(Cipt:Safiq Reviansyah)
Kelas: X-4
(Sumber:Facebook, Enjoy
Batam)
Kami semua memulainya dari Pondok Pesantren Darut Tauhiid pada pukul
08.30 WIB. Kami menempuh jarak kira-kira 14,5 KM dengan berjalan kaki.
Perlengkapan yang kami bawa banyak, dan yang paling diingat yaitu membawa gula
merah dan botol besar berisi air putih, dan itu digotong bergiliran.
Sebenarnya aku pernah berpikir, kenapa tidak pakai bus saja agar lebih
mudah untuk mencapai ke pantai setokok? Tetapi kata ustadz, ini bertujuan untuk
merasakan perjalanan Rasulullah, yang memberikan pemahaman dan juga tauladan
untuk kami.
Kami pun mulai memasuki jembatan barelang, tiba-tiba ada orang yang mulai
duduk secara perlahan dengan lemah, dan terdengarlah suara seperti siul pada saat
bernapas (menghirup dan mengeluarkan napas), biasanya itu disebut mengi untuk
pengidap asma. Untuklah ustadz datang dengan menggunakan motor, dan ia mulai
dibawa sampai ke jembatan 2 Barelang.
Setelah beberapa kali beristirahat dan melanjutkan kembali perjalanan, kami
pun sampai ke tempat yang kami kira sudah sampai, ternyata hanya sebuah
spanduk yang bertuliskan “Selamat Datang Di Pantai Setokok, Jarak Yang Anda
Tempuh Tinggal 1,5 KM Lagi.” Kami semua pun mengeluh dan menyuruh para
ustadz dan kakak panitia untuk beristirahat lagi.
Kami pun sampai di pantai setokok pada jam 02.20 WIB.Para ustadz
mengumpulkan semua kelompok untuk pengabsenan lagi, setelah itu disuruh wudhu
dan tidur, karena nanti akan ada pelaksanaan sholat tahajjud dan sholat shubuh.
Fajar pun hadir, kami mulai disuruh pemanasan yang akan dilanjutkan
dengan senam bersama, setelah itu kami disuruh makan secara berkelompok. Aku
pun melihat rumah-rumah di pantai setokok, yang penyebarannya rata-rata lurus
mengikuti rumah-rumah disampingnya, dan adanya pengelompokkan antara di
wilayah pesisir pantai dan wilayah yang berbukit.
Karena adanya masyarakat yang tinggal di pesisir pantai, maka beberapa dari
mereka menjadi nelayan atau pedagang untuk para pengunjung, karena orang-
orang kota biasanya datang ke pantai setokok untuk berlibur.Pantai setokok
menghasilkan bahan pokok hayati berupa ikan, udang, kepiting, dan lain sebagainya
yang berhubungan dengan lautan untuk didistribusikan ke kota. Dan hubungan
timpal baliknya yaitu warga kota menyediakan teknologi, aliran listrik, dan
pembangunan jalan beraspal.
Kami semua dipanggil ke pondok yang paling besar di sana (ada dua, kami
hanya ambil satu). salah satu ustadz mengatakan, bahwa bus akan datang jam
13.00 WIB, maka daripada itu, kami semua disuruh untuk bersiap-siap sholat dzuhur
dan pulang.
Bus sudah datang saat kami semua sudah selesai sholat dzuhur, Aku dan
kelompokku pun mulai bersiap-siap untuk pulang ke pondok pesantren. Rata-rata
suku yang berada di pantai setokok adalah suku melayu, itu terlihat dari cara mereka
berbicara.
Kami semua sudah keluar dari kawasan pantai setokok. Melewati jalan
berbukitan, hembusan angin yang lembut, dan pandangan penuh dengan hijaunya
daun dan merahnya tanah.