pihak luar, restrukturisasi utang, perbaikan operasi yang dipaksakan.


Debt default didefinisikan sebagai kegagalan debitor (perusahaann)

dalam membayar utang pokok dan atau bunganya ketika jatuh tempo (Arens

et al., 2011). Dalam penelitian yang dilakukan oleh Muammar Khaddafi

(Khaddafi, 2015) mendapatkan bukti bahwa variabel debt default mempunyai

pengaruh positif terhadap penerimaan opini going concern pada perusahaann

manufaktur di Indonesia. Artinya, debt default dapat dikategorikan sebagai

indikator untuk menilai going concern dan banyak digunakan oleh auditor

untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam melangsungkan hidupnya.

Audit tenure merupakan periode lamanya waktu perikatan antara

Kantor Akuntan Publik dengan perusahaann sebagai client. Berdasarkan

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2015 tentang

praktik akuntan publik pasal 11 menegaskan bahwa pemberian jasa audit atas

informasi keuangan historis terhadap suatu entitas oleh seorang akuntan

publik dibatasi paling lama untuk 5 (lima) tahun buku berturut-turut.

Peraturan ini menggantikan peraturan Menteri Keuangan nomor

17/PMK.01/2008 pasal 3 ayat 1 yang berlaku sebelumnya.

Lamanya waktu perikatan antara Kantor Akuntan Publik dengan suatu

entitas akan mempengaruhi independensi auditor dalam melakukan penilaian.

Hal ini sesuai dengan hasil penelitian yang di lakukan oleh Fauzan Syah Putra

(Syahputra & Yahya, 2017). Namun, Andi Ulva (Ulva & Suryani, 2020) dan

Hendra Firdaus (Firdaus, 2017) dalam penelitiannya menyimpulkan bahwa

audit tenure tidak berpengaruh terhadap penerimaan opini audit going


concern dan menegaskan bahwasanya independensi auditor tidak terganggu

dengan lamanya perikatan yang terjadi antara auditor dan client-nya.

Opini audit yang diterima perusahaann pada tahun sebelumnya juga

akan mempengaruhi penilaian auditor dalam memberikan opini audit tahun

berjalan. Perusahaann yang menerima opini audit dengan penekanan going

concern pada tahun sebelumnya akan menjadi pertimbangan auditor dalam

memberikan opini audit tahun berjalan dengan melihat rencana perbaikan

yang disusun oleh manajemen perusahaann. Apabila tidak terdapat indikasi

adanya rencana perbaikan yang menurut penilaian auditor tidak efektif maka

auditor dapat memberikan opini dengan penekanan going concern kembali

pada tahun berjalan. Hal ini didukung dengan penelitian yang dilakukan oleh

M. Nur Fahmi (Fahmi, 2015). Namun, pernyataan ini tidak sejalan dengan

hasil penelitian yang dilakukan oleh Andi Ulva (Ulva & Suryani, 2020) yang

menyatakan sebaliknya.

Salah satu cara yang bisa dilakukan oleh auditor adalah dengan

memprediksi apakah perusahaann akan mengalami kebangkrutan atau tidak

(Firdaus, 2017). Financial distress dapat digunakan sebagai indikator oleh

auditor dalam memprediksi kebangkrutan suatu perusahaann. Financial

distress adalah keadaan di mana perusahaann tidak mampu untuk

membayarkan kewajiban lancarnya, rasio keuangan yang buruk hingga arus

kas negatif. Fenomena financial distress ini akan berujung pada kebangkrutan

dan mempengaruhi kelansungan hidup perusahaann.


Pemberian Opini audit dengan paragraf penekanan going concern

pada entitas dapat juga dilihat dengan memprediksi apakah perusahaann akan

mengalami kebangkrutan atau tidak (Firdaus, 2017). Financial distress dapat

digunakan sebagai indikator oleh auditor dalam memprediksi kebangkrutan

suatu perusahaann. Financial distress adalah keadaan di mana perusahaann

tidak mampu untuk membayarkan kewajiban lancarnya, rasio keuangan yang

buruk hingga arus kas negatif. Fenomena financial distress ini akan berujung

pada kebangkrutan dan mempengaruhi kelansungan hidup perusahaann.

Berdasarkan data dari Bursa Efek Indonesia per 18 Maret 2020,

sebanyak 57 perusahaann mendapatkan notasi khusus dan sebanyak 13

perusahaann atau 22% dari total perusahaann yang mendapatkan notasi

khusus merupakan sektor consumer Cyclical. Lebih lanjut, sektor Cyclical

merupakan sektor yang sangat dipengaruhi oleh kondisi perekonomian. Oleh

karena itu ketika terdapat perubahan dalam perekonomian maka sektor ini

juga akan ikut terpengaruh dan mengikuti tren ekonomi secara umum.

Fenomena yang terjadi di Indonesia menunjukkan bahwa berdasarkan

data perusahaann consumer Cyclical yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia

(BEI) tahun 2020 berjumlah 125 perusahaann. Berdasarkan kriteria dari

(McKeown et al., 1991) kriteria perusahaann yang mengalami financial

distress ditandai dengan mengalami salah satu dari kondisi berikut yaitu : (a).

Negatif working capital (b). Negatif retained earnings atau defisit saldo laba

(c). Negatif profit from operations (d). Negatif net profit ditemukan sebanyak

58 perusahaann atau 49% dari total perusahaann sektor consumer Cyclical


yang terdaftar di BEI pada tahun 2002 dengan melakukan analisa terhadap

laporan keuangan audited tahun 2019. Sebanyak 10 atau 17% dari

perusahaann yang ter identifikasi mengalami financial distress telah

mendapatkan opini audit dengan penekanan pada terdapat kesangsian besar

dalam kelansungan hidup perusahaann. Namun, 48 perusahaann lainnya atau

83% tidak menerima opini audit dengan paragraf penekanan pada kesangsian

besar dalam kelansungan hidup perusahaann. Hal ini mengindikasikan bahwa

tidak semua perusahaann dengan permasalahan financial distress menerima

opini audit dengan paragraf penekanan pada kesangsian besar dalam

kelansungan hidup perusahaann.

Dilihat dari rasio Debt to Equity (DER) pada perusahaann sektor

consumer Cyclical yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia per tahun 2020

ditemukan bahwa perusahaann yang bergerak dibidang pembuatan benang

sintetis, fabric dan garment, PT. Ever Shine Textile Tbk dengan kode saham

ESTI memliki total hutang yang cukup besar jika dibandingkan dengan

ekuitasnya akan tetapi tidak menerima opini audit dengan penekanan going

concern selama 4 tahun berturut-turut.

Pada tahun 2015 ESTI mempunyai tingkat hutang 336% lebih besar

dari pada ekuitasnya dan mendapatkan opini audit dengan penekanan going

concern. Pada tahun 2016 ESTI mempunyai tingkat hutang 206% lebih besar

dari ekuitasnya, memenuhi dua indikator financial distress dan mendapatkan

opini audit Wajar Tanpa Pengecualian. Pada tahun 2017 terjadi peningkatan

rasio hutang menjadi 318% lebih besar dari ekuitasnya, ESTI juga memenuhi
semua kriteria financial distress dan mendapatkan opini Wajar Tanpa

Pengecualian. Pada tahun 2018 tingkat hutang sebesar 282% terhadap

ekuitasnya, ESTI juga memenuhi tiga indikator financial distress dan

mendapatkan opini Wajar Tanpa Pengecualian. Pada tahun 2019 tingkat

hutang mencapai rasio tertinggi dalam 4 tahun terakhir yaitu 354% dari

ekuitasnya, ESTI juga memenuhi tiga indikator financial distress dan

mendapatkan opini Wajar Tanpa Pengecualian dengan paragraf penekanan

pada dampak Covid-19.

Berdasarkan analisis DER pada PT. Ever Shine Textile Tbk diatas,

maka seharusnya terdapat kekhawatiran bahwa perusahaann tidak dapat

membayar hutang dikarenakan total hutang yang lebih besar dibandingkan

dengan ekuitasnya. Selain itu, perusahaann juga memenuhi indikator

terjadinya financial distress yang merupakan salah satu cara memprediksi

kebangkrutan suatu perusahaann. Kondisi rasio DER selama empat tahun

terakhir ini bersifat fluktuatif dan mencapai rasio tertinggi pada tahun 2019.

Jika dilihat berdasarkan data diatas, maka dapat diyakini bahwa terdapat

keraguan bagi perusahaann dalam menjalankan usahanya di mana opini yang

diberikan auditor sebaiknya adalah opini audit dengan penekanan going

concern. Namun, auditor masih memberikan opini wajar tanpa pengecualian.

Oleh karena itu, berdasarkan faktor-faktor yang telah dijelaskan

sebelumnya maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian lebih lanjut

untuk memperoleh bukti empiris mengenai “Pengaruh Kondisi Keuangan

Perusahaann, Debt Default, Audit Tenure, Dan Opini Audit Tahun


Sebelumnya Terhadap Penerimaan Opini Audit Going Concern”. Penelitian

ini dilakukan dengan studi empiris pada perusahaann sektor consumer

Cyclical yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) tahun 2015 sampai

dengan 2019.

1.2 Rumusan Masalah Penelitian


Berdasarkan permasalahan yang telah dikemukakan pada latarbelakang

diatas, maka peneliti merumuskan beberapa permasalahan yang akan diuji

dalam penelitian ini meliputi :

1. Apakah kondisi keuangan perusahaann berpengaruh pada penerimaan

opini audit dengan paragraf penekanan going concern pada perusahaann

sektor consumer Cyclical yang terdaftar di BEI tahun 2015-2019?

2. Apakah debt default berpengaruh pada penerimaan opini audit dengan

paragraf penekanan going concern concern pada perusahaann sektor

consumer Cyclical yang terdaftar di BEI tahun 2015-2019?

3. Apakah audit tenure berpengaruh pada penerimaan opini audit dengan

paragraf penekanan going concern concern pada perusahaann sektor

consumer Cyclical yang terdaftar di BEI tahun 2015-2019?

4. Apakah opini audit tahun sebelumnya berpengaruh pada penerimaan opini

audit dengan paragraf penekanan going concern concern pada

perusahaann sektor consumer Cyclical yang terdaftar di BEI tahun 2015-

2019?
1.3 Tujuan Penelitia
Berdasarkan rumusan masalah yang telah diidentifikasi diatas, maka dapat

diketahui bahwa tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui apakah kondisi keuangan perusahaann berpengaruh

terhadap penerimaan opini audit dengan paragraf penekanan ging

concern concern pada perusahaann sektor consumer Cyclical yang

terdaftar di BEI tahun 2015-2019.

2. Untuk mengetahui apakah debt default berpengaruh terhadap penerimaan

opini audit dengan paragraf penekanan going concern concern pada

perusahaann sektor consumer Cyclical yang terdaftar di BEI tahun 2015-

2019?

3. Untuk mengetahui apakah audit tenure berpengaruh terhadap penerimaan

opini audit dengan paragraf penekanan going concern concern pada

perusahaann sektor consumer Cyclical yang terdaftar di BEI tahun 2015-

2019.

4. Untuk mengetahui apakah opini audit tahun sebelumnya berpengaruh

terhadap penerimaan opini audit dengan paragraf penekanan going

concern concern pada perusahaann sektor consumer Cyclical yang

terdaftar di BEI tahun 2015-2019

1.4 Manfaat Penelitian


Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi dunia

pendidikan, praktik akuntan publik, dan masyarakat luas. Manfaat yang

diharapkan oleh peneliti adalah sebagai berikut :


1. Dunia Pendidikan

Diharapkan dari hasil penelitian ini dapat memberikan kontribusi yang

nyata bagi dunia pendidikan khususnya bidang akuntansi dan auditing

dalam hal menambah wawasan dan pengembangan ilmu.

2. Kantor Akuntan Publik (profesi auditor)

Melalui penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi sebagai

bahan pertimbangan bagi auditor atau KAP dalam memutuskan

pemberian opini audit dengan paragraf penekanan going concern untuk

masa yang akan datang.

3. Investor

Diharapkan dapat meningkatkan pemahaman investor untuk memutuskan

langkah dalam pengambilan keputusan investasi dengan memperhatikan

faktor-faktor yang mempengaruhi kelansungan hidup perusahaann.

4. Peneliti Selanjutnya

Melalui penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumber referensi bagi

penelitiaan selanjutnya untuk pengembangan lebih lanjut terkait

pemberian opini audit dengan paragraf penekanan going concern.


DAFTAR PUSTAKA

Arens, A. A., Elder, R. J., & Beasley, M. S. (2011). Auditing & Assurance
Services An Integrated Approach (Fifteenth). Person Education Limited.

Fahmi, M. N. (2015). Pengaruh Audit Tenure, Opini Audit Tahun Sebelumnya,


Dan Disclosure Terhadap Opini Audit Going Concern. Akuntabilitas, 8(3),
162–170.

Firdaus, H. (2017). Determinasi opini audit dengan penekanan going concern


pada perusahaan manufaktur di bursa efek Indonesia. BALANCE: JURNAL
AKUNTANSI DAN BISNIS, 2(2), 267–284.

Jensen, M. C., & Meckling, W. H. (1976). Theory of the firm: Managerial


behavior, agency costs and ownership structure. Journal of Financial
Economics, 3(4), 305–360.

Kartika, A. (2012). Pengaruh Kondisi Keuangan dan Non Keuangan Terhadap


Penerimaan Opini Going Concern Pada Perusahaan Manufaktur di BEI.
Dinamika Akuntansi Keuangan Dan Perbankan, 1(1).

Khaddafi, M. (2015). Effect of Debt Default, Audit Quality and Acceptance of


Audit Opinion Going Concern in Manufacturing Company in Indonesia
Stock Exchange. International Journal of Academic Research in Accounting,
Finance and Management Sciences, 5(1), 80–91.

McKeown, J. C., Mutchler, J. F., & Hopwood, W. (1991). Towards an


explanation of auditor failure to modify the audit opinions of bankrupt
companies. Auditing-a Journal Of Practice & Theory, 10, 1–13.

Sari, K., & Rahardja, S. (2012). Analisis Pengaruh Audit Tenure, Reputasi Kap,
Disclosure, Ukuran Perusahaan Dan Likuiditas Terhadap Penerimaan
Opini Audit Going Concern (Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur
yang Listing di BEI tahun 2005–2010). Fakultas Ekonomika dan Bisnis.

SPAP. (2001). SPAP (p. 341).

Stevanus, T. H. J., & Rohman, A. (2013). Pengaruh Audit Tenure Dan Reputasi
KAP Terhadap Penerbitan Opini Going Concern (Studi Empiris Pada
Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di BEI Tahun 2009-2011). Fakultas
Ekonomika dan Bisnis.

Syahputra, F., & Yahya, M. R. (2017). Pengaruh Audit Tenure, Audit Delay,
Opini Audit Tahun Sebelumnya Dan Opinion Shopping Terhadap
Penerimaan Opini Audit Going Concern Pada Perusahaan Manufaktur
Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Tahun 2013-2015. Syiah Kuala
University.

Ulva, A., & Suryani, E. (2020). Pengaruh Audit Tenure, Debt Default, Dan Opini
Audit Tahun Sebelumnya Terhadap Penerimaan Opini Audit Going Concern
(studi Pada Sektor Pertambangan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia
Periode 2014-2018). EProceedings of Management, 7(2).

Venuti, E. K. (2007). The Going Concern Assumption Revisited: Assessing a


Company’s Future Viability:. The CPA Journal Online.

Anda mungkin juga menyukai