Anda di halaman 1dari 1

Sumber Daya Alam Hayati dan Non Hayati Di Desa Rano

Di suatu tempat yang jauh di daerah Pantai Barat, Kabupaten Donggala di Sulawesi
Tengah, terdapat sebuah desa yang bernama Desa Rano, Kecamatan Balaesang Tanjung. Desa
ini berjarak sangat jauh dari ibukota Sulawesi Tengah dan harus menempuh perjalanan dengan
kondisi jalan yang kurang bagus dan berlubang – lubang serta jalur jalannya ada yang mendaki
sebuah gunung dan tebing untuk bisa sampai ke tempat tujuan. Namun, setelah sampai di tujuan
kita akan disuguhkan dengan pemandangan sebuah danau yang luas dan indah. Nama Danau itu
pun sesuai dengan nama desanya yaitu Danau Rano. Luasnya sekitar 260 hektar dengan
kedalaman 80 meter. Berbagai macam ikan air tawar  hidup di dalamnya. Agar danau itu tetap
indah dan lestari, masyarakat sekitar punya cara unik menjaga danau dari tangan-tangan jahil,
yaitu dengan melarang perahu menggunakan mesin, seperti mesin katinting agar danau tidak
tercemar. Selain itu, sebagian masyarakat yang tinggal di pinggir danau telah menjadikan Danau
Rano sebagai halaman depan rumah mereka. Ini dilakukan agar warga tetap memperhatikan
danau layaknya halaman depan rumah mereka yang selalu dijaga kebersihannya demi menjaga
sumber daya alam ini. Selain itu, danau ini juga sering menjadi tempat rekreasi bagi para
wisatawan luar daerah untuk berwisata di pinggir danau itu dan memancing ikan yang ada di
danau itu. Kami juga sempat berwisata langsung di danau itu sambil camping.

Selain Danau Rano, terdapat juga sumber daya alam hayati yang ada di desa ini yaitu
beberapa diantaranya seperti cengkeh dan pala. Di daerah Rano ini terdapat banyak sekali daerah
dataran tinggi dan tanah yang subur yang menjadi tempat yang sangat cocok untuk tumbuhnya
cengkeh dan pala. Oleh karna itulah di daerah pegunungannya terdapat banyak kebun pohon
cengkeh dan pala yang subur dan menghasilkan banyak buah cengkeh dan pala tersebut. Bahkan
saya sendiri sudah perna melihatnya langsung dan melakukan pemetikan cengkeh dan pala di
tempat itu. Pada waktu itu perjalanannya sangat jauh dan perlu mendaki sebuah gunung serta
meliwati bebatuan licin. Butuh hampir sejam bagi kami untuk bisa sampai ke tujuan yaitu kebun
cengkeh dan pala. Pada saat sampai di tujuan kami pertama - tama bersiap untuk membuat
sebuah tangga yang dibuat dari bambu besar yang dilubangi di tengahnya dan dimasukkan kayu
untuk dibuatkan sebagai tangga nanti untuk menaiki pohon cengkeh yang tinggi menjulang itu.
Bambu yang kami dapatkan juga berasal dari hutan di daerah itu karena mereka tumbuh banyak
di daerah itu. Lalu kami mulai memasang tangga dan lajut memetuk cengkeh

Anda mungkin juga menyukai