Anda di halaman 1dari 15

TUGAS HUKUM LINGKUNGAN

HASIL OBSERVASI PESISIR PANTAI MARUNDA


Kelompok I
Donny Heika Sarjono Muhamad Husein Nadia Patrisia Mixel Boyke Rizaldi Risky Kurniawan Erick Feterson Khaerul Yusuf

Lokasi Kunjungan : Pesisir Pantai Marunda, Kelurahan Marunda, Kecamatan Cilincing, Jakarta Utara
Waktu Kunjungan : Selasa, 28 Maret 2017, Jam 08.30 10.00 WIB

Titik Koordinat : 605'33.6"S 10657'43.0"E


PENDAHULUAN

Foto : Gerbang Sekolah Tinggi Ilmu Pelayaran (STIP) Foto : RUSUNAWA Marunda dan Pohon Bakau

Pada Hari Selasa Pukul 08.00, kelompok kami yang diwakili oleh Donny Heika Sarjono dan Muhammad Husain, berangkat
dari bilangan Mampang Prapatan Jakarta Selatan ke Pesisir Marunda Jakarta utara, dan pada pukul 08.45 dengan berbekal
aplikasi navigasi Google Maps dan bertanya pada orang-orang yang kami temui dalam perjalanan, kami berhasil menemukan
lokasi Pesisir Marunda yang berada disekitar Jl. Kampung Marunda Pulo, Kelurahan Marunda, Cilincing, Jakarta Utara, tempat
ini berada dalam Kawasan Berikat Nusantara Marunda, tidak jauh dari Sekolah Tinggi Ilmu Pelayaran dan Rusunawa Marunda
lebih tepatnya berada dibelakang Musem Kebaharian Jakarta yang termasuk Benda Cagar Budaya Jakarta yaitu Rumah Si
Pitung dan Masjid Al-Alam.
Memasuki kawasan Rumah Si Pitung kami banyak melihat banyak pohon bakau dan rawa-rawa yang bersebelahan dengan
rumah penduduk dan jalan-jalan yang telah di aspal, kami berasumsi bahwa dulunya tempat ini merupakan kawasan hutan
mangrove yang telah dialihfungsikan, kami terus menelusuri Jl. Akses Rumah Si Pitung hingga kami sampai pada Lokasi Pesisir
Pantai Marunda, yang masih bisa diakses oleh masyarakat umum.

Foto : Areal Memasuki Kawasan Pesisir Marunda

Tidak jauh dari tempat kami memarkirkan motor kami langsung disuguhkan dengan pemandangan yang tidak sedap dipandang
mata, tumpukan berbagai jenis sampah menyambut kami. Pemandangan ini membuat kami menghela nafas panjang, namun
beruntung kami tidak mencium bau yang menusuk dari tumpukan sampah yang ada.
Foto : Kapal Angkut Batubara di KCN Port Foto : Anak-anak berenang di laut

Menuju bibir pantai, hati kami merasa terperanjat melihat pemandangan yang terjadi, karena baru saja kami mulai
membiasakan diri dengan pemandangan sampah dipintu masuk tadi, kini kami harus menyaksikan anak-anak pesisir Jakarta
yang sedang berenang di laut yang airnya bahkan untuk menyentuhnya saja kami harus berpikir berkali-kali, namun yang lebih
miris adalah menyaksikan mereka terlihat bahagia sambil bermain di laut itu. Tidak jauh dari tempat anak-anak bermain terlihat
juga sesosok wanita yang sedang mencuci pakaian di dermaga bambu tepat diatas mereka.
Disisi lain kami baru sada bahwa sebelah timur lokasi yang kami kunjungi ini ternyata juga bersebelahan dengan sungai Titram
dan Kawasan Berikat Nusantara Marunda bagian KCN Port Bongkar Batubara, bisa dilihat dari kapal-kapal yang bersandar
pada dermaga yang tepat bersebelahan dengan lokasi kami berada dan tumpukan batu bara yang diangkut kedalam kapal.
Selain itu sebelah timur lokasi yang kami kunjungi juga bersebelahan langsung dengan Kabupaten Bekasi yang ditandai dengan
dibangunnya tembok pembatas dan daerah hilir dari Kanal Banjir Timur.
Foto : Terapod pemecah ombak Foto : APO Bambu

Pada areal bibir pantai, sudah tidak mempunyai bagian landai seperti pantai pada umumnya namun telah dibangun tembok
yang diatasnya terdapat jalan atau pijakan yang telah dipasang paving block yang dari pengukuran kasar kami lebarnya cukup
untuk dilalui oleh satu buah mobil sedan, menurut kami pembangunan tembok sepanjang garis pantai ini ditujukan untuk
mencegah air rob yang datang dan mengurangi abrasi, karena tepat dibawah tembok pijakan yang dibangun banyak terdapat
sistem Alat Pemecah Ombak (APO) yang tradisional seperti bambu yang ditancapkan pada lahan mangrove dibelakang tembok
pijakan dan tumpukan beton terapod didepan tembok pijakan yang mengarah ke laut.
Foto : Dermaga Bambu dan Kapal Nelayan Foto : Warung Temporer

Pada bagian laut, banyak dibangun dermaga dari bambu sebagai tempat kapal nelayan bersandar, selain untuk menangkap ikan
kapal nelayan disini juga berfungsi sebagai alat angkut menyebrangi sungai dan juga untuk mengantar para pemancing menuju
bagan-bagan yang berada ditengah laut. Pada bagian tembok pijakan, diatasnya banyak dibangun warung temporer oleh warga,
dari hasil obrolan kami dengan salah satu pemilik warung yang tidak mau disebut namanya, beliau mengaku sudah berjualan
selama 17 tahun, jauh sebelum tembok pijakan ini berdiri. Beliau menceritakan bahwa banyaknya warung disini dikarenakan
masih banyaknya masyarakat yang datang untuk rekreasi atau memancing ikan. Para pemancing tersebut sebelum berangkat
ketengah laut biasanya membeli makanan dan minuman di warung-warung yang ada di pesisir ini, sambil menunggu kapal
berangkat atau beristirahat setelah pulang dari tengah laut.
Foto : Pemancing di dermaga bambu

Selain berbincang dengan pemilik warung kami juga menemui sepasang suami istri yang sedang memancing, sang Bapak sedang
asik memancing di dermaga bambu dan si Ibu memancing di pinggir tembok pijakan. Menurut penuturan Ibu yang sedang
memancing dipinggir tembok pijakan tersebut, hari ini air sedang tidak bagus, biasanya jika sedang bagus airnya tidak keruh
sehingga ikan-ikan yang datang lebih banyak dan variatif. Beliau dan suaminya yang sering memancing di berbagai laut Jakarta
itu juga berkata bahwa ikan diperairan ini masih cukup banyak baik jenis dan jumlahnya, mulai dari bandeng, belanak, dan ikan
ketang-ketang serta udang rebon dan kerang hijau. Beliau bahkan bercerita beberapa hari lalu ada pemancing yang mendapat
ikan kakap putih (barramundi) disitu, sambil menunjuk lokasi sang suami yang sedang memancing di dermaga bambu.
Foto : tepi dataran yang diberi batu kali Foto : tanggul penahan ombak

Selepas berbincang-bincang dengan Ibu pemancing, kami menyusuri jalan tembok pijakan ke arah timur sampai berakhirnya
tembok tersebut, ternyata dibawah tembok pijakan tersebut terdapat daratan yang landai tampaknya seperti daerah
mangrove yang mengering dan tepiannya dibatasi dengan batu-batu kali yang disusun sebagai penahan ombak.
Foto : pintu air pada tembok pijakan Foto : tembok pemisah antara area pantai dan pemukiman warga

Kami menilai ini adalah salah satu dari upaya reklamasi karena dengan ditahannya laju ombak yang datang akan mengakibatkan
hutan mangrove yang berada dibelakanya kekurangan air, lalu dengan seiring berjalannya waktu lumpur yang berada di hutan
mangrove akan mengering dan padat, pada titik ini kami mengerti ada fungsi lain dari tembok pijakan yang dibangun sepanjang
bibir pantai, apalagi dengan melihat adanya beberapa pintu air yang dibangun sepanjang tembok pijakan yang memisahkan air
laut dengan hutan mangrove, ditambah dengan adanya tembok yang dibangun dan memisahkan area hutan mangrove dan
pantai dengan pemukiman warga, mungkin kawasan ini nantinya akan dibangun dermaga seperti dibagian barat pantai dimana
terdapat KCN Port Bongkar Batubara.
EKOSISTEM

Foto : burung Camar sedang menangkap ikan Foto : burung Cikalang Christmas berdiri diatas bambu

Selama dalam kunjungan kami mendapati beberapa flora dan fauna yang masih hidup dilingkungan pesisir tersebut, diantaranya
kami melihat tumbuhan pohon bakau, pohon petai cina dan hewan seperti kepiting, ikan-ikan kecil, serangga laut, beberapa
ekor capung, kumpulan udang dan beberapa hasil tangkapan nelayan seperti kerang hijau dan ikan-ikan yang biasa konsumsi
seperti bandeng. Namun yang lebih menarik perhatian kami, ternyata disana masih terdapat sekumpulan burung Camar dan
menariknya beberapa ekor burung Cikalang Christmas yang cukup langka, ini menandakan bahwa daerah ini masih terdapat
ikan-ikan yang cukup untuk konsumsi burung-burung tersebut, cukup mengherankan mengingat tingginya tingkat pencemaran
dan kerusakan lingkungan didaerah tersebut.
PENCEMARAN

Foto : sampah saat dijalan masuk pantai Foto : sampah tergenang dilaut

Hampir setiap sudut kawasan bibir pantai, dimulai dari pintu masuk hingga sisi timur ujung tembok pijakan tidak ada yang
luput dari sampah. Bisa dikatakan tingkat pencemaran sangatlah tinggi, terdapat banyak sekali sampah non organik rumah
tangga dan sampah organik seperti kayu dan bambu, penyebabnya kami asumsikan adalah akibat dari warga sekitar yang
sengaja membuang sampah disana dan juga sampah yang berasal dari muara yang terbawa sampai ke laut disini. Kami
perhatikan warna air laut terlihat keruh, mungkin karena tercampur dengan lumpur yang berasal dari sungai Titram dan Kanal
Banjir Timur, dugaan kami aktivitas dari dermaga KCN Port Bongkar Batubara yang berada tepat disebelah kawasan ini
menyumbang pencemaran air laut pada kawasan ini, namun hal ini belum bisa dipastikan karena perlu pengujian baku mutu
terhadap kandungan air laut.
Foto : sampah pada tanggul penahan ombak Foto : sampah pada tanggul penahan ombak

Setidaknya kami mencatat ada 4 dugaan pelanggaran yang kami temukan, semua itu kami masukan kedalam tabel dan kami
golongkan sesuai dengan jenis pelanggarannya, untuk lebih jelasnya bisa dilihat pada tabel berikut :
TABEL TEMUAN DUGAAN PELANGGARAN
NO. JENIS DUGAAN DESKRIPSI TERDUGA PASAL YANG PENYELESAIAN DAN
PELANGGARAN DISANGKAKAN KETERANGAN

1. Pencemaran area daratan Terlihat banyak sekali sampah Masyarakat sekitar Pasal 126 jo Pasal Langkah Pencegahan :
pantai akibat sampah rumah tangga non organik seperti Kampung Marunda 127 Peraturan - Sosialisasi dan edukasi mengenai
rumah tangga. sendal, bungkus plastik konsumsi Daerah Provinsi DKI pentingnya lingkungan yang bersih
rumah tangga, kasur bekas, serta Jakarta No.3 Tahun dan sehat. Hal ini bisa dilakukan
sampah organik seperti bambu, 2013, Tentang secara berkala oleh pemerintah
kayu, ampas kelapa dan ampas Pengelolaan Sampah dengan dibantu oleh lembaga-
sayuran yang dibuang ke daratan lembaga swadaya lingkungan.
pantai, hingga sampah yang
terbawa dari muara. Langkah Penanggulangan :
- Pembuatan program pembersihan
area pantai yang dilakukan secara
berkala.

Langkah Pemulihan :
- Perbaikan sarana dan prasarana
seperti tempat pembuangan
sampah.
- Dibuatnya cagar alam mengingat
masih banyaknya hewan endemik
yang tinggal di daerah tersebut
- Pengelolaan zonasi pesisir bertujuan
untuk memperbaiki ekosistem
pesisir yang sudah rusak. Pada
prinsipnya wilayah pesisir dipetakan
untuk kemudian direncanakan
strategi pemulihan dan prioritas
pemulihan yang diharapkan.
Pembagian zonasi pesisir dapat
berupa zona penangkapan ikan,
zona konservasi ataupun lainnya
2. Pencemaran air laut dari Adanya aktivitas bongkar muat Aktivitas Kapal di KCN Pasal 98, Undang- sesuai dengan
hasil limbah bahan bakar kapal pengangkut batubara yang Port Bongkar Batubara Undang Republik kebutuhan/pemanfaatan wilayah
kapal tepat berada disebelah kawasan Indonesia Nomor 32 tersebut, disertai dengan zona
pantai, dan kondisi air laut yang Tahun 2009 Tentang penyangga karena sulit untuk
terlihat keruh dan kecokelatan, Perlindungan Dan membatasi zona-zona yang telah
namun untuk memastikan lebih Pengelolaan ditetapkan di laut.
lanjut perlu adanya uji baku mutu Lingkungan Hidup
air laut yang dilakukan Pemberian sanksi hukum yang tegas kepada
para pelanggar hukum baik secara
administratif seperti :
a. teguran tertulis;
b. paksaan pemerintah;
c. pembekuan izin lingkungan; atau
d. pencabutan izin lingkungan.

maupun secara pidana, seperti :


a. kurungan penjara; atau
b. pemberian denda yang besar
3. Pendirian bangunan liar Warung-warung yang didirikan Pemilik warung Pasal 69, Undang-
yaitu warung-warung di tidak memiliki izin dari pihak Undang Republik
area pantai. terkait hal ini berpotensi Indonesia Nomor 26
menimbulkan pencemaran Tahun 2007
lingkungan berupa pembuangan Tentang Penataan
sampah dibuang langsung ke laut Ruang
dan hutan mangrove.

4. Reklamasi yang Dengan adanya indikasi-indikasi Kawasan Berikat Pasal 35 jo Pasal


mengakibatkan alih fungsi yang mengarah kepada reklamasi, Nusantara (KBN) / KCN 73, Undang-Undang
hutan mangrove. dan dengan adanya pertimbangan Port Bongkar Batubara Republik Indonesia
masih adanya hewan endemik Nomor 27 Tahun
yang tinggal pada wilayah tersebut 2007 Tentang
maka hal ini akan berdampak Pengelolaan Wilayah
kepada rusaknya ekosistem dan Pesisir Dan Pulau-
susunan rantai makanan sehingga Pulau Kecil
akan berdampak juga bagi
pendapatan ekonomi penduduk
sekitar kampung Marunda.

Anda mungkin juga menyukai